BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Dan Manfaat Iklan
Menurut Peter dan Olson (2000,p181), Iklan (advertising) adalah penyajian
informasi non-personal tentang suatu produk, merek, perusahaan, atau toko yang
dilakukan dengan bayaran tertentu. Menurut Jefkins (1997,p1) periklanan
didefinisikan sebagai pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan
kepada para calon pembeli yang paling potensial atas barang atau jasa tertentu
dengan biaya yang seoptimal mungkin. Pengertian lainnya menurut Bloom &
Boone
(dalam
Jefkins,1997,p103)
iklan
merupakan
sebuah
cara
untuk
mengkomunikasikan kepada konsumen mengenai bagaimana sebuah produk dapat
membantu konsumen dalam mencapai dan memenuhi tujuan mereka. Iklan
mengantarkan banyak informasi yang bermanfaat bagi konsumen dan mendorong
mereka
untuk
mencoba
sebuah
produk
baru,
dan
memberikan
kontrak
berkelanjutan yang dapat dilayani guna menjaga minat konsumen. Iklan dirancang
untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan merek
tertentu.
Iklan ditujukan untuk mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen, evaluasi,
perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, dan citra yang berkaitan
dengan produk dan merek. Dalam prakteknya, iklan telah dianggap sebagai
manajemen citra (image management) ini menciptakan dan memelihara citra dan
makna
dalam
benak
konsumen.
Walaupun
pertama-tama
iklan
akan
8
mempengaruhi afeksi dan kognisi, tujuannya yang paling akhir adalah bagaimana
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen.
Iklan dapat disajikan melalui berbagai macam media, misalnya televisi, radio,
cetak, papan billboard, dan macam-macam media lain seperti balon udara atau T-
shirt. Walaupun konsumen pada umumnya di ekspos pada ratusan iklan setiap
hari, sebagian besar dari pesan yang disampaikan hanya menarik perhatian dan
pemahaman dari konsumen dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu,
adalah suatu tantangan yang besar bagi pemasar untuk mengembangkan pesan
dalam iklan dan memilih media yang dapat mengekspos konsumen, menangkap
perhatian mereka, dan menciptakan pemahaman yang tepat.
2.1.2 Fungsi Iklan
Berdasarkan Jefkins (1997, p5-6) dalam iklan dapat ditemukan suatu
kombinasi kreativitas riset pemasaran dan pembelian media berdasarkan
perhitungan
yang
ekonomis.
Kegiatan-kegiatan
periklanan
memang
dapat
menekan biaya yang sangat mahal, namun selama ini didasarkan pada tujuan dan
perhitungan yang jelas maka semuanya dapat dibenarkan. Yang penting adalah
bahwa semua kegiatan tersebut tetap efektif dan ekonomis, dalam pengertian
dapat mencapai sasaran dan tetap menjamin keuntungan perusahaan.
Berdasarkan Jefkins (1997, p15) iklan merupakan salah satu bentuk khusus
komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi
pemasaran maka apa yang harus dilakukan dalam kegiatan pemasaran tentu saja
harus lebih dari sekedar memberikan informasi kepada khalayak ramai agar
berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan untuk
mencetak penjualan dan keuntungan. Iklan harus mampu mengarahkan konsumen
9
membeli produk-produk yang oleh departemen pemasaran telah dirancang
sedemikian rupa sehingga diyakini dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan
pembeli. Singkatnya iklan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan
pembeli.
2.1.3 Karakteristik Iklan Yang Efektif
Untuk menilai sebuah iklan agar iklan yang dijalankan dapat berjalan dengan
efektif terdapat beberapa kriteria yaitu (Jefkins,1997,p16-17) :
1. Formula VIPS
David Berstein, seorang tokoh periklanan yang menjelaskan perlunya
penerapan prinsip-prinsip VIPS. Prinsip VIPS ini terdiri darivisibilitas, identitas,
janji (promise) serta pikiran yang terarah (singlemindedness). Jadi sebuah
iklan haruslah visible artinya mudah dilihat atau mudah memikat perhatian.
Identitas periklanan produk atau jasa harus dibuat sejelas mungkin dan tidak
tertutup oleh pernak-pernik perhiasan atau rancangan yang serampangan.
Janji (promise) perusahaan kepada konsumen juga harus di buat sejelas
mungkin. Dan yang terakhir, singlemindedness adalah bahwa iklan harus
berkonsentrasi sepenuhnya untuk tujuan utama dan tidak tergoda untuk
mengemukakan hal-hal yang sesungguhnya tidak perlu.
2. Nilai Kesederhanan
Sebuah iklan harus senantiasa diingat, tidak perlu berharap keseluruhan iklan
akan diingat oleh konsumen. Jika konsumen dapat mengingat sebagian dari
tanda-tanda seperti gambarnya yang menarik atau tagline yang disampaikan
sudah cukup, karena pada akhirnya jika seseorang mengingat tanda-tanda
10
khas dari suatu iklan maka ia akan terdorong untuk mengingat dan
mengidentifikasi hal-hal yang penting lainnya yang tertera pada iklan tersebut.
Sementara, berdasarkan Kotler dan Keller (2006, p541) communication-
effect research merupakan penelitian yang bertujuan mendefinisikan sampai mana
keefektifan dari sebuah proses komunikasi. Dalam kasus ini periklanan disebut
juga copy testing yang dapat dilakukan sebelum maupun sesudah iklan tersebut
disiarkan. Dilakukan dengan cara mandapatkan tanggapan umpan balik (feedback)
dari konsumen mengenai responnya misalnya:
ƒ
Pesan utama apa yang anda dapatkan dari iklan ini ?
ƒ
Seberapa mungkin iklan ini akan mengakibatkan anda mengambil keputusan ?
2.1.4 Tujuan Iklan
Aspek pertama yang paling penting sebelum merumuskan strategi iklan
adalah menentukan sasaran atau tujuan. Pada dasarnya, tujuan iklan adalah
mengubah atau mempengaruhi sikap-sikap khalayak dalam hal ini tentunya adalah
sikap-sikap konsumen (Jefkins, 1997,p17). Penetapan tujuan iklan merupakan
aspek penting yang mendapat perhatian serius. Tanpa tujuan yang baik tidak
mungkin mengarahkan dan mengendalikan keputusan dengan efektif dan efisien.
Tujuan iklan berfungsi sebagai alat komunikasi dan koordinasi, memberikan kriteria
dalam pengambilan keputusan serta sebagai alat evaluasi. Menurut Kotler dan
Keller (2006,p527) iklan berdasarkan tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Iklan informasi (informative advertising) merupakan iklan yang bertujuan
untuk menciptakan kesadaran akan merek dan pengetahuan mengenai produk
11
baru
atau
hal-hal
lainnya
yang
berhubungan
dengan
produk
atau
perusahaannya. Informasinya dapat berupa;
a) Menceritakan kepada pasar tentang produk baru
b) Menganjurkan kegunaan produk baru tertentu
c) Menginformasikan pasar tentang perubahan harga
d) Menjelaskan cara kerja produk
e) Menggambarkan layanan yang tersedia
f)
Mengoreksi pesan yang salah
g) Mengurangi ketakutan pembeli
h) Menciptakan citra perusahaan
2. Iklan yang meyakinkan (Persuasive adversiting) bertujuan untuk menciptakan
kesukaan, pemilihan, keyakinan dan pembelian suatu produk atau jasa. Iklan
yang membujuk dapat berupa;
a) Menciptakan preferensi merek
b) Mendorong pergantian ke merek anda
c) Mengubah persepsi pelanggan tentang atribut produk
d) Membujuk pelanggan membeli sekarang
e) Membujuk pelanggan untuk menerima kunjungan tenaga penjualan
3. Iklan
pengingat
(reminder
advertising)
bertujuan
untuk
menstimulasi
pembelian barulang dari produk atau jasa.iklan pengingat dapat berupa;
a) Mengingatkan pelanggan bahwa produk tersebut mungkin diperlukan
dalam waktu dekat
b) Mengingatkan pelanggan dimana membeli produk tersebut
c) Mempertahankan kesadaran produk tertinggi (top of mind ) di benak
konsumen
12
2.1.5 Kendala-Kendala komunikasi Iklan
Apabila para pemirsa mengartikan suatu pesan iklan secara keliru, maka
kampanye iklan dapat dikatakan telah gagal. Kesalahpahaman dalam suatu pesan
iklan seringkali terjadi. Oleh sebab itu dalam dunia periklanan setiap pelakunya
harus berhati-hati agar tidak terkena kendala-kendala komunikasi ini baik secara
sengaja maupun tidak sengaja.
Dengan demikian komunikasi yang efektif senantiasa sangat ditentukan oleh
perpaduan antara kata-kata dan gambar sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.1
berikut:
Unsur verbal
Simbol-simbol
Kata-kata
makna
Unsur nonverbal
Simbol-simbol
Gambar-gambar
Gambar 2.1 Interaksi kata-kata dan gambar dalam menyampaikan
makna
Sumber: Jefkins (1997,p21)
2.1.6 Pengertian kelompok
Definisi mengenai kelompok referensi menurut Solomon (2004,p.390) adalah
” People who are actively involved in transmitting marketplace information of all
types”. Pendapat ini menunjukan bahwa seseorang dianggap sebagai kelompok
referensi jika orang tersebut secara aktif menginformasikan produk kepada
konsumen. Sedangkan pengertian kelompok menurut Sumarwan (2003,p250)
menyatakan kelompok referensi adalah seorang individu atau sekelompok orang
13
yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok referensi
berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan
konsumsi produk. Kelompok referensi bagi seseorang bisa terdiri atas satu orang
atau lebih dari satu orang. Kelompok referensi bisa merupakan sesuatu yang nyata
atau yang bersifat tidak nyata dan bersifat simbolik (misalnya selebritis: artis,
olahragawan).
2.1.7 Kelompok Referensi (Acuan/Rujukan)
Menurut Suryani (2008, p215) dari berbagai kelompok yang ada, bentuk
kelompok yang mempunyai relevansi dengan perilaku konsumen adalah kelompok
referensi. Kelompok referensi merupakan individu atau kelompok yang dijadikan
rujukan yang mempunyai pengaruh nyata bagi individu. Konsumen yang mengacu
perilakunya pada kelompok rujukan tertentu belum tentu menjadi anggota
kelompok itu. Contoh sekelompok anak muda yang dandanannya menirukan grup
band “Peterpan”, dia tidak harus masuk dalam kelompok itu.
Sedangkan menurut Peter dan Olson (2000, p103) Grup referensi (reference
group) adalah aspek lingkungan social mikro bagi konsumen. Interaksi social
dengan grup referensi sering terjadi secara langsung dan bertatap muka, yang
mana dapat memberikan pengaruh langsung pada tanggapan afeksi, kognisi, dan
perilaku pada pengambilan keputusan. Misalnya, lingkungan social yang tercipta
ketika dua orang sekawan sedang berbelanja bersama dapat mempengaruhi
pengalaman berbelanja, proses keputusan, dan kepuasan total dalam berbelanja
kedua orang tersebut. Grup referensi sangat penting dalam memindahkan makna
budaya masyarakat, sub-budaya, dan kelas social keseluruhan pada individu
konsumen.
14
Seorang individu dapat terlibat dalam berbagai jenis grup yang berbeda.
Sebuah grup terdiri dari dua atau lebih orang yang berinteraksi satu sama lain
untuk mencapai tujuan yang sama. Bentuk-bentuk grup yang penting antara lain
keluarga, teman dekat, mitra kerja, grup social formal, grup hobbi, dan tetangga.
Sebagian dari grup tersebut dapat menjadi grup referensi.
Grup referensi melibatkan satu atau lebih orang yang dijadikan sebagai
dasar pembanding atau titik referensi dalam membentuk tanggapan afeksi dan
kognisi serta menyatakan perilaku seseorang (Peter dan Olson 2000,p104). Grup
referensi ukurannya beragam (dari satu hingga ratusan orang), dapat memiliki
bantuk nyata (orang sebenarnya), atau tak nyata dan simbolik (eksekutif yang
berhasil atau bintang olahraga). Grup referensi seseorang (dan seseorang yang
menjadi referensi) dapat berasal dari kelas social, sub-budaya, atau bahkan
budaya yang sama atau berbeda.
2.1.7.1 Jenis-Jenis Grup Referensi
Grup referensi (acuan) dalam kehidupan masyarakat terbagi menjadi
beberapa jenis (Suryani, 2008, p216), antara lain sebagai berikut:
1. Menurut intensitas interaksi dan kedekatan
Ditinjau dari intensitas dan kedekatan hubungan diantara anggota kelompok,
kelompok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelompok primer dan
kelompok sekunder. Kelompok primer adalah kelompok yang intensitas
hubungannya kuat, sering berinteraksi, hubungannya lebih didasarkan pada
ikatan emosional, anggota kelompoknya cenderung relative sedikit dan pada
umumnya bersifat informal.
15
Contoh keluarga, club-club penghobi tertentu yang jumlahnya tidak terlalu
banyak dan sering bertemu secara rutin merupakan salah satu bentuk dari
kelompok primer. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang
interaksi hubungannya relative kurang intensif, jarang berinteraksi dan
hubungannya lebih didominasi oleh hal-hal yang sifatnya rasional dan
formal. Contoh ikatan profesi tertentu, misalnya Ikatan Sarjana Ekonomi,
Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan alumni, kelompok keagamaan dan lain
sebagainya.
2. Menurut legalitas keberadaan
Berdasarkan keberadaan, status legalnya, kelompok dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu kelompok formal, dan kelompok informal.
•
Kelompok formal adalah kelompok yang keberadaannya resmi, ada
pengesyahan dari institusi atau pihak-pihak yang secara legal diakui di
masyarakat. kelompok ini mempunyai struktur organisasi yang resmi dan
daftar keanggotaan resmi. Kelompok Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ), kelompok Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Ikatan
Alumni STIE Perbanas (IKAPNAS), dan lain-lain.
•
Kelompok informal adalah kelompok yang keberadaannya tidak resmi,
berdirinya biasanya kerena hubungan kedekatan atau kerena adanya
persamaan kebutuhan, sikap dan pandangan, tidak didirikan secara
formal serta tidak memiliki struktur organisasi yang jelas. Kelompok ini
keanggotaannya sering bersifat sukarela. Contoh kelompok penggemar
olahraga sepeda, kelompok pecinta alam, dan lain-lain.
Konsumen adalah aktivitas keseharian akan berada atau terlibat dengan
kelompok formal meupun kelompok informal. Baik kelompok formal
16
maupun
kelompok
informal
melalui
interaksi
yang
ada
akan
mempengaruhi perilaku anggotanya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Perilaku konsumsi dan pengambilan keputusan pembelian
konsumen sering kali dipengaruhi melaui interaksi kelompok.
3. Menurut status keanggotaan dan pengaruh
Berdasarkan status keanggotaan dalam kelompok, dan pengaruhnya (positif
atau negative), kelompok dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu
kelompok keanggotaan (membership group):
•
Kelompok Kontraktual
Kelompok dimana individu menjadi anggota kelompok tersebut atau
melakukan tatap muka secara teratur dan mempunyai nilai, sikap dan
standar yang mereka setujui. Jadi kelompok ini mempunyai pengaruh
positif terhadap individu. Contoh seorang anggota club jantung sehat.
Individu ini sering hadir pada acara-acara yang diserenggarakan club
dan merasa nyaman berada dalam club jantung sehat karena nilai-nilai
dan kebiasaan baik yang dikembangkan sangat cocok dengan sikap dan
perilakunya.
•
Kelompok aspirasional
Kelompok dimana individu belum menjadi anggota, tidak melakukan
kontak tatap muka dengan kelompok, tetapi berkeinginan menjadi
anggota kelompok tersebut.
•
Kelompok disclaiment
Kelompok dimana individu menjadi anggota suatu kelompok dan
melakukan kontak tatap muka dengan kelompok tersebut, tatpi tidak
menyetujui nilai-nilai, sikap dan perilaku yang dikembangkan kelompok
17
tersebut. Dengan demikian individu punya sikap, nilai dan perilaku yang
berbeda dan berseberangan dengan kelompoknya.
•
Kelompok yang dihindari (disosiatif )
Kelompok dimana individu tidak menjadi anggota suatu kelompok dan
tidak mengadakan kontak tatap muka serta tidak menyetujui nilai-nilai,
sikap dan perilaku yang dikembangkan kelompok tersebut.
Dari penjelasan diatas, maka dapat diringkas perbedaan dan ciri utama dari
jenis grup referensi, sebagai berikut:
Tabel 2.1: Ringkasan Jenis grup reference
Jenis grup referensi
Primer dan sekunder
Perbedaan dan ciri utama
Grup referensi primer melibatkan interaksi langsung,
tatap muka, sementara grup sekunder tidak.
Formal dan informal
Grup referensi formal memiliki struktur yang rinci
dengan jelas, sedangkan grup informal tidak.
Keanggotaan
Seseorang menjadi anggota formal dari keanggotaan
grup referensi.
Aspirasional
Seseorang bercita-cita bergabung atau menandingi
grup referensi aspirasional.
Kontraktual
Disclaiment
dan
Grup referensi kontraktual melibatkan interaksi tatap
muka secara teratur dan memiliki nilai, sikap dan
standar yang mereka setujui dalam kelompok,
sedangkan grup disclaiment melibatkan tatap muka,
tetapi tidak menyetujui nilai, sikap dan perilaku di
18
dalam kelompok.
Disosiatif
Seseorang berupaya menghindar atau menolak grup
referensi disosiatif.
Sumber: Peter dan Olson (2000, p104)
Tampilan diatas memberikan beberapa jenis grup referensi dan sifat-sifat
penting yang membedakannya. Perbedaan tersebut dapat dikombinasikan untuk
menjelaskan dengan lebih baik grup-grup khusus tertentu. Misalnya, rekan kerja
dapat membentuk suatu grup formal, primer, dan keanggotaan.
2.1.7.2 Jenis Pengaruh Grup Referensi
Sebagian besar masyarakat adalah angota dari beberapa grup informal
primer dan sejumlah kecil grup formal keangotaan (gereja, social, asosiasi
professional). Disamping itu, masyarakat juga sadar akan adanya grup sekunder,
baik yang formal maupun informal. Pada dasarnya, seseorang memihak atau
bergabung dengan sebuah grup referensi untuk tiga alasan yaitu:
1) Untuk mendapatkan pengetahuan yang berharga
2) Untuk mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman
3) Untuk
mendapatkan
makna
yang
digunakan
untuk
membangun,
memodifikasi, atau memelihara konsep pribadi mereka.
Sasaran tersebut diatas mencerminkan 3 (tiga) jenis pengaruh yang
diberikan grup referensi, antara lain:
19
1) Pengaruh informasional grup referensi (informational reference
group influence)
Mengirimkan informasi yang berguna kepada konsumen tentang diri
mereka sendiri, orang lain, atau aspek lingkungan fisik seperti produk,
jasa, dan toko. Informasi ini dapat disajikan secara langsung baik verbal
atau melalui demonstasi langsung. Misalnya seorang konsumen yang
dari teman mengerti banyak tentang kategori tersebut. Seseorang yang
mencoba
belajar
bermain
tennis
akan
meminta
temannya
mendemonstrasikan bagaimana mengumpan atau melakukan pukulan
backhand.
Konsumen cenderung lebih terpengaruh oleh grup referensi jika
informasi
yang
diberikan
dianggap
benar
dan
relevan
pada
permasalahan yang dihadapi, dan sumber yang memberikan informasi
tersebut dianggap dapat dipercaya. Sumber referensi dapat berupa
seseorang. Grup referensi yang sangat dipercaya cenderung memiliki
pengaruh informasional terhadap konsumen. Oleh karena itu, beberapa
pemasar menggunakan ahli-ahli yang diakui luas untuk mendukung
produknya dan menjelaskan pada konsumen mengapa produk tersebut
baik.
Informasi juga dapat diperoleh langsung melalui pengamatan
vicarious. Misalnya, seseorang yang hobi berat dengan memancing
mungkin
digunakan
akan
memperhatikan
pemancing
ikan
dengan
bass
seksama
terkenal
pada
peralatan
saat
yang
turnaman
memancing atau pada acara memancing di televisi. Ini adalah perilaku
yang umum terjadi, banyak pemain golf, pemain ski, pendaki gunung,
20
dan penggemar olah raga lainnya yang terlibat dalam pengamatan
vicarious serupa sehubungan dengan produk yang digunakan oleh grup
referensi mereka. Itulah sebabnya Nike menggunakan bintang bola
basket
Michael
Jordan
seorang
bintang
basket
terkenal
untuk
menggunakan sepatu basket Air Jordan.
Informasi dapat dipindahkan dari grup referensi ke konsumen dengan
tiga cara. Kadang kala pengaruh informasional dengan sengaja dicari
oleh konsumen untuk mengurangi risiko dalam membuat suatu
keputusan atau untuk membantu mereka mempelajari bagaimana cara
melakukan suatu perilaku tertentu. Oleh karena itu, sebagian pemain ski
udara
mendengar
dengan
cermat
grup
referensi
mereka
yang
beranggotakan pelatih ski udara yang berpengalaman pada saat mereka
memberikan informasi tentang bagaimana membungkus parasut atau
bagaimana cara mendarat yang benar. Konsumen yang membeli
computer baru dapat mencari informasi yang disediakan oleh grup
referensi atau pengguna yang lebih berpengalaman yang dapat
membantu mereka mempelajari bagaimana menggunakan produk
tersebut dengan benar.
Dalam beberapa kasus lainnya informasi dikirim secara tidak
disengaja, seperti ketika seseorang mendengar anggota grup referensi
berbicara tentang suatu produk atau ketika memperhatikan anggota
grup referensi menggunakan suatu produk. Cara ketiga bagaimana
informasi dapat diipindahkan ke konsumen adalah ketika anggota grup
referensi yang memulai proses tersebut. Hal ini akan terjadi pada
anggota grup referensi yang bersemangat yang berupaya mencari
21
anggota
baru.
Misalnya,
para
pemain
sepatu
roda
berupaya
mempengaruhi orang lain untuk berupaya mencoba melakukan olah
raga tersebut. Pemasar dapat menggunakan strategi yang berupaya
mendorong konsumen yang ada untuk mencari konsumen baru.
2) Pengaruh utilitarian grup referensi (utilitation reference group
influence)
Menurut Peter dan Olson( 2000, p105), pada perilaku konsumen
(dan afeksi serta kognisi), muncul ketika grup referensi memiliki control
atas imbalan atau hukuman yang penting. Konsumen biasanya
menyesuaikan diri dengan keinginan grup referensi jika;
(1) Mereka percaya bahwa grup tersebut dapat mengontrol imbalan dan
hukuman
(2) Perilakunya nyata atau dapat diketahui oleh grup
(3) Mereka dimotivasi untuk mendapatkan imbalan atau menghindari
hukuman
Pada
beberapa
grup
kerja
(suatu
grup
referensi
formal,
keanggotaan), karyawannya diharapkan untuk mengenakan pakaian
kerja formal, sementara grup kerja lainnya menetapkan pakaian yang
sangat santai (jeans dan T-shirt pada beberapa perusahaan di Silicon
Valley, California). Imbalan dan hukuman dapat berbentuk nyata
(kenaikan, bonus, dipecat), atau munculnya konsekuensi psikologis dan
social (pandangan yang menghargai atau merendahkan). Grup sejawat
sering memberikan imbalan dan hukuman psikologis tersebut untuk
ketaatan atau pelanggaran atas aturan grup referensi. Pemasar
menggunakan factor-faktor tersebut dengan mengungkapkan sangsi-
22
sangsi tersebut pada iklan di televisi (seorang yang menarik diri karena
bau badan, nafas tidak enak, dan sebagainya).
3)
Pengaruh
ekspresi-nilai
grup
referensi
(value-expressive
reference group influence)
Dapat mempengaruhi konsep pribadi seseorang. Sebagai suatu unit
budaya, grup referensi sekaligus memiliki dan menciptakan makna
budaya (kepercayaan, nilai, sasaran, norma perilaku, gaya hidup).
Masyarakat terus melakukan pencarian makna budaya untuk digunakan
dalam membangun, memperkuat, atau memelihara konsep pribadi
mereka. Dengan menyamakan dan menggabungkan diri dengan grup
referensi tertentu yang mencerminkan makna yang diinginkan tersebut,
konsumen dapat memperoleh sebagian dari makna tersebut dan
menggunakannya dalam proyek pengembangan pribadi mereka. Makna
grup referensi ini dapat mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku
konsumen.
Grup referensi merupakan suatu pengaruh yang penting bagi
konsumen. Anggota suatu grup informal bukan hanya mempengaruhi
pengetahuan,
sikap,
dan
nilai
konsumen
tetapi
mereka
juga
mempengaruhi pembelian suatu produk dan merek tertentu dan bahkan
dalam pemilihan toko di mana mereka akan melakukan pembelian.
Dalam beberapa kasus, analisis terhadap grup informal primer dapat
digunakan untuk mengembangkan strategi pemasaran. (Peter dan
Olson, 2000,p105-107)
23
Dari penjelasan tersebut diatas, maka dapat ditarik penjelasan
singkat dari Schiffman dan Kanuk (2007, p38), yaitu sebagai berikut:
tiga jenis pengaruh kelompok referensi:
Pengaruh informational:
1. Individu mencari informasi tentang berbagai merek dari sebuah
perkumpulan profesional atau kelompok ahli yang independen.
2. Individu mencari informasi dari orang-orang yang bekerja dengan
produk sebagai profesi
3. Individu berusaha mencari merek yang berdasarkan pengalaman baik
orang lain
4. Merek yang disetujui atau telah di observasi dan ada persetujuan dari
lembaga pengujian independen.
Pengaruh utilitarian:
1. Mempengaruhi individu untuk membeli suatu merek yang Berasal dari
referensi rekan kerja asosiasi.
2. Mempengaruhi individu untuk membeli suatu merek yang berasal dari
referensi kelompok sosialnya.
3. Mempengaruhi Individu untuk membeli suatu merek yang berasal dari
referensi anggota keluarga.
Pengaruh nilai-ekspresif:
1. Individu yang beranggapan bahwa membeli atau penggunaan merek
tertentu akan memiliki gambaran lain yang mewakili dirinya
2. Individu merasa bahwa orang-orang yang membeli atau menggunakan
merek tertentu memiliki karakteristik yang dia mau.
24
3. Individu beranggapan akan menjadi seperti orang yang mengiklankan
suatu produk jika menggunakan merek tersebut.
4. Individu merasa bahwa orang-orang yang membeli merek tertentu akan
dikagumi atau dihormati oleh orang lain.
5.
Individu merasa bahwa pembelian merek yang diiklankan endorser akan
membantu menunjukkan apa yang diinginkan seperti ingin menjadi atlet
bula tangkis jika memakai raket yang dipakai Taufik Hidayat.
2.1.7.3 Pengaruh Grup Referensi Pada Produk Dan Merek
Grup referensi tidak mempengaruhi pembelian semua produk dan
merek pada tingkat yang sama (Peter dan Olson, 2000, p107). Berdasarkan
pada penelitian sebelumnya, Bearden dan Etzel mengajukan bahwa
pengaruh grup referensi pada keputusan produk dan merek beragam paling
tidak dalam dua dimensi. Dimensi pertama berkaitan dengan sejauh mana
suatu produk atau merek adalah sesuatu yang dibutuhkan atau benda yang
mewah. Suatu kebutuhan dimiliki oleh hampir semua orang, sementara
barang mewah
hanya dimiliki oleh konsumen dalam grup-grup khusus.
Dimensi kedua adalah sejauh mana objek yang sedang dipertanyakan
menarik atau dikenal oleh orang lain. Barang publik (public good) adalah
sesuatu yang kepemilikan dan penggunaannya oleh seseorang diketahui oleh
orang lain, dan yang dapat diketahui mereknya tanpa mengalami kesulitan
misalnya mobil. Barang pribadi (private good)
digunakan di rumah atau
secara pribadi, sehingga orang lain (di luar keluarga langsung) tidak
mengetahui kepemilikan atau penggunaannya misal
pengering rambut.
penggunaan alat
25
Pengkombinasian kedua dimensi ini menghasilkan matriks seperti
yang ditujukan pada table berikut:
Tabel 2.2 : Efek dari public-pribadi dan mewah-kebutuhan pada
pengaruh referensi untuk pilihan produk dan merek
KEBUTUHAN
PUBLIK
BARANG MEWAH
Kebutuhan Publik
Barang Mewah Publik
Pengaruh grup referensi
Pengaruh grup referensi
produk: lemah
Produk: kuat
Merek: kuat
Merek: kuat
Contoh: jam tangan, mobil,
Contoh: klub golf, perahu motor
jas pria
PRIBADI
Kebutuhan Pribadi
Barang Mewah Pribadi
Pengaruh grup referensi
Pengaruh grup referensi
Produk: lemah
Produk: kuat
Merek: lemah
Merek: lemah
Contoh:
kasur,
lemari
es,
Contoh: game TV, mini compo
lampu
Sumber: Peter dan Olson (2000, p108)
Tabel diatas menyatakan bahwa pengaruh grup referensi akan
beragam tergantung pada apakah suatu produk dan merek merupakan
kebutuhan public, kebutuhan pribadi, barang mewah public, atau barang
mewah pribadi. Perhatikan jam tangan yang merupakan kebutuhan publik.
Karena setiap orang dapat mengetahui apakah seseorang menggunakan jam
26
tangan atau tidak, pemilihan mereknya mungkin mudah terkena pangaruh
grup referensi.
2.1.8 Aplikasi Kelompok Referensi Dalam Pemasaran
Menurut Suryani (2008,p227), karena kelompok referensi ini mempunyai
pengaruh
kuat
terhadap
perilaku
konsumen,
maka
pemasar
berupaya
memanfaatkan kelompok referensi ini. Ada beberapa kelompok referensi yang
dapat dipakai oleh pemasar, yaitu :
1. Selebritis
Di masyarakat Indonesia selebritis seperti penyanyi, pemain musik, arti,
pelawak,
dan
atlet,
eksekutif,
politikus,
merupakn
orang-orang
yang
mempunyai popularitas tinggi dan mempunyai pengaruh yang kuat. Anak-anak
menyukai pemain sinetron, dan penyanyi anak-anak. Kaum remaja menyukai
para artis pemain sinetron remaja, pemain musik yang sedang popular, atlet
muda olahraga. Demikian juga para ibi-ibu maupun bapak-bapak juga banyak
diantara mereka yang mengidolakan selebritis tertentu. Bahkan mereka tidak
hanya sekedar mengidolakan, tetapi juga menjadi idolanya.
Melihat kondisi ini, pemasar pun berupaya memanfaatkannya terutama untuk
kepentingan promosi. Dalam mempromosikan produk atau jasa pemasar
menggunakan selebritis sebagai bintang iklan.
2. Artis
Penggunaan artis untuk mempromosikan produk dipandang mempunyai
pengaruh yang cukup kuat karena mempunyai popularitas di masyarakat.
Pemasar biasanya memilih artis yang sedang popular dan dikagumi khalayak
27
yang menjadi pasar sasarannya. Ada banyak peran yang dimainkan oleh artis
dalam mempromosikan produk atau jasa, antara lain:
1) Memberikan kesaksian (testimonial)
Dalam iklan sering kita temui selebritis yang menyampaikan kesaksiannya
bahwa produk Dave benar-benar mampu membuat rambut menjadi lebih
lembut. Contoh: penggunaan Maia Estianty dan Winne Prakusya.
2) Memberikan penguatan atau dorongan (endorsement)
Contoh penggunaan artis dalam komunikasi pemasaran yang berperan
untuk memberikan dorongan penggunaan suatu produk. Misalnya Artika
Sari Devi untuk iklan masker 5P Mustika Ratu.
3) Berperan sebagai actor dalam iklan
Kebanyakan iklan menggunakan selebritis yang berperan sebagai bintang
ikaln. Iklan sepeda motor dari berbagai merek yang ditayangkan di TV,
kebanyakan menggunakan aktor-aktor yang cukup populer di masyarakat.
penggunaan bintang film seperti Inul, Dedy Mizmar, Didi Petet, Tukul pada
beberapa iklan produk merupakan contaoh pengunaan selebritis sebagai
aktor dalam iklan.
4) Berperan sebagai juru bicara perusahaan
Dalam hal ini perusahaan mengunakan artis tidak hanya sekedar untuk
mengiklankan produknya, sebagai aktor, tetapi menjadi juru bicara ketika
perusahaan melakukan public relation dan media relation. Contoh para
pemenang putri Indonesia dijadikan juru bicara produk untuk produk
perusahaan tersebut.
28
5) Pakar (Expert)
Pemasar sering menggunakan toko yang mempuntyai kepakaran tertentu
yang mempunyai relevansi dengan produk yang diiklankan.
Kredibilitas dari iklan yang menggunakan pakar ini tergantung dari reputasi
keahlian dan juga reputasi personal tokoh tersebut di masyarakat serta
keterkaitan kepakaran dengan produk yang diiklankan.
6) Orang biasa (The common man)
Seringkali produk sabun deterjen, susu anak-anak, bumbu masak
menggunakan orang biasa untuk mengiklankan produknya. Mereka
mengadakan lomba tentang pengalamannya menggunakan produk dan
hasil yang diperoleh atas penggunaan produknya. Hasil perlombaan ini
kemudian
diiklankan sebagai
kesaksian
konsumen
atas kehebatan
produknya dalam membantu konsumen dalam memuaskan kebutuhannya.
7) Para eksekutif dan karyawan
Para eksekutif perusahaan dipandang masyarakat sebagi orang yang
sukses. Masyarakat juga meyakini bahwa sebagai eksekutif yang sukses
tentu apa yang di sampaikan dapat dipercaya karena jika tidak benar,
pasti akan mempengaruhi reputasi dan kepercayaan masyarakat. Adanya
pandangan dan keyakinan yang berkembang di masyarakat seperti ini,
mendorong perusahaan untuk memanfaatkan para eksekutifnya untuk
mempengaruhi masyarakat melalui iklan.
2.1.9 Manfaat kelompok Rerefensi
Kelompok referensi memainkan peran penting dalam pemasaran produk.
Konsumen yang setiap harinya berinteraksi dengan orang lain, baik dengan orang-
29
orang yang ada dalam kelompoknya maupun di luar kelompok akan dapat dengan
mudah dipengaruhi oleh yang lain. Interaksi dapat memberikan pengaruh yang
kuat terhadap perilaku, termasuk dalam perilaku pembelian dan konsumsi.
Menurut Suryani (2008,p231) kelompok referensi ini dapat dimanfaatkan
pemasar untuk:
1) Meningkatkan kesadaran tentang merek
Kesadaran merek dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan kelompok referensi
dalam iklan maupun dalam komunikasi pemasaran yang lain seperti penjualan
personal. Penggunaan selebritis maupun pakar mempunyai daya tarik yang
kuat jika pemilihanya tepat dan sesuai dengan pasar sasaran. Bagi masyarakat
yang pendidikannya tidak terlalu tinggi, kehadiran pakar, eksekutif, dan
selebritis yang dijadikan tokoh idola dan di pandang mempunyai kredibilitas
tinggi akan sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Konsumen
remaja yang perilakunya sangat dipengaruhi oleh kelompok sebayanya dalam
berperilaku konsumsi pun jugaakan dipengaruhi oleh kelompok-kelompok atau
individu yang diacu oleh kelompok sebayanya.
2) Meyakinkan dan memberikan rasa aman pada konsumen yang disebabkan oleh
keraguannya terhadap resiko
Konsumen sering khawatir dan ragu-ragu untuk memilih suatu produk karena
resiko yang akan diterima jika salah dalam mengambil keputusan akibat
terbatasnya informasi yang dimiliki. Adanya kelompok referensi yang
mempunyai kredibilitas tinggi, dianggap membantu menguatkan keyakinanya
akan kemungkinan resiko yang diterima.
30
2.1.10 Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari kata ”psyche” (jiwa) merupakan daya penggerak dan
pengatur yang bersifat abstrak terhadap perilaku manusia. Konsumen adalah
manusia yang berkemauan dan berkecerdasan, karenanya dimungkinkan terjadi
proses mental yang sifatnya abstrak dalam dirinya. Perilaku konsumen yang
nampak merupakan hasil dari fungsi otak manusia atau pembelajaran yang terjadi
selama merespon lingkungan. Individu tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya,
karena itu akan selalu terjadi proses mental yang abstrak dalam diri individu dalam
upaya
memperkecil
kesenjangan
antara
kondisi
pribadi
dengan
tuntutan
lingkungan.
Sifat jiwa yang abstrak ini tidak dapat dilihat secara langsung, namun dapat
dilihat melalui gejala-gejalanya. Gejala-gejala gerakan jiwa tersebut dapat
dipelajari oleh pemasar seperti motivasi, sikap, keyakinan, kepribadian, persepsi,
dan pembelajaran yang telah disebutkan diatas.
Menurut Ferrinadewi (2008, p7) psikologi konsumen merupakan studi
tentang motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap, keyakinan, dan kepribadian.
Sedangkan Menurut Kotler dan Keller (2007, p226-230) Titik awal untuk
memahami perilaku konsumen adalah dengan mengetahui empat proses psikologi.
2.1.10.1 Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa
kebutuhan bersifat biologis, kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis
seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis,
kebutuhan tersebut muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan
pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Kebutuhan akan
31
menjadi motif jika ia didorong yang pada akhirnya mendorong seseorang
bertindak.
Secara proses, motivasi dimulai dari adanya tekanan (tension) yang
dihasilkan sebagai akibat adanya keinginandan kebutuhan yang belum terpenuhi.
Tekanan tersebut kemudian menimbulkan daya dorong.
Kebutuhan/
keinginan yang
belum terpenuhi
Tekanan
Dorongan
Perilaku
Terpenuhi
keinginan
kebutuhan
Gambar 2.2 Aliran Proses Motivasi
Sumber: Ferrinadewi (2008,p14)
Menurut Hilgard dan Bower (dalam Ferrinadewi, 2008,p14) Daya dorong
merupakan hal yang penting dalam perkembangan perilaku karena :
1) Tanpa dorongan maka tidak dimungkinkan adanya daya untuk mengurangi
tekanan akibat belum terpenuhinya kebutuhan karena reinfocerment sangat
tergantung pada daya dorong tersebut.
2) Dorongan merupakan tenaga yang menggerakan perilaku, tanpa ada dorongan
maka tidak akan ada perilaku yang terjadi.
3) Dorongan fisik (drive stimuli) yang mengarahkan tindakan manusia sangat
tergantung pada bentuk dorongan (drive).
32
Secara garis besar teori motivasi ada tiga yang paling terkenal yaitu teori
Sigmund Freud, Abraham Maslow, dan Frederick Herzberg. Dimana ketiga teori
tersebut mempunyai implikasi yang berbeda pada analisis konsumen dan strategi
pemasaran.
•
Teori Freud
Sigmund Freud mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis yang membentuk
perilaku manusia sebagian besar tidak disadari dan bahwa seseorang tidak
dapat sepenuhnya memahami motivasi dirinya. Ketika seseorang mengamati
merek-merek tertentu, ia akan bereaksi tidak hanya pada kemampuan yang
terlihat nyata pada merek-merek tersebut, melainkan juga pada petunjuk
(clues) lain yang sama. Wujud, ukuran, berat, bahan, warna, dan nama merek
dapat memicu asosiasi (arah pemikiran) dan emosi tertentu. Teknik yang
disebut penjengjangan (laddering) dapat digunakan untuk menelusuri motivasi
seseorang mulai dari motivasi yang bersifat alat sampai ke motivasi yang lebih
bersifat tujuan. Kemudian pemasar dapat memutuskan pada tingkat mana
pesan dan daya tarik mau dikembangkan.
Para periset motivasi sering memperbanyak wawancara mendalam terhadap
beberapa konsumen untuk mengungkap motif yang lebih mendalam yang
dipicu oleh produk. Mereka menggunakan bermacam-macam teknik proyektif
seperti
asosiasi
kata,
penyelesaian kalimat,
interpretasi
gambar,
dan
permainan peran.
•
Teori Maslow
Abraham Maslow berusaha menjelaskan mengapa orang didorong oleh
kebutuhan tertentu pada waktu tertentu.
33
Maslow berpendapat bahwa manusia haruslah dipandang sebagai sebuah
kesatuan utuh dalam rangka mengembangkan teori motivasi. Menurutnya
tidak mungkin seseorang dapat memahami kondisi kompleks manusia dengan
menyederhanakan respon manusia terhadap situasi tertentu karena perilaku
manusia dapat disebabkan oleh beberapa motif.
Keputusan atau tindakan yang diambil oleh konsumen dapat saja dihasilkan
dari beberapa dorongan. Artinya tindakan konsumen tidak selalu didasarkan
oleh adanya sebuah dorongan tertentu. Misalnya, seseorang memutuskan
untuk membeli kendaraan karena keinginan untuk mengatasi masalah
transportasi
yang
selama
ini
dihadapinya
sekaligus
keinginan
untuk
menunjukan kelas sosialnya dalam lingkungannya.
Kebutuhan
Aktualisasi
diri
Growth
motivation
Kebutuhan
Penghargaa
Kebutuhan
Sosial
Deprivation Motivation
Kebutuhan
Keamanan
Kebutuhan
Fisik
Gambar 2.3 Hierarki Kebutuhan Maslow
sumber: Ferrinadewi (2008, p23)
34
Dalam teori motivasi Maslow, dikenal terdapat 5 tingkatan motivasi dimulai
dari yang terendah yaitu kebutuhan fisiologi dan diakhiri dengan kebutuhan
aktualisasi diri. Bagi Maslow, tujuan akhir dari keseluruhan motif manusia
adalah pada aktualisasi diri. Sebuah hirarki motivasi dikembangkan oleh
Maslow. Kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi tidak akan terpenuhi sebelum
kebutuhan di tingkat yang paling rendah terpenuhi.
•
Teori Herzberg
Frederick Herzberg mengembangkan teori dua factor yang membedakan
dissatisfiers (factor-faktor yang menyebebkan ketidakpuasan) dan satisfiers
(factor-faktor yang menyebabkan kepuasan). Tidak adanya dissatisfiers saja
tidak cukup, sebaliknya satisfiers harus ada secara aktif untuk memotivasi
pembelian.
Teori motivasi Herzberg memiliki dua implikasi. Pertama, para penjual harus
berusaha sebaik-baiknya menghindari dissatisfier (misalnya: pelayanan yang
buruk). Kedua, para pabrikan harus mengidentifikasi satisfier atau motivator
utama pembelian di pasar dan menyediakan factor satisfier itu. Satisfier itu
akan menghasilkan perbedaan besar terhadap merek apa yang dibeli
pelanggan.
2.1.10.2 Persepsi
Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih,
mengorganisasikan, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan
gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada
rangsangan fisik, tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan
lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Poin pentingnya
35
adalah bahwa persepsi dapat sangat beragam antara individu satu dengan yang
lain yang mengalami realitas yang sama. Seseorang mungkin menganggap
wiraniaga yang berbicara dengan cepat sebagai orang yang agresif dan tidak
tulus, sementara yang lain mungkin menganggap orang yang sama sebagai
orang yang pintar dan suka membantu. Setiap orang akan menanggapi secara
berbeda terhadap wiraniaga.
Dalam pemasaran, persepsi itu lebih penting daripada realitas, karena
persepsi itulah yang akan memengaruhi perilaku aktual konsumen. Orang dapat
memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama karena tiga proses
persepsi adalah perhatian selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif.
o
Perhatian selektif
Orang dapat mengalami banyak rangsangan setiap hari. Karena seseorang
tidak mungkin dapat menanggapi semua ransangan itu, kebanyakan
ransangan akan disaring, proses ini dinamakan perhatian selektif. Artinya,
para pemasar harus bekerja keras dalam rangka menarik perhatian
konsumen.
Tantangan
yang
sesungguhnya
adalah
menjelaskan
rangsangan mana yang akan diperhatikan orang.
Walaupun menyaring banyak rangsangan di sekelilingnya, mereka
dipengaruhi oleh rangsangan yang tidak diduga, seperti tawaran tiba-tiba
melalui
surat,
telepon,
atau
wiraniaga.
Para
pemasar
berusaha
mempromosikan tawaran mereka secara halus supaya bisa melewati
saringan selektif.
o
Distorsi salektif
Rangsangan yang telah mendapatkan perhatian bahkan tidak selalu
muncul di pikiran orang persis seperti yang diinginkan oleh pengirimannya.
36
Distorsi selektif adalah kecenderungan menafsirkan informasi, sehingga
sesuai dengan pra-konsepsi kita.
o
Ingatan selektif
Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari, tapi cenderung
mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinan mereka.
Karena adanya ingatan selektif, kita cenderung mengingat hal-hal yang
baik yang disebut tentang produk yang kita sukai dan melupakan hal-hal
baik
yang
menjelaskan
disebutkan
mengapa
tentang
para
produk
pemasar
pesaing.
Ingatan
menggunakan
selektif
drama
dan
pengulangan dalam mengirimkan pesan ke pasar sasaran mereka, hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa pesan mereka tidak diremehkan.
o
Persepsi subliminal
Mekanisme persepsi selektif menuntut keterlibatan dan pemikiran aktif
pihak konsumen. Pemasar diam-diam menamkan pesan subliminal dalam
iklan dan kemasan. Konsumen tanpa sengaja menyadari pesan ini, tapi
pesan-pesan ini mempengaruhi perilaku mereka. Walaupun jelas banyak
efek bawah sadar yang subtil bisa saja ada pengolahan konsumen, tidak
ada bukti yang mendukung pengertian bahwa pemasar dapat secara
sistematis mengontrol konsumen pada level itu.
2.1.10.3 Pembelajaran
Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil belajar. Ahli
pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja
antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan, dan penguatan.
37
Pendorong (drives) adalah rangsangan internal kuat yang mendorong tindakan.
Isyarat (cues) adalah rangsangan kecil yang menentukan kapan, dimana, dan
bagaimana tanggapan seseorang.
Teori pembelajaran mengajarkan para pemasar bahwa mereka dapat
membangun permintaan atas produk dengan mengaitkannya pada dorongan
kuat, menggunakan isyarat yang memberikan pendorong atau motivasi, dan
memberikan pengukuhan yang positif. Perusahaan baru dapat memasuki pasar
dengan menawarkan bujukan yang sama dengan yang digunakan oleh para
pesaing dan memberikan konfigurasi isyarat yang serupa, karena pembeli
cenderung mengalihkan kesetiaan mereka pada merek yang mirip (generalisasi)
atau perusahaan tersebut dapat merancang mereknya agar menarik bagi
sekumpulan pendorong yang berbeda dan memberikan isyarat yang memancing
perpindahan merek.
2.1.10.4 Memori
Semua informasi dan pengalaman yang dihadapi orang ketika mereka
mengarungi hidup dapat berakhir dalam memori jangka panjang. Para psikologis
kognitif membedakan memori jangka-pendek (STM-shotr-term memory) dan
memori jangka panjang (LTM-long-term memory).
Pandangan yang paling luas diterima terhadap struktur memori jangka
panjang mencakup beberapa jenis formulasi model asosiatif. Sebagai contoh,
model memori jaringan asosiatif memandang LTM terdiri dari satu perangkat titik
simpul (nodes) dan kaitan penghubung. Titik pertemuan (nodes) adalah
informasi tersimpan yang ditautkan oleh sambungan yang kekuatannya
bervariasi. Jenis informasi apapun dapat disimpan dalam jaringan memori,
38
termasuk informasi verbal, visual, abstrak, atau kontekstual. Proses aktivasi yang
menyebar dari titik pertemuan ke titik pertemuan menentukan luasnya perolehan
kembali informasi, dan informasi apa yang dapat secara aktual dapat diingat
dalam situasi apapun. Ketika satu titik pertemuan teraktivasi karena informasi
ekternal mengalami encode (misalnya, ketika seseorang membaca atau
mendengar tentang satu kata atau istilah) atau informasi internal didapatkan
kembali dari LTM (misalnya, ketika seseorang berpikir tentang beberapa
konsep), titik-titik pertemuan lain juga diaktivasi jika titik-titik tersebut cukup
kuat untuk diasosiasikan dengan titik pertemuan tadi.
Konsisten dengan model memori jaringan asosiatif, pengetahuan merek
konsumen dalam memori dapat dikonseptualisasikan terdiri dari titik pertemuan
dalam memori dengan berbagai asosiasi yang terkait. Kekuatan dan organisasi
dari asosiasi ini akan menjadi determinan penting atas informasi yang dapat
diingat tentang merek. Asosiasi merek terdiri dari semua pemikiran, perasaan,
persepsi, citra, pengalaman, keyakinan, sikap, dan lain-lain yang terkait dengan
merek yang tersambung dengan titik pertemuan (mode) merek.
Pemasaran dapat terlihat meyakinkan bila para konsumen memiliki jenis
pengalaman produk dan layanan yang tepat seperti struktur pengenalan merek
yang diciptakan dan dipertahankan dalam memori.
2.1.11 Pengambilan Keputusan Konsumen
Menurut Peter dan Olson (2000, p163), Pengambilan keputusan konsumen
(consumer
decision
making)
adalah
proses
pengintegrasian
yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternative, dan memilih salah satu di antaranya. Hasil dari proses pengintegrasian
39
ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan
berperilaku adalah suatu rencana (kadangkala disebut sebagai rencana keputusan)
untuk terlibat dalam beberapa perilaku. Keputusan pembelian seseorang dapat
dipengaruhi oleh iklan, keluarga, teman, dan lain sebagainya yang kemudian
menimbulkan suatu dorongan (motivasi).
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004, p485), keputusan adalah seleksi
terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan kata lain, pilihan alternative harus tersedia
bagi seseorang ketika mengambil keputusan.
Semua perilaku sengaja dilandaskan pada keinginan yang dihasilkan, ketika
konsumen secara sadar
memilih salah satu diantara tindakan alternative yang
ada. Ini tidak berarti bahwa suatu proses pengambilan keputusan sadar harus
muncul setiap saat ketika perilaku tersebut dinyatakan. Beberapa perilaku sadar
dapat berubah menjadi kebiasaan. Perilaku tersebut didasarkan pada keinginan
yang tersimpan diingatan yang dihasilkan oleh proses pengambilan keputusan
masa lampau. Ketika diaktifkan, keinginan atau rencana keputusan yang telah
terbentuk sebelumnya ini secara otomatis mempengaruhi perilaku, proses
pengambilan keputusan selanjutnya tidak diperlukan lagi. Akhirnya, beberapa
perilaku tidak dilakukan secara sengaja dan sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan.
2.1.11.1 Peran Keputusan
Peran keputusan pembelian merupakan hal yang penting bagi
pembeli dan penjual (perusahaan) itu sendiri. Bagi perusahaan penting
untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian,
40
namun terdapat hal lain yang juga harus diperhatikan perusahaan yaitu
pemegang peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli.
Terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan pembelian yang
dijelaskan oleh Suryani (2008, p13) yakni:
1. Pengambilan inisiatif (initiator)
Individu yang mempunyai inisiatif untuk membeli produk tertentu,
atau
punya
kebutuhan
tapi
tidak
memiliki
wewenang
untuk
melakukannya sendiri.
2. Pembawa pengaruh (influencer)
Individu yang memiliki pandangan atau nasehat yang mempengaruhi
keputusan pembelian
3. Pengambil keputusan (decider)
Individu yang memutuskan akan membeli atau tidak, apa yang akan
dibeli. Bagaiman membelinya? Kapan dan dimana membelinya?.
4. Pembeli (buyer)
Individu yang akan melakukan transaksi pembelian secara nyata.
5. Pemakai (user)
Individu yang menggunakan produk barang atau jasa yang dibeli.
Diantara peranan-peranan tersebut, yang terpenting adalah peranan
ketiga, karena deciderlah yang menentukan dan bertindak sebagai
pengambil keputusan akan membeli produk atau tidak, kerena itu
perusahaan dapat meneliti siapa dalam keluarga yang memutuskan suatu
pembelian yang kemudian akan mempromosikannya ke anggota keluarga
lainnya.
41
2.1.11.2 Tahap-Tahap Dalam Proses Keputusan Pembelian
Seseorang apabila akan membeli suatu produk, tentunya bukan
merupakan suatu hal yang kebutulan. Hal ini melalui proses yang panjang
dan mempunyai beberapa tahapan. Antara tahapan satu dengan yang lain
saling berkaitan dan berpengaruh. Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh
Kotler dan Keller (2007,p235-244), bahwa proses keputusan membeli melalui
lima tahap yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternative, keputusan membeli dan tahap akhir perilaku setelah membeli.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada gambar dibawah ini.
Pengenalan
masalah
Pencarian
informasi
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Evaluasi
pasca
pembelian
Gambar 2.4 : Proses pengambilan keputusan konsumen
Sumbar : Kotler and Keller (2007, p235)
a. Pengenalan masalah (problem opportunity recognition)
Proses
pembelian
diawali
dengan
pengenalan
kebutuhan
(need
recognition). Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan
internal dan eksternal. Dalam kasus pertama, salah satu kebutuhan
umum seseorang dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu
kebutuhan normal seseorang mencapai ambang batas tertentu dan
42
mulai menjadi pendorong, misalnya rasa lapar dan haus. Dalam kasus
kedua, kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan
eksternal. Misalnya
seseorang menonton iklan televisi tentang liburan di Hawai yang memicu
pemikiran tentang kemungkinan melakukan suatu pembelian.
Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan
tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen.
Mereka kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu
memicu minat konsumen. Motivasi konsumen perlu ditingkatkan
sehingga pembeli potensial memberikan pertimbangan yang serius.
b. Pencarian informasi (search)
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Jika dorongan konsumen begitu
kuatnya dan produk yang memuaskan berada dalam jangkauan,
konsumen kemungkinan besar akan membelinya. Jika tidak, konsumen
mungkin menyimpan kebutuhannya dalam ingatan atau melakukan
pencarian informasi yang berkaitan dengan kebutuhan itu.
Konsumen dapat memperoleh informasi
dari beberapa sumber
manapun.
Sumber-sumber ini, meliputi sumber pribadi, sumber komersial, sumber
public, dan sumber pengalaman. Ketika konsumen mendapatkan lebih
banyak informasi, semakin bertambah pula kesadaran dan pengetahuan
konsumen mengenai merek yang tersedia dan sifat-sifatnya. Informasi
juga
membantu
menghilangkan
pertimbangan.
Sebuah
pemasarannya
untuk
merek-merek
perusahaan
membuat
calon
harus
tertentu
merancang
pembeli
dari
bauran
menyadari
dan
43
mengetahui mangenai mereknya. Perusahaan tersebut harus cermat
mengidentifikasi sumber informasi konsumen dan pentingnya setiap
sumber. Konsumen harus ditanya apa ynag pertama kali mereka dengar
mengenai merek tersebut, informasi apa yang mereka terima, dan
seberapa penting sumber informasi lain bagi mereka.
c. Evaluasi berbagai alternative (alternative evaluation)
Orang pemasaran perlu untuk mengetahui tentang evaluasi berbagai
alternative yaitu bagaimana memproses informasi untuk mencapai
pilihan merek. Konsumen tidak menggunakan satu proses evaluasi yang
sederhana dalam semua situasi pembelian. Sebaliknya, beberapa proses
evaluasi digunakan sekaligus.
Konsep
dasar
tertentu
membantu
menjelaskan
proses
evaluasi
konsumen. Pertama, kita berasumsi bahwa setiap konsumen melihat
suatu produk sebagai satu paket atribut produk. Kedua, konsumen akan
memberikan tingkat kepentingan yang berbeda pada atribut-atribut yang
berbeda menurut kebutuhan dan keinginannya yang unik. Ketiga,
konsumen mungkin akan mengembangkan satu susunan keyakinan
merek mengenai posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat,
harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi terhadap
tingkat-tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen mencapai suatu
sikap terhadap merek yang berbeda lewat prosedur evaluasi. Konsumen
didapati menggunakan satu atau lebih dari beberapa prosedur evaluasi,
tergantung pada konsumen dan keputusan pembeliannya.
Bagaimana konsumen mengevaluasi alternative pembelian tergantung
pada konsumen individu dan situasi pembelian tetentu. Kadang-kadang
44
konsumen sangat cermat dalam mempertimbangkan pembelian suatu
produk tetapi ada kalanya mereka hanya mengevaluasi sedikit bahkan
hanya berdasarkan dorongan sesaat tergantung pada intuisi. Kadang
konsumen mengambil keputusan sendiri, kadangkala mereka bertanya
kepada orang lain, missal saudara, teman, penjual.
Orang pemasaran harus mempelajari pembeli untuk mengetahui
bagaimana mereka mengevaluasi alternative merek. Jika mereka tahu
bahwa proses evaluasi sedang berjalan, orang pemasaran dapat
mengambil langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan pembeli.
d. Keputusan pembelian (purchase decision)
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat atas merek dan
membentuk niat untuk membeli. Biasanya keputusan pembelian
konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua factor
dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan pembelian.
Factor pertama adalah sikap orang lain.
Factor kedua adalah factor
situasi yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat
membeli
berdasarkan
factor-faktor
seperti
pendapatan
yang
diperkirakan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang
diharapkan. Namun, kejadian-kejadian yang tidak diharapkan mungkin
mengubah niat membeli tersebut.
e. Evaluasi pasca pembelian (Post-purchase evaluation)
Setelah konsumen membeli produk tersebut, konsumen bisa puas atau
tidak puas dan akan terlibat dalam perilaku pasca pembelian yang tetap
menarik bagi orang pemasaran. Apa yang menentukan apakah pembeli
puas atau tidak puas? Jawabanya ada pada hubungan antara harapan
45
konsumen dengan kinerja yang dirasakan dari produk. Jika produk gagal
memenuhi harapan, konsumen akan kecewa, sebaliknya jika konsumen
puas berarti harapan terlampaui dan konsumen akan puas.
Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka
terima dari penjual, teman, dan sumber lainya. Jika penjual melebihlebihkan kinerja produk, harapan konsumen tidak akan terpenuhi, dan
hasilnya adalah ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antara
harapan dengan kinerja, semakin besar ketidakpuasan konsumen. Hal ini
menunjukan bahwa penjual harus membuat pernyataan yang jujur
mengenai kinerja produknya sehingga pembeli terpuaskan. Beberapa
penjual bahkan mungkin lebih rendah dalam menilai tingkat kinerja
produknya untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
Mengapa untuk memuaskan konsumen begitu penting? Kepuasan
pelanggan penting karena penjualan perusahaan berasal dari dua
kelompok dasar, antara pelanggan baru dan pelanggan yang kembali
membeli. Biasanya biaya untuk menarik pelanggan baru lebih besar
daripada biaya untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada, dan
cara terbaik untuk mempertahankan pelanggan adalah dengan membuat
mereka tetap puas. Pelanggan yang puas akan kembali membeli produk,
memuji produk yang dibelinya dihadapan orang lain, sedikit menarik
perhatian pada merek dan iklan pesaing, dan membeli produk lain dari
perusahaan yang sama. Banyak orang pemasaran berusaha memenuhi
lebih
banyak
harapan
pelanggan,
mereka
bermaksud
membuat
pelanggan sangat senang. Seorang pelanggan yang amat senang
46
kemungkinan besar akan berulang kali membeli dan memuji produk
serta perusahaan penjualnya.
2.1.12 Operational Excellence
Setiap perusahaan harus memiliki nilai yang unik (unique value), maka
dengan sendirinya akan membawa perusahaan ke pasar yang diinginkan. Ada tiga
”value discipline” yang berbeda yang diadopsi oleh perusahan-perusahaan yang
sukses didalam persaingan pasar dewasa ini. Salah satu dari ketiga value ini
setidaknya dipilih oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Pemilihan nilai (value)
yang dijadikan disiplin bagi pengembangan kultur organisasi dan pengembangan
layanan ini, sangat tergantung pada jenis produk atau jasa yang mereka kelola.
Menurut Treacy and Wiersema (1995) Secara garis besar ”value discipline” ini
dapat diringkas seperti di bawah ini beserta dengan contoh :
Value Discipline merupakan Filosofi Dasar
1) Operational excellence: Keinginan customer sebenarnya sederhana, yaitu
harga yang rendah, bahkan jika memungkinkan dengan harga yang paling
rendah dan pelayanan yang memuaskan, seperti harga produk yang cukup
rendah dan pelayanan yang optimal dari Wal-Mart dan McDonalds.
2) Product leadership: Menawarkan produk yang mampu meningkatkan standar
kualitas dari produk serupa, seperti Intel, Nike dan 3 M
3) Customer intimacy: Men-deliver layanan secara spesifik sesuai keinginan
masing-masing pelanggan, seperti Airborne Express dan Nordstrom.
Menurut Treacy and Wiersema (1995,p42), Biasanya suatu perusahaan
hanya berfokus pada salah satu value saja. Hal ini disebabkan oleh pertimbangan
47
keterbatasan waktu dan resource yang dimiliki management. Perusahaan Mustika
Ratu memilih fokus pada operational excellent karena berdasarkan pada value
proposition (apa yang ditawarkan produsen kepada konsumen). Dan berdasarkan
keinginan pelanggan yang mengkehendaki harga produk yang rendah tetapi
berkualitas.
Operational excellence
adalah terminologi untuk membuka babak baru
dalam pelayanan para pelanggan. Melalui value yang pertama ini, setiap
perusahaan atau COE perusahaan diajak untuk membentuk kultur perusahaan
yang
dipimpinnya
untuk
lebih
“mendekat”
kepada
pasar.
Kultur
ini
menghembuskan semangat untuk menyediakan produk dengan harga yang
sekompetitif mungkin (rendah), sementara disisi lain meminimalisasi kemungkinankemungkinan gangguan atau ketidakpuasan atas produk tersebut di mata
konsumen. Value ini menitikberatkan pada beberapa prinsip-prinsip kunci yang
harus dipenuhi:
Menurut Treacy and Wiersema (1995) “The first value discipline is 'operational
excellence', which is an approach to the market dedicated to providing the lowest
cost goods and services, while at the same time minimizing problems for the
customer. This discipline bases its success on several key principles”:
1.
Management Sumber Daya Manusia (SDM) yang efisien – Karyawan dilatih
menggunakan cara yang paling efisien dan menggunakan biaya yang
serendah mungkin. Namun tetap mempertahankan kualitas hasil pelatihan
tersebut. Caranya antara lain dengan e-Learning, sharing knowledge, dan
sebagainya.
2.
Management transaksi yang efisien – untuk efisiensi yang lebih baik dan
meningkatkan kecepatan pengolahan order, beberapa proses yang terjadi
48
antara para supplier dan perusahaan kadang dapat digabung. Sebagai
contoh fungsi quality control. Biasanya fungsi ini berada di pihak supplier
untuk memastikan bahwa produk yang supplier keluarkan adalah produk
yang terbaik, serta satu lagi berada di pihak pelanggan untuk memastikan
bahwa produk yang diterima oleh pembeli adalah produk yang terbaik. Dua
fungsi quality control ini dapat digabung menjadi satu pintu quality control
yang dilakukan antara kedua belah pihak, baik supplier maupun pelanggan.
Hal ini dapat mengurangi waktu pemrosesan transaksi, memungkinkan just-
in-time supply dan secara keseluruhan mampu menekan biaya.
3.
Dedikasi terhadap sistem evaluasi – untuk memastikan tingkat ketelitian
pengendalian biaya dan kualitas, perusahaan yang berdedikasi pada
operational excellence ini dipersenjatai dengan proses-proses pengendalian
dan pengukuran. Proses-proses ini tergabung dalam mekanisme evaluasi.
Tujuan dari serangkaian proses ini, tidak lain adalah untuk terus-menerus
menemukan cara-cara baru mengurangi biaya produksi serta meningkatkan
layanan dan kualitas.
4.
Fokus didalam pencapaian efisiensi. Konsep efisiensi disini bukan hanya
mengacu pada biaya operasi yang rendah saja namun juga dari sisi
pelanggan.
Seperti
memberikan
layanan
dan
kualitas
produk
akan
memberikan manfaat secara efisien Hal ini menyangkut pada konsep
aktivitas penanganan pelanggan yang mencakup kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) dan pada akhirnya melakukan pengikatan pelanggan
(customer retention). Untuk itulah para pemimpin mutu dituntut untuk
mampu menciptakan proses operasi yang efisien. Disini operational
excellence
menolak
keanekaragaman
karena
keanekaragaman
akan
49
membebankan
bisnis
dengan
biaya
yang
tinggi,
dengan kata
lain
keanekaragaman dapat membunuh efisiensi sehingga dapat merugikan
perusahan.
Studi kasus yang dimunculkan untuk discipline value operational excellence
ini adalah pengalaman AT&T’s dalam memperkenalkan “Universal Card”,
sebuah kartu yang mengkombinasikan calling card SLJJ dengan kartu kredit.
Kartu ini memiliki kelebihan pada murahnya iuran tahunan dan layananlayanan yang customer-friendly.
Menurut Treacy and Wiersema (1995), Keuntungan yang diperoleh
perusahaan dengan menerapkan operational excellence didalam bisnisnya adalah:
•
Mengurangi harga produk
•
Meningkatkan kualitas produk
•
Meningkatkan kapasitas dan efisiensi
•
Meningkatkan margin laba
•
Meningkatkan arus kas
•
Dapat
mengembangkan kemampuan karyawan agar
kinerja
karyawan
meningkat dan karyawan dapat memanfaatkan sumber daya lebih efisien
sehingga perusahaan tidak merugi.
•
Meningkatkan keuntungan pemegang saham
•
Economic of scale dapat tercapai
Kemudian
untuk
mencapai
operational excellence perusahaan perlu
menggunakan pendekatan TPM3 (Total Produksi Manufaktur generasi ke-3). Disini
terdapat tiga prinsip kunci, yaitu:
50
1. Holistik pengukuran
Perbaikan dilakukan pada sistem operasi. Sistem operasi harus jelas kinerja
manajemennya. Perusahaan harus melakukan pengukuraan dan analisis OEE
(pengujian keseluruhan pelaratan) agar dapat diketahui akar penyebab
produksi tidak efisien dan efektif, sehingga perusahaan dapat terhindar dari
kerugian dan perusahaan dapat meningkatkan efektifitas aset yang pada
akhirnya harga produk yang rendah dapat tercapai.
2. Kepemilikan kerja
Dengan melakukan perubahan dalam budaya kerja organisasi. Hal ini harus
dimulai dari mengatasi masalah mendasar dari kepemilikan aset. Disini banyak
yang gagal karena kurangnya of understanding untuk perawatan aset tetap.
Selain itu perusahaan harus meningkatkan rasa kepemilikan diantara semua
karyawan sehingga menjadi komitmen setiap karyawan untuk merawat sumber
daya-sumber daya perusahaan (peralatan, mesin, fasilitas kantor, dan lain
sebagainya).
3. Partisipasi kerja
Menciptakan lingkungan kerja dimana semua karyawan dapat berpartisipasi
memberikan pendapat atau gagasan guna kemajuan perusahaan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Problem
opportunity
recognition
Iklan (X1)
search
Kualitas
Pengenalan iklan
Pengantaran iklan
Frekuensi iklan
Media iklan
Proses
Pengambilan
Keputusan
Pembelian (Y)
Reference Group (X2)
Keluarga
Teman
Operational
Excellent (Z)
Endorser
Harga
Alternative
evaluation
Psikologi (X3)
purchase
decision
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Memori
PostPurchase
decision
51
Download