ordo Diptera

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lalat yang termasuk subordo Cyclorrhapha (ordo Diptera) sering dijumpai
dalam keseharian kita dan pada hampir semua jenis lingkungan. Di ekosistem
tersebut lalat dapat berperan dalam proses pembusukan, sebagai predator, parasit
pada serangga, sebagai polinator (Byrd & Castner, 2001). Lalat yang termasuk
subordo Cysclorrhapha sebagian besar bersifat sinantropik karena pada habitat dan
kehidupannya lebih banyak berasosiasi dengan kehidupan manusia. Hal ini
menyebabkan lalat sinantropik lebih mudah menjadi vektor mekanis.
Penularan penyakit oleh lalat non-biting flies terjadi secara mekanis, karena
secara morfologis bulu–bulu badannya, kaki-kaki serta bagian tubuh yang lain dari
lalat non-biting flies merupakan tempat menempelnya mikroorganisme.
Mikroorganisme patogen yang dibawanya dapat berasal dari sampah, kotoran
manusia, dan binatang. Bila lalat tersebut hinggap ke makanan manusia, maka
kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan oleh manusia sehingga
akhirnya akan timbul gejala sakit pada manusia yaitu sakit pada bagian perut serta
lemas. Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera,
diare dan lainnya yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
Beberapa spesies lalat merupakan spesies yang paling berperan dalam
masalah kesehatan yaitu sebagai vektor mekanik dan vektor biologis penyakit
tertentu seperti disentri, kholera, typhoid, diare, gatal pada kulit (Departemen
1
2
Kesehatan RI, 1992), serta sebagai penyebab miasis (David & Anathakrishnan,
2004).
Lalat yang tergolong subordo Cyclorrhapha, ordo Diptera memiliki tiga
famili yaitu famili Calliphoridae, Sarcophagidae dan Muscidae (David &
Anathakrishnan, 2004). Family Calliphoridae (blow flies) memiliki lebih dari 1000
spesies dan dapat ditemukan hampir di seluruh dunia. Spesies dari famili ini
diantaranya Chrysomya sp., Lucilia sp., Calliphora sp., Cochliomyia sp.,
Cynomyopsis sp., Phaenicia sp., Phormia sp., dan Protophormia sp. Famili
Sarcophagidae (flesh flies) memiliki lebih dari 2000 spesies yang dapat ditemukan
di seluruh dunia, sebagian besar spesies ditemukan di daerah tropis dengan
temperatur yang hangat. Spesies dari famili ini diantaranya Sarcophaga bullata dan
Sarcophaga haemorrhoidalis. Famili Muscidae (Muscid flies) tersebar di berbagai
belahan dunia, kebanyakan ditemukan di sekitar kehidupan manusia, termasuk
diantaranya M. domestica, lalat kandang, lalat tse-tse, Fannia sp., dan
Synthesiomyia sp. (Byrd & Castner, 2001).
Beberapa jenis lalat non-biting flies dapat membawa mikroba yang
menyebabkan penyakit tertentu. Berbagai jenis bakteri enteropatogen yang berhasil
diisolasi dari M. domestica yang dikoleksi dari tempat sampah dan kandang ayam
antara lain adalah Acinetobacter sp, Cirtobacter freundii, Enterobacter aerogenes,
Enterobacter aggolerans, Escherichia coli, Hafnia alvei, Klebsiella pneumoniae,
Morganella morganii, Proteus vulgaris, Pseudomonas sp dan Salmonella sp. (Sigit
et al., 2006). Penelitian yang dilakukan Suraini (2011), menunjukkan bahwa jenis
bakteri Enterobacteriaceae yang ditemukan pada permukaan luar tubuh lalat M.
3
domestica dan C. megacephala antara lain, Enterobacter aerogenes, Escherichia
coli, Proteus sp, Serratia marcescens dan satu jenis bakteri basil dari genus Bacillus
spp.
Lalat juga dapat berperan sebagai vektor mekanik suatu penyakit seperti
amubiasis yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica, giardiasis disebabkan
Giardia lamblia, ascariasis disebabkan Ascaris lumbricoides dan trichurisiasi
disebabkan cacing cambuk (Trichuris trichiura) (Tan et al., 1997). Penyakit
kecacingan ascariasis dan trichuriasis penyebarannya termasuk luas dan
kosmopolitan. Menurut WHO (2012) sekitar
lebih dari satu milyar orang
terinfestasi oleh Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfestasi Trichuris
trichiura, dan 740 juta orang terinfestasi cacing tambang (Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus). Distribusi prevalensi infestasi STH meningkat di negaranegara yang beriklim tropis dan substropis karena telur dan larva cacing lebih dapat
berkembang di tanah yang hangat dan basah. Asia Tenggara merupakan salah satu
wilayah yang memiliki prevalensi tinggi infestasi STH di dunia (de Silva et al.,
2003). Berdasarkan survei Subdit Diare, anak sekolah dasar memiliki prevalensi
kecacingan cukup tinggi yaitu sekitar 60 – 80 % (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2004a). Di rumah sakit pula dapat terjadi
penularan baik secara langsung, melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui
serangga (vector borne infection) sehingga dapat mengancam kesehatan
4
masyarakat umum. Lingkungan rumah sakit seharusnya bebas vektor supaya tidak
terjadi kontak antara manusia-vektor atau makanan-vektor yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit infeksi nosokomial maupun penyakit vektor lain.
Keberadaan lalat di lingkungan rumah sakit terkait dengan adanya bahan
organik seperti sampah, bahan makanan, dan makanan jadi (siap hidang). Tempattempat potensial bagi lalat di lingkungan rumah sakit adalah dapur, tempat sampah,
dan tempat penampung sampah sementara di bangsal-bangsal, walaupun kepadatan
lalat di lingkungan rumah sakit seharusnya nol (Prabowo, 1992).
Darmawati et al (2005), pernah melakukan penelitian di RS Bhayangkara
Semarang yang membuktikan bahwa lalat M. domestica dapat membawa bakteri
Providencia rettgeri, Providencia stuartii, Enterobacter aerogenes, Citrobacter
freuntlii, dan Bacillus spp. Keberadaan lalat di lingkungan Rumah Sakit
dikhawatirkan dapat menjadi vektor penyakit nosokomial, tidak hanya bagi pasien
yang berada di dalam lingkungan Rumah Sakit, tetapi juga bagi warga yang
pemukimannya berada di sekitar Rumah Sakit.
Salah satu faktor yang menyebabkan lalat menjadi vektor mekanik suatu
penyakit adalah bionomik lalat. Misalnya, lalat M. domestica yang lebih menyukai
bahan organik yang berbau busuk seperti sampah dan kotoran hewan/feses sehingga
lalat rumah cenderung menjadi vektor mekanik mikroba yang berasal dari usus
(parasit usus/bakteri usus). Lalat daging (Sarcophaga sp) meletakkan larvanya pada
bahan daging, sehingga dapat menjadi penyebab miasis pada manusia. Suhu,
kelembaban, cuaca dan iklim, terutama pada iklim tropis, juga dapat mempengaruhi
5
keberadaan dan populasi lalat sehingga menjadi salah satu faktor suatu penyakit
dapat menular melalui lalat.
Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan, beberapa rumah
sakit umum di Daerah Istimewa Yogyakarta belum menggunakan fasilitas
pengolahan sampah yang dimiliki secara optimal, sehingga terjadi penumpukan
sampah pada tempat penampungan sementara (TPS) di rumah sakit, baik sampah
medis maupun non medis. Meskipun sampah medis dan non-medis dipisahkan di
ruangan/lokasi berbeda, namun pada TPS tersebut masih tampak beberapa jenis
lalat yang hinggap dan terbang di sekitar kontainer sampah. Rumah Sakit Tipe B
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang sering dijadikan rujukan
bagi pasien yang berasal dari fasilitas kesehatan primer.
Penelitian mengenai berbagai aspek tentang lalat, khususnya mengenai
keragaman lalat dan identifikasi mikroba patogen yang dibawa oleh lalat di
lingkungan rumah sakit sangat terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian
mengenai hal tersebut. Adapun penelitian ini dibatasi pada lalat yang berada di
lingkungan beberapa rumah sakit umum di Daerah Istimewa Yogyakarta, serta
mikroba patogen yang dibawa lalat tersebut.
B. Perumusan Masalah
1. Apa saja jenis lalat nonbiting flies yang dapat ditemukan di beberapa Rumah
Sakit Umum di Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Apa saja jenis parasit usus yang menempel pada tubuh lalat nonbiting flies di
beberapa Rumah Sakit Umum di Daerah Istimewa Yogyakarta?
6
3. Apa saja jenis bakteri patogen yang menempel pada tubuh lalat nonbiting flies
di beberapa Rumah Sakit Umum di Daerah Istimewa Yogyakarta?
4. Bagaimana kepadatan lalat dengan kebijakan khusus pengelolaan sampah di
beberapa Rumah Sakit Umum di Daerah Istimewa Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Menentukan jenis lalat nonbiting flies dan mikroorganisme yang menempel
pada tubuh lalat nonbiting flies pada beberapa Rumah Sakit Umum di D.I.
Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi keragaman jenis lalat nonbiting flies yang dapat
ditemukan di beberapa Rumah Sakit Umum di D.I. Yogyakarta.
b. Menentukan jenis parasit usus yang menempel pada tubuh lalat nonbiting
flies di beberapa Rumah Sakit Umum di D.I. Yogyakarta.
c. Menentukan jenis bakteri patogen yang menempel pada tubuh lalat
nonbiting flies di beberapa Rumah Sakit Umum di D.I. Yogyakarta.
d. Mengetahui kepadatan lalat dengan kebijakan pengelolaan sampah di
beberapa Rumah Sakit Umum di D.I. Yogyakarta.
7
D. Keaslian Penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan tentang lalat sudah ada, tetapi terdapat
perbedaan penelitian yaitu :
1. Darmawati et al (2005), mengidentifikasi dan menghitung jumlah bakteri yang
dibawa lalat M. domestica di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.
Perbedaannya yaitu tidak mengidentifikasi jenis lalat yang lain selain lalat
rumah serta lokasi penelitian berbeda.
2. Suraini (2011), mengidentifikasi jenis-jenis lalat (Diptera) dan bakteri
Enterobacteriaceae di Tempat Pembuangan Sampah. Perbedaannya yaitu,
lokasi penelitiannya tidak berada di Rumah Sakit.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat ini dapat sebagai acuan berbagai pihak :
1. Sebagai alat pantau kondisi sanitasi di lingkungan Rumah Sakit Umum.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengendalian lalat di lingkungan Rumah
Sakit.
3. Memberikan Informasi dan pembelajaran bagi penulis tentang spesies lalat dan
berbagai mikroorganisme yang ditemukan sebagai vektor di lingkungan Rumah
Sakit.
4. Memberikan informasi dalam penyusunan program pengendalian lalat Rumah
Sakit bagi Dinas Kesehatan Kota
Download