5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Kehamilan Normal
a. Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
merupakan proses fisiologi mulai dari konsepsi, implantasi sampai
lahirnya janin. Kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40 minggu
menurut kalender internasional. Kehamilan di bagi menjadi 3 trimester,
yaitu trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua
dari minggu ke-13 sampai minggu ke-27, dan trimester ketiga dari
minggu ke-28 sampai minggu ke-40 (Sarwono, 2009).
Pemeriksaan dan pengawasan secara teratur perlu di lakukan pada
saat hamil hal ini bertujuan untuk menyiapkan kondisi fisik dan mental
ibu selama kehamilan secara optimal serta untuk mendeteksi dini adanya
tanda bahaya maupun komplikasi (Marmi, 2011).
Kehamilan adalah
merupakan suatu proses merantai
yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang
hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
5
6
b. Komplikasi Dalam Kehamilan
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, namun kehamilan yang
normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya resiko ini yaitu
melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi atau penyakit yang
mungkin terjadi selama hamil muda (Kusmiyati, 2008).
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan yaitu hyperemesis gravidarum,
pre-eklamsi dan eklamsia, abortus persalinan preterem, dan kehamilan
kembar. Pada kehmilan trimester pertama perdarahan sering disebabkan
oleh abortus (Saifudin, 2009).
2. Abortus
a. Pengertian
National Centre for Health Statistics, Centers of Disease Control
and Prevention, and World Health Organization medefinisikan abortus
sebagai berhentinya kehamilan sebelum usianya mencapai 20 minggu
dengan berat janin kurang dari 500 gram (Cunnigham, 2013).
Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20
minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram dengan hasil konsepsi
ini tidak memiliki harapan untuk hidup (Ratna, 2011).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan
maupun buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup. Batasan ini
berdasar umur kehamilan dan berat badan. Dengan lain perkataan abortus
adalah terminasi kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang
dari 500 gr (Handono, 2009)
7
b. Klasifikasi
1) Abortus imminen yaitu apabila terjadi perdarahan tanpa adanya
pembukaan serviks (Cunningham, 2013).
2) Abortus insipien yaitu apabila terjadi perdarahan dan sudah ada
pembukaan serviks (Nugroho, 2012).
3) Abortus incompletus yaitu keluarnya sebagian asil konsepsi dari
dalam rahim dengan asih ada sisa hasil konsepsi di dalam rahim
(Fauziyah, 2012).
4) Abortus completus yaitu keluarnya hasil konsepsi secara keseluruhan
dari dalam rahim (Norwitz, 2008).
5) Missed abortion yaitu ditandai dengan kematian janin pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu dan masih ada di dalam rahim
sampai 8 minggu atau lebih (Nugroho, 2012).
6) Abortus habitualis yaitu abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut
atau lebih (Saifuddin, 2009).
7) Abortus infeksiosa yaitu abortus yang di sertai infeksi pada alat
genitalia (Saifuddin, 2009).
8) Abortus septik yaitu abortus yang di sertai penyebaran infeksi pada
peredaran darah tubuh (Saifuddin, 2009).
3. Abortus Incompletus
a. Pengrtian
Abortus incompletus adalah perdarahan pada kehamilan muda
dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari dalam rahim
dengan masih adanya sisa hasil konsepsi di dalam rahim (Rukiyah, 2010)
8
b. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus adalah :
1) Faktor janin yaitu kelainan perkembangan janin, blight ovum dan
kelainan genetik (Cunningham, 2013).
2) Faktor Maternal
a) Infeksi oleh agen infeksius seperti TORCH (Toxosoplasmosis,
Rubella, Cytomegalo virus dan Herpes simpleks virus)
(Manuaba, 2010).
b) Kelainan endokrin seperti gangguan kelenjar tiroid dan
diabetes mellitus (Manuaba, 2010).
c) Kelainan anatomi ibu seperti serviks inkompeten dan mioma
uteri. Mioma uteri menyebabkan gangguan implantasi pada
janin, sehingga memicu terjadinya abortus (Manuaba, 2010).
d) Penyakit kronis seperti hipertensi, nefritis, anemia berat,
jantung, toxemia gravidarum, gangguan fisiologis (syok) dan
trauma fisik (Sujiyatini, 2009)
3) Faktor ekternal
a) Radiasi dapat menyebabkan kelainan perkembangan janin dan
kematian janin (Nugroho, 2012).
b) Pada kehamilan penggunaan obat antiinflamasi disekitar waktu
implantasi janin dapat meningkatkan resiko abortus (Fauziyah,
2012).
9
c) Kebiasaan ibu hamil seperti merokok lebih dari 10 batang
perhari, konsumsi alkohol dan kafein dapat meningkatkan
resiko abortus (Fauziyah, 2012).
c. Patofisiologis
Pada abortus incompletus terjadi perdarahan dalam desidua basalis
dan diikuti kematian sebagian jaringan disekitar tempat perdarahan.
Kemudian sebagian hasil konsepsi terlepas dan menjadi benda asing yang
merangsang terjadinya kontraksi rahim dan mengakibatkan pengeluaran
hasil konsepsi (Sofian, 2013).
Kehamilan
Faktor resiko abortus :
1. Faktor janin
2. Faktor maternal
3. Faktor paternal
Abortus
spontan
Gejala Klinik:
1. Kram, nyeri perut
2. Perdarahan
3. Ekspulsi Jaringan
Mekanisme
pengeluaran sisa
hasil konsepsi
Perlekatan yang lebih
dalam dari vili korialis
pada lapisan desidua
Hasil konsepsi
terlepas sebagian
Abortus
Incompletus
1. Nyeri hebat
2. Perdarahan banyak
3. Ekspulsi jaringan
4. Kanalis
servikalis
Gambar 2.1 Bagan Patofisiologi Abortus Incompletus
terbuka
Sumber : Dikutip dari Manuaba (2010) dan Sofian (2013)
10
d. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi abortus mencakup beberapa faktor, antara lain :
1)
Usia ibu yang lanjut.
2)
Riwayat obstetri atau ginekologi yang kurang baik
3)
Aktivitas yang berat
4)
Rifawat infertilitas
5)
Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan
(misalnya diabetes, penyakit imunologi sistemik, dsb).
6)
Berbagai
macam
infeksi
(variola,
toxoplasma,
rubella,
cytomegalovirus, herpes simpleks, dll)
7)
Paparan dengan berbagai zat kimia (rokok, obat-obatan, alkohol,
dan radiasi)
8)
Trauma abdomen atau pelvik pada trimester pertama
9)
Kelainan kromosom dari aspek biologi molekuler kelainan
kromosom ternyata paling sering dan jelas berhubungan dengan
terjadinya abortus (Norlina, 2012).
e. Faktor Resiko
Faktor resiko yang sering terjadi pada pasien abortus adalah
perdarahan, perforasi, infeksi dan tetanus, dan syok yang disebabkan oleh
perdarahan yang banyak dan infeksi berat atau sepsis (Norlina, 2012).
f. Keluhan Subyektif
Biasanya ibu megeluhkan nyeri perut di bagian bawah, perdarahan
pervaginam dan keluarnya sebagian hasil konsepsi (jaringan) dari jalan
lahir (Sofian, 2013). Perdarahan pervaginam merupakan keluhan yang
11
paling sering terjadi (Norwitz, 2008). Perdarahan yang terjadi dapat
sedikit atau banyak (Sofian, 2013). Perdarahan sedikit yaitu warnanya
merah segar, tanpa bekuan darah, bercampur lendir dan tidak memenuhi
pembalut dalam waktu lima menit. Sedangkan perdarahan banyak yaitu
merah terang terdapat bekuan darah dan dapat memenuhi pembalut
dalam waktu lima menit dan ibu tampak pucat (Tiar, 2011).
g. Tanda Klinis atau Laboratoris
Tanda dan gejala Abortus Incompletus adalah perdarahan sedang
hingga mengakibatkan serviks terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang di sebut corpus alliem sehingga uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengandalkan kontraksi tetapi kalau keadaan
ini dibiarkan lama, maka serviks akan mentup kembali, terdapat nyeri
perut bagian bawah dan terasa mules-mules, mengakibatkan pengeluaran
hasil konsepsi (Rukiyah, 2010).
Pada pemeriksaan bimanual sudah apa pembukaan serviks dan
teraba sisa jaringan hasil konsepsi dalam ostium uteri eksternum (OUE)
(Sofian, 2013 dan Saifuddin, 2009). Pada pemeriksaan palpasi abdomen
rahim teraba lebih kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan (Sofian,
2013).
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah (Hemoglobin,
Hematokrit, Trombosit, dan Golongan Darah) (Tiar, 2011 dan
Manuaba, 2010).
12
2) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) tampak kantung kehamilan
dalam keaadaan tidak utuh atau sisa jaringan hasil konsepsi di dalam
rahim (Saifuddin, 2009).
i. Diagnosa
Pada pemeriksaan vaginalis, kanalis serviks terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang suah menonjol dari
ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkompletus dapat
banyak sekali, sehingga dapat mengakibatkan syok dan perdarahan yang
tidak terhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan (Rukiyah, 2010)
j. Prognosis
Prognosis dari keberhasilan kehamilan tergantung dari etimiologi
abortus spontan. Pada Abortus incompletus yang di evakuasi lebih dini
tanpa disertai infeksi memberikan prognosis yang baik terhadap ibu.
(Septianraha, 2014).
k. Penatalaksanaan dan Pengobatan Abortus Incompletus
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 71 tahun 2013
tentang pelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan nasional, pasal 8
menyebutkan “Apabila disuatu kecamatan tidak terdapat dokter
berdasarkan penetapan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
BPJS kesehatan dapat bekejasama dengan praktik bidan atau praktik
perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai
dengan kegawatan yang ditentukan dalam peraturan perundangundang”.
Salah satu jenis pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dimaksud
tercantum dalam pasal 17 ayat 1 yaitu kasus medis yang membutuhkan
13
penanganan awal sebelum dilakukan rujukan (Permenkes RI, 2013).
Dalam kondisi kegawatdaruratan yang harus dilakukan bidan dalam
menangani kasus abortus incompletus adalah :
1) Dalam keadaan gawat darurat karena perdarahan, pasang infus
(Ringer Laktat, Glukosa Ringer, Larutan Garam Normal/Fisiologis,
Larutan Glukosa 5% atau 10%) untuk memulihkan keadaan umum
ibu (Manuaba, 2010).
2) Lakukan Pemeriksaan dalam dan apabila memungkinkan lakukan
pengeluaran sisa jaringn hasil konsepsi secara digital, sehingga
perdarahan dapat sedikit teratasi (Manuaba, 2008).
3) Lakukan kuretase (Manuaba, 2010). Sebelum dilakukan kuretase ada
beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu :
(1) Persiapan pasien yaitu pemeriksaan fisik secara umum,
menganjurkan pasien untuk berpuasa tujuh sampai delapan jam
yang bertujuan menghindari aspirasi lambung dan melakukan
skeren (Saifuddin, 2009).
(2) Persiapan obat-obatan meliputi analgesik (Pethidin 1-2 mg/kg
BB, Ketamin HCL 0,5 mg/kg BB), Sedativa (Diazepam 5-10 mg
dengan dosis 0,04-0,2 mg/kg BB IV), Oksigen dengan regulator
dan larutan antiseptik (Povidon iodin 10%) (Saifuddin, 2009 dan
Mansjoer,2009).
(3) Persiapkan alat yang akan digunakan meliputi cunam tampon 1,
tenakulum 1, klem ovum lurus dan lengkung 2, sendok kuret 1
set, penera kavum uteri (sondege) 1, spekulum sim’s atau L 2,
14
Kateter karet 1, tabung 5 ml, jarum suntik no 23 sekali palai 2
dan dilatator, sarung tangan seril 4 pasang, bengkok, mangkok
logam 2 dan lampu (Saifuddin, 2009).
(4) Tindakan kuretase
(a) Pasien berbaring di atas bed Gynekologis dalam posisi
litotomi dan membersihkan perut bawah dan lipatan paha
dengan larutan antiseptik.
(b) Instruksikan asisten untuk memberikan sedativa dan
analgesik.
(c) Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk mnentukan
pembukaan serviks, besar, arah, dan konsistensi rahim.
Periksa juga kemungkinan sulit atau kondisi patologis
lainnya.
(d) Bersihkan dan lakukan dokumentasi sarung tangan dengan
larutan klorin 0,5%.
(e) Pakai sarung tangan steril.
(f) Dengan satu tangan masukkan spekulum sim’s / L secara
vertikal ke dalam vagina, setalah itu putar ke bawah,
sehingga posisi ilah menjadi transversal.
(g) Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada
posisinya.
(h) Dengan sedikit menarik spekulum bawah (sampai lumen
vagina tampak jelas) masukkan bilah spekulum atas secara
15
vertikal kemudian putar dan tarik ke atas sehingga serviks
tampak jelas.
(i) Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada
posisinya.
(j) Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan kapas
antiseptik yang dijepit dengan cunam tampon), tentukan
bagian serviks yang akan dijepit (jam 11 dan 13).
(k) Jepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang telah
ditentukan.
(l) Setelah penjepitan terpasang baik, keluarkan spekulum atas.
(m) Lakukan pemeriksaan kedalam dan lengkungan rahim
dengan
sondage
uterus,
pegang
gagang
tenakulum,
masukkan klem ovum yang sesuai dengan bukaan serviks
sehingga menyentuh fundus (keluarkan dulu jaringan yang
tertahan pada OUE). Apabila pembukan serviks cukup
besar lakukan pengambilan jaringan dengan klem ovum
(dorong klem dalam keadaan terbka hingga menyentuh
fundus kemudian tutup dan tarik). Pilih klem ovum yang
mempunyai permukaan cincin yang halus dan rata, agar
tidak melukai dinding dalam rahim. Keluarkan klem ovum
apabila tidak ada lagi jaringan yang terjepit atau keluar.
(n) Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk,
masukkan ujung sendok kuret ( sesuai lengkung rahim)
16
melalui kanalis servikalis kedalam rahim hingga menyentuh
fundus (untuk mengukur kedalam rahim).
(o) Lakukan kuretase pada dinding rahim ecara sistematis dan
seraah jarum jam sampai bersih.
(p) Keluarkan semua jaringan dan bersihkan drah yang
menggenagi lumen vagina bagian belakang.
(q) Lepaskan jepitan tanakulum pada serviks.
(r) Lepaskan spekulum bawah.
(s) Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke laboratorium
patologis (saifuddin, 2009).
4) Berikan terapi uterotonika dan antibiotik (ampisilin 500 mg peroral
atau doksisiklin 100 mg peroral) untuk menghindari infeksi
(Saifuddin, 2009).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan pemecahan masalah yang
digunakan oleh bidan dalam pemecahan masalah klien, penulis
menerapkan manajemen kebidanan yang telah dikembangkan oleh
Varney terdiri dari pengkajian, imlementasi data, diagnosa potensial,
antisipasi, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi (Varney,2007).
2. Manajemen kebidanan abortus incompletus menurut 7 langkah Varney
a. Langkah I : Pengimpulan Atau Penyajian data dasar secara lengkap
1) Data Subjektif
a) Identitas klien dan suami
17
(1) Nama untuk membedakan klien, mengetahui dan
mengenal pasien (Alimul, 2006).
(2) Umur untuk
mengetahui
adanya
tingkat
resiko.
Kehamilan dengan resiko terendah adalah usia 20
sampai 35 tahun (Affandi, 2011). Kehamilan di atas
usia 35 tahun merupakan faktor terjadinya abortus
(Norwitz, 2008).
(3) Pekerjaan untuk mengetahui tingkat pekerjaan /
aktivitas yang berpengaruh pada kehamilan. Aktivitas
ibu hamil yang padat dan berat serta kurangnya waktu
istirahat dapat memicu terjadinya kontraksi rahim
sampai abortus (Littler, 2008).
b) Keluhan utama
Keluhan utama ibu yaitu nyeri perut bagian bawah,
perdarahan pervaginam dan keluarnya sebagian hasil
konsepsi (jaringan) dari jalan lahir (Saifuddin, 2009).
Perdarahan pervaginam merupakan keluhan yang paling
sering terjadi (Norwitz, 2008). Perdarahan yang terjadi
dapat sedikit atau banyak (Sofian, 2013). Perdarahan
sedikit yaitu warna merah segar, tanpa bekuan darah,
bercampur lendir dan tidak memenuhi pembalut dalam
waktu lima menit. Perdarahan banyak yaitu warna merah
18
terang, dengan bekuan darah, dapat memenuhi pembalut
dalam waktu lima menit dan ibu tampak pucat (Tiar, 2011).
c) Riwayat hamil ini
Dikaji untuk mengetahui hari pertama menstruasi terakhir
(HPMT) untuk menentukan usia kehamilan (Varney, 2007).
Abortus terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu
(Cunningham, 2013).
d) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Dikaji
untuk
mengetahui
riwayat
abortus,
riwayat
kehamilan yang kurang baik, dan maalah kehamilan
terdahulu (Saifuddin, 2007).
e) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah,
dengan suami sekarang merupakan istri yang ke berapa,
dan mengetahui berapa jumlah anaknya (Varney, 2007).
f) Riwayat kesehatan
Untuk mengkaji keadaan kesehatan pasien saat ini, riwayat
kesehatan terdahulu, riwayat kesehatan keluarga dan
riwayat psikososial (Saifuddin, 2009).
g) Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengkaji apakah ibu sebelum hamil pernah
penggunaan alat kontrasepsi atau belum, berapa tahun dan
jenis yang digunakan.
19
h) Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Kebutuhan nutrisi ibu untuk mengetahui frekuensi dan
jenis makanan yang di konsumsi ibu sehari-hari
(Cunningham, 2013).
(2) Kebutuhan istirahat atau tidur ibu hamil berkaitan
dengan pola lama da kemungkinan adanya gangguan
tidur (Mudilah, 2009).
(3) Personal hygiene untuk mengetahui apa ibu menjaga
kebersihan dan menjaga kelembapan daerah genetalia
(Indrianti, 2008).
(4) Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAB
dan BAK pasien sebelum dan selama hamil, BAB
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, serta kebiasaan
BAK meliputi frekuensi, warna dan jumlah (Manuaba,
2007).
(5) Perilaku seksual meliputi frekuensi melkukan hubungan
seksual dengan pasangan dan masalah yang di keluhkan
(Littler, 2008 dan Pantikawati, 2010).
(6) Perokok dan pemakai obat-obatan untuk mengkaji
apakah ibu merokok dan memakai obat-obatan selama
hamil atau tidak (Manuaba, 2007).
2) Data Objektif
a) Status Generalis
20
Untuk mengetahui keadaan baik yang normal maupun yang
menunjukkan kelainan yitu meliputi :
(1) Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum pasien apakah baik
atau cemas atau cukup (Ambarawati, 2008).
(2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
dilakukan untuk
mengetahui
keadaan umum. Kesadaran dan tanda – tanda vital
pasien. Pengukuran tanda-tanda vital ( Tensi, Suhu,
Nadi, Respirasi, Tinggi Badan, Berat Badan, Lila)
bertujuan untuk menjaga kestabilan hemodinamik
(Norwitz, 2008).
b) Pemeriksaan Sistematis
Pemeriksaan yang dilakukan dari kepala (rambut, muka,
mata hidung, telinga, mulut dan gigi), Leher, dada dan
axilla, punggung, ekstremitas (Febriyani, 2013).
c) Pemeriksaan Khusus Obstetri
Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian abdomen
(inspeksi perut ibu, palpasi, dan auskultasi DJJ) dan
dilakukan pemeriksaan panggul (Manuaba, 2010 dan
Sofian, 2013). Pemeriksaan genetalia yaitu dilakukan
inspeksi apakah adanya perdarahan pervaginam dan
terdapat pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari dalam
rahim
serta
dilakukan
pemeriksaan
dalam
untuk
21
mengetahui adanya pembukaan serviks atau tidak (Sofian,
2013)
d) Pemeriksaan Penunjang
Merupakan pemeriksaan tambahan yang di anggap perlu
untuk
menegakkan
diagnosa
seperti
pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya (Tiar,
2011 dan Manuaba, 2010).
b. Langkah II : Intepretasi Data
Intepretasi data dari data-data yang telah dikumpulkan pada
langkah pengkajian data mengacu pada :
1) Diagnosa Kebidanan pada studi kasus ini adalah “ Ny. S Umur
39 tahun G3P1A1 dengan Abortus Incompletus”. Adapun dasar
dari pengambilan diagnosa dibagi menjadi :
a) Data Subjektif
(1) Pernyataan pasien tentang jumlah kehamilan, persalinan
dan keguguran.
(2) Biodata yang berhubungan dengan HPMT (Hari
Pertama Mens Terakhir).
(3) Pernyataan pasien tentang keluhan yang dialami yaitu
perdarahan pervaginam dan nyeri perut bagian bawah
yang datang kadang-kadang.
b) Data Objektif
(1) Pemeriksaan Umum : keadaan umum, kesadaran dan
tanda-tanda vital.
22
(2) Pemeriksaan khusus obstetri : Abdomen (inspeksi,
palpasi, auskultasi) dan genetalia (inspeksi dan
pemeriksaan bimanual).
(3) Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan darah dan
pemeriksaan USG.
Masalah yang muncul pada Ny. S dengan abortus incompletus
berkaitan dengan kecemasan pasien terhadap perdarahan yang di
alami dan keadaan janin yang memburuk karena keluarnya
sebagian sisa jaringan (Indriarti, 2008 dan Tiara, 2011).
Kebutuhan yang muncul pada Ny. S dengan abortus
incompletus adalah informasi mengenai keadaan kehamilan ibu dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan terhadap kehamilan ibu
(Fitriyani, 2014). Berikan ibu dukungan psikologis dan penjelasan
tentang abortus inkompletus dan berkolaborasi dengan dokter
SpOG untuk tindakan kuretase (Desiarianti, 2015 dan Tiara, 2011).
c. Langkah III : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial atau
Diagnosa Potensial dan Antisipasi Penanganan
Diagnosis
potensial
pada
ibu
hamil
dengan
abortus
incompletus adalah terjadinya perdarahan lanjut (Saifuddin, 2009).
Antisipasi yang dilakukan bidan untuk menangani kasus ibu
hamil dengan abortus incompletus adalah dengan mengobservasi
keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan pervaginam
(Saifuddin, 2009).
23
d. Langkah IV : Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera
Mengumpulkan
dan
mengevaluasi
data
dimana
yang
menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera dan
berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk penanganan perdarahan,
penanganan syok, dilakukan kuretase, penanganan infeksi pasang
infus dengan kecepatan 30-40 tetes per menit dan pemberian
antibiotika (Manuaba, 2010).
e. Langkah V : Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh
Perencanaan asuhan yang menyeluruh pada kasus ibu hamil
dengan abortus incompletus yaitu sebagai berikut :
(1) Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital (tekanan darah,
nadi, pernapasan dan suhu) dan perdarahan pervaginam untuk
menentukan pertolongan segera pada pasien (Saifuddin, 2009).
(2) Berikan informasi pada ibu dan keluarga tentang keadaan
kehamilan dan tindakan yang dilakukan karena pemahaman
mengenai kondisi dan penatalaksanaan dapat mengurangi
kecemasan (Saifuddin, 2007).
(3) Berikan dukungan kepala ibu dengan melibatkan suami atau
keluarga dalam perawatan. Pendamping yang mendukung
dapat membantu ibu untuk berani menghadapi kecemasannnya
(Saifuddin, 2007).
(4) Berikan lembar persetujuan (Saifuddin, 2009)
24
(5) Pasien dianjurkan untuk berpuasa sekitar tujuh sampai delapan
jam. Tujuan dari pengosongan lambung adalah untuk
menghindari aspirasi (Robby, 2009).
(6) Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi
(cairan infus) dan pelaksanaan tindakan kuretase (Manuaba,
2010).
f. Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan
Aman
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dari langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien, atau
anggota
tim
kesehatan
lainnya
(Varney,
2007).
Bidan
berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk melakukan tindakan
kuretase, dimana bidan berperan sebagai asisten (Varney, 2007).
g. Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada kasus abortus incompletus
adalah keadaan umum ibu membaik, tanda-tanda vital dan
perdarahan pervaginam dalam batas normal, keefektifan asuhan
yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan, apakah benar –
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan pasien (Fitriyani,
2011 dan Dian, 2012).
25
C. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Pasien
1. S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis sebagai langkah 1 Varney. Pada kasus ibu hamil
dengan abortus incompletus data subjektif pada data perkembangan
didapatkan dari wawancara dan observasi langsung dengan pasien, juga
bekerja sama dengan bidan dan dokter SpOG. Pasien akan mengatakan
bahwa nyeri perut bagian bawah dan mengeluarkan darah dari jalan lahir
(Sofian, 2013).
2. O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian
hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney. Pada kasus
ibu hamil dengan abortus incompletus, data objektif didapat dari hasil
pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus obstetri (inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan pemeriksaan bimanual) dan pemeriksaan penunjang
(pemeriksaan laboratorium dan USG).
3. A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi dan masalah kebidanan
serta kebutuhan sebagai langkah 2 Varney. Diagnosa kebidanan yang
dapat ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif adalah Ny. S
P1A2 umur 39 tahun dengan riwayat abortus incompletus post kuretase.
26
4. P: Plan
Penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif yaitu mengobservasi
keadaan umum , tanda-tanda vital dan perdarahan pervaginam pasien.
Tindakan segera yaitu memberikan cairan intravena untuk memulihkan
keadaan umum pasien. Tindakan secara komprehensif yaitu memberikan
terapi anestesi umum, dan analgesik, uterotonika, antibiotik, analgesik
dan roborantia. Pemberian dukungan moril untuk kembali melakukan
aktifitas sehari-hari dan informasi tentang proses pemulihan yang normal,
perawatan diri, tanda kemungkinan terjadi komplikasi, kembalinya
kesuburan dan keluarga berencana (Tiar, 2011) (KepMenKes RI No.
938/Menkes/SK/VIII/2007).
Download