15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan

advertisement
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum tentang Pasar Modal
a. Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal Indonesia sebagai salah satu lembaga memobilisasi
dana
masyarakat
dengan
menyediakan
sarana
tempat
untuk
mempertemukan penjual dan pemebeli dana jangka panjang yang disebut
efek (aset) (Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, 2009:1). Dimana pasar
modal merupakan penggerak perkembangan perekonomian negara dan
pemerintah memiliki kepentingan dalam mengatur dinamika pasar
modal.
Istilah pasar modal dipakai sebagai terjemahan dari capital
market, artinya suatu tempat atau sistem bagaimana caranya dipenuhi
kebutuhan-kebutuhan dana untuk suatu perusahaan, merupakan pasar
tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru dikeluarkan.
Jadi, seperti pasar–pasar lainnya, dipasar modal juga berkumpul orang –
orang yang melakukan atau membantu melakukan perdagangan,
contohnya jual beli. Dalam hal ini yang diperdagangkan adalah efek.
Dengan demikian Pasar modal berarti suatu pasar dimana dana–dana
jangka panjang baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan (Munir
Fuady, 2002:10).
Menurut John Downes dalam Jusuf Anwar (2005:71), Pasar
Modal adalah markets where capital funds-debt and equity-are traded.
Included are private placement sources of debt and equity as well as
organized markets and exchanges (terjemahan bebas: Pasar di mana
modal dana-hutang dan ekuitas-diperdagangkan. Termasuk sumbersumber swasta penempatan hutang dan ekuitas serta pasar terorganisir
dan pertukaran).
16
Sementara itu, menurut Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 13 : “Pasar Modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek,
Perusahaan Publik yang brkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.”
b. Peran, Manfaat, dan Sifat Pasar Modal
1) Peran Pasar modal
a) Pasar modal berperan mempertemukan pihak penjual efek (pihak
yang butuh dana untuk modal usaha, yaitu perusahaan emiten);
b) Pasar modal berperan sebagai lembaga penghubung dalam
pengalokasian dana masyarakat secara efisien, transparan, dan
akuntabel;
c) Pasar Modal berperan menyediakan berbagai macam instrumen
investasi yang dapat memungkinkan adanya diversifikasi
portofolio investasi;
d) Pasar modal berperan mengajak masyarakat investor (selain
pendiri perusahaan) untuk ikut serta memiliki perusahaan publik
yang sehat dan berprospek baik.
2) Manfaat Pasar Modal
a) Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia
usaha sekaligus memungkinkan terciptanya alokasi sumber dana
secara optimal;
b) Memeberikan wahana investasi bagi investor, sekaligus
memungkinkan adanya upaya diversifikasi portofolio investasi;
c) Penyebaran
kepemilikan
perusahaan
sampai
ke
lapisan
masyarakat menengah;
d) Memberikan kesempatan memeiliki perusahaan yang sehat dan
prospektif;
e) Menciptakan iklim usaha yang sehat, terbuka, dan profesional;
f) Menciptakan lapangan pekerjaan atau profesi yang menarik.
3) Sifat Pasar Modal
17
a) Merupakan cermin kegiatan ekonomi suatu negara (yang
digambarkan melalui fluktuasi indeks harga saham gabungan
(IHSG);
b) Bersifat dinamis dan terus-menerus memerlukan inovasi baru
dan adaptasi berkelanjutan;
c) Membutuhkan keterbukaan informasi (disclosure) sebagai dasar
pengambilan keputusan investasi;
d) Memungkinkan arus pergerakan modal tidak lagi dibatasi
wilayah geografis (borderless).
e) Industri ini tergolong padat teknologi informasi. Keunggulan
daya saingnya sangat bergantung pada kemajuan teknologi
informasi, khususnya dalam bidang transaksi perdagangan efek
tanpa warkat (scripless and remote trading).
f) Industri ini tergolong industri yang sangat banyak diatur oleh
kebijakan pemerintah (highly regulated) sebab industri ini
berkaitan dengan dana–dana milik masyarakat (Bapepam-LK,
2009:1).
c. Struktur dan Pelaku Pasar Modal
1) Struktur Pasar Modal
(Gambar 1)
18
Sumber gambar:
http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/AboutUs/IndonesiaCapital
MarketStructure/StrukturPasarModalIndonesiaInd_big.jpg
2) Pelaku Pasar Modal
Pelaku pasar modal adalah pihak-pihak yang terlibat baik secara
langsung ataupun tidak langsung dalam transaksi penjualan atau
pembelian di pasar modal dan satu sama lain memiliki peranan,
tanggung jawab, serta berfungsi untuk saling melengkapi satu sama
Munir Fuady (2001 : 37) para pelaku pasar modal dapat
digolongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut :
a) Pelaku investasi terdiri dari investor yang menanamkan
investasinya, baik investor domestik maupun asing, individual
maupun institusional.
b) Penarik modal adalah pihak yang mengemisi suatu sekuritas
(emiten) atau pihak perusahaan publik.
c) Penyedia fasilitas adalah pihak-pihak yang menyediakan
fasilitas atau tempat tertentu terhadap kegiatan pasar modal.
Kategori ini terdiri atas :
(1) Bursa Efek
Menurut UUPM Pasal 1 angka 4: “bursa efek adalah
Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan
atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli
efek pihak–pihak lain dengan tujaun memperdagangkan
efek diantara mereka.” Bursa efek di Indonesia adalah
badan hukum swasta berbentuk Perseroan Terbatas yang
merupakan organisasi usaha swasta yang telah mendapat
izin usaha dari Bapepam-LK sekarang kewenangannya
dialihkan ke OJK hal ini termuat dalam Pasal 6 UUPM.
Sebagai Self Regulatory Organization, bursa efek
memiliki tugas-tugas yaitu membuat peraturan mengenai
19
keanggotaan, pencatatan, perdagangan, dan lain-lain yang
berkaitan dengan kegiatan Bursa Efek yang baru mulai
dapat berlaku setelah mendapat persetujuan dari OJK. Di
samping itu juga bertugas mencegah praktek transaksi yang
dilarang melalui pelaksanaan fungsi pengawasan, sehingga
ketentuan Bursa Efek mempunyai ketentuan hukum yang
mengikat bagi para pelaku Pasar Modal;
(2) Lembaga Kliring dan Peminjaman (LKP)
Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP) adalah pihak yang
menyelenggarakan jasa kliring dan penjamin penyelesaian
Transaksi bursa pengertian ini termuat dalam Undang–
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1
angka 9;
(3) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) adalah
pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral
bagi Bank kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain. Hal
ini termuat dalam UUPM Pasal 1 angka 10.
(4) Pengawas adalah pihak yang bertugas untuk mengawasi
jalannya kegiatan pasar modal. Kategori ini terdiri dari
Otoritas
Jasa
Keuangan
serta
pihak-pihak
instansi
pemerintah seperti Departemen Keuangan, Bank Indonesia,
Kepolisian (jika ada kasus pidana di pasar modal), dan lainlain.
(5) Penunjang
adalah
pihak
yang
menyelenggarakan
kepentingan kegiatan pasar modal. Kategori Penunjang ini
dibagi lagi ke dalam dua kategori yang lebih kecil yaitu
Lembaga Penunjang dan Profesi Penunjang.
(a) Lembaga Penunjang Pasar Modal, terdiri dari:
(i) Kustodian, adalah pihak yang memberikan jasa
penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan
20
dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima
dividen, bunga, dan hak - hak lain, menyelesaikan
transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening
yang menjadi nasabahnya, hal ini termuat dalam
Pasal 1 angka 8 UUPM.
(ii) Biro Administrasi Efek (BAE), adalah pihak yang
berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan
pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak
yang berkaitan dengan efek. Hal ini termuat dalam
Pasal 1 angka 3 UUPM.
(iii) Wali Amanat (Trust Agen), regulasinya diatur dari
Pasal 50 sampai dengan Pasal 54 dalam UUPM.
Sedangkan, untuk pengertiannya sendiri termuat
dalam Pasal 1 angka 30 dalam Undang–Undang
yang sama sebagaimana didefinisikan bahwa “wali
amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan
pemegang efek yang bersifat utang.”
(b) Profesi Penunjang Pasar Modal yang terdiri dari:
(i) Akuntan,
bertugas
untuk
memeriksa
dan
melaporkan segala sesuatu yang berkenaan dengan
masalah keuangan dari emiten;
(ii) Konsultan Hukum, bertugas melakukan, mambuat
dan bertanggung jawab terhadap dokumen legal
audit dan legal opinion, yang mencerminkan
segala sesuatu yang berkenaan dengan hukum dari
suatu perusahaan terbuka;
(iii)Penilai, bertugas menilai aset-aset dari sebuah
perusahaan terbuka untuk kemudian dilaporkan
menurut cara-cara yang digariskan oleh ketentuan
yang berlaku;
21
(iv) Notaris, merupakan pihak yang dibebankan tugas
untuk membuat dan mengaktakan dokumendokumen tertentu untuk kepentingan pasar modal.
d. Instrumen Pasar Modal/Jenis-jenis Sekuritas
Jogiyanto dan Hartono (2008:98) mendefinisikan instrumen pasar
modal adalah semua surat-surat berharga (efek) yang umumnya
diperjualbelikan pasar modal. Sedangkan menurut Undang-Undang Pasar
Modal Nomor 8 Tahun 1995 (UUPM) Pasal 1 angka 5 yang dimaksud
dengan “Efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap
rights, waran, opsi, atau setiap derivative dari efek, atau setiap instrumen
yang ditetapkan sebagai Efek.”
Berikut diuraikan Instrumen dalam Pasar Modal:
1) Saham (Share/Stock)
Saham adalah sebuah surat berharga yang diperdagangkan dipasar
modal dan dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk
perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham
tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu.
2) Obligasi (Bonds)
Obligasi adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan
kepada individu atau perusahaan. Pembeli obligasi ini disebut
kreditur, bukan pemilik perusahaan. Surat obligasi ini memberi hak
pada pemegangnya untuk menagih bunga kepada perseroan,
meskipun dalam keadaan rugi sekalipun Penerbitan obligasi ini
merupakan cara mendapat modal yang sangat efisien dari pasar
modal.
3) Derivatif Efek
Derivatif Efek adalah turunan dari Efek utama baik yang bersifat
penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan
langsung dari Efek utama maupun turunan selanjutnya. Derivatif
22
merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang
keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut
sebagai
underlying
assets.
(http://www.idx.co.id/id-
id/beranda/produkdanlayanan/derivatif.aspx)
Terdapat beberapa jenis efek yang ditawarkan kepada publik
yang sebenarnya hanya kelanjutan saja dari efek yang telah terlebih
dahulu dipasarkan. Efek-efek tersebut yaitu:
a) Kontrak Opsi Saham (KOS) adalah suatu perjanjian yang
memberi pemiliknya hak, bukan kewajiban untuk membeli atau
menjual suatu asset tertentu pada waktu tertentu selama waktu
tertentu;
b) Kontrak Berjangka Indeks Saham adalah perjanjian yang di buat
hari ini yang mengharuskan adanya transaksi di masa yang akan
datang;
c) Waran (Warrant) adalah efek yang dapat memberi hak kepada
pemegang saham prioritas suatu hak istimewa untuk membeli
saham biasa dan lain- lain;
d) Right/Klaim adalah sekuritas yang memberikan hak kepada
pemegang saham lama untuk membeli saham baru perusahaan
sebelum saham-saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain.
Bila pemegang saham tidak bermaksud untuk menggunakan
haknya (membeli saham), maka bukti right yang dimilikinya
dapat diperjual belikan di bursa.
2.
Tinjauan Umum Kontrak Investasi Kolektif
Kontrak Investasi Kolektif adalah salah satu dari bentuk Reksa Dana.
Reksa Dana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio
Efek oleh Manajer Investasi. Reksa Dana merupakan perseroan atau investasi
kolektif masyarakat pemodal yang diinvestasikan ke dalam efek oleh manajer
investasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Reksa Dana adalah
23
sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada
manajer investasi selaku pengelola Reksa Dana, untuk digunakan sebagai
modal berinvestasi di pasar modal. Dengan membeli sebagian Unit
Penyertaan, Investor individual yang memiliki dana terbatas dapat menikmati
manfaat atas kepemilikan berbagai macam efek dan terbebas dari kesulitan
untuk menganalisis Efek (M. Paulus Situmorang, 2008:61).
Berdasarkan ketentuan Pasal 18 UUPM, ada dua bentuk Reksa Dana,
yaitu berbentuk perseroan dan berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
Reksa Dana berbentuk KIK dibuat berdasarkan perjanjian antara Manajer
Investasi dan Bank Kustodian, dimana Manajer Investasi diberi wewenang
untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi
wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif yakni jasa penitipan atas
Efek yang dimiliki bersama oleh lebih dari satu pihak (Rudhy A. Lontoh dkk,
2001:585).
a. Pengertian Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities) dan Kontrak
Investasi Kolektif
Knowledge Bank dari Lyons Financial Solutions Holdings Ltd
(Seminar
Workshop,
2003)
khususnya
yang
berkaitan
dengan
penelitiannya yang berjudul Securitization Explained, “Asset-backed
securities are securities that are primarily serviced by cash flows of a
securitised assets that attracts interest on the basis of either being fixed
or variable for maturities that can be fixed, revolving, either long term or
short term, that by their own terms convert into cash over the duration
attached to them”. (terjemahan bebas Efek Beragun Aset adalah surat
berharga melalui arus kas dari aset yang disekuritisasi dari bunga dasar
baik yang tetap atau variabel untuk yang berjangka, bergulir, baik jangka
panjang atau jangka pendek, dimana mengkonversi menjadi uang tunai
selama durasi yang telah disepakati dalam sekuritisasi ke mereka).
Menurut ketentuan Bapepam-LK yang sekarang kewenangannya
telah diberi ke OJK akan tetapi ketentuan ini masih berlaku dimana
dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
24
Keuangan Nomor: KEP-493/BL/2008 tentang Perubahan Peraturan
Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset (Asset Backed Securities).
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) adalah
kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat
pemegang Efek Beragun Aset, dimana Manajer Investasi diberi
kewenangan untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank
Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif”.
KIK-EBA dapat timbul dari adanya sekuritisasi aset tagihan dari
perusahaan tertentu dirubah menjadi aset yang lebih likuid melalui
penciptaan surat berharga.
b. Pihak–pihak yang Terlibat dalam Penerbitan KIK EBA
Adapun pihak – pihak yang dapat terlibat dalam Penerbitan
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities),
adalah sebagai berikut (Ishwahjudi A. Karim, 2005:1-2):
1) Kreditur awal (originator), menurut ketentuan Bapepam-LK yang
sekarang kewenangannya telah diberi ke OJK akan tetapi ketentuan
ini masih berlaku dimana dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-493/BL/2008
tentang Perubahan Peraturan Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak
Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities),
“Kreditur awal (originator) adalah pihak yang mengalihkan aset
tagihannya kepada para pemegang EBA secara kolektif dimana aset
tersebut diperoleh pihak yang bersangkutan karena pemberian
pinjaman, dan atau pemberian jasa lain yang berkaitan dengan
usahanya.
2) Penerbit (Issuer), menerbitkan Efek beragun Aset kepada investor.
3) Debitur (borrower) yaitu pihak penerima kredit dari originator yang
wajib memenuhi kewajiban pembayaran kepada kreditur baru atau
investor.
4) Penyedia Jasa atau servicer, menurut ketentuan Bapepam-LK yang
sekarang kewenangannya telah diberi ke OJK akan tetapi ketentuan
ini masih berlaku dimana dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas
25
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-493/BL/2008
tentang Perubahan Peraturan Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak
Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities),
“Penyedia Jasa atau servicer adalah pihak yang bertanggung jawab
untuk memproses dan mengawasi pembayaran yang dilakukan
debitur, melakukan tindakan awal berupa peringatan atau hal-hal lain
karena debitur terlambat atau gagal memenuhi kewajibannya,
melakukan negosiasi, menyelesaikan tuntutan terhadap debitur dan
jasa lain yang ditetapkan dalam kontrak.”
5) Bank Kustodian, menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor:
7/4/Pbi/2005
tentang
Prinsip
Kehati-Hatian
dalam
Aktivitas
Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum, “Bank Kustodian adalah bank
yang memberikan jasa penitipan EBA dan harta serta jasa lain yang
berkaitan dengan Sekuritisasi Aset sesuai ketentuan yang berlaku.”
Bank Kustonian memeiliki wewenang untuk melaksanakan penitipan
kolektif dan mencatatkan underlying KIK-EBA atas namanya untuk
kepentingan Investor.
6) Manajer Investasi, menurut ketentuan Bapepam-LK yang sekarang
kewenangannya telah diberi ke OJK akan tetapi ketentuan ini masih
berlaku dimana dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-178/Bl/2008 tentang
Perubahan Peraturan Nomor V.G.5 Tentang Fungsi Manajer Investasi
Berkaitan Dengan Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities),
“Manajer Investasi merupakan pihak yang kegiataan usahanya
mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah,
kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan
sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang–undangan
yang berlaku.
7) SPV/SPC yaitu pihak yang membeli sejumlah aset tagihan dari
originator dan menerbitkan EBA untuk dijual kepada Investor.
26
8) Lembaga
Pemeringkat
Efek
yaitu
pihak
yang
melakukan
pemeringkatan atas efek yang diterbitkan.
9) Lembaga Sarana Peningkatan Kredit atau Credit Enhancer yaitu pihak
yang memberi jaminan pembayaran guna mendukung peningkatan
kualitas EBA.
10) Investor, menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/4/Pbi/2005
tentang Prinsip Kehati-Hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset Bagi
Bank Umum, Pemodal (investor) adalah pihak yang membeli EBA.
11) Pihak pendukung seperti konsultan hukum, akuntan publik, notaris,
dll.
c. Proses Sekuritisasi Dalam KIK-EBA
Secara umum, Instrumen EBA merupakan salah satu bentuk
Sekuritisasi Aset dalam pasar keuangan. Sekuritisasi aset adalah suatu
proses transformasi aset keuangan yang tidak likuid menjadi dana yang
likuid dengan menerbitkan efek/surat berharga kepada prospektif investor
yang dijamin oleh aset finansial. Tujuan dari sekuritisasi aset adalah untuk
meningkatkan kemampuan likuiditas Kreditur Awal dan memberikan hasil
investasi dalam bentuk bunga bagi para Investor (Gunawan Widjaja dan
Almira, 2006:334).
Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2008 jo Peraturan Presiden
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pembiayaan Sekunder Perumahan Pasal 1
angka 14, sekuritisasi adalah:
“transformasi asset yang tidak likuid
menjadi likuid dengan cara pembelian aset keuangan dari kreditor asal dan
penerbitan Efek Beragun Aset.”
Dari pengertian dan definisi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut
(Gunawan Widjaja, 2008:328-329):
1) Sekuritisasi adalah suatu proses me-likuidkan aset-aset yang tidak
likuid menjadi likuid.
2) Proses tersebut dilakukan dengan cara melepaskan pemilikan atas
aset-aset yang tidak likuid tersebut.
27
3) Pelepasan aset tersebut dilakukan melalui jual beli atau bentuk-bentuk
pengalihan hak milik dari aset lainnya dari pemilik semula yang
dinamakan originator.
4) Proses tersebut melibatkan suatu institusi yang independen, yang
terlepas dari perusahaan yang bermaksud untuk melikuidkan asetnya
tersebut, yang menerbitkan Efek beragun Aset, yang disebut dengan
lembaga penerbit (issuer).
5) Aset-aset yang tidak likuid tersebut kemudian dijadikan sebagai
jaminan atau agunan (collateral) dalam rangka penerbitan surat
berharga (pasar uang atau pasar modal).
6) Untuk melindungi kepentingan investor, aset-aset yang menjadi
jaminan bagi penerbitan surat berharga (pasar uang atau pasar modal)
diletakkan dalam keadaan yang terpisah dari pengelola aset tersebut
(termasuk dari pemilik aset semula).
Secara sederhana sekuritisasi aset mengambil bentuk sebagai berikut:
Originator
1
Issuer
(Penerbit)
3
2
Investor
4
(Gambar 2) Gambaran Sederhana Sekuritisasi Aset
Sumber: Gunawan Widjaja, 2008:29
Keterangan:
1) Originator menjual piutang-piutang, khususnya piutang-piutang jangka
menengah atau jangka panjangnya kepada issuer.
2) Issuer menerbitkan Efek beragun Aset kepada investor.
3) Issuer memperoleh pembayaran dari investor yang mengambil bagian
dalam penerbitan Efek Beragun Aset tersebut.
4) Issuer membayar nilai pembelian piutang-piutang jangka panjang tersebut
kepada originator.
d. Manfaat dan Resiko Efek Beragun Aset
1) Manfaat Penerbitan Efek Beragun Aset
28
Manfaat sekuritisasi aset terhadap perekonomian (Soebowo Musa,
1997:13):
a) Sekuritisasi aset umumnya mempunya risiko yang lebih rendah
dibandingkan dengan instrument keuangan lainnya seperti saham
atau obligasi.
b) Originator yang mempunyai sumber pendanaan yang memadai
akan meningkat pula skala usahanya dan tentu akan berdampak
pada peningkatan kemampuan mereka dalam mencetak laba. Hal
ini tentu membawa potensi peningkatan penerimaan pajak bagi
pemerintah.
2) Risiko Efek Beragun Aset
Seperti halnya wahana investasi lainnya, di samping mendatangkan
manfaat, efek beragun aset juga mengandung beberapa risiko, antara
lain:
a) Risiko aset (piutang dan pembayarannya)
(1) kualitas piutang yang dijual kepada issuer (semakin tinggi
NPL (Non Performing Loan) dari bank, maka semakin rendah
kualitas piutang) dan
(2) kualitas originator dalam memberikan pinjaman Untuk menilai
kelayakan piutang, proses sekuritisasi melibatkan pemeringkat.
b) Risiko Servicer
Pada umumnya servicer adalah juga originator dari piutang
yang dialihkan tersebut. Servicer merupakan satu-satunya pihak
yang merupakan penghubung antara debitur dalam piutang asal,
termasuk jaminan yang mungkin melekat padanya. servicer atau
originator yang nakal dapat saja melakukan tindakan memilahmilah piutang sehingga yang dijual pada issuer merupakan piutang
dengan kualitas yang lebih rendah. Piutang dengan kualitas lebih
bagus masih tetap dipertahankan servicer atau originator.
29
c) Perselisihan antar pihak yang bertransaksi
d) Resiko suku bunga, dimana efek beragun aset akan mengalami
fluktuasi harga akibat pengaruh dari perubahan suku bunga, harga
efek beragun aset akan turun bila terjadi peningkatan suku bunga.
e) Pelunasan lebih awal (early call) akan memengaruhi yield yang
diterima bila terjadi pelunasan lebih awal.
f) Gagal bayar, pemegang efek beragun aset akan mengalami
kerugian
apabila
debitur
dari
aset
jaminan
mengalami
kebangkrutan atau tidak mampu membayar tepat pada waktunya
atas bunga dan pinjaman pokok.
3. Prinsip-Prinsip/Asas Hukum dan Prinsip-Prinsip/Asas Hukum Pasar
Modal
a. Prinsip-Prinsip/Asas Hukum
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan prinsip
sebagai asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak,
dan sebagainya) atau merupakan sebuah dasar. Sedangkan, menurut
terminology bahasa, yang dimaksud asas ada dua pengertian. Yakni,
yang pertama: dasar, alas, pondamen. Sedangkan arti asas yang kedua
adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan
berpikir atau berpendapat. Kemudian menurut para ahli prinsipprinsip/asas-asas hukum diartikan sebagai berikut (Sudikno, 2007:5):
1) Bellefroid mengatakan bahwa prinsip/asas hukum umum adalah
norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh
ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan. Jadi dapat
disimpulkan, bahwa asas hukum adalah dasar-dasar umum yang
terkandung dalam peraturan hukum, dasar-dasar umum tersebut
merupakan sesuatu yang mengandung nilai-nilai yang bersifat
etis. Prinsip atau asas hukum membuat hukum hidup, tumbuh dan
berkembang serta menunjukan kalau hukum itu bukan sekedar
kaedah.
30
2) Van Eikema Hommes, mengatakan bahwa prinsip/asas hukum
tidak boleh dianggap sebagai norma hukum konkrit akan tetapi
perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjukpetunjuk bagi hokum yang berlaku. Dengan kata lain asas hukum
merupakan dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan
hukum positif.
3) Paul Scholten, merumuskan bahwa prinsip/asas hukum adalah
kecenderungan-kecenderungan yang disyaratkan oleh pandangan
kesusilaan pada hukum, merupakan sifat-sifat umum dengan
segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum tetapi
yang tidak harus ada.
4) Van Der Valden, mengatakan bahwa prinsip/asas hukum
merupakan tipe putusan tertentu yang dapat digunakan sebagi
tolak ukur untuk menilai situasi atau digunakan sebagai pedoman
berperilaku.
5) Sudikno Mertokusumo, mengartikan prinsip/asas hukum bukan
merupakan peraturan hukum tetapi pikiran dasar yang umum
sifatnya atau latar belakang dari peraturan konkrit yang terdapat
dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam
peraturan perundang-undangan dan putusan hakim sebagai hokum
positif dan dapat ditemukan dengan mencari sifat-sifat umum
dalam peraturan konkrit tersebut.
6) Prinsip/asas hukum tidak akan habis kekuatannya dengan
melahirkan suatu peraturan hukum, melainkan tetap saja ada dan
akan melahirkan suatu peraturan selanjutnya. Prinsip/asas hukum
menjadi alat untuk mengisi kekosongan dan kesenjangan hukum.
Prinsip/asas hukum akan menghindari keterbelakangan aturan
normatif dari realitas. Dari hukum yang normatif dan terus
berjalan tertatih-tatih di belakang kenyataan (het recht hint
antcher). Banyak yang memberikan komentar diantara ahli yuridis
mengenai asas/prinsip hukum sebagai ground norm (Kelsen) dan
31
penting
dalam
penyusunan
sebuah
aturan,
sebagaimana
dikemukakan oleh dalam Suparto Wijoyo (2005: 45 – 49):
a) Prinsip/asas hukum itu adalah tendensi-tendensi, yang
disyaratkan pada hukum oleh pandangan kesusilaan kita
(Paul Scholten).
b) Prinsip/asas hukum adalah ukuran-ukuran yang memberikan
arah pembentukan hukum (Karl Larens).
c) Dari
prinsip/asas
hukum
positif
memperoleh
makna
hukumnya. Terdapat kualitas dari hukum yang dapat dinilai,
hukum dapat dipahami dengan berlatar belakang suatu asas
yang melandasi (Meuwissen).
d) Prinsip/asas
pertimbangan
adalah
anggapan-anggapan
fundamental
yang
pertimbangan-
merupakan
dasar
diletakkannya tingkahlaku kemasyarakatan (King Gie dan
Ten Berg).
Dari uraian di atas, dapat dilihat betapa pentingnya prinsip/asas
hukum agar termuat dalam suatu peraturan perundang-undangan.
Prinsip/asas hukum adalah jiwa (soul) dan jantung dari peraturan
hukum sehingga hukum itu menjadi kuat landasan sosiologis dan
filosofisnya. Oleh karenanya, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal menjadi landasan asas atau prinsip dengan
fungsinya sebagai dasar dalam penegakan hukum di pasar modal.
b. Prinsip-Prinsip/Asas Hukum Pasar Modal
Pasal 3 Ayat (1) dan Ayat (2) UUPM menyebutkan:
Pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan
pasar modal dilakukan oleh Badan Pembina dan pengawas pasar
Modal yang selanjutnya disebut Bapepam-LK yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan
Republik Indonesia sekarang fungsi tersebut beralih ke Otoritas
Jasa Keuangan selanjutnya disebut OJK.
Kemudian, penjelasan Pasal 3 UUPM menegaskan bahwa:
Mengingat pasar modal merupakan sumber pembiayaan dunia
usaha dan sebagai wahana investasi bagi pemodal yang
32
memiliki peranan strategis untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional, kegitan pasar modal perlu mendapat
pengawasan agar dapat dilaksanakan secara teratur, wajar dan
efisien.
Untuk itu, secara operasional Bapepam-LK sekarang kewenngannya
dilimpahkan kepada OJK diberi kewenangan untuk membina,
mengatur dan mengawasi setiap pihak yang melakukan kegiatan di
Pasar modal. Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan menempuh
upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk aturan,
pedoman, pembimbingan, dan pengarahan maupun secara represif
dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan dan pengenaan sanksi.
Pasal 4 UUPM menjelaskan maksud Pasal 3 ayat (1) UUPM
dimana kewenangan Bapepam-LK yang saat ini kewenangannya
berlalih ke OJK bahwa tujuan pembinaan, pengaturan dan
pengawasan bertujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal
yang teratur wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal
dan masyarakat. Sehinga, secara garis besar mengenai definisi diatas
yang merupakan prinsip-prinsip hukum dalam kegiatan pasar modal,
yakni:
1)
Pasar yang teratur adalah suatu keadaan pasar dimana
didalamnya terdapat pengelola pasar dan adanya aturan main
yang baku. Para pelaku atau pemain dalam pasar tersebut harus
mengetahui dan mematuhi aturan main tersebut.
2)
Pasar yang wajar, adalah suatu keadaan pasar dimana hubungan
dalam penentuan harga dipengaruhi oleh Supply and demand
(permintaan dan penawaran) dan bukan merupakan hasil
rekayasa (manipulasi pasar). Untuk dapat dikatakan pasar yang
wajar, maka harus dipenuhi syarat bahwa harga tidak didominasi
oleh salah satu pihak, berapa pun harga yang terjadi tidak ada
intervensi baik oleh pemerintah, pihak-pihak Penyelenggara dan
perusahaan
yang menciptakan harga yang semu untuk
kepentingan pribadi yang dapat merugikan kepentingan investor.
33
3)
Pasar yang efisien didasarkan kepada teori market efisien yang
menyatakan bahwa pergerakan harga saham akan selalu
bergerak kearah harga yang benarbila distribusi informasi yang
menyebar ke pasar merata, sehingga harga yang tercipta
merupakan refleksi dari harga pasar yang benar. Berarti faktor
distribusi
informasi
yang menyebar
dan
diterima
oleh
masyarakat investor/pasar secara merata akan menghasilkan
pembentukan
harga
yang
wajar.
Sehingga
penggunaan
parameter kenaikan atau penurunan harga saham, hanya dapat
diformulasi
dengan
tepat
berdasarkan
pemantauan
dan
pengamatan secara terus menerus atas efektivitas penyebaran
informasi.
4)
Transparansi informasi untuk kepentingan perlindungan bagi
pemegang saham publik, I Putu Gege Ary Suta (2000:94) dalam
bukunya Menuju Pasar Modal Modern menjelaskan secara lebih
rinci mengenai transparansi atau keterbukaan Informasi,
kewajaran dan pelaporan yang harus dilakukan oleh setiap pihak
yang melakukan penawaran tender untuk membeli efek emiten
atau perusahaan yang sudah go public dalam kegiatan pasar
modal (Pasal 83 sampai dengan Pasal 87 UUPM adalah sebagai
berikut: ”Perlindungan investor merupakan salah satu kunci di
pasar modal”.
Sehingga, menurut Munir Fuady (2001:13) terdapat target
yuridis (asas/prinsip) dari pengaturan hukum terhadap pasar modal
pada pokoknya adalah sebagai berikut:
a) Keterbukaan informasi;
Informasi merupakan unsur terpenting bagi investor dan
pelaku usaha sebab informasi pada hakikatnya menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk masa lalu, masa
sekarang, maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan
suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya di Pasar
34
Modal. Keterbukaan informasi dalam Pasar Modal terutama
keterbukaan terhadap fakta material adalah merupakan
persoalan inti dan jiwa dari Pasar Modal, karena prinsip
keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik
terhadap pasar dimana keterbukaan tentang informasi yang
mengandung fakta material sebagai jiwa pasar modal,
didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan informasi
yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi
investor, sehingga investor dapat secara rasional mengambil
keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.
Oleh karena itu, prinsip keterbukaan informasi telah menjadi
fokus sentral dari pasar modal itu sendiri (Munir Fuady,
2001:78).
Lalu, Bismar Nasution dalam Majalah Mimbar Ilmiah yang
berjudul “Beberapa Aspek Hukum Pasar Modal dalam
Transaksi
Saham”,
menyebutkan
bahwa
tujuan
dari
keterbukaan dalam pasar modal, yakni (Abdul Halim,
2006:36):
(1) Untuk menciptakan mekanisme pasar efisien;
(2) Perlindungan terhadap investor, khususnya investor
biasa (unsophisticated investors) dari penipuan. Karena
tujuan prinsip keterbukaan tersebut dilakukan dengan
cara menyamakan akses terhadap informasi di antara
para pelaku pasar;
(3) membantu menetapkan harga yang akurat.
Menurut Penjelasan Pasal 1 angka 7 UUPM, yang termasuk
sebagai informasi atau fakta material, adalah antara lain
informasi mengenai :
(1) Penggabungan
usaha
(merger),
pengambilalihan
(acquisition), peleburan usaha (consolidation) atau
pembentukan usaha patungan (joint venture).
35
(2) Pemecahan saham atau pembagian dividen saham (stock
dividend).
(3) Pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya.
(4) Perolehan atau kehilangan kontrak penting.
(5) Produk dan penemuan baru yang berarti.
(6) Perubahan tahun buku perusahaan, dan
(7) Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting
dalam manajemen.
UUPM mewajibkan keterbukaan, dimana dalam UUPM
termuat makna mengenai kewajiban keterbukaan tersebut
secara substansial menentukan pengungkapan informasi pada
saat-saat yang telah ditentukan, dan yang lebih penting
undang-undang tersebut menentukan pengawasan waktu,
tempat dan bagaimana perusahaan melakukan keterbukaan.
Hal tersebut dapat dilihat pada Pasal 1 angka 25 UUPM yang
menyebutkan bahwa:
Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang
mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain
yang tunduk pada Undang-Undang ini untuk
menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang
tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau
Efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan
pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga efek
tersebut.
Pasal 86 ayat (1) UUPM mengatakan bahwa
Emiten, perusahaan publik, atau Pihak lain yang terkait
wajib menyampaikan informasi penting yang berkaitan
dengan tindakan atau efek perusahaan tersebut pada waktu
yang tepat kepada masyarakat dalam bentuk laporan
berkala dan laporan peristiwa penting kemudian emiten
wajib menyampaikan informasi secara lengkap dan akurat.
Maksud dari lengkap
adalah jika informasi yang
disampaikan itu utuh, tidak ada yang tertinggal atau
disembunyikan, disamarkan, atau tidak menyampaikan apa-apa
36
atas fakta material. Dikatakan akurat jika informasi yang
disampaikan mengandung kebenaran dan ketepatan. Kalau
tidak memenuhi syarat tersebut, maka informasi dikatakan
sebagai informasi yang tidak benar atau menyesatkan (UUPM
Pasal 80 ayat (1)).
b) Profesionalisme dan tanggung jawab para pelaku Pasar Modal
Profesionalisme memiliki makna mutu, kualitas, dan tindak
tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang
profesional (KBBI). Sedangkan, tanggung jawab memiliki
makna keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan,
dan sebagainya) fungsi menerima pembebanan, sebagai akibat
sikap pihak sendiri atau pihak lain (KBBI). Kemudian pelaku
pasar modal adalah orang/para pihak yang melakukan suatu
perbuatan di bidang pasar modal (KBBI). Dapat disimpulkan
Profesionalisme dan tanggung jawab para pelaku Pasar Modal
berarti orang/para pihak yang melakukan kegiatan di pasar
modal harus bertindak profesional (melakukan suatu perbuatan
sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang
dijalani) dan wajib untuk bertanggung jawab atau menanggung
segala sesuatu atas suatu perbuatan yang dilakukan di pasar
modal.
Profesionalisme dan tanggung jawab merupakan suatu kata
yang saling beriringan. Apabila pelaku pasar modal tidak
profesional
dan
melakukan
pelanggaran
serta
tidak
melaksanakan salah satu dari prinsip/asas dalam pasar modal
maka pelaku pasar modal haruslah bertanggung jawab atas
pelanggran tersebut, misalnya terjadi pelanggaran terhadap
prinsip/asas
keterbukaan
mengenai
informasi
yang
menyesatkan (miss feeding information) kepada investor,
maka berdasarkan Pasal 80 UUPM, pihak/para pelaku pasar
37
modal dapat dimintakan pertanggungjawabannya, mereka
terdiri atas:
(1) Setiap
pihak
yang
menandatangani
Pernyataan
Pendaftaran;
(2) Direktur dan Komisaris Emiten;
(3) Penjamin Pelaksanaan Emisi Efek.
(4) Profesi penunjang pasar modal.
c) Pasar yang tertib dan modern
Pasar yang tertib dan modern, merupakan acuan dari
suatu kualitas Pasar Modal disuatu negara, hal ini sering
berhubungan dengan para investor yang ingin menanamkan
modalnya dalam pasar modal. Investor ingin mengetahui
kelengkapan pasar modal di suatu Negara yang terdiri atas:
Undang-Undang Pasar modal, mekanisme perdagangan, jenis
efek
yang
diperdaagangkan
kapitalidasi
pasar
modal,
mekanisme perdagangan, jenis efek yang diperdagangkan
kapitalisasi pasar, kustodian sentral dan setelemen sentral.
Kemudian, indikator dari prinsip pasar modal tertib dan
modern adalah sebagai berikut (Mohammad Samsul, 2006:7):
(1) Mekanisme perdagangan sudah tanpa warkat (scripless
trading);
UUPM dalam Pasal 55 ayat (1) dimana dinyatakan
bahwa :“Penyelesaian Transaksi Bursa dapat dilaksanakan
dengan peyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik, atau
cara lain yang diterapkan dengan Peraturan Pemerintah.”
Transaksi perdagangan Efek tanpa warkat merupakan
Sistem perdagangan Efek di bursa Efek yang dilaksanakan
secara elektronik dengan penyelesaian melalui sistem
pemindah bukuan (book-entry settlement system) atau
perpindahan Efek maupun dana hanya melalui mekanisme
debit-kredit atas suatu rekening sekuritas (securities
38
account). Adapun tanda bukti kepemilikan Efek tidak lagi
akan berbentuk fisik sertifikat Efek, tetapi diwujudkan
dalam rekening Efek pada Kustodian Sentral. Perdagangan
tanpa warkat ini menguntungkan perusahaan efek, bank
kustodian, dan investor dimana karenanya mekanisme
debit-kredit dalam pasar modal prosesnya menjadi lebih
sederhana jika diabandingkan sebelum adanya prinsip
pasar modal tertib dan modern, dimana dalam debit-kredit
pada saat itu masih menggunakan suatu sistem manual dan
itu membuat proses debit-kredit menjadi lebih kompleks.
(2) Terdapat Pasar Kesatu, Pasar Kedua, Pasar ketiga dan
Pasar Keempat;
Menurut Mohammad Samsul (2006:46) terdapat empat
kategori pembagian pasar modal, yaitu :
(a) Pasar perdana/pertama adalah tempat atau sarana bagi
perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan
saham atau obligasi ke masyarakat umum;
(b) Pasar Kedua adalah tempat atau sarana transaksi jualbeli efek antar investor dan harga dibentuk oleh
investor melalui perantara efek;
(c) Pasar Ketiga adalah saran transaksi jual-beli efek
antara market maker serta investor dan harga dibentuk
oleh market maker. Market maker adalah anggota
bursa yang saling bersaing satu sama lain untuk
menentukan harga saham;
(d) Pasar Keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara
investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara
efek.transaksi ini dilakukan secara tatap muka dan
dilaksansakan oleh para investor besar karena dapat
menghemat biaya transaksi daripada dilakukan di
pasar sekunder.
39
(3) Jumlah jenis saham dan obligasi yang diperdagangkan
sangat banyak dan kapitalisasi pasar sangat besar;
Kapitalisasi pasar adalah total jumlah surat berharga
yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan di dalam satu
pasar. Kapitalisasi mungkin termasuk obligasi, surat
hutang (promes), saham preferen dan saham biasa.
Obligasi dan promes biasanya dihitung menurut nilai
nominal atau nilai pari. Saham preferen dan saham biasa
dapat dihitung dalam nilai nominal, nilai pasar yang
ditetapkan,
atau
jumlah
yang
diterima
emiten
(http://kamusbisnis.com/arti/kapitalisasi-pasar/).
(4) Terdapat lembaga central custodian dan central clearing;
Central custodian atau lebih dikenal dengan Kustodian
Sentral
Efek
Indonesia
(KSEI)
adalah
lembaga
penyimpanan dan penyelesaian di pasar modal Indonesia
yang menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian
transaksi
(http://kamusbisnis.com/?s=kustodian+sentral).
efek
Central
clearing atau dikenal dengan Kliring Penjamin Efek
Indonesia (KPEI) dibentuk karena bertujuan untuk
menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian
transaksi bursa agar tertib, teratur, wajar dan efisien.
(5) Efek yang disimpan di central custodian sudah atas nama
investor bukan atas nama perusahaan broker (street name);
Investor memperoleh keuntungan secara langsung tidak
lagi melalui perantara yang prosesnya terkadang terlampau
lama.
(6) Tidak ada diskriminasi aturan dalam kepemilikan saham.
Adanya prinsip tertib dan pasar modern dalam pasar
modal maka, tidak ada pembedaan perlakuan terhadap
sesama pemilik saham, dari yang memiliki saham tertinggi
40
sampai yang terendah sekalipun dalam kegiatan di pasar
modal.
d) Efisiensi
Efisiensi dalam KBBI bermakna ketepatan cara (usaha,
kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang
waktu,
tenaga,
biaya);
kedayagunaan;
ketepatgunaan;
kesangkilan. Dan, kemampuan menjalankan tugas dengan baik
dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya).
Kemudian, kata ganti dari efisiensi adalah efisien yang dalam
KBBI memiliki makna yang sama dengan efisiensi yaitu, tepat
atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu
(dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya). Dan,
mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat; berdaya
guna; bertepat guna.
Pasar modal yang efisien dapat diartikan sebagai pasar
yang bisa menyediakan jasa-jasa yang diperlukan oleh para
pemodal dengan biaya yang minimal. Dalam pengertian yang
lain, West (International Financial Review, IMF 2013)
misalnya membedakan istilah efisiensi pasar modal ini dengan
dua pendekatan, yakni external efficiency dan internal
efficiency. Menurut West, external efficiency menunjukkan
bahwa pasar berada dalam keseimbangan sehingga keputusan
perdagangan saham berdasarkan atas informasi yang tersedia
tidak bisa memberikan keuntungan di atas tingkat keuntungan
keseimbangan. Sedangkan internal efficiency, lanjut West,
menunjukkan bahwa pasar modal tersebut bukan hanya
memberikan harga yang benar tetapi juga memberikan
berbagai jasa yang diperlukan oleh para pembeli dan penjual
dengan biaya serendah mungkin.
Efsiensi eksternal (external efficiency) ini sesuai dengan
pengertian mikro pasar modal, yaitu suatu kondisi seberapa
41
jauh pasar modal informationally efficient, yang berkaitan
dengan apakah harga sekuritas di pasar modal tersebut
mencerminkan informasi efek seperti pialang, pengelola bursa
dan sebagainya yang relevan. Konsep ini berbeda dengan
konsep makro pasar modal. Menurut Errunza (Errunza, V.R.
1979) efisiensi eksternal ini berhubungan dengan seberapa
jauh pasar modal bisa memobilisasi dana dari masyarakat.
Untuk menyajikan pemahaman yang baik mengenai
konsep efisiensi pasar modal ini, sebaiknya perlu diperhatikan
tiga bentuk teori pasar modal yang efisien (Errunza, V.R,
1979). Pertama, Weak form efficiency; kedua, Semi strongform
efficiency, dan ketiga, Strong form efficiency. Ketiga bentuk
kategori pasar modal yang efisien tersebut oleh diuraikan
sebagai berikut:
"Weak form hypotheses, that current stock price already
reflects all information that can be gleaned from past price
changes". "Semi strong form hypotheses, that current stock
price reflect not only the imformation implied by historical
price changes but also information implied by all publicly
available information relevant to a company’s securities".
"Strong form hypotheses, that current stock price reflecs all
relevant information available only to company insider or
other frivilegedgroups".
(terjemahan bebas: "efisiensi yang lemah, artinya bahwa harga
saham saat sudah mencerminkan semua informasi yang dapat
diperoleh dari perubahan harga masa lalu". "efisiensi dengan
bentuk semi kuat, artinya bahwa harga saham saat ini
mencerminkan tidak hanya information tersirat oleh perubahan
harga historis namun juga informasi tersirat oleh semua
informasi yang tersedia secara publik yang relevan dengan
sekuritas perusahaan". "Bentuk hipotesis yang kuat, artinya
42
bahwa harga saham saat ini mencerminkan semua informasi
yang relevan yang tersedia hanya untuk orang dalam
perusahaan atau kelompok istimewa lainnya”).
Pada
weak
formefficiency,
pemodal
tidak
bisa
memperoleh tingkat keuntungan di atas normal dengan
menggunakan trading rules berdasarkan informasi harga pada
masa atau waktu sebelumnya. Banyak pasar modal di dunia
mengambil bentuk seperti ini (Husnan, S, 2012:219). Berbeda
dengan weak form, pada semi strong form efficiency, hargaharga saham yang ada saat ini (current) bukan saja
dicerminkan pada kondisi harga pada waktu yang lalu tetapi
juga mencakup semua informasi yang dipublikasikan. Artinya,
para pemodal tidak dapat memperoleh tingkat keuntungan di
atas normal dengan memanfaatkan informasi publik.
Sementara bentuk ketiga, srtongformefficiency, harga
bukan saja mencerminkan informasi yang dipublikasikan,
tetapi informasi dari analisis fundamental tentang perusahaan
dan perekonomian. Dalam kondisi seperti ini, harga selalu
wajar dan tidak ada investor yang mampu memperoleh
perkiraan yang lebih baik tentang harga saham. Suatu studi
yang pernah dilakukan oleh Husnan (2012), menyimpulkan
bahwa terjadi peningkatan efisiensi pasar modal bentuk lemah
(weak form), dan tidak dalam bentuk setengah kuat (semi
strong).
Pasar dengan prinsip efisien di pasar modal akan
berlandaskan kepada teori market efisien yang menyatakan
bahwa pergerakan harga saham akan selalu bergerak kearah
harga yang benar bila distribusi informasi yang menyebar ke
pasar merata, sehingga harga yang tercipta merupakan refleksi
dari harga pasar yang benar. Berarti faktor distribusi informasi
yang menyebar dan diterima oleh masyarakat investor/pasar
43
secara merata akan menghasilkan pembentukan harga yang
wajar.
Sehingga
penggunaan
parameter
kenaikan
atau
penurunan harga saham, hanya dapat diformulasi dengan tepat
berdasarkan pemantauan dan pengamatan secara terus menerus
atas efektivitas penyebaran informasi.
Pasar yang berprinsip efisien di pasar modal adalah suatu
keadaan dimana para partisipan dalam hal ini para pelaku pasar
(baik pembeli maupun penjual efek) jumlahnya harus cukup
besar sehingga tidak satu pun dari pihak partisipan akan dapat
mempengaruhi mekanisme pasar. Untuk dapat dikatakan suatu
pasar efisien harus terpenuhinya syarat bahwa semua pihak
merupakan pembentuk harga/price taker, setiap partisipan
dalam hal ini para pelaku pasar (baik pembeli maupun penjual
efek) jumlahnya harus cukup besar sehingga tidak satu pun
dari pihak partisipan akan dapat mempengaruhi mekanisme
pasar. Untuk dapat dikatakan suatu pasar dengan prinsip
efisien harus terpenuhinya syarat bahwa semua pihak
merupakan pembentuk harga (price taker), setiap partisipan
memiliki akses langsung terhadap informasi secara simultan
untuk meperoleh profit (gain), harga pasar yang terjadi
mencerminkan
informasi
pasar
dan
tidak
ada
yang
mendominasi.
I Putu Gede Ary (200:94) dalam bukunya Menuju Pasar
Modal Modern mengatakan bahwa Pasar modal yang
berprinsip fair, teratur, dan efisien adalah pasar modal yang
memberi perlindungan kepada investor publik terhadap praktek
bisnis yang tidak sehat dan tidak jujur ini berarti prinsip
efisiensi di pasar modal juga mengutamakan perlindungan
investor dalam penerapannya. Melakukan transaksi dengan
teratur dengan memenuhi semua prosedur yang telah
ditetapkan, pergerakan harga saham akan selalu bergerak
44
kearah harga yang benar karena distribusi informasi menyebar
secara merata, sehingga harga yang tercipta merupakan refleksi
dari harga pasar yang benar. Selain itu bursa efek diwajibkan
untuk menerapkan praktik perdagangan yang wajar dengan
mempertimbangkan aturan tentang prioritas harga dan waktu
dalam pelaksanaan perdagangan (Yully Rachmawati, 2004:
19-21).
Kemudian dapat disimpulkan bahwa Pasar dengan prinsip
Efisiensi/Efisiensi Pasar (Market Eficiency) didefinisikan
sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas dengan
informasi. Secara detail, prinsip efisiensi pasar dapat
didefinisikan
dalam
beberapa
macam
definisi,
yaitu
berdasarkan nilai intrinsik sekuritas, berdasarkan akurasi dari
ekspektasi harga, berdasarkan distribusi informasi yakni
keterbukaan informasi, dan berdasarkan pada proses dinamik.
Pasar modal di Indonesia telah menerapkan prinsip dari pasar
modal yakni efisiensi seperti yang telah diuraikan diatas. Set
e) Kewajaran
Prinsip pasar modal yakni kewajaran/Pasar yang wajar,
adalah suatu keadaan pasar dimana hubungan dalam penentuan
harga dipengaruhi oleh Supply and demand (permintaan dan
penawaran) dan bukan merupakan hasil rekayasa (manipulasi
pasar). Untuk dapat dikatakan pasar yang wajar/memenuhi
kewajaran, maka harus dipenuhi syarat bahwa harga tidak
didominasi oleh salah satu pihak, berapa pun harga yang
terjadi tidak ada intervensi baik oleh pemerintah, pihak-pihak
Penyelenggara dan perusahaan yang menciptakan harga yang
semu untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan
kepentingan investor (Seminar Nasional Teknologi Informasi
& Komunikasi Terapan 2011). Pasar modal yang wajar (fair)
atau menerpakan prinsip kewajaran adalah pasar modal yang
45
memberi perlindungan kepada investor publik terhadap
praktek bisnis yang tidak sehat dan tidak jujur.
Penerapan prinsip pasar modal yakni prinsip kewajaran
telah diterapkan di EBA yakni, dalam perlindungan investor
mengenai harga, Perlindungan yang dapat diberikan regulator
(Pemerintah melalui Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan sekarang OJK) dalam suatu kegiatan
bisnis adalah menjamin investor memperoleh informasi yang
lengkap mengenai risiko yang dihadapi. Risiko selalu terkait
dengan tingkat ekspektasi timbal balik dari suatu investasi atau
lazim disebut return oninvestment (I Putu Gede Ary Suta,
2000:91-92). Kemudian, prinsip ini juga termuat dalam
Peraturan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan
Lembaga
Keuangan
Nomor
Kep.178/Bl/2008
tentang
Perubahan Peraturan Nomor V.G.5 Tentang Fungsi Manajer
Investasi Berkaitan Dengan Efek Beragun Aset (Asset Backed
Securities) dimana manajer investasi berkewajiban untuk
melaporkan kepada investor/setiap pemegang EBA setiap
bulan mengenai perkiraan nilai pasar wajar setiap kelas EBA
yang didasarkan pada tingkat suku bunga pasar, peringkat
terakhir dari tiap kelas efek beragun aset, dan pembayaran
yang diharapkan untuk tiap kelas efek beragun aset, disertai
dengan uraian metode penilaian tersebut sehingga tercipta
suatu prinsip kewajaran dimana harga menjadi tidak
didominasi oleh salah satu pihak, berapa pun harga yang
terjadi tidak ada intervensi baik oleh pemerintah, pihak-pihak
Penyelenggara dan perusahaan yang menciptakan harga yang
semu untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan
kepentingan investor karena adanya laporan tersebut yang
dilaporkan oleh manajer investasi.
46
f) Perlindungan investor
Perlindungan investor merupakan hal penting di pasar
modal. Perlindungan merupakan kebutuhan dasar investor
yang harus dijamin keberadaanya dimana hal ini merupakan
sesuatu yang penting dan sifatnya adalah mutlak, hal inilah
yang akan membuat investor bersedia untuk menanamkan
dananya jika ada kepastian mengenai perlindungan hukum
terhadap dirinya.
Prinsip perlindungan investor di Pasar Modal merupakan
suatu prinsip yang dapat berjalan dan dilaksanakan apabila
semua prinsip dalam pasar modal berjalan beriringan yang
mana akan menghasilkan suatu perlindungan terhadap
investor. Misalnya, jika pasar modal teratur/berprinsip tertib,
berprinsip untuk bertanggungjawab, beprinsip wajar, dan
adanya prinsip efisiensi, serta keterbukaan informasi maka
pemodal dapat terlindungi dari praktik yang merugikan di
pasar modal dan terciptalah prinsip perlindungan investor.
Pasal 3 UUPM “Bapepam-LK (sekarang bernama OJK)
diberikan
kewenangan
untuk
melakukan
pembinaan,
pengaturan, dan pengawasan sehari-hari atas kegiatan Pasar
Modal ini merupakan bentuk dari prinsip tanggung jawab
dalam pasar modal.” Bentuk Pengawasan tersebut dapat
dilakukan dengan menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat
preventif dalam bentuk aturan, Pasar modal memberikan
alternatif menarik untuk melakukan investasi dalam berbagai
surat berharga yang lazim disebut Efek seperti saham, obligasi,
obligasi konversi, opsi, waran dan lain sebagainya. Dengan
alternatif
ini,
masyarakat
pemodal
diharapkan
dapat
melakukan pilihan yang sesuai dengan tujuan investasi dengan
mempertimbangkan keuntungan yang diharapkan dan juga
sekaligus risiko yang dikandungnya.
47
Berkenaan dengan pelaksanaan fungsi pengawasan, di
dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya diatur tentang
adanya
kewajiban
Penawaran
Umum
bagi
perusahaan
atau
Perusahaan
yang
melakukan
Publik
untuk
menyampaikan informasi mengenai keadaan usahanya, baik
dari segi keuangan, manajemen, produksi maupun hal yang
berkaitan dengan kegiatan usahanya kepada masyarakat.
Informasi tersebut mempunyai arti yang sangat penting bagi
masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan
investasi. Oleh karena itu, di dalam UUPM dan peraturan
pelaksanaannya diatur mengenai adanya ketentuan yang
mewajibkan Pihak yang melakukan Penawaran Umum dan
memperdagangkan efeknya di pasar sekunder untuk memenuhi
Prinsip Keterbukaan (Penjelasan Pasal 3 UUPM). Setelah
adanya suatu prinsip kewajiban kemudian dilanjutkan prinsip
keterbukaan dengan adanya transparansi/keterbukaan, suatu
perusahaan akan terhindar dari praktik-praktik mark-up dan
manipulasi (ini merupakan prinsip kewajaran dalam pasar
modal).
Penerapan
prinsip
full
and
fair
disclosure
(keterbukaan) akan memperkuat posisi pemegang saham dan
Bapepam untuk memantau kinerja perusahaan-perusahaan (M.
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, 2004:35) Adanya keharusan
untuk menerapkan prinsip keterbukaan (disclosure) di pasar
modal sebagai suatu keniscayaan yang akan melahirkan
budaya
fairness
(keadilan).
Hal
itu
selanjutnya
akan
menciptakan prilaku ekonomi yang sehat. Tidak hanya dalam
proses pasar modal, prinsip perlindungan investor juga diatur
melalui berbagai regulasi seperti UUPM dan UUOJK serta
aturan dibawahnya.
48
4. Perlindungan Hukum Bagi Investor di Pasar Modal
Secara kebahasaan, kata perlindungan dalam bahasa Inggris disebut
dengan protection. Istilah perlindungan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) dapat disamakan dengan istilah proteksi, yang artinya
adalah proses atau perbuatan memperlindungi, sedangkan menurut Black’s
Law Dictionary, protection adalah the act of protecting (Bryan,
2009:1343).
Menurut Salim dan Erlies, perlindungan hukum atau legal protection
merupakan kegiatan untuk menjaga atau memelihara masyarakat demi
mencapai keadilan. Kemudian perlindungan hukum dikonstruksikan
sebagai; Bentuk pelayanan, pelayanan ini diberikan oleh aparat penegak
hukum dan aparat keamanan, serta subjek yang dilindungi (Salim HS dan
Erlies Septiana Nurbaini, 2013:261).
Berikut diuraikan mengenai Perlindungan Hukum Bagi Investor dalam
Pasar Modal, yaitu:
a. Perlindungan Hukum Bagi Investor Menurut Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (UUPM).
Pasal 4 (UUPM) dinyatakan bahwa “Pembinaan, pengaturan,
pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh
Bapepam-LK dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar
Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan
pemodal dan masyarakat.”
Rezim UUPM menentukan dan mengatur bahwa otoritas yang
berwenang atas pasar modal adalah Bapepam-LK. Otoritas ini berada
dibawah Kementerian Keuangan untuk membina, mengatur, dan
mengawasi pasar modal. Bapepam-LK berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Bapepam-LK lah yang
memiliki wewenang untuk melaksanakan perlindungan hukum pasar
modal yang bersifat preventif dan represif.
Rezim UUPM, mendefenisiakn Bapepam-LK merupakan institusi
untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pasar yang
49
mengalami depresi sejak munculnya krisis keuangan di sejumlah
negara Asia. Pada akhirnya pun kiris keuangan inilah yang turut
menjadi salah satu faktor pembentukan Otoritas Jasa keuangan
(selanjutnya dalam penelitian ini disebut OJK) sebagai lembaga
pengawas jasa keuangan di Indonesia, dalam Peraturannya tentang
Pasar Modal banyak aturan yang memuat tentang perlindungan hukum
untuk investor dalam Pasar Modal. Akan tetapi, tidak diatur secara
mendalam mengenai Perlindungan investor atas kepailitan Bank
Kustodian.
b. Perlindungan Hukum Bagi Investor Menurut Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (UUOJK)
Bentuk perlindungan hukum yang dilakukan OJK terhadap
konsumen bersifat pencegahan atau preventif dan pemberian sanksi
atau represif, mengingat bahwa tugas OJK adalah menjalankan fungsi
pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan. Pasal 28 UU OJK
memberikan perlindungan hukum bersifat pencegahan kerugian
konsumen dan masyarakat yang dilakukan oleh OJK adalah:
1) memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas
karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;
2) meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan
kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan
masyarakat; dan
3) tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Khusus Pasal 29 UUOJK menyatakan, bahwa OJK
melakukan pelayanan pengaduan Konsumen yang meliputi;
1) menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan
pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga
Jasa Keuangan;
2) membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh
pelaku di Lembaga Jasa Keuangan;
3) memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan
oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
4)
50
Bentuk perlindungan hukum lainnya yang bersifat represif:
1) memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga Jasa
Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang dirugikan
Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;
2) mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik
pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik
yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian
dimaksud maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak
baik; dan/atau untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang
menyebabkan kerugian pada konsumen dan/atau Lembaga Jasa
Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan.
Landasan filosofis bahwa lembaga OJK memberikan perlindungan
hukum adalah asas-asas yang mendasari OJK dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya, yaitu:
1) asas independensi, artinya OJK independen dalam pengambilan
keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan
tetap sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2) asas kepastian hukum, artinya OJK dalam setiap kebijakan
penyelenggaraannya mengutamakan landasan peraturan perundangundangan dan keadilan sebab Indonesia merupakan negara hukum;
3) asas kepentingan umum, artinya OJK dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya haruslah
membela dan melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum;
4) asas keterbukaan, artinya dalam setiap penyelenggaraan kegiatannya
OJK membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan, serta
rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan;
51
5) asas profesionalitas, artinya dalam pelaksanaan tugas dan wewenang
OJK mengutamakan keahlian, dengan tetap berlandaskan pada kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6) asas integritas, artinya dalam setiap tindakan dan keputusan yang
diambil dalam penyelenggaraan OJK berpegang teguh pada nilai-nilai
moral; dan
7) asas akuntabilitas, artinya setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap
kegiatan penyelenggaraan OJK harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik.
Sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola dan asas-asas di atas,
Otoritas Jasa Keuangan harus memiliki struktur dengan prinsip checks
and balances. Hal ini diwujudkan dengan melakukan pemisahan yang
jelas antara fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan.
Fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan serta pengawasan dilakukan
oleh Dewan Komisioner melalui pembagian tugas yang jelas demi
pencapaian tujuan Otoritas Jasa Keuangan. Tugas anggota Dewan
Komisioner meliputi bidang tugas terkait kode etik, pengawasan
internal melalui mekanisme dewan audit, edukasi dan perlindungan
konsumen, serta fungsi, tugas, dan wewenang pengawasan untuk
sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
(penjelasan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan).
52
B. Kerangka Pemikiran
UUPM dan regulasi
lain
(Prinsip-prinsip
Hukum Pasar Modal)
OJK
Pasar
Instrumen
Pelaku Pasar
(KIK-EBA)
Investor
(perlindungan
Hukum
Implementa
si
(Gambar 3)
Keterangan gambar:
: Letak permasalahan
UUPM
: Undang-Undang tentang Pasar Modal
OJK
: Otoritas Jasa Keuangan
KIK EBA
: Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
Keterangan:
Pasar Modal di Indonesia pelaksanaan kegiatannya diatur dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) serta regulasi lain
yang berhubungan dengan hukum pasar modal dimana dalam UUPM maupun
regulasi lainnya termuat prinsip-prinsip dari kegiatan pasar modal yang apabila
tidak terpenuhi maka dapat dikatakan kegiatan pasar modal itu melanggar hukum
pasar modal. Otoritasa Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga independen
yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengawasan, pengaturan,
pemeriksaan, dan penyidikan berkaitan dengan sistem keuangan nasional
termasuk pasar modal, sehingga selain UUPM para pelaku pasar modal juga
53
haruslah patuh terhadap aturan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan (UUOJK) dan aturan tambahan dibawahnya. Pasar modal
memiliki berbagai instrumen dalam perkembangannya, salah satu bentuk
instrumen tersebut yaitu, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK
EBA). KIK EBA dalam menerbitkan EBA melibatkan berbagai pihak yakni,
Servicer, Originator, Manajer Investasi, Bank Kustodian, dan Investor itu sendiri
dan dari sana terciptalah suatu hubungan hukum antara pelaku/pihak dari pasar
modal tersebut.
KIK EBA dalam implementasinya tentu ada keuntungan dan resiko, sehingga
investor haruslah jeli menyangkut hal ini, yang mana kemudian perlindungan
investor sangatlah penting ketika suatu risiko seperti gagal bayar terjadi di pasar
modal dalam kegiatan KIK EBA.
Download