11 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

advertisement
Fariza Pahlevi | 11
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA MATERI KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA
Oleh :
Fariza Pahlevi
SMP Negeri 1 Bali
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Bali untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penerapan pendekatan metode
pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran materi karya seni rupa terapan
nusantara pada siswa kelas VIII A dan mengetahui peningkatan aktivitas siswa
kelas VIII A pada saat pembelajaran materi karya seni rupa terapan nusantara
dengan pendekatan metode pembelajaran kontekstual. Penelitian ini dilakukan di
SMP Negeri 1 Bali . Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2016/2017 pada bulan November-Desember 2016. Subyek penelitian ini
adalah siswa SMP Negeri 1 Bali kelas VIII A. Siswa kelas tersebut berjumlah
30 orang terdiri dari 16 siswa putri dan 14 siswa putra. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus dengan maksud untuk mengetahui
perkembangan perubahannya dan dapat melakukan tahapan perbaikan dengan
baik. Masing-masing siklus memiliki beberapa tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Sumber data
penelitian ini diperoleh dari siswa, guru dan peneliti. enis data yang diperoleh
adalah data kuantitatif dan data kualitatif yaitu hasil belajar tes tertulis, tes
praktik dna hasil obeservasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
penerapan pendekatan metode pembelajaran kontekstual pada materi karya seni
rupa terapan nusantara dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP
Negeri 1 Bali Tahun Pelajaran 2016/2017. Sebelum diterapkanya metode
pembelajaran kontekstual prosentase ketuntasan belajar siswa hanya 16,7%, pada
siklus I prosentase ketuntasan belajar siswa mencapai 90% dan pada siklus II
prosentase ketuntasan belajar siswa telah mencapai 100%. Penerapan pendekatan
metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
kelas VIII A SMP Negeri 1 Bali . Pada siklus I aktivitas belajar siswa dalam
kategori baik dan pada siklus II aktivitas belajar siswa dalam kategori sangat
baik.
Kata Kunci : metode kontekstual, hasil belajar, seni rupa terapan nusantara
PENDAHULUAN
Metode pembelajaran sangat menentukan keberhasilan anak didik dalam
menuntut ilmu. Metode sebagai cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Penguasaan substansi tidaklah cukup, jika metode yang
dipakai tidak tepat. Hal ini merupakan salah satu usaha yang tidak boleh
12 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
ditinggalkan oleh tenaga pendidik adalah bagaimana memahami kedudukan
metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan
kegiatan pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik diharapkan mampu
mengelola seluruh proses kegiatan belajar-mengajar secara efektif. Untuk itu guru
harus memliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai
dasar dalam merancang kegiatan belajar-mengajar, salah satunya adalah tentang
memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran.
Namun pada kenyataan di lapangan pendidikan di Indonesia masih
didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta
yang harus dihapal. Selain itu praktek pembelajaran di sekolah cenderung
menekankan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal ujian.
Kemampuan penalaran yang mengkonstruksikan pengetahuan lebih sering
dikesampingkan. Padahal kemampuan tersebut akan dapat membantu siswa
apabila kelak menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Belakangan ini dalam dunia pendidikan ada kecenderungan untuk kembali
pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
secara alami. Telah terbukti bahwa pembelajaran yang hanya berorientasi target
penguasaan materi hanya mampu dalam kompetisi mengingat jangka pendek,
tetapi tidak berhasil untuk membekali anak memecahkan persoalan kehidupan
jangka panjang. Padahal belajar menjadi lebih bermakna jika anak mengalami apa
yang dipelajari, bukan hanya “mengetahui”. Siswa perlu mengerti tentang makna
belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Pada hakikatnya anak-anak perlu menyadari bahwa apa yang mereka pelajari
berguna bagi kehidupan nanti. Maka mereka dapat memposisikan diri sendiri yang
memerlukan pengetahuan sebagai bekal hidupnya.
Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah pada umumnya belum
optimal dalam pencapaian tujuan. Salah satu faktornya adalah penggunaan
pendekatan pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini disebabkan karena guru
tidak mempunyai cukup referensi mengenai beberapa pendekatan yang dapat
digunakan, waktu yang terbatas, dan alat pembelajaran yang terbatas
jumlahnya. Oleh karena itu diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang
lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan siswa menghafal faktafakta, tetapi pendekatan yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan
di benak mereka sendiri agar pengaruhnya yang tidak baik bagi pembangunan
kemampuan berpikir dan analisis siswa tidak berlanjut dengan tanpa
mengubah kurikulum yang sudah ada.
Ada beberapa pendekatan yang saat ini mulai dikembangkan dan
diterapkan, salah satunya adalah pendekatan kontekstual atau yang lebih
dikenal dengan CTL (Contextual Teaching and Learning). Pembelajaran
Kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi peserta didik untuk dapat memahami makna materi pelajaran yang
dipelajari dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari
satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. CTL merupakan
suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam
Fariza Pahlevi | 13
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Sehingga proses pembelajaran seni budaya dalam materi
karya seni rupa terapan nusantara dapat berlangsung lebih alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dengan pendekatan
konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsipprinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Paparan diatas menjadi latar belakang penulisan karya ilmiah yang berjudul
“Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual Pada Materi Karya Seni Rupa
Terapan Nusantara Dalam Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas
VIII A SMP Negeri 3 Karangjati Bali Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Rumusan Masalah
Uraian latar belakang masalah tersebut menjadi dasar perumusan
masalah yang dapat diuraikan adalah apakah penerapan pendekatan metode
pembelajaran kontekstual pada materi karya seni rupa terapan nusantara dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Bali dan bagaimana
aktivitas belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Bali ketika diterapkan
pendekatan metode pembelajaran kontekstual?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penerapan pendekatan metode
pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran materi karya seni rupa terapan
nusantara pada siswa kelas VIII A dan mengetahui peningkatan aktivitas siswa
kelas VIII A pada saat pembelajaran materi karya seni rupa terapan nusantara
dengan pendekatan metode pembelajaran kontekstual.
Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan penelitian ini antara
lain sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi Siswa
Siswa dapat menumbuhkan kemampuan untuk bekerja sama,
berkomunikasi, memecahkan
masalah,
menemukan ide-ide dan
menerapkannya serta merangsang kreativitas siswa dalam pembelajaran.
2. Manfaat Bagi Guru
Mendapatkan pengalaman langsung melaksanakan penelitian tindakan kelas
(PTK) untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa serta
mengembangkan profesi guru.
LANDASAN TEORI
Pembelajaran Kontekstual
Nurhadi (2005: 5) berpendapat bahwa pembelajaran kontekstual adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong
14 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan ketujuh
komponen utama pembelajaran efektif yaitu kontruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, permodelan, dan penilaian sebenarnya atau
authentic assessment. Suherman, Erman (2003:3) menyatakan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang mengambil
(menstimulasikan, menceritakan berdialog, atau tanya jawab) kejadian pada dunia
nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat kedalam
konsep yang dibahas.
Istiqomah, Lailatul (2009:30) menyampaikan pembelajaran kontekstual
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan konsektual memberikan penekanan pada
penggunaan berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi
dan data dari berbagai sumber.
Depdiknas (2002) menyampaikan bahwa pendekatan kontekstual adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka seharihari. Selain itu pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep tentang
pembelajaran yang membantu guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar
dengan situasi-situasi dunia nyata serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam
kegiatan belajar mengajar yang dituntut dalam pelajaran. Pendekatan kontekstual
ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Tugas guru dalam
kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak
berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Seni Rupa Terapan Nusantara
Menurut Lubis (2003:63), secara garis besar seni budaya tradisional di
Indonesia terbagi dalam dua bidang besar, yaitu seni rupa dan seni pertunjukan.
Seni pertunjukan merupakan kajian yang memiliki ciri khas kebudayaan yang
kuat, jenis kesenian ini banyak ragamnya. Pada pertunjukannya acap kali
terkandung maksud dan tujuan untuk menyampaikan pesan tertentu kepada
penonton. Pesan-pesan tersebut dapat berwujud ajaran tentang kehidupan, kritik
terhadap pemerintah, ataupun protes.
Seni rupa nusantara merupakan bentuk kesenian yang tumbuh dan
berkembang di daerah masing-masing di seluruh wilayah yang mencakup
Indonesia. Beragam bentuk kesenian nusantara tumbuh hasil dari budaya
masyarakat di wilayah yang sesuai dengan adat istiadat serta kondisi lingkungan
yang di tempatinya. Dari kesekian banyak bentuk kesenian yang berkembang,
Fariza Pahlevi | 15
salah satunya merupakan bentuk seni rupa. Bentuk karya seni rupa di setiap daerah
tidaklah sama, semua memiliki ciri khas yang berbeda-beda di setiap daerah. hal
ini tentu saja di karenakan karya seni Rupa yang di hasilkan merupakan bentuk
dari pengolahan gagasan, teknik, media serta keahlian dari masyarakat yang
membuatnya, dan tidak tercampur oleh pemikiran dari luar karena di waktu lalu
tidak ada media yang memudahkan untuk melihat dunia luar yang nan jauh. Akan
tetapi walau bentuknya sangat beragam, masih bisa menikmati keindahan beragam
karya seni rupa daerah tersebut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Lewin (dalam
Prendergast, 2002:2) secara tegas menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan
pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain.
Sementara itu, Calhoun dan Glanz (dalam Prendergast, 2002:2) menyatakan,
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu metode untuk memberdayakan
guru yang mampu mendukung kinerja kreatif sekolah. Di samping itu, Prendergast
(2002:3) juga menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan wahana
bagi guru untuk melakukan refleksi dan tindakan secara sistematis dalam
pengajarannya untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.
Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Bali . Penelitian ini dilaksanakan
pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 pada bulan NovemberDesember 2016. Subyek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Bali kelas
VIII A. Siswa kelas tersebut berjumlah 30 orang terdiri dari 16 siswa putri
dan 14 siswa putra.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan maksud untuk
mengetahui perkembangan perubahannya dan dapat
melakukan tahapan
perbaikan dengan baik. Masing-masing siklus memiliki beberapa tahap, yaitu
tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Sumber
data penelitian ini diperoleh dari siswa, guru dan peneliti. enis data yang
diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif yaitu haisl belajar tes
tertulis, tes praktik dna hasil obeservasi.
HASIL PENELITIAN
Diskripsi kondisi awal pembelajaran seni rupa di kelas VIII A SMP
Negeri 1 Bali dilihat dari aktivitas siswa yang terlihat dari hasil
pembelajaran sebelum diadakan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti kemampuan siswa sebelum diadakan
penelitian dalam mengikuti pembelajaran seni budaya kurang antusias, kurang
tertarik, serta kurang termotivasi dalam proses pembelajaran tari. Hal ini dapat
dilihat dari hasil unjuk kerja siswa dalam karya seni rupa terapan nusantara.
16 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Berdasarkan pengamatan dari kolaborator diketahui bahwa guru pada saat
mengajar mulai dari kegiatan pendahuluan sampai dengan kegiatan akhir kurang
optimal. Pada awal pembelajaran guru mengabsen siswa secara global dengan
cara mencatat jumlah siswa yang hadir dan jumlah siswa yang tidak hadir. Cara
mengabsen seperti ini guru akan sulit mengenal siswa sehingga dapat berakibat
hubungan guru dengan siswa tidak akrab atau kurang dekat.
Gambar 1: Nilai Siswa Pra Siklus
PRA SIKLUS
90
85
80
KKM
75
70
65
60
55
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Sumber : Data Penelitian (2016, diolah)
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa hasil pembelajaran sebelum
dilakukan penelitian sebagian besar siswa belum menacapai nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tindakan
kelas pada materi pembelajaran karya seni rupa terapan dengan menggunakan
metode pembelajaran kontekstual.
Siklus I
Setelah melakukan pengamatan atas tindakan pembelajaran selanjutnya
dilakukaan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil
observasi peneliti pada lembar pengamatan aktivitas siswa secara klasikal hasil
belajar siswa siklus I memperoleh nilai rata-rata 78,7. Dengan ketuntasan belajar
siswa secara klasikal 90%. Pada hasil klasikal belajar siswa siklus I dapat
dikatakan bahwa proses pembelajaran materi karya seni rupa terapan nusantara
dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual dikatakan berhasil.
Dengan nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 88 diperoleh nilai rata-rata 78,7
dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 90%.
Hasil pembelajaran siswa pada siklus I telah mencapai nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Sehingga dapat dikatakan penelitian tindakan kelas
pada materi pembelajaran karya seni rupa terapan dengan menggunakan metode
pembelajaran kontekstual telah berhasil dilakukan. Karena penerapan metode
pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa
Fariza Pahlevi | 17
pada materi karya snei rupa terapan nusantara di Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bali.
Grafik nilai siswa pada proses pembelajaran siklus I dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1: Nilai Siswa Siklus I
SIKLUS I
100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
KKM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Sumber : Data Penelitian (2016, diolah)
Siklus II
Setelah melakukan pengamatan atas tindakan pembelajaran selanjutnya
dilakukaan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil
observasi peneliti pada lembar pengamatan aktivitas siswa secara klasikal hasil
belajar siswa siklus II memperoleh nilai rata-rata 87,5. Dengan ketuntasan belajar
siswa secara klasikal 100%. Pada hasil klasikal belajar siswa siklus I dapat
dikatakan bahwa proses pembelajaran materi karya seni rupa terapan nusantara
dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual dikatakan berhasil.
Dengan nilai terendah 80 dan nilai tertinggi 98 diperoleh nilai rata-rata 87,5
dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 100%.
Grafik nilai siswa pada proses pembelajaran siklus II dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2 : Nilai Siswa Siklus II
SIKLUS II
100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
KKM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Sumber : Data Penelitian (2016, diolah)
18 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa hasil pembelajaran siswa
pada siklus II telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara
keseluruhan. Sehingga dapat dikatakan penelitian tindakan kelas pada materi
pembelajaran karya seni rupa terapan dengan menggunakan metode pembelajaran
kontekstual telah berhasil dilakukan. Karena penerapan metode pembelajaran
kontekstual mampu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada materi
karya snei rupa terapan nusantara di Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bali. Seluruh
siswa kelas VIII A sebanyak 30 siswa telah mampu nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
Berdasarkan pengamatan kinerja guru dari tiap siklusnya, maka dapat
diketahui bahwa dari pra penelitian, penelitian siklus I dan penelitian siklus II
peningkatan persentase ketuntasan belajar sangat baik. Rekapitulasi pengamatan
hasil belajar siswa pra penelitian, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 8
berikut :
Tabel 1 : Hasil Belajar Siswa Pra Penelitian, Siklus I dan Siklus II
Siklus
Pra
Siklus I
Siklus II
Nilai rata-rata klasikal
67,8
78,7
87,5
X seluruh siswa
30
30
30
Siswa yang tuntas belajar
5
27
30
Siswa yang tidak tuntas belajar
25
3
30
Ketuntasan klasikal
16,7%
90%
100%
Sumber : Data Hasil Penelitian, 2016 (Diolah)
Grafik perkembangan nilai siswa pada proses pembelajaran mulai pra siklus,
siklus I dan siklus II dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3 : Perkembangan Nilai Siswa Per Siklus
100
95
90
85
80
KKM
PRA
75
SIKLUS I
70
SIKLUS II
65
60
55
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112131415161718192021222324252627282930
Sumber : Data Hasil Penelitian, 2016 (Diolah)
Dari garfik diatas sangat terlihat perkembangan nilai masing-masing siswa
setiap siklusnya. Secara garis besar telah nampak pada grafik setiap tahapan
Fariza Pahlevi | 19
penelitian telah mengalami perbaikan dari tahapan sebelumnya. Nampak jelas
bahwa pada pra siklus atau sebelum dilakukannya penelitian tindakan kelas
sebagian besar siswa mempunyai nilai dibawah KKM. Namun pada Siklus I sudah
mulai ada peningkatan nilai yang terjadi pada siswa, begitupula pada Siklus II
perkembangan nilai siswa semakin meningkat. Sehingga dapat diketahui pada
Siklus II atau akhir penelitian ini keseluruhan siswa Kelas VIII A telah memenuhi
nilai KKM pada materi karya seni rupa terapan nusantara. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran seni rupa
sangat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan aktifitas
siswa. Sehingga pada akhir pembelajaran siswa mampu mendiskripsikan konsep
batik dan membuat desain pola batik berdasarkan corak ragam hias nusantara
seperti tujuan pembelajaran seni rupa yang diinginkan dalam mengekspresikan diri
melalui karya seni rupa terapan nusantara.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran hasil penelitian yang telah dijabarkan pada bab
sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan pendekatan metode pembelajaran kontekstual pada materi karya
seni rupa terapan nusantara dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
A SMP Negeri 1 Bali Tahun Pelajaran 2016/2017. Sebelum diterapkanya
metode pembelajaran kontekstual prosentase ketuntasan belajar siswa hanya
16,7%, pada siklus I prosentase ketuntasan belajar siswa mencapai 90% dan
pada siklus II prosentase ketuntasan belajar siswa telah mencapai 100%
2. Penerapan pendekatan metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Bali . Pada siklus I
aktivitas belajar siswa dalam kategori baik dan pada siklus II aktivitas belajar
siswa dalam kategori sangat baik.
Saran
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bali
Tahun Pelajaran 2016/2017 maka dapat diajukan saran sebagai berikut :
1. Melihat hasil penelitian yang dilakukan pada kelas VIII A disarankan agar
metode pembelajaran kontekstual sebaiknya diterapkan dalam proses
pembelajaran seni budaya terutama seni rupa. Metode ini dapat menjadi
salah satu strategi untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa
terutama pada materi karya seni rupa terapan nusantara.
2. Bagi siswa diharapkan selalu aktif mempelajari corak ragam hias nusantara
agar dapat mengekspresikan diri melalui karya seni rupa terapan nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Alwasilah, A. Chaedar. 2002. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.Pustaka Jaya
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta
20 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret 2017
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning).
Jakarta:Depdiknas Dirjen Dikdasme
Lailatul, Istiqomah. 2009:30. Metode Kontekstual (http://books.google.com/books
di akses tanggal 28 April 2013
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual(contextual teaching and learning/
CTL) dan PenerapannyaDalam KBK. Malang: UM press
Nurhadi. 2005. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Penerbit PT.
Grasindo
Prendergast, M. 2002. Action research: The improvement of student and teacher
learning.http://educ.queensu.ca/ar/reports/MP2002.htm
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi
Pendidik dalam Impelementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
(Cet. II). Jakarta: Kencana
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Cet. VII). Bandung:
Alfabeta
Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung:CV Wacana Prima
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Cet.
V). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yudoseputro dan widodo. 2000. Jejak-jejak Tradisi Bahasa Rupa Indonesia Lama,
Nalar. Yogyakarta
Download