Pengaruh Kosep Diri, Orientasi Tujuan Dan Orientasi - FST-UIA

advertisement
PENGARUH KOSEP DIRI, ORIENTASI TUJUAN DAN ORIENTASI UMPAN BALIK TERHADAP
KETERAMPILAN SOSIAL
(Studi Asosiatif Pada Mahasiswa Teknik Industri
Kampus Meruya Universitas Mercu Buana Jakarta) 1
Hasbullah2
ABSTRACT
Social sk ill facilitates interpersonal interactions in influencing work outcome and can in turn lead
to succesful individual. This research provides some insight into the definition and measurement of
social sk ill and three variables such as self-concept, goal orientation and feedback orientation as
independent variables. The objective of this study is to observe direct effect of self -concept, goal
orientation and feedback orientation on social sk ill. The method of research used the associative
quantitative approach through survey method. The number of sample covers 149 respondents as
student samples selected randomly for analyzingdata. The result of the research showed there are
positive direct effects of self-concept, goal orientation and feedback orientation on social sk ill, there
are positive direct effects of self-concept and goal orientation on feedback orientation, and there is
positive direct effects of self-concept on goal orientation. For Improving social sk ill, therefore self
concept, goal orientation and feedback orientation should be improved.
Keyword: social sk ill, self concept, goal orientation, feedback orientation.
ABSTRAK
Keterampilan sosial dapat mempermudah interaksi antar individuyang mampu mempengaruhi
pencapaian kerja dan dapat membantu keberhasilan individu. Penelitian ini menguraikan pengertian
dan pengukuran tentang keterampilan sosial dan tiga variabel lainnya mencakup; konsep diri,
orientasi tujuan dan orientasi umpan balik sebagai variabel bebas. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh langsung dari konsep diri, orientasi tujuan dan orientasi umpan balik
terhadap keterampilan sosial. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif asosiatif melalui
metode survei. Kuesioner disebarkankepada 149 responden sebagai sampel mahasiswa yang dipilih
secara acak untuk mendapatkan dan menganalisis data. Hasil penelitian ini menyimpulkan: (1)
konsep diri memiliki pengaruh positif langsung pada keterampilan sosial,(2) orientasi tujuan memiliki
pengaruh positif langsung pada keterampilan sosial, (3) orientasi umpan balik memiliki pengaruh
positif langsung pada keterampilan sosial, (4) konsep diri memiliki pengaruh positif langsung pada
orientasi umpan balik, (5) orientasi tujuan memiliki pengaruh positif langsung pada orientasi umpan
balik dan (6) konsep diri memiliki pengaruh positif langsung pada orientasi tujuan. Untuk
meningkatkan keterampilan sosial, maka pelu ditingkatkankonsep diri, orientasi tujuan dan orientasi
umpan balik.
Kata kunci: keterampilan sosial, konsep diri, orientasi tujuan, orientasi umpan balik
1
2
Dipertahankan di hadapan Sidang Senat Terbuka Guru Besar Universitas Negeri Jakarta dalam rangka Promosi Doktor
Dosen tetap Universitas Mercu Buana Jakarta
PENDAHULUAN
Banyak ulasan ilmiah dan penelitian
yang menjelaskan mengapa keterampilan
sosial
begitu
penting
bagi
individu.
Keterampilan sosial dapat memudahkan
individu
untuk
berinteraksi
secara
interpersonal
dengan
individu
lainnya
sehingga mampu mempengaruhi capaian
yang
pada akhirnya akan membawa pada
keberhasilan.Banyak
tersedia
bukti-bukti
empiris menunjukan bahwa keterampilan
sosial
memiliki
kontribusi besar pada
keberhasilan individu dan organisasi. Pada
bulan Agustus 2015 terbit sebuah penelitian
dari David J. Deming di Universitas Harvard,
Amerika Serikat yang berjudul The Growing
Importance of Social Sk ill in the Labour Mark et
yang menyimpulkan bahwa keterampilan
sosial menjadi semakin penting pada pasar
tenaga kerja saat ini dan di masa depan
karena komputer belum mampu melakukan
stimulasi hubungan kompleks interaksi antara
manusia. Survey sepuluh tahun terakhir dari
National Association of College and Employer
(NACE)
dari
Amerika
Serikat tentang
keterampilan yang paling dibutuhkan pasar
tenaga
kerja
di
seluruh
dunia
menunjukanbahwa
aspek
pengeloaan
interaksi antar manusia seperti kepemimpinan,
kerja sama tim, komunikasi, kemampuan
adaptasi, etika kerja, insiatif dan interpersonal
sk illlainnya selalu menempati urutan teratas.
Keterampilan sosial adalah salah satu aspek
penting dalam perekrutan dan interview untuk
posisi pemimpin, eksekutif dan manajer di
perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia,
khususnya
di Amerika dan Eropa melalui
model Past Behavioral Interview(PBI)yang
menempatkan tiga elemen penting dalam
melakukan penilaian kualitas modal insani
yaitu; keterampilan sosial, pengetahuan kerja
dan pengalaman.
Keterampilan
sosial
merupakan
kemampuan individu untuk berinteraksi secara
efektif dan harmonis dengan orang-orang di
sekitarnya menjadi elemen penting dalam
sumber
daya
individu.
Cukup
banyak
penelitian
yang
membuktikan
pengaruh
penting keterampilan sosial terhadap kinerja,
pencapaian, motivasi, kepemimpinan dan hal
positif lainnya. Keterampilan sosial saat ini
merupakan salah satu kompetensi penting
bagi lulusan perguruan tinggi sehingga
merupakan
keniscayaan dan keharusan
sebagai salah satu kecakapan utama dalam
menyongsong persaingan kerja.Ini sangat
relevan
dengan
pergeseran
kurikulum
perguruan tinggi di Indonesia saat ini yang
disusun berdasarkan pertimbangan kebutuhan
pasar dunia kerja dan pemangku kepentingan
lainnya.
Universitas
Mercu
Buana
sangat
menyadari pentingnya keterampilan sosial
bagi kompetensi mahasiswanya. Dalam visi
misi universitas dan tujuan Program Studi
Teknik Industri, keterampilan sosial secara
implisit disinggung sebagai salah satu tujuan
pencapaian kompetensi lulusan. Ada cukup
banyak
program
yang tersedia dalam
universitas
dalam
mengembangkan
keterampilan sosial, walaupun tidak secara
spesifik memfokuskan pada pengembangan
keterampilan sosial. Misalkan kegiatan latihan
dasar
kepemimpinan, program- program
pelatihan
pengembangan
diri,
kegiatankegiatan
organisasi
dan
bentuk-bentuk
pendidikan dan pelatihan lainnya. Secara
umum walaupun sudah ada tersedia modelmodel
kegiatan
yang
mendukung
pengembangan keterampilan sosial, tetapi
tidak ada evaluasi khusus dan terukur sejauh
mana keterampilan sosial mahasiswa yang
telah dimiliki.
Dalam observasi di lapangan peneliti
menyimpulkan bahwa ada gap antara harapan
dan kenyataan tentang keterampilan sosial
mahasiswa Teknik Industri Universitas Mercu
Buana. Kesimpulan ini didasarkan karena
beberapa telaah dan pertimbangan. Dari hasil
beberapa inteview
dengan dosen pengajar
dan
mahasiswa
menunjukan
adanya
kesamaan pandangan tentang kurangnya
keterampilan sosial mahasiswa. Pengamatan
langsung peneliti dalam berinteraksi, mengajar
dan
berdiskusi
dengan
mahasiswa
memberikan kesan bahwa keterampilan sosial
yang dimiliki mahasiswa masih dirasa kurang.
Dari survey tahun 2014 ketika ditanyakan
kepada mahasiswa tentang keterampilan
sosial yang dimilikinya saat itu, 40%
menjawab kurang, 15% menjawab cukup dan
hanya
15%
yang
mengaku
memilki
keterampilan sosial yang baik. Hasil penelitian
ini juga menunjukan tingkat keterampilan
sosial dengan skala 1 – 5 berada pada
tingkat 3.4 yaitu di bawah skala “baik”.
Dengan
pertimbangan-pertimbangan
ini
peneliti
mencoba
melakukan
penelitian
tentang keterampilan sosial.
Keterampilan sosial dipengaruhi oleh
faktor eksternal dan internal individu. Faktor
eksternal
mencakup
pendidikan,
terapi
psikologi, pelatihan, konseling, coaching dan
program pengembangan diri yang saat ini
tumbuh
pesat
berupa
institusi-institusi
lembaga pendidikan, pengembangan diri,
coaching,
konsultan,
klinik
psikologi,
organisasi dan pelayanan on line yang
bergerak dalam bidang keterampilan sosial.
Faktor internal meliputi faktor-faktor yang
dianggap mampu mempengaruhi kepribadian
dalam berinteraksi secara sosial. Colquitt
(2009:293) menguraikan lima elemen yang
mempengaruhi kepribadian (The Big Five
Taxonomy) yang mampu mempengaruhi
interpersonal
individu
yang
mencakup
keterampilan
sosial
yaitu;
kesadaran
(conscientiousness),
keramahan
(agreeableness),
keterbukaan
(openness),
neurotisisme (neuroticism) dan Ekstraversi.
Kelima elemen ini merupakan dimensi-dimensi
sangat umum dan luas yang bisa diturunkan
menjadi lebih banyak lagi variabel-variabel
yang lebih spesifik.
Peneliti mencoba menggali konstrukkonstruk
yang
lebih
spesifik
yang
mempengaruhi keterampilan sosial, yaitu
konsep diri, orientasi tujuan dan orientasi
umpan balik. Tiga variabel ini diangkat dalam
penelitian ini karena banyak diulas dalam
penelitian-penelitian lain sebagai variabel
yang diduga mampu mempengaruhi faktorfaktor penunjang kualitas sumber daya
manusia selain keterampilan sosial seperti
kinerja, pencapaian akademik, motivasi,
komitmen dan faktor positif lainnya.
Dari uraian pendahuluan di atas maka
tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui
bagaimana konsep diri, orientasi tujuan dan
orientasi
umpan
balik
secara
positif
mempengaruhi
keterampilal.
Adapun
perumusan masalah untuk mendapatkan tujuan
penelitian adalah;(1) apakah konsep diri
berpengaruhlangsung terhadap keterampilan
sosial?, (2) apakah orientasi tujuan berpengaruh
langsung terhadap keterampilan sosial?,
(3)apakah orientasi umpan balik berpengaruh
langsung terhadap keterampilan sosial?, (4)
apakah konsep diri berpengaruh langsung
terhadap orientasi umpan balik(5) apakah
orientasi tujuan berpengaruh langsung terhadap
orientasi umpan balik?, (6) apakah konsep diri
berpengaruh langsung terhadap orientasi
tujuan?,
(7)
apakah
lingkungan
kerja
berpengaruh langsung terhadap kepuasan
kerja?.
KAJIAN TEORETIK
1. Keterampilan sosial
Dari berbagai literatur ilmiah umumnya
keterampilan
sosial
diartikan
sebagai
kecakapan
dalam membangun hubungan
dengan individu lainnya untuk membentuk
jejaring sosial melalui komunikasi, perilaku
layak, penempatan diri secara efektif dan
perilaku lain yang mendorong interaksi lebih
kondusif dan mendoroang ikatan sosial lebih
efektif.
Menkes
(2005:41)
menjelaskan
keterampilan sosial sebagai keterampilan
spesifik kognitif yang memungkinkan individu
mampu menangani situasi dalam interaksi
antar individu dan dinamika yang terjadi di
dalamnya
dengan
mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan
akibat
dari
interaksi
tersebut.
Sedangkan
Deming
(2015:7) menyatakan bahwa keterampilan
sosial bukan keterampilan kognitif, melainkan
keterampilan yang digunakan dalam interaksi
manusia
yang
berdimensi
luas
yang
didasarkan atas
tacit k nowledge yang
dimilikinya. McManus (2007:144) menguraikan
keterampilan
sosial
dalam
perspektif
kepemimpinan sebagai kecakapan yang
digunakan dalam mempengaruhi orang lain
dan menjadi faktor kuat dalam mendukung
kondisi
situasional
tertentu
dalam
kepemimpinan efektif di samping otoritas dan
tanggung jawab yang dimiliki. Ada banyak
perspektif yang menjelaskan keterampilan
sosial dalam berbagai multidisiplin ilmu seperti
psikologi, sosial, perilaku organisasi, sumber
daya manusia, modal sosial dan disiplin ilmu
lainnya. Semuanya memuat esensi kunci dari
keterampilan sosial yaitu tentang bagaimana
membangun hubungan antar individu untuk
membentuk jaringan sosial.
Model-model keterampilan sosial saat
ini yang dipakai dalam jurnal-jurnal penelitian
internasional terkemuka umumnya memakai
model keterampilan sosial dari Ronald E.
Riggio dan Gerald R. Ferris. Dua model ini
merupakan rujukan utama dalam penelitianpenelitian keterampilan sosial. Sebetulnya ada
model-model keterampilan sosial lainnya yang
digunakan dalam penelitian, tetapi masih
kurang populer dibanding model Riggio dan
Ferris.Ronald E. Riggio mengajukan model
Keterampilan sosial yang didasarkan atas
interaksi individu dalam bentuk komunikasi
verbal
dan
non-verbal
dalam
dimensi
emosional Dan social. Dimensi emosional
mencakup ekspresi emosi, sensitivitas emosi
dan pengendalian emosi. Dimensi sosial
mencakup ekspresi sosial, sensitivitas sosial
dan pengendalian sosial. Daridimensi sosial
dan
emosional ini diturunkan lagi menjadi
seratus indikator yang menjadi asesmen
standar dalam mengukur keterampilan sosial
suatu individu dengan istilah ISS (Inventory
Social Sk ill).
Gerald R Ferris menggagas model
keterampilan sosial yang lebih sederhana.
Model
Ferris
banyak
dijadikan
acuan
pengukuran-pengukuran keterampilan sosial
dalam
jurnal-jurnal
internasional.
Jika
dilakukan browsing yang menyangkut disertasi
keterampilan sosial di universitas-universitas
di Amerika Serikat, maka keterampilan sosial
model Ferris banyak sekali muncul.Aspekaspek dalam keterampilan sosial model Ferris
mencakup; Kejelasan apa yang harus
dikatakan
dan
dilakukan,
kemudahan
menempatkan diri, menghadirkan diri untuk
dirasakan orang lain, kemampuan mengendus
motivasi dan agenda tersembunyi orang lain,
kemampuan
mempengaruhi
orang,
kemampuan membaca bahasa tubuh dan
dapat menyesuaikan prilaku menjadi tipe yang
diinginkan situasi.
Model keterampilan sosial lain yang
sangat terkenal adalah model Michael Argyl
dari Universitas Oxford. Argyl salah satu
penggagas awal tentang konstruk yang
berkaitan dengan interaksi sosial pada tahun
1960-an. Keterampilan sosial model Argyle
dikemukakan oleh Maria Assunta (2013:174)
sebagai berikut:
“Argyle’s Social Sk ills Model; Argyle has
developed another model that emphasizes
motivation,
perception,
planning,
motor
performance, and feedback with the outside
world. This model helps to understand how the
learning of an action can be brok en down into
different components.” Keterampilan sosial
model Argyl menekankan pada aspek
motivasi,
persepsi,
translasi,
motor
performance dan umpan balik. Motivasi
menggambarkan interaksi individu disebabkan
kebutuhan akan kepuasan diri termasuk
kebutuhan ekstrinsik dan intrinsik. Persepsi
yaitu memahami secara akurat informasi yang
memandu perilaku yang ketika berinteraksi.
Translasi yaitu
kemampuan kognitif dalam
mengevaluasi
situasi
kemudian memilih
tindakan terbaik dalam berperilaku sosial.
Motor
performance
yaitu
konsistensi
kesesuaian antara pikiran dan tindakan
berperilaku. Umpan balik yaitu merespon
siklus umpan balik yang diterima dalam
interaksi
sosial
dan digunakan dalam
memutuskan mana perilaku yang tetap
dilakukan dan mana yang harus dihentikan.
Kennon M. Sheldon dan Tim Kasser
menggagas konstruk Life sk ill (keterampilan
hidup) yang dibagi menjadi dua bagian yaitu
Keterampilan
sosial
(social
sk ill) dan
keterampilan regulasi diri (self regulatory sk ill).
Kemudian
Sheldon
dan
Kasser
mengidentifikasi
sepuluh
aspek
yang
dianggap paling kuat tentang Keterampilan
sosial yaitu membangun hubungan sosial,
komunikasi
efektif
dan
ekspresi
diri,
mengamati emosi yang muncul ketika
membaca situasi, menyesuaikan diri, tegas
jika
diperlukan,
cenderung
tidak
mengutamakan
hasil
sesaat,
lebih
mementingkan jangka panjang, menetapkan
rencana mencapai tujuan, konsentrasi dan
mengatur waktu secara efektif.
Sharon Wu (2008:12) dari Missouri
University Amerika Serikat dalam disertasinya
mencoba membuat matriks yang mencakup
hampir
keseluruhan
aspek-aspek
keterampilan sosial dari berbagai referensi
utama.
Sharon
Wu
membuatmodel
keterampilan sosial sendiri yang dia anggap
mencakup semua referensi yang ada.
Keterampilan sosial terdiri dari tiga aspek
yang mencakup presentasi sosial, pemindaian
sosial dan fleksibilitas sosial.
Presentasi
sosial mewakili prilaku sosial individu dalam
merespon apa yang dirasakan kemudian
diekspresikan secara sosial dan emosional
sehingga akan tampak karakter kepribadian
dari dirinya seperti, ekstraversi, kehangatan,
pengaruh sosial, kelayakan prilaku, ekspresi,
ketegasan
dan
aspek-aspek
lainnya.
Pemindaian sosial mewakili prilaku sosial
individu yang mencakup
kepekaan emosi,
sensitivitas
sosial,
empati
alsentrisme,
pemahaman
norma-norma
sosial,
menggunakan
emosi
sebagai
informasi
tentang situasi sosial dan aspek-aspek lain.
Fleksibilitas sosial mewakili prilaku individu
dalam
mengendalikankontrol
sosial,
emosional, lingkungan dan
manajemen
interaksi.
Definisi keterampilan sosial secara
konseptual dari sintesis uraian di atas adalah
kecakapan
individu
dalam
membangun
hubungan dengan individu lainnya untuk
membentuk jejaring sosial melalui komunikasi
(verbal dan non-verbal), perilaku layak dan
penempatan diri secara efektif.
Dari definisi
di atas maka bahwa keterampilan sosial dapat
diuraikan
dengan
indikator-indikator
komunikasi verbal dan non-verbal, berperilaku
layak dan mampu menempatkan diri di
lingkungan secara efektif.
2. Konsep diri
Shavelson
dan
Bolu
(1981:1)
mengartikan konsep diri sebagai persepsi diri
sendiri yang dibentuk melalui pengalaman,
interpretasi terhadap lingkungannya, atribusi
dan diperkuat pengaruh dan evaluasi orangorang yang dianggap berarti. Konsep diri
menunjukan
bagaimana
individu
menggambarkan jati dirinya.
Saat ini, teori konsep diri terdiri dari dua
pendekatan yaitu pendekatan unidimensional
dan
multidimensional.
Konsep
diri
unidimensional memandang bahwa Konsep
diri merupakan konstruk tunggal (satu
dimensi)
bersifat
umum
yang
mengesampingkan
gagasan
bahwa
seseorang
memiliki
beberapa
persepsi
(multidimensional) terhadap di dirinya di dalam
bidang
yang
berbeda-beda. Pendekatan
unidimensional banyak digunakan dalam
literatur-literatur ilmiah tentang Konsep diri
pada tahun 1960-an dan 1970-an. Morris
Rosenbergadalah salah satu penggagas
pertama tentang Konsep diri unidmensional,
melalui risetnya tahun 1965 yang berjudul
Society and Adolescence Self Image terbitan
Universitas
Princeton.
Konsep
diri
unidimensional menunjukan bahwa persepsi
individu terhadap dirinya mencakup secara
umum dan keseluruhan dengan tidak terbagibagi dalam bidang atau area yang lebih
spesifik.
Gagasan
Rosenberg
dalam
mengemukakan gagasan pengukuran
self
esteem yang sangat banyak dijadikan
referensi oleh berbagai riset di seluruh dunia
dan terkenal dengan istilah The Rosenberg
Self Esteem Sacle (RSES).
Richard J. Shavelson, Judith J. Hubner and
George C. Stanton adalah salah satu
penggagas
utama
Konsep
diri
multidimensional. Pada tahun 1976 mereka
menerbitkan penelitiannya yang berjudul
Validation
of
Construct
Interpretation.
Shavelson, Hubner dan Stanton menggagas
struktur
hirarki
Konsep
diri
yang
menggambarkan tingkatan konstruk konsep
diri
sebagai
konstruk
multidimensional.
Shavelson menguraikan struktur konsep diri
multidimensional terdiri dari konsep diri
akademik dan non akademik. Konsep diri
akademik terbagi lagi menjadi sub-area
akademik bahasa, sejarah, matematika dan
sains. Masing-masing sub-area akan terbagi
lagi menjadi aspek-aspek yang yang lebih rinci
sehingga membentuk persepsi pada bidangbidang akademik tersebut. Konsep diri nonakademik terbagi lagi menjadi sub-area sosial,
penampilan fisik dan emosional.
Masingmasing sub-area akan terbagi lagi menjadi
aspek-aspek yang yang lebih rinci dan
akhirnya persepsi pada bidang-bidang sosial,
emosional dan penampilan fisik.
Konsep diri merupakan salah satu faktor
yang
diduga
mampu
mempengaruhi
keterampilan sosial.Morris Rosenberg dalam
peneltian terkenalnya Society and Adolescent
Self Image tahun 1960-an menjelaskan kaitan
konsep diri dengan perilaku sosial . Yengimolki
(2015:52) telah menguraikan berbagai sumber
teori dan pemikiran logis bahwa konsep diri
mampu
mempengaruhi
secara
positif
keterampilan sosial Individu yang mengalami
kesulitan bergaul bisa disebabkan oleh
Konsep diri yang buruk (negatif) yang
mencerminkan kesalahan kognitif
bersifat
subyektif, yaitu persepsi dari individu sendiri
yang keliru mengenai dirinya. Perilaku yang
merefleksikan persepsi diri
menegaskan
bahwa konsep diri mempengaruhi cara
individu berprilaku di masyarakat, sedangkan
perilaku yang ditunjukan individu dalam
bermasyarakat mencerminkan Keterampilan
sosial yang dimilikinya.
Definisi konsep diri secara konseptual
dari sintesis uraian di atas adalah persepsi diri
yang
dibentuk
oleh
pengetahuan,
pengalaman, lingkungan dan pengaruh orang
lain sehingga membentuk jati diri melalui
penilaian diri sendiri pada indikator-indikator;
kompetensi,
penampilan
fisik
dan
penghargaan terhadap diri sendiri.
Dari
definisi di atas konsep diri merupakan sebuah
konsep spesifik tentang persepsi diri sendiri
yang dapat diuraikan dengan indikatorindikator kompetensi diri, penampilan fisik dan
penghargaan individu terhadap dirinya sendiri.
3.Orientasi tujuan
Tujuan
menjadi
panduan
untuk
menetapkan dan mengeksekusi rencana,
serta melakukan evaluasi dan tinjauan atas
capaian dan efektivitas rencana. Dalam
tingkatan individu, tujuan akan mengarahkan
perilaku individu ketika melakukan sesuatu,
sehingga
akan
mempengaruhi hasilnya.
Tujuan menjadi bagian penting yang melekat
pada individu dan organisasi.
Salah satu
elemen penting yang dianggap sebagai faktor
pendorong
kesuksesan
individu
yang
berkaitan dengan adalah orientasi tujuan.
Jason Kain (2010:9) mengutip dari Ames dan
Archer dalam mendefinisikan orientasi tujuan
“Goal orientations are the reason behind
people’s achievement pursuits, and are
responsible
for
how
they
approach,
experience, and react to achievement
situations”.Hal ini menjelaskan orientasi tujuan
sebagai
alasan
yang
melatarbelakangi
seseorang dalam mengejar tujuan dan
bertanggung
jawab
dalam
melakukan
pendekatan, mengalami dan terhadap situasi
yang ingin dicapai. Dweck dalam Altovise
Rogers
dan
Christiane
Spitzmueller
(2009:186) mendefinisikan orientasi tujuan
“....is conceptualized as the mental framework
in which people interpret and respond to
circumstances
and
events
of
both
achievement and failure”. Orientasi tujuan
menunjukan sikap individu dalam merespon
dan menginterpretasikan kondisi yang ingin
dicapai dalam perspektif kegagalan dan
keberhasilan yang dilatarbelakangi oleh hasrat
ingin dihargai atau ingin meningkatkan
kompetensi.
Orientasi
tujuan
menurut
Don
Vandewalle terdiri dari Orientasi tujuan
pembelajaran
(learning goal orientation),
Orientasi tujuan pembuktian (Prove goal
orientation),
dan
Orientasi
tujuan
penghindaran (Avoiding goal orientation).
Vandewalle
merincikan
orientasi
kinerja
(performance goal orientation) dari gagasan
Carol S. Dweck menjadi dua dimensi
yaituOrientasi tujuan pembuktian (Prove goal
orientation),
dan
Orientasi
tujuan
penghindaran
(Avoiding goal orientation)
sehingga Orientasi tujuan total terbagi menjadi
tiga dimensi. Orientasi tujuan pembelajaran
adalah hasrat individu untuk mengembangkan
diri melalui usaha memperoleh keterampilan
baru,
menguasai
situasi
baru
dan
meningkatkan kompetensi diri. Orientasi
tujuan pembuktian adalah hasrat individu
untuk membuktikan kompetensi diri dan
mendapatkan penilaian yang baik tentang
kompetensi
yang
dimiliki.
Orientasi
penghindaran tujuan adalah hasrat untuk
menghindari dalam memperlihatkan tingkat
kompetensi yang dirasa rendah dan untuk
menghindari penilaian buruk.
Hudaykulove(2015:67)
mengulas
pengaruh orientasi tujuan terhadap modal
sosial
menyatakan
orientasi
tujuan
merupakan salah satu faktor yang mampu
mempengaruhi keterampilan sosial. Rebecca
Wing Yi Cheng menguraikan orientasi tujuan
pembelajaran dan orientasi tujuan penillaian
dalam kontek tujuan sosial menguraikan
“Mastery
goal
predicted
positively
on
academic,
no-nacademic
and
social/leadership achievement, social goal
predicted
positively
on social/leadership
achievement.” Orientasi tujuan pembelajaran
diduga memilki pengaruh positif terhadap
pencapaian
akademik,
non-akademik,
kepemimpinan
dan
bahkan
pencapaian
sosial.
Pengaruh Orientasi tujuan terhadap
keterampilan sosial secara logis dan teoritis
bisa dipertanggungjawabkan. Orientasi tujuan
pembuktian berkaitan dengan
egoterhadap
pandangan sosial yang mencerminkan hasrat
individu untuk mendapatkan penilaian sosial
yang baik. Orientasi tujuan penghindaran juga
berkaitan dengan ego yang mencerminkan
hasrat untuk menghindari kelemahan atau
kompetensi yang lemah diketahui sehingga
menghindari
penilaiannegatifsecara
sosial.
Orientasi
tujuan
pembuktian
dan
penghindaran adalah dua dimensi Orientasi
tujuan
penilaian
(performance)yang
melibatkan ego terhadap lingkungan sosialnya
sehingga memiliki kaitan erat dan pengaruh
terhadap keterampilan sosial.
Definisi
orientasi
tujuan
secara
konseptual dari sintesis uraian di atas adalah
sikap individu mengenai pencapaian sebuah
keinginan yang diungkapkan dalam bentuk
respon terhadap
kondisi yang berkaitan
dengan
keberhasilan
melalui
indikatorindikator; sikap menginginkan tantangan untuk
pembelajaran
(learning)
dan
sikap
menginginkan penghargaan (performance).
Dari definisi di atas
orientasi tujuan
merupakan sebuah konstruk spesifik yang
dapat diuraikan melalui indikator-indikator;
sikap terhadap tantangan yang mewakili
sebuah orientasi pembelajaran dan keinginan
dihargai untuk menolak dinilai negatif yang
mewakili orientasi penilaian.
4.Orientasi umpan balik
Umpan balik (feedback ) adalah faktor
yang sangat penting bagi individu dan
organisasi dalam mendukung, mencapai dan
meningkatkan kompetensi dan kinerja yang
diharapkan. Konsep tentang umpan balik dan
pengaruhnya terhadap kinerja individu dan
organisasi telah
menjadi topik penelitian
dalam literatur prilaku dan organisasi. Banyak
sekali literatur ilmiah menjelaskan umpan balik
sebagai salah satu fasilitator dalam merubah
prilaku dan meningkatkan kinerja. Jurgen
Wilbert (2010:1) mejelaskan umpan balik
dalam konteks belajar sebagai berikut;
“Feedback is defined at its most basic level as
information provided to a student as a result of
the outcome of an action. The most basic type
of feedback is k nowledge of result, which
refers to the effect of an action in relation to
the action goal.” Umpan balik adalah informasi
yang tersedia bagi seorang mahasiswa
(dalam konteks belajar berupa seuah hasil
usaha dan tidakan dalam belajar. Jadi tipe
umpan balik dalam kontek ini adalah hasil
evaluasi belajar.
Saat ini ada beberapa konstruk yang
berkaitan dengan umpan balik seperti umpan
balik (feedback ), lingkungan umpan balik
(feedback environment), perilaku aktif mencari
umpan balik (feedback seeking), intervensi
umpanbalik
(feedback
intervention)
dan
orientasi umpan balik (feedback orientation).
Konstruk yang mewakili individual difference
yang melekat pada individu adalah konstruk
orientasi umpan balik. Tahun 2002 Manuel
London dan James W. Smither pertama kali
mengemukakan konsep Orientasi umpan balik
dalam
penelitiannya
berjudul
Feedback
Orientation,Feedback
Culture,
The
Longitudinal
Performance
Management
Process. Konsep Orientasi umpan balik yang
dikemukakan London dan Smither sebagai
konstruk yang terdiri dari beberapa dimensi
yang secara bersama menentukan dalam
penerimaan individu terhadap keseluruhan
umpan balik dan bagaimana memandu dan
membimbing individu dalam menerima umpan
balik. Aspek-aspek orientasi umpan balik
terdiri dari; rasa suka terhadap umpan balik
atau lik ing feedback , kecenderungan perilaku
aktif untuk mencari umpan balik (feedback
seek ing),
kecenderungan
kognitif untuk
memproses umpan balik dengan penuh
kesadaran dan mendalam, kepekaan terhadap
pandangan
orang
lain
(social
awareness),keyakinan terhadap nilai manfaat
dalam umpan balik dan mampu melakukannya
(self-efficacy)dan bertanggung jawab untuk
bertindak atas umpan balik (accountability).
Pada
tahun
2006
Beth
Grefe
Linderbaum menegaskan kembali konstruk
Orientasi umpan balik dalam penelitiannya
Feedback Orientation; The Development and
Validation of a Multidimensional Measure.
Sampai saat ini model Linderbaum menjadi
acuan utama dalam mengukur orientasi
umpan balik dalam penelitian dan jurnal yang
terbit setelahnya. Beth Grefe Linderbaum
(2006:1) menyatakan; “Given the impact of the
feedback recipient on the feedback process, it
is
important
to
understand
individual
differences in how people respond to
feedback . Feedback orientation, a construct
proposed by London and Smither, is an
individual’s overall receptivity to feedback . The
current research developed and validated a
multidimensional
measure
of
feedback
orientation. This new instrument will be a
valuable tool for researchers and practitioners
to better understand individual differences in
the feedback process.” Orientasi umpan balik
adalah karakter unik yang mencerminkan
bagaimana individu merespon dan menerima
keseluruhan umpan balik dalam proses
penerimaan umpan balik. Orientasi umpan
balik dalam individu tidak serta merta
terbentuk
dengan
sendirinya
tetapi
dipengaruhi oleh faktor situasional dan
individual.
Faktor situasional adalah faktor
yang berasal dari luar individu yaitu; budaya,
sistem manajemen kinerja, lingkungan umpan
balik,
dan hal-hal lain yang bersifat
situasional. Faktor individual adalah faktor
yang berasal dari dalam individu itu sendiri
yaitu; tipe tujuan, motif, kepribadian dan faktor
internal individu lainnya.
Linderbaum menggagas tujuh aspek
orientasi umpan balik yang terdiri dari
defensivenses,
utilitas,
akuntabilitas,
kesadaran sosial, self-efficacy dan feedback
processing. Apa yang sudah dikemukakan
oleh London dan Smither di tahun 2002 sudah
diuji
dan
dianalisis
oleh
Linderbaum,
kemudian di adopsi dan tercakup dalam
dimensi-dimensi
yang
dikemukakan
Linerbaum. Model ini dikenal dalam jurnal,
disertasi dan penelitian-penelitian umpan balik
dengan istilah FOS (Feedback Orientation
Scale.). Dimensi defensif (Defensiveness)
merupakan kecenderungan individu untuk
tidak menyukai, bersikap defensif dalam
menerima umpan balik dan bereaksi negatif.
Dimensi utilitas (Utility) adalah kecenderungan
individu untuk percaya bahwa umpan balik
merupakan
instrumen
penting
dalam
mencapai
tujuan,
bermanfaat
dan
mendapatkan hasil yang diinginkan di tempat
kerja.
Akuntabilitas
(Accountability)
merupakan
Kecenderungan
seseorang
memiliki
rasa
tanggung
jawab
atau
berkewajiban untuk bertindak atas umpan
balik. Kesadaran sosial (social awareness)
yaitu
kecenderungan
individu
untuk
menggunakan umpan balik karena menyadari
pandangan lain terhadap dirinya dan memiliki
kepekaan terhadap pandangan orang lain.
Feedback
Self-efficacy
merupakan
kecenderungan
individu
untuk
memiliki
keyakinan
terhadap kemampuan dirinya
dalam menghadapi dan menjalankan situasi
umpan balik dan umpan balik itu sendiri.
Dimensi yang terakhir yaitu dimensi Feedback
processing yaitu kecenderungan individu
untuk bersedia menyediakan waktu dalam
memproses dan mengerahkan pikirannya
terhadap umpan balik. Beth Grefe membuang
dimensi feedback seek ing yang ditetapkan
London dan Smither
sebagai dimensi
orientasi umpan balik dengan alasan lemah
dan tidak konsisten setelah diuji, selain itu
perilaku mencari umpan balik ditempatkan
sebagai outcome dari karakter unik orientasi
umpan balik.
Ada landasan dan kajian teoretik bahwa
Orientasi umpan balik memiliki pengaruh
terhadap Keterampilan sosial. Erica G. Hepper
(2011:472) dari Universitas Southampton
dalam penelitiannya tentang pengaruh umpan
balik terhadap interaksi sosial menyatakan:
“Here, we showed that feedback expectations
in social interactions (a) are generally positive,
(b)
correlate
with
the
desire
for
feedback ,”….Individu
yang
memiliki
kecenderungan mengharapkan umpan balik
memiliki keterkaitan penting dalam interaksi
sosial serta kehendak akan umpan balik itu
sendiri. Dalam teori diketahui bahwa satusatunya konstruk spesifik karakter unik yang
berkaitan
dengan umpan balik
adalah
orientasi umpan balik dan konstruk individu
yang spesifik dalam interaksi sosial adalah
Keterampilan sosial.
Sehingga orientasi
umpan balik merupakan faktor penting dalam
Keterampilan sosial
Dalam suatu literatur ilmiah karya Michiel
Crommelinck
dan
F.
Anseel(2013:5)
menyatakan;“Feedback -seek ing
behaviour
has been regarded as a useful resource for
individual adaptation. Studies have shown that
newcomers in organizations who frequently
seek feedback integrate better in their new
social environment.”Perilaku aktif mencari
umpan balik pada individu merupakan sumber
daya yang bermanfaat bagi individu dalam
beradaptasi
sosial.
Crommerlinck
menganggap ini sesuatu yang baru dalam
kaidah organisasi bahwa individu yang sering
mencari umpan balik (dalam teori sebagai
salah satu elemen feedback seek ing) memiliki
kecenderungan lebih baik dalam berintegrasi
sosial pada suatu lingkungan baru.
Grefe (2006:68) menyatakan bahwa
Orientasi umpan balik adalah karakter unik
yang
mencerminkan bagaimana individu
merespon dan .menerima keseluruhan umpan
balik dalam proses penerimaan umpan balik.
Ia menguraikan pengaruh orientasi umpan
balik terhadap aspek keterampilan sosial
sebagai berikut; “Social awareness refers to
an individual’s tendency to use feedback to be
aware of other’s views of oneself and to be
sensitive to these views”. Kesadaran sosial
adalah salah satu aspek keterampilan sosial
menjadi salah satu acuan bagaimana individu
merespon umpan balik, sehigga secara logis
dan teoretik dapat ditarik benag merah bahwa
orientasi umpan balik adalah faktor penting
dalam keterampilan sosial.
Definisi orientasi umpan balik secara
konseptual dari sintesis uraian di atas adalah
sikap
individu
terhadap
masukan yang
diberikan kepada dirinya tentang suatu
pencapaian hasil dari proses usaha yang
dilakukannya melalui penilaian pada indikatorindikator; manfaat masukan, akuntabilitas diri,
kesadaran sosial dan kesanggupan diri dalam
melaksanakan masukan untuk memperbaiki
pencapaian.
Dari uraian definisi di atas
orientasi umpan balik merupakan konstruk
spesifik yang dapat dijelaskan dengan
indikator-indikator;
manfaat
masukan,
akuntabilitas diri, kesadaran sosial dan
kesanggupan
diri
dalam
melaksanakan
masukan untuk memperbaiki pencapaian.
Berdasarkankerangka
teoritik
dan
paparan masalah yang diuraikan di atas,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh langsung positif konsep
diri terhadap keterampilan sosial.
2. Terdapat
pengaruh
langsung
positif
orientasi tujuan terhadap keterampilan
sosial
3. Terdapat
pengaruh
langsung
positiforientasi
umpan
balikterhadap
keterampilan sosial.
4. Terdapat pengaruh langsung positif konsep
diri terhadaporientasi umpan balik.
5. Terdapat
pengaruh
langsung
positiforientasi tujuan terhadap orientasi
umpan balik.
6. Terdapat pengaruh langsung positifkonsep
diri terhadap orientasi tujuan.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode
penelitian
Kuantitatif
Asosiatif
denganmenganalisis pola hubungan antar
variabel dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh langsung maupun tidak langsung
seperangkat variabel bebas (independen) yaitu
konsep diri, orientasi tujuan dan orientasi umpan
balik terhadap variabel terikat (dependen) yaitu
keterampilan sosial
dengan menggunakan
teknik analisis jalur (path analysis). Populasi
target dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa aktif Program Studi Teknik Industri
Universitas Mercu Buana Kampus Meruya yang
berjumlah sekitar 800 mahasiswa. Sampel
penelitian ini sebanyak 149 mahasiswa dipilih
dengan teknik acak sederhana (simple random
sampling). Dari 149 sampel mahasiswa tersebut
di lakukan penyebaran kuesioner.
Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk
penyajian data, ukuran sentral, serta ukuran
penyebaran data. Penyajian data yang
dimaksud dalam analisis deskriptif adalah daftar
distribusi
dan
grafik
histrogram
yang
menggambarkan pola sebaran data. Ukuran
sentral adalah mean, median, dan modus.
Sedangkan ukuran penyebaran adalah varians
dan simpangan baku. Analisis inferensial untuk
menguji hipotesis
Yang digunakan adalah analisis jalur
Setelah dianalisis secara deskriptif dan semua
variable telah memenuhi persyaratan analisis,
selanjutnya dilakukan pengujian model kausal
dengan analisis jalur. Setelah dilakukan
perhitungan koefisien jalur pada sub struktural
1 dan 2. Struktur 1 menggambarkan pola
hubungan kausalantara
X1 (konsep diri),
X2 (orientasi tujuan)
dan X3 (orientasi
umpan
balik) terhadap Y (keterampilan
sosial). Struktur 2 menggambarkan pola
hubungan kausalantara
X1 (konsep diri) dan
X2
(orientas tujuan) terhadap X3 (orientasi
umpan balik). Gambar 1. Merupakan struktur
lengkap gabungan struktur 1 dan struktur 2.
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien
jalur pada sub struktural 1 dan 2,
menunjukkan bahwa semua jalur signifikan.
Secara keseluruhan diagram jalur dapat
digambarkan sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Deskripsi Data
No
Variabel
Xmin
Xmax
Range
Mean
Modus
Median
Dev
Y (Keterampilan sosial)
70
130
60
101.90
100
102
10.98
X1(Konsep diri)
65
127
62
99.51
98
99
12.99
X2(Orientasi tujuan)
47
97
50
70.02
71
71
9.13
X3(Orientasi umpan balik)
65
125
60
93.8
93
90
12.37
1
2
3
4
Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Jalur
No
Jalur
Koefisien Jalur
ttabel
thitung
0,05
0,01
1
Py 1
0,232
2,865*
1,976
2,609
2
Py 2
0,255
2,992*
1,976
2,609
3
Py 3
0,180
2,211*
1,976
2,609
4
P31
0,196
2,417*
1,976
2,609
5
P32
0,377
4,655*
1,976
2,609
6
P21
0,462
6,313*
1,976
2,609
Keterangan : * signifikan;
ns
tidak signifikan
DIAGRAM JALUR MODEL STRUKTUR KESELURUHAN
Konsep
(X1 )
ρ 21 = 0,462
ry21 = 0,462
Diri
ρy1 = 0,232
ry1 = 0,416
ρ 31 = 0,196
ry31 =0,369
ρy32 = 0,377
ry32 = 0,467
Orientasi
Tujuan
(X2 )
Orientasi
Umpan Balik
(X3 )
Keterampilan
Sosial (Y)
ρy3 = 0,180
ry3 = 0,388
ρy2 = 0,255
ry2 = 0,446
Gambar 1. Diagram Jalur Variabel X1, X2, X3, terhadap Y
Download