BAGIAN I

advertisement
BAB I
KONSEP DASAR AKUNTANSI BIAYA
A. pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya
1. Pengertian Biaya
Pengertian baiya dalam arti sempit, biaya adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi
untuk memperoleh aktiva. Jumlah yang dikorbankan tersebut secara tidak langsung disebut
harga pokok dan dicatat pada neraca sebagai aktiva.
Sedangkan pertain biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur
dalam satuan uang baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Unsur-unsur biaya :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Biaya dapat diukur dalam satuan uang
3. Biaya merupakan pengorbanan yang telah terjadi maupun akan terjadi
4. Biaya merupakan pengorbanan yang mempunyai tujuan tertentu
2. Pengertian Akuntansi Biaya
Pada perusahaan industri tugas bagian akuntansi selain menyediakan informasi keuangan juga
menyediakan informasi biaya produksi untuk kepentingan manajemen.
Kegiatan perusahaan industri meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Membeli bahan baku untuk sementara disimpan
b. Mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Dalam pengolahan bahan baku hinga produk
selesai memerlukan jasa tenaga kerja
c. Menyimpan sementara produk jadi
d. Menjual produk jadi
Proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi disebut proses produksi, sedangkan biayabiaya yang dikeluarkan untuk menjadi produk jadi disebut biaya produk barang jadi. Biaya
produksi meliputi, biaya bahan baku; biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik (biaya
lain-lain yang terjadi di pabrik).
Biaya yang terjadi tersebut perlu dikumpulkan untuk menentukan harga pokok produksi
melalui proses akuntansi yang disebut Akuntansi Biaya
Dept. Accounting
-1–
Jadi akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian
biaya-biaya pembuatan produk, penjualan produk atau peneyerahan jasa dengan cara-cara
tertentu, serta penafsiran terhadap hasilnya. Akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memnuhi
pemakai di dalam perusahaan maupun pemakai di luar perusahaan. Sasaran akuntansi biaya
adalah transaksi keuangan yang berhubungan dengan biaya secara umum dan tujuan akuntansi
biaya menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen.
B. Hubungan antara Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Manajemen.
1. Akuntansi Keuangan.
Akuntnasi keuangan adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan
untuk kepentingan pihak luar. Yang dimaksud pihak luar adalah pihak-pihak diluar
manajemen perusahaan.
Informasi keuangan perusahaan disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang mencakup
neraca; laporan laba-rugi; laporan perubahan modal atau laporan laba yang ditahan serta
laporan lainnya. Oleh karena itu laporan keuangan merupakan alat komunikasi bagi pihak
luar perusahaan dengan kegiatan perusahaan. Dengan menganalisis neraca mereka akan
mengetahui posisi keuangan perusahaan. Sedangkan laporan laba-rugi dapat diketahui hasil
usaha dan perkembangan perusahaan. Laporan keuangan menyangkut kepentingan pihak
ekstern perusahaan. Oleh karena itu transaksi yang menjadi obyek akuntansi keuangan
adalah transaksi perusahaan yang sifatnya umum ( perubahan harta, utang dan modal
perusahaan)
2. Akuntansi Manajemen.
Akuntansi manajemen adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan
untuk pihak manajemen. Jenis informasi yang diperlukan manajem,en dalam banyak hal
berbeda dengan informasi yang diperlukan pihak luar. Umumnya informasi untuk
keperluan manajemen bersifat sangat mendalam dan tidak dipublikasikan kepada umum.
Kegiatan akuntansi manajemen meliputi bidang-bidang sebagai berikut :
a. Merancang system pengumpulan data
b. Menyediakan data yang relevan dengan keputusan manjemen yang akan diambil
c. Membantu manajemen dalam menentukan alternative (pilihan) tindakan
Dept. Accounting
-2–
d. Membantu manajemen dalam menenetukan alternative yang lebih baik untuk
memecahkan suatu masalah.
e. Membantu manajemen dalam merencanakan kegiatan di masa yang akan datang
Kedua akuntansi tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan yang antara lain :
Perasamaan:
1. Keduanya merupakan pengolah informasi yang menghasilkan informasi keuangan.
2. Keduanya berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan yang bermanfaat bagi yang
berkepintingan
Perbedaan :
1. Akuntansi keuangan terutama ditujukan untuk menyajikan informasi keuangan bagi
pemakai di luar perusahaan, seperti pemegang saham, kreditur, pemerintah dl
2. Akuntansi manajemen ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan bagi
keperluan manajemen.
Adapun akuntansi biaya mempunyai tujuan menghitung biaya produksi untuk menetapkan
harga pokok produksi dan menyusun laporan biaya guna memenuhi keperluan manajemen,
karena akuntansi biaya hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai di dalam
perusahaan, maka akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen.
C. Penggolongan Biaya.
1. Menurut obyek pengeluaran.
a. Pembelian bahan baku disebut biaya bahan baku
b. Pembayaran tenaga kerja disebut biaya tenaga kerja
c. Pembayaran biaya-biaya lain yang terjadi di pabrik disebit biaya overhead pabrik
2. Atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan
a. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk mengolah bahan baku
menajdai produk jadi.
b. Biaya administrasi dan umum adalah biaya dalam hubungannya dengan pengatu
ran atau koordinasi kegiatan produksi
c. Biaya penjualan/ pemasaran adalah biaya yang berhubungan dengan kegiatan pe
masaran/ penjualan.
3. Hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai
Dept. Accounting
-3–
a. Biaya bahan langsung adalah semua bahan untuk membentu suatu kesatuan yang
tidak terpisahkan dengan produk jadi
b. Biaya tenga kerja langsung upah para pekerja yang secara langsung membuat pro
duk dan jasanya dan langsung dihituing kedalam harga pkok produk.
c. Biaya produksi tidak langsung adalah biaya selain bahan langsung dan tenaga ker
ja langsung yang terjadi di pabrik, macam biaya ini disebut biaya overhead pabrik
4. Tingkah laku terhadap peubahan volume produksi
a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak terpengaruh terhadap vo
lume produksi
b. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan
volume produksi.
c. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah tidak sebanging dengan
volume produksi.
5. Menurut waktu manfaat
a. Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang dapat dinikmati lebih
dari satu periode akuntansi atau satu tahun
Pada saat terjadinya pengeluaran modal dicatat sebagai harga pokok aktiva dan di
bebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaat dengan mengalokasikan se
bagian harga pkok aktiva tersebut sebagai penyusutan.
b. Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure) adalah biaya yang hanya mempu
nyai manfaat dalam satu periode akuntansi dimana biaya tersebut terjadi.
D. Tujuan Akuntansi Biaya.
1. Menyajikan informasi biaya untuk mengitung harga okok produksi
2. Menyajikan informasi biaya dalam rangka pengendalian
3. Menyajikan informasi biaya untuk membantu manajemen dalam pembuatan angga
ran dan perencanaan laba.
4. Menyajikan informasi biaya untuk pengambilan keputusan
E. Metode Pengumpulan Biaya
1. Cara memproduksi atas dasar pesanan.
Pada perusahaan yang memproduksi atas dasar pesanan cara pengumpulan biaya
produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan, biaya produksi yang
Dept. Accounting
-4–
dikumpulkan untuk setiap jenis pesanan dan harga pokok persatuan yang dihutng dengan
rumus
Harga Pokok per Satuan =
Jumlah produksi settiap pesanan
___________________________
Jumlah produk yang dipesan
2. Cara memproduksi atas dasar produksi masa
Pada perusahaan yang memproduksi masa cara pengumpulan biaya produksi dengan
menggunakan metode harga pokok proses.
Dalam metode ini biaya produksi dikumpulkan selama periode tertentu. Sedangkan harga
pokok per satuan produk yang dihasilkan pada periode tertentu dihutng dengan rumus :
Harga pokok per satuan = Jumlah produksi selama satu periode
Jumlah produk yang dihasilkan
F. Sistimatika Akuntansi Biaya
Perhitungan Biaya Produksi
1. Perhitungan biaya produksi sebelum proses produksi dilakukan, dalam menghitung
biaya produksi sebelum proses produksi dilakukan biasanya biaya produksi
ditetapkan berdaarkan pengeluaran yang telah lalu, kemudian diperhitungan
kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang, perhitungan ini
dipergunakan untuk menentukan harga pokok produksi.
2. Perhitungan biaya setelah prose produksi selesai, perhitungan biaya produksi
semacam inin dengan mendasarkan atas pencatatan biaya-biaya yang sesungguhnya
terjadisehingga diperoleh jumlah biaya untuk produksi tertentu.
Contoh :
Perusahaan Gadjah Oleng dalam mengerjakan produk tertentu berdasarkan pengalaman
ditetapakan biaya-biaya sebagai berikut :
Biaya bahan baku
Rp.1.000.000,Biaya tenaga kerja langsung
Rp. 750.000,Biaya overhead pabrik
Rp.1.250.000,Jumlah biaya produksi
Rp.3.000.000,Setelah produk selesai dikerjakan dipeoleh data biaya sebagai berikut :
Biaya bahan baku
Rp.1.100.000,Biaya tenaga kerja langsung
Rp.1.000.000,Biaya overhead pabrik
Rp. 800.000,Jumlah biaya produksi
Rp.2.900.000,Dept. Accounting
-5–
Bab II
PERHITUNGAN DAN PENCATATAN
BIAYA PRODUKSI
A. Pendahuluan.
Dalam perusahaan industri terdapat tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi; pemasaran dan
administrasi umum.
Berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan, biaya digolongkan menjadi biaya produksi;
biaya pemasaran dan biaya administrasi umum. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang
terjadi dalam hubungan dengan proses pengolahan bahan baku sampai pada produk jadi.
Biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya bahan baku; biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik.
Komponen yang mencakup biaya produksi adalah :
1. Biaya bahan baku, bahan baku adalah bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tak
terpisahkan dari produk jadi dan merupakan biaya utama dalam proses pembuatan
produk. Harga pokok bahan baku yang dikorbankan dan diolah dalam proses produksi
disebut biaya bahan baku.
2. Biaya tenaga kerja adalah jasa sumber daya manusia yang dinilai dengan satuan uang,
yang dikorbankan dalam usaha memperoleh pendapatan bagi karyawan.
3. Biaya Overhead Pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga
kerja, seperti : biaya listrik dan telepon, biaya perawatan mesin, biaya penyusutan mesin,
biaya pelatihan dan sebagainya.
B. Biaya Bahan Baku
1. Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
Dalam menentukan harga poko bahan baku yang dibeli dengan mendasarkan :
a. Harga faktur
b. Biaya angkut pembelian
c. Biaya-biaya lain yang berhubungan untuk mendapatkan bahan baku tersebut
Sementara potongan pembelian, jumlah ptongan pembelian diberlakukan sebagai
pengurang harga pokok bahan baku yang dibeli.
Dept. Accounting
-6–
Mengenai baiaya angkut pembelian, dalam hal bahan baku yang dibeli hanya satu jenis tidak
ada kesulitan dalam membebankan biaya angkut pembelian bahan baklu yang dibeli. Tetapi
bila perusahaan membeli lebih dari satu jenis bahan baku maka perhitungan harga pokok
bahan baku yang dibeli dengan mendasarkan :
1. Berdasarkan perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku, cara ini hanya dapat
dilakukan apabila satuan bahan baku yang dibeli sama atau disamakan.
Contoh :
Perusahaan Medro membeli dua jenis bahan baku sebagai berikut :
Bahan A
30.000 kg @ Rp.800,-
Rp.24.000.000,-
Bahan B
20.000 kg @ Rp.700,-
Rp.14.000.000,-
Jumlah
50.000 kg
Rp.38.000.000,-
Biaya angkut pembelian untuk ke dua jenis bahan baku tersebut Rp.2.500.000
Jumlah ini dialokasikan pada bahan baku A dan B dengan perhitungan :
Bahan A
Bahan B
= 30.000 x Rp.2.500.000,- = Rp.1.500.000
50.000
= 20.000 x Rp.2.500.000,- = Rp.1000.000
50.000
2. Berdasarkan perbandingan harga faktur
Bahan A
Bahan B
= 24.000.000 x Rp.2.500.000,38.000.000
= 14.000.000 x Rp.2.500.000,38.000.000
= Rp.1.578.947,36
= Rp.
921.052,64
2. Perhitungan Harga Pokok Bahan Baku Yang dipakai
1. Biaya Bahan Baku, adalah harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses
produksi. Perhitungan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi
tergantung pada system pencatatan pencatatan persediaan dan metode penilaian
persediaan bahan baku yang diterapkan. Terdapat dua system pencatatan persediaan
yaitu system fisik dan system perfectual. Sementara metode penilaian bahan baku
yang biasa digunakan adalah metode FIFO; LIFO dan Rata-rata tertimbang.
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi pada dasarnya adalah hasil
kuantitas dengan harga satuan bahan baku yang dipakai. Penentuan kuantitas bahan baku
Dept. Accounting
-7–
tergantung pada system pencatatan dan penentuan harga satuannya tergantung pada
metode penilaian persediaan yang digunakan.
Contoh :
Data bahan baku PT KAPILUX selama bulan Maret 2008 adalah sebagai berikut :
Maret 1. Persediaan
5.000 kg @ Rp.1.200,-
Maret 10 Pembelian
8.000 kg @ Rp. 1.000,-
Maret 15 Pemakaian proses produksi 10.000 kg
Maret 23 Pembelian
7.000 kg @ Rp. 1.500,-
Maret 28 Pemakaian proses produksi 6.000 kg
Harga pokok bahan baku yang dipakai dapat dihitung dengan metode :
1. Metode FIFO (masuk pertama keluar pertama)
Menurut metode FIFO bahan baku yang masuk pertama dianggap bahan baku yang
pertama dipakai dalam proses produksi. Dari contoh diatas harga pokok bahan baku
yang dipakai sebesar :

Pemakaian pada tanggal 15 Maret sebanyak 10.000 Kg adalah :
5000 Kg @ Rp.1.200,-
= Rp.6.000.000,-
5000 Kg @ Rp.1.000,-
= Rp.5.000.000,Rp.11.000.000,-

Pemakaian pada tanggal 28 Maret sebanyak 6.000 Kg :
3000 Kg @ Rp.1.000,-
= Rp. 3.000.000,-
3000 Kg @ Rp.1.500,-
= Rp. 4.500.000,Rp. 7.500.000,Biaya Bahan Baku
Rp.18.500.000,
2. Metode LIFO ( Masuk Terakhir Keluar Pertama)
Pada metode LIFO bahan baku yang masuk terakhir dianggap yang pertama kali
dipakai dalam proses produksi.
Contoh :

Pemakaian pada tanggal 15 Maret 10.000 Kg adalah :
8000 Kg @ Rp. 1.000,-
= Rp. 8.000.000,-
Dept. Accounting
-8–
2000 Kg @ Rp. 1.200,-
= Rp. 2.400.000,Rp. 10.400.000,-

Pemakaian pada tanggal 28 Januari 6.000 Kg adalah
6000 Kg @ Rp.1.500,-
=
Rp. 9.000.000,-
Biaya Bahan Baku
Rp.19.400.000,-
3. Metode Rata-rata tertimbang
Pada metode rata-rata tertimbang, harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses
produksi adalah hasil kali kuantitas bahan baku yang dipakai dan harga pokok ratarata per unit. Dari contoh diatas harga pokok bahan baku yang
dipakai adalah :
Harga pokok rata-rata tiap Kg.
5.000 kg
@ Rp.1.200,-
= Rp. 6.000.000,-
8.000 kg
@ Rp.1.000,-
= Rp. 8.000.000,-
7.000 kg
@ Rp.1.500,-
= Rp.10.500.000,-
20.000 kg
= Rp.24.500.000,-
Harga pokok rata-rata tiap kg = Rp.24.500.000,- : 20.000 kg = Rp.1.225,Harga pokok pemakaian bahan baku adalah :
= 16.000 kg X Rp.1.225,- = Rp.19.600.000,3. Pencatatan Biaya Bahan Baku
Pencatatanbahan baku meliputi pencatan pemebelian dan pemakaian bahan baku dalam
proses produksi. Sementara teknis pencatatannya tergantung sistem pemcatatatan
persediaan yang diterapkan. sistem pencatatan dibedakan antara lain :
a.Pencatatan sistem Fisik, dalam pencatatan sistem fisik harga pokok bahan baku yang
dipakai dalam proses produksi dihitung dan dicatat pada setiap periode, setelah lebih
dulu dihitung harga pokok bahan baku pada akhir periode. Dengan demikian selama
periode berjalan tidak ada pencatatan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses
produksi.
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi selama periode dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut :
Pembelian bahan baku awal periode …Rp.xx
Dept. Accounting
-9–
Harga pokok bahan baku yang dibeli…Rp.xx (+)
Hp. BB yang tersedia untuk dipakai
Rp.xx
Harga pokok bahanakhir………………Rp.xx (-)
Hp. BB yang dipakai dalam proses Prod. Rp.xx
4. Prosedur Pencatatan Baya Bahan Baku
1. Transaksi pembelian bahan baku dicatat di (D) pada akun persediaan bahan baku dan
(K) pada akun Hutang/ Kas. Bahan baku hanya berfungsi sebagai tempat mencatat
harga pokok persediaan BB pada awal periode. Pada akhir periode, saldo akun
persediaan BB dipindahkan pada akun BDP atau akun ikhtisar produksi. Dengan
demikian, harga pokok BB yang tersedia untuk dipakai akan nampak disisi (D) akun
BDP. Sementara akun persediaan BB dan akun pemebelaian BB menjadi nol
2. Harga pokok bahan baku pada akhir periode adalah dihitung secara fisik dicatat
idsebelah (D) pada akun persediaan BB, dan (K) pada akun persediaan BDP.
Sehubungan dengan pencatatan bahan diatas, saldo akun BDP menunjukkan harga
pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi (biaya bahan baku) selama
periode yang bersankutan. Metode FIFO , LIFO atau rata-rata Dalam pencatatan
sistim fisik, namapak harga pokok BB yang dipakai dalam proses produksi baru dapat
ditentukan setelah Harga pokok BB akhir periode diketahui. Nilai persediaan BB
pada akhir periode tergantung pada metode penilaian persediaan yang diterapkan,
dalam artian menggunakan tertimbang
Contoh metode penilaian persediaan FIFO
PT. Kolang Kaling mempunyai data Bahan Baku untuk bulan Juli 2007 sebagai berikut :
Juli 1, Persediaan 12.000 Kg@ Rp.1.000
Juli 5, Pembelian 12.000 Kg@ Rp.1.250
Juli 12, Pembelian 6.000 Kg@ Rp.1.250
Juli 31, Persediaan 1.000 Kg
Berdasarkan data BB diatas, Jurnal yang dibuat PT Kolang-Kaling Sbb:
Dept. Accounting
- 10 –
1. Jurnal untuk mencatat BB yang dibeli selama bulan Juli 2007 ( secara kolektif) sebagai
berikut :
Juli 31,Pembelian BB Rp. 23.400.000(D)
Hutang Dagang Rp.23.400.000(K)
Jurnal yang dibuat pada akhir periode
Juli 31, BDP Rp. 23.400.000 (D)
Pembelian BB Rp.23.400.000 (K)
Untuk memindahkan akun Persediaan BB ke akun BDP sebagai berikut :
Juli 31, BDP Rp.12.000.000 (D)
Persediaan BB Rp.12.000.000 (K)
2. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan BB akhir periode.
Harga pokok persediaan 31 Juli 2007 sebanyak 1000 Kg, dihitung menerapkan FIFO,
bahan baku yang dibeli dianggap yang lebih dulu dipakai dalam proses produksi, maka BB
yang belum dipakai pada akhir periode sebanyak 1000 Kg terdiri :
6000 Kg @ Rp1.400,- = Rp.8.400.000,- ( Pembl.12 Juli)
4000 Kg @ Rp.1.250,- = Rp 5.000.000,- (Pembl 5 Juli)
Rp.13.400.000,Jurnal tanggal 31 Juli 2007 sebagai berikut :
Persediaan BBRp. 13.400.000,- (D)
Barang Dalam Proses
Rp.13.400.000,- (K)
Dept. Accounting
- 11 –
Prosedur pecatatan biaya bahan baku ke dalam Buku Rekening
Persediaan BB
Barang Dalam Proses
Pembelian BB
Hutang Dagang
Akun BDP pada bagan buku rekening menunjukkan saldo debit Rp.22.000.000 (12.000.000
+ 23.400.000 – 13.400.000) jumlah tersebut menunjukkan bahwa biaya BB yang terjadi
bulan Juli 2007 adalah sebesar = 22.400.000
Pencatatan Sistem Perfectual
Menurut pencatatan sistem perfectual, harga pokok bahan baku yang dibeli dan harga
pokok bahan baku yang diproses dalam produksi dicatat dalam akun BDP (D) dan akun
persediaan BB (K).
Dengan demikian, metode penilaian persediaan diterapkan untuk menghitung harga pokok bahan
baku yang diproses.
Berikut contoh pencatatan sistem perfectual dengan metode FIFO, LIFO dan rata-rata tertimbang
Data Persediaan BB PT Rebah Semangat selama bulan Juli 2007 adalah sebagai berikut :
1. Juli, persediaan 6.500 Kg @Rp.4.250,5. Juli, pembelian 8.500 Kg @ Rp.4.550,-
pembayaran n/30
10. Juli, masuk dalam proses 10.000 Kg.
1. Pencatatan sistem perfectual LIFO.
Juli 5. Persediaan BB Rp.38.675.000 (D)
Hutang Dagang Rp.38.675.000 (K)
Harga pokok yang diproses 10 Juli 10.000 Kg dihitung dengan metode FIFO sbb:
Dept. Accounting
- 12 –
6.500 Kg @ Rp.4.250,-
= Rp.27.625.000,-
3.500 Kg @ Rp.4.550,-
= Rp.15.925.000,-
Jumlah
= Rp.43.550.000,-
2. Pencatatan sistem perfectual LIFO
Pencatatan transaksi pemeblian bahan baku dicatata sama dengan diatas. Sementara harga
pokok bahan baku yang diproses seanyak 10.000 Kg dihitung dengan metode LIFO
sebagai berikut :
8.500 Kg @ Rp.4.550
= Rp.38.675.000,-
1.500 Kg @ Rp.4.250,-
= Rp. 6.375.000,-
Jumlah
= Rp.43.050.000,-
Jumlah ini dicatata dalam akun BDP seperti pada contoh diatas.
3. Pencatatan sistem perfectual rata-rata tertimbang
Perbedaan dengan pencatatan diatas, terletak pada perhitungan harga pokok bahan baku yang
diproses dalam produksi. Harga pokok bahan yang yang diproses pada contoh diatas jika
dihitung dengan metode rata-rata tertimbang sebagai beikut :
Persediaan 6.500 Kg @ Rp.4.250.000,- = Rp.27.625.000,Pembelian 8.500 Kg @ Rp.4.550.000,- = Rp.38.675.000,Jumlah
15.000 Kg
=Rp. 66.300.000,-
Harga pokok rata-rata tertimbang tiap Kg pada saat terjadi transaksipemakaian bahan baku dalam
produksi adalah Rp.66.300.000 = Rp.4.420,15.000
Hara pokok bahan baku yang masuk dalam proses produksi 10 Juli 2007 sebesar 10.000 X 4.420
= 44.200.000
Dalam penerapan sistem Perfectual, baik transaksi pembelian maupun pemakaian bahan baku
dicatat juga dalam kartu persediaan. Kartu ini disediakan untuk setiap jenis bahan baku dan
berfungsi sebagai buku pembantu untuk persediaan bahan baku.
contoh: Pencatatan bahan baku dalam kartu persediaan.
Kartu persediaan bahan baku C-1 PT Wijaya bulan Oktober 2006.
Oktober 1 Persediaan 18.000 Kg @ Rp.2.500,Oktober 5 Pembelian 12.000 Kg @ Rp.3.000,Oktober 8 Masuk dalam proses produksi 20.000 Kg
Dept. Accounting
- 13 –
Oktober 15 Pembelian 10.000 Kg @ Rp.3.200,Oktober 20 Masuk dalam proses produksi 15.000 Kg
Dari mutasi persediaan BB C-1, dengan menggunakan metode FIFO sebagai berikut :
Tanggal
Pemeblian
H/unit
Jumlah
Unit
1-Oct
-
5-Oct
12000
Rp 3,000
-
10000
Rp 3,200
-
Pemakaian
H/unit
Jumlah
-
-
Rp 36,000,000
8-Oct
15-Oct
Unit
Jumlah
18000
Rp
2,500
Rp
45,000,000
12000
Rp
3,000
Rp
36,000,000
18000
Rp 2,500
Rp45,000,000
-
Rp
-
Rp
-
2000
Rp 3,000
Rp 6,000,000
10000
Rp
3,000
Rp
30,000,000
10000
Rp
3,000
Rp
30,000,000
10000
Rp
3,200
Rp
32,000,000
-
-
Rp 32,000,000
20-Oct
Saldo
H/unit
Unit
10000
Rp 3,000
Rp30,000,000
5000
Rp 3,200
Rp16,000,000
5000
Rp
3,200
Rp
16,000,000
C. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja merupakan unsur utama yang digunakan untuk mengubah bahan baku
menjadi produk jadi. Oleh karenanya, pemahaman terhadap elemen biaya tenaga kerja
mutlah berdampak terhadap pembayaran gaji dan upah, oleh karena itu kebutuhan tenaga
kerja harus disesuaikan dengan tingkat volume kegiatan.
Untuk memahami biaya tenaga kerja ada beberapa hal yang perlu dibahas :
1. Pengertian biaya tenaga kerja
2. Daftar gaji dan upahuntuk dipahami. Hal ini sangat berguna euntuk efisiensi Perusahaan.
Terutama untuk merekrut tenaga kerja akan
3. pembebanan gaji dan upah
4. Menerapkan tentang pencatatan biaya tenaga kerja
Pengertian Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah jasa sumber daya manusia yang dinilai dengan satuan uang yang
dikorbankan dalam usaha memeperoleh pendapatan. Gaji dan upah karyawan dihitung dari
jumlah jam kerja dikalikan tariff upah setelah dikurangi potongan-potongan
Penggolongan Tenaga Kerja
1. Penggolongan tenaga kerja menurut fungsi pokok dalam perusahaan.
a. Tenaga kerja bagian produksi adalah tenaga kerja yang secara langsung atau tidak
langsung terlibat dalam kegiatan produksi sehingga jasa yang diberikan kepada
Dept. Accounting
- 14 –
tenaga kerja bagian produksi akan dimasukkan unsur harga pokok produksi sebagai
biaya tenaga kerja langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan pabrik.
b.
Tenaga kerja bagian pemasaran adalah tenaga kerja yang berhubungan dengan
distribusi/ penjualan hasil produksi, sehingga jasa yang diberikan kepada tenaga kerja
bagian pemasaran tidak termasuk unsur biaya produksi tetapi dimasukkan dalam
unsur biaya penjualan.
c. Tenaga kerja bagian Umum dan Administrasi adalah tenaga kerja yang berhubungan
dengan kegiatan administrasi dan umum yang ada di kantor sehingga jasa yang
diberikan kepada tenga kerja atau pegawai umum bagian administrasi termasuk
kelompok biaya umum dan administrasi.
2. Penggolongan tenaga kerja menurut hubungannya dengan Produk.
a. Tenaga kerja langsung adalah tenga kerja yang secara langsung menangani proses
pengolahan bahan baku hinga produk jadi.
b. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang secara tidak langsung
menangani proses pengolahan bahan tetapi membantu atas peneyelesaian produk
dalamperusahaan.
3. Penggolongan tenaga didik kerja menurut Pendidikan/ kemampuan.
a.
Tenaga kerja ter adalah tenaga kerja yang untuk menduduki profesinya kareana
adanya pendidikan secara formal.
b. Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang untuk menduduki profesinya karena
adanya ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan non formal
c. Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian
khusus (baiasanya sebagai tenaga kasar) tenaga harian.
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
1. Pencatatan dan Perhitungan waktu kerja, kegiatan pertama yang dilakukan dalam
akuntansi tenaga kerja adalah menmcatat waktu kerja. Kegiatan tersebut dilaksanakan
oleh bagian personalia dengan dibuatkan kartu jam hadir bulanan atau dapat pula
didasarkan pada satuan produkyang dihasilkan pekerja yang bersangkutan.
Dept. Accounting
- 15 –
Contoh :
KARTU JAM KERJA
:……………………..
:……………………..
Nama
Periode
Hari/Tanggal
Jam
Masuk
Jam
Istirahat
Jam
Kembali
Jam
pulang
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
Jumlah
Jumlah
jam
9
Unit kerja
:………….
Jam
reguler
Jam
lembur
7
2
Pencatatan dan perhitungan waktu/ jam kerja diatas dikirim ke bagian pembuatan daftar
gaji sebagai dasar untuk penyusunan daftar gaji dan upah.
2. Perhitungan jumlah biaya tenaga kerja, dari perhitungan waktu kerja dapat dipakai dasar
untuk penyusunan daftar gaji, baik untuk tenaga kerja langsung maupun tidak langsung
ataupun tenaga kerja bagian pemasaran, administrasi dan umum.
Contoh :
No.
1
2
3
Jam
Nama
Kerja
Sukiman
50
Sukimun
45
Sukinah
49
Jumlah
Terif/ jam
Rp 4.500
Rp 5.000
Rp 3.800
Gaji Kotor
Rp
Rp
Rp
Rp
225.000
225.000
186.200
636.200
Potongan
PPh. Ps.21
Rp
2.813
Rp
2.813
Rp
2.328
Rp
7.953
Pinjaman
Rp 17.000
Rp 20.000
Rp 12.000
Rp 49.000
Gaji Bersih
Rp
Rp
Rp
Rp
205.188
202.188
171.873
579.248
Pencatatan dan perhitungan waktu jam kerja tersebut dikirim ke bagian pembuatan daftar
gaji, baik untuk tenaga kerja langsung maupun tenaga kerja tidak langsung, maupun tenaga
kerja bagian pemasaran, administrasi dan umum.
Daftar upah secara umum dapat dicatat dalam jurnal sebagai berikut :
1. Pada saat upah dan gaji ditetapkan/ diperhitungkan
Gaji dan Upah
Utang PPh. Karyawan
Rp.xxxxx
Rp.xxxxx
Dept. Accounting
- 16 –
Utang asuransi
Rp.xxxxx
Piutang Karyawan
Rp.xxxxx
Utang gaji dan upah
Rp.xxxxx
2. Pada saat upah dan gaji dibayarkan.
Utang gaji dan upah
Rp.xxxxx
Kas
Rp.xxxxx
3. Pada saat PPh. karyawan dan asuransi tenaga kerja disetor ke kas Negara dan kantor
asuransi.
Utang gaji dan upah
Rp.xxxxx
Utang astek
Rp.xxxxx
Kas
Rp.xxxxx
Pembebanan Biaya Tenaga Kerja
Jumlah gaji dan upah yang telah dihitungoleh petugas pembuat daftar gaji dan upah
kemudian dialokasikan / dibebankan ke masing-masingjenis biaya, dengan mendebet
masing-masing biaya dan mengkredit gaji dan upah dengan jurnal sebagai berikut :
BDP- Biaya tenaga kerja langsung
Rp.xxxxx
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp.xxxxx
Biaya Pemasaran
Rp.xxxxx
Gaji dan Upah
Rp.xxxxx
Catatan :
1. Rekening BDP-biaya tenaga kerja langsung (D) untuk mencatat pembebanan gaji dan
upah tenaga kerja yang langsung mengerjakan proses produksi.
2. Rekening BOP sesungguhnya untuk mencatat pembebanan gaji dan upah tenaga kerja
tidak langsung menangani proses produksi, tetapi menagani proses produksi.
3. Rekening biaya pemasaran untuk mencatat alokasi/ pembebanan gaji dan upah tenaga
kerja dibidang distribusi hasil produksi.
Dept. Accounting
- 17 –
4. Rekening biaya umum dan administrasi untuk mencatat pembebanan gaji dan upah
tenaga kerja di bagian kantor (adm. Dan umum).
D. Biaya Overhead Pabrik
Biaya produksi tidak langsung atau Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain
bahan baku dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam perhitungan harga pokok biaya
overhead yang terjadi sangat sulit untuk dibebankan langsung kepada produk sehingga BOP
yang dibebankan kepada produk biasanya atas dasar tarif BOP tunggal dan tarif BOP
Departemen.
Pembahasan ini antara lain :
1. Pengertian Biaya Overhead Pabrik
2. Tarif BOP tunggal dan BOP Departemen
3. Perhitungan selisih BOP
4. Penerapan pencatatan BOP ke dalam perhitungan harga pokok produksi
A. Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya selain bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya tersebut antara lain : biaya bahan penolong; biaya tenaga kerja tidak
langsung; penyusutan aktiva tetap pabrik; biaya sewa gedung; biaya listrik dan telepon; biaya
pemeliharaan ; dan lain-lain.
B. Jenis-jenis Biaya Overhead Pabrik.
1. Biaya bahan penolong, biaya bahan penolong adalah biaya bahan yang digunakan untuk
membantu penyelesaian suatu produk yang jumlahnya relative kecil, sehingga biaya
tersebutdigolongkan ke dalam biaya produksi tidak langsung.
2. Biaya tenga kerja tidak langsung, adalah biaya tenagakerja yang diberikan kepada pekerja
yang tidak menagani secara langsung dalam proses produksi.
3. Biaya penyusutan aktiva tetap adalah biaya penyusustan atas biaya yang dipergunakan di
pabrik untuk penyelesaian produk baik secara langsung maupun tidak tidak langsung.
4. Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan
perwatan mesin dan peralatan pabrik.
5. Biaya asuransi pabrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk membagi risiko yang terjadi
dalam proses produksi di pabrik.
6. Biaya jasa kepada pihak lain adalah biaya yang timbul karana penggunaan jasa kepada
pihak lain salam penyelesaian dan kelancaran proses produksi
Dept. Accounting
- 18 –
7. Biaya-biaya lain yang sifatnya tidak langsung merupakan biaya yang berhubungan
dengan proses produksi yaitu biaya yang dikeluarkan pada departemen pembantu.
Macam-macam Biaya Overhead Pabrik.
1. Biaya Overhead Pabrik variabel adalah BOP yang jumlahnya berubah sesuai dengan
perubahan volume produksi, sehingga BOP per unit tetap meskipun terdapat perubahan
volume produksi.
2. Biaya Overhead Pabrik tetap adalah BOP yang jumlahnya tidak terpengaruh perubahan
volume produksi, sehingga BOP per unit mengalami perubahan sebanding sebalaik
dengan volume produksi.
3. Biaya Overhead Pabrik semi variabel adalah BOP yang jumlahnya berubah tidak
sebanding dengan volume produksi, biaya ini mengandung unsur tetap dan variabel.
C. Tarif Biaya Overhead Pabrik
Dalam menentukan besarnaya biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
didasarkan atas tarif yang ditentukan dimuka. Besarnaya biaya overhead pabrik tidak
berdasarkan BOP yang sesungguhnya.
Penentuan Biaya Overhead Pabrik berdasarkan sifat biaya antara lain :
1. Biaya overhead pabrik yang terjadi tidak menetu/ tidak merata setiap waktu sehingga bila
didasarkan atas
biaya yang sesungguhnya
terjadi akan mengakibatkan harga poko
produksi lebih besar saat terjadi, pengeluaran harga pokok produk lebih rendah saat tidak
terjadi pengeluaran BOP
2. Biaya overhead pabrik yang sifatnya tetap sehingga biala didasarkan atas biaya yang
sesungguhnya terjadi akan mengakibatkan pembebanan biaya overhead yang mana biaya
per unitnya akan berubah sesuaia dengan perubahan volume produksi setiap periode,
maka pada saat volume produksi rendah biaya overhead per unit akan lebih besar dan
sebaliknya.
3. Biaya Overhead Pabrik yang jumlahnya baru diketahui pada waktu-waktu tertentu
sehingga perubahan BOP pada produk tertentu telah selesai akibatnya harga pokok
produksi yang selesai pada pertengahan bulan tidak dibebani atas BOP yang belum
diketahui jumlahnya.
D. Langkah-langkah Menentukan Tarif Biaya Overhead Pabrik Tarif tunggal
Dept. Accounting
- 19 –
1. Menyusun anggaran Biaya overhead pabrik, dalam menyusun anggaran BOP yang harus
diperhatikan tingkat produksi (kapasitas) yang digunakan sebagai dasar penaksiran
jumlah anggaran BOP. Kapasitas tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Kapasitas teoritis (kapasitas ideal) adalah kapasitas maksimum yang dapat
dihasilkan oleh suatu departemen atau pabrik dalam kondisi yang sempurna tanpa
adanya hambatan baik dari intern maupun ekstern perusahaan.
b.
Kapasitas praktis (kapasitas realistis) adalah kapistas yang dapat dicapai oleh
departemen atau pabrik setelah diperhitungkan adanya hambatan-hambatan yang
tidak dapat dihindarkan dari intern perusahaan.
c.
Kapasitas normal (kapasitas jangka panjang) adalah kapasitas yang dapat
dicapai oleh departemen atau pabrik stelah dikurangi dengan hambatan-hambatan
yang terjadi pada intern perusahaan untuk jangka panjang.
d.
Kapasitas jangka pendek, kapasitas jangka pendek merupakan kapasitas
sesungguhnya yang diharapkan. Oleh karena itu, kapasitas jangka pendek merupakan
kapasitas yang yang diharapkan dapat dicapai oleh departemen pada masa yang akan
datang selama satu periode. Dalam praktek kapasitas yang dipakai sebagai dasar
penyusunan anggaran BOP adalah kapasitas normal dan kapasitas sesungguhnya yang
diharapkan.
2. Menentukan Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik kepada Produk
Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada Produk sebagai berikut:
a. Satuan Produksi
b. Biaya bahan baku
c. Biaya tenaga kerja langsung
d. Jam tenaga kerja langsung
e. Jam mesin
3. Menghitung Tarif Biaya Overhead Pabrik
a. Atas dasar satuan produk, untuk menentukan tarif BOP atas dasar satuan produk
dapat dihitung dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jumlah produk
yang diahsilkan dan hasilnya tarif BOP per unit. Sedangkan pembebannya tarif BOP
per unit dikalikan jumlah produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan.
Dept. Accounting
- 20 –
Tarif BOP =
Taksiran BOP
= Tarif BOP per unit
Taksiran Jumlah produk yang dihasilkan
Contoh :
Taksiran BOP pada satu periode Rp. 7.500.000,- dan taksiran produk yang dihasilkan
pada periode yang bersangkutan 15.000 unit dan produk yang dihasilkan pada periode
yang bersangkutan 12.000 unit.
Tarif BOP = Rp.7.500.000
= Rp.500,-
15.000 unit
BOP yang dibebankan pada produk = 12.000 unit x Rp.500,- = Rp.6.000.000,b. Atas dasar Biaya bahan baku, adalah perbandingan antara taksiran BOP dalam satu
periode dengan taksiran Biaya bahan baku pada periode yang bersangkutan
Tarif BOP =
Taksiran BOP
x 100% = …..%
Taksiran Biaya Bahan Baku
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari biaya
bahan baku dikalikan dengan Biaya bahan baku yang terjadi pada periode yang
bersangkutan.
Contoh :
Taksiran BOP dalam satu periode Rp.250.000,- taksiran biaya bahan baku yang
dipakai pada periode yang bersangkutan Rp.2000.000,- menurut catatan biaya bahan
baku yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan Rp.1500.000,Tarif BOP = 250.000 x 100% = 12,5%
2.000.000
BOP yang dibebankan pada produk = 12,5% x 1500.000 = Rp.187.500,c. Atas dasar biaya tenaga kerja langsung adalah perbandingan antara taksiran BOP
dalam satu periode dengan taksiran biaya tenaga kerja langsung pada periode yang
bersangkutan yang dinyatakan dalam prosentase.
Pembebanan BOP prosentase anggaran biaya tenaga kerja langsung dikalikan dengan
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan.
Tarif BOP =
Taksiran BOP x 100% = …..%
Taksiran Biaya TKL
Dept. Accounting
- 21 –
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari biaya
tenaga kerja langsung dikalikan dengan Biaya tenaga kerja yang terjadi pada periode
yang bersangkutan
Contoh :
Taksiran BOP dalam satu periode Rp.1.000.000,- taksiran biaya tenaga kerja pada
periode yang bersangkutan Rp.1.250.000,- menurut catatan biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan pada peride yang bersangkutan Rp.400.000,Tariff BOP = 1.000.000 x 100%
= 80%
1.250.000
BOP yang dibebankan pada produk = 80% x 400.000 = Rp.320.000,d. Atas dasar jam tenaga kerja langsung, bila tatif BOP didasarkan atas jam tenaga kerja
langsung, maka tariff tersebut dihtung dengan cara membagi taksiran BOP dengan
taksiran jam tenaga kerja langsung.
Tarif BOP =
Taksiran BOP
= tarif jam kerja
Taksiran jam kerja
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari jam
tenaga kerja dikalikan dengan jam tenaga kerja yang terjadi pada periode yang
bersangkutan
Contoh :
Taksiran BOP dalam satu periode Rp.1.000.000,- taksiran jam tenaga kerja pada
periode yang bersangkutan 2500 jam menurut catatan jam tenaga kerja yang terjadi
pada peride yang bersangkutan 2000 jam
Tariff BOP = 1.000.000 = Rp.400,2.500
BOP yang dibebankan pada produk = 2000 x Rp.400,- = Rp.800.000,e. Atas dasar jam kerja mesin, bila tatif BOP didasarkan atas jam a kerja mesin, maka
tariff tersebut dihitung dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jam kerja
mesin.
Tarif BOP =
Taksiran BOP
= tarif jam kerja mesin
Taksiran jam mesin
Dept. Accounting
- 22 –
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari jam
tenaga kerja dikalikan dengan jam tenaga kerja yang terjadi pada periode yang
bersangkutan
Contoh :
Taksiran BOP dalam satu periode Rp.1.000.000,- taksiran jam mesin pada periode
yang bersangkutan 4.000 jam menurut catatan jam kerja mesin yang terjadi pada
peride yang bersangkutan 3.000 jam
Tariff BOP = 1.000.000 = Rp.250,4.000
BOP yang dibebankan pada produk = 3000 x Rp.250,- = Rp.750.000,Untuk menghitung analisis selisih BOP baik selisih anggaran maupun selisih kapasitas
penentuan tariff BOP sering juga dibedakan atas tiga jenis yaitu :
1. Tarif BOP total adalah tariff BOP secara keseluruhan baik BOP Tetap maupun
BOP variabel, rumus yang digunakan untuk menghitung BOP total adalah :
Tarif BOP Total = Taksiran BOP Total
Ukuran Kapasitas
2. Tarif BOP Tetap adalah tariff BOP yang tidak dipengaruhi oleh perubahan volume
produksi, untuk menghitung tariff BOP ini dengan menggunakan
3. Rumus.
Tarif BOP Tetap = Taksiran BOP Tetap
Ukuran Kapasitas
4. Tarif BOP variabel adalah tariff BOP yang berubah sebanding dengan volume
produksi. Untuk menghitung tariff ini dengan menggunakan rumus :
Tarif BOP Variabel = Taksiran BOP Variabel
Ukuran Kapasitas
Contoh :
Perusahaan Industri Maju menetapkan tariff BOP atas dasar jam tenaga kerja
langsung sebagai berikut :
Anggaran BOP tetap
Rp.2.000.000,-
Anggaran BOP variabel Rp.3.000.000,Jumlah jam kerja langsung
10.000 jam
Dept. Accounting
- 23 –
Hitung tarif BOP tetap dan tarif BOP variabel
Jawab :
Tarif BOP Tetap
= 2.000.000
= Rp.200,-
10.000 jam
Tarif BOP Variabel = 3.000.000
= Rp.300,- (+)
10.000 jam
Total Tarif BOP
Rp.500,-
4. Tarif BOP Departemen
Bila dalam pengolahan produksi suatu perusahaan menggunakan beberapa
departemen produksi dan beberapa departemen pembantu, maka untuk
menentukan tarif BOP per Departemen dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Menyusun anggaran Biaya Overhead Pabrik per Departemen.
Untuk mengadakan penyusunan anggaran BOP per departemen terlebih
dahulu harus mendistribusikan BOP tidak langsung ke Departemen yang
menikmati manfaat biaya tersebut. Dasar pendistribusian BOP tidak langsung
Departemen ke Departemen yang menikmati secara umum sebagai berikut :
BOP Tidak Lansung
Dasar Pendistribusian ke Departemen yang
1. Biaya listrik
menikmati
Pemakaian KWH Departemen yang bersankutan
2. Biaya penyusutan gedung
Luas lantai Departemen yang bersangkutan
3. Biaya gaji pegawai
Jumlah karyawan Departemen
4. Biaya Overhead lainnya
Biaya lain Departemen yang bersangkutan
Dept. Accounting
- 24 –
Contoh :
Peursahaan Teka Teki dalam menyusun anggaran BOP per Departemen terdapat data sebagai
berikut :
1. Data Departemen yang menikmati BOP tidak langsung
Departemen
BOP langsung
Luas lantai
KWH
Juml. Karyawan
Produksi A
Rp.5.600.000,-
5.000
350.000
25
Produksi B
Rp.4.400.000,-
3.000
150.000
20
Pembantu X
Rp.3.500.000,-
1.500
75.000
15
PembanttuY
Rp.1.500.000,-
500
125.000
15
2. Data BOP tidak langsung Departemen
Jenis Biaya
a. Biaya listrik
Jumlah
Rp.420.000,-
Dasar
Pemakaian KWH
b. Biaya penyt.gedung
Rp.580.000,-
Luas lantai
c. Biaya gaji pegawai
Rp.300.000,-
Jumlah karyawan
Dari data diatas, pendistribusian BOP tidak langsung Departemen pada Departemen yang
menikmati adalah sebagai berikut :
Dep. yang Menikmati
Dep.Produksi
Dep.Pembantu
A
B
X
Y
15.000.000
5.600.000
4.400.000
3.500.000
1.500.000
Biaya listrik
420.000
210.000
90.000
45.000
75.000
Biya penyusutan gedung
580.000
290.000
174.000
87.000
29.000
Biaya gaji pegawai
300.000
100.000
80.000
60.000
60.000
16.300.000
6.200.000
4.744.000
3.692.000
1.664.000
BOP
BOP langsung
Jumlah
BOP tak langsung
Jumlah
Keterangan :
1. Pendistribusian biaya listrik Rp.420.000,- ke Departemen yang menikmati atas dasar
pemakaian KWH
Dep. Produksi A = 350.000 x Rp.420.000,-
= Rp.210.000,-
700.000
Dep. Produksi B
= 150.000 x Rp.420.000,-
= Rp. 90.000,-
700.000
Dep. Pembantu X = 75.000 x Rp.420.000,700.000
Dept. Accounting
- 25 –
= Rp. 45.000,-
Dep. Pembantu Y = 125.000 x Rp.420.000,-
= Rp. 75.000,-
700.000
2. Pendistribusian biaya penyusutan gedung pabrik Rp.580.000,- ke Departemen yang
menikmati atas dasar luas lantai.
Dep. Produksi A = 5.000 x Rp.580.000,-
= Rp.290.000,-
10.000
Dep. Produksi B
= 3.000 x Rp.580.000,-
= Rp.174.000,-
10.000
Dep. Pembantu X = 1.500 x Rp.580.000,-
= Rp. 87.000,-
10.000
Dep. Pembantu Y = 500 x Rp.580.000,-
= Rp. 29.000,-
10.000
3. Pendistribusian Biaya Gaji pegawai Rp.300.000,- ke Departemen yang menikmati atas dasar
jumlah karyawan.
Dep. Produksi A = 25 x Rp.300.000,-
= Rp.100.000,-
75
Dep. Produksi B
= 20 x Rp.300.000,-
= Rp. 80.000,-
75
Dep. Pembantu X = 15 x Rp.300.000,-
= Rp. 60.000,-
75
Dep. Pembantu Y = 15 x Rp.300.000,-
= Rp. 60.000,-
75
b. Alokasi Biaya Overhead Pabrik Departemen Pembantu ke Departemen
produksi
Setelah diadakan pendistribusian BOP tidak langsung Departemen ke
Departemen yang menikmati (baiki Departemen produksi maupun departemen
pembantu). Selanjutnya mengalokasikan BOP Departemen Pembantu ke
Departemen Produksi.
Ada dua metode yang dapat dipakai untuk mengalokasikan BOP Departemen Pembantu ke
Departemen Produksi antara lain :
A. Metode Alokasi Langsung.
Dept. Accounting
- 26 –
Bila digunakan metode alokasi langsung, maka pembebanan BOP departemen
pembantu dialokasikan langsung ke Departemen produksi yang menikmati. Biasanya
metode ini diterapkan karena jasa departemen pembantu hanya dinikmati oleh
departemen produksi, sehingga tidak dialokasikan ke departemen pembantu lainnya.
Contoh :
Suatu perusahaan industri dalam kegiatan produksi dilakukan melalui dua departemen
produksi dan dua departemen pembantu
Data anggaran BOP sebelum alokasi adalah sebagai berikut :
Departemen Produksi A
Rp.4.350.000,-
Departemen Produksi B
Rp.2.500.000,-
Departemen Pembantu X
Rp.1.000.000,-
Departemen Pembantu Y
Rp.1.200.000,-
Dari data diatas alokasi BOP dari departemen pembantu ke departemen produksi bila
digunakan metode alokasi langsung dengan ketentuan berikut :
Departemen Pembantu
Departemen X
Deptemen Produksi
A
B
60%
40%
Departemen Y
30%
70%
Alokasi BOP Departemen Pembantu ke departemen Produksi dengan metode alokasi
langsung adalah sebagai berikut :
Keterangan
Departemen Produksi
A
B
BOP Dept.Sblm Alokasi 4.350.000 2.500.000
Dep.Pembantu
Dep.X(A.60%,B.40%)
600.000
400.000
Dep.Y(A.30%,B.70%)
360.000
840.000
BOP Dep. Produksi ssdh
alokasidari Dep.pembantu 5.310.000 3.740.000
Departemen Pembantu
X
Y
1.000.000 1.200.000
(1.000.000)
-
(1.200.000)
0
0
-
Keterangan :
1. Alokasi BOP departemen pembantu X Rp.1.000.000,-ke departemen A.60% dan
Departemen B.40%
Dept. Accounting
- 27 –
Dep. Produksi A = 60% x Rp.1000.000,-
= Rp.600.000,-
Dep. Produksi B
= Rp.400.000,-
= 40% x Rp.1000.000,-
2. Alokasi BOP Dep.Pembantu X Rp.1.200.000,- ke Dep. A.30% dan Dep.B.70%
Departemen A = 30% X Rp.1.200.000,-
Rp.360.000,-
Departemen B = 70% X Rp.1.200.000,-
Rp.840.000,-
B. Metode Alokasi Bertahap.
Bila digunakan metode alokasi bertahap, maka perbedaan BOP Departemen Pembantuke
departemen Produksi dilakukan secara bertahap. Hal ini disebabkan karena jasa
departemen pembantu disamping dinikmati deparemen produksi juga dinikmati oleh
deparemen pembantu lainnya, sedangkan pelaksanaannya alokasi bertahap bisa dilakukan
dengan dua cara seperti yang dinikmati oleh departemen pembantu, alokasi tersebut
adalahsebagai beikut :
1. Aloksi bertahap tidak timbale balik
2. Alokasi bertahap timbal balik
Dalam alokasi bertahap timbal balik pelaksanaannya adalah departemen produksi A serta
departemen produksi B , dan BOP departemen pembantu Y, setelah menrima alokasi dari
departemen X akan dialokasikan ke departemen produksi A dan B. dalam hal bisa
digambarkan sebagai berikut :
Keterangan
BOP Sebelum alokasi
Departemen Pembantu
X
Y
XXX
XXY
Dept X
Departemen Produksi
A
B
XXY
XXX
XX
Dept Y
XX
XX
BOP Sesudah alokasi
Nihil
Dept. Accounting
- 28 –
XXX
XX
Nihil
XXX
XY
XXX
Contoh :
Dari contoh diatas buatlah alokasi BOP dari departemen pembantu ke departemen
produksi bila digunakan alokasi bertahap tidak timbale balik dengan ketentuan berikut :
Keterangan
Departemen Pembantu X
Departemen Pembantu Y
sesudah alokasi dari Dept
pembantu X
Jawab :
Dep. Pembantu
Y
10%
Departemen Produksi
A
B
50%
40%
60%
40%
Daftar alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi dengan metode
bertahap tidak timbale balik adalah sebagai berikut:
Keterngan
BOP sebelum alokasi BOP
dari Departemen pembantu
Departemen X
(Y.10%;A.50%, B.40%)
Departemen Y
(A.60%; B.40%)
BOP Departemen Produksi
setelah alokasi dari Depart.
pembnatu
Departemen Pembantu
X
Y
1.000.000
1.200.000
(1.000.000)
-
Departemen Produksi
A
B
4.350.000 2.500.000
100.000
500.000
400.000
(1.300.000)
780.000
520.000
0
5.630.000
3.420.000
0
Perhitungan :
1. Alokasi BOP Departemen pembantu X Rp.1.000.000,- ke dept.pembantu Y.10%;
Dept.Prodoksi A.50%; Dept. PProduksi B. 40%
Departemen Pembantu Y = 10% X Rp.1.000.000,-
Rp.100.000,-
Departemen Produksi A = 50% X Rp.1.000.000,-
Rp.500.000,-
Departemen Produksi B = 40% X Rp.1.000.000,-
Rp.400.000,-
Dept. Accounting
- 29 –
2. Alokasi BOP Dep.Pembantu Y setelah menerinma alokasi dari Dep.Pembantu X
(Rp.1.200.000,- + Rp.100.000,-) ke Dep.Prod. A.60% dan B.40% adalah ke Dep prod A=
60% X Rp.1.300.000,- = Rp.780.000,- , ke Dep. Prod. B = 40% X Rp.1.300.000,- =
Rp.520.000,C. Perhitungan Tarif BOP per Departemen.
Setelah mengadakan alokasi BOP Departemen pemantu ke departemen produksi maka akan
didapat anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi. Sedangkan untuk menghitung
tariff BOP departemen Produksi dapat dilakuakan dengan menggunakan Rumus tariff
sebagai berikut :
Tarif BOP Departemen Produksi setelah
menerima alokasi dari Departemen Pemantu
Dasar Pembebanan BOP
Contoh :
Pada contoh alokasi langsung diatas bila BOP dibebankan atas dasar jam tenaga kerja
langsung dimana jam tenaga kerja langsung Departemen A adalah 10.000 jam dan B adalah
5000 jam maka besarnya tariff BOP per departemen adalah :
Departemen Produksi A = Rp.5.310.000,- = Rp.531,- per jkl
10.000
Departemen Produksi B = Rp.3.740.0000 = Rp.748,- per jkl
5.000
D. Selisih Biaya Overhead Pabrik
Sebagaimana telah disebutkan dimuka bahwa BOP dibebankan pada produk atas dasar
tariff yang ditetapkan, jumlah pembebanan ini serng tidak sama dengan BOP yang
sesungguhnya terjadi, maka akan timbul selisih BOP. Bila BOP yang sesungguhnya lebih
besar dari BOP yang dibebankan, maka akan timbul selisih rugi yang dicatat pada rekening
BOP kurang dibebankan dan sebaliknya bila BOP yang sesungguhnya lebih kecil dari BOP
yang dibebankan, maka akan timbul selisih yang menguntungkan dan dicatata pada
Rekening BOP lebih dibebankan. Untuk selanjutnya selisih BOP tersebut dapat
diperlakukan sebagai rugi/laba atau dibebankan ke Harga Pokok Penjualan. Secara umum
pencatatan Jurnal BOP yang dibebankan, BOP sesungguhnya dan selisih BOP adalah
sebagai berikut :
Dept. Accounting
- 30 –
1. Jurnal pembanan BOP kepada produk
BDP – BOP
Rp. xxx
BOP dibebankan
Rp.xxx
2. Jurnal pengumpulan BOP sesungguhnya :
BOP sesungguhnya
Rp.xxx
Persediaan Bahan Pembantu
Rp.xxx
Biaya Tenaga Kerja tidak langsung Rp.xxx
Penyusutan Gedung Pabrik
Rp.xxx
Penyusutan Mesin Pabrik
Rp.xxx
Apabila BOP tidak disebutkan secara rinci jurnalnya sebagai berikut :
BOP – Sesungguhnya
Rp.xxx
Macam-macam rekening yang harus di kredit Rp.xxx
3. Saat pencatatan selisih BOP :
a. BOP lebih dibebankan
BOP dibebankan
Rp.xxx
BOP sesungguhnya
Rp.xxx
BOP selisih dibebankan
Rp.xxx
b. BOP kurang dibebankan
BOP Sesunggunya
Rp.xxx
BOP kurang dibebankan
Rp.xxx
BOP Dibebankan
Rp.xxx
4. Jika selisih BOP dibebankan ke rekening Laba-rugi
a. Jurnal BOP lebih dibebankan
BOP lebih dibebankan Rp.xxx
Laba-rugi
b. Jurnal BOP kurang dibebankan
Laba-rugi
Rp.xxx
Rp.xxx
BOP kurang dibebankan
Ep.xxx
Apabila selisih BOP dibebankan ke Rekening Harga Pokok Penjualan :
a. Jurnal selisih BOP dibebankan
BOP lebih dibebankan Rp.xxx
Harga Pokok Penjualan
Rp.xxx
b. Jurnal BOP kurang dibebankan
Harga Pokok Penjualan Rp.xxx
BOP kurang dibebankan
Dept. Accounting
- 31 –
Rp.xxx
Contoh :
Suatu perusahaan industri pada periode tertentu memiliki data sebagai berikut :
Taksiran BOP tetap
Rp.8.100.000,-
Taksiran BOP variabel
Rp.9.900.000,-
Jam mesin normal
45.000 jam
Jam mesin sesungguhnya
40.000 jam
BOP sesungguhnya
Rp.16.300.000,-
Diminta :
Buat Jurnal yang diperlukan untuk mencatat BOP bila atas dasar jam mesin
Jawab :
1. Jurnal untuk mencatat pembebanan BOP :
BDP-BOP
Rp.16.000.000,-
BOP – dibebankan
Rp.16.000.000,-
Keterangan :
Tariff BOP = 18.000.000 = Rp.400,- per jam
45.000
Jam mesin sesungguhnya terjadi 40.000 jam
BOP dibebankan = 40.000 X Rp.400,- = Rp.16.000.000,2. Jurnal untuk mengumpulkan BOP sesungguhnya :
BOP sesungguhnya Rp.16.300.000,Macam-macam rekening di kredit
Rp.16.300.000,-
3. Jurnal untuk mencatat selisih BOP ;
BOP dibebankan
Rp.16.000.000,-
BOP kurang dibebankan
Rp.
300.000,-
BOP sesungguhnya
Rp.16.300.000,-
4. Jurnal pembebanan selisih BOP kepada laba – rugi :
Laba-rugi
Rp.300.000,-
BOP kurang dibebankan
Rp.300.000,-
5. Jurnal pembebanan selisih BOP kepada Harga Pokok Penjualan :
Harga pokok penjualan
Rp.300.000,-
BOP kurang dibebankan
E. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik
Dept. Accounting
- 32 –
Rp.300.000,-
Terjadinya selish Biaya Overhead Pabrik disebabkan adanya perbedaan antara BOP yang
dibebankan dengan BOP sesungguhnya.
Selisih BOP tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan metode selisih anggaran
dengan selisih kapasitas.
1. Selisih anggaran adalah selisih BOP dari perbedaan antara BOP yang sesungguhnya
dengan taksiran biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut anggaran. Selisih ini pada
umumnya disebasbkan karena perubahan pada BOP variabel, sehingga selisih anggaran
dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah BOP sesungguhnya dengan
anggaran BOP pada kapasitas yang ditetapkan. Secara umum selisih anggaran dapat
dihitung dengan rumus :
BOP sesungguhnya
Rp.xxxx
BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya :
BOP tetap
Rp.xxxx
BOP variabel (kapasitas sesunggunya X tarif)
Rp.xxxx +
Selisih anggaran
Rp.xxxx
Rp.xxxx
2. Selish kapasitas.
Selisih kapasitas adalah selisih BOP dari perbedaan antara BOP tetap yang dianggarkan
dengan BOP tetap yang dibebankan kepada produk. Secara umum selisih kapasitas
dapat dihitung dengan rumus :
BOP tetap yang dianggarkan
Rp.xxxx
BOP tetap yang dibebankan pada produk
Rp.xxxx (-)
(kapasitas sesungguhnya X tariff)
Rp.xxxx (selisih kapasitas)
Dept. Accounting
- 33 –
BAGAIAN III
HARGA POKOK PESANAN
Pendahuluan :
Salah satu metode pengumpulan biaya produksi adalah harga pokok pesanan, metode
harga pokok ini banyak digunakan oleh perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis
produk sehingga produk yang dihasilkan sangat beragam baik dari segi mode, bentuk , ukuran
maupun mutu tergantung bagaimana permintaan konsumen.
Metode harga pokok pesanan merupakan metode perhitungan harga pokok setelah produk selesai
dikerjakan. Pengumpulan biaya harga pokok tersebut untuk setiap jenis produk dicatat dalam
kartu harga pokok pesanan.
A. Pengertian, Ciri, dan Tujuan Harga Pokok Pesanan.
Metode harga pesanan adalah suatu cara pengumpulan biaya produksi untuk pesanan
tertentu. Harga pokok produk yang dihasilkan dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang
bersangkutan.
Tujuan pengumpulan biaya dalam metode harga pokok pesanan adalah untuk mengetahui
harga pokok pesanan setiap barang jadi yang dipesan dan diserahkan ke pemesan.
Pengumpulan dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh cirri-ciri kegiatan produksi suatu
perusahaan. Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku
menjadi produk jadi berdasarkan pesanan.
Cirri-ciri Perusahaan yan gproduksinya berdasarkan pesanan adalah sebagai berikut :
1. Proses pengolahan produk terjadi terputus-putus.
Dept. Accounting
- 34 –
2. Produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan oleh pemesan
3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan dan bukan untuk memenhi persediaan di
gudang.
Ciri-ciri metode pengumpulan biaya produksi dalam harga pokok pesanan :
1. Digunakan jika perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dhitung harga pokoknya secara
individual.
2. Biaya produksi harus dipisahkan menjadi dua golongan yaitu biaya produksi langsung
dan biaya produksi tidak langsung.
3. Biaya produksi langsug terdiri dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung biaya produksi tidal angsung disebut juga Biaya Overhead Pabrik yang
diperhitungkan atau dibebankan kepada harga pokok pesanan.
4. Harga pokok per unit produk dihitung pada saat produk pesanan selesai dikerjakan
dengan membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesaan tersebut dengan
jumlah produk yang duhasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
B. Cara Pembebanan Harga Pokok Pesanan
Sesuai dengan cirri-ciri metode pengumpulan biaya produksi dalam harga pokok pesanan,
maka komponen harga pokok pesanan dapat dikelompokkan dalam Biaya bahan baku, Biaya
tenaga kerja dan Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Biaya produksi langsung (Biaya bahan bakudan Biaya tenaga kerja langsung) dibebankan
pada pesanan berdasarkan baiaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak
langsung (BOP) dibebankan pada produk berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka ( % )
dikalikan dengan biaya tenaga kerja langsung.
Untuk menentukan harga pokok produksi berdasarkan pesanan, siklus akuntansinya dapat
dikelompokkan dalam biaya bahan baku dan bahan penolong, biaya tenaga kerja, biaya
overhead pabrik, produk selesai, produk dalam proses dan penjualan produk.
1. Pembelian dan Pemakaian Bahan Baku
Akuntansi bahan baku dan bahan penolong meliputi pembelian dan pemakaian yang
dijurnal sebagai berikut :

Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong
Persediaan bahan baku
Rp.xxx
Dept. Accounting
- 35 –
Utang/ Kas

Rp.xxx
Jurnal untuk mencata pemakaian bahan baku
BDP-Biaya bahan baku
Rp.xxx
Persediaan bahan baku
Rp.xxx
2. Biaya Tenaga Kerja
Akuntansi biaya tenaga kerja meliputi pemakaian tenaga kerja pembayaran dan
pengalokasian biaya tenaga kerja.

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
Gaji dan upah
Rp.xxx
Utang gaji dan upah

Pada saat pembayaran gaji dan upah
Utang gaji dan Upah
Rp.xxx
Kas

Rp.xxx
Rpxxx
Pengalokasian Gaji dan Upah
BDP – Biaya TK langsung
Rp.xxx
BOP – sesungguhnya
Rp.xxx
Biaya Pemasaran
Rp.xxx
Gaji dan upah
Rp.xxx
Penjelasan :
1. Rekening BDP-biaya tenaga kerja langsung digunakan untuk mencatat jumlah biaya
tenaga kerja langsung pada departemen produksi.
2. BOP sesungguhnya digunakan untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja tidak langsung
departemen produksi, seperti upah mandor, teknisi alat-alat prodiksi, petugas
laboratorium, petugas kebersihan dibagian produksi dan lain-lain.
3. Biaya pemasaran untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja bagian pemasaran
4. Biaya administrasi dan umum untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja bagian kantor.
Dept. Accounting
- 36 –
III. Biaya Ovethead Pabrik (BOP)
Pembebanan BOP ke harga pokok pesanan dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan
dimuka. Sedangkan BOP yang sesungguhnya dikeluarkan dan dicatat dalam rekening BOP
sesungguhnya.
Pada waktu penutupan buku perbedaan antara BOP yang dibebankan dengan BOP yang
sesungguhnya dicatat dalam rekening selisih BOP. Selisih BOP ini ditutup ke rekening
harga pokok penjualan atau rugi/laba sehingga akutansi BOP meliputi akutansi
pembebanan BOP berdasarkan tariff, akutansi BOP yang sesungguhnya terjadi,
penutupan rekening BOP, dan penutupan selisih BOP.
a. Jurnal untuk mencatat Pembebanan BOP berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka
BDP-Biaya Overhead Pabrik
Rp xx
BOP yang dibebankan
Rp xx
b. Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi
BOP sesungguhnya
Rp xx
Berbagai rekening di kredit
Rp xx
c. Jurnal untuk menutup BOP
Jika BOP yang sesungguhnya sama dengan BOP yang dibebankan (tidak terjadi
selisih)
BOP yang dibebankan
Rp xx
BOP sesungguhnya
Rp xx
d. Jika BOP yang sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan (selisih rugi)
BOP yang dibebankan
Rp xx
Selisih BOP
Rp xx
BOP sesungguhnya
Rp xx
e. Jika BOP yang sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan (Selisih laba)
BOP yang dibebankan
Rp xx
Selisih BOP
Rp xx
BOP sesungguhnya
Rp xx
f. Jurnal untuk menutup selisih BOP
Dept. Accounting
- 37 –
1. Jika BOP yang sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan (selisih
rugi)
Rugi-laba / harga pokok penjualan
Rp xx
Selisih BOP
Rp xx
2. jika BOP yang sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan (selisih laba)
Selisih BOP
Rp xx
Rugi-laba
/harga pokok penjualan
Rp xx
IV. Produk Jadi (Selesai)
Setelah pesanan selesai dikerjakan dipindahkan ke gudang oleh bagian produksi, harga
pokok pesanan yang telah selesai diproduksi dapat dihitung dari informasi biaya yang
dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yangbersangkutan dan dicatat dalam
rekening persediaan produk jadi.
Jurnal untuk mencatat produk jadi
Persediaan produk Jadi
Rp.xxx
BDP – Biaya bahan baku
Rp.xxx
BDP – Biaya tenaga Kerja
Rp.xxx
BDP – BOP
Rp.xxx
V. Produk Dalam Proses
Pada akhir periode tertentu (terutama akhir bulan diadakan stock opname) inventarisasi
baik bahan jadi maupun produk/ barang dalam proses, produk yang belum selesai
tersebut dicatat dalam rekening persediaan Barang Dalam Proses.
Jurnal Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan Barang dalam Proses
Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Baku
Rp.xxx
BDP – Biaya Tenaga Kerja
Rp.xxx
BDP – Biaya Overhead Pabrik
Rp.xxx
VI. Penjualan/ Penyerahan Produk Jadi
Penjualan/ Penyerahan produk jadi kepada pemesan dicatat dalam rekening Penjualan
sebesar nilai yang dijualnyadilakukan dengan mendebit rekening Harga Pokok Barang
Jadi sehingga jurnal yang dibuat pada waktu penyerahan produk jadi adalah ;
Kas/ Piutang Dagang
Penjualan
Dept. Accounting
Rp.xxx
Rp.xxx
- 38 –
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Barang Jadi
C.
Rp.xxx
Rp.xxx
Rekening Kontrol dan Rekening Pembantu
Rekening kontrol adalah rekening yang terdapat pada buku besar. Rekening tersebut diisi
berdasarkan Jurnal, sedangkan rekening pembantu adalah rincian dari rekening kontrol dan
diisi berdasarkan sumber dokumen / transaksi
Contoh :
Untuk memproduksi batako diperlukan bahan baku yang terdiri dari semen dan pasir, maka
rekening kontrolnya adlah bahan baku, sedangkan rekening pembantunya adalah semen dan
pasir.
Dari uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa rekening pembantu merupakan bagian dari
rekening control.
Rekening buku besar disebut rekening control karenan fungsingya mengontrolo rekening
pembantu. Jumlah nilai seluruh bahan baku yang digunakan (semen dan pasir) harus sama
dengan jumlah yang ditulis pada buku bahan baku
D. Kartu Harga Pokok Pesanan
Dalam kartu harga pokok pesanan, kartu harga pokok mempunyai peranan yang penting,
karena dalam kartu harga pokok itulah dicatat biaya produksi setiap pesanan secara rinci.
Oleh karena itu kartu harga pokok pesanan berfungsi sebagai rekening pembantu.
Contoh : Kartu Harga Pokok Pesanan
Dept. Accounting
- 39 –
PT YUYUKU
JAKARTA
No. Pesanan
Jenis Porduksi
Tgl. Pesan
Tgl Selesai
:
:
:
:
KARTU HARGA POKOK PESANAN
Pesanan
:
Sifat Pesanan :
Jumlah
:
Harga Jual :
Biaya Tenaga Kerja
(Rp000)
Biaya Bahan Baku (Rp.000)
Tgl
5/6
No
Keterangan
Jumlah
Tgl
J.Kerja
Biaya Overhead Pabrik (Rp.000)
Jumlah
Tgl
Ds.Pembn.
Tarif
Jumlah
Kayu ukuran :
D. Siklus Akuntansi Harga Pokok Pesanan
Siklus akuntansi harga pokok pesanan merupakan aliran biaya produksi yang diawali dengan
pencatatan pembelian bahan, pencatatan gaji dan upah, pembayaran gaji dan upah, Biaya
Overhead Pabrik, pemakaian bahan dan pembebanan biaya produksi ke barang dalam proses,
rekening persediaan produk jadi dan persediaan barang dalam proses yang berakhir pada
penyerahan pesanan ke dalam rekening harga pokok pesanan.
Siklus akuntansi harga pokok pesanan dapat digambarkan dalam bentuk rekening sebagai
berikut :
Kas/ Utang
Persd. Bahan Baku
BDP-Biaya BB
Dept. Accounting
- 40 –
Persd. Prod.Jadi
Utang Gaji
Gaji&Upah
Berbagai Rek.
BOP (S)
BDP-BTK
BDP
BOP dibebankan
BDP-BOP
Contoh :
CV TRI WINDU adalah perusahaan dalam bidang mebeuler memproduksi alat-alat
rumah tangga serta alat-alat perabtoran berdasarkan pesanan.
Pada bulan Desember 2008 mendapat pesanan dari FE-Unsera untuk membuat 100 set
meja kuliah dengan harga setiap set sebesar Rp.175.000,- untuk memproduksi pesanan
tersebut :
1. Membeli bahan baku dan bahan penolong
Bahan baku
Kayu dengan ukuran :
4 cm x 6 cm x 300 cm
250 pt @ Rp.18.000,- = Rp.4.500.000,-
2 cm x 20 cm x 300 cm
200 pt @ Rp.30.000,- = Rp.6.000.000,-
2 cm x 3 cm x 300 cm
100 pt @ Rp.5.000,- = Rp. 500.000,-
Triplex
25 lb @ Rp.15.000,- = Rp. 375.000,-
Cat
50 Kl @ Rp.10.000,- = Rp. 500.000,Jumlah Bahan Baku Yang dibeli
Rp.11.875.000,-
Bahan Penolong
Paku
5 kg @ Rp.10.000,- = Rp.50.000,-
Dempul
10 kg @ Rp.5000,- = Rp.50.000,-
Amplas
200 lb @ Rp.200,-
Jumlah Bahan Penolong yang dibeli
= Rp.40.000,Rp. 2.900.000,-
Jumlah Bahan Baku dan Bahan Penolong yang dibeli Rp.12.015.000,Pemakaian Tenaga Kerja
Dept. Accounting
- 41 –
Upah langsung 1.000 jam @ Rp. 2.000,-
= Rp.2.000.000,-
Upah tidak langsung
= Rp. 400.000,Rp.2.400.000,-
Gaji karyawan bagian Adm. dan Umum
Jumlah Biaya Tenaga Kerja
= Rp. 500.000,= Rp.2.900.000,-
Pembebanan BOP selain pemakaian bahan penolong dan biaya tenaga kerja tidak
langsung.
Biaya penyusutan mesin
= Rp. 100.000,-
Biaya penyusutan gedung
= Rp. 250.000,-
Biaya pemeliharaan mesin
= Rp.
50.000,-
Biaya pemeliharaan gedung
= Rp.
50.000,-
Jumlah
= Rp. 450.000,-
Diminta :
1. Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong
2. Kartu harga pokok, jika BOP yang dibebankan 60% dari biaya tenaga kerja langsung.
3. Jurnal untuk mencatat pemakaian / pembebanan bahan baku, bahan penolong, tenaga
kerja dan BOP ke dalam BDP
4. Perhitungan harga pokok produk jadi dan jurnalnya
5. Jurnal penjualan produk jadi
6. Jurnal untuk menutup rekening BOP dan selisih BOP
Jawab :
1. Jurnal untuk mencatat bahan baku dan bahan penolong
Persediaan bahan baku
Rp.11.875.000,-
Persediaan bahan penolong Rp.
140.000,-
Utang dagang
Rp.12.015.000,-
2. Kartu Harga Pokok
Dept. Accounting
- 42 –
PT YUYUKU
JAKARTA
KARTU HARGA POKOK PESANAN
No. Pesanan
Jenis Porduksi
Tgl. Pesan
Tgl Selesai
: 00458
: Meja kuliah
: 24 Desember 2008
: 28 Februari 2009
Biaya Bahan Baku (Rp.000)
Tgl
5/6
No
Keterangan
Pesanan
: FE-Unsera
Sifat Pesanan : Segera
Jumlah
: 100 set
Harga Jual : Rp.175.000,-
Biaya Tenaga Kerja (Rp000)
Jumlah
Tgl
J.Kerja
Jumlah
Biaya Overhead Pabrik (Rp.000)
Tgl
Ds.Pembn.
Tarif
Jumlah
Kayu ukuran :
4x6x300=250 pt
4.500
2x20x300=200 pt
6.000
2x3x300=100 pt
500
Triplex 25 lb
375
cat = 50 klg
1.000 jam
2000
BTKL
60%
1.200
500
11.875
2.000
Jumlah Biaya Produksi
1.200
15.075
3. Jurnal pemakaian/ pembebanan bahan, tenaga kerja dan BOP ke dalam BDP
Pemakaian bahan baku
BDP-Biaya Bahan Baku
Rp.11.875.000,-
Persediaan Bahan Baku
BOP sesungguhnya
Rp.11.875.000,-
Rp.140.000,-
Persediaan Bahan Penolong
Rp.140.000,-
Pemakaian Tenaga Kerja
BDP-Biaya Tenaga Kerja
Rp. 2.000.000,-
BOP –sesungguhnya
Rp.
400.000,-
Biaya adm&Umum
Rp.
500.000,-
Gaji dan Upah
Rp.2.900.000,-
Pemakaian BOP selain bahan penolong dan tenaga kerja tidak langsung
BOP sesungguhnya
Rp.450.000,-
Biaya penyusutan mesin
Rp.100.000,-
Biaya penyusutan gedung
Rp.250.000,-
Dept. Accounting
- 43 –
Biaya pemeliharaan mesin
Rp. 50.000,-
Biaya pemeliharaan gedung
Rp. 50.000,-
Pembebanan BOP ke dalam BDP
BDP-BOP
Rp.1.200.000,-
BOP yang dibebankan
Rp.1.200.000
4. Perhitungan Harga Pokok Produk jadi dan Jurnalnya
Perhitungan Harga Pokok Produk
Biaya Bahan Baku
Rp.11.875.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp. 2.000.000,-
Biaya Overhead Pabrik
Rp. 1.200.000,-
Jumlah
Rp.15.075.000,-
Jurnal untuk mencatat Produk jadi
Persediaan Produk Jadi
Rp.15.075.000,BOP – BBB
Rp.11.875.000,BDP – BTKL
Rp. 2.000.000,BDP – BOP
Rp. 1.200.000,5. Jurnal Penjualan/ Penyerahan Produk Jadi
Piutang Dagang
Rp.17.500.000,-
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Rp. 17.500.000,Rp.15.075.000,-
Persediaan produk Jadi
Rp.15.075.000,-
6. Jurnal menutup rekening BOP dan selisih BOP
BOP yang dibebankan
Rp.1200.000,-
Selisih BOP
Rp.210.000,-
BOP sesungguhnya
Rp. 990.000,-
Jurnal untuk menutup rekening BOP
Selisih BOP
Rp.2.10.000,-
Harga Pokok Penjualan
Rp.2.10.000,-
Penjeleasan :
BOP yang dibebankan 60% x Rp.2.000.000,Dept. Accounting
- 44 –
Rp.1.200.000,-
BOP yang sesungguhnya
a. Bahan penolong
Rp. 140.000,-
b. Biaya TK tidak langsung Rp. 400.000,c. BOP yang lain
Rp. 450.000,Rp. 990.000,-
Selisih BOP
Rp. 210.000,-
BAGIAN IV
METODE HARGA POKOK PROSES
A. Pengertian Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses adalah metode penentuan harga pokok produk dengan cara
mengumpulkan biaya produksi yang terjadi selama satu periode, kemudian dibagi sama rata
dengan jumlah produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan.
Metode harga pokok proses biasanya dipakai oleh perusahaan industri yang memproduksi
secara masal dan terus menerus.
B. Perbedaan Harga Pokok
Proses dengan Harga Pesanan
Metode harga pokok proses berbeda dengan harga pokok pesanan. Perbedaan tersebut antara
lain berdasarkan pengumpulan biaya produksi, menghitung harga pokok per satuan,
penggolongan biaya produksi dan cara membebankan Biaya Overhead Pabrik.
1. Pengumpulan Biaya Produksi.
Dept. Accounting
- 45 –
Berdasarkan pengumpulan biaya produksi perbedaan harga poko pesanan dan harga poko
proses adalah apabila menurut metode harga pokoko pesanan biaya produksi dikumpulkan
berdasarkan pesanan, sedang harga pokok proses biaya produksi dikumpulkan di setiap
departemen produksi selam satu periode.
2. Menghitung Harga Pokok per satuan
Pada harga pokok proses per satuan dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi
yang telah dikeluarkan dalam satu periode tertentu.
Rumus Mnehitung HP Per Satuan :
Jumlah Biaya Produksi yang telah dikeluarkan
Jumlah Produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan
Contoh :
PT AIR MANCUR yang bergerak dalam bidang Jamu tradisional berpusat di Wonogiri
selama bulan Januari 2009 telah mengeluarkan biaya produksi sebagai berikut :
Rincian biaya :
Biaya
bahan baku
Rp. 900.000,-
Biaya bahan penolong
Rp. 400.000,-
Biaya tenaga kerja
Rp.2.200.000,-
Biaya overhead pabrik
Rp. 500.000,Rp.4.000.000,-
Produk yang dihasilkan selama bulan Januari 2009 sebanyak 8000 bungkus, harga pokok
setiap bungkusnya adalah : Rp.4.000.000 = Rp.500,8.000
3. Penggolongan Biaya Produksi
Di dalam metode harga pokok pesanan biaya produksi digolongkan menjadi biaya produksi
langsung, biaya produksi tidak langsung dan biaya overhead pabrik. Sedangkan pada harga
pkpk proses biaya produksi digolongkan menjadi biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik
a. Biaya Bahan, biaya bahan dibedakan atas biaya bahan baku dan biaya bahan penolong.
Pada metode harga pokok proses biaya bahan penolong tidak dikelompokan kedalam
Biaya Overhead Pabrik tetapi merupakan kelompok biaya tersendiri atau dikelompokan
kealam biaya bahan baku.
Dept. Accounting
- 46 –
b. Biaya Tenaga Kerja, biaya tenaga kerja merupakan gabungan antara boaia tenaga kerja
langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Kedua biaya tersebut dalam metode
harga pokok proses digolongkan kedalam biaya tenaga kerja. Perbedaan antara biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung sering tidak dibedakan terutama
perusahaan yang hanya memproduksi hanya satu macam produk
c.
Biaya Overhead Pabrik, dalam metode harga pokok proses yang termasuk biaya
produksi tidak langsung ( BOP ) adalah baiaya tenaga listrik, biaya asuransi gedung
dan mesin pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin dan biaya penyusutan gedung
dan mesin pabrik.
C. Ciri-ciri Perusahaan Industri yang Menerapkan Metode Harga Pokok Proses
Ciri-ciri metode harga poko proses berdasarkan proses produksi
1. Proses produksi dilakukan secara terus menerus
2. produk yang dihasilkan merupakan produk standar (homogin) artinya mempunyai bentuk
kualitas dan ukuran yang samaserta sudah ditentukan oleh perusahaan.
3. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan dan buakan karena pesanan.
Cirri-ciri metode harga pokok proses berdasarkan proses pengumpulan biaya.
1. Biaya produksi dikumpulkan pada setiap periode tertentu dan dicatat pada rekening
Barang Dalam proses.
2. Harga pokok produk per satuan dihitung pada setiap akhir periode dengan rumus yang
telah disebutkan diatas.
3. Bila produk dioleah melalui lebih dari satu departemen, maka harga pokok produk pada
departemen sebelumnya akan menambah harga pokok produk pada departemen
selanjutnya sampai dengan produk jadi.
4. Laporan harga pokok produksi dipakai untuk menghitung biaya produksi per satuan.
D. Pencatan Penggolongan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses.
1. Biaya Bahan, biaya bahan terdiri atas bahan baku dan bahan penolong maka
pengakuannya sebagaui berikut :
Pada saat barang tersebut dibeli maka dicatat dalam Jurnal :
Persediaan Bahan Baku
Rp.xxx
Persediaan Bahan Penolong Rp.xxx
Kas/ Utang
Rp.xxx
Dept. Accounting
- 47 –
Pada saat bahan dipakai dalam proses produksi dicatat dalam Jurnal:
Barang Dalam Proses – Bahan Baku Rp.xxx
Persediaan Bahan Baku
Rp.xxx
( Mencatat pemakaian bahan penolong )
Barang dalam Proses – Biaya bahan penolong Rp.xxx
Persediaan bahan penolong
Rp.xxx
2. Biaya tenaga Kerja, baiaya tenaga kerja terdiri atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya
tenaga kerja tidak langsung. Pemakaian biaya tenaga kerja dapat diketahui dari daftar gaji
dan upah.
Jurnal untuk mencatat gaji dan upah
Gaji dan uapah
Rpxxx
Utang Gaji dan Upah
Rp.xxx
Kemudian setiap akhir periode akuntansi gaji dan upah yang telah terjadi harus
dibebankan kepada produk
Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang dibebankan pada produk
Barang Dalam Proses – Biaya tenaga kerja Rp.xxx
Gaji dan Upah
Rp.xxx
3. Biaya Overhead Pabrik.
Semua biaya produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja disebut Biaya Overhead
Pabrik ( BOP ). Jika perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, maka BOP yang
dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah pengeluaran BOP yang sesungguhnya.
Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik
BOP sesungguhnya
Rp.xxx
Berbagai rekening di Kredit Rp.xxx
( Jika jenis BOP tidak disebutkan satu per satu )
Tetapi jika jenis BOP diketahui misalnya biaya perlengkan pabrik , biaya listrik, biaya
penyusutan mesin pabrik dan sebagainya, maka harus dicatat setiap biaya yang terjadi.
Jurnal untuk mencatat BOP pada berbagai macam biaya tidak langsung
BOP sesungguhnya
Rp.xxx
Dept. Accounting
- 48 –
Biaya Perlengkapan Pabrik
Rp.xxx
Biaya listrik
Rp.xxx
Biaya penyusutan mesin
Rp.xxx
Rekening BOP lainnya
Rp.xxx
Jurnal untuk mencatat BOP yang dibebankan kepada produk
BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp.xxx
BOP sesungguhnya
Rp.xxx
Bila produk selesai pada suatu periode tertentu, maka produk selesai harus dipindahkan
ke rekening Persediaan Barang Jadi sejumlah harga pokoknya.
Jurnal untuk mencatat pemindahan rekening produk selesai ke rekekning produk jadi.
Persediaan Produk Jadi
Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Baku
Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Penolong
Rp.xxx
BDP – Biaya Tenaga Kerja
Rp.xxx
BDP – Biaya Overhead Pabrik
Rp.xxx
Tetapi jika akhir periode tertentu ternyata masih ada produk yang belum selesai
dikerjakan, maka produk tersebut akan menjadi persediaan akhir Barang dalam Proses.
Jurnal untuk mencatat persediaan akhir Barang dalam Proses
Persediaan Barang Dalam Proses
Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Baku
Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Penolong
Rp.xxx
BDP – Biaya Tenaga Kerja
Rp.xxx
BDP – Biaya Overhead Pabrik
Rp.xxx
Laporan Harga Pokok Produksi dengan contoh Perhitungan Harga Pokok Proses, produk
yang diolah melalui satu departemen tanpa Barang Dalam Proses Awal.
Pada umumnya Perusahaan yang memproduksi barang pada akhir periode tertentu
sebagian produknya ada yang sudah selesai menjadi produk jadi dan ada yang masih belum
selesai yang merupakan Barang Dalam Dalam Proses. Persediaan Barang Dalam Proses akhir
dicatata pada biaya yang sesungguhnya melekat pada produk tersebut. Baik produk jadi maupun
produk dalam proses pada akhir periode harus diketahui harga pokoknya. Untuk keperluan ini
harus dibuat laporan harga pokok produk dengan urutan sebagai berikut :
Dept. Accounting
- 49 –
1. Data Produksi
Untuk memahamidata produksi konsep input = output artinya jumlah produk yang akan diolah
harus sama dengan jumlah produk yang dihasilkan. Pada umumnya input berupa :
Persediaan BDP (awal)
……. Unit
Produk masuk proses
……. Unit
Sedangkan output terdiri atas :
Produk selesai ditransfer ke departemen berikutnya
……… Unit
Persediaan BDP akhir
……… unit
Untuk jelasnya bagan data produksi akan terlihat se[erti berikut :
Persediaan Barang Dalam Proses awal
……… unit
Produk masuk dalam proses
……… unit +
Jumlah produk dalam proses
……… unit
Produk selesai
……… unit
Persediaan produk dalam proses akhir
……… unit +
Jumlah produk
……… unit
2. Data Biaya per Unit
Dalam menentukan biaya per satuan produk perlu diperhartikan unit ekuivalensi produk karena
untuk menentukan harga pokok per satuan atau per unit dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Total Biaya setiap unsur Harga Pokok
Harga Pokok per Unit = ---------------------------------------------------Produk ekuivalen setiap unsur Harga Pokok
Atau
Total Biaya Bahan Baku
Harga Pokok per Unit = ------------------------------------Produk ekuivalen Bahan Baku
Kemudian biaya per unit setiap unsur dijumlahkan.
Rumus tersebut berlaku pula untuk harga pokok lainnya ( BTK dan BOP ). Untuk jelasnya
perhatikan bagan sebagai berikut :
Jenis Biaya
Jumlah Biaya
Unit Ekuivalen
Dept. Accounting
- 50 –
Biaya per unit
1
Bahan Baku
Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah
2
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
3
……….. unit
……….. unit
……….. unit
……….. unit
2:3
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Dalam laporan harga pokok produksi untuk data biaya, dapat dilaporkan dengan bagan sebagai
berikut :
Jenis Biaya
Bahan Baku
Bahan Penolong
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah
Total Biaya
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Biaya per unit
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Dengan demikian, lajur 3 ( produk ekuivalen ) tidak perlu ditampilkan dalam laporan harga
pokok produksi.
Dari konsep perhitungan harga pokok per satuan tersebut kiranya perlu diperhatikan tentang
Perhitungan unit ekuivalen masing-masing unsur harga pokok.
Pada dasarnya dalam perhgitungan unit ekuivalen produk dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Bila tidak terdapat BDP awal
Apabila tidak terdapat BDP awal, unit ekuivalenb dihitung dengan Rumus :
Produk Jadi + Tingkat Penyelesaian BDP ( akhir )
3.
Bila Terdapat BDP awalApabila terdapat persediaan BDP awal perlu diperhatikan
metode yang dipakai yaitu metode FIFO dan metode Rata-rata. Jika yang digunakan
metode FIFO.
4. Perhitungan unit ekuivalen dapat dilakukan dengan dua rumus ;
Produk Jadi+Tingkat Penyelesaian BDP akhir – Timgkat Penyelesaian BDP awal
Atau
Prod.Jadi Periode Berjalan + Tingkat Penyelesaian BDP akhir + BDP awal dengan
tingkat penyelesaian yang belum selesai.
Catatan :
Produk jadi pada periode berjalan berasal produk jadi keseluruhan dikurangi produk awal
proses.
Dept. Accounting
- 51 –
Bila digunakan metode rata-rata, unit ekuivalen dapat dihitung dengan rumus ;
Produk Jadi + tingkat Penyelesaian Produk dalam Proses akhir
3. Perhitungan Biaya
Setelah biaya per satuan dihitung dan harga pokok produk jadi dtransfer ke gudang, maka
produk dalam proses akhir dihitung sebagai berikut :
Harga pokok produk jadi ….. unit x Jumlah biaya per unit
Rp. xxx
Harga Pokok Barang Dalam Proses ;
Biaya Bahan Baku + …. Unit x ….% x Rp.xxx (per unit)
Rp.xxx
Bahan Penolong + …unit x …% x Rp.xxx (per unit)
Rp.xxx
Biaya Tenaga Kerja + …unit x …..% x Rp.xxx (per unit)
Rp.xxx
Biaya Overhead Pabrik + …unit x …% x Rp.xxx (per unit)
Rp.xxx +
Rp.xxx +
Jumlah Biaya Produksi
Rp.xxx
Contoh :
PT BINUANGEN mengolah produknya secara masal dan dalam menghitung harga pokok
produknya dengan mengunakan metode harga pokok proses.
Data biaya produksi selama bulan juni 2005 sebagai berikut :
Biaya bahan baku
Rp.1.000.000,Biaya bahan penolong
Rp. 500.000,Biaya tenaga kerja
Rp.2.250.000,Biaya overhead pabrik
Rp. 3.300.000,- +
Rp.7.050.000,Jumlah produk masuk dalam proses 2.500 unit
Jumlah produk jadi ditransfer ke gudang 2000 unit. Jumlah produk dalam proses akhir dengan
tingkat penyelesaian Bahan baku dan Bahan penolong sebesar 100%. Biaya tenga kerja 50%
dan BOP 40% sebanyak 500 unit.
Diminta :
1. Membuat perhitungan biaya produksi per unit untuk bulan Juni 2005
2. Membuat laporan harga pokok produksi bulan Juni 2005
3. Membuat Jurnal untuk mencatat biaya produksi selama bulan Juni 2005
Dept. Accounting
- 52 –
Jawab :
1. Perhitungan biaya produksi per satuan selama bulan Juni 2005 (Rp)
Jenis Biaya
Bahan Baku
Bahan Penolong
Tenaga Kerja
Overhead Pabrik
Jumlah
Jml. Biaya
1.000.000,500.000,2.250.000,3.300.000,7.050.000,-
Unit Ekuivalen
2000+100%x500 = 2.500
2000+100%x500 = 2.500
2000+50%x500 = 2.250
2000+40%x500 = 2.200
Total Unit Cost
Unit Cost
400,200,1000,1.500,3.100,-
Perhitungan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan Harga pokok produk
dalam proses akhir periode :
Harga pokok produk Jadi = 2000 x Rp.3.100,Rp. 6.200.000,Harga pokok produk dalam proses akhir periode
Biaya bahan baku
= 100% x 500 x Rp.400 = Rp.200.000,Biaya bahan penolong = 100% x 500 x Rp.200 = Rp.100.000,Biaya tenaga kerja
= 50% x 500 x Rp.1.000 = Rp.250.000,Biaya Overhead Pabrik = 40% x 500 x Rp.1.500 = Rp.300.000,- + Rp 850.000,Jumlah Biaya Produksi
Rp.7.050.000
2. Laporan Harga Pokok Produksi bulan Juni 2005
PT BINUANGEN
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
Periode Juni 2005
Data Produksi
Jumlah Produk masuk DalamProses
2.500 unit
Produk selesai ditranfer ke gudang
2.000 unit
Produk dalam proses akhir pada tingkat
Penyelesaian (BB, BP 100%, BTK 50%, BOP 40%)
500 unit + 2.500 unit (-)
0
Biaya yang dibebankan dalam bulan Juni 2005 (Rp)
Jenis Biaya
Juml. Biaya Biaya per unit
Bahan Baku
1.000.000,400,Bahan Penolong
500.000,200,Tenaga kerja
2.250.000,1.000,Overad pabrik
3.300.000,1.500,Jumlah
7.050.000,3.100,Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Gudang (2.000 x Rp.3.100,-) Rp.6.200.000,Dept. Accounting
- 53 –
Harga pokok produk dalam proses akhir :
Bahan baku
Rp.200.000,-
Bahan penolong
Rp.100.000,-
Tenaga kerja
Rp.250.000,-
Overhead pabrik
Rp.300.000,- +
Jumlah Biaya Produksi yang dibebankan
Rp.8.50.000,Rp.7.050.00,-
3. Jurnal untuk mencatat biaya produksi selama bulan Juni 2005
1. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku.
Barang Dalam Proses
Rp.1.000.000,-
Persediaan bahan baku
2. BDP – Bahan penolong
Rp.1.000.000,-
Rp.500.000,-
Persediaan bahan penolong
Rp.500.000,-
3. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
BDP – Biaya tenaga kerja
Rp.2.250.000,-
Gaji dan upah
Rp.2.250.000,-
4. Jurnal untuk mencata biaya overhead pabrik
BDP – BOP
Rp.3.300.000,-
BOP sesungguhnya
Rp.3.300.000,-
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditranfer ke gudang
Persediaan Produk Jadi
Rp.6.200.000,-
BDP-BB (2000 x Rp.400,-)
Rp. 800.000,-
BDP - BP (2000 x Rp.200,-)
Rp. 400.000,-
BDP – BTK (2000 x Rp.1000,-)
Rp.2.000.000,-
BDP – BOP (2000 x Rp.1.500,-)
Rp.3.000.000,-
6. Jurnal untuk mencata harga pokok produk masuk dalam proses
Persediaan produk dalam proses
Rp.850.000,-
BDP – Biaya bahan baku
Rp.200.000,-
BDP – Biaya bahan penolong
Rp.100.000,-
BDP – Biaya tenaga kerja
Rp.250.000,-
BDP – Biaya overhead
Rp.300.000,-
Dept. Accounting
- 54 –
E. Metode Harga Pokok Proses, Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen
Tanpa Barang Dalam Proses Awal.
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen, maka perhitungan biaya produksi per
satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah
merupakan perhitungan yang bersifat komulatif, sebab harga pokok produksi departemen
sebelumnya akan menambah harga pokok pada departemen berikutnya.
Untuk menentukan harga pokok produk setelah departemen pertama terdiri atas biaya-biaya
sebagai berikut :
1. Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2. Biaya produksi yang ditambahkan pada departemen produksi setelah deparemen
produksi sebelumnya..
Contoh :
PT YAMONAH adalah perusahaan industri yang mengolah produknya melalui dua
departemen produksi dan dalam menentukan harga pokok produk menerapkan metode harga
pokok proses. Data yang diperoleh dari bagian produksi selama bualan Agustus 2008 adalah
sebagai berikut :
Departemen I
Jumlah produk masuk dalam proses
22.000 unit
Produk selesai dikirim ke Dept II
20.000 unit
Produk selasai dikirim ke gudang
-
Produk Dalam proses akhir
Departemen II
19.000 unit
2.000 unit
1.000 unit
Biaya yang dikeluarkan selama bualan Agustus 2008
Biaya bahan baku
Rp.11.000.000,-
Rp. 0
Biaya tenaga kerja
Rp.14.840.000,-
Rp.15.560.000,-
Biaya overhead pabrik
Rp.15.900.000,-
Rp.17.505.000,-
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku
Biaya konversi
100%
-
60%
45%
Diminta :
1. Perhitungan biaya produksi
2. Laporan harga pokok produksi bulan agustus 2005
Dept. Accounting
- 55 –
3. Jurnal untuk mencatat transaksi selama bulan agustus 2005
4. Bagan alur biaya produksi departemen I
Jawab :
1. Untuk mengetahui harga pokok produk selesai departemen I ditranfer ke departemen II
dan juga harga pokok produk dalam proses akhir departemen I pada akhir agustus 2005,
maka harus dihitung dahulu biaya per init yang telah dikeluarkan oleh departemen I
sebagai berikut :
Data Biaya Produksi (Rp.)
Jenis Biaya
Bahan Baku
Jml. Biaya
Unit Ekuivalen
11.000.000,- 20.000 + 100% x 2000 = 22.000
Biaya/unit
500,-
Tenaga Kerja
14.840.000,- 20.000 + 60% x 2000 = 21.200
700,-
Overhead Pabrik
Jumlah
15.900.000,- 20.000 + 60% x 2000 = 21.200
41.740.000,-
750,1.950,-
Setelah biaya per unit dihitung, maka harga pokok produk selesai di departemen I yang di
transfer ke departemen II dan harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan
Agustus 2005 di departemen I dapat dihitung :
Harga pokok produk selesai ditransfer ke departemen II
20.000 x Rp.1.950,-
Rp.39.000.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Biaya bahan baku = 100% x 2000 x Rp.500,-
= Rp.1.000.000,-
Biaya tenaga kerja = 60% x 2000 x Rp.700,-
= Rp. 840.000,-
Biaya overhead pabrik = 60% x 2000 x Rp.700,-= Rp. 840.000,- +
Jumlah biaya produksi departemen I
Rp. 2.740.000,Rp.41.740.000,-
2. Laporan harga pokok produksi departemen I
PT YAMONAH
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPARTEMEN I
Periode Agustus 2005
Data Produksi:
Dept. Accounting
- 56 –
Produk masuk dalam proses
22.000 unit
Produk selselesai ditransfer ke departemen II
Produk dalam proses akhir
20.000 unit
2.000 unit +
22.000 unit 0
Biaya produksi (Rp) yang dibebankan di departemen I selama bulan Agustus 2005
Jenis Biaya
Bahan baku
Tenaga kerja
Overhead pabrik
Jumlah
Jumlah
11.000.000,14.840.000,15.900.000,41.740.000,-
Unit cost
500,700,750,1.950,-
Perhitungan biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer
Ke deparetemen II = 20.000 x Rp.1.950,-
Rp.39.000.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Biaya bahan baku = 100% x 2000 x Rp.500,-
= Rp.1.000.000,-
Biaya tenaga kerja = 60% x 2000 x Rp.700,- = Rp. 840.000,Biaya overhead pabrik = 60% x 2000 x Rp.700,-
= Rp. 840.000,- +
Jumlah biaya produksi departemen I
Rp. 2.740.000,Rp.41.740.000,-
3. Jurnal untuk mencatat biaya produksi departemen I
Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku
BDP – Biaya BB Dept. I
Rp.11.000.000,-
Persediaan BB
Rp.11.000.000,-
Jurnal untuk mencatat baiaya tenaga kerja
BDP – BTK Dept. I
Rp.14.840.000,Gaji dan upah
Rp.14.840.000,Jurnal untuk mencata Biaya overhead pabrik
BDP – BOP Dept I
Rp.15.900.000,-
BOP sesungguhnya
Rp.15.900.000,-
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer 0leh departemen I ke
departemen II
Dept. Accounting
- 57 –
BDP – BB department II
Rp.39.000.000,BDP – BB departemen I (20.000 x Rp.500,-)
BDP – BTK departemen I (20.000 x Rp.700,-)
BDP – BOP departemen I (20.000 x Rp.750,-)
Rp.10.000.000,Rp.14.000.000,Rp.15.000.000,-
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir pada departemen
I
Persediaan Barang dalam proses akhir departemen I
Rp.2.740.000,-
BDP – BB departemen I
Rp.1.000.000,-
BDP – BTK departemen I
Rp. 840.000,-
BDP – BOP departemen I
Rp. 900.000,-
4. Alur Biaya Produksi (000)
Persd. BB
BDP-BB Dept.I
BDP-BB Dept.II
11.000
11.000. 10.000
1.000
39.000
Gaji dan Upah
14.840
BDP - BTK
14.840 14.000
840
Biaya Overhead
15.900
BDP – BOP
Persd. Barang Dalam Proses
15.900 15.000
900
2.740
Perhitungan harga pokok produk departermen II
Produk jadi yang ditransfer dari departemen I ke departemen II adalah 20.000 unit telah
membawa jumlah biaya produksi dari departemen I sebesar Rp.39.000.000,- Untuk mengolah
produk yang diterima dari departemen I ternyata di departemen II perlu biaya tambahan yang
berupa biaya tenaga kerja sebesar Rp.15.560.000,- dana biaya overhead pabrik Rp.17.505.000,produk yang diolah di departemen II 20.000 unit teteapi yang menjadi produk selesai dan
transfer ke gudang 19.000 unit sedang yang 1.000 unit masih dalam proses pada akhir periode
akuntansi dengan tingkat penyelesasian biaya konversi 45%.
Dept. Accounting
- 58 –
Perhitungan biaya yang ditambahkan di departemen II sebagai berikut :
Jenis Biaya
Tenaga Kerja
Jml. Biaya
Unit Ekuivalen
15.560.000,- 19.000 + 45% x 1000 = 19.450
Biaya/unit
800,-
Overhead Pabrik
Jumlah
17.505.000,- 19.000 + 45% x 1000 = 19.450
33.065.000,-
900,1.700,-
Harga pokok produk jadi di departemen II sebagai berikut :
Harga pokok produk dari departemen I = 20.000 x Rp.1.950,-
= Rp.39.000.000,-
Biaya yang ditambahkan di deparemen II = 19.000 x Rp.1.700,-
= Rp.32.300.000,-
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
= Rp.71.300.000,-
Harga Pokok Produk dalam proses akhir :
Harga pokok dari departemen I = 2.000,- x Rp.1.950,-
= Rp.3.900.000,-
Biaya yang ditambahkan di departemn II
Biaya tenaga kerja
= 45% x 1.000 x Rp.800,-
Rp.360.000,-
Biaya overhead pabrik = 45% x 1.000 x Rp.900,-
Rp.405.000,- + Rp. 765.000,- +
Harga Pokok Produk Dalam Proses Akhir
Rp.2.715.000,-
Perhitungan harga pokok per unit Departemen II
Jenis Biaya
Hp.Produk Dept I (20.000)
Biaya yang ditambah di departemen II
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya yang ditambah di departemen II
Jumlah biaya prod. komulatif di departemen 2
Perhitungan biaya :
Jml. Biaya
39.000.000,-
Biaya per unit
1.950,-
15.560.000,17.505.000,33.065.000,72.065.000,-
800,900,1.700,3.650,-
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
= 1.900 x Rp.3.650,= Rp.69.350.000,Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen I = 1.0000 x Rp.1.950,- Rp.1.950.000,Biaya yang ditambahkan di departemen II
Biaya tenaga kerja
Rp. 360.000,Biaya overhead pabrik
Rp. 405.000,- Rp. 2.715.000,Jumlah biaya komulatif yang dibebankan di departemen II
Rp.72.065.000,PT YAMONAH
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPARTEMEN II
Periode Agustus 2005
Data Produksi:
Dept. Accounting
- 59 –
Produk masuk dalam proses
Produk yang diterima dari departemen I
Produk dalam proses akhir
20.000 unit
19.000 unit
1.000 unit +
20.000 unit 0
Biaya yang dibebankan Departemen II selama bualan Agustus 2005
Jenis Biaya
Hp.Produk Dept I (20.000)
Biaya yang ditambah di departemen II
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya yang ditambah di departemen II
Jumlah biaya prod. komulatif di departemen 2
Jml. Biaya
39.000.000,-
Biaya per unit
1.950,-
15.560.000,17.505.000,33.065.000,72.065.000,-
800,900,1.700,3.650,-
Perhitungan biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
= 1.900 x Rp.3.650,-
= Rp.69.350.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen I = 1.0000 x Rp.1.950,- Rp.1.950.000,Biaya yang ditambahkan di departemen II
Biaya tenaga kerja
Rp. 360.000,-
Biaya overhead pabrik
Rp. 405.000,- Rp. 2.715.000,-
Jumlah biaya komulatif yang dibebankan di departemen II
Rp.72.065.000,-
Jurnal untuk mencatat biaya produksi pada departemen II berdasarkan informasi yang
disajikan dalam laporanharga pokok produksi departemen II, maka biaya yang terjadi
dalam departemen II dicatata dalam jurnal sebagai berikut :

Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen I
BDP – Biaya bahan baku departemen II

Rp. 39.000.000,-
BDP – Biaya bahan baku departemen I
Rp.10.000.000,-
BDP – Biaya tenaga kerja departemen I
Rp.14.000.000,-
BDP – Biaya overhead pabrik departemen I
Rp.15.000.000,-
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja.
BDP – Biaya tenaga kerja departemen II
Dept. Accounting
- 60 –
Rp.15.560.000,-
Gaji dan upah

Rp.15.560.000,-
BDP – Biaya overhead pabrik departemen II Rp.17.505.000,BOP sesungguhnya

Rp.17.505.000,-
Jurnal untuk mencata produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan produk jadi

Rp.69.350.000,-
BDP – Biaya BB departemen II (19.000 x Rp1.950,-)
Rp.37.050.000,-
BDP – Biaya TK departemen II (19.000 x Rp.800,-)
Rp.15.200.000,-
BDP – BOP departemen II (19.000 x Rp.900,-)
Rp.17.100.000,-
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk dalam proses akhir
Persediaan produk dalam proses
Rp.2.715.000,-
BDP – Biaya BB departemen II
Rp.1.950.000,-
BDP – Biaya TK departemen II
Rp. 360.000,-
BDP – Biaya overhead departemen IIRp. 405.000,Catatan :
Jiaka menggunakan rekening transfer departemen, maka jurnal untuk produk jadi dan barang
dalam proses adalah :
1. Jurnal produk jadi
Persediaan produk jadi
Rp.69.350.000,Transfer departemen I (19.000 x Rp.1.950,-)
Rp.37.050.000,BDP – BTK departemen II (19.000 x Rp.800,-)
Rp.15.200.000,BDP – BOP departemn II (19.000 x Rp.900,-)
Rp.17.100.000,2. Jurnal untuk mencatat produk dalam proses akhir
Persediaan barang dalam proses
Rp.2.715.000,Trsnsfer deparetemen I (1.000 x 1.950)
Rp.1.950.000,BDP – BTK dept. II (1.000 x 45% x 800)
Rp. 3.60.000,BDP – BOP dept II (1.000 x 45% x 900)
Rp. 405.000,F. Metode Harga Pokok Proses Biala Terdapat Barang Dalam Proses Awal
Pada perusahaan industri yang menerapkan metode harga pkok proses sering menemui
beberapa masalah, masalah tersebut antara lain disebabkan karena adanya hal-hal sebagai
berikut :
1. Persediaan awal produk dalam proses
2. produk hilang pada waktu proses produksi
3. produk ada yang rusak dan dicatat pada waktu proses produksi
4. Penambahan bahan baku stelah departemen pertama
Dept. Accounting
- 61 –
Bila pada akhir periode akuntansi ada sebagian produk yang belum selesai, maka produk
tersebut akan merupakan persediaan awal produk dalam proses pada periode berikutnya.
Persediaan produk dalam proses ini telah mempunyai harga pokok per satuan yang berasal
dari periode sebelumnya, yang mungkin berbeda dengan harga poko per satuan pada periode
berikutnya.
Dengan demikian, akan menimbulkan masalah dalam perhitungan harga pokok produk
jadi yang ditransfer ke gudang maupun harga poko produk dalam proses akhir pada periode
tersebut. Untuk mengatasi maalah tersebut, maka penentuan harga pokok dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu harga poko rata-rata (Average Costing Method) dan metode FIFO.
1. Metode Rata-rata (Average Cost)
Dalam metode rata-rata harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambhakan
kepada biaya produksi sekarang dan jumlahnya dibagi dengan unit ekuivalen produk
sehingga ketemu harga pokok rata-rata.
Contoh :
PT SEGAR MENGI memproduksi satu jenis produk melalui satu departemen produksi,
selama bualan September 2005 telah melakukan kegiatan sebagai berikut:
Persediaan produk dalam proses awal memiliki tingkat penyelesaian bahan baku dan
bahan penolong 100% dan biaya konversi 60%
300 unit
Produk masuk dalam proses bulan September 2005
1.000 unit
Produk selesai ditransfer ke gudang
1.100 unit
Produk dalam proses akhir dengan tingkat penyelesaian bahan baku dan bahan penolong
100% dan biaya konversi 75%
200 unit
Data biaya :
Harga pokok produk dalam proses awal periode :
Bahan baku
Rp .60.000,-
Bahan penolong
Rp. 20.000,-
Tenaga kerja
Rp. 50.000,-
Overhead pabrik
Rp. 15.000,-
Jumlah
Rp.145.000,-
Biaya produksi yang terjadi selama bulan September 2005 adalah
Bahan baku
Rp. 395.000,-
Dept. Accounting
- 62 –
Bahan penolong
Rp. 266.000,Tenaga kerja
Rp. 406.000,Overhead pabrik
Rp. 352.000,Jumlah
Rp.1.421.000,Dengan menggunakan metode harga pokok rata-rata, maka perhitungan harga pokok
(Rp) sebagai berikut :
Jenis Biaya
Bahan baku
Bahanpenolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik
Unit Ekuivalen
1100+100%x200 =1300
1100+100%x200 =1300
1100+75%x200 =1250
1100+75%x200 =1250
Jumlah
HP. BOP awal
60.000,20.000,50.000,15.000,145.000,-
B. bln. Sept’05
395.000,266.000,406.000,352.000,1.421.000,-
Total Biaya
455.000,286.000,456.250,368.750,1.566.000,-
Hp/unit
350,220,365,295,1.230,-
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang
= 1.100 x Rp.1.230,-
= Rp.1.353.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Bahan baku 100% x 200 x Rp.350,-
Rp. 70.000,-
Bahan peonolong 100% x 200 x Rp.220,-
Rp. 44.000,-
Biaya tenaga kerja 75% x 200 x Rp.365,-
Rp. 54.750,-
Biaya overhead pabrik 75% x 200 x Rp.295,-
Rp. 44.250,-
Jumlah biaya produksi bulan September 2005
= Rp. 213.000,Rp.1.566.000,-
PT SEGAR MENGI
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
Periode September 2005
Data Produksi:
Produk masuk dalam proses tingkat penyelesaian
Bahan baku dan bahan penolong 100% dan biaya knversi 75%
Produk masuk dalam proses
300 unit
1.000 unit
Jumlah produksi bulan September
1.300 unit
Produk jadi yang ditransfer ke gudang
1.100 unit
Produk dalam proses akhir dengan Tk penyelesaian
Bahan baku dan bahan penolong 100%, B. konversi
200 unit
1.300 unit
0
Perhitungan Biaya (Rp) selama bualan September 2005
Jenis Biaya
Jml. Biaya
Dept. Accounting
- 63 –
HP per unit
Biaya yang dibebankan bulan September 2005
Biaya yang yang melekat pada BDP awal
Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Jumlah
Biaya yang dikeluarkan bualan September 2005
Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya produksi
60.000,20.000,50.000,15.000,33.065.000,395.000,266.000,406.000,353.750,1.421.000,-
350,220,365,295,1.230,-
Perhitungan biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Gudang
= 1.100 x Rp.1.230,-
= Rp.1.353.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Rp. 70.000,Rp. 44.000,Rp. 54.000,Rp. 44.000,-
Rp. 213.000,Jumlah biaya produksi yang dibebankan
Rp.1.566.000,Metode harga pokok proses, bila harga pokok produksi memakai metode rata-rata, produk diolah
melalui lebih dari satu departemen dan terdapat persediaan awal produk dalam proses.
Contoh :
Perusahaan MEKEH-MEKEH meproduksi produknya melalui dua departemen produksi yaitu
Departemen produksi A dan Departemen Produksi B. data biaya dan data produksi selama bulan
Okrtober 2009 pada kedua departemen produksi tersebut adalah :
Data Produksi
Produk dalam proses awal pada tingkat penyelesaian BBB
100%, BK 40%
Produk dalam proses awal dengan tingkat penyelesaian
BTK 30%, BTK 60%
Produk masuk proses
Produk ditransfer ke departemen B
Produk yang diterima dari departemen A
Produk jadi ditransfer ke Gudang
Produk dalam proses akhir dengan tingkat penyelesaian
BBB 100%, BK 40%,
BTK 40%, BOP 75%
Harga pokok produk dalam proses awal
Harga pokok produk dari departemen A
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Dept. Accounting
- 64 –
Departemen A
Departemen B
2000 kg
3000 kg
20.000 kg
19.000 kg
19.000 kg
21.000 kg
3.000 kg
1.000 kg
Rp. 500.000,Rp. 660.000,Rp. 555.000,-
Rp.3.025.000,Rp.1.980.000,Rp.2.325.000,-
Biaya produksi dalam bulan oktober 2009
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Rp.5.000.000,Rp.5.400.000,Rp.5.000.000,-
Rp.16.210.000,Rp.19.425.000,-
Dari data diatas untuk bisa menghitung harga pokok produk jadi harus dibuat perhitungan biaya
pada departemen A terlebih dahulu. Pada departemen A biaya produksi yang harus
diperhitungkan adalah biaya yang melekat pada produk dalam proses awal dan biaya yang
dikeluarkan oleh departemen A pada bulan Oktober 2009.
Biaya yang melekat pada produk dalam proses awal adalah biaya yang berasal dari periode
sebelumnya sehingga peritungan biaya tampak sebagai berikut :
Biaya yang
melekat
pada produk
dalam
Jenis Biaya
Biaya yang ditam
bahkan bln
Okt.09
Jumlah Biaya
( 2+3)
Unit cost
Unit ekuivalen
(4:5)
proses awal
1
2
3
4
Bahan baku
Biaya tenaga
Kerja
Rp
500,000
Rp
5,000,000
Rp 5,500,000
Rp
660,000
Rp
6,060,000
Rp 6,720,000
Biaya Overhead
Rp
525,000
Rp
5,000,000
Rp 5,525,000
Rp
1,685,000
Rp
16,060,000
Rp 17,745,000
Total
5
19000+100%x3000 =
22000
19000+40%x3000 =
20200
19000+40%x3000 =
20200
6
Rp
250
Rp
300
Rp
275
Rp
825
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
= 19.000 x Rp.825.000 =
Rp.15.675.000,-
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
Biaya bahan baku 100% x 3.000 x Rp.250,-
Rp.750.000,-
Biaya tenaga kerja 40% x 3.000 x Rp.300,-
Rp.360.000,-
Biya overhead pabrik 40% x 3.000 x Rp.275,-
Rp.330.000,Rp. 1.440.000,-
Jumlah biaya porduksi yang dibebanklan ke Departen A
Rp.17.115.000,-
Dari perhitungan tersebut bila disajikan dalam bentuk laporan harga pokok produksi tempak
sebagai berikut :
PERUSAHAAN MEKEH-MEKEH
Laporan Harga Pokok Produksi Departemen A
Periode Oktober 2009
Data produksi :
Produk dalam proses awal
Produk masuk proses
2.000 kg
20.000 kg
Dept. Accounting
- 65 –
Jumlah produksi bulan oktober 2009
22.000 kg
Produk ditransfer ke departemen B
19.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan oktober
Jumlah produk yang dihasilkan
3.000 kg
22.000 kg
Biaya yang dibebankan dalam departemen A
Jenis Biaya
Biaya Bahan baku
Biaya Tenaga kerja
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah biaya yang dibebankan Dep.A
Total Biaya
Rp. 5.500.000,Rp. 6.060.000,Rp. 5.555.000,Rp.17.115.000,-
Perhitungan biaya :
Harga pokok produk jadi Departemen B
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
19.000 x Rp.825,Harga pokok produk dalam proses akhir
Bahan baku
Rp.750.000,Biaya tenaga kerja
Rp.360.000,Biaya overhead pabrik
Rp.330.000,Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen A
H. Pokok/Kg
Rp.250,Rp.300,Rp.275,Rp.825,-
Rp.15.675.000,-
Rp. 1.440.000,Rp.17.115.000,-
Perhitungan biaya produksi pada departemen B
19.000 x Rp.825,-
Rp.15.675.000,-
Harga pokok produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku
Rp.750.000,-
Biaya tenaga kerja
Rp.360.000,-
Biaya overhead pabrik
Rp.330.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan dalam department A
Rp. 1.440.000,Rp.17.115.000,-
Perhitungan biaya produksi di departemen B
Perlu diingat bahwa harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen B adalah harga pokok
yang besifat komulatif yaitu merupakan penjumlahan harga pokok produk yang berasal dari
departemen A ditambah harga pokok dari departemen B sendiri kemudian dihitung harga ratarata untuk setiap satuan produk.
Perhitungan harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya.
Hp.Produk dalam proses awal Hp.Produk yang di
dari dept sebelumnya
+ transfer dept Sblm
Hp. Produk dari Dept. sebelumnya =
Dept. Accounting
- 66 –
Produk dalam proses awal
+ Produk yang ditrans
Fer dept sblm
Perhitungan harga pokok per satuan yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen
pertama.
Biaya BB yang melekat pada Biaya BB yang ditambah
Produk dalam proses awal + dalam periode berjalan
1. Biaya B Baku per unit =
Unit ekuivalen biaya bahan baku
Biaya TK yang melekat
Produk dalm proses awal
Biaya TK yang ditambah
+ kan pada periode berjalan
2. biaya tenaga kerja per unit =
Unit ekuivalen biaya Biaya tenaga kerja
Biaya BB yang melekat pada
Biaya BB yang ditambah
Produk dalam proses awal + dalam periode berjalan
3. B O P per unit
=
Unit ekuivalen biaya Biaya tenaga kerja
Dari contoh diatas bila dihitung biaya produksi per unit dalam departemen B adalah sebagai
berikut :
Jenis Biaya
Biaya yang melekat
Biaya yang ditam
pada produk dalam
bahkan bln Okt.09
Jumlah Biaya
( 2+3)
Unit cost
Unit ekuivalen
(4:5)
proses awal
1
2
HPP dari Dep.A
Biaya tenaga Kerja
Rp
Rp
Biaya Overhead
3
3,025,000
1,980,000
Rp
2,325,000
Rp
15,675,000
4
5
6
Rp 18,700,000
19000+100%x3000 = 22.000
Rp
850
850
Rp
16,210,000
Rp 18,190,000
21000+40%x1000 = 21.400
Rp
Rp
19,425,000
Rp 21,750,000
21000+75%x1000 = 21.750
Rp 1,000
Total
Rp 58,640,000
Rp 2,700
Perhitungan biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang
21.000 x Rp.2.700,-
Rp. 56.700.000,-
Harga pokok produk dalam proses
Harga pokok yang berasal dari Dept. A = 1000x Rp.850,- = Rp.850.000,Tambahan biaya Departemen B
Biaya tenaga kerja = 40% x 1000 x Rp.850,-
Rp.340.000,-
Dept. Accounting
- 67 –
Biaya overhead pabrik = 75% x 1000 x Rp.1.000,-
Rp.750.000,Rp. 1.940.000,Rp.58.640.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan di Departemen B
PERUSAHAAN MEKEH-MEKEH
Laporan Harga Pokok Produksi Departemen B
Periode Oktober 2009
Data produksi :
Produk dalam proses awal
Produk diterima dari Depatermaen A
3.000 kg
19.000 kg
Jumlah produk dalam proses
Produk ditransfer ke Gudang
Produk dalam proses akhir
22.000 kg
21.000 kg
1.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan
22.000 kg
0
Biaya yang dibebankan dalam departemen B
Jenis Biaya
Biaya produk dari departemen A
Biaya yang ditambahkan di Depratemen B
Biaya Tenaga kerja
Biaya Overhead Pabrik
Jumlah biaya yang dibebankan Dep.B
Total Biaya
Rp. 18.700.000,-
H. Pokok/Kg
Rp. 850,-
Rp. 18.190.000,Rp. 21.750.000,Rp.58.640.000,-
Rp. 850,Rp.1.000,Rp.2.700,-
Perhitungan biaya :
Harga pokok produk jadi Departemen B
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B
19.000 x Rp.825,Harga pokok produk dalam proses akhir
Bahan baku
Rp.750.000,Biaya tenaga kerja
Rp.360.000,Biaya overhead pabrik
Rp.330.000,Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen A
Rp.15.675.000,-
Rp. 1.440.000,Rp.17.115.000,-
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Gudang
21.000 x Rp.2.700,-
Rp.15.675.000,-
Harga pokok produk dalam proses akhir
HP.Produk dari Dept A =1000xRp.850,-
Rp.750.000,-
Biaya yang ditambahkan di Departemn B
Dept. Accounting
- 68 –
Biaya tenaga kerja
Rp.340.000,-
Biaya overhead pabrik
Rp.750.000,-
Jumlah biaya yang dibebankan dalam department B
Rp. 1.440.000,Rp.58.640.000,-
BAB V
HARGA POKOK BERSAMA DAN HARGA POKOK
PRODUK SAMPINGAN
Pendahuluan
Metode harga pokok bersama pada dasarnya sama dengan harga pokok proses, yaitu
harga pokok yang baru diketahui steleh proses produksi. Pada harga pokok bersama penelusuran
biaya produksi sangat sulit untuk diketahui, karena dari suatu proses produksi dengan bahan
baku dan factor produksi yang sama dihasilkan beberapa jenis produk yang berbeda.
Contoh alur produksi :
Input
BB
BTK
BOP
Ouput
Produk A
Produk B
Produk C
Proses Produksi
Proses lebih
lanjut
Dalam pemrosesan lebih lanjut produk yang telah dihasilkan pada proses produksi bersama
kadang –kadang perlu pengolahan lebih lanjut, karena produk yang dihasilkan tersebut
memililiki nilai jual yang relative kecil. Dengan diolahnya produk tersebut akan terjadi
penambahan biaya sehingga harga prokok produk tersebut juga meningkat. Contoh pada industri
minyak kacang. Ampas kacang akan diolah lebih lanjut untuk menjadi oncom.
Dept. Accounting
- 69 –
Perhitungan harga pokok produk tersebut, penetapan besarnya bahan baku, biaya tenaga kerja
dan biaya overhead pabrikyang melekat produk A, B dan C sulit untuk ditelusuri, sehingga
penetapan harga pokok produk tersebut harus menggunakan beberapa metode dengan asumsi dan
dasar pembebanan yang berbeda.
Berhubungan dengan kasus diatas, akan dibahas hal-hal berikut :
1. Pengertian biaya bersama.
2. Akuntansi produk bersama
3. Akuntansi produk sampingan
4. Penerapan perhitungan harga pokok bersama dan produk sampingan
I. Pengertian Produk Bersama dan Sampingan
Dalam perusahaan industri sering dujumpai terjadinya kegiatan proses produksi dari satu
jenis bahan baku yang secara serentak menghasilkan beberapa jenis produk. Jika terjadi hal
demikian, produk yang dihasilkan tersebut dinamakan produk bersama ( Joint product) atau
sebagai produk sampingan (By Product)
Contoh .
Industri penggilingan padi mengolah gabah menjadi beras, menir, bekatul,dedak dan sekam.
Pertamina mengolah minyak mentah menjadi premix, bensin, solar, aspal dansebagainya.
Suatu industri yang mengolah bahan baku yang sama, tetapi menghasilkan beberapa jenis
produk akan menimbulkan suatu masalah yaitu bagaimana cara mengalokasikan
(membebankan) biaya bersama kepada setiap jenis produk yang dihasilkan secara bersama.
Hal ini dikarenakan alokasi biaya bersama untuk kepentingan penentuan harga
pokokpersediaan dan penentuan laba. Disamping itu dari hasil produksi tersebut dapat dilihat
mana yang termasuk produk bersama dan mana yang termasuk produk sampingan
1. Produk bersama
Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi scara serentak dalam
serangkaian proses produksi. Beberapa macam produk tersebut biasanya mempunyai nilai
jual yanh relative sama.
Ciri-ciri produk bersama antara lain :
Dept. Accounting
- 70 –
a. Produk bersama diolah dan dihasilkan secara serantak, jika produk yang satu
bertambah maka produk yang lain ikut bertambah.
b. Mempunyai nilai jual yang relative sama
c. Pada waktu terjadi titik pisah dalam proses produksi stiap jenis produk
memperlihatkan identitas yang sama
d. Produk bersama merupakan tujuan utama dari kegiatan produksi
e. Produk tidak dapat menghindarkan diri jika hanya menghasilkan satu jenis produk
bersama.
2. Produk Sampingan
Produk sampingan adalah produk yang dihasilkan secara serentak dengan produk
bersama dalam serangkaian proses produksi, tetapi produk sampingan mempunyai nilai
jual lebih rendah dari pada produk bersama.
Dari pengertian tersebut, maka untuk membedakan antara produk bersama dengan
produk sampingan dasarnya adalah nilai jual.
Produk sampingan terdiri atas dua produk antara lain :
i.
Produk sampingan setelah terpisah dari produk bersama tanpa diolah lebih lanjut dan
laku terjual.
ii.
Produk sampingan setelah terpisah dari produk bersama dengan melalui pengolahan
lebih lanjut baru laku dijual
II. Akuntansi Produk Bersama
Mengingat produk bersama diolah dari bahan baku yang sama dan secara serentak maka
biaya yang timbul dalam pengolahan produksi bersama disebut sebagai biaya bersama. Jadi
biaya bersama adalah biaya-biaya yang terjadi sejak mengolah bahan baku sampai dengan
masing-masing produk bersama memperlihatkan identitasnyamenjadi produk jadi. Biaya
bersama tidak sama dengan biaya bergabung. Sedang biaya bergabung adalah biaya untuk
memproduksi beberapa macamproduk secara terpisah, tetapi dilakukan pada waktu yang
sama dan fasilitas yang sama menghasilkan barang. Contoh perusahaan textile dan
perusahaan garment.
Biaya bersama sulit ditelusuri melekatnya pada produk sehinggabila dbagikan secara tegas
kepada produk tidak bisa. Oleh karena itu untuk mengalokasikan kepada produk digunakan
metode harga jual relatif, satuan fisik, rata-rata biaya per unit dan rata-rata tertimbang.
Dept. Accounting
- 71 –
1. Metode Nilai Jual Relatif.
Dalam metode nilai jual relatif dasar pembebanan biaya bersama pada setiap jenis produk
yang dihasilkan adalah harga jual setiap jenis produk yang bersangkutan. Jika salah satu
jenis produk dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dari produk yang lainnya, maka
produk tersebut akan mendapatkan alokasi biaya bersama yang lebih tinggi dari produk
lainnya. Dasar pemikiran metode ini adalah harga jual suatu produk yang merupakan
perwujudan biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk.
Alokasi
Juml. nilai jual setiap produk
Biaya Bersama setiap =
x Juml. Biaya bersama
Jenis produksi
Juml. nilai jual semua jenis produk
Menurut nilai jual relatif pada saat terjadi titik pisah ada dua kemungkinan yaitu produk
langsung dapat diketahui nilai jualnya dan produk tidak langsung dapat diketahui nilai
jualnya.
a. Pada waktu titik pisah produk diketahui nilai jualnya
Contoh :
Biaya
bersama
yang
dikeluarkan
Perusahaan
selama
periode
akuntansi
Rp.10.100.000,- biaya bersama tersebut dapat menghasilkan produk :
Produk A 10.000 unit
Produk B
8.000 unit
Produk C
7.000 unit
Pada waktu titik pisah harga jual, Produk A Rp.1.000,- , Produk B Rp.750,- , Produk
C Rp.600,Diminta ;
1. Buat alokasi biaya bersama dan hitung harga pokok per unit setiap jenis produk
2. Hitung berapa % laba kotor setiap jenis produk jika produk A dapat terjual 9000
unit Produk B 7.500 unit dan Produk C 5.000 unit
Jawab :
1. Menghitung alokasi biaya bersama
Jenis
Juml
Produk
unit
Harga/Unit
Jml Harga
1
2
1x2
A
10,000
1,000
10,000,000
Alokasi Biaya Bersama
Jual Relatif
4
10.000.000 X 10.100.000 = 5.000.000
Dept. Accounting
- 72 –
HP/unit
4:1
50
0
20.200.000
B
2,000
750
37
6.0000 X 10.100.000 = 3.000.000
1,500,000
5
20.200.000
C
7,000
600
30
4.2000 X 10.100.000 = 2.100.000
4,200,000
0
20.200.000
2. Menghitung laba kotor masing-masing produk
A
9,000
Produk
B
7,500
C
5,000
Hasil penjualan (Rp)
9,000,000
5,625,000
3,000,000
17,625,000
HP.Penjualan (Rp)
4,500,000
2,812,500
1,500,000
8,812,500
Laba Kotor
4,500,000
2,812,500
1,500,000
8,812,500
50%
50%
50%
Unit yang dijual
% Laba kotor
Hasil penjualan
Produk A = 9000 x Rp.1000,-
= Rp.9.000.000,-
Produk B = 7.500 x Rp.750,-
= Rp.5.625.000,-
Produk C = 5.000 x Rp.600,-
= Rp.3.000.000,-
Harga pokok penjualan
Produk A = 9000 x Rp.500,-
= Rp.4.500.000,-
Produk B = 7.500 x Rp.375,-
= Rp.2.812.000,-
Produk C = 5.000 x Rp.300,-
= Rp.1.500.000,-
Laba kotor
Produk A
Hasil penjualan
= Rp.9.000.000,-
Harga pokok penjualan
= Rp.4.500.000,- (-)
Laba kotor
Rp.4.500.000,-
Dept. Accounting
- 73 –
Jumlah
21,500
50%
Produk B
Hasil penjualan
= Rp.5.625.000,-
Harga pokok penjualan
= Rp.2.812.000,- (-)
Laba kotor
Rp. 2.812.000,-
Produk C
Hasil penjualan
= Rp.3.000.000,-
Harga pokok penjualan
= Rp.1.500.000,- (-)
Laba kotor
Rp. 1.500.000,-
% Laba kotor
Produk A = 4.500.000 x 100% = 50%
9.000.000
Produk B = 2.812.000 x 100% = 50%
5.625.000
Produk C = 1.500.000 x 100% = 50%
3.000.000
b. Pada titik pisah produk tidak diketahui nilai jualnya
Produk bersama pada saat terjadi titik pisah belum bisa diketahui harga jualnya.
Produk bersama tersebut baru bisa diketahui harga jual relatifnya bila diolah lebih
lanjut samapai produk bersama tersebut siap untuk dijual.
Yang dimaksud harga jual hipotesis adalah harga jual produk setelah diolah lebih
lanjud sampai produk siap dijual dikurangi biaya pengolahan setelah titik pisah.
Contoh :
Biaya bersama selama satu periode akuntansi yang telah dikeluarkan oleh PT berama
sebesar Rp.6.700.000,-. Biaya bersama tersebut menghasilkan produk bersama 18.000
unit yang terdiri atas tiga produk berikut :
Produk A 5.000 unit
Produk B 6.000 unit
Produk C 7.000 unit
Setelah titik pisah produk tersebut diolah lebih lanjut dengan biaya tamabahan Produk
A Rp.300,-/unit, Produk B Rp.400,-/unit, Produk C tidak perlu diolah lebih lanjut.
Harga jual produk tersebutmasing-masing Produk A Rp.1.200,- Produk B Rp.950,dan Produk C Rp.800,Diminta :
Dept. Accounting
- 74 –
1. Hitung harga pokok per unit setiap jenis produk
2. Buat alokasi biaya bersama untuk setiap jenis produk
Jawab :
1. Harga pokok per unit setiap jenis produk
Produk A = 2.250.000 x Rp.1,- = Rp.450,5.000
Biaya pengolahan lebih lanjut = Rp.300,Rp.750,Produk B = 1.650.000 x Rp.1,- = Rp.275,5.000
2. Harga Pokok per unit Produk
Jenis
Produk
Harga
per
unit
Biaya
Pengl
lebih lanj.
1
2
Harga
jual
Jml.output
Hara jual
(unit)
hipotesis
3x4
hipotesis
1-2
3
Alokasi Biaya Bersama
6
A
1,200
300
900
5,000
4,500,000
4.500.000 x 6.700.000 = 2.250.000
13.400.000
B
950
400
550
6,000
3,300,000
3.300.000 x 6.700.000 = 1.650.000
13.400.000
C
800
0
800
7,000
5,600,000
5.600.000 x 6.700.000 = 2.800.000
13.400.000
2. Metode Satuan Fisik
Menurut metode satuan fisik biaya bersama dialokasikan kepada setiap produk berdasarkan
perbandingan kuantitas bahan yang dipakai oleh setiap produk. Kuantitas bahan yang harus
dinyatakan dengan satuan ukuran dan berat yang yang sama, apabila ukurannya berbeda
harus disamakan terlebih dahulu. Demikian pula produk yang dihasilkan juga harus dapat
dinyatakan dengan ukuran yang sama.
Contoh :
PT AJI MUMPUNG dalam satu periode akuntansi menghasilkan produk bersama berupa :
Produk E = 4.000 unit
Produk F = 5.000 unit
Produk G = 3.500 unit
Bahan yang dipakai untuk
Produk E = 2.700 unit
Produk F = 3.600 unit
Produk G = 3.700 unit
Biaya bersama yang terjadi selama periode akuntansi sebesar Rp.27.000.000,Diminta :
Buat alokasi biaya bersama dan hitung harga pokok per unit untuk setiap produk :
Jawab :
Jenis
Output
Pemakaian
% Pemakaian bahan
Produk
unit
bahan (Kg)
(%)
Alokasi Biaya Bersama (Rp)
Dept. Accounting
- 75 –
HP/unit
(Rp)
1
2
3
A
4,000
2,700
2.700 x 100% = 27%
10.000
B
5,000
3,600
3.600 x 100% = 36%%
10.000
C
3,500
3,700
3.700 x 100% = 37%
10.000
10,000
100%
Jumlah
4
27 x 27000.000 = 7.290.000
100
36 x 27000.000 = 9.720.000
100
37 x 27000.000 = 9.990.000
100
5
1,882.50
1,944.00
2,854.28
3. Metode rata-rata biaya bersama.
Metode ini dapat digunakan oleh perusahaan bila produk bersama yang dihasilkan dapat
diukur dalam satuan yang sama, walaupun kwalitasnya berbeda. Harga pokok masing-masing
produk dihitung sesuai proporsi jumlah produksi. Jadi harga pokok setiap produk dapat
dihitung dengan rumus :
Harga pokok setiap senis produk = Jumlahproduk dikalikan dengan harga pokok produk rata-rata per satuan
Harga pokok setiap satuan = Jumlah biaya bersama yang dibebankan dibagi jumlah seluruh Produk
Contoh :
Perusahaan Textil Atmatex dalam satu periode akuntansi menghasilkan produk bersama
sebagai berikut :
Textil No.1
1.000 yard
Textil No.2
1.500 yard
Textile No.3
1.750 yard
Biaya bersama yang telah dikeluarkan untuk membuat textile tersebut Rp.11.687.500
Diminta :
Membuat alokasi biaya bersama sehingga setiap jenis produk bersana dapat diketahui harga
pokoknya.
Jawab :
Jumlah biaya bersama
Rp.11.687.500,-
Jumlah seluruh produk
4.250 yard
Harga pokok per unit
= 11.687.500 = Rp.2.750,4.250
Tabel harga pokok tiap jenis produk :
No.
01
Jml (Yard )
1,000
Hp.Unit
Rp
2,750
Total Harga
Rp
2,750,000
Dept. Accounting
- 76 –
02
03
1,500
1,750
4,250
Total
Rp
Rp
2,750
2,750
Rp
Rp
Rp
4,125,000
4,812,500
11,687,500
4. Metode Rata-rata tertimbang
Dalam metode rata-rata tertimbang setiap jenis produk yang dihasilkan secara bersama
ditentukan dahulu angka penimbangnya (bobot)
Dasar untuk menentukan angka penimbangan (bobot) diantaranya :
1. Jumlah bahan yang dipakai
2. Tingkat kesulitan dalam membuat produk
3. Kuantitas tenaga kerja yang diperlukan
4. Waktu yang diperlukan dan harga jual masing-masing produk.
Bila setiap jenis produk sudah ditentukan angka penimbangnya kemudian dikalikan kuantitas
setiap jenis produk, hasilnya baru dipakai dasar alokasi
Contoh :
Biaya bersama yang dikeluarkan selama periode akuntansi Rp.16.800.000,Produk bersama yang dihasilkan :
Jenis Produk
A
B
C
Unit Produk
Angka Penimbang
Yang dihasilkan Berdasarkan Tingkat Kesulitan
50,000
60,000
40,000
4
3
1
Diminta :
Membuat alokasi biaya bersama dan hitung harga pokok per unit untuk setiap jenis produk.
Jawab :
Harga pokok masing-masing jenis produk dapat dihitung dengan cara berikut, diketahui
biaya bersama sebesar Rp.16.800.000,Jenis Produk
Produk
Angka
Yang dihasilkan Penimbang
Jumlah
Alokasi Biaya Bersama
A
50,000
4
Rp 200,000 200.000/420000 X 16.800.000
Rp 8,000,000
B
60,000
3
Rp 180,000 180.000/420000 X 16.800.000
Rp 7,200,000
C
40,000
1
Rp
Rp 1,600,000
TOTAL
Rp
40,000 40.000/420000 X 16.800.000
420,000
Dept. Accounting
- 77 –
Rp 16,800,000
III.Akuntansi Produk Sampingan
Pada akuntansi produk bersama telah dibahas bagaimana cara mengalokasikan biaya bersama
ke setiap produk jenis bersama yang dihasilkan. Dalam pembahasan produk sampingan akan
dikemukakan bagaimana cara memperlakukan hasil penjualan produk sampingan, mengingat
produk sampingan tersebut nilainya relatif murah dari pada produk utama. Alokasi produk
bersaba kepada produk sampingan kadang-kadang tidak perlu.
Oleh karena itu , akuntansi produk sampingan dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu
metode tanpa harga pokok dan metode harga pokok.
1. Metode Tanpa Harga Pokok
Metode tanpa harga pokok adalah metode yang hanya mencatat hasil penjualan produk
sampingan tanpa mengalokasikan biaya bersma kepada produk sampingan sehingga
produk sampngan tidak mempunyai harga pokok.
Hasil penjualan produk sampingan dapat diperlukan sebagai :
a. Pendapatan diluar usaha
b. Tamabahan pendapatan terhadap hasil penjualan produk bersama
c. Pengurang harga pokok penjualan
d. Pengurang jumlah biaya produksi
Contoh :
Perusahaan dalam satu periode akuntansi telah menghasilkan beberapa produk sebagai
berikut :

a. Produk utama sebanyak30.000 unit

Produk sampingan sebanyak 10.000 unit

Produk utama yang lakun terjual 25.000 unit @ Rp.1.000,- dan harga pokok produk
utama Rp.625,-/ unit.

Produk sampingan dijual laku Rp.500.000,-

Jumlah biaya produksi sebesar Rp.18.750.000,-

Biaya pemasaran produk utama Rp.2.500.000,-

Biaya administrasi dan umum Rp.3.250.000,-
Diminta :
Membuat laporan laba-rugi berdasarkan empat prinsip diatas.
Dept. Accounting
- 78 –
Jawab :
a. Penggunaan Prinsip Pendapatan di luar Usaha
Dalam prinsip pendapatan hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai
pendapatan di luar usaha. Bentuk laporan yang menggunakan prinsip tersebut
diuraikan dalam laporan laba-rugi kelompok pendapatan diluar usaha.
Bentuk laporan laba-rugi dengan mnggunakan prinsip pendapatan diluar usaha.
H asil penjualan produk utama (25.000 x Rp.1.000,-)
Rp.25.000.000,-
Harga pokok penjualan
Jumlah biaya produksi
Rp.18.750.000,-
Persediaan produk jadi akhir (5.000 x Rp.625,-) Rp. 3.125.000,- (-)
Harga pokok penjualan
Rp.15.625.000,-
Laba Kotor
Rp. 9.375.000,-
Biaya operasi :
Biaya pemasaran
Rp.2,500.000,
Biaya administrasi dan umum
Rp.3.250.000,- (+)
Jumlah biaya operasi
Rp. 5.750.000,-
Laba bersih Usaha
Rp. 3.625.000,-
Hasil penjualan produk sampingan
Laba bersih seblum pajak (EBT)
Rp.
500.000,-
Rp. 4.125.000,-
b. Penggunaan Prinsip Tambahan Pendapatan
Pada prinsip tambahan pendapatan untuk mendapatkan laba kotordapat diperoleh dari
pendapatan penjualan semua produk baik produk utama maupun produk sampingan
dikurangi biaya produksi. Dalam hal ini hasil penjualan produk sampingan
diperlakukan sebagai tambahan pendapatan terhadap penjualan produk utama.
Bentuk laporan laba-rugi dengan menggunakan prinsip tamabahan pendapatan :
Penjualan :
Produk utama
Rp.25.000.000,Produk sampingan
Rp.
500.000,Jumlah penjualan
Rp. 25.500.000,Harga pokok penjualan
Jumlah biaya produksi
Rp.18.750.000,Persediaan produk jadi akhir (5.000 x Rp.625,-) Rp. 3.125.000,- (-)
Harga pokok penjualan
Rp.15.625.000,Dept. Accounting
- 79 –
Laba Kotor
Biaya operasi :
Biaya pemasaran
Rp.2,500.000,
Biaya administrasi dan umum
Rp.3.250.000,- (+)
Jumlah biaya operasi
Laba bersih Usaha
Hasil penjualan produk sampingan
Laba bersih seblum pajak (EBT)
c. Penggunaan Prinsip Pengurangan Harga Pokok Penjualan
Rp. 9.375.000,-
Rp. 5.750.000,Rp. 3.625.000,Rp.
500.000,Rp. 4.125.000,-
Dalam prinsip pengurangan harga pokok penjualan, penjualan produk sampingan
diperlukan sebagai pengurang harga pokok penjualan. Oleh karena itu untuk
mendapatkan laba kotor diperoleh dengan cara mengurangi hasil penjualan produk
sampingan dengan harga pokok penjualan.
Bentuk laporan laba-rugi dengan menggunakan prinsip pengurangan harga pokok
penjualan :
Hasil penjualan produk utama (25.000 x Rp.1.000,-)
Rp.25.000.000,-
Harga pokok penjualan
Jumlah biaya produksi
Rp.18.750.000,-
Persediaan produk jadi akhir (5.000 x Rp.625,-) Rp. 3.125.000,- (-)
Harga pokok penjualan
Rp.15.625.000,-
Penjualan produk sampingan
Rp.
500.000,- (-)
Rp.15.125.000,-
Laba Kotor
Rp. 9.875.000,-
Biaya operasi :
Biaya pemasaran
Rp.2,500.000,
Biaya administrasi dan umum
Rp.3.250.000,- (+)
Jumlah biaya operasi
Rp. 5.750.000,-
Laba bersih seblum pajak (EBT)
Rp. 4.125.000,-
d. Penggunaan Prinsip Pengurangan Jumlah Biaya Produksi
Dalam prinsip pengurangan jumlah biaya produksi hasil penjualan produk sampingan
diperlakukan sebagai pengurang jumlah biaya produksi. Untuk membuat laporan
laba-rugi pada metode tersebut, yang pertama dilakukan adalah pengurangan dari
jumlah biaya produksi untuk mendapatkan produk sampingan, sehingga biaya
produksi turun dari Rp.18.750.000,- menjadi Rp.18.250.000,Dept. Accounting
- 80 –
Hal tersebut berpengaruh terhadap harga pokok per unit produk utama turun dari
Rp.625,- menjadi Rp.608,33 (18.250.000 : 30.000), maka nilai persediaan akhir
produk utama adalah Rp.3.041.650,- (5.000 x Rp.608,33)
Bentuk laporan laba-rugi sebagai berikut :
H asil penjualan produk utama (25.000 x Rp.1.000,-)
Rp.25.000.000,-
Hasil penjualan produk utama (25.000 x Rp.1.000,-)
Rp.25.000.000,-
Harga pokok penjualan
Jumlah biaya produksi
Rp.18.750.000,-
Hasil penjualan produk sampingan
Rp.
500.000,-
Rp. 18.250.000,Persediaan produk jadi akhir (5.000 x Rp.608,33)Rp. 3.041.650,- (-)
Harga pokok penjualan
Rp.15.208.350,-
Laba Kotor
Rp. 9.791.650,-
Biaya operasi :
Biaya pemasaran
Rp.2,500.000,
Biaya administrasi dan umum
Rp.3.250.000,- (+)
Jumlah biaya operasi
Rp. 5.750.000,-
Laba bersih Usaha
Rp. 4.041.650,-
Hasil penjualan produk sampingan
Laba bersih seblum pajak (EBT)
Rp.
500.000,-
Rp. 4.125.000,-
Pada umumnya perusahaan menggunakan prinsip tanpa harga pokok karena :
1. Nilai produk sampingan tidak begitu penting
2.
Produk sampingan saat terpisah dari produk utama tidak jelas
3. Penggunaan prinsip yang telah teliti memerlukan biaya yang tidak sebanding
dengan manfaatnya.
4. Apabila harga pokok produk sampingan dibebankan kepada produk utama, maka
perbedaannya tidak begitu tampak.
Akan tetapi, dengan mengunakan prinsip metode tersebut, juga terdapat beberapa
kelemahan :
1. Karena tidak ada harga pokok, maka sulit dikontrol dan menimbulkan peluang
yang kurang baik.
Dept. Accounting
- 81 –
2. Produk sampingan setelah selesai diproduksi tidak dilakukan pencatatan dan baru
diadakan pencatatan pada saat penjualan, jika penjualan tidak sama dengan waktu
produk sampingan diproduksi, maka akan mengakibatkan penghasilan dan biaya
yang tidak seimbang pada akhir peiode.
3. Sulit untuk menentukan nilai persediaan produk sampingan pada akhir periode.
Selain keempat metode diatas masih ada metode lain yaitu metode nilai pasar. Metode
nilai pasar sebenarnya sama dengan metode pengurangan jumlah biaya produksi.
Perbedaanya
3. Metode Harga Pokok Produk Sampingan
Meteode harga pkokok adalah metode yang mengalokasikan biaya bersama kepada
produk sampingan, sehingga produk sampingan mempunyai harga pokok.
Metode harga pokok biasanya diterapkan oleh perusahaan yang produk sampingannya
dipakai didalam pabrik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Harga pokok produk
sampingan yang berlaku di pasar, harga pokok produk ini kemudian dikreditkan pada
perkiraan BDP untuk bahan baku. Dengan demikian biaya produksi (bahan baku)
berkurang, hal ini mengakibatkan harga pokok per unit persediaan akhir produk utama
mejadi lebih rendah.
Contoh :
Peruahaan TAHU dalam bulan september 2005 menghasilkan 2000 unit produk utama.
Biaya produksi yang telah dikeluarkan Rp.360.000,-. Produk utama tersebut bahan
bakunya adalah produk sampingan dengan nilai pengganti Rp.24.000,Produk utama terjual 1.800 unit @ Rp.450.,Biaya penjualan Rp.200.000,Biaya administrasi dan umum Rp.110.000,Persediaan akhir produk utama 200 unit
Diminta :
Membuat laporan laba-rugi bulan september 2005
Jawab :
Penjualan produk utama 1.800 x Rp.450,Rp. 810.000,Harga pokok penjualan :
Biaya produksi
Rp.360.000,Biaya pengganti produk sampingan Rp. 24.000,- (+)
Rp.336.000,Persediaan produk akhir produk utama
= 336.000 x 200
Rp. 33.600,2.000
Harga Pokok Penjualan
Rp.302.000,- (-)
Dept. Accounting
- 82 –
Laba kotor
Rp.507.600,-
Biaya Operasi:
Biaya penjualan
Rp.200.000,Biaya administrasi dan umum
Rp.110.000,Jumlah Biaya Operasi
Laba bersih sbelum pajak
Dept. Accounting
- 83 –
Rp.310.000,- (-)
Rp.197.600,-
BAB VI
PERHITUNGAN BIAYA STANDAR DAN
ANALISIS SELISIH
A.
Pendahuluan.
Biaya standar adalah biaya-biaya yang ditetapkan terlebih dahulu untuk memproduksi satu
unit produksi selama periode tertentu dimasa yang akan datang.
Biaya standar mempunyai dua komponen : Biaya dan Standar.
Standar menyerupai norma dan segala hal yang dianggap normal pada umumnya dapat
diterima sebagai standar. Sebagai contoh perusahaan mebuler dalam membuat meja
terdapat tolok ukur secara kuantitas maupun kualitas yang mana standar ini akan
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Standar dapat ditunjukkan sebagai norma dalam satuan ukuran tertentu seperti jumlah
produk dalam unti, waktu kerja yang dieprlukan dan persentase kapasitas pabrik yang
diperguanakan. Dalam Perusahaan, standar dapat dugunakan untuk jangka waktu yang
lama. Perubahan standar dilakukan apabila metode produksi atau produksinya sendiri sydah
ketinggalan atau tidak dibutuhkan lagi.
B.
Keguanaan Biaya Standar
Sistem biaya standar membantu perencanaan dan pengendalian operasional serta memberi
gambaran manajerial terhadap tingkat biaya dan laba.
Biaya standar dapat digunakan sebagai :
1. Menetapkan anggaran
2.
Mengendalikan biaya, motivasi dan mengukur efisiensi
3.
Memperbesar kemungkinan pengurangan biaya
4.
Menyederhanakan prosedur penetapan biaya dan mempercepat penyajian laporan
penyajian biaya.
5.
Membebankan biaya ke persediaan bahan, barang dalam proses dan produk jadi
6.
Memberikan dasar untuk penetapan tender dan kontrak dan menetapakan harga
jual.
Standar berlaku sebagai tolok ukur yang mengarahkan perhatian pada variasi-variasi biaya,
para pimpinan dan penyelia perusahaan menjadi sadar akan pentingnya biaya, jika mereka
Dept. Accounting
- 84 –
tahu akibat – akibatnya. Kesadaran akan pentingnya biaya ini cenderung mendorong untuk
lebih berhemat dan meningkatkan efisiensi pada semua tahapan perusahaan.
Penggunaan biaya standar untuik keperluan akauntansi akan menyederhanakan prosedur
perhitungan biaya, dengan mengurangi biaya pencatatan dan administrasi. Sistem biaya
standar yang lengkap biasanya selalu disertai dengan standar operasi perusahaan.
Produksi standar yang mengharuskan adanya standar jumlah produk dan kegiatan pekerja
yang spesifik dipersiapkan sebelum produksi dimulai. Permintaan bahan, kartu jam kerja
dan kartu operasi juga dapat dipersiapkan sebelum produksi dimulai, sehingg biaya standar
dapat dirangkaikan. Apabila ada pesanan yang masuk ke perusahaan, maka jumlah
permintaan bahan, proses pengolahan dan biaya bisa langsung diterapkan. Semakin standar
proses produksi semakin sederhana proses pencatatannya.
Laporan-laporan dapat disusun secara sistimatis untuk penyajian informasi yang lengkap
mengenai standar, biaya yang sebenarnya terjadi dan berbagai selisih (variance).
Arsip biaya standar yang lengkap untuk setiap bagian dan operasi perusahaan akan
menyederhanakan cara pembebanan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses
dan produk jadi.
Penggunaan biaya standar menstabilakan pengaruh dari biaya-biaya bahan. Upaya untuk
mengajukan tender, memenangkan kontrak dan menetapkan harga jual akan sangat
dipermudah dengan adanya biaya standar yang andal dan pengkajian biaya standar secara
kontinyu.
C.
Perbandingan Anggaran dengan Standar
Anggaran adalah satu metode untuk mendapatkan informasi yang andal dan langsung
berkaitan dengan biaya operasi dan pengendalian Perusahaan.
Bila anggaran pabrikasi disusun berdasarkan standar bahan, upsh pekerja dan overhead
pabrik, maka terciptalah suatu sarana yang mantap untuk pengendalian dan pengurangan
biaya.
Standar bisa dikatakan sebagai hal yang mutlak perlu dalam penyusunan anggaran. Standar
dan anggaran mempunyai tujuan yang sama yaitu pengendalian manajerial sehingga kerap
kali dirasakan keduanya sama dan tidak dapat berfungsi sendiri-sendiri. Pendapat ini
didukung oleh kenyataan keduanya menggunakan biaya yang ditetapkan dimuka untuk
Dept. Accounting
- 85 –
periode mendatang. Hal ini memungkinkan dilakukannya pengendalian manajerial dengan
melakukan perbandingan antara biaya yang sebenarnya terjadi dengan biaya standar.
Perbedaan pokok antara anggaran dengan biaya standar terletak pada ruang lingkupnya.
Anggaran yang merupakan ikhtisar dari biaya yang diperkirakan, berlaku sebagai patokan
untuk mengarahkan perusahaan agar bergerak sesuai dengan arah yang sudah ditentukan.
Biaya standar tidak menyatakan biaya yang akan terjadi tetapi menekankan pada seberapa
besar biaya itu nantinya, jika pretasi kerja tercapai. Anggaran menekankan volume bisnis
dan tingkat biaya yang harus diupayakan apabila perusahaan ingin beroperasi seperti yang
diharapkan. Sedangkan standar menekankan pada tingkat pengurangan biaya yang harus
diusahakan. Apabila biaya dapat diturunkan pada tingkat tertentu, laba akan meningkat.
D.
Biaya Standar dan Selisih
Penetapan biaya standar didasarkan fisik yang biasa digunakan adalah :
1. Standar dasar (Basic Standat)
2. Standar yang berlaku (Current Standart)
Standar dasar adalah tolok ukur yang digunakan sebagai patokan pembanding untuk
orientasi kerja yang diharapkan dan yang sesungguhnya.
Standar yang berlaku terdapat tigenis :

Standar yang sebenarnya diaharapkan yaitu standar yang ditetapkan untuk tingkat
operasi dan efisiensi yang diharapkan akan terjadi. Standar ini merupakan estimasi
yang wajar dari hasil yang sebenarnya.

Standar normal yaitu standar yang untuk tingkat operasi dan efisiensi yang normal,
yang dimaksud untuk tingkat operasi dan efisiensi yang normal, maksudnya sebagai
tantangan yang bisa dicapai.

Standar teoritis yaitu standar yang ditetapkan untuk tingkat operasi dan efisiensi yang
ideal atau maksimum. Standar ini merupakan sasaran dan bukan sebagai orientasi kerja
yang harus dicapai pada saat ini.
Biaya ban dan upah tenaga kerja dihitung berdasarkan kondisi saat ini, dengan
memperhatikan kemungkinan perubahan harga bahan dan tarif upah serta pengaruh
efisiensi yang diharapkan. Biaya overhead didasrkan pada kondisi efisiensi dan volume
normal.
Dept. Accounting
- 86 –
Standar harus ditetapkan untuk periode tertentu agar efektif dalam pengendalian dan
menganalisis biaya. Lazimnya standar dihitung untuk jangka waktu satu semester atau satu
tahun bahkan ada kalanya digunakan untuk waktu yang lebih panjang.
Walaupun standar telah ditetapkan, juga perlu menyediakan kartu biaya standar yang tepat
yang memperlihatkan Pos-pos biaya untuk setiap unsur biaya itu sendiri baik biaya bahan,
biaya tenaga kerja maupun biaya overhead.
Biaya sebenarnya (actual cost) untuk bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik untuk setiap departemen produksi dibandingkan dengan biaya standar untuk masingmasing biaya. Dari perbandingan ini dianalisis dan diidentifikasi sebagai selisih untuk
masing-masing biaya.
Apabila biaya sebenarnya melebihi biaya standar, maka selisih biaya ani tidak
menguntungkan/ rugi karena hal ini akan mengurangi laba.
Sebaliknya apabila biaya standar melebihi biaya sebenarnnya maka selisih biayanya
disebut menguntungkan karena hal ini akan memperbesar laba.
Namun, berbagai analisis tersebut tidak berakhir dengan pengidentifikasian saja. Selisih
yang menjadi pertanyaan, bukan jawabannya. Alasan terjadinya selisih harus ditentukan
dan tindakan manajemen yang tepat harus diambil agar dapat dilakukan pengendalian biaya
yang dikehendaki.
E.
Satandar Biaya Bahan
Terdapat dua jenis standar yang harus disusun untuk biaya bahan :
1. Standar harga bahan
2. Standar kuantitas bahan
Standar dan Selisih Harga bahan digunakan untuk :
1. Menguji operasi kerja departemen pembelian dan pengaruh berbagai faktor internal dan
eksternal.
2. Mengukur dari naik-turunnya harga terhadap laba perusahaan.
Penentuan harga atau biaya yang akan digunakan sebagai biaya standar seringkali sulit,
karena harga yang digunakan lebih banyak digunakan oleh faktor-faktor eksternal, bukan
oleh manajemen Perusahaan. Harga yang dipilih harus mencerminkan harga dasar yang
berlaku dan umumnya digunakan sepanjang periode fiscal yang akan datang
Dept. Accounting
- 87 –
Apabila harga sebenarnya lebih besar atau lebih kecil dari harga standar, timbullah selisih
harga. Naik-turunnya harga yang terjadi selama tahun berjalan dicatat dalam rekening
selisih harga bahan. Harga standar diperbaiki pada saat dilakukan pemeriksaan persediaan
atau biala terdapat perubahan besar dalam pasar bahan baku atau suku cadang yang sangat
diperlukan.
Contoh :
Perushaan menetapkan standar bahan untuk produksnya sebagai berikut :
Satandar bahan per unit
2 kg @ Rp.250,-
Pembelian bahan
5000 kg @ Rp.247,-
Pemakaian bahan sesungguhnya
3.550 kg
Unit yang dihasilkan
1.750 unit
Standar kuantitas/ pemakaian bahan
........?
Diminta : hitung selisih harga bahan
Rumus :
Standar pemakaian bahan = standar bahan x unit yang dihasilkan
Unit yang diahsilakan
per unit
Untuk selisih harga bahan bisa dihitung pada saat pembelian maupun pemakaian bahan
dalam proses produksi.
Selisih harga pembelian = (HSb – HSt) x KBB
Selisih harga pemakaian = (HSb – HSt) x KBp
Keterangan :
HSb
= Harga sebenarnya
KBB
= Kuantitas Bahan yang dibeli
HSt
= Harga standar
KBp
= Kuantitas Bahan yang Dipakai
Standar pemakaian bahan = 2 kg x 1.750 unit
= 3.500 kg
a) Selisih harga pembelian
= (Rp.247 – Rp.250) x 5.000 kg
= Rp.15.000,- (L)
b) Selisih harga pemakaian
= Rp.247 – Rp.250) x 3.500 kg
= Rp.10.650,- (L)
2. Standar dan selisih kuantitas bahan
Satandar kuantitas = Standar pemakaian
Selisih kapasitas ini menunjukkan spesifikasi dasar mengenai jenis, kuantitas dan
kuantitas bahan yang diperlukan.
Dept. Accounting
- 88 –
Selsisih kuantitas bahan dihutng dengan membandingkan kuantitas standard an dihitung
dengan biaya standar.
Rumus :
Selisih Kuantitas Bahan = (KBSb – KBSt) x HSt
Keterangan :
KBSb
= kuantitas bahan sebenarnya
KBSt
= kuantitas bahan standar
HSt
= harga standar
Selisih kuantitas bahan = (3.550 kg – 3.500 kg) x Rp.250,- = Rp. 12.500,- (R)
Selisih hasil bahan :
Selisih harga bahan
= Rp.15.000,- (L)
Selisih kuantitas bahan
= Rp.12.500,-(R)
Selisih hasil bahan
F.
= Rp. 2.500,- (L)
Standar Biaya Tenaga Kerja
Utnuk biaya standar tenaga kerja, terdapat dua jenis standar yang harus ditetapkan terlebih
dahulu :
1. Standar tarif upah
2. Standar efisiensi tenaga kerja
Standar dan Selisih Tarif Upah.
Standar tenaga kerja umumnya ditetapkan berdasarkan tari upah yang merupakan hasil
perundingan kolektif untuk menetapkan upah per jam, tarif upah per unit dan bonus
maupun insentif yang akan deberikan. Apabila tidak ada sarekat pekerja, tarif upah dihitung
berdasarkan tarif pendapatan yang ditentukan melalui persetujuan antara pekerja dengan
departemen personalia. Oleh karena tarif upah umumnya didasarkan pada persetujuan
bersama, maka selisish tarif upah tenaga kerja jarang terjadi. Walaupun ada hal ini
disebabkan oleh adanya hal-hal luar biasa dalam pabrik yang sifatnya jangka pendek.
Contoh :
Perushaan menetapkan standar bahan untuk produksnya sebagai berikut :
Tarif upah per unit
3 jam @ Rp.250,-
Jam kerja sesungguhnya
1.880 jam @ Rp.950,-
Unit yang dihasilkan
530 unit
Jam kerja standa
........?
Dept. Accounting
- 89 –
Diminta : selisih tarif upah tenaga kerja
Rumus :
Standar pemakaian bahan = jam keja standar x unit yang dihasilkan
Unit yang diahsilakan
per unit
Selisih tarif upah = (TUSb – TUSt) x JKSb
Keterangan :
TUSb
= tarif upah sebenarnya
TUSt
= tarif upah standar
JKSb
= jam kerja sesungguhnya
Jam kerja untuk unit yang dihasilkan = 3 jam x 530 unit
= 1.590 unit
Selisih tarif upah
= Rp.94.000,- (R)
= (Rp.950 – Rp.900) x 1.880 jam
Standar dan Selisih Efisiensi Tenaga Kerja
Standar efisiensi tenaga kerja ini biasanya ditetapkan oleh para insinyur dengan
menggunakan telaah waktu dan gerak. Telaah ini didasarkan pada pelaksanaan kerja
sesungguhnya oleh pekerja atau sekelompok pekerja yang memiliki ketrampilan rata-rata
yang sama, ketika melaksanakan pekerjaan yang normal atau pekerja yang menggunakan
mesin pada kodisi normal. Sementara penetapan standar waktu memerlukan telaah terinci
sehubungan dengan operasi pabrik.
Standar waktu ini memliki keguanaan terbatas, apabila waktu operasi sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor diluar kendali manajemen ataupun output yang menggunakan banyak
mesin, sangat ditentukan oleh waktu dan kecepatan mesin dibandingkan dengan jam kerja
yang tersedia.
Selisih efisiensi tenaga kerja dihitung pada akhir setiap periode (harian, mingguan atau
bulanan) dengan membandingkan jam kerja sebenarnya terhadap jam kerja standar yang
telah ditetapkan, yang keduanya dihitung berdasarkan tarif upah standar per jam kerja.
Angka jam kerja standar dihitung dengan mengalikan jumlah jam kerja standar untuk
menghasilkan satu init barang dengan jumlah unit sebenarnya yang daihasilkan.
Rumus :
Selisih efisiensi tenaga kerja = (JKSb – JKSt) x TUSt
Keterangan :
JKSb
= jam kerja sebenarnya
JKSt
= jam kerja standar
TUSt
= tarif upah standar
Selish efisiensi tenaga kerja = (1.880 jam – 1.590 jam) x Rp.900
Dept. Accounting
- 90 –
= Rp.261.000,-
Selisih hasil tenaga kerja :
1. Selisih tarif upah
2. Selisih efisiensi tenaga kerja
Selisih hasil tenaga kerja
G.
Rp. 94.000,- (R)
Rp.261.000,- (R)
Rp.355.000,- (R)
Standar Biaya Overvead Pabrik (BOP)
Terdapat dua jenis anggaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tarif
BOP, yaitu anggaran BOP anggaran fleksibel.
Anggaran BOP menunjukkan jumlah anggaran untuk tingkat kegiatan tertentu yang
ditetapkan terlebih dahulu, sedangkan anggaran fleksibel menyediakan jumlah anggaran
untuk berbagai tingkat kegiatan.
Kerdua jenis anggaran tersebut ditujukan untuk mengendalikan BOP. Pengendalian ini akan
berhasil apabila biaya sebenarnya masih berada pada rentang anggaran yang ditetapkan.
Batas maksimal dari rentang anggaran tersebut adalah jumlah yang ditetapkan dalam
anggaran fleksibel, namun untuk menentukan biaya atas pekerjaan atau produk perlu
ditetepakan tarif BOP normal yang didasarkan pada taksiran BOP kapasitas normal.
Pengaruh volume produksi terhadap BOP per unit dapat digambarkan seagai berikut :
Volume produksi (unit)
Biaya overhead pabrik :
 Tetap
 Variabel
Jumlah
BOP per unit :
 Tetap
 Variabel
Jumlah
800
900
1000
Rp.1.120.000
Rp. 500.000
Rp.1.720.000
Rp.1.260.000
Rp. 600.000
Rp. 1.860.000
Rp.1.400.000
Rp. 600.000
Rp.2.000.000
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
1.400
750
2.150
1.400
666,67
2.066,67
1.400
600
2.000
Pola dasar perilaku biaya overhead pabrik, untuk BOP tetap jumlahnya tidak dipengaruhi
oleh vulume produksi sedangkan biaya per unit (unit cost) berubah artinya semakin besar
volume produksi maka biaya per unit akan semakin rendah, sedangkan BOP variabel
jumlahnya akan dipengaruhi oleh perubahan volume produksi artinya besarnya biaya
overhead ini akan berjalan sebanding dengan beasarnya volume produksi akan tetapi biaya
per unit tetap dalam renatang yang relevan.
H.
Dept. Accounting
- 91 –
Download