Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Kajian teori mencakup pengertian-pengertian dari judul penelitian agar
didapatkan satu pengertian dan tidak akan terjadi salah tafsir bagi para pembaca saat
membaca penelitian ini.
2.1.1. Pengertian Belajar
Slameto (2010: 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamnnya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkunganya. Sedangkan Oemar Hamalik (2004: 27) berpendapat bahwa belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Dari definisi ahli pendidikan diatas dapat diartikan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha untuk memperkuat pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki
seseorang dengan pengalaman yang diperoleh oleh orang tersebut.
2.1.2. Pembelajaran IPS yang Ideal di Kelas III SD
Simangunsong dan Zaenal Abidin (1987: 26) berpendapat bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah hubungan antara manusia dengan masyarakat serta
hubungan antara manusia di dalam masyarakat. Pada hakekatnya ialah kajian
mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem hidup bermasyarakat.
Kajian ini dilakukan orang dalam bentuk pengajaran di sekolah untuk mempersiapkan
anak didik menjadi warga masyarakat yang baik berdasarkan nilai dan kaidah
kemasyarakatan yang hidup dan berlaku. Dalam buku yang sama Simangunsong dan
Zaenal Abidin (1987: 27) juga mengatakan bahwa IPS bertujuan untuk
memperkenalkan anak dengan lingkungannya, dengan masyarakat, dengan hubungan
7
8
antar insan dan hubungan antar manusia dengan lingkungan, agar siswa menjadi
Warga Negara yang baik.
Sapriya (2009: 201), menjelaskan tujuan mata pelajaran IPS sebagai berikut :
a)
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c)
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Dari Pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran IPS adalah untuk memperkenalkan kepada siswa tentang kehidupan
sosial dan bermasyarakat atau dengan lingkungan sekitar yang mencakup segala
aspek sosial untuk menjadikan siswa menjadi warga negara yang baik.
Setelah mengetahui tujuan pembelajaran IPS maka pembelajaran IPS yang
ideal di kelas III SD juga dapat ditentukan. Menurut Muchtar A. Karim, dkk (1996:
20) Siswa SD masih termasuk dalam kategori operasional konkret sehingga perantara
media yang mampu menggambarkan keadaan konkret menjadi sangat penting.
Dengan
memperkenalkan
siswa
dengan
membawa
mereka
pada
keadaan
dilingkungan mereka secara nyata akan menjadi pembelajaran yang ideal bagi siswa
SD. Namun keterbatasan waktu dan sarana tentu menjadi hambatan sehingga
perantara yang memungkinkan untuk mewujudkannya adalah dengan media gambar.
Sehingga media gambar merupakan perantara yang tepat untuk pembelajaran di kelas
III SD yang ideal.
2.1.3. Media Gambar
Oemar Hamalik (1994: 95) berpendapat bahwa media gambar adalah segala
sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan
9
atau pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, dan
proyektor. Sedangkan menurut Sadiman (1996: 29) media gambar adalah media yang
paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan
dinikmati dimana saja.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bila media gambar adalah media dua
dimensi yang merupakan wujud kongkret dari sebuah ide, gagasan atau peristiwa
yang dapat menceritakan suatu kondisi tertentu.
2.1.4. Model Pembelajaran
2.1.4.1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai langkah atau prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Dapat juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, model pembelajaran dapat diartikan juga
sebagai pendekatan, strategi, atau metode pembelajaran.
Winataputra
(dalam
Sugiyanto,
2008)
mengatakan
bahwa
model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran dan para pengajar
dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Joyce & Weil (dalam Rusman, 2011:133), berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahanbahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.
10
Menurut Sagala (2010:201) “Hal yang penting dalam metode ialah, bahwa
setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang
ingin dicapai” dari pengertian tersebut, guru seharusnya mengerti akan fungsi, dan
langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar untuk mendorong keberhasilan guru
dalam proses belajar mangajar.
Brady (dalam Aunurrahman, 2011:146), mengemukakan bahwa model
pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk
membimbing guru didalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
cara, pola, prosedur, atau contoh yang digunakan sebagai pedoman seorang guru atau
pengajar untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
2.1.4.2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
menggunakan dasar faham konstruktivis. Kooperatif berasal dari kata “cooperative”
yang memiliki arti mengerjakan sesuatu dengan cara bersama-sama dan saling
membantu satu sama lain sebagai satu kelompok atau tim. Jadi pembelajaran
kooperatif berarti belajar dalam kelompok atau grup.
Menurut Johnson (2000: 75) Prinsip dasar dalam model pembelajaran
kooperatif tipe picture and picture adalah berikut:
a) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
d) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
11
e) Setiap
anggota
kelompok
(siswa)
berbagi
kepemimpinan
dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
f) Setiap
anggota
kelompok
(siswa)
akan
diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
Dari pernyataan Johnson & Johnson diatas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe picture and picture merupakan pembelajaran yang dapat
memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pembelajaran sikap karena dalam
pembelajaran ini siswa dituntut juga untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap
kelompok dan materi yang diajarkan.
Agus Suprijono (2011:54) mengemukakan “pembelajaran kooperatif adalah
konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Johnson (dalam Isjoni,
2011:15) juga berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif mengandung pengertian
bekerja sama demi mencapai tujuan bersama.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu
metode pembelajaran dengan menggunakan kelompok sebagai sarana dalam
pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif juga memiliki tipe-tipe pembelajaran
yang akan digunakan seorang guru dalam mengajar. Salah satunya adalah dengan tipe
picture and picture. Pembelajaran kooperatif tipe picture and picture disini
mengguanakan media gambar sebagai bahan diskusi atau yang disebut peneliti
sebagai “puzzle”, dimana nantinya gambar yang berupa “puzzle” tersebut meminta
siswa mengurutkan gambar yang logis sesuai dengan materi yang diajarkan.
Pembelajaran dengan menggunakan model ini menitikberatkan kepada
gambar sebagai media penanaman suatu konsep tertentu. Gambar-gambar yang
disajikan menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran karena dengan
12
mendiskripsikan dan menceritakan gambar yang diberikan, siswa akan belajar
memahami suatu konsep atau fakta berdasarkan ide/ gagasannya.
Menurut Bambang Riyanto (1990) media gambar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a) Foto dokumentasi; menyangkut dokumen yang berhubungan dengan nilai
sejarah.
b) Foto aktual; gambar atau problem aktual ini menggambarkan kejadiankejadian atau problem aktual.
c) Gambar atau foto reklame; gambar ini bertujuan untuk mempengaruhi
manusia dengan tujuan komersial. Gambar ini terdapat dalam surat kabar,
majalah-majalah, buku-buku, poster-poster. Gambar ini dapat digunakan
sebagai media pendidikan dalam pelajaran ekonomi, pengetahuan sosial,
bahasa, dan lain-lain.
d) Gambar atau foto simbolik; jenis ini terutama dalam bentuk simbol yang
mengungkapkan pesan tertentu, misalnya gambar ular yang sedang makan
kelinci merupakan simbol yang mengungkapkan suatu kehidupan manusia
yang mendalam.
Dari jenis-jenis media gambar diatas dapat disimpulkan bahwa media
gambar dapat digunakan dalam pembelajaran terutama dengan model pembelajarn
kooperatif tipe picture and picture ini.
2.1.4.3. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture
Sebagai seorang pendidik harus mampu memahami dengan baik materi yang
akan diajarkan, model pembelajaran yang digunakan terhadap hasil belajar yang akan
diperoleh siswa, dan juga karakteristik siswa sehingga tujuan pembelajaran yang
disampaikan oleh pendidik mampu dengan tepat dipahami oleh siswa.
13
Pada umumnya anak Sekolah Dasar masuk pendidikan Sekolah Dasar pada
usia 6-7 tahun dengan rentang waktu belajar di SD selama 6 tahun maka usia anak
Sekolah Dasar bervariasi antara 6-12 tahun. Menurut Muchtar A. Karim, dkk (1996:
20) usia ini artinya bahwa mereka masih termasuk dalam kategori operasional
konkret. Sehingga dalam proses pembelajarannya masih membutuhkan suatu
perantara yang bisa menggambarkan hal-hal yang abstrak kedalam bentuk yang
konkret agar dapat ditangkap oleh siswa. Memasukan hal abstrak ke dalam bentuk
konkret yang sederhana adalah dengan menggunakan gambar. Jadi menggunakan
media gambar untuk pembelajaran terutama di Sekolah Dasar merupakan hal yang
tepat.
Penerapan hasil pengembangan media gambar dinilai mampu membantu
siswa dalam menangkap mata pelajaran yang disampaikan oleh guru. Di samping itu,
daya tarik gambar sebagai media pembelajaran bergantung kepada usia siswa. Siswa
kelas rendah lebih menyenangi gambar-gambar yang sederhana dan bersifat realistis
seperti gambar-gambar naturalis dari pada siswa kelas tinggi.
Keefektifan pengembangan atau penggunaan media gambar dalam proses
belajar-mengajar, juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Spaukling (dalam Soeparno, dkk, 1998:25) menguraikan tentang bagaimana siswa
belajar melalui gambar, sebagai berikut:
a) Gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat
siswa secara efektif,
b) Gambar harus dikaitkan dengan kehidupan nyata agar minat siswa
menjadi efektif, dan
c) Gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam
menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi teks yang menyertainya.
Sedangkan menurut Sudjana (2010:12) tentang bagaimana siswa belajar
melalui gambar-gambar adalah sebagai berikut:
14
a) Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat
ditafsirkan berdasarkan pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran
kata-kata.
b) Ilustrasi gambar merupakan perangkat pembelajaran yang dapat menarik
minat belajar siswa secara efektif.
c) Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama
dalam penafsiran dan mengingat-ingat materi teks yang menyertainya.
d) Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau
satu halaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.
e) Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar
minat siswa menjadi efektif.
f) Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak
bertentangan dengan gerakan mata pengamat dan bagian-bagian yang
penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan pada bagian kiri atas medan
gambar.
Dengan demikian, melalui uraian kesimpulan dan penelitian para ahli diatas
tentang pembelajaran dengan menggunakan media gambar, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dengan media gambar akan lebih efisien karena pembelajaran ini
memadukan fakta dan gagasan secara konkret, jelas, kuat melalui gambar. Dan dalam
model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture kita menggunakan gambar
sebagai bahan ajar.
2.1.4.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and
Picture
Menurut Suprijono, (2012: 125) langkah –langkah dalam picture and picture
yaitu:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar.
15
c. Guru menunjukan/ memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi.
d. Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep
materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan/ rangkuman.
2.2. Kerangka Pikir
Proses belajar mengajar merupakan suatu bentuk komunikasi yaitu
komunikasi antara siswa dengan guru. Di dalam komunikasi tersebut terdapat
pengalihan pengetahuan, keterampilan ataupun sikap dan nilai dari guru kepada siswa
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Siswa dipandang sebagai titik pusat terjadinya proses belajar. Guru lebih
berperan sebagai fasilitator dan motivator belajarnya siswa, membantu dan
memberikan kemudahan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya sehingga terjadi suatu interaksi aktif. Dalam
proses belajar mengajar demikian agar membuahkan hasil sebagaimana diharapkan,
maka kedua belah pihak baik siswa maupun guru perlu memiliki sikap, kemampuan,
dan keterampilan yang mendukung proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
tertentu.
Dalam
pembelajaran
IPS
guru
masih
menggunakan
pendekatan
pembelajaran konvensional dan metode ceramah. Pada umumnya guru memulai
pembelajaran langsung pada pemaparan materi, kemudian pemberian contoh, dan
selanjutnya mengevaluasi siswa melalui latihan soal. Guru dalam mengajar masih
monoton dan belum menggunakan pendekatan pembelajaran yang inovatif. Sehingga
menciptakan suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan dan kurang menarik
16
bagi siswa. Hal tersebut menyebabkan siswa pasif dan mudah bosan ketika proses
pembelajaran berlangsung. Banyak siswa yang mencari kegiatan bermain sendiri.
Akibatnya hasil belajar siswa pun kurang baik.
Dari permasalahan di atas, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas
(PTK) menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.
Gambar 2.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Subyantoro (2009)
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus atau lebih dengan empat
tahapan pada setiap siklusnya. Dimulai dari tahap perencanaan kemudian tindakan,
observasi, dan refleksi. Pada tahap tindakan dan observasi dilakukan bersamaan.
2.3. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah jika diterapkan model kooperatif tipe
picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS
dengan tingkat ketuntasan 80% berdasarkan nilai KKM 75 dan perkembangan sikap
siswa menjadi semakin baik.
Download