Fadhilah - Portal Garuda

advertisement
RUANG UTAMA
PRAGMATISME
SEBAGAI KONSEP DAN SISTEM PENDIDIKAN
DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN DI
INDONESIA
Oleh : Fadhilah
Abstract
Pragmatism is a response to the Revolution of Industry’s impact to education in America.
Characteristic of pragmatism in the educational system, is more oriented to the product,
from the process, as the problem solving of existing phenomena. This study, through the
methods of description and analysis is intended as a critical reflection and evaluation to
education practices in Indonesia. On the one hand is the efficiency of education, but on
the other hand also adversely affect the character education of Indonesia which is less
based on noble values and the ideology of Pancasila.
Keywords: pragmatism, problem
reconstruction, experience.
solving,
A. Latar Belakang Masalah
Pragmatisme
pandangan
product,
change,
relativity,
yang mempengaruhi kebutuhan akan sistem
adalah
kefilsafatan
process,
salah
yang
satu
pendidikan yang mampu menyelesaikan dan
merupakan
memecahkan persoalan kehidupan bangsa
sumbangan bangsa Amerika terhadap dunia
Amerika secara cepat. George R.
pendidikan. Beberapa tokoh yang berperan
Knight, 2007, Filsafat Pendidikan, hlm 108.
besar dalam aliran pragmatisme antara lain:
Pengaruh
praktek
pragmatisme
Charles S. Peirce (1839-1914), William james
pendidikan nampak pula di Indonesia seiring
(1842-1990), dan John Dewey ( 1859-1952).
dengan
Pandangan
bidang
terutama di sektor Industri yang banyak
terhadap
terpusat di daerah perkotaan. Pragmatisme
dampak revolusi industri yang berkembang
telah mendorong lembaga pendidikan untuk
sangat cepat yang mendorong munculnya
mengutamakan tercetaknya lulusan sebagai
urbanisasi dan migrasi penduduk Amerika
out put yang dapat memberikan sumbangan
secara besar-besaran.
kepada
pragmatisme
pendidikan
merupakan
Akibat
tersebut
selanjutnya
adalah
dalam
respon
dari
fenomena
timbulnya
berbagai
persoalan
kebutuhan
pemerintah
akan
tenaga
dalam
pengangguran
kerja,
mengatasi
tenaga
kerja
terdidik. Di satu sisi pragmatisme lebih
perubahan alam kehidupan bangsa Amerika
bersifat produktif, namun di sisi lain terkadang
18
Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
kurang memperhatikan segi proses yang
memenuhi standar kualifikasi bagi guru dan
berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan
dosen. Secara formal hal tersebut bertujuan
dan
kalah
meningkatkan kualitas pendidikan. Namun hal
dan
tersebut juga mengandung sisi negative, yaitu
negara Indonesia. Fenomena ini nampak
munculnya sikap pragmatis dalam bidang
terutama semenjak pemerintahan reformasi
pendidikan yang lebih berorientasi pada hasil
yang kurang memberikan perhatian terhadap
dan kurang memperhatikan segi proses.
peletakan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
Akibatnya,
bagi
di
menjadi objek eksploitasi bagi suatu tujuan
yang
tertentu. Ada kalanya siswa memanfaatkan
berdasarkan pada demokrasi liberal sering
guru, dan sebaliknya guru memanfaatkan
menjadi praktek komunikasi antara peserta
siswa
didik dengan guru yang kurang mengindahkan
bersifat sepihak atau berdasarkan simbiose
nilai-nilai moral/etis. Hal ini dipicu dengan
mutualisme. Munculnya kasus joki dalam ujian
bebasnya media massa, komunikasi dan
seleksi masuk perguruan tinggi negeri, tim
hiburan yang berkembang tanpa kontrol yang
sukses dalam ujian nasional, plagiatisme,
ketat.
pemalsuan ijasah, dan lain-lain, merupakan
ideologi
pentingnya
bangsa
bagi
kehidupan
pelaksanaan
Indonesia.
yang
sistem
Kebebasan
tak
bangsa
pendidikan
akademis
Sikap pragmatis pemerintah dalam
pendidikan
kebutuhan
yang
contoh negatif praktek sikap pragmatis dunia
pergantian
nilai-nilai luhur yang bersumber dari ideologi
kurikulum sebagai respon terhadap tuntutan
bangsa, seperti : ke-Tuhanan (yang tercermin
kebutuhan
dalam sikap jujur), keadilan, dan lain-lain.
pada
cepatnya
pasar,
pelaksanaannya
antara
tuntutan
terkadang
pendidikan yang tidak lagi berdasar pada
pula
reformasi
karena
didik
lain
nampak
paska
siswa/peserta
meskipun
terkadang
dalam
kurang
B. Pembahasan.
mempedulikan kesiapan guru, maupun siswa.
Maraknya kelompok bimbingan belajar dan
Berdasarkan
latar
belakang
les privat merupakan respon atas kebutuhan
munculnya pandangan pragmatisme dalam
siswa untuk mengejar ketinggalan dalam
bidang
mengikuti pelajaran di sekolah dengan belajar
penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana
intensif pada totor/guru les, baik secara privat
konsep tentang pragmatisme dalam dunia
atau pun berkelompok. Di sisi lain hal ini
pendidikan.
merupakan segi pragmatis bagi guru untuk
karyanya yang berjudul: Philosophical Ideas in
menambah insentif/ penghasilan di luar jam
Education
kerja.
pragmatisme pendidikan, antara lain sebagai
Pada
level
lain,
dengan
berikut:
dikeluarkannya Undang-Undang No 14 tahun
pendidikan,
terdapat
beberapa
Ornstein(1985:200),dalam
menyatakan pemikiran
Ornstein(
1985
:200),
tentang
dalam
Philosophical Ideas in Education
2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan
Berlawanan
tuntututan
tradisional tentang edukasi yang telah
kebutuhan
mendesak
untuk
dengan
pandangan
19
Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
didiskusikan sejauh ini. Penelitian John
dapat
Dewey
tindakan
menunjukkan
pendidikan
yang
“perubahan,
filosofi
tentang
didasarkan
proses,
pada
relativitas
direalisasikan
dan
hanya
melalui
keberanian
menilai
konsekuensinya melalui program edukasi.
dan
Apakah
suatu
program
pendidikan
rekonstruksi atas pengalaman.
tertentu dapat digunakan untuk menilai
Dewey merupakan sebuah figur dalam
hasil.
bidang pendidikan dan menulis secara
Sementara
luas
esensialisme
lebih
dengan pendidikan. Teori Darwin atas
substansi
pengetahuan,
evolusi
menekankan pada metodologi atau proses
tentang
filosofi
yang
mempunyai
berkaitan
dampak
pada
idealisme,
realisme
dan
menekankan
pada
eksperimen Dewey. Dia menggunakan
problem
istilah “organism dan environment” untuk
pembelajaran
pendidikan. Manusia adalah organisme
berada di dalam problem solving dapat
yang bersifat biologis dan sosial yang
dikembangkan menjadi suatu kebiasaan
memproses suatu impuls yang berfungsi
yang dapat ditransfer ke dalam situasi yang
untuk
lebih luas.
mempertahankan
hidup
dan
berkembang lebih jauh. Setiap organisme
solving.
Dewey
Menurut
terjadi
Berdasarkan
tema
hidup dalam sebuah habitat/lingkungan.
pemikiran
Organisme
pendidikan,Ornstein,1985,
hidupnya
manusia
mengalami
permasalahan
keberadaan
dalam
permasalahan-
yang
dirinya.
proses
penting
dari
pragmatisme
menyebut-kan
mengancam
Manusia
B.1.Konsep Utama
dengan
B.1.a) Metafisika dan Epistemologi :
masalah ini. Menurut Dewey, filosofi,
adalah
filsafat
seseorang
sebagai berikut:
sukses dapat menyelesaikan masalah-
pengalaman
ketika
Dewey,
kata
Epistemologi
kunci.
organisme
dan
melibatkan
person,
lingkungan.
Person
Pengalaman dapat didefinisikan sebagai
berinteraksi dengan lingkungan untuk hidup,
interaksi atas organisme manusia dengan
tumbuh dan berkembang. Interaksi ini dapat
lingkungannya. Karena kehidupan sangat
mengubah
bergantung
mengubah
pada
menyelesaikan
kemampuan
masalah,
maka
transaksi
lingkungan
person.
antara
atau
Pengetahuan
learner
bahkan
adalah
/pengajar
dan
pendidikan/edukasi menjadi suatu sarana
lingkungan. Dasar atas interaksi ini adalah
pengembangan skill problem solving dan
konsep tentang perubahan. Masing-masing
metodenya. Penolakan terhadap sebuah
interaksi mungkin memiliki beberapa aspek
landasan
idealisme
umum atau fitur-fitur yang dapat ditransfer
sebelumnya dan pandangan-pandangan
untuk interaksi berikutnya. Jadi person secara
filosofi, percobaan Dewey menunjukkan
konstan berubah dan transaksi juga berubah.
apriori
atas
bahwa “planning dan tujuan manusia”
20
Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
Jika realita berubah secara kontinu,
menekankam kebenaran sebagai inti dari
maka kurikulum yang didasarkan pada realita
pengetahuan.
yang permanen tidak dapat diterima oleh
pengikut pragmatisme. Apa yang dibutuhkan
Bagi pragmatis, pendidikan adalah
adalah “intelligent manner” (cara cerdas).
peroses
eksperimen.
Karena
problem
solving
realita
adalah
suatu
proses
Pendidikan
yang
adalah
meningkat
berinteraksi
ketika
transformasi antara person dan lingkungan.
seseorang
Dewey menekankan problem solving sebagai
Dewey
metode efektif untuk mensikapi perubahan.
mengalami
Konsep kebenaran universal menjadi tidak
mereka berinteraksi dengan lingkungan dalam
dapat dipertahankan.
suatu sikap reflektif dan intelligent. Menurut
menentang
dengan
dunianya.
bahwa
manusia
pertumbuhan
tercepat
ketika
Dewey sebagian besar cara terbaik atas
B.1.b) Axiology dan Logika
problem solving adalah menggunakan metode
Konsep pragmatisme atas axiology
scientific.
Ketika
seseorang
menghadapi
sangat bersifat situasional. Nilai bersifat relatif
permasalahan, informasi dibutuhkan untuk
terhadap
keadaan.
menyelesaikan masalah yang datang dari
Kontribusi untuk manusia dan pertumbuhan
berbagai sumber. Sebagai contoh: informasi
masyarakat dianggap sebagai suatu hal yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah
berharga, sehingga dibutuhkan suatu tes dan
atas polusi lingkungan fisik. Faktor yang harus
uji
dipertimbangkan
waktu,
ulang
atas
tempat
nilai-nilai
dan
asumsi
yng
adalah
sejarah,
politik,
disubjekkan untuk verifikasi. Pengetahuan
sosiologi, teknologi dan internasional.Orang
dan nilai adalah subjek untuk eksperimen dan
yang teredukasi/ terdidik dalam “pragmatic
rekonstruksi. Logika
sense” mengetahui bagaimana cara untuk
yang
dipakai dalam
edukasi didasarkan pada metode scientific.
mendapatkan informasi tersebut digunakan
dalam “instrumental manner”.
B.2. Pertanyaan Dasar ( Ornstein, 1985:200-
Seorang pragmatis, seperti Dewey,
202)
melihat sekolah sebagai suatu lingkungan
Jawaban-jawaban pragmatis terhadap
khusus
yang
lebih
pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan,
lingkungan
edukasi dan instruksi adalah sangat berbeda
pembatas antara sekolah dan masyarakat.
dari filsafat pendidikan masa lalu. Bagi
Sekolah
pragmatis, pengetahuan adalah eksperimen
menyeleksi dan menyederhanakan elemen
dan
budaya yang dibutuhkan seseorang untuk
mengarah
pada
revisi/perbaikan.
sosial.
mengembangkan
adalah
Pengetahuan lebih difokuskan pada proses
berpartisipasi
penggunaan
Sebagai
pengetahuan
dari
pada
Baginya,
agen
dalam
lingkungan
masyarakat
kehidupan
khusus,
untuk
sosial.
sekolah
membawa
sisi
kultural. Sebagai agency selektif, sekolah
fiolosof
terdahulu
cenderung
menuju
ada
kebenaran sebagai inti dari pengetahuan. Di
lain,
seseorang
tidak
partisipasi
21
Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
menstransfer
bagian-bagian
dari
budaya
mencari
cara
untuk
seluas mungkin bagi semua orang di dalam
memperbaikinya. Pemurnian fungsi sekolah
masyarakat. Sharing tidak akan mengurangi
adalah
penyederhanaan,
kualitas, tetapi akan memperkaya kualitas.
penyempurnaan dan penyeimbangan budaya
Kualitas dan equity dalam istilah Dewey,
leluhur. Sebagai penyederhanaan, sekolah
adalah bersifat resiprok.
leluhur
dan
sebagai
menyeleksi
sharing
resources
Secara sederhana sharing resources
mengurangi kekomplekannya menjadi unit-
dapat dipahami sebagai metode pembelajaran
unit yang layak untuk dipelajari. Sebagai
yang dapat memperkaya input yang bersifat
pemurnian,
timbal balik, baik dari guru ke peserta didik,
sekolah
kekayaan
menyeleksi
budaya
mengeliminasi
hal-hal
menguntungkan
yang
interaksi
manusia
Sebagai
budaya
menyediakan
dan
elemen
elemen-elemen
mereka
leluhur
dan
atau sebaliknya dari peserta didik ke guru.
kurang
Dengan demikian metode ini dianggap lebih
membatasi
efektif dibandingkan dengan metode yang
yang
dapat
dan
pertumbuhannnya.
penyeimbang
mengintegrasikan
elemen-
bersifat monolog.
sekolah
Jika ditinjau dari segi metode belajar,
pengalaman-pengalaman
pragmatisme
tertentu menjadi suatu hal yang lebih harmoni.
Kaum
pragmatis
pendidikan
lebih
bersifat
demokratis dan inovatif, karena memberikan
memandang
kesempatan pada siswa/peserta didik dalam
mengajar dan belajar adalah merupakan
menyelesaikan
proses rekonstruksi pengalaman berdasarkan
proses
metode scientific. Belajar berarti bertindak
memungkinkan
aktif
masing-masing individu/siswa secara lebih
sebagai
learner,
individu/kelompok
baik
secara
menyelesaikan
optimal.
masalah
individu
belajar-mengajar.
Melalui
Hal
berkembangnya
metode
dalam
ini
potensi
diskusi/dialog,
permasalahan. Masalah-masalah ini akan
potensi siswa untuk berpikir secara kreatif dan
sangat
mensikapinya
mandiri akan berkembang lebih cepat jika
perubahan-perubahan
dibandingkan dengan sistem pengajaran yang
bervariasi
tergantung
pada
dalam
keadaan dan lingkungan.
Tujuan
dari
pentingnya
monolog. Kebebasan akademis dalam aspek
proses
ini berdampak positif bagi pengembangan
“mengajar dan belajar” adalah learner akan
rasa percaya diri individu/siswa.
memperoleh metode atau proses problem
solving di dalam sebuah intelligent manner.
Guru tidak mendominasi proses belajar, tetapi
ia mencari cara untuk bertindak sebagai
pengarah atau pemandu melalui tindakannya
sebagai fasilitator atas penelitian mahasiswa.
Bagi Dewey, masyarakat dan sistim
edukasinya mencapai titik tertinggi ketika
22
Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
C. Penerapan Konsep Pragmatisme dalam
Untuk memenuhi standar kompetensi
Sistem Pendidikan di Indonesia.
di era reformasi dirasakan oleh sebagian
besar
Pandangan di atas, dalam kontek ke-
guru/dosen
terlebih
bagi
sangat
mereka
memberatkan,
yang
tidak/belum
Indonesia-an semenjak reformasi nampaknya
memiliki keahlian khusus sesuai dengan
menjadi spirit baru dalam merubah orientasi
bidang tugas mereka. Misalnya: bagi guru SD
pendidikan yang lebih bersifat efektif dan
harus memiliki ijasah S 1. PGSD (Pendidikan
efisien melalui perubahan kurikulum yang
Guru Sekolah Dasar), padahal sebagian
berbasis
mata
mereka telah mengajar bertahun-tahun. Untuk
pelajaran/mata kuliah yang dianggap kurang
memenuhi tuntutan tersebut, terpaksa mereka
memberikan kontribusi terhadap kompetensi
harus kuliah lagi, meskipun telah memiliki
lulusan satu persatu dhilangkan. Secara
ijasah S1, namun ijasahnya berasal dari luar
ekstrim
bidang
program studi PGSD. Adapun bagi guru yang
pendidikan juga dibuktikan dengan dibukanya
baru memiliki ijasah D2, mau tidak mau harus
perguruan
hanya
melanjutkan ke Jenjang S1, sebelum tahun
kompetensi.
sikap
Beberapa
pragmatis
tinggi
menyelenggarakan
dalam
yang
program
studi
sesuai
2014 berakhir untuk memenuhi salah satu
pasar
tenaga
kerja.
syarat sertifikasi guru. Bagi sebagian guru
Berbagai program diploma dan kursus-kursus
yang sudah menjelang pensiun, akhirnya
ketrampilan / pelatihan tenaga kerja yang
berpikir secara pragmatis dengan menghitung
lebih berorientasi pada praktek dari pada teori
untung ruginya untuk kuliah lagi atau pasrah
merupakan
terhadap
dengan
permintaan
contoh
konkrit
lembaga
kebijakan
pemerintah
sambil
pendidikan yang berbasis pragmatisme. Di
menunggu masa pensiun tiba, karena tidak
sisi lain banyak program studi yang dianggap
mungkin dapat ikut sertifikasi guru.
kurang/tidak marketeble ditutup.
Gambaran
Kurikulum pendidikan formal berbasis
perubahan
sepintas
kebijakan
tentang
pemerintah
kompetensi dirancang untuk mencetak lulusan
pembangunan
yang berorientasi pada satu keahlian tertentu,
reformasi tersebut di satu sisi berupaya
sehingga
spesialisasi
meningkatkan kualifikasi guru/dosen. Namun,
program studi. Implementasi Undang-Undang
jika ditinjau secara esensi, nilai-nilai edukasi
No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
yang dihasilkan tersebut berdampak negatif
Pada level guru, keahlian pada bidang
jika hanya berorientasi pada produk, tanpa
tertentu menjadi dasar penilaian terhadap
memperhatikan proses yang lebih manusiawi.
kompetensi
Hal ini disebabkan adanya kecenderungan
muncul
mereka
berbagai
dalam
persyaratan
bidang
pragmatis
pendidikan
dalam
era
sertifikasi. Bagi dosen keahlian pada bidang
sikap
tertentu perlu ditunjang dengan linearitas
terhadap dunia pendidikan. Berikut adalah
program studi yang diambil ketika mereka
contoh
menjalani studi lanjut.
dalam sebuah sistem pendidikan.
penerapan
sebagian
di
konsep
masyarakat
pragmatisme
23
Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
PRAGMATISME PENDIDIKAN BERDASARKAN
BEBERAPA TEMA DASAR
(Disarikan dari :William F.O’Neill,2001, Ideologi-ideologi Pendidikan)
No
1
2
3
TEMA DASAR
TUJUAN
PENDIDIKAN
TUJUAN
SEKOLAH
A
Mengangkat
perilaku
personal yang efekltif.
Menyediakan informasi &
ketrampilan yang dibutuhkan
siswa agar dapat belajar
mandiri secera efektif.
CIRI UMUM
- Pengetahuan adalah alat
yang
diperlukan
untuk
memecahkan
masalah
praktis.
- Pengetahuan: manfaat bagi
individu/sosial, suatu cara
untuk mewujudkan nilai-nilai
sosial yang ada.
B
Berhubungan
dengan
pemecahan masalah praktis
Mengajar siswa tentang
bagaimana
cara
menyelesaikan
masalah
praktis,
baik
secara
indvidu/kelompok dengan
metode ilmiah rasional.
- Individu adalah pribadi
yang unik, yang berbeda
satu
sama
lain
dan
menemukan
kepuasan
terbesar
dalam
mengungkapkan
dirinya
untuk menanggapi kondisikondisi yang berubah.
Pluralisme
sosial
Pemikiran
efektif/ &kejiwaan : tiap individu
bebas
mengejar
kecerdasan
kepentingannya sendiri &
praktis:kemampuan
menyelesai- kan problema menghadapi persoalannya
sendiri sebagaimana semua
personal secara efektif
itu muncul dalam keadaan
Pendidikan
adalah: yang berubah-ubah.
pengembangan keefektifan
personal
dalam - Perubahan budaya secara
langsung
memecahkan
persoalan tidak
individu/kelompok terhadap mengembangkan
situasi kondisi &kebutuhan kemampuan individu untuk
berperilaku praktis secara
mendesak
efektif
untuk
mengejar
tujuan pribadi.
- Berdiri di atas tata cara
pembuktian ilmiah-rasional.
4
ANAK
SEBAGAI -Pada
umumnya
anak
PELAJAR
menjadi
baik;
bertindak
efektif
&
tercerahkan
berdasar
konsekuensi
alamiah
dari
prilakunya
sendiri.
-
Individu
adalah
unit
- Pendidikan lebih bersifat
eksperimental
dan
demokratis.
- Ketidaksetaraan moral
antar personal sehubungan
nilai
intrinsik
mereka
sebagai perorangan dan
dipadukan
dengan
kesetaraan
fundamental
dalam
penerapan
kecerdasan praktis untuk
24
Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
No
TEMA DASAR
A
B
psikologis
yang
relatif memecahkan
masalah
otonom, menanggapi sikon personal maupun sosial.
secara dinamis.
-Lebih
memperhatikan
perbedaan
dari
pada
persamaan individu dalam
menetapkan
program
pendidikan.
5
ADMINISTRASI & Kewenangan
diberikan
PENGENDALIAN
kepada para pendidik yang
PENDIDIKAN
memiliki ketrampilan tinggi,
komitmen
terhadap
penyelidikan kritis & mampu
melakukan
perubahan
dengan adanya informasi
baru yang relevan
6
SIFAT
HAKIKI -Menekankan
KURIKULUM
personal.
7
8
- Individu adalah dualisme
psikologis
Hak-hak guru berhubungan
dg penerapan kecerdasan
praktis,
sehubungan
dengan
pemecahan
masalah
sosial
yang
penting ; bersifat situasikondisional, kompromi &
relatif
keefektifan -Penekanan yang kurang –
lebih
diberikan
kepada
preskriptif (pelajaran wajib
-Berpusat pada tata cara dan pilihan).
pemecahan masalah praktis.
-Menekankan intelektual &
praktis,
melebihi
yang
akademik.
MATERI
-Menekankan penjelajahan Melibatkan pelatihan dalam
PELAJARAN
terbuka dan kritis kedalam wilayah belajar : logika
problem aktual yang penting praktis, metode ilmiah, ilmu
bagi siswa.
sosial & prilaku, sejarah,
sebagian besar ilmu alam
-Menekankan
pendekatan dan ilmu kemanusiaan .
pemecahan masalah yang
berdasarkan kegiatan &
antar disiplin ilmu secara
berkelompok,
METODE
- Cenderung bersandar pada - Guru sabagai organisator
PENGAJARAN & tata
cara
penyelesaian & fasilitator dan mendorong
EVALUASI HASIL masalah secara perorangan kegiatandan
pengalaman
BELAJAR
/kalompok terhadap problem belajar siswa.
yg dihadapi dan diminati
siswa sendiri.
-Cenderung
menyukai
tes/ujian yg berdasarkan
-Terbuka
dan
bersifat peragaan situasi kehidupan
eksperimental
nyata did lm kelas.
-Cenderung
menganggap - Cenderung memperkecil
kegiatan belajar sebagai persaingan antar pribadi &
output
sampingan
dari peringkat tradisional.
kegiatan yang bermakna.
-Menyesuaikan
prinsip25
Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
No
TEMA DASAR
A
- Mengurangi hapalan dan
disiplin ilmu, jika diperlukan
demi
penguasaan
ketrampilan
yang
pada
puncaknya diperlukan untuk
menangani
persoalan
personal sacara efektif.
-Kegiatan
belajar
bersifat demokratis .
9
lebih
B
prinsip dan praktek-praktek
pendidikan
yang
ada
sekarang.
-Memandang
perlunya
Bimbingan dan Penyuluhan
sebagai terapi kejiwaan ,
sabagai
aspek
pokok
persekolahan yang normal
yang menjamin kondisi
emosional yang diperlukan
bagi belajar secara efektif.
-Tindakan yang dianggap
bermoral adalah tindakan
yang paling cerdas.
KENDALI
DI - Melatih tanggung jawab
RUANG KELAS
siswa atas tindakan merteka
sendiri dalam arti praktis,
tapi bukan dalam konsep
tentang arti kehendak bebas. (IQ, ESQ, SQ).
-Lebih demokratis & objektif
dalam menentukan tolok
ukur tingkah laku.
KAITAN ANTARA SEKOLAH DENGAN MASYARAKATMENURUT JOHN DEWEY1
1
William F.O’Neill, 2001, Ideologi-ideologi Pendidikan, hlm. 133.
26
Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
Kelebihan
Pendidikan:
Berdasarkan bagan di atas, nampak
adanya relevansi yang sinergis antara fungsi
sekolah
dengan
sistem
pragmatisme
pendidikan terhadap kebutuhan industri yang
dibangun
secara
demokratis.
Sistem
pendidikan yang dirancang adalah untuk
menyelesaikan
persoalan
masyarakat
terhadap kebutuhan tenaga kerja bagi industri
yang sedang berkembang dengan mendorong
terbentuknya kecerdasan terlatih bagi siswa.
sistem
Pragmatisme
lebih
sesuai
dengan
kebutuhan
mendesak bagi peserta didik, karena
orientasinya pada upaya pemecahan
masalah aktual;
Kelemahan
sistem
pragmatisme
Pendidikan:
nilai cenderung dianggap relative dan
subjektif, sehingga keberlakuannya hanya
bersifat sementara dan situasional. Selalu
menuntut perubahan cepat dalam sistem
dan kurikulum pendidikan sesuai dengan
kebutuhan siswa dan masyarakat.
akibat cepatnya perubahan kurikulum
tersebut, maka konsekuensinya dari segi
pembiayaan lebih boros.
Target yang ingin dicapai dari kurikulum
tersebut adalah mempersiapkan lulusan
untuk dapat bekerja sesuai dengan
keahlian yang dimiliki.
Nilai sebuah pendidikan lebih ditekankan
pada produk konkrit dan manfaat praktis
dari pada aspek nilai-nilai budaya dan
spiritual. Akibatnya, pendidikan kurang
dilandasi oleh nilai-nilai kepribadian dan
ideologi bangsa, dalam hal ini nilai-nilai
Pancasila
dan
agama
cenderung
tereduksi, minimal dari alokasi waktu
dalam proses pembelajaran antara siswa
dengan guru.
Jika ditinjau dari segi positif,
berdasarkan situasi dan kondisi di Indonesia
semenjak
industri
berkembang
pesat,
pragmatisme
pendididikan
merupakan
jawaban
terhadap
permasalahan
pengangguran tenaga kerja terdidik. Namun
hal ini juga berdampak negatif terhadap sikap
dan kepribadian siswa yang cenderung
mengejar kebebasan dan kebutuhan individu.
D. Kesimpulan.
Berdasarkan uraian di atas, maka hemat
penulis terdapat beberapa pokok pikiran yang
merupakan prinsip tentang pragmatisme
pendidikan di Amerika pada saat itu, yaitu
antara lain:
Pragmatisme
pendidikan
lebih
menekankan
pendidikan
yang
berorientasi pada pemecahan masalah
aktual, baik masalah individu, maupun
masalah kelompok. Sistem pendidikan
lebih bersifat terbuka (de institusional).
Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
dipandang relative dan kondisional,
dalam hal ini individu yang menentukan
nilai,
sehingga cenderung
bersifat
subjektif.
Demikianlah ulasan penulis terhadap
pragmatisme sebagai konsep dan sistem
pendidikan dan dampaknya terhadap praktek
pendidikan di Indonesia berdasarkan tema
penting yang ada di dalamnya.
E. Referensi:
Hubungan antara Subjek dan Objek
Pendidikan
(guru dan murid) lebih
bersifat demokratis, dalam hal ini guru
sebagai fasilitator. Hal ini mempengaruhi
metode pengajaran dan hasil evaluasi
proses belajar mengajar yang diatur
secara
demokratis
pula,
yaitu
betrdasarkan kesepakatan antara siswa
dan guru.
siswa lebih mandiri dan kreatif, serta
bebas mengembangkan potensinya.
1. Arifin, H. M. 1987. Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta : Bina Aksara.
2. Ali, H. 1990. Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta : Kota Kembang.
3. Barnadib,
Imam.
1987.
Pendidikan : Sistem dan
Yogyakarta : IKIP
Filsafat
Metode.
4. _______. 2002. Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta : Adicita
27
Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
5. Iskandar, W.S dam Mulyadi, U. 1988.
Dasar
–
dasar
Pengembangan
Kurikulum. Jakarta
(Makalah).Bandung.
6. Hasbullah. 1999. Dasar –
Pendidikan. Jakarta : Grafindo.
Peraturan Perundang-undangan :
Dasar
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003,
7. Knight, George R. 2007. Filsafat
Pendidikan . Yogyakarta: Gama Media.
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 32 Tahun
8. Ornstein, Allen C. & Levine, Daniel U.
1985. An Introduction to the Foundation
of Education. Boston : Houghton Mifflin
Company.
2004,
Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang
Nomor
25
Tahun
2009
Tentang Pelayanan Publik.
9. Syam, M. Noor. 1988. Filsafat
Pendidikan
dan
Dasar
Filsafat
Pancasila. Surabaya : USaha Nasional.
Kompas, edisi Selasa, 24 April 2012 (hal 12).
10. Soemanto,
W.
1990.
Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
11. Suparlan. 1984. Aliran – Aliran Baru
dalam Pendidikan. Yogyakarta : Andi
Offset.
12. Suparlan, Suhartono. 2008. Filsafat
Pendidikan. Yogyakarta : Ar Ruzz
Media.
13. Zuhairini. 1991. Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta : Bina Aksara.
14. O’neil, William F. 2002. Ideologi –
Ideologi Pendidikan. Terj. Omi Intan
Naomi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
15. Smith, Edward W., Stanley W. Kronsen
and Mark M. Atkinson. 1964. The
Educator’s Encyclopedia. USA :
Prentice Hall.
28
Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012
Download