Pusat Pertanggungjawaban - Perpustakaan Universitas HKBP

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Perusahaan didirikan dengan tujuan yang ingin dicapai, baik dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang. Salah satu tujuan jangka panjang perusahaan
adalah pertumbuhan. Hal ini hanya dapat dicapai apabila perusahaan mengelolah
secara optimal segala sumber daya yang dimilikinya.
Pada perusahaan kecil, biasanya pemilik perusahaan dapat langsung mengawasi
segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan. Hal ini mungkin dapat dilaksanakan
karena transaksi yang terjadi belum begitu banyak dan manajer masih dapat
mengingat apa-apa yang terjadi dalam perusahaan. Dengan berkembangnya
perusahaan, maka aktivitas perusahaan semakin kompleks sehingga menyebabkan
kesulitan bagi seorang individu untuk membuat keputusan yang penting, karena
begitu banyak area keputusan yang harus diambil dan tidak semua orang memiliki
keahlian dalam berbagai bidang organisasi yang kompleks tersebut. Perkembangan
perusahaan menimbulkan perlunya pemisahan antara pemilik perusahaan dan manajer
perusahaan.
Akuntansi adalah kegiatan atau proses pencatatan, penggolongan, peringkasan
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi pada suatu organisasi dan melaporkan atau
menyajikan serta menafsirkan hasilnya. Dengan demikian, para pemilik dan
1
stakeholder lainnya dapat membuat keputusan yang baik. Kemudian perlu
menerapkan
sistem
Akuntansi
Pertanggungjawaban
melalui
pusat
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban adalah istilah yang digunakan untuk
memastikan setiap nilai unit kerja dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung
jawab. Pada dasarnya pusat pertanggungjawaban digunakan untuk mencapai suatu
sistem pertanggungjawaban yang baik.
Akuntansi
pertanggungjawaban
muncul
sebagai
akibat
dari
adanya
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, sehingga bawahan perlu menyusun
laporan pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu
sistem
akuntansi
yang
digunakan
untuk
mengukur
kinerja
setiap
pusat
pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk
mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem
pengendalian manajemen. Akuntansi pertanggungjawaban terbagi menjadi empat
pusat pertanggungjawaban yaitu: pusat investasi, pusat laba, pusat pendapatan dan
pusat biaya.
Pusat biaya terbagi menjadi dua, yaitu pusat biaya teknis atau terukur, dan
pusat biaya kebijakan. Pusat biaya teknis adalah pusat biaya yang bertanggungjawab
biaya teknis, yaitu biaya sebagian besar biaya mempunyai hubungan fisik yang erat
dengan keluaran, sedangkan pusat biaya kebijakan adalah biaya yang sebagian besar
biaya tidak mempunyai hubungan dengan keluarannya. Maka untuk mendukung
pusat biaya perlu disusun anggaran biaya.
Dalam proses penetapan anggaran tersebut, maka rencana program dan
anggaran dapat mengalami revisi atau perbaikan, dimana proses tersebut terjadi tanpa
2
melibatkan kepala bidang umum. Dalam hal ini, manajer harus mengerjakan program
yang belum tentu dapat dikerjakan dengan anggaran yang ada, sehingga dalam
pelaporan realisasi program dapat saja terjadi penyimpangan terhadap anggaran.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa akuntansi pertanggungjawaban
memiliki peranan yang besar dalam memberikan informasi dari pusat-pusat
pertanggungjawaban sebagai usaha manajemen dalam pengawasan. Oleh karena itu
untuk
mempelajari
penerapan
akuntansi
pertanggungjawaban
sebagai
alat
pengawasan biaya melalui skripsi yang berjudul PENERAPAN AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENGAWASAN BIAYA
PADA PT. PLN (PERSERO) PROYEK INDUK PEMBANGKIT DAN
JARINGAN SUMATERA UTARA, ACEH DAN RIAU.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah adalah suatu kendala yang harus dipecahkan dan mendapat perhatian
khusus untuk mencapai penyelesaian yang tepat.
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun
kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya
kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan atau rintangan, adanya
celah (gap) baik antar kegiatan ataupun antar fenomena, baik yang telah
ada ataupun yang akan ada.1
Adapun perumusan masalah yang dikemukakan dalam pembahasan skripsi ini
adalah: “Apakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada pusat biaya
dalam penyusunan anggaran biaya operasional telah efektif”?
1
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cetakan Kelima: Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal. 111.
3
1.3 Hipotesa
Dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan di atas, diperlukan
mengemukakan hipotesa (dugaan sementara). Pengertian hipotesa adalah jawaban
sementara terhadap permasalahan dalam penelitian pendahuluan yang kebenarannya
masih harus diuji. Hipotesa dimaksudkan untuk membantu penulis dalam
menentukan arah yang harus ditempuh dalam menentukan ruang lingkup penelitian
dan untuk menghindari suatu penelitian yang tidak terarah dengan mengumpulkan
data yang relevan. Menurut Mudrajad Kuncoro “Hipotesis adalah suatu penjelasan
sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi
atau akan terjadi”.2
Sehubungan dengan masalah yang telah dirumuskan, maka hipotesis yang
dikemukakan sebagai berikut ini:
1. Penyusunan anggaran biaya operasional telah efektif jika realisasinya lebih
rendah dibandingkan yang dianggarkan, dan dipertanggungjawabkan dengan
jelas.
2. Penyusunan anggaran biaya operasional tidak efektif apabila biaya lebih
tinggi dibandingkan yang dianggarkan, dan dipertanggungjawabkan belum
jelas.
1.4 Luas dan Tujuan Penelitian
2
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Ketiga: Erlangga,
Jakarta, 2009, hal. 59.
4
Pada setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai batas dan tujuan
tertentu agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pembahasan. Sehubungan dengan
keterbatasan kemampuan, waktu, pengetahuan dan biaya yang dimiliki, serta data
yang diperoleh, maka luas penelitian ini dibatasi hanya pada masalah analisis
penyimpangan biaya operasional serta siapa yang bertanggungjawab terhadap
penyimpangan biaya tersebut.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi peneliti, untuk menguraikan secara ilmiah mengenai penerapan konsep
akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengawasan biaya pada suatu
perusahaan dengan menerapkan ilmu yang dimiliki. Selain itu untuk memperoleh
gambaran yang nyata tentang tujuan dan kegunaan akuntansi pertanggungjawaban
dengan menggunakan pusat biaya sebagai pengawasan biaya.
2. Bagi perusahaan, memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang penerapan
akuntansi pertanggungjawaban biaya, serta kondisi yang diperlukan agar
penerapan akuntansi pertanggungjawaban biaya dapat memberikan manfaat yang
optimal.
1.5 Metode Peneletian dan Pengumpulan Data
Dalam rangka penyusunan skripsi ini, maka metode yang digunakan untuk
memperoleh data terdiri dari:
1. Penelitian Kepustakaan (Library research)
5
Penelitian kepustakaan merupakan suatu cara penelitian yang berpedoman
pada bahan-bahan yang relevan serta mendukung pokok pembahasan yang
melalui perpustakaan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
bahan penulisan melalui suatu kegiatan membaca serta mempelajari bukubuku teori dan catatan kuliah yang relevan dengan pokok bahan skripsi.
Dengan demikian dikemukakan data sekunder sebagai kerangka kerja teoritis.
2. Penelitian Lapangan ( field research)
Penelitian lapangan dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung pada
objek yang diteliti melalui kegiatan wawancara maupun interview langsung
pada orang yang mempunyai wewenang untuk memberikan informasi
mengenai biaya operasi perusahaan. Dengan demikian dikumpulkan teknik
pengumpulan data primer yang dilakukan yaitu:
a. Melalui wawancara dan diskusi, baik dengan pimpinan departemen
perusahaan maupun dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan
perusahaan.
b. Melalui observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung untuk
memperoleh data dan informasi yang diperlukan baik berupa bahan
tertulis maupun bahan yang dapat dilihat di lapangan.
1.6 Metode Analisis
6
Sehubungan dengan masalah yang akan dibahas di atas, metode analisis yang
dipakai ada dua yaitu:
1. Metode Deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran
mengenai
situasi
atau
kejadian,
sehingga
metode ini
berkehendak
mengandalkan akumulasi data dasar belaka.
2. Metode Komparaktif adalah penelitian yang ingin mencari jawaban secara
mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab
terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.
7
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Biaya
Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat penting
dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan. Tujuan itu
dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh
perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan secara tepat. Dalam menentukan
apakah suatu pengorbanan merupakan biaya atau tidak, maka terlebih dahulu harus
dipahami pengertian biaya.
Menurut Armanto Witjaksono “Cost adalah suatu pengorbanan sumber daya
untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.3
Sedangkan menurut AICPA malalui
accouting terminology bulletin No.4 mendefinisikan biaya sebagai berikut:
Biaya adalah suatu jumlah yang diukur dalam satuan mata uang,
menyangkut pengeluaran kas atau bentuk kekayaan lainnya yang
ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang dilakukan atau
kewajiban yang timbul sehubungan dengan barang dan jasa yang
diterima.4
Dari pengertian tersebut, walaupun ada perbedaan, namun pada dasarnya
memiliki persamaan yaitu biaya adalah pengorbanan ekonomis yang diukur dengan
nilai uang untuk memperoleh barang atau jasa. Pengklasifikasian biaya atau
penggolongan biaya dapat dilakukan sesuai dengan tujuan biaya itu sendiri.
3
Armanto Witjaksono, Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama: Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2006, hal. 6.
4
Adanan Silaban dan Hamonangan Siallagan, Teori Akuntansi, Edisi Kedua: Universitas
HKBP Nommensen, Medan, 2009, hal. 219.
8
Menurut Armanto Witjaksono
menggolongkan biaya berdasarkan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan Pertanggung Jawaban
Konsep biaya ini digunakan dalam sistem pengendalian manajemen
yang terdiri atas, biaya terkendali dan biaya tak terkendali.
a.
Biaya Terkendali (Controllable Cost), adalah biaya yang
dikeluakan oleh suatu tempat biaya dan atas pengeluaran biaya
tersebut seseorang harus bertanggungjawab.
b. Biaya Tak Terkendali (Un- Controllable Cost), adalah biaya yang
tidak bisa dibebankan tanggung jawab pengeluarannya pada
seorang manajer atau pimpinan pusat biaya.
2. Berdasarkan Pengambilan Keputusan
Manajer membutuhkan informasi yang relevan dalam pengambilan
keputusan. Informasi yang baik dan berguna adalah informasi yang
mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Dalam
kaitannya dengan informasi akuntansi biaya dikenal 2 tipe informasi
biaya bagi pengambilan keputusan, yaitu: biaya relevan dan biaya
tidak relevan.
a. Biaya relevan adalah biaya yang diperkirakan nantinya akan
muncul, yang berbeda di antara berbagai alternatif.
Contoh: Misalnya saja untuk memutuskan apakah yang
menerima atau menolak suatu pesanan khusus, maka informasi
biaya yang relevan antara lain adalah biaya set up mesin untuk
pengerjaan pesanan, dan sebagainya.
b. Biaya tidak relevan.
Contohnya: Misalnya saja untuk memutuskan apakah yang
menerima atau menolak suatu pesanan khusus, maka informasi
biaya tidak yang relevan adalah biaya penyusutan, karena biaya
keputusan menolak atau menerima pesanan tersebut tidak akan
berpengaruh pada biaya penyusutan.5
2.2 Tujuan dan Metode Pengawasan.
Pengawasan dalam suatu perusahaan merupakan suatu rangkaian pekerjaan
yang dilakukan untuk menyakinkan atau mengukur apakah pelaksanaan kegiatan
5
Armanto Witjaksono, Op. Cit, hal.15-16.
9
telah sesuai dengan apa yang telah digariskan semula dimana manajemen
rnenginginkan agar rencana organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dapat
dicapai dengan baik. Akhirnya apabila pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan apa
yang telah direncanakan, harus diambil suatu tindakan atas penyimpangan tersebut.
Dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan organisasi perusahaan dapat berjalan dengan
efektif dan efisien, dan untuk melaksanakan pengawasan tersebut ada dua metode
yang dapat digunakan yaitu:
1. Pengawasan dengan menggunakan biaya standar.
2. Pengawasan dengan menggunakan anggaran.
Kedua metode ini merupakan penentuan biaya yang dilakukan dimuka sebelum
suatu kegiatan dilaksanakan. Biaya standar dipakai sebagai alat untuk mengukur dan
menilai prestasi pelaksanaan, sehingga biaya standar ditentukan dengan teliti.
Ad. 1.Pengawasan dengan menggunakan biaya standar.
Pengawasan dengan menggunakan biaya standar lebih ditekankan
daripada pengawasan anggaran, dimana biaya standar ini merupakan alat
efesiensi dari pusat biaya teknik. Sedangkan anggaran merupakan alat
pengendalian dari pusat biaya kebijakan.
Menurut Totok Budisantoso sistem biaya standar mempunyai manfaat
sebagai berikut:
a. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, penggunaan biaya standar
adalah elemen kunci dalam pendekatan management by exception.
Sejauh biaya tersebut tetap ada dalam standar, manajer dapat
memusatkan pada isu ini. Ketika biaya tersebut di bawah standar,
10
maka para manajer siaga bahwa ada masalah yang memerlukan
perhatian. Pendekatan ini membantu manajer memusatkan pada
isu yang penting.
b. Sejauh standar tersebut dipandang masuk akal bagi karyawan,
mereka dapat mempromosikan ekonomi dan efisiensi.
c. Biaya standar dapat menyerderhanakan pembukuan. Selain
pencatatan biaya ke tiap-tiap pekerja, biaya standar untuk bahan,
tenaga kerja dan overhead pabrik dapat dibebankan ke
pekerjaan.
d. Biaya standar cocok dalam sistem terintegrasi “akuntansi
pertanggungjawaban”. Standar tersebut menetapkan berapa
biaya yang seharusnya, siapa yang bertanggng jawab
terhadapnya dan apakah biaya sesungguhnya terkendali.6
Biaya standar menunjukkan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
membuat satu unit produk dalam kondisi operasi yang efisien. Biaya standar dapat
ditetapkan dengan menganalisis biaya produk teknik atau dengan menganalisis data
historis yang sesuai dengan perubahan-perubahan yang dapat terjadi.
Ad. 2. Pengawasan dengan menggunakan anggaran
Pengawasan biaya juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode
anggaran. Anggaran merupakan suatu metode pengawasan yang lebih luas,
karena tidak hanya difokuskan atas pengawasan biaya saja. Metode pengawasan
ini melahirkan konsep akuntansi pertanggungjawaban. Anggaran merupakan
ramalan atas pernyataan perencanaan dan kebijakan manajemen untuk masa
mendatang sebagai pedoman bagi kegiatan periode yang telah ditentukan.
Sebagai alat pengawasan, anggaran dibandingkan dengan hasil kegiatan untuk
menentukan, meneliti dan menganalisis selisih yang ditimbulkan serta
6
Ray H. Garrison, and Eric W. Noreen, Managerial Accounting, Akuntansi Manajerial,
Alih Bahasa: A. Totok Budisantoso, Buku Satu: Salemba Empat, Jakarta, 2000. hal. 421.
11
menentukan tindakan perbaikan yang diperlukan atas kegiatan dimasa yang
datang.
Menurut Totok Budisantoso, manfaat dari anggaran adalah sebagai
berikut:
a. Anggaran merupakan alat komunikasi bagi rencana manajemen
melalui organisasi.
b. Anggaran memaksa manajer untuk memikirkan dan
merencanakan masa depan.
c. Proses penganggaran merupakan alat alokasi sumberdaya pada
berbagai dari organisasi agar dapat digunakan seefektif mungkin.
d. Proses penganggaran dapat mengungkap adanya kemandegan
potensial sebelum terjadinya.
e. Anggaran mengkoordinasikan aktivitas seluruh organisasi dengan
cara mengintegrasikan rencana dari berbagai bagian.
f. Anggaran menentukan tujuan dan sasaran yang dapat berlaku
sebagai benchmark untuk mengevaluasi kinerja pada waktu
berikutnya.7
Laporan prestasi pusat biaya kebijakan digunakan untuk menjamin bahwa tugas
yang direncanakan telah dilaksanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, dan
tidak ada pengeluaran yang melampaui anggaran tanpa persetujuan manajemen
puncak lebih dahulu. Dengan kata lain laporan prestasi tidak digunakan untuk menilai
efisiensi pusat biaya kebijakan.
2.3 Pengertian dan Maanfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
2.3.1 Pengertian Akuntansi Pertangungjawaban
Menurut Bantu Tampubolon “Akuntansi adalah kegiatan atau proses
pencatatan (record), penggolongan (classifying), peringkasan (summerizing)
7
Ibid, Hal. 343.
12
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi pada suatu organisasi dan
melaporkan atau menyajikan serta menafsirkan (interpretation) hasilnya”. 8
Dari defenisi tersebut diketahui bahwa akuntansi merupakan suatu sistem yang
menghasilkan informasi akuntansi. Akuntansi dipakai oleh organisasi-organisasi yang
bersifat untuk semata-mata mencari keuntungan maupun organisasi-organisasi yang
sifatnya tidak mencari keuntungan. Pemakaian ini untuk mencatat transaksi-transaksi
keuangan ekonomi (keuangan) yang terjadi pada organisasi tersebut, yang salah
satunya untuk memberikan informasi laporan keuangan.
Untuk memperjelas pengertian akuntansi pertanggungjawaban tersebut, Charles
T.Horngren,
Srikant
M
dan
George
Foster
mendefenisikan
akuntansi
pertanggungjawaban tersebut yaitu: “Akuntansi pertanggungjawaban adalah
sistem
yang
mengukur
rencana-menggunakan
anggaran-dan
tindakan-
menggunakan hasil aktual dan pusat pertanggungjawaban”.9 Sedangkan Loran
Tambunan mendefenisikan Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai berikut:
Akuntansi Pertanggungjawaban merupakan suatu istilah yang berkaitan
dengan berbagai konsep dan alat yang dipergunakan oleh akuntan
manajemen untuk mengukur kinerja (performance) dari individu dan
departemen-departemen dalam perusahaan dalam upaya menjamin
adanya kecocokan atau keharmonisan dan kesatuan tujuan dalam
perusahaan. 10
8
Bantu Tampubolon, dkk, Akuntansi Keuangan, Edisi Revisi: Universitas HKBP
Nommensen, Medan, 2007, hal. 1.
9
Charles T. Horngren, et.al., Cost Accounting: A Managerial Emphasis, 11th Edition,
Akuntansi Biaya: Penekanan Manajemen, Alih Bahasa Desi Adhariani, Edisi Sebelas, Cetakan
Satu: Indeks, Jakarta, 2004, hal. 233.
10
Loran Tambunan, Akuntansi Manajemen: Analisa Biaya untuk Perencanaan dan
Pengawasan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama: Universitas HKBP Nommensen, Medan, 2003, hal. 135.
13
Mereka yang diberi wewenang harus membuat laporan secara akuntansi. Untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan atas wewenang yang diterima. Pada
umumnya, wewenang yang diberikan oleh manajemen puncak dan pemilik
perusahaan adalah wewenang dalam bidang: mengelolah investasi, mencari laba,
efisiensi biaya, dan wewenang dalam meningkatkan penjualan.
Akuntansi pertanggungjawaban dapat dilihat dari struktur organisasi. Dalam
struktur organisasi itu tercermin wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap devisi. Jika
suatu perusahaan memiliki struktur organisasi yang sederhana, maka manajemen
puncak mudah mengadakan pengendalian, dan sebaliknya jika suatu perusahaan
memiliki srtuktur organisasi yang ruwet, maka manajemen puncak sulit mengadakan
pengendalian. Untuk memudahkan pengendalian dan evaluasi kinerja anak
perusahaan, cabang, atau devisi manajemen puncak menerapkan Sistem Akuntansi
Pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban membantu manejer untuk
pokus terlebih dahulu pada orang-orang yang harus mereka tanyak untuk
mendapatkan informasi, dan bukan pada orang-orang yang harus disalahkan.
2.3.2 Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
Pada umumnya perusahaan yang masih berukuran kecil, pemilik atau pimpinan
perusahaan masih sanggup mengambil tindakan yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan, hal ini disebabkan pimpinan masih mampu memantau semua
hal yang berhubungan dengan operasi dari perusahan tersebut. Berbeda dengan
perusahaan besar, pimpinan perusahaan tidak sanggup mengatasi hal-hal yang
14
berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang menyangkut personalia, produksi,
informasi keuangan, hukum, penelitian dan pengembangan serta lingkungan.
Pimpinan maupun manajemen pusat harus memberikan wewenang pengambilan
keputusan atas kegiatan-kegiatan tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya.
Menurut Mulyadi, Akuntansi Pertanggungjawaban berperan penting dalam
pendelegasian wewenang dan memberi manfaat sebagai berikut:
1.
2.
3.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan
anggaran
Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilai kinerja
manajer pusat pertanggungjawaban
Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai pemotivasi
manajer.11
Ad.1.Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran
.
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan
peran (role setting) dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses
penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan
sebagian aktivitas perusahaan dan ditetapkan pula sumber data yang disediakan
bagi pemegang peran tersebut untuk melaksanakan perannya. Dalam usaha
pencapaian sasaran perusahaan diukur dengan satuan moneter standar yang
berupa informasi akuntansi.
Ad.2. Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilai kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban
11
Mulyadi, Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Ketiga,
Cetakan Ketiga: Salemba Empat, Jakarta, 2001, hal. 174-175.
15
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi penting
dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena
informasi
menekankan
bertanggungjawab
hubungan
terhadap
antara
perencanaan
dan
nanajer
dengan
realisasinya.
yang
Informasi
akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor yang dibuat oleh setiap
manajer dalam menggunakan berbagai sumber daya untuk melaksanakan
peran manajer dalam mencapai sasaran perusahaan.
Ad.3. Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai pemotivasi manajer
Motivasi adalah proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan secara sadar
dan bertujuan. Pemotivasi adalah sesuatu yang digunakan untuk mendorong
timbulnya prakarsa seseorang untuk melakukan tindakan secara sadar dan
bertujuan.
Menurut
Sofyan Syafri Harahap syarat-syarat penerapan akuntansi
pertanggungjawaban yang baik adalah sebagai berikut:
a. Memiliki Struktur Organisasi yang baik. Struktur organisasi yang
baik artinya memiliki batasan terhadap wewenang dan tanggung
jawab yang tegas dan jelas, sehingga setiap bagian dengan bagian
lain tidak merasa bingung.
b. Memberikan sistem reward dan punishment berdasarkan standar
pertanggungjawaban yang ditetapkan.
c. Memiliki sistem akuntansi yang sejalan dan disesuaikan dengan
pusat pertanggungjawaban.
d. Anggaran atau budget harus disusun menurut pusat-pusat
pertanggungjawaban.
e. Terdapat sistem pelaporan pendapatan dan biaya dari manajer
yang sesuai dengan tanggung jawabnya.
f. Untuk akuntansi pertanggungjawaban biaya, harus terdapat
pemisahan antara biaya yang dapat dikendalikan dengan yang
16
tidak
dapat
dikendalikan
oleh
manajer
pusat
pertanggungjawaban yang bersangkutan.
g. Harus ada akibat baik berupa penghargaan (reward) maupun
penalties sebagai akibat prestasinya sesuai dengan ukuran
tanggung jawabnya.12
2.4 Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban
Tujuan akuntansi pertanggungjawaban telah banyak dirumuskan oleh para ahli,
yang pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Menurut Loran Tambunan “Tujuan
utama dari suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk
membantu perusahaan dalam meraup manfaat dan desentralisasi dan pada
waktu yang sama meminimalkan dampak negatifnya”.13 Dalam tujuan ini sistem
akuntansi pertanggungjawaban dirancang untuk memperkuat dan mendorong adanya
keharmonisan dan kesatuan tujuan dalam perusahaan.
Mulyadi berpendapat bahwa tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah
sebagai berikut:
Sistem akuntansi pertanggungjawaban menyediakan kemudahan bagi
manajemen dalam melaksanakan pengelolaan berdasarkan tujuan atau
pengelolaan berdasarkan pengendalian diri sendiri,dan Sistem akuntansi
pertanggungjawaban memberikan rerangka kerja untuk merumuskan
sasaran dan rencana secara rinci.14
Dari tujuan tersebut, akuntansi pertanggungjawaban berfungsi sebagai alat
pengiriman peran (role sending device), sehingga setiap manajer yang telah diberi
12
Sofyan Syafri Harahap, Budgeting Peranggaran Perencanaan Lengkap, Edisi Pertama,
Cetakan Kedua: Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 69-70.
13
Loran Tambunan, Op. Cit., hal. 137.
14
Mulyadi, Akuntansi Manajemen: Konsep Manfaat dan Rekayasa, Edisi Ketiga,
Cetakan Ketiga: Salemba Empat, Jakarta, 2000, hal. 181.
17
peran tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran, menjadi jelas mengenai peran
yang mereka laksanakan.
2.5 Pengertian dan Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban
Ciri
utama
perusahaan
yang
menerapkan
Sistem
Akuntansi
Pertanggungjawaban adalah dengan adanya pusat-pusat pertanggungjawaban.
Menurut Hanif Ismail dan Darsono “Pusat Pertanggungjawaban ialah suatu unit
organisasi yang dipimpin seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap
semua aktivitas yang ada di unit tersebut”.15
Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap “Pusat Pertanggungjawaban
merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggung jawab sesuai bagiannya”.16 Manajer dapat mengendalikan unit kerja
dan dapat memberi perintah, apabila atasan memberikan wewenang kepada manajer
tersebut. Kewenangan yang dimiliki manajer dapat berupa kewenangan yang dapat
diukur secara keuangan dan dapat bersifat non keuangan. Wewenang berjalan seiring
dengan tanggung jawab, jika wewenang digunakan timbullah tanggung jawab.
Menurut Sofyan Syafri Harahap, suatu pusat pertanggungjawaban mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1.
Dibentuk untuk mencapai sasaran tertentu. Sasaran dari masingmasing individu dalam tiap-tiap pusat tanggung jawab itu.
Menggunakan input berupa bahan baku, tenaga kerja dan lainnya.
2.
15
Hanif Ismail dan Darsono Prawironegoro, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep
dan Aplikasi, Mitra Wacana, Jakarta, 2009, hal. 53.
16
Sofyan Syafri Harahap, Op. Cit, hal. 68.
18
3.
Efisiensi dan efektivitas kerjanya dapat diukur. Pusat
pertanggungjawaban dikatakan efisien bila ia mampu menggunakan
input dalam jumlah yang lebih kecil untuk menghasilkan jumlah
output yang sama atau menggunakan input untuk menghasilkan
jumlah output yang lebih besar.17
Pusat pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
mengolah masukan menjadi keluaran. Penggambarannya dapat disajikan pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1
Pusat Pertanggungjawaban
Seluruh
sumber
daya
Diukur
biaya dalam
Biaya
kerja
Barang atau
jasa
Diukur dalam
Sumber:Hanif Ismail dan Darsono Prawironegoro, Sistem Pengendalian
Manajemen: Konsep dan Aplikasi, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2009, hal. 55.
Berdasarkan Pusat Pertanggungjawaban pada Gambar 2.1 dapat dijelaskan
Bahwa:Pertama, setiap pusat pertanggungjawaban dalam melaksanakan aktivitasnya
memerlukan masukan yang berasal dari sumber daya. Kedua, masukan-masukan pada
suatu pusat pertanggungjawaban diproses dengan bantuan masukan lain, (misalnya
modal kerja, peralatan, atau harta lainnya). Ketiga, hasil proses adalah keluaran
berupa produk atau jasa. Dalam hal ini diasumsikan bahwa keluaran akan sesuai
17
Ibid, hal. 69.
19
dengan sasaran yang telah ditetapkan oleh masing-masing pusat pertanggungjawaban,
namun pada kenyataannya keluaran tidak sesuai dengan sasaran atau tidak memenuhi
harapan. Keluaran yang dihasilkan oleh pusat pertanggungjawaban biasanya
merupakan input bagi pusat pertanggungjawaban yang lain dalam perusahaan
tersebut.
Sehubungan dengan penilaian prestasi pusat pertanggungjawaban, ada dua
kriteria yang dapat digunakan yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi merupakan
perbandingan antara keluaran dengan masukan atau jumlah keluaran yang dihasilkan
dalam suatu unit input yang dipergunakan. Pada umumnya pengukuran efisiensi
dilakukan dengan cara membandingkan biaya yang benar-benar dipergunakan dengan
standar biaya yang ditetapkan. Efektivitas adalah hubungan antara keluaran pusat
pertanggungjawaban dengan sasaran yang harus dicapainya. Apabila kontribusi
keluaran yang dihasilkan semakin mendekati nilai pencapaian sasaran, maka semakin
efektivitas pusat pertanggungjawaban tersebut.
Dengan adanya pengelompokan kegiatan organisasi menjadi unit-unit
organisasi seperti departemen, divisi, dan sebagainya, maka wewenang dan tanggung
jawab setiap manajer pusat pertanggungjawabam akan menjadi lebih jelas dan
terarah.
Menurut
Darsono
Prawironegoro
dan
Ari
Purwanti,
Pusat-pusat
pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: “Pusat Biaya, Pusat
Pendapatan, Pusat Laba dan Pusat Investasi”.18
18
Darsono Prawironegoro dan Ari Purwati, Akuntansi Manajemen, Edisi Kedua: Mitra
Wacana Media, Jakarta, 2008, hal. 165-166.
20
Ad 1.Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan pusat pertanggungjawaban dimana manajernya
hanya bertanggungjawab mengenai biaya. Prestasi manajer pusat biaya diukur
atas dasar biayanya atau masukannya. Pusat biaya dapat dibagi menjadi pusat
biaya teknik dan pusat biaya kebijakan. Pusat biaya teknik adalah pusat yang
sebagian besar masukannya merupakan hubungan yang nyata dan erat dengan
keluarannya. Prestasi pusat biaya teknik diukur berdasarkan kemampuannya
mempertahankan efisiensi kerja. Pusat biaya kebijakan adalah pusat yang
sebagian besar masukannya tidak mempunyai hubungan dengan keluarannya.
Prestasi manajer pusat biaya kebijakn tidak dapat diukur dari efisiensi kerjanya.
Proses pengawasan dari pusat biaya, dimulai dengan pembuatan anggaran biaya
yang disetujui oleh manajemen puncak. Angaran biaya merupakan batasan atas
pengeluaran yang dapat dilakukan oleh manajer pusat biaya kebijakan.
Anggaran digunakan sebagai pedoman biaya sesungguhnya tidak melebihi
jumlah yang telah disetujui dalam anggaran. Anggaran tidak digunakan untuk
efisiensi kerja pusat biaya. Adapun contoh dari pusat biaya kebijakan adalah
departemen pemasaran dan departemen personalia.
Ad 2. Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan merupakan suatu pusat pertanggungjawaban, dimana
manajernya hanya bertanggung jawab mengenai penjualan. Pada umumnya
pusat pendapatan merupakan unit pemasaran (penjualan) yang tidak memiliki
wewenang menetapkan harga pokok penjualan dan barang-barang yang mereka
pasarkan, akan tetapi ukuran utamanya adalah tercapainnya target pendapatan.
Ad 3. Pusat Laba
21
Pusat laba merupakan suatu pusat pertanggungjawaban, dimana manajernya
bertanggung jawab mengenai pendapatan dan biaya. Tugas utama manajer pusat laba
adalah
meningkatkan
pendapatan
dan
mengurangi
beban,
sehingga
dapat
menghasilkan laba kotor, laba operasi, dan laba bersih yang tinggi. Pusat laba pada
umunya digunakan untuk mengukur kinerja cabang atau manajer divisi produk.
Ad 4. Pusat Investasi
Pusat Investasi merupakan suatu pusat pertanggungjawaban dimana
manajernya bertanggung jawab mengenai pendapatan biaya dan investasi.
Perhatian utama dalam investasi adalah laba yang dibandingkan dengan aktiva
yang digunakan untuk menghasilkan laba dalam operasionalnya. Penilaian
prestasi manajer pusat investasi dapat diukur dengan menggunakan Return On
Investment atau ROI. Harta yang diinvestasikan haruslah yang benar-benar
digunakan untuk operasi perusahaan. Kesalahan pemilihan aktiva-aktiva yang
dibeli dapat berakibat dana investasi yang terlalu besar dan ini akan
menyebabkan turunnya nilai ROI.
Dari pengertian pusat pertanggungjawaban di atas, maka disimpulkan bahwa
pertanggungjawaban adalah suatu unit organisasi yang setiap manajernya
bertanggungjawab atas kegiatan yang dilakukan. Pusat-pusat pertanggungjawaban
dalam suatu organisasi terdiri dari beberapa sub-unit atau departemen-departemen
dalam batas wewenang dan tanggung jawab pimpinannya. Dalam buku yang ditulis
Loran Tambunan, pusat pertanggungjawaban dalam organisasi fungsional dapat
dilihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 2.2
Pusat Pertanggungjawaban pada Organisasi
Dengan Struktur Fungsional
22
Direktur
Utama
Pusat Investasi
(Investment Center)
Staf
Direksi
Fungsi
Pusat
Produksi
Biaya
(Cost Center)
Fungsi
Administrasi
Fungsi
Penjualan
Fungsi
Personalia
Keuangan
Pusat Pendapatan
(Revenue Center)
Pusat Ongkos
(Expense Center)
Sumber: Loran Tambunan, Akuntansi Manajemen: Analisa Biaya Untuk
Perencanaan dan Pengawasan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama:
Universitas HKBP Nommensen, 2003,hal 140.
Berdasarkan Struktur organisasi pada Gambar 2.2 dijelaskan bahwa: Pertama,
posisi direksi sebagai pusat investasi yang bertanggungjawab dan berwenang
terhadap pengambilan keputusan investasi. Kedua, fungsi produksi adalah pusat
biaya, karena fungsinya adalah membuat barang untuk dijual dan biaya tersebut tidak
musnah begitu saja, tetapi beralih atau melekat terhadap produk sedangkan fungsi
administrasi dan umum menghasilkan biaya yang hilang begitu saja, sehingga tidak
disebut pusat biaya tetapi disebut pusat beban. Ketiga, fungsi penjualan disebut pusat
pendapatan karena bertugas menjual barang.
23
Dalam organisasi fungsional, pembagian organisasi didasarkan divisi-divisi
penghasilan atau laba dibawah setiap divisi dibagi atas dasar fungsi. Fungsin yang
ada didalam divisi meliputi fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi
dan umum. Setiap devisi merupakan pusat laba dan mungkin sebagai pusat investasi.
Fungsi produksi yang ada dibawah divisi, merupakan pusat biaya. Fungsi pemasaran
yang ada dibawah divisi merupakan pusat hasil atau pusat biaya.
Pusat
pertanggungjawaban
berdasarkan
organisasi
divisional
pada
Gambar 2.3 dapat dijelaskan bahwa: Pertama, Direktur Utama perusahaan
bertanggungjawab secara keseluruhan atas organisasi perusahaan. Kedua, Devisi
adalah pusat laba, bertanggung jawab atas seluruh fungsi yang ada di devisi
penjualan, fungsi pembelian, dan devisi administrasi. Ketiga, devisi penjuala adalah
pusat pendapatan, yang bertanggungjawab atas penjualan produk. Keempat, fungsi
pembelian dan devisi administrasi adalah pusat biaya, yang bertanggung jawab atas
biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk pembelihan bahan-bahan yang akan
digunakan untuk proses produksinya dan biaya tersebut melekat pada produk yang
dihasilkan, serta devisi administrasi menghasilkan biaya yang hilang begitu saja,
sehingga disebut sebagai pusat beban. Pengukuran hasil kerjanya adalah laba yang
dihasilkan masing-masing divisi tanpa menghubungkan dengan investasi yang telah
ditanamkan.
Berdasarkan bagan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.3
Pusat-pusat pertanggungjawaban pada organisasi
24
Dengan Struktur Divisional
Direktur
Utama
Pusat Investasi
(Investment Center)
Pusat Laba
(Profit Center)
Staf Direksi
Divisi B
Divisi A
Pusat Pendapatan
(Revenue Center)
Divisi
penjualan
Divisi
penjualan
Pusat Ongkos
(Expense/cost Center)
Fungsi
pembelian
Funsi
Penjualan
Fungsi
adminitrasi
Fungsi
Administrasi
Sumber: Loran Tambunan. Akuntansi Manajemen: Analisa Biaya Untuk
Perencanaan dan pengawasan, Edisi Kedua, Cetakan Pertama:
Universitas HKBP Nommensen, 2003, hal.141.
2.6 Hubungan Anggaran dengan Akuntansi Pertanggungjawban
Anggaran dalam akuntansi pertanggungjawaban berfungsi sebagai sarana
pengirim pesan, tolak ukur dalam penilaian kinerja masing-masing pusat
pertanggungjawaban dalam manajernya, alat pengendalian manajemen, serta
pemotivasian manajer. Dalam hal ini manajemen harus dapat memanfaatkan
informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan angaran,
sehingga informasi akuntansi dapat berperan sebagai alat penilai kinerja manajer
pusat-pusat pertanggungjawaban. Peran informasi akuntansi pertanggungjawaban di
dalam penyusunan anggaran menjadi titik netral. Hal ini disebabkan akuntansi
25
pertanggungjawaban dapat berupa informasi masa akan datang. Informasi akuntansi
pertanggungjawaban yang berupa informasi yang akan datang bermanfaat untuk
penyusunan anggaran. Sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang
berupa informasi masa lalu bermanfaat sebagai penilai kinerja manajer dan
pemotivasi manajer.
Anggaran merupakan alat untuk menetapkan peran tiap manajer, yang
dinyatakan dalam satuan uang, maka untuk meminta pertanggungjawaban dipakai
sebagai pengukuran pelaksanaan peran sebagai pengukur kinerja manajer. Dalam
proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang berperan dalam melaksanakan
sebagian kegiatan pencapaian tujuan perusahaan, dan ditetapkan pula sumber
ekonomi yang disediakan bagi pemegang peran tersebut dalam melaksanakan
perannya.
Kesimpulan adalah kuat tidaknya dampak informasi akuntansi terhadap perilaku
manajer sangat tergantung pada berapa erat hubungan antara informasi akuntansi
dengan struktur penghargaan yang berlaku dalam perusahaan. Jika penghargaan
menggunakan informasi sebagai, maka manajer akan didorong untuk mengarahkan
usahanya untuk menghasilkan prestasi dengan akuntansi sebagai tolak ukurnya. Tolak
ukur prestasi ini dikomunikasikan kepada para manajer dalam dokumen anggaran
yang menggambarkan peran yang harus didorong oleh tiap manajer dalam pencapaian
tujuan perusahaan.
26
Download