16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya
sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), dan catatan atas laporan
keuangan.
Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi dan pengikhtisaran dan
pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakai. Seperti yang kita tahu
bahwa informasi adalah data yang sudah diolah sehingga berguna untuk
mengambil keputusan. Informasi yang tepat akan sangat berguna dalam mengambil
berbagai keputusan.
Menurut Munawir (2004:2) mengemukakan pengertian laporan keuangan
sebagai berikut:
“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas dari perusahaan tersebut.”
Selanjutnya menurut Harahap (2002:7) mengemukakan bahwa:
“Laporan keuangan adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu
proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya
sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga
dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai
tujuannya.”
16
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan
menurut
Standar
Akuntansi
Keuangan PSAK No.
1
(IAI:2004:04) mengemukakan bahwa:
“Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status
keuangan dari individu, asosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan.”
2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 (IAI:2004:04)
mengemukakan bahwa:
Tujuan laporan keuangan adalah:
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non keuangan.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen
(stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah
dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar
mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mencakup,
misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam
perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti
manajemen.
Laporan keuangan pada hakekatnya bersifat umum dalam arti laporan
tersebut ditujukan untuk berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang
berbeda sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Melalui analisa laporan keuangan akan dapat dilihat kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek, struktur modal perusahaan, distribusi dari
aktiva, keefektifan penggunaan aktiva hasil usaha atau pendapatan yang dicapai
perusahaan.
17
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa pihak atau kelompok yang memerlukan dan kepentingan
terhadap analisa laporan keuangan dimana masing-masing kelompok menilai
laporan keuangan tersebut dari sisi yang berlainan. Secara garis besar ada dua
kelompok yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yaitu pihak intern
perusahaan dan pihak ekstern perusahaan. Pihak intern adalah mereka yang bebas
untuk melihat data-data secara terperinci, biasanya dilakukan oleh manajer yang
merupakan orang dalam yang dapat menggunakan data keuangan apapun yang ada
dalam perusahaan. Pihak ekstern adalah pihak lain di luar perusahaan yang tidak
berwenang melihat data secara terperinci.
3. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
a. Neraca
Menurut harahap (2007:107) mengemukakan bahwa:
“Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan
perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada
saat tertentu. Laporan ini disusun setiap saat dan merupakan opname situasi
keuangan pada saat itu.”
Berdasarkan defenisi diatas, dapat dilihat bahwa neraca terdiri dari aktiva
dan pasiva (hutang dan modal). Umumnya aktiva dapat dibedakan atas dua
kelompok yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah kekayaan
perusahaan yang dapat dicairkan menjadi uang tunai, dijual atau dipakai habis
dalam siklus kegiatan perusahaan misalnya kas dan bank, surat-surat berharga dan
lain-lain. Aktiva tetap merupakan aktiva yang penggunaannya adalah untuk jangka
panjang, misalnya lebih dari satu tahun. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap
18
Universitas Sumatera Utara
berwujud (fixed tangible assets) dan aktiva tetap tidak berwujud (fixed intangible
assets). Aktiva tetap berwujud termasuk didalamnya seperti bangunan, peralatan,
tanah, dan lain-lain. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud adalah hak-hak khusus
seperti hak paten, good will, hak cetak dan sebagainya. Hutang adalah semua
kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi menurut
jangka waktu pelunasannya. Hutang dapat dikelompokkan menjadi hutang jangka
pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek merupakan seluruh
kewajiban keuangan perusahaan yang jangka waktu temponya dibawah satu tahun
atau kurang satu tahun seperti hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak dan
sebagainya. Hutang jangka panjang yaitu kewajiban keuangan perusahaan yang
jangka waktu temponya lebih dari satu tahun seperti hutang hipotik, hutang
obligasi, dan pinjaman dari perusahaan lain. Modal sendiri adalah modal yang
berasal dari peserta atau pemilik perusahaan. Modal ini menjadi tanggungan
terhadap keseluruhan resiko perusahaan yang merupakan jaminan bagi kreditur.
Dalam penyajiannya neraca dapat dibagi dalam 3 bentuk, menurut Harahap
(2002:75) bentuk neraca yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bentuk Neraca Staffel (Refort Form)
Neraca ini dilaporkan satu halaman bertikal. Disebelah atas dicantumkan total
aktiva dan di bawahnya disajikan pos kewajiban dan pos modal.
2. Bentuk Neraca Skontro (Account Form)
Di sini aktiva disajikan di sebelah kiri dan kewajiban serta modal ditempatkan
di sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah-menyebelah.
3. Bentuk yang Menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)
Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk
sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini
pertama-tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi utang lancar dan
pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva tetap dan
aktiva lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka akan diperoleh
model pemilik.
19
Universitas Sumatera Utara
b. Laporan Laba rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan mengenai pendapatan dan bebanbeban suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi juga merupakan
tujuan utama untuk mengukur tingkat keuntungan dari perusahaan dalam suatu
periode tertentu.
Menurut Munawir (2004:28) bahwa prinsip-prinsip yang umumnya
ditetapkan dalam penyususnan laporan laba rugi adalah sebagai berikut:
1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh usaha pokok
perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti
dengan harga pokok dari barang/service yang dijual sehingga diperoleh laba
kotor.
2. Bagian kedua merupakan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya
penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expense).
3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh diluar operasi pokok
perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi diluar usaha pokok
perusahaan (non operating/financial income dan expenses).
4. Bagian keempat menunjukkan rugi/laba yang insidentil (extraordinary gain or
loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Hasil akhir dari suatu laporan laba rugi adalah keuntungan bersih atau
kerugian. Kemudian bila perusahaan tidak membagi deviden, maka seluruh hasil
akhir tersebut menjadi laba ditahan. Tetapi bila perusahaan membagi deviden,
maka hasil akhir tersebut terlebih dahulu dikurangi dengan deviden untuk
memperoleh nilai laba ditahan.
20
Universitas Sumatera Utara
Menurut Munawir (2004:26) bentuk laporan laba rugi yang biasa
digunakan adalah:
1. Bentuk Single Step yaitu dengan menggabungkan semua hasil menjadi satu
kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok lainnya. Total laba rugi
diperoleh dengan mengurangkan total biaya dari total pendapatan.
2. Bentuk Multiple Step yaitu dengan membuat pengelompokan yang lebih teliti
sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum, misal untuk memperoleh
nilai laba penjualan, nilai penjualan bruto dikurangi dengan potongan yang
didapat dan harga pokok penjualan. Kemudian laba penjulan ini dikurangi
dengan biaya operasi untuk mendapatkan nilai laba bersih operasional.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut Rivai, Veithzal dan Idroes (2007:619) mengemukakan bahwa:
“Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menggambarkan perubahan
saldo akun ekuitas seperti modal disetor, tambahan modal disetor, laba yang
ditahan dan akun ekuitas lainnya.”
d. Laporan Arus Kas
Menurut Harahap (2002:93) mengemukakan bahwa:
“Laporan arus kas ini dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba dan likuiditas di masa yang akan datang.
Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan
pengeluaran kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan
mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, pembiayaan dan
investasi.”
4. Analisis Laporan Keuangan
Adapun metode yang digunakan yaitu Analisis Rasio Keuangan Bank.
Dimana merupakan teknik analisis untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan.
Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan
laba rugi dari periode yang satu dengan periode yang lain dapat menunjukkan
posisi keuangan perusahaan. Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis
perbandingan yaitu:
21
Universitas Sumatera Utara
•
Analisis dapat membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan
datang untuk perusahaan yang sama (perbandingan internal). Jika rasio
keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar untuk periode beberapa tahun,
analis dapat mempelajari komposisi perubahan-perubahan dan menerapkan
telah terdapat suatu perbaikan atau bahkan sebaliknya di dalam kondisi
keuangan dan prestasi perusahaan selama jangka waktu tersebut. Rasio
keuangan juga dapat diperhitungkan berdasarkan laporan keuangan performa
atau proyeksi dan diperbandingkan dengan rasio sekarang atau masa lalu.
•
Perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan
lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama
(perbandingan eksternal). Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran
tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Hanya dengan cara
membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang
sejenis, seorang analis dapat memberikan pertimbangan yang realistis.
B. Rasio Keuangan Bank
1. Pengertian dan Manfaat Rasio Keuangan
Salah satu cara untuk melakukan analisis keuangan adalah dengan cara
mempelajari hubungan antara berbagai pos-pos dalam laporan keuangan.
Hubungan antara pos-pos tersebut dinyatakan dengan angka yang disebut dengan
rasio. Rasio-rasio ini penting bagi analis intern maupun ekstern dalam menilai
perusahaan dari laporan keuangan yang diumumkan oleh perusahaan.
Menurut Syamsuddin (2000, 37) mengemukakan bahwa “Analisis laporan
keuangan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan
22
Universitas Sumatera Utara
keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini dan kemungkinannya di masa depan.”
Ada beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisis keadaan keuangan
perusahaan, tetapi analisis dengan menggunakan rasio merupakan hal yang sangat
umum dilakukan di mana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari
operasi perusahaan.
Analisis rasio keuangan merupakan alat yang penting dan berguna bagi
manajer keuangan maupun pihak-pihak lain di luar perusahaan. Bagi manajer
keuangan analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja yang telah
dicapai perusahaan, yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya fungsi perencanaan dan
pengendalian.
Pentingnya analisis rasio keuangan juga digunakan untuk mendapatkan
tolak ukur tertentu. Tolak ukur tersebut digunakan untuk membandingkan kinerja
suatu perusahaan pada tahun-tahun tertentu dengan kinerja tahun-tahun
sebelumnya dan sesudahnya atau membandingkan kinerja perusahaan dengan
kinerja perusahaan lain dari industri yang sama.
Selain digunakan oleh pihak intern perusahaan, analisis rasio keuangan juga
sangat berguna untuk pihak di luar perusahaan yang umumnya berkepentingan
terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan
dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan usaha, untuk analisis pemberian
kredit dan dalam analisis efek (saham dan obligasi). Dalam analisis kredit
membantu manajer kredit menentukan dengan cepat perusahaan-perusahaan mana
yang sebaiknya segera diberikan kredit.
Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan
penting berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan, antara lain:
23
Universitas Sumatera Utara
a. Bagaimana likuiditas perusahaan? Likuiditas berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segenap hutang atau kewajibannya dan
mengkonversikan aktiva menjadi kas. Faktor ini jelas sangat penting bagi
kreditur-kreditur perusahaan.
b. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan?
Karena tujuan utama pembelian aktiva adalah menciptakan keuntungan, analis
perlu memiliki pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan.
c. Bagaimanakah manajemen perusahaan membiayai investasinya? Keputusan ini
mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang
saham umum.
d. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya?
Tugas manajer keuangan adalah memaksimalkan nilai dari saham umum
perusahaan dan bagian laba/keuntungan bagi para investor. Tingkat hasil itu
sendiri merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham
perusahaan.
2. Jenis-jenis Rasio Keuangan Bank
Berdasarkan teknik analisis keuangan, analisis rasio keuangan merupakan
analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan
lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan di
antara pos-pos tertentu baik dalam neraca maupun laporan laba rugi. Setiap rasio
keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin dicapai masing-masing. Ini
berarti tidak dijumpai batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada
setiap aspek yang dianalisis.
24
Universitas Sumatera Utara
Rasio-rasio keuangan bank dalam menilai kinerja keuangan perusahaan
adalah sebagai berikut:
1. Permodalan (Capital)
Penilaian terhadap komponen ini adalah sebagai berikut:
a. Kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan serta
kemampuan permodalan bank dalam mengcover aset bermasalah.
b. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal
dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan
usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang
saham untuk meningkatkan permodalan bank.
2. Kualitas aset (aset quality)
Penilaian terhadap komponen – komponen ini adalah sebagai berikut:
a. Kualitas aset produktif, konsentrasi eksposur, risiko kredit, perkembangan
aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP).
b. Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal,
sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
3. Manajemen (management)
Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut:
a. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen resiko.
b. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada
Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
25
Universitas Sumatera Utara
4. Rentabilitas
Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut:
a. Pencapaian ROA, ROE, NIM dan tingkat efisiensi bank.
b. Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penetapan
prinsip akuntansi dalam pengakuan pendaptan dan biaya, dan prospek laba
operasional.
5. Likuiditas
Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut:
a. Rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan to
Deposit Ratio (LDR), proyeksi Cash Flow dan konsentrasi pendanaan.
b. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas akses kepada sumber
pendanaan, dan stabilitas pendanaan.
Adapun jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. CAR (Capital Adequency Ratio)
Menurut Dendawijaya (2004:12), “CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko
(kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pd bank lain) untuk dibiayai dari
dana modal bank sendiri , disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber diluar seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain.”
Rumus yang digunakan adalah:
Modal
CAR =
x100%
ATMR
Modal
bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam
memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan
mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat
laba, disatu pihak dan kemungkinan timbulnya resiko dipihak lain. Modal yang
terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank,
26
Universitas Sumatera Utara
sedangkan modal yang terlalu kecil disamping akan membatasi kemampuan
ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan,
debitur dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecilnya
permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Hal itu semakin
menguatkan argumen bahwa modal memiliki peranan penting dalam
kelangsungan hidup suatu bank (Kasmir, 2004:47).
Menurut peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tanggal 13 Des
2001 mewajibkan bank-bank untuk memenuhi rasio kewajiban penyediaan
modal minimum sebesar 8 %. Hal ini didukung oleh peraturan Bank Indonesia
No. 5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 mewajibkan bank-bank di Indonesia
dengan kualifikasi tertentu untuk memperhitungkan resiko pasar (market risk)
dalam perhitungan rasio kewajiban penyediaan penyediaan modal minimum
sebesar 8 % dengan memperhitungkan risiko pasar.
Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor
utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan
penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah
maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana
antar bank, penyertaan termasuk komitmen dan kontijensi pada transaksi
rekening administrasi. Dalam rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif,
27
Universitas Sumatera Utara
pemberian nilai kredit sebesar 0 (nol) akan diberikan apabila rasio yang didapat
sebesar 0%. Dan setiap peningkatan 1% mulai dari 0%, akan diberikan
tambahan nilai kredit sebesar 1 (satu)dengan maksimum 100. Adapun rasio
PPAP tersebut adalah sebagai berikut:
PPAP =
PPAP yang dibentuk
x100%
PPAP yang wajib dibentuk
3. Return On Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA =
Laba Sebelum Pajak
x100%
Total Aktiva
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan
kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan
berdasarkan
ketentuan
Bank
Indonesia.
Secara
teoritis,
laba
yang
diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL
laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak.
4. Return On Equity (ROE)
Menurut Sutrisno (2002:207), “ROE atau sering disebut Rate of Return
on Net Worth, adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan modal yang dimiliki sendiri.”
Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam
mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak.
28
Universitas Sumatera Utara
Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah
dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti
yang dimiliki bank. Menurut Riyadi (2004:137), rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
ROE =
Laba Setelah Pajak
x100%
Rata − rata Modal Inti
Menurut Siamat (2005:290), “Pemilik bank lebih tertarik pada seberapa
besar kemampuan bank memperoleh keuntungan terhadap modal yang
ditanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para pemegang
saham bank serta para investor dipasar modal yang ingin membeli saham bank
yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan
kenaikan harga saham bank.”
5. Net Interest Margin (NIM)
Yaitu mengukur kemampuan bank mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendaptan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih adalah selisih
antara pendapatan bunga dan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
NIM =
Pendapa tan Bunga Bersih
x100%
Rata − rata Aktiva Pr oduktif
Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan rasio NIM. Semakin
tinggi rasio NIM maka semakin tinggi profitabilitas bank karena selisih antara
pendapatan bunga dengan beban bunga semakin besar. Namun, angka NIM
yang terlalu tinggi justru memberi sinyal inefisiensi. Perbankan karena selisih
29
Universitas Sumatera Utara
antara tingkat bunga kredit dengan tingkat bunga deposito dan atau pinjaman
semakin besar maka Bank Indonesia menetapkan NIM minimum 6 %.
6. Operating Ratio/BOPO
“Operating ratio atau rasio BOPO adalah kelompok rasio yang
mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur
membandingkan satu terhadap lainnya.” (Dendawijaya, 2005:119)
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti
semakin
efisien
kinerja
bank
tersebut
dalam
mengendalikan
biaya
operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang
diperoleh bank akan semakin besar.
Menurut Riyadi (2004:141). “Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir
oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52%, hal ini sejalan dengan
ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.” Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Operating Ratio
Biaya Operasional
x100%
Pendapa tan Operasional
Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak
sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misal, dana
masyarakat) maka biaya dan pendapatan operasional didominasi oleh biaya
bunga dan pendapatan bunga. Secara teoritis, menurut Kasmir (2004:110) biaya
operasional terdiri dari biaya bunga, biaya umum dan administrasi, biaya kirim,
biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran dan biaya lain-lain.
Sementara itu, pendapatan operasional sebagian besar diperoleh dari
Interest Income (Pendapatan Bunga), dari jasa pemberian kredit kepada
masyarakat, seperti bunga pinjaman, provisi kredit dan komisi, laba selisih kurs
30
Universitas Sumatera Utara
bersih, keuntungan dari penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah,
dan pendapatan operasional lain-lain.
7. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Menurut Juli Irmayanto, (2004:90), “LDR adalah rasio untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar semua dana masyarakat,
serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke
masyarakat.” Dengan kata lain bank dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya, seperti membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat
ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Menurut
Riyadi (2004:147), “LDR dapat dijadikan tolak ukur kinerja lembaga
intermediasi yaitu lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan
dana (unit surplus of funds) dengan pihak yang membutuhkan dana (unit deficit
of funds).” Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
LDR =
Jumlah Kredit Yang Diberikan
x100%
Dana Pihak Ketiga
Berdasarkan tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia
menetapkan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya
likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.
2. Untuk rasio LDR dibawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas
bank tersebut dinilai sehat.
Melalui penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
Loan to Deposit Ratio maka memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
31
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dendawijaya (2005:117), “Sebagian praktisi perbankan
menyepakati bahwa batas aman dari Loan to Deposit Ratio suatu bank adalah
sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% dan 100%.
C. Penilaian Kinerja Keuangan
1. Pengertian dan Prosedur Penilaian
Kegiatan menilai atau mengevaluasi kinerja perusahaan akan menghasilkan
informasi yang berguna bagi perusahaan itu sendiri. Hasil dari penilaian kinerja ini
akan dapat dijadikan sebagai umpan balik (feed back) bagi formulasi atau
implementasi strategi. Jika terjadi penyimpangan, maka untuk menghindari agar
tidak terjadi penyimpangan lagi perlu dilakukan perubahan, misalnya perubahan
rencana atau kegiatan termasuk pengendaliannya.
Menurut Umar (2002 : 36) :
“Penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan
informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, Bagaimana
perbedaan itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih
diantara keduanya serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila
dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.”
Dari definisi di atas dapat dijelaskan :
a. Suatu proses untuk menyediakan informasi, berarti bahwa kegiatan penilaian
atau evaluasi membutuhkan data untuk dianalisis dengan alat-alat yang relevan
untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, untuk
menentukan laba perusahaan dibutuhkan data mengenai seluruh pendapatan
dan seluruh pengeluaran kemudian dianalisis dengan perhitungan matematis
sederhana, sehingga akan dihasilkan besar laba perusahaan.
b. Sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan
pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui ada selisih
32
Universitas Sumatera Utara
diantara keduanya, berarti bahwa penilaian atau evaluasi dimaksudkan untuk
membandingkan suatu kegiatan yang telah diselesaikan dengan yang
seharusnya diselesaikan. Hasilnya apakah sesuai, di bawah standar, atau di atas
standar yang telah ditentukan. Hal ini memerlukan tolak ukur tertentu,
misalnya perkiraan suatu proyek yang sedang dikerjakan pada waktu 3 bulan
akan selesai 75% dan pengeluaran anggaran sebesar Rp 1 Milyar.
Kenyataannya proyek baru diselesaikan 65% dan anggaran pengeluaran telah
habis Rp 1,2 Milyar, sehingga harus diputuskan hasil dari evaluasi terhadap
perbedaan ini.
Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri.
Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya
sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini merupakan salah satu
tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan menurut Umar (2001 : 39-40) :
a. Menentukan apa yang akan dievaluasi
Dalam bisnis apa saja yang dapat dievaluasi dapat mengacu pada program kerja
perusahaan. Pada program kerja perusahaan itulah akan terdapat aspek-aspek
yang memerlukan untuk dievaluasi. Tetapi biasanya yang diprioritaskan untuk
dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi faktor kunci suksesnya.
b. Merancang (design) kegiatan evaluasi
Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan dahulu design evaluasinya agar data apa
yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa yang dilakukan, siapa saja yang
akan dilibatkan, dan apa saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.
c. Pengumpulan data
Berdasarkan design yang telah ditetapkan, pengumpulan data dapat dilakukan
secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
d. Pengolahan dan analisis data
Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah
dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat
menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya dibandingkan antara
fakta dan harapan/rencana untuk menghasilkan perbedaan (gap). Besarnya
perbedaan tersebut akan disesuaikan dengan tolak ukur tertentu sebagai hasil
evaluasinya.
e. Pelaporan hasil evaluasi
Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan dikonfirmasikan
baik secara lisan maupun tulisan.
33
Universitas Sumatera Utara
f. Tindak lanjut hasil evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen. Oleh karena itu,
hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil
keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik di tingkat strategi
maupun di tingkat implementasi strategi.
2. Penilaian Kinerja Keuangan
Dalam kamus istilah akuntansi, Aliminsyah dan Padji (2003 : 215)
mengartikan kinerja sebagai berikut : “Suatu istilah umum yang digunakan untuk
sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu
periode, sering dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa
lalu atau yang diproyeksikan, suatu standar efisiensi, pertanggungjawaban atau
akuntabilitas manajemen dan semacamnya.”
Sedangkan Menurut Hansen dan Mowen (2000 : 6) Definisi kinerja, yaitu :
“Kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk.” Dengan
demikian kinerja diartikan sebagai suatu istilah untuk mengukur dan menilai
kegiatan suatu organisasi.
Evaluasi kinerja dapat dilakukan pada berbagai bidang pekerjaan, termasuk
diantaranya dalam bidang organisasi baik organisasi nirlaba maupun organisasi
laba (perusahaan). Dalam skripsi ini evaluasi akan diarahkan pada organisasi laba.
Dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian kinerja
merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu
kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu
standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya dan
bagaimana tindak lanjut atas perbedaan tersebut. Jadi tampak jelas untuk
melakukan evaluasi dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan, seperti yang
terdapat dalam suatu program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan
dilaksanakan dan dievaluasi.
34
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa aspek penting dalam mengevaluasi kinerja di dalam suatu
perusahaan. Evaluasi kinerja yang dapat dilakukan dalam suatu perusahaan dapat
digolongkan kepada kedua aspek, yaitu evaluasi kinerja terhadap aspek keuangan
dan evaluasi kinerja terhadap aspek non-keuangan. Evaluasi terhadap aspek
keuangan didasarkan pada laporan keuangan, sedangkan evaluasi terhadap aspek
non-keuangan tergantung pada bidang apa yang akan dianalisis misalkan aspek
strategis perusahaan, aspek pemasaran, aspek operasional, dan aspek sumber daya
manusia. Dalam skripsi ini penulis hanya membahas evaluasi kinerja dari aspek
keuangan saja.
Evaluasi kinerja dari aspek keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan model Altman
tentang kebangkrutan usaha. Di sini penulis hanya membahas evaluasi kinerja dari
aspek keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.
D. Analisis Laporan Keuangan Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis dan laporan
keuangan. Kata analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unti
menjadi berbagai unit terkecil, sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laba
rugi, dan arus kas (dana). Jika kedua pengertian ini digabungkan maka analisis
laporan keuangan menurut Harahap (2002:93) mengemukakan bahwa:
“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai
makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non
kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”
35
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan
ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut.
Kemudian, kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan
ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya kedepan. Dengan
adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen
selama ini.
2. Prosedur Analisis Laporan Keuangan
Menurut Abdullah (2005:120) prosedur analisis meliputi tahapan
sebagai berikut:
a. Review Data Laporan
Merupakan aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal,
baik sifat atau jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akuntansi
yang berlaku. Sistem akuntansi yang diterapkan dalam memberi pengakuan
terhadap pendapatan dan biaya akan menentukan jumlah pendapatan maupun
laba yang akan dihasilkan perusahaan.
b. Menghitung
Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis dilakukan
perhitungan-perhitungan, baik metode perbandingan, persentase komponen
analisis rasio keuangan dan lain-lain. Dengan metode atau teknik apa yang
digunakan dalam perhitungan sangat bergantung pada tujuan analisa.
c. Membandingkan/mengukur
Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan tersebut
apakah sangat baik, sedang, kurang baik, dan seterusnya. Ada dua cara yang
dapat dilakukan didalam membandingkan rasio keuangan perusahaan yaitu:
• Criss Sectional Approach, suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
• Time Series Analysis, dilakukan dengan jalan membandingkan hasil yang
dicapai perusahaan dari periode yang satu ke periode lainnya. Dengan
pembandingan semacam ini akan diketahui hasil yang dicapai perusahaan,
apakah mengalami kemajuan atau kemuduran.
36
Universitas Sumatera Utara
d. Menginterpretasi
Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai panduan antara hasil
pembandingan atau pengukuran dengan kaidah teoritik yang berlaku. Hasil
interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang
dicapai perusahaan dalam pengelolaan keuangan.
e. Solusi
Merupakan langkah terakhir dari rangkaian prosedur analisis. Dengan
memahami problem keuangan yang dihadapi perusahaan maka akan ditempuh
solusi yang tepat.
37
Universitas Sumatera Utara
Download