tinjauan pustaka

advertisement
2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Karkas Ayam
Menurut BSN (2009) dalam SNI 3924:2009 tentang mutu karkas dan daging
ayam, karkas adalah bagian tubuh ayam yang telah dilakukan penyembelihan
secara halal disertai dengan pencabutan bulu dan pengeluaran jeroan, tanpa kepala,
leher, kaki, paru-paru, dan atau ginjal, dapat berupa karkas segar, karkas segar
dingin, atau karkas beku. Soeparno (2005) mengatakan bahwa karkas ayam
biasanya dijual ke konsumen dalam bentuk karkas utuh, belahan karkas kiri dan
kanan, seperempat karkas, atau potongan-potongan yang lebih kecil. Menurut
McLelland (1990), karkas ayam digolongkan ke dalam daging putih karena otot
ayam mengandung serat otot putih yang lebih banyak dibandingkan serat otot
merah. Serat otot putih hanya mengandung sejumlah kecil myoglobin. Otot putih
dicirikan dengan memiliki kekuatan yang besar, tetapi tidak dapat digunakan
dalam jangka waktu yang lama.
Daging Ayam
Menurut BSN (2009) dalam SNI 3924:2009, daging ayam adalah otot
skeletal dari karkas ayam yang aman, layak, dan lazim dikonsumsi manusia.
Ensminger et al. (2004) menyatakan bahwa daging yang terkandung pada karkas
ayam mengandung 19% protein; protein myofibril (11.5%), protein sarkoplasma
(5.5%), dan protein stoma (2%). Myofibril terdiri atas aktin, myosin, dan
tropomyosin yang berperan dalam kontraksi otot. Protein sarkoplasma terdiri atas
myoglobin dan enzim glikolitik. Protein stoma terdiri atas kolagen yang terdapat
pada jaringan ikat dan mitokondria.
Daging atau otot ayam yang umum digunakan untuk pengujian adalah otot
pectoralis karena otot pectoralis berukuran paling besar dan arah serabutnya jelas.
Otot pectoralis adalah otot unggas yang terbesar dan terdapat pada bagian
superficial atau permukaan dada. Berat otot pectoralis kira-kira adalah 8% dari
berat tubuh. Otot ini berfungsi untuk mengangkat sayap (Soeparno 2005).
Nukleus otot polos berbentuk panjang dan membulat pada bagian ujungnya.
Jaringan otot polos dan jaringan ikat fibroblast terdapat pada otot ayam. Otot
polos akan bergerak saat berkontraksi. Fibroblast yang terdapat pada jaringan otot
tidak dapat bergerak saat berkontraksi. Sitoplasma bersifat eosinofilik dan
homogen (Linda dan William 2000).
Hati Ayam
Bangsa burung memiliki hati yang berwarna cokelat kemerahan dan terdiri
atas lobus kiri dan kanan. Warna hati tergantung pada status nutrisi unggas. Hati
yang normal berwarna kemerahan atau cokelat terang (McLelland 1990). Ressang
(1984) menyatakan bahwa hati merupakan organ dalam yang memiliki banyak
fungsi, antara lain detoksifikasi racun, metabolisme lemak, metabolisme
karbohidrat, metabolisme zat besi, pembentukan darah merah, penyerapan vitamin,
dan mensekresikan cairan empedu yang mengandung asam-asam empedu. Asamasam empedu berguna untuk membantu pencernaan lemak.
3
Satu lobulus hati terdiri dari vena sentralis, hepatosit, dan sinusoid. Sinusoid
terlihat sebagai celah garis putih di antara hepatosit. Sinusoid berfungsi
mengalirkan darah menuju vena sentralis. Hepatosit terlihat sebagai dua lapis sel
yang tebal dan mengelilingi vena sentralis. Hepatosit berfungsi menjalankan
fungsi hati (Linda dan William 2000).
Ginjal Ayam
Ginjal pada ayam terletak pada sisi kanan dan kiri columna vertebralis di
bagian bawah tulang synsacrum. Ginjal ayam terbagi atas tiga lobus, yaitu kranial,
medial, dan kaudal. Setiap lobus ginjal dialiri arteri renalis. Fungsi ginjal adalah
sebagai filtrasi darah untuk diubah menjadi urine dan menjaga keseimbangan air
di dalam tubuh (Grist 2006).
Ginjal ayam terbungkus oleh jaringan ikat kapsula dan memiliki dua regio,
yaitu korteks dan medulla. Glomerulus, tubulus proksimal, dan tubulus distalis
terdapat pada bagian korteks. Lumen tubulus distalis terlihat kosong dan
sitoplasmanya lebih pucat. Tubulus kolektiva terdapat pada bagian medulla.
Ginjal tidak memiliki renal pelvis (Aughey dan Frye 2001).
Pencemaran Logam Timbal
Timbal merupakan logam yang secara alami berwarna abu-abu kehitaman.
Timbal dapat ditemukan di lapisan kerak bumi. Timbal dapat dikombinasikan
dengan bahan kimia lainnya sehingga membentuk senyawa yang disebut garamgaram timbal. Garam-garam timbal bersifat larut air, sedangkan unsur logam
timbal sendiri tidak larut dalam air. Sebagian besar timbal yang termobilisasi ke
lingkungan berasal dari aktivitas manusia sehingga paparan logam timbal
inorganik dan senyawa garam timbal dapat terjadi di lingkungan sekitar dan di
tempat kerja (Williams et al. 2000).
Cat dinding di beberapa negara masih mengandung Pb3(CO3)2(OH)2. Hal ini
perlu mendapat perhatian karena anak-anak dan hewan dapat menelan runtuhan
cat tersebut. Penggunaan pestisida yang mengandung Pb3(AsO4)2 dan batere yang
terbuka akan mengeluarkan PbO2 pada tanah sehingga menyebabkan pencemaran
timbal di tanah. Bensin di banyak negara berkembang masih mengandung
tetraethyl timbal Pb(C2H5)4 yang akan langsung teroksidasi di udara menjadi PbO2.
Timbal oksida yang menyebar di udara akan masuk dan terakumulasi ke dalam
tanah, air, buah-buahan, dan sayur-sayuran dan akhirnya ke dalam hewan dan
manusia (Cann dan Baird 2005).
Metabolisme Timbal dalam Tubuh Manusia
Menurut Naria (2005), timbal adalah logam berat yang dapat menyebabkan
keracunan dan dapat terakumulasi di dalam tubuh manusia. Mekanisme masuknya
timbal ke dalam tubuh manusia dapat melalui sistem pernafasan, oral, ataupun
langsung melalui permukaan kulit. Fardiaz (1994) menambahkan bahwa timbal
juga akan didistribusikan ke darah, cairan ekstraselular, dan beberapa organ
tempat deposit. Tempat deposit timbal berada di jaringan lunak (hati, ginjal, dan
syaraf) dan jaringan keras (tulang dan gigi). Timbal yang terakumulasi dalam
skeleton (tulang) diperkirakan sekitar 90% dari jumlah keseluruhan yang berada
4
di dalam tubuh. Dari darah dan tempat deposit, timbal kemudian diekskresikan
melalui urine, feses, dan keringat.
Waktu Paruh Timbal dalam Tubuh
Waktu paruh timbal dalam tulang manusia diperkirakan 2-3 tahun. Timbal
dalam darah akan dapat dideteksi dalam waktu paruh sekitar 20 hari, sedangkan
ekskresi timbal dalam tubuh secara keseluruhan terjadi dalam waktu paruh sekitar
28 hari. Dari darah dan tempat deposit, timbal kemudian diekskresikan melalui
urine, feses, dan keringat. Tingkat ekskresi timbal melalui sistem urinaria adalah
sebesar 76%, gastrointestinal 16%, dan rambut, kuku, serta keringat sebesar 8%
(Riyadina 1997). Peterson dan Talcott (2006) menyatakan bahwa waktu paruh
logam timbal di dalam darah dan jaringan tubuh hewan adalah 4-6 minggu,
sedangkan waktu paruh logam timbal di tulang berlangsung dalam periode dekade.
Gejala Klinis Keracunan Timbal
Keracunan timbal disebut plumbism. Biasanya orang yang keracunan timbal
mengonsumsi timbal sekitar 0.2-2.0 mg/hari (Darmono 1995). Naria (2005)
menyatakan bahwa keracunan yang disebabkan oleh logam timbal dapat
mengakibatkan efek yang kronis dan akut. Keterpaparan timbal secara akut
melalui udara yang terhirup akan menimbulkan gejala rasa lemah, lelah, gangguan
tidur, sakit kepala, nyeri otot dan tulang, sembelit, nyeri perut, dan kehilangan
nafsu makan sehingga dapat menyebabkan anemia. Dampak kronis dari
keterpaparan timbal diawali dengan kelelahan, kelesuan, dan gangguan
gastrointestinal. Keterpaparan yang terus-menerus pada sistem syaraf pusat
menunjukkan gejala insomnia (susah tidur), bingung atau pikiran kacau,
konsentrasi berkurang, dan gangguan ingatan.
Spektrofotometer Serapan Atom (Atomic Absorbans Spectrophotometry)
Menurut Lajunen dan Perämäki (2004), metode analisis substansi dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom merupakan sebuah metode analisis
untuk mengukur suatu unsur dalam jumlah yang kecil. Prinsip pengukurannya
didasarkan pada penyerapan energi radiasi yang dilepaskan oleh atom-atom bebas.
Komponen peralatan spektofotometer terdiri dari sumber radiasi, penembak emisi,
pengatur sinyal, monokromator, multiplikasi foto, amplifier, dan pembaca hasil.
Supriyanto et al. (2007) menyatakan bahwa metode spektrofotometer
serapan atom banyak dipilih untuk mengukur kadar logam. Hal ini dikarenakan
bahwa alat ini mempunyai sensitifitas tinggi, mudah, murah, sederhana, cepat, dan
sampel yang dibutuhkan sedikit. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Cahyadi
(2009) bahwa kebanyakan logam diukur dengan menggunakan instrumen
spektrofotometer serapan atom yang dapat mendeteksi logam hingga mencapai
satuan ppm.
Pewarnaan Rhodizonate
Menurut Kiernan (1990), metode perwarnaan dengan rhodizonate dapat
diaplikasikan pada spesimen atau sampel beku dan irisan sampel yang sudah
5
diparafin. Beberapa logam lainnya yang dapat diwarnai oleh pewarna rhodizonate
adalah Ag, Ba, Bi, Cd, Hg2+, Sn, Sr, dan Tl. Pewarna rhodizonate memberi warna
pink sampai warna kemerahan pada logam timbal di kondisi pH yang asam.
Pewarna rhodizhonate memberi warna kecokelatan pada logam timbal di kondisi
netral. Barium, strontium, dan merkuri membentuk warna merah apabila diberi
pewarnaan rhodizonate dan akan berwarna biru kehitaman apabila digunakan
untuk mewarnai besi (Fe).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2012 di
Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan IPB, Laboratorium Bersama
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB, serta
Laboratorium Histologi dan Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
IPB.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi daging, hati, dan ginjal ayam broiler.
Larutan standar Pb, pelarut asam nitrat pekat, asetilen (bahan bakar), parafin,
akuades, entellan®, larutan alkohol bertingkat, larutan xylol bertingkat, akuades,
pewarnaan HE, dan pewarnaan rhodizonate.
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah tissue cassatte, tissue embedding consule
Sakura®, automatic tissue processor, mikrotom, object glass, cover glass,
inkubator, hot plate, mikroskop cahaya Olympus Ch-20®, digital eye piece
camera microscope,dan satu set peralatan Atomic Absorbans Spectrofotometry
(AAS) Shimadzu AA-7000.
Prosedur Penelitian
Pengambilan dan Fiksasi Sampel Jaringan
Ayam broiler diperoleh dari Rumah Potong Unggas Bubulak. Sampel
jaringan yang diambil sebanyak 3 ekor ayam terdiri dari bagian daging, hati, dan
ginjal untuk setiap daerah peternakan. Setiap sampel yang diambil dibagi menjadi
dua bagian sama rata. Bagian pertama dipersiapkan untuk pengukuran kadar
timbal dengan metode spektrofotometer serapan atom segera setelah sampel
didapatkan. Bagian sampel yang kedua difiksasi dengan larutan Buffer Neutral
Formalin (BNF) untuk pembuatan preparat histologis.
Download