BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan membahas tentang latar

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan
membahas tentang latar belakang penelitian yang
melatar belakangi dilakukannya penelitian, fenomena yang terjadi, empiris dari
penelitian sebelumnya. Selanjutnya berdasakan latar belakang penelitian, dapat
dirumuskan permasalahan penelitian yang merupakan pertanyaan penelitian, yang
dicari jawabannya melalui pengumpulan data sehingga tujuan penelitian dapat
tercapai, dan manfaat penelitian bagi praktisi dan akademisi.
1.1
LATAR BELAKANG
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan salah satu
mekanisme pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat untuk memenuhi
tuntutan transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Sebagaimana disebutkan dalam Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
keuangan negara bahwa Kepala Daerah harus memberikan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa Laporan Keuangan yang telah
diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dalam pelaksanaannya,
LKPD Kabupaten Jembrana belum menunjukkan transparansi dan akuntabilitas
yang memadai. Hasil laporan pemeriksaan BPK LKPD Kabupaten Jembrana
sampai dengan tahun 2013 belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Adapun perolehan opini BPK dalam 5 tahun terakhir berturut–turut
1
2
berupa; tidak wajar tahun 2009 dan 2010, wajar dengan pengecualian tahun 2011,
2012 dan 2013 (http://www.bpk.go.id).
Laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan harus memenuhi prinsipprinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan
yang telah diterima secara umum, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2003 tentang keuangan negara. Laporan keuangan pemerintah
daerah merupakan kompilasi laporan keuangan seluruh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang menjadi perangkat daerah. Laporan tersebut merupakan
bentuk pertanggungjawaban keuangan Bupati kepada DPRD dan masyarakat
umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan keuangan
yang dihasilkan oleh pemerintah daerah akan digunakan oleh beberapa pihak yang
berkepentingan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13
tahun 2006 entitas pelaporan dan entitas akuntansi harus menyelenggarakan
sistem akuntansi keuangan daerah. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan
yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan
perundang-undangan wajib
menyampaikan
berupa laporan keuangan,
sedangkan entitas
laporan
akuntansi
pemerintahan pengguna anggaran
dan
menyelenggarakan
menyusun
akuntansi
serta
pertanggungjawaban
oleh
adalah
karenanya
laporan
keuangan
unit
wajib
untuk
digabungkan pada entitas pelaporan.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai entitas akuntansi
memiliki Pelaku Akuntansi yang terdiri dari Bendahara dan Pejabat Penatusahaan
3
Keuangan Satuan Kerja
Perangkat
Daerah
(PPK
SKPD).
Sebagaimana
disebutkan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2003 pasal 14 ayat (1) Kepala
daerah atas usul Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) mengangkat
bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan
kebendaharaan
dalam
rangka
pelaksanaan
tugas
anggaran pada SKPD. Dalam
penyusunan laporan keuangan bendahara mempunyai tugas menyiapkan
dokumen sumber laporan keuangan.
Sedangkan PPK SKPD bertugas
melaksanakan akuntansi SKPD dan menyiapkan laporan keuangan SKPD yang
dijelaskan pada pasal 13 ayat (f) dan(g).
Peranan Bendahara dan PPK SKPD dalam menjalankan fungsi
akuntansi sangat menentukan dalam penyusunan dokumen Laporan Keuangan
SKPD (Hamiseno, 2010). Berkaitan dengan pegawai maka efektif tidaknya
suatu organisasi sangat tergantung dari kemampuan individu. Pegawai dituntut
untuk memiliki akuntabilitas yang mampu menyusun sistem pelaporan yang
baik dan mapan (Mardiasmo, 2005).
Kesiapan sumber daya manusia sebagai aparat pemerintah sangatlah
penting karena tuntutan masyarakat agar pemerintah
akuntabel
dalam
menjalankan programnya semakin besar. Sumber daya manusia dan karakter
individu aparat pemerintah menunjang kelancaran pengelolaan keuangan
daerah. Salah satu faktor yang masih harus ditingkatkan untuk meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan di Indonesia adalah menyangkut etika dan
sikap positif akuntan Indonesia (Yulianti dan Fitriany, 2005).
Persoalan mengenai etika akuntan di Indonesia berkembang
seiring
4
dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika, baik yang dilakukan oleh
akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah (Ludigdo, 1999).
Akuntan berkewajiban menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada
organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan
mereka sendiri. Akuntan mempunyai tanggungjawab
diri
menjadi kompeten,
menjaga integritas dan obyektivitas mereka. Analisis terhadap sikap etis dalam
profesi akuntan menunjukkan bahwa akuntan mempunyai kesempatan untuk
melakukan tindakan tidak etis dalam profesi mereka (Fine et al. dalam Husein,
2004). Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan secara terus menerus
berhadapan dengan dilema etik yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang
bertentangan. Menciptakan perilaku yang diinginkan dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut
dan seberapa kuat pengaruh – pengaruh tersebut (Khomsiyah dan Indriantoro
1998).
Konflik yang muncul dalam penyusunan keuangan SKPD dapat timbul
dari kadar pengungkapan informasi dalam laporan keuangan (Fanani,dkk).
Pengguna laporan keuangan mengharapkan untuk memperoleh semua informasi
yang mereka butuhkan dari laporan keuangan.
Aspek perilaku penyusun
laporan keuangan SKPD untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan
berperan didalamnya. Kualitas laporan keuangan SKPD harus diperhatikan karena
merupakan data pokok untuk penyusunan laporan keuangan daerah yang akan
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
5
Beberapa
bukti
empiris
tentang
faktor-faktor
individual
yang
mempengaruhi perilaku etis menunjukkan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Mudrack (1993); Reiss dan Mitra
(1998);
Nugrahaningsih
(2005), Fauzi (2001); Fatmawati (2007), Kidwell et al (1987), Clikeman dan
Henning (2000). Penelitian – penelitian tersebut menggunakan beberapa faktor
individual yang memengaruhi perilaku antara lain: Locus of control, sesitivitas
keadilan, Gender, Disiplin Akademis dan Pengalaman Kerja. Sementara itu
penelitian Yulianti dan Fitriany (2005) tentang Persepsi Mahasiswa Akuntansi
terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan menggunakan faktor manajemen
laba, misstate (kecenderungan untuk melakukan salah saji dalam laporan
keuangan), disclosure (pengungkapan laporan keuangan),
cost and benefit, dan
responsibility dalam mengukur etika penyusunan laporan keuangan.
Penelitian Reiss dan Mitra (1998) dalam Nugrahaningsih (2005)
menunjukkan bahwa individu dengan internal locus of control cenderung lebih
tidak menerima tindakan tertentu yang kurang etis sedangkan individu dengan
external locus of control cenderung lebih menerima tindakan tertentu yang kurang
etis. Sejalan dengan penelitian Jones dan Kavanagh (1996) dan Ustadi dan Utami
(2005) menjelaskan bahwa individu yang memiliki internal LoC cenderung
berperilaku etis dibandingkan individu dengan eksternal LoC. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Fatmawati (2007) yang menghasilkan LoC tidak
memengaruhi perilaku etis auditor di Kantor Akuntan Publik.
Selain itu faktor individu yang mempengaruhi perilaku etis adalah gender.
6
Hasil Penelitian Fatmawati (2007) menunjukkan bahwa gender berpengaruh
terhadap perilaku etis. Wanita ditunjukkan lebih etis dibandingkan pria (Reiss dan
Mitra, 1998). Sejalan dengan penelitian Ameen et al (1996) menghasilkan
simpulan bahwa mahasiswa akuntansi wanita lebih sensitif terhadap isu – isu etis
dan lebih tidak toleran terhadap perilaku tidak etis. Sedangkan penelitian
Nugrahaningsih (2005) menghasilkan simpulan yang berbeda, dimana tidak ada
perbedaan perilaku etis antara auditor pria dan auditor wanita.
Penelitian Mueller dan Clarke (1998) menunjukkan bahwa perilaku
seseorang dipengaruhi persepsi mereka terhadap sensitivitas keadilan. Sensitivitas
keadilan didefinisikan sebagai variabel personalitas yang menunjukkan reaksi
individu ketika merasakan adil atau tidak adil (Huseman et al, 1987). Huseman et
al. (1987). Menjelaskan bahwa individu dapat dikategorikan sebagai benevolent,
equity sensitivity, dan entitleds (getters). Penelitian Ustadi dan Utami (2005)
menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi dengan kategori benevolent cenderung
berperilaku lebih etis dibandingkan mahasiswa akuntansi dengan kategori
entileds, sejalan dengan hasil penelitian Nugrahaningsih (2005) yang menemukan
bukti bahwa auditor dengan kategori benevolent cenderung berperilaku lebih etis
dibandingkan dengan auditor dengan kategori entitles. Berbeda dengan penelitian
Fatmawati (2007) yang menemukan faktor sensitivitas keadilan tidak berpengaruh
terhadap perilaku etis auditor di Kantor Akuntan Publik.
Pengalaman kerja mempegaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi
situasi dilema etika (Kidwell et al, 1987). Manager dengan dengan pengalaman
kerja lebih lama mempunyai hubungan positif dengan pengambilan keputusan
7
etis. Hasil penelitian Glover et al (2002) menunjukkan bahwa mahasiswa senior
lebih berperilaku etis dibandingkan dengan mahasiswa yunior. Widiastuti
(2003) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi
secara signifikan terhadap kode etik akuntan Indonesia antara akuntan senior
dan yunior. Penelitian Prasetyo ( 2004) menunjukkan perilaku etis antara
auditor senior dan yunior dipengaruhi oleh pengalaman kerja karena selama
bekerja audior dihadapkan pada tidakan-tindakan yang berkaitan dengan
perilaku etis. Sementara itu Fanani et al. (2008) mengemukakan bahwa tidak
terdapat perbedaan etika penyusunan laporan keuangan antara pegawai senior
dan yunior.
Latar belakang pedidikan dan jenjang pendidikan menjadi faktor penting
dalam peyelesaian sebuah pekerjaan (Lawrence, 1998). Seseorang dengan tingkat
pendidikan lebih tiggi dapat lebih baik dalam penyesuaian atas aturan baru dan
mempunyai pegetahuan, keahlian dan kesanggupan dalam menyiapkan laporan
keuangan. Penelitian
Clikeman dan Henning (2000) menunjukkan bahwa
mahasiswa akuntansi memiliki sikap yang lebih positif dibandingkan
mahasiswa jurusan lain terhadap etika penyusunan laporan keuangan, dalam hal
ini berkaitan dengan tindakan manajemen laba.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Nugrahaningsih (2005)
yang meneliti tentang perbedaan perilaku etis auditor di kantor akuntan publik
dalam etika profesi (studi terhadap peran fakor- faktor individual: locus of control,
lama pengalaman kerja, gender, dan sensitivitas keadilan). Penelitian ini juga
mengambil variabel etika penyusunan laporan keuangan dari penelitian Yulianti
8
(2005) tentang Persepsi Mahasiswa terhadap etika penyusunan laporan keuangan
menggunakan faktor manajemen laba, misstate (kecenderungan untuk melakukan
salah saji dalam laporan keuangan), disclosure (pengungkapan laporan keuangan),
cost and benefit, dan responsibility dalam mengukur etika penyusunan laporan
keuangan. Faktor manajemen laba dihilangkan dalam mengukur etika penyusunan
laporan keuangan karena pada sektor publik atau pemerintahan tidak ada motif
mencari keuntungan.
Motivasi dari penelitian ini adalah menguji pengaruh karakteristik individu
pada etika penyusun laporan keuangan SKPD Kabupaten Jembrana, dengan
menambahkan variabel latar belakang pendidikan serta menggunakan sampel
penelitian yang berbeda. Pada beberapa penelitian sebelumnya lebih banyak
menguji etika pada auditor dan mahasiswa akuntansi, sedangkan responden dalam
penelitian ini adalah penyusun laporan keuangan di sektor pemerintahan, dalam
hal ini PPK SKPD dan Bendahara.
Kompleksitas pada sektor pemerintahan
mendorong peneliti ingin mengetahui apakah prinsip akuntansi yang tertera
pada Standar Akuntansi Pemerintah dan peraturan-peraturan yang berlaku telah
dijalankan, sehingga penelitian ini mencoba menguji etika penyusunan laporan
keuangan yang dilakukan oleh aparat pemerintah (PPK SKPD dan Bendahara).
9
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah
dapat disusun sebagai berikut:
1) Apakah terdapat pengaruh positif locus of control pada etika penyusun
laporan keuangan SKPD?
2) Apakah terdapat pengaruh positif pengalaman kerja pada etika penyusun
laporan keuangan SKPD?
3) Apakah terdapat pengaruh positif sensitivitas keadilan pada etika
penyusun laporan keuangan SKPD?
4) Apakah terdapat pengaruh perbedaan gender pada etika penyusun
laporan keuangan SKPD?
5) Apakah terdapat pengaruh perbedaan latar belakang pendidikan pada
etika penyusun laporan keuangan SKPD?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini untuk menguji secara empiris :
1) Pengaruh locus of control pada etika penyusun laporan keuangan SKPD
2) Pengaruh pengalaman kerja pada etika penyusun laporan keuangan SKPD
3) Pengaruh sensitivitas keadilan pada etika penyusun laporan keuangan
SKPD
10
4) Pengaruh perbedaan gender
pada etika penyusun laporan keuangan
SKPD
5) Pengaruh
perbedaan latar belakang pendidikan pada etika penyusun
laporan keuangan SKPD
1.4
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara akademis
maupun praktis bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini.
Manfaat penelitian ini, sebagai berikut :
1) Manfaat bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan bermanfaat
bagi pengembangan disiplin ilmu akuntansi, khususnya konsentrasi akuntansi
sektor publik yang berhubungan dengan kinerja sumber daya manusia.
2) Manfaat bagi praktisi
Bagi aparat pemerintah yaitu penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
tambahan untuk memperluas wawasan aparat pemerintah tentang karakter
yang harus dimiliki dalam meningkatkan sumber daya manusia dilingkup
pemerintah.
Download