bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Karangsambung merupakan lokasi tempat tersingkapnya batuan-batuan
campuran hasil dari proses subduksi yang terjadi pada umur Kapur Akhir sampai
Paleosen. Batuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah satuan batuan PraTersier yang dikenal sebagai Komplek Melange Luk Ulo (Asikin, 1974) yang
terdiri dari campuran bongkah-bongkah batuan metamorf, batuan beku basa,
ultrabasa, batuan sedimen pelagik dan hemipelagik yang tertanam dalam
masadasar batulempung bersisik yang tergerus kuat.
Menurut Prasetyadi (2007), Kompleks Batuan Karangsambung terbagi
menjadi dua zona utama yaitu Zona Utara dan Zona Selatan. Zona Utara terdiri
dari batuan-batuan berumur Kapur yang tersingkap dalam bentuk blok-blok
raksasa membentuk deretan perbukitan terjal dengan relief kasar dan pola
kelurusan struktur yang sejajar atau yang disebut dengan Kompleks Melange
Tektonik (Melange Tectonic Complex). Sementara Zona Selatan terdiri dari
batuan berumur Tersier dengan morfologi Amphitheatre yang tersusun dari
Formasi Waturanda, Formasi Penosogan dan Formasi Halang.
Formasi Penosogan termasuk dalam stratigrafi Karangsambung bagian
selatan dengan persebaran yang cukup luas membentang dari timur hingga barat
zona selatan Karangsambung. Beberapa peneliti terdahulu seperti Djoehanah
(1993) membahas secara umum mengenai karakteristik litologi, biostratigrafi dan
model sedimentasi dari beberapa formasi yaitu Formasi Waturanda, Penosogan
dan Halang. Batuan pada Formasi Penosogan merupakan hasil perubahan secara
berangsur dari Formasi Waturanda yang terletak dibawahnya. Ciri batuan pada
formasi ini memiliki tekstur batuan yang berbutir halus dan berlapis tipis serta
memiliki komposisi berupa material tuff dan gampingan. Perubahan yang secara
berangsur dari dominan material vulkanik hingga bersifat karbonatan dari formasi
ini menandakan adanya perubahan pengendapan materialnya dari yang awal
mulanya merupakan material vulkanik dari Formasi Waturanda menjadi material
1
2
sedimen halus pada Formasi Penosogan. Oleh karena itu, penelitian ini dinilai
penting untuk mengetahui secara lebih detil mengenai perubahan lingkungan
pengendapan dari Formasi Penosogan sehingga dapat berguna dalam interpretasi
geologi lebih lanjut mengenai stratigrafi Karangsambung secara umum.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran
stratigrafi yang dilaksanakan di sepanjang hulu hingga hilir Kali Kudu, Desa
Kaligending, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah.
I.2
Maksud
Maksud dari dilaksanakannya penelitian ini yaitu untuk menganalisis
karakteristik fasies dan perubahan lingkungan pengendapan dari Formasi
Penosogan.
I.3
Tujuan
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui fasies dan lingkungan pengendapan berdasarkan
pola
pengendapan sedimen di lapangan
2.
Mengetahui perubahan komposisi batuan di sepanjang lintasan pengukuran
pada Formasi Penosogan berdasarkan data hasil analisis petrografi
3.
Mengetahui umur dan zona kedalaman pengendapan Formasi Penosogan
berdasarkan data analisis fosil mikro plangtonik dan bentonik
I.4
Lokasi Penelitian
I.4.1
Letak
Daerah
penelitian
terletak
di
Desa
Kaligending,
Kecamatan
Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah (Gambar 1.1).
Daerah pemetaan termasuk kedalam lembar Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)
Karangsambung nomor 1408-134 dengan skala 1:25000. Lokasi pengukuran
dimulai pada koordinat UTM 355846 mE dan 9161557 mN mengikuti alur Kali
Kudu hingga koordinat 356110 mE dan 9160620 serta luas daerah pemetaan
adalah sekitar 100.000 m2. Berdasarkan letak geografisnya,
secara umum
wilayah penelitian termasuk bentuklahan perbukitan bergelombang landai.
3
Gambar 1.1 Peta daerah penelitian, Desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten
Kebumen, Jawa Tengah (Lintasan pengukuran ditunjukkan dengan garis berwarna kuning).
I.4.2
Kesampaian Daerah
Daerah penelitian berada sekitar 20 km pada bagian utara Kabupaten
Kebumen, atau sekitar 30 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor
melewati Jalan Raya Kebumen-Karangsambung dengan kondisi medan
yang
cukup bergelombang. Sarana transportasi dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu
dengan menggunakan kendaraan beroda 2 serta untuk pelaksanaan pengukuran
stratigrafi dengan berjalan kaki.
I.5
Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas dan menyimpang dari pokok permasalahan
yang dikaji, maka dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis membatasi
bahasan pada :
1.
Pengukuran stratigrafi dan pengambilan sampel batuan per interval lintasan
pada Formasi Penosogan dengan total panjang lintasan sekitar 1 km yang
4
dilakukan di Desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
2.
Penentuan fasies didasarkan pada karakteristik litologi meliputi jenis batuan,
struktur sedimen serta proses yang mengontrolnya selama pengendapan.
3.
Interpretasi lingkungan pengendapan berdasarkan data lapangan berupa hasil
analisis litofasies dan analisis fasies yang disandingkan dengan data batimetri
dari foraminifera bentonik melalui hasil pengukuran stratigrafi.
4.
Penentuan perubahan komposisi batuan di lintasan pengukuran stratigrafi
berdasarkan hasil analisis petrografi.
5.
Penentuan umur dan zona kedalaman pembentukan Formasi Penosogan
dengan pengamatan fosil mikro.
I.6
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, manfaat penting yang dapat
diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu memberikan gambaran mengenai proses
pengendapan Formasi Penosogan dilihat dari dinamika sedimentasi, karakteristik
litologi, asosiasi fasies dan lingkungan pengendapan daerah penelitian sehingga
dapat menjadi acuan dalam interpretasi pengendapan Formasi Penosogan maupun
menjadi data tambahan dalam menyingkap dinamika geologi di Karangsambung.
I.7
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dan publikasi, Formasi
Penosogan berumur
Miosen Tengah hingga Miosen Atas dengan ketebalan
lapisan batuan sekitar 1000 meter. Formasi ini memiliki hubungan selaras dengan
Formasi Waturanda dan setempat menjari dengan anggota breksi Formasi Halang
(Prasetyadi, 2007). Formasi Penosogan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian bawah dicirikan oleh perlapisan batupasir dan batulempung, bagian tengah
dicirikan dengan perlapisan napal dan batulanau tufan dengan sisipan tipis
kalkarenit serta pada bagian atas lebih bersifat gampingan, berukuran lebih halus
terdiri dari napal tufan dan tuff. Struktur sedimen berupa perlapisan bersusun,
5
laminasi sejajar, convolute , laminasi bersilang, dan beberapa struktur sedimen
erosional (Asikin, 1992).
Berdasarkan penelitian mengenai fosil mikro, Formasi Penosogan
diendapkan pada selang umur Miosen Tengah atau N9 - N13 (Djoehanah, 1993).
Selain itu, berdasarkan hasil analisis fosil jejak pada formasi ini terbentuk pada
zona neritik hingga zona batial (20-2000 meter) yang ditandai dengan adanya
kehadiran Scolicia,
Planolites , Terebellina, Helminthopsis dan Zoophycos
(Khurniawan, 2015).
Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan peneliti terdahulu yaitu
dari segi daerah pengambilan data lapangan yaitu di Kali Kudu, Desa
Kaligending, Kecamatan Karangsambung serta juga untuk lebih memperbaiki dan
memperinci kondisi stratigrafi pada Formasi Penosogan seperti yang telah
dilakukan pada penelitian sebelumnya. Selain beberapa penelitan terdahulu diatas,
terdapat masih banyak lagi penelitian-penelitian lainnya yang membahas
mengenai Formasi Penosogan baik dari segi struktur geologi, foraminifera,
paleogeografi dan lain-lain seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Penelitian terdahulu di daerah Karangsambung dan sekitarnya
No
Peneliti
Lokasi
Daerah Indonesia
1
Van Bemmelen
secara umum,
(1949)
khususnya Pulau
Jawa dan Sumatra
2
Asikin dkk.
(1992)
Daerah Banyumas
dan Kebumen, Jawa
Tengah
Objek Penelitian
kondisi geologi daerah secara
umum meliputi stratigrafi,
tektonik dan sejarah geologi
kondisi geologi regional daerah
Karangsambung
karakteristik perubahan litologi,
3
Djoehanah dkk.
(1993)
Daerah Banyumas
biostratigrafi dan model
dan Kebumen, Jawa
sedimentasi dari Formasi
Tengah
Waturanda, Penosogan dan
Halang
6
No
4
5
Peneliti
Lokasi
Objek Penelitian
Natawidjaja
Daerah Penosogan,
kondisi struktur geologi daerah
dkk. (1993)
Kebumen
Penosogan
Safitri dkk.
Daerah Kebumen
(1998)
dan sekitarnya
biostratigrafi foram planktonik
Formasi Penosogan, Sempor
dan Rawakele
karakteristik
6
Kapid
dkk. Daerah
(2003)
Nannofosil
Kebumen Foraminifera
dan sekitarnya
Waturanda,
pada
dan
Formasi
Penosogan
dan
Halang
7
Prasetyadi
(2007)
Daerah
Ciletuh,
Karangsambun
dan
Bayat
evolusi tektonik paleogen Jawa
bagian timur
Penentuan
8
Khurniawan
Daerah
dkk. (2015)
dan sekitarnya
lingkungan
Kebumen pengendapan
Formasi
Penosogan berdasarkan analisis
fosil jejak.
I.8
Waktu Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan pengambilan data lapangan ini dilaksanakan secara bertahap
dengan rincian sebagai berikut: (Tabel 1.2).
Tabel 1.2 Waktu pelaksanaan kegiatan
No
1
Tanggal
2 Februari 2017 – 8 Tahap persiapan alat geologi dan persiapan data
Februari 2017
2
Kegiatan
sekunder daerah penelitian
10 Februari 2017 – 15 Tahap pengambilan data lapangan meliputi
Februari 2017
conto batuan dan pengukuran stratigrafi di
Dukuh
Kali
Kudu
Kulon
dan
Dukuh
Eragombong, Desa Kaligending, Kecamatan
Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi
Jawa Tengah.
7
3
20 Maret 2017 – 25 Pembuatan kolom pengukuran stratigrafi
Maret 2017
4
26 Maret 2017 – 10 Tahap analisis data lapangan dan penyusunan
April 2017
5
laporan
15 Mei 2017 – 10 Tahap konsultasi dan bimbingan laporan dengan
Agustus 2017
I.9
Sistematika Penulisan
1.
BAB I PENDAHULUAN
dosen pembimbing
Berisi mengenai latar belakang, maksud dan tujuan penelitian, lokasi
penelitian, batasan masalah, penelitian terdahulu, waktu pelaksanaan
penelitian, dan sistematika penulisan.
2.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini secara umum berisi tentang geologi regional daerah penelitian,
termasuk di dalamnya terdapat pembahasan stratigrafi, geomorfologi, dan
struktur geologi daerah penelitian. Pada bab ini pula membahas tentang
fasies dan lingkungan pengendapan.
3.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan mengenai peralatan dan bahan yang digunakan, serta
metode-metode pada saat tahap penelitian seperti, tahap pra-lapangan, tahap
lapangan, tahap laboratorium, serta tahap analisis. Metodologi yang
digunakan yaitu pengukuran stratigrafi dan analisis mikropaleontologi.
4.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Berisi pembahasan mengenai kondisi umum wilayah penelitian,
karakteristik stratigrafi, analisis fasies sedimentasi, analisis lingkungan
pengendapan dari Formasi Penosogan. Hal tersebut diperoleh dari
pengamatan data lapangan serta analisis laboratorium.
5.
BAB V PENUTUP
Berisi mengenai kesimpulan akhir dan saran dari penelitian yang telah
dilakukan sehingga dapat menjawab maksud dan tujuan penelitian.
Kesimpulan terdiri dari poin-poin penting dari hasil penelitian.
Download