sistem pengaman power shape-charge pada flight

advertisement
Sistem Pengaman Power Shape-Charge ....... (Effendi Dodi Arisandi)
SISTEM PENGAMAN POWER SHAPE-CHARGE PADA
FLIGHT TERMINATION SYSTEM
POWER SHAPE CHARGE SECURITY SYSTEM ON FLIGHT
TERMINATION SYSTEM
Effendi Dodi Arisandi
Pusat Teknologi Roket
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Jl. Raya LAPAN No. 2, Mekarsari, Rumpin, Bogor 16350 Indonesia
e-mail: [email protected]
Diterima .......; Direvisi ........; Disetujui .......
ABSTRACT
Battery is reusable electric energy resource. Thus, the battery can be used as power for
various kind of electronics equipment. The Fligt Termination System (FTS) module also uses battery as
electric energy resource. The FTS module which has been integrated in the rocket system must be
controlled strictly in order to avoid accident that can be caused by switching on the battery power.
(Smart system yang menjadi focus pada penelitian ini terdiri dari komponen mikrokontroller, inverter,
relay, resistor, dan thyristor-belum ada terjemahan untuk ini). This research was focused on how to
protect battery resource as power shape-charge in the FTS module. The research showed that smart
system usage could obstruct the activation of the relay when the battery power is switched on.
Keywords: smart system, FTS module, relay, shape-charge power
21
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 15 No.1 Juni 2017 :21 - 28
ABSTRAK
Baterai adalah sumber energi listrik yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Dengan
demikian, baterai dapat digunakan sebagai sumber energi listrik untuk berbagai macam peralatan
elektronika. Modul Flight Termination System (FTS ) juga menggunakan baterai sebagai sumber energi
listrik. Modul FTS yang telah terintegrasi dalam sistem roket harus dikontrol secara ketat agar tidak
terjadi kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh penyalaan power modul. Hal ini disebabkan, pada
saat power modul FTS dinyalakan maka akan menimbulkan logika high pada mikrokontroller yang
dapat memicu aktifnya komponen elektronika. Penelitian ini fokus pada sistem proteksi sumber daya
baterai sebagai pemicu sistem shape-charge pada modul FTS. Smart system yang menjadi fokus pada
penelitian ini terdiri dari komponen mikrokontroller, inverter, relay, resistor, dan thyristor. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa penggunaan smart system dapat menghambat aktifnya relay yang
diakibatkan oleh penyalaan power modul FTS.
Kata kunci: smart system, modul FTS, relay, power shape-charge
1
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi roket
yang
dikembangkan
oleh
LAPAN
khususnya pusat teknologi roket telah
memasuki tahapan awal menuju roket
peluncur satelit (RPS). Penelitian RPS
diawali dengan penelitian roket sonda
dengan diameter 320 mm. Muatan
telemetri yang ada pada roket tersebut
harus menggunakan sumber energi
baterai. Baterai juga merupakan sumber
energi yang digunakan payload.
Baterai adalah energi listrik yang
dapat digunakan secara berpindahpindah. Baterai mempunyai banyak tipe
seperti baterai LiPo [E. Cordero, dkk,
2015] dan daya simpannya seperti
baterai basah [H. Weiss dan S. Volgger,
2014] atau kering. Baterai dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk
telepon genggam atau sistem elektronika
lainnya. Dengan kemajuan teknologi,
baterai dapat diisi ulang (rechargeable)
[Jang-Hyuck Lee dan Joon-youp Sung,
2004]. Energi baterai juga dapat digunakan
pada sistem modul FTS. Modul FTS
mempunyai dua baterai sebagai sumber
energi listrik, baterai pertama sebagai
sistem power modul dan baterai kedua
sebagai power pada sistem shape-
22
charge. Oleh karena itu, diperlukan
pendistribusian power baterai yang tepat
untuk kebutuhan arus listrik pada
sistem [S. K Wong dan A. Kalam, 1996].
Di samping itu juga diperlukan proteksi
sumber
tegangan
yang
dapat
menggunakan metode algoritma arnoldi
[Garng Huang dan Tong Zhu, 1999].
Modul FTS [Effendi Dodi Arisandi,
2015] akan diintegrasikan pada sistem
roket yang akan tertutup secara rapat.
Dengan demikian, aktivasi baterai pada
sistem shape-charge harus betul-betul
diperhatikan untuk menghindari ledakan.
Untuk mengaktifkan power shape-charge
maka digunakan sistem relay yang
dikontrol oleh sebuah mikrokontroller
[Effendi Dodi Arisandi, 2015]. Pada saat
power
modul
diaktifkan
maka
mikrokontoller
akan
mengeluarkan
tegangan 5 volt pada masing-masing pin
keluaran dalam waktu sesaat dengan arus
 10mA [http:/www.atmel.com, 2016].
Tegangan sesaat ini sudah dapat
mengaktifkan sistem relay pada modul
FTS. Jika sistem relay aktif di luar kendali
yang telah ditentukan, maka relay tersebut
dapat mengaktifkan sistem tegangan
shape-charge yang dapat menimbulkan
aktifnya shape-charge (ledakan). Ledakan
Sistem Pengaman Power Shape-Charge ....... (Effendi Dodi Arisandi)
ini
diakibatkan
oleh
telah
tersambungnya shape-charge dengan
sumber baterai sebagai pemicu aktifnya
shape-charge tersebut. Blok diagram
rangkain
elektronika
yang
belum
menggunakan smart system dapat
dilihat pada Gambar 1-1.
Gambar 1-1: Blok diagram NonsmartSystem
Penelitian ini difokuskan pada
solusi bagaimana mengontrol sistem
relay agar tidak aktif pada saat power
system
dinyalakan.
Ada
beberapa
metode yang dapat digunakan untuk
mengatasi hal tersebut, yang pertama
adalah metode pemisahan saklar power
module FTS dengan power relay, yang
kedua adalah dengan smart system.
Pada penelitian FTS, untuk menghindari
adanya ledakan shape-charge pada saat
power module dinyalakan, maka saklar
antara power modul dan sistem FTS
dipisahkan secara manual. Sistem
pengontrolan
relay
pada
metode
pemisahan saklar maupun smart system
sama-sama dikendalikan oleh sebuah
mikrokontroller. Mikrokontroller dapat
mengeluarkan logika tinggi 5 volt atau
logika rendah 0 volt. Dengan tegangan
keluaran 5 volt dari mikrokontroller sudah
dapat digunakan untuk menggerakkan/
mengaktifkan sebuah relay dengan
menggunakan
rangkaian
tambahan
transistor darlington [Akash A., Hongunti
dkk, 2014]. Metode smart system adalah
metode
yang
digunakan
untuk
mengendalikan
arus
keluar
pada
mikrokontroller pada saat power modul
FTS
dinyalakan.
Keluaran
logika
tersebut akan dibandingkan dengan
logika lain sebelum mengatifkan system
relay.
Makalah ini terdiri dari empat bab
yang dibagi sebagai berikut; bab pertama
adalah pendahuluan yang merupakan
latar belakang dan permasalahan dalam
penelitian ini serta solusi yang akan
didapatkan. Bab kedua adalah metode
yang digunakan pada penelitian ini. Bab
ketiga adalah hasil dan pembahasan.
Bab keempat adalah kesimpulan dan
saran untuk pengembangan penelitian
ini.
2
METODOLOGI
Pada bab pendahuluan telah
disebutkan
bahwa
penelitian
ini
menggunakan dua
metode untuk
memproteksi sistem relay pada modul
FTS. Metode pertama adalah dengan
memisahkan saklar power system relay
dan power saklar pada modul FTS.
Metode
kedua
adalah
dengan
menggunakan metode smart system.
2.1
Pemisahan Saklar Modul FTS dan
Sistem Relay
Metode ini adalah metode yang
sangat sederhana yaitu menyediakan
dua saklar yang terpisah. Saklar pertama
digunakan untuk mengaktifkan power
modul FTS. Saklar kedua digunakan
untuk mengaktifkan sistem relay sebagai
penghubung power shape-charge. Gambar
2-1
adalah
blok
diagram
untuk
menjelaskan metode pemisahan dua
saklar power modul FTS dan power relay.
Metode ini akan mengalami kesulitan
jika modul FTS sudah terintegrasi pada
sebuah roket, karena harus melakukan
23
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 15 No.1 Juni 2017 :21 - 28
pengaktifan saklar sebanyak dua kali.
Prosedur pengaktifan kedua saklar
tersebut harus mengikuti prosedur yang
telah ditentukan untuk menjaga aktifnya
relay yang disebabkan oleh arus sesaat
dari keluaran mikrokontroller. Arus sesat
yang ada merupakan hasil pengamatan
dari desain rangkaian sistim FTS
sebelumnya.
dapat dilihat pada Gambar 2-2. Ada tiga
bagian secara umum pada gambar
tersebut, bagian pertama adalah sistem
mikrokontroller yang mempunyai tugas
untuk mengkontrol driver relay. Bagian
yang kedua adalah sistem thyristor
untuk melewatkan sumber tegangan
untuk shape-charge. Sedangkan bagian
yang ketiga adalah sistem relay itu
sendiri yang mempunyai tugas untuk
meloloskan pemicu gate pada bagian
thyristor. Untuk menghemat konsumsi
arus listrik pada sistem relay, maka
dapat digunakan relay dengan low
power [Hei Kam, Tsu-Jae King Liu dan
Vladimir Stojanovic, 2011] sehingga
baterai dapat bertahan lama.
Gambar 2-1: Metode pemisahan saklar power
Saklar modul FTS yang terdapat
mikrokontroller harus diaktifkan terlebih
dahulu, kemudian saklar power sistem
relay dapat diaktifkan. Jika saklar power
sistem relay aktif terlebih dahulu maka
pada saat power modul FTS diaktifkan
akan ada arus sesaat yang keluar dari
pin mikrokontroller. Arus sesaat ini sudah
cukup untuk mengaktifkan sistem relay.
Jika sistem relay aktif, maka sumber
tegangan untuk power sistem shapecharge dapat mengaktifkan shape-charge
sehingga akan terjadi ledakan.
2.2
Metode Smart System
Metode smart system adalah
suatu metode yang digunakan untuk
menyalakan modul FTS beserta sistem
relay secara bersamaan. Pada metode ini
saklar power yang digunakan hanya
satu saklar. Sumber tegangan untuk
modul FTS dan sistem relay berasal dari
sumber baterai yang sama. Metode
smart system ini secara blok diagram
24
Gambar 2-2: Metode smart system
Pada saat penyalaan power
mikrokontroller pada modul FTS maka
akan ada arus yang keluar pada pin
output mikrokontroller. Besarnya arus
yang keluar tersebut sudah cukup untuk
mengaktifkan relay yang ada pada modul
FTS. Jika relay aktif hanya dengan
penyalaan power module FTS maka
akan dapat mengakibatkan menyalanya
shape-charge. Jadi metode smart system
ini digunakan untuk mencegah aktifnya
relay pada saat power module FTS
dinyalakan. Prinsip dari metode ini
adalah dengan mengkondisikan bahwa
logika ke driver relay selalu pada kondisi
low (nol volt) pada saat power modul
FTS dinyalakan. Dengan penambahan
pull-up resistor dan inverter maka
kondisi logika ke driver relay akan selalu
low (nol volt) pada saat power dinyalakan
atau dimatikan. Pada bab 3 tentang hasil
Sistem Pengaman Power Shape-Charge ....... (Effendi Dodi Arisandi)
dan pembahasan akan menjelaskan
metode smart system secara rinci.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode dua saklar untuk modul
FTS mempunyai kelebihan yaitu bahwa
keamanan aktifnya relay oleh arus dari
mikrokontroller
dapat
dihindari
dikarenakan
sumber
tegangan
mikrokontroller dan relay berbeda.
Namun, metode ini mempunyai kendala
dalam kepraktisannya jika modul FTS
sudah terintegrasi pada roket karena
diperlukan
lebih
dari
satu
kali
pengaktifan sebuah sumber tegangan
dan memerlukan sumber energi listrik
yang berbeda. Pada saat sebuah
mikrokontroller diberikan catu daya 5 volt
maka mikrokontroller akan mengeluarkan
logika tinggi (5 volt) dengan arus tertentu
yang sesaat. Arus sesaat sebesar 10mA
sudah
dapat
digunakan
untuk
mengaktifkan driver relay, karena driver
relay menggunakan rangkaian transistor
yang disusun secara darlingtong. Dengan
memberikan arus kecil pada kaki basis
transistor pertama maka penguatannya
menjadi cukup besar. Rangkaian driver
relay yang tersusun secara darlington
dapat dilihat pada Gambar 3-1 dimana
rangkaian ini menggunakan transistor
NPN. Driver relay akan aktif jika arus
yang mengalir pada basis transistor
dapat mengaktifkan gerbang pada
transistor NPN tersebut.
Gambar 3-1: Driver relay darlington
Metode dengan smart system terdiri
dari 3 bagian, bagian pertama adalah
mikrokontroller sebagai pengontrol smart
system akif atau tidak, bagian kedua
adalah rangkaian driver relay untuk
mengaktifkan
relay,
bagian ketiga
adalah
rangkaian
thyristor
untuk
menyalurkan sumber tegangan shapecharge yang akan dikontrol. Untuk
bagian pertama dalam penelitan ini
menggunakan
mikrokontroller
dari
ATMEL
ATmega8.
Pertimbangan
menggunakan IC mikro ini adalah
dikarenakan dimensi IC-nya kecil dan
memiliki performa yang cukup tinggi.
Mikrokontroller akan memberikan logika
rendah (nol volt) atau logika tinggi (5
volt) pada rangkaian driver relay.
Rangkaian driver relay menggunakan
transistor NPN dan tambahan resistor
pada kaki basis serta inverter 74LS14.
Rangkaian driver relay dapat dilihat
pada Gambar 3-2.
Gambar 3-2: Rangkain driver
transistor NPN
relay
dengan
25
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 15 No.1 Juni 2017 :21 - 28
Bagian ketiga adalah rangkaian
thyristor, bagian ini terdiri dari IC
inverter 74LS14 dan resistor. Thyristor
terdiri dari tiga kaki yaitu gate yang
berfungsi sebagai sumber pemicu, anode
sebagai masukan arus yang akan
dilewatkan, dan katode sebagai keluaran
dari sistem thysistor. Jika tegangan pada
kaki gate positif maka arus akan
mengalir dari anode ke katode dan
sebaliknya jika teganan pada kaki gate
nol atau negatif maka arus dari kaki
anode akan tertahan.
Gambar 3-3: System thyristor
Rangkaian smart system secara
keseluruhan dapat dilihat pada Gambar
3-4. Prinsip kerja dari sistem ini adalah
pada saat logic_1(mikro) berlogika tinggi
(5 volt) maka keluaran dari inverter IC1A
adalah berlogika rendah (nol volt) maka
relay tidak aktif dikarenakan tidak cukup
arus basis untuk memicu kerja rangkaian
driver relay. Pada bagian prinsip ini
sebenarnya power shape charge sudah
aman tetapi pengamanan secara bertingkat
akan lebih baik dikarenakan jika power
shape-charge aktif sebelum waktunya
akan dapat membahayakan. Prinsip
selanjutnya adalah pengaktifan thyristor
yang dilakukan oleh logic_2 (mikro).
Prinsip kerja dari smart system untuk
pengamanan power shape-charge pada
sistem FTS dapat ditabelkan seperti
ditunjukkan pada Tabel 3-1. Dari tabel
tersebut dapat dilihat bahwa ada dua
tingkatan yang dapat mengamankan
26
sistem power shape-charge dari sistem
penyalaan power modul FTS secara
keseluruhan.
Table 3-1: PRINSIP KERJA SMART SYSTEM
Status
No.
Logic_1
Logic_2
Status
Relay
Thyristor/
Power
ShapeCharge
Tidak
1
0
0
2
0
1
3
1
0
Aktif
Tidak aktif
4
1
1
Aktif
Aktif
aktif
Tidak
aktif
Tidak aktif
Tidak aktif
Keluaran logika tinggi atau rendah
pada Tabel 3-1 untuk Logic_1 dan Logic_2
dikendalikan
oleh
mikrokontroller.
Sistem Pengaman Power Shape-Charge ....... (Effendi Dodi Arisandi)
Mikrokontroller hanya akan mengaktifkan
relay jika mendapatkan sinyal dari
ground station. Flow chart dari software
yang dirancang
Gambar 4-4.
dapat
dilihat
pada
Gambar 3-4: Rangkaian smart system
4
KESIMPULAN
Sistem driver relay sederhana
yang hanya terdiri dari mikrokontroller
dan driver relay tidak dapat digunakan
sebagai sistem pengontrol power shapecharge pada modul FTS. Hal ini
disebabkan, sistem driver relay sederhana
akan aktif dengan sendirinya ketika
power modul FTS dinyalakan. Aktifnya
driver relay ini disebabkan oleh arus yang
keluar secara alamiah dari mikrokontroller
pada saat mikrokontroller diberikan
sumber
tegangan.
Berdasarkan
permasalahan tersebut maka telah diteliti
dan didapatkan sebuah sistem yang
dapat mencegah aktifnya relay pada saat
power modul diaktifkan. Sistem ini disebut
dengan smart system yang terdiri dari
komponen mikrokontroller, inverter, relay,
resistor, dan thyristor. Dengan metode
smart system maka aktifnya power
shape-charge dapat terkontrol dengan
baik.
Penelitian ini perlu dikembangkan
terus untuk mendapatkan smart system
yang lebih andal, karena pengujian
ketahanan secara vibrasi atau uji shock
terhadap sistem ini belum dilakukan.
Keandalan
suatu
modul
yang
ditempatkan pada sebuah roket harus
lulus uji vibrasi dan uji shock.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ditujukan kepada kepala pusat
teknologi roket sebagai kuasa pengguna
anggaran yang telah memfasilitasi
penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Akash A. Hongunti dkk. 2014. Voice Operated
Wheelchair, International Journal of
Advanced
Science
Research
and
in
Software
Computer
Engineering
Volume 4, Issue, April. ISSN:2277 128X.
E. Cordero, dkk, 2015. Implementation of a
Battery
Management
and
Protection
System for High Power Pulsed Applications,
27
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 15 No.1 Juni 2017 :21 - 28
Effendi
IEEE Pulsed Power Conference (PPC)
Hei Kam, Tsu-Jae King Liu, dan Vladimir
Austin, TX, ISSN: 2158-4915, DOI: 10.
Stojanovic, 2011. Design, Optimization,
1109/PPC.2015.7296920.
and Scaling of MEM Relays for Ultra-
Dodi
Arisandi,
Development
2015.
of
Low
Design
Cost
and
Flight
Termination System Encoder Based on
DDS
AD9850
for
Flight
Vehicle,
Proceedings International Seminar of
Aerospace
Science
and
Technology
(ISAST III-2015), Bali, December, ISBN:
978-602-71833-1-5.
Flight
Logic,
IEEE
Transactions on electron devices, Vol.
58, NO. 1, January.
http:// www.atmel.com/images/atmel-2486-8bit-avr-microcontroller-atmega8_I_
datasheet.pdf, diakses Juni 2016.
Jang-Hyuck Hyuck Lee dan Joon-youp Sung,
Termination
System.
Circuit,
and
Intelligent
Signal
Communication
Processing
System,
2004.
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 13 No.
ISPACS 2004. Pages 784-786, ISBN: 0-
1 Juni: 87-94.
7803-8639-6.
Garng Huang dan Tong Zhu, 1999. Voltage
S. K., Wong dan A., Kalam, 1996. Distributed
Security Assessments Using the Arnoldi
Intelligent
Algorithm, Power Engineering Society
Using Case Based and Object Oriented
Summer Meeting, 1999, Edmonto, Alta,
Paradigms,
ISBN:0-7803-5569-5,
Applications to Power Systems, 1996.
DOI:
10.1109/
PESS.1999.787391.
Supply
Balancing
Batteray
and
Manager
Protection
Lithium-Ion Batteries,
Power
System
Intelligent
Protection
Systems
Proceedings, ISAP '96., International
H. Weiss dan S Volgger, 2014. Insular Power
12TH
conference APEIE-34006.
28
Digital
2004. Design of Batteray Protection
Effendi Dodi Arisandi, 2015. Multi Frekuensi
Encoder
Low-Power
Unit
with
for
International
Conference on 28 Jan-2 Feb 1996,
Orlando,
FL. Pages
7803-3115-X.
74-78, ISBN:0-
Download