BUKU FOTOGRAFI Penulis: Rangga Aditiawan Editor: Arini_re

advertisement
BUKU FOTOGRAFI
Penulis:
Rangga Aditiawan
Editor:
Arini_re! Media Service
Prakata
Bab I
Dasar Fotografi
Memotret adalah sebuah hal yang (sepertinya) mudah. Apalagi dengan semakin
canggihnya teknologi yang ada sekarang ini, ke depan mungkin saja setiap orang akan bisa
mendokumentasikan pernikahannya sendiri. Tapi berbarengan dengan majunya teknologi,
pengetahuan kita tentang fotografi juga harus semakin baik. Karena fotografi juga engga ituitu aja, walaupun ketika berbicara dasar, sebenarnya dasarnya memang itu-itu aja.
A. Fotografi adalah Melukis dengan Cahaya
Pengertian yang sederhana, namun kita bisa mendapatkan saripati dari fotografi
sebenarnya. Bukan hanya merekam sebuah objek, tapi sebenarnya sang fotografer itu sedang
melukis bahkan mengkonstruksi sebuah objek, atau kejadian hingga akhirnya yang melihat
nanti mempunyai perspektif baru tentang hal tersebut. Di dalam fotografi memang tidak
hanya asal dalam memencet tombol saja.
Dalam fotografi ada beberapa hal mendasar yang perlu diketahui oleh para fotografer.
Sehingga memudahkan fotografer tersebut untuk berkembang dan memotret dengan baik dan
benar. Beberapa hal dasar tersebut adalah :
1. Shutter Speed
Secara pengertian, Shutter Speed adalah pengukuran dari berapa lama tombol Shutter
dalam kamera yang kita miliki terbuka. Biasanya untuk memudahkan pengukuran dilakukan
dengan angka. Seperti 1 Detik, 1/12 Detik, 1/60 Detik, 1/300 Detik, 1/1000 Detik dan
seterusnya. Hal ini akan mempengaruhi hasil gambar yang kita ambil.
Shutter Speed menjadi sangat berguna fungsinya ketika memotret objek yang bergerak.
Seperti Manusia, Mobil, dan sebagainya. Karena semakin cepat gerakan objek tersebut kita
membutuhkan nomor Shutter Speed yang tinggi juga untuk membuatnya tegas dan tidak Blur
dalam foto. Namun semakin tinggi Shutter Speed yang kita gunakan, maka semakin tinggi
juga cahaya yang kita butuhkan dalam memotret objek tersebut.
Teknik Fotografi untuk membekukan objek ini disebut Sebagai Freezing. Atau secara
sederhana adalah menangkap gerakan dari sebuah objek. Dengan teknik seperti ini, kita bisa
melihat apa yanng tidak bisa dilihat oleh mata biasa. Biasanya yang menggunakan teknik
seperti ini adalah reporter olahraga.
http://blogof.francescomugnai.com/2013/03/the-stunning-art-of-freezing-time-20excellent-examples-of-high-speed-photography/
Seperti yang kita lihat di atas, bagaimana si kucing dan air terlihat “Beku” . Inilah yang
disebut dengan teknik Freezing, Hal tersebut hanya bisa dilakukan dengan Shutter Speed
yang tinggi, karena kecepatan air dan juga Kucing tersebut bahkan tidak bisa ditangkap
secara kasat mata. Bahkan apa yang ada di gambar di atas bisa dibilang adalah contoh dari
high speed Photography.
Lalu bagaimana jika kita menggunakan shutter speed yang rendah? Apakah hasilnya akan
selalu tidak bagus? Sebenarnya tidak. Bahkan bisa jadi lebih bagus dibandingkan ketika
menggunakan shutter speed tinggi. Karena tidak ada yang baku dalam fotografi, Dengan
menggunakan shutter rendah pada objek bergerak, kita akan memberikan efek yang disebut
Motion Blur. Efek ini seperti “ghost effect” yang akan membuat objek yang bergerak tampak
kabur . Bahkan dengan metode penggunaan shutter speed yang sangat rendah, kita bisa
membuat sebuah foto yang sangat cantik seperti di bawah ini:
http://digital-photography-school.com/how-to-shoot-light-trails/
Foto di atas diambil menggunakan teknik yang biasa disebut dengan BulB mode.
Yaitu memotret dengan menggunakan shutter speed yang sangat rendah, bahkan bisa dibilang
dia membuka Shutter selama lebih dari dua detik. Dengan begitu, maka objek yang bergerak
dalam foto ini memang terlihat tidak jelas, namun hasilnya adalah sebuah cahaya yang sangat
artistik dan cantik.
Jadi jika disimpulkan secara sederhana, fungsi shutter speed adalah memberikan efek
pada objek yang bergerak. Ketika kita akan memotret objek yang bergerak, maka kita harus
memperhatikan shutter speed dengan seksama. Selain itu, shutter speed juga mempengaruhi
pencahyaan dalam fotografi, semakin tinggi shutter speed yang kita butuhkan, maka akan
semakin banyak juga cahaya yang diperlukan dalam memotret.
List di bawah memperliuhatkan bagaimana biasanya ukuran shutter speed digunakan
dalam fotografi.

1/16000 s: Ini adalah kecepatan tercepat yang ada dalam kamera DSLR model APSH atau APS-C. Seperti kamera Canon Eos 1D, Nikon 1 J2 dan D1H. Dengan
menggunakan Speed seperti ini, kita bisa memotret Formula One dengan mudah.

1/12000 s: Ini adalah kecepatan tertinggi yang dimiliki oleh kamera 35mm film
DSLR camera. Seperti kamera Minolta Maxxum 9xi. Dengan menggunakan
kecepatan ini, kita bisa membuat film balapan dengan gambar yang tajam.

1/8000 s: ini adalah Speed tercepat yang dimiliki oleh Full frame DSLR. Ini
digunakan untuk memotret benda-benda yang cepat. Sepeti Burung dan Juga pesawat
terbang, dalam cuaca yang baik dan juga penataan eksposure yang baik.

1/4000 s: Ini adalah Speed tercepat yang yang tersedia di consumer DLSR. Seperti
sony Cyber Shoot
DSC-RX1. Ini dapat digunakan untuk memotret objek cepat
seperti kendaraan dan juga atlit.

1/2000 s and 1/1000 s: Biasanya digunakan untuk memotret objek yang cepat dalam
keadaan lighting yang normal

1/500 s and 1/250 s: Biasanya dengan shutter speed seperti ini, kita bisa memotret
pergerakan manusia dalam daily life. 1/250 adalah nomor shutter speed yang paling
tinggi juga ketika kita ingin menggunakan teknik panning.

1/125 s: Dengan kecepatan seperti ini dan lebih kecil dari ini, kita tidak akan bisa
memotret freezing tanpa menggunakan alat tambahan seperti lampu. Biasanya
kecepatan ini digunakan untuk memotret landscape, photography atau panning.

1/60 s: Sangat baik jika digunakan ketika memotret panning. Dan bisa jadi solusi
ketika memotret dalam cuaca yang agak mendung.

1/30 s: Bisa digunakan untuk membuat foto panning subjek yang mempunyai
kepcepatan lebih rendah dari 48 km/jam.

1/15 s and 1/8 s: This and slower speeds are useful for photographs other than
panning shots where motion blur is employed for deliberate effect, or for taking sharp
photographs of immobile subjects under bad lighting conditions with a tripodsupported camera.[11]

1/4 s, 1/2 s and 1 s: Also mainly used for motion blur effects and/or low-light
photography, but only practical with a tripod-supported camera.[12]

B (bulb) (1 minute to several hours): Used with a mechanically fixed camera
in astrophotography and for certain special effects.[13]
2. Diafragma
Dalam fotografi, Diafragma atau yang biasa juga disebut F-number adalah patokan
ukuran dari lubang yang membuat cahaya masuk lewat lensa. F-Number sangat penting,
karena ia adalah salah satu yang menentukan kualitas foto, pencahayaan pada foto bahkan
ketajaman sebuah objek nantinya.
Salah satu hal terpenting yang dipengaruhi oleh F Number adalah depth of field. Ini
sangat mempengaruhi ketajaman gambar. Secara sederhana, depth of field adalah area
terdekat dan terjauh di dalam foto yang bisa terlihat tegas, ketegasan dalam foto ini sangat
dipengaruhi oleh F – Number.
Dalam sinematografi, ada dua jenis depth of field. Yang pertama adalah fokus dangkal.
Fokus dangkal adalah foto dengan menggunakan F Number yang kecil, sehingga area yang
difokuskan pada gambar akan sangat sempit. Ini akan sangat berguna bagi kita yang ingin
memotret dengan memfokuskan pada salah satu bagian saja. Seperti dalam foto di bawah ini
Dalam foto di atas terlihat ia hanya fokus pada satu objek saja. Background bunga yang
lain blur. Ini akan membuat orang yang melihat terfokus pada satu objek dan menghiraukan
yang lain. Inilah yang disebut dengan memotret dengan DOF dangkal. Sedangkan ada lagi
yang disebut dengan DOF luas. Dengan menggunakan DOF yang luas, kita bisa mendapatkan
semua bagian yang ada di foto kita menjadi tegas.
Biasanya teknik DOF luas ini digunakan oleh para fotografer alam. Untuk
memperlihatkan sebuah landscape indah, atau arsitektur yang ada di sebuah daerah. Dengan
menggunakan teknik ini, kita akan memperluas ketegasa dalam foto, hingga seluruh bagian
dalam foto terlihat tegas dan membuat audience bisa melihat semuanya. Contohnya seperti
gambar di bawah ini.
http://www.engsoc.org/~jrobinson/gallery2/main.php?g2_view=core.DownloadItem&g2
_itemId=6799&g2_serialNumber=1
Sebagaimana terlihat dari foto di atas, pemandangan di sungai itu terlihat jelas. Mulai dari
bebatuan, pepohonan, hingga matahari yang sudah hampir terbenam. Ini menunjukkan bahwa
point of interest dari foto ini adalah seluruh bagian. Bukan hanya satu bagian seperti foto
bunga matahari sebelumnya.
3. Lightmeter
Secara sederhana, lightmeter adalah alat pengukur cahaya yang masuk. Ia dapat
memberikan data yang akurat tentang cahaya masuk ke kamera kita. Apakah itu terlalu gelap,
terlalu terang atau bahkan pas. Hal-hal yang menjadi tolak ukur lightmeter dalam menghitung
cahaya adalah bukaan diafragma, jumlah shutter speed, metering, dan juga settingan exposure
yang digunakan di kamera.
Sebenarnya, dalam fotografi terdapat dua jenis lightmeter. Yang pertama adalah
lightmeter manual, yang biasa digunakan oleh fotografer pada zaman analog untuk mengukur
cahaya. Alatnya terpisah dengan kamera. Ia akan menentukan kira2 cahaya yang ditangkap
oleh kamera akan cukup atau tidak. Alat ini masih digunakan hingga saat ini. Biasanya
digunakan oleh fotografer yang bekerja di studio, karena ini terkait dengan kekuatan cahaya
dari lampu yang ia gunakan pada saat memotret.
http://shashinki.com/shop/images/SKN-L758DR.jpg
Kedua adalah lighmeter camera. Setiap kamera DSLR saat ini, memiliki lightmeter
otormatis di dalamnya. Dengan lightmeter tersebut, kita bisa mengukur apakah settingan dari
exposure kita sudah tepat atau belum. Ini sangat membantu, apalagi yang sering
menggunakan mode manual. Setiap bentuk lightmeter dalam kamera berbeda. Namun secara
umum bentukan lightmeter di kamera tidak jauh seperti gambar di bawah ini:
Seperti yang terlihat di atas, bahwa kita bisa mengukur pencahayaan dengan baik
lewat lightmeter. Jika dalam pengukuran cahaya alat pengukur condong ke (+) berarti hasil
foto kita nanti akan over ekspoure (terlalu terang). Namun jika alat pengukur kita condong ke
(-) maka yang kita dapatkan adalah under exposure (hasil foto kita terlalu gelap). Hasil
terbaik adalah jika pengukur kita berada di angka 0. Itu artinya cahaya yang kita setting sudah
tepat.
Perbedaan paling mencolok anatara lightmeter kamera dengan handheld lightmeter
adalah cara mereka membaca cahaya. Jika lightmeter handheld membaca cahaya yang datang
ke objek, Maka lightmeter camera akan membaca cahaya yang dipantulkan oleh objek ke
kamera. Ini membuat lightmeter yang ada di kamera akan kesusahan kalau mengukur objek
yang mempunyai background cahaya sangat kuat. Tapi sejauh ini, kamera keluaran terbaru
cukup bagus dalam mengukur cahaya.
Namun yang perlu diingat tidak selalu cahaya yang tepat ada di angka 0. Karena bisa
saja over ekspousre sedikit lebih baik. Atau bahkan foto yang lebih gelap akan memberikan
hasil yang lebih dramatis. Semuanya tergantung dari konsep sang fotografer. Namun secara
garis besar, dalam mengukur cahaya biasanya kamera memiliki 3 konsep, yaitu
centerweighted, partial metering, dan spot metering
4. Memahami Metering
Metering adalah hal sederhana yang dapat mempengaruhi hasil foto secara signifikan.
Karena opsi ini membaca cahaya yang masuk ke dalam kamera secara berbeda. Contoh
sederhananya, adalah foto dengan objek yang sama, pencahayaan yang sama dan angle yang
sama hasilnya bisa berbeda jika menggunakan metering yang berbeda. Untuk mengatur
metering caranya cukup mudah, setiap kamera mempunyai icon sendiri atau masuk ke menu
untuk mengaturnya. Untuk lebih mudah dalam memahami metering coba lihat gambar di
bawah ini :
Center Weighted
Partial Metering
Spot Metering
Area yang berwarna putih adalah area yang dibaca cahanya oleh kamera kita,
sedangkan area yang berwarna hitam cenderung diabaikan. Itu artinya jika kita menggunakan
spot metering, maka cahaya yang dibaca oleh kamera cenderung berupa titik kecil. Ini
berbanding terbalik jika kita menggunakan center weighted metering, kamera kita akan
membaca lebih banyak area lagi.
Aturan yang digunakan juga tidak melulu baku di tengah. Pembacaan cahaya yang
dilakukan oleh kamera tergantung dari berbagai aspek. Seperti di mana kita menaruh titik
fokus dari kamera, atau opsi kita dalam menyusun metering. Bahkan posisi kita dalam
memotret (Potrait atau landscape) akan mempengaruhi penghitungan yang dilakukan oleh
lightmeter di dalam kamera..
5. Menggunakan Partial dan Spot Metering
Partial dan Spot Metering memberikan fotografer keuntungan untuk mengontrol
cahaya lebih daripada metering yang lain. Namun ini juga berarti menggunakan metering ini
lebih sulit dan kompleks. Metering ini biasa digunakan jika ada objek di dalam foto yang
sangat Anda ingin tonjolkan dibandingkan yang lain. Namun objek tersebut memiliki
intensitas cahaya yang berbeda dengan area foto yang lain.
Contoh sederhananya, metering ini akan sangat berguna jika memotret subjek
backlight. Melakukan pengukuran (metering) pada wajah mereka menggunakan opsi partial
atau spot akan memudahkan kita mendapatkan gambar yang cukup jelas di bagian wajah. Ini
akan meghindari gambar dengan silhoutte pada bagian wajah yang biasanya didapatkan
ketika memotret subjek yang backlight.
Spot metering memiliki area yang lebih kecil dari Partial. Jadi metering ini hanya
digunakan untuk hal yang detail dan spesifik. Jika Anda ingin menunjukkan satu hal detail
dalam foto Anda, Metering ini sangat cocok untuk digunakan. Namun jika Anda ingin
memotret Potrait, Nampaknya partial metering lebih cocok.
Spot dan partial metering juga sangat cocok untuk memotret cahaya artificial dan
ketika ambience dari cahaya yang datang tidak biasa. Ini akan memberikan hasil yang lebih
berwarna dan kreatif. Apalagi jika cahaya yang Anda dapatkan berupa pantulan dari langit,
atau cahaya dari sela-sela benda. Seperti contohnya gambar di bawah ini:
6. Center Weighted Metering
Metering ini sering digunakan sebagai default metering yang ada di kamera. Ini
karena metering center weighted adalah metering yang paling mudah digunakan dan
memiliki sistem pengukuran cahaya yang paling akurat untuk membuat sebuah foto standar.
Namun dengan menggunakan metering ini, hasilnya akan lebih mudah ditebak. Bahkan
cenderung flat jika pencahayaan yang Anda gunakan biasa-biasa saja.
Namun metering ini akan sangat berguna jika Anda ingin memotret dokumentasi
acara. Atau foto liburan. Yang perlu diperhatikan adalah bayangan yang menyentuh kulit
objek pada saat Anda memotret. Bayangan ini dapat membuat exposure menjadi tidak akurat.
Selain itu, jika menggunakan metering ini hindari backlighting.
7. ISO (International Standar Organisation)
Secara sederhana, ISO adalah level sensitifitas yang dimiliki kamera terhadap cahaya.
Jika zaman dahulu, ISO ditentukan oleh roll film yang kita beli, namun pada era digital
seperti ini, ISO mempunyai setting sendiri di dalam kamera. Semakin kecil nomor ISO dalam
kamera Anda, maka sensitiftitas yang dimiliki oleh kamera Anda akan semakin berkurang.
Sebaliknya semakin tinggi ISO yang digunakan, maka kamera Anda akan semakin sensitif
terhadap cahaya.
Kalau begitu, foto dengan ISO yang tinggi selalu lebih baik? Jawabannya tidak.
Karena ISO yang tinggi juga memiliki konsekuensi. Karena sensitifitasnya yang tinggi
terhadap cahaya, maka hasil foto dari ISO yang tinggi memiliki noise yang tinggi juga.
Bagian kamera yang bertugas untuk mengubah sensitifitas ini adalah image sensor. Ini
merupakan bagian yang paling mahal dan paling penting dalam kamera digital. Karena
sebenarnya ini adalah otak kamera.
Dari gambar di atas bisa dilihat perbedaan antara gambar yang diambil dengan ISO
rendah, dengan gambar yang diambil degan ISO tinggi. Semakin rendah ISO yang digunakan
maka hasil dari foto tersebut semakin jelas. Sedangkan foto yang menggunakan ISO tinggi
memiliki grain dan noise lebih tinggi.
Setiap kamera memiliki sesuatu yang disebut base ISO. Base ISO ini adalah ISO
terendah yang dimiliki kamera. Dalam ISO ini, kualitas kamera menjadi maksimal. Dan
gambar yang dihasilkan bebas dari grain. Setiap kamera memiliki Base ISO yang berbeda.
Ada yang dimulai dari 100, hingga 200. Namun rata-rata Base ISO yang dimiliki kamera
berkisar antara 100-200.
Jika Anda menginginkan hasil yang maksimal, maka usahakan selalu memotret
dengan ISO yang rendah. Jika bisa usahakan selalu ada di Base ISO. Memang itu bukanlah
perkara yang mudah, apalagi jika dalam keadaan cahaya yang gelap. Tingkatan ISO dalam
kamera juga varitaif. Namun biasanya tahapannya seperti ini 100, 20, 400, 800, 1600, 3200
dan seterusnya. Kenapa begitu? Karena setiap ISO yang diubah akan meningkatkan
sensitifitas kamera Anda terhadap cahaya double. Ini artinya ISO 400 lebih sensitif 4 kali
daripada ISO 100, dan ISO 1600 lebih sensitif enam belas kali daripada ISO 100, seperti
itulah logika ISO yang dimiliki kamera.
Contoh perbandingan ketika memotret dengan ISO yang berbeda:
-
ISO 100 – 1 detik
-
ISO 200 – 1/2 detik
-
ISO 400 – 1/4 detik
-
ISO 800 – 1/8 detik
-
ISO 1600 – 1/16 detik
White Balance
White balance adalah salah satu hal yang penting kita ketahui juga dalam memotret.
Karena white balance sangat mempengaruhi hasil foto kita nantinya. Meskipun secara teori
ini adalah dasar yang paling rumit untuk diplejari dalam fotografi. Namun jika coba
disederhanakan, White balance adalah sebuah proses untuk mengeluarkan warna-warna yang
tidak realistis ketika memotret. Sehingga warna putih yang ada pada objek akan benar2
menjadi putih di foto. Tidak berubah menjadi biru, orange atau Kuning.
Sebenarnya, mata kita mempunyai sensitifitas yang tinggi. Sehingga akan dengan
mudah membedakan warna putih dalam keadaan apapun. Namun sayangnya kamera tidak
sebaik itu dalam menganalisa warna. Dalam menganalisa warna dan refleksi yang
dikeluarkan oleh cahaya, kamera melakukannya tergantung “color temperature” jadi setiap
cahaya yang datang diklasifikasikan menjadi dua bagian. Apakah cahaya tersebut masuk ke
dalam cahaya yang “hangat” (warmth) atau dingin (cool).
Gambar diagaram color temperature
Dari gambar di atas, bisa terlihat bagaimana color temperature bekerja dan
menghasilkan warna. Semakin color temperature itu mendekati angka 3000K maka cahaya
yang dihasilkan oleh kamera Anda akan semakin mendekati warna orange. Sedangkan jika
color temperature Anda mendekati 5000K maka cahaya yang dihasilkan akan semakin
berwarna ke kuning-kuningan. Sedangkan di atas 5000K dan mendekati 9000K maka cahaya
yang dihasilkan akan semakin berwarna kebiru-biruan.
Contoh sederhananya adalah suhu yang dihasilkan oleh lampu ruangan tentunya
sangat berbeda dengan suhu yang dihasilkan oleh matahari. Kamera kita mempunyai sensor
untuk menangkap ini dan mengkonversinya menjadi sebuah warna. Warna tersebut akan
mempengaruhi hasil foto kita. Seperti yang kita lihat di bawah ini.
Foto di atas diambil di tempat sama dengan setting white balance yang berbeda.
Hasilnya pun berbeda. Ada foto yang terlihat biru, ada jugan foto yang terlihat kuning. Foto
terakhir adalah warna yang paling mendekati aslinya.
Dari kedua contoh foto di atas, bisa kita simpulkan bahwa melakukan setting pada
white balance itu sangatlah penting. Dengan white balance yang salah, maka hasil dari foto
juga akan berbeda jauh dengan aslinya. Jika kita ingin lebih simple, ada baiknya selalu
menggunakan preset “auto” pada white balance. Meskipun lebih baik menggunakan manual,
namun auto masih lebih baik lagi daripada salah preset.
Jenis-jenis white balance juga sangat beragam. Setiap kamera memiliki fitur sendiri
untuk mengkonversi white balance yang ada pada ruangan ataupun outdoor. Namun secara
umum, beberapa preset standar yang ada dalam kamera tersebut adalah:
-
Auto: preset ini merupakan preset terbaik jika kita ingin menyerahkan semuanya pada
kamera. Dengan preset ini, kamera akan secara otomatis menyesuaikan temperature
cahaya pada tempat kita memotret. Hasilnya tidak akan sempurna, namun cukup
mendekati yang asli. Jika kita ingin memotret secara cepat dan berpindah-pindah
tempat yang intensitas cahayanya berbeda, penggunaan preset ini sangat dianjurkan.
-
Tungsten: Mode ini biasanya disimbolkan dengan icon lampu bohlam. Preset white
balance ini akan sangat berguna jika kita memotret indoor di ruangan yang
mempunyai lampu dengan kecenderungan mengeluarkan cahaya kuning yang sangat
kuat pada objek. Dengan preset ini kita akan sedikit memberikan efek “coling down”
pada cahaya tersebut. Jangan gunakan preset ini di ruangan yang memiliki
penchayaan dengan lampu neon atau berwarna putih. Karena akan membuat gambar
menjadi kebiur-biruan.
-
Fluorescent: Preset ini kebalikannya tungsten. Settingan fluorescent akan otomatis
menurunkan color temperature pada hasil foto. Artinya jika melihat color
temperature grafik ia mendekati angka 3000. Preset ini akan sangat berguna jika kita
memotret di ruangan yang memiliki sumber pencahayaan dari lampu neon. Karena
dengan preset ini foto kita akan terlihat lebih hangat dengan berwarna lebih orange.
Dan warna biru yang mendominasi foto dapat dihilangkan.
-
Daylight/ Sunny: Tidak semua kamera memiliki setting white balance ini. Karena
setting ini cenderung sama dengan “normal” white balance setting. Jika ukurannya
color temperature, white balance ini mendektai angka 4500-5500 K.
-
Cloudy: Ketika cuaca mendung, maka keadaan cahaya di sekitar akan menjadi lebih
gelap. Ini akan mempangruhi color temperature yang semakin jadi berwarna agak
abu-abu dan pucat juga. Preset seperti ini mempunyai kecenderungan untuk
memperhangat warna yang ada di dalam foto Anda lebih dariapada daylight mode. Ini
akan berguna jika Anda memotret di cuaca yang mendung dan berawan.
-
Flash: Flash yang dimiliki camera bisa merusak warna yang ada pada gambar anda.
Dengan menggunakan preset ini, warna yang kita miliki menjadi lebih hangat. Jangan
ragu menggunakan preset ini jika Anda memotret memakai Flash.
-
Shade: Cahaya yang ada ketika Anda memotret pada tempat yang berbayang
biasanya mempunyai karakter yang kurang baik. Bahkan cenderung datar dan
membuat foto menjadi “Blushy”. Inilah gunanya menggunakan preset ini, dengan
Settingan shade, maka warna aneh ketika motret di tempat yang berbayang akan
hilang.
Mengatur White Balance Secara Manual
Kamera Middle Pro, biasanya memiliki fitur untuk mengatur white balance Secara
manual. Mode ini biasanya lebih akurat daripada preset yang disediakan oleh kamera. Karena
dengan mode ini kita bisa mengatur sendiri temperature yang akan dihasilkan oleh kamera.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengatur white balance secara
manual. Yang pertama kita bisa mengatur temperature sesuai dengan ukuran Kelvin.
Cara ini merupakan cara yang paling simple dan mudah ketika ingin mengatur white
balance secara manual. Karena cukup dengan menggeser dan mengatur kelvin yang ada pada
kamera, maka kita akan mendapatkan temperature yang kita inginkan.
Selanjutnya ada cara mengatur white balance melalui preset. Cara ini juga cukup
mudah. Yang harus kita siapkan adalah kertas putih. Atur pencahyaannya agar warna yang
tampil di kertas putih tidak terdistorsi. Lalu ambil foto kertas putih tersebut. Setelah itu, kita
save di preset dan jadikan ia sebagai acuan white balance.
Jika kita ingin memotret di tempat yang kira-kira terdistorsi cahayanya, maka yang
kita lakukan tinggal melakukan loading preset tersebut. Nantinya temperature foto yang Anda
miliki akan mengikuti temperature foto yang barusan kita ambil
B. Istilah Fotografi
Selanjutnya mari kita membahas beberapa istilah fotografi yang akan memudahkan kita
dalam proses mengambil gambar nantinya. Istilah-istilah tersebut adalah:
1. Artificial Light
Artificial light merupakan cahaya buatan yang tidak berasal dari sumber cahaya yang
alami. Seperti yang kita ketahui ada beberapa sumber cahaya alam yang bisa dijadikan alat
untuk mendapatkan pencahyaan, seperti bintang, matahari dan bulan. Artificial light adalah
lawan dari itu semua. Ia adalah cahaya yang diciptakan oleh manusia
2. Autoexposure (AE)
Sebuah settingan di dalam kamera yang akan mengatur exposure secara otomatis
untuk mendapatkan penchayaan yang tepat.
3. Available Light
Ini adalah kebalikan dari artificial light. Ini adalah semua pencahayaan yang
dilakukan secara natural. Seperti pencahayaan yang didapat dari matahari, bintang dan bulan
4. Background
Adalah latar belakang dari sebuah objek. Bagian yang ada di paling belakang dalam
dimensi foto.
5. Backlight
Sebuah keadaan ketika melakukan pemotretan dengan menghadap cahaya. Ini akan
menimbulkan efek obejk akan terlihat gelap dan cenderung seperti silhoutte. Biasanya ini
sangat dihindari ketika ingin memotret profil yang menampilkan wajah secara jelas.
6. Blur
Sebuah istilah untuk objek yang terlihat kabur atau tidak fokus. Disebabkan oleh
jarak fokus atau kurang tepatnya dalam melakukan fokusing pada objek yang akan kita potret
7. Bird Eye View
Angle dalam fotografi yang melihat dari sudut pandang burung yang sedang terbang.
Ia berada sangat tinggi dari objek yang akan kita foto. Biasanya dilakukan dalam Aerial
Photography.
8. Bounce Light
Sebuah teknik untuk tidak melepaskan cahaya tambahan langsung pada objek.
Namun dengan memantulkannya terlebih dahulu kepada dinding, reflector atau hal –hal lain
yang dapat memantulkan cahaya dan membuat cahaya yang datang menjadi lebih halus
daripada langsung (direct).
9. Candid Photography
Sebuah teknik fotografi yang memakai cara pengambilan gambar secara diam-diam.
Ini biasanya dilakukan untuk membuat objek terlihat lebih natural dan tidak dibuat-buat.
10. Contionous Mode
Atau biasa disebut burst mode. Ini adalah sebuah fitur dalam kamera yang membuat
tombol rana di kamera terus menrus terbuka. Dengan menekan tombol kamera, kamera kita
tidak akan berhenti memotret sesusuai dengan kecepatan yang kita setting sebelumnya. Ini
biasa dilakukan ketika memotret Olahraga atau momen yang penting/sulit diulang
11. Copyright
Hak Cipta sebuah karya fotografi. Atau bisa dibilang salah satu hal penting dalam
fotografi. Dimana kita mematenkan foto yang kita buat atas nama kita.
12. Depth Of Field
Kedalaman ruang, yang diciptakan oleh penggunaan diafragma dalam kamera. Ruang
fokus yang berbeda antara objek satu dengan objek lainnya
www.photoargus.com
1. Focus of Interest
Bagian dalam foto yang menjadi kekuatan utama dari foto tersebut. Contoh sederhana
Anda memotret 100 jeruk dalam frame. 99 berwarna orange, dan ada 1 yang berwarna Hijau.
Tentunya mata orang yang melihat foto Anda akan langsung tertuju kepada jeruk yang
berbeda hijau. Karena ia adalah bagian paling menarik perhatian dalam foto tersebut. Itulah
yang disebut dengan focus of interest.
2. Foreground
Ini adalah lawannya dari background. Jadi bagian terdepan dalam dimensi foto yang
akan kita ambil. Foreground selalu menjadi bagian paling depan dalam foto Anda.
3. Fixed Lens
Lensa yang tidak mempunyai kemampaun untuk melakukan zoom. Jadi untuk
mendapatkan gambar yang lebih dekat, kita harus berjalan mendekati objek tersebut. Karena
lensa yang kita miliki tidak bisa diputar focal lengthnya.
4. Grain
Ini adalah gangguan yang tercipta dalam file digital. Biasanya terjadi ketika area yang
kita foto kurang pencahayaannya. Grain bentuknya seperti bintik-bintik hitam yang
mengitari sebagian foto.
Grain dalam fotografi biasanya akan terlihat jika Anda melakukan zooming pada foto
5. High Dinamic Range
Sebuah Teknik memotret dengan menggabungkan beberapa buah foto dan
pencahayaan sehingga menampilkan pencahyaan dan kontras yang sama di semua sudut.
Salah satu contoh foto dengan menggunakan teknik HDR
6. Hot Shoe
Dudukan untuk memasang lampu Flash ke dalam kamera. Biasanya terdapat di atas
Body kamera
7. Hyperzoom Lens
Istilah lain dari super zoom lens. Ini adalah lensa yang memiliki kemampuan untuk
melakukan zooming sangat ekstrim.
8. Image Resolution
Besarnya resolusi dari sebuah g. Biasanya diukur dengan ukuran pixels
9. Internal Flash
Flash bawaan dari kamera. Biasanya dimiliki oleh setiap kamera pocket dan juga
DSLR.
10. Low Angle
Sebuah cara memotret yang dilakukan dari bawah objek. Biasanya memberikan efek
objek terlihat lebih besar.
11. Light Meter
Alat untuk mengukur pencahayaan. Ada dua jenis, yang terdapat di dalam kamera dan
luar kamera. Bagian luar biasanya digunakan ketika memotret di studio atau menggunakan
lampu dan pencahayaan artificial.
12. Low Light
Sebuh kondisi dimana pencahayaan yang ada di dalam ruangan atau tempat tersebut
cukup redup atau kurang.
13. Macro Lens
Sebuah lensa khusus yang dirancang untuk memotret dengan jarak fokus yang sangat
dekat. Biasnaya untuk memotret binatang dan juga objek yang sangat kecil.
http://www.bluewaterphotostore.com/sites/default/files/imagecache/product_full/pan
asonic-45mm-macro-lens.jpg
14. OverExposure
Gambar terlalu terang.
15. Under Exposure
Gambar terlalu Gelap.
Salah satu contoh gambar yang underexpossure, dikarenakan salah perhitungan dalam
perhitungan di lightmeter
16. Photo Essay
Sebuah teknik bercerita secara naratif lewat fotografi. Biasanya merangkai beberapa
foto menjadi sebuah cerita Pendek. Tema yang diangkat bisa sosial, politik, budaya hingga
kultur Pop.
17. Point and Shoot Camera
Kamera yang cukup simple, tidak memilik banyak fitur. Hanya tinggal diarahkan lalu
dipencet tombolnya saja.
18. Retouching
Sebuah proses mengubah foto, baik dari warna hingga pencahyaan. Saat ini biasanya
kita melakukan retouching menggunakan software seperti Adobe Photoshop.
19. RAW File
Jenis File dengan kualitas, pencahayaan dan juga ketajaman yang sesuai dengan
aslinya. File ini tidak melalui proses kompresi sebagaimna file JPEG atau PNG. Karena itu
biasanya ia memiliki ukuran yang besar
20. RGB (Red Green Blue)
3 warna dasar dalam fotografi. Dari ketiga warna ini, kita akan menghasilkan warnawarna lain yang muncul dalam foto kita nantinya
21. Rule Of Thirds
Sebuah teknik penempataan objek dalam fotografi. Ia membagi sebuah foto menjadi
sembilan area.
Contoh Rule Of Thirds, beberapa kamera keluaran baru memasukan fitur seperti ini di
dalam Previewnya
22. Viewfinder
Sebuah alat untuk melihat refleksi objek yang dipantulkan ke dalam kamera. Zaman
dahulu, para fotografer menggunakan semuanya secara manual, bahkan Viewfinder. Zaman
Manual, semua Viewfinder hanya memperlihatkan refleksi dari objek saja. Ini gunanya untuk
memnentukan komposisi, bukan melihat hasil akhir. Namun saat ini, kita bisa mengggunakan
Viewfinder digital yang memungkinkan kita melihat secara “Live” bagaimana kira-kira hasil
foto kita nantinya, apakah terlalu terang atau terlalu gelap.
23. Komposisi
Sebuah teknik untuk menempatkan objek dalam foto. Ini akan sangat mempengaruhi
artistik dalam foto Anda.
Bab II
Peralatan Dasar
Perkembangan teknologi fotografi saat ini membuat produsen berlomba-lomba untuk
menciptakan inovasi dalam produk mereka. Dan sayangnya perkembangan fotografi itu
bukan hanya pada kamera dan lensa saja. Ada juga beberapa peralatan lain yang bisa
mendukung dalam menghasilkan gambar yang lebih baik. Beberapa hal yang ada di bawah
ini ada baiknya Anda pertimbangkan untuk dimiliki.
A. Lensa Tambahan
Jika Anda senang memotret dengan kamera Interchangeable lens, maka ada baiknya
Anda tidak hanya memiliki satu lensa saja. Karena setiap lensa itu memiliki efek yang
berbeda. Dan terkadang, efek-efek tersebut memberikan detail yang cukup baik pada foto
Anda nantinya. Secara umum lensa dibagi menjadi beberapa jenis, di sini saya akan coba
menjelaskan beberapa jenis lensa tersebut.
B. Wide Lens
Dengan lensa jenis ini, kita bisa memotret objek yang lebar. Biasanya digunakan untuk
memotret pemandangan atau objek yang besar. Karena dengan menggunakan lensa ini,
cakupan foto kita akan cukup luas. Yang termasuk lensa wide adalah lensa yang memiliki
amount dari 12mm-35mm. Dengan lensa wide juga asupan cahaya yang masuk bisa lebih
banyak. Karena memang ia dirancang untuk mendapatkan kelebaran dari objek.
Lensa wide juga menjadi favorit bagi para traveler. Karena dengan menggunakan lensa
ini kita bisa memotret apapun dengan simple dan mudah. Apa yang di capture kamera lebih
luas daripada lensa-lensa lainnya. Dan ukuran dari lensa ini cenderung lebih kecil daripada
lensa zoom. Karena itu akan lebih mudah dibawa kemana saja dan dalam situasi apa saja. Ini
menguntungkan bagi para traveler karena tidak perlu menghabiskan ruang yang besar untuk
sebuah lensa.
Bahkan beberapa lensa wide ekstrem dapat memberikan efek melengkung dan juga
distorsi pada objek. Biasanya jika Anda memotret dengan ukuran lensa di bawah 12mm,
maka hasil yang Anda dapatkan akan cenderung cembung. Efek ini disebut efek fish eye.
Dengan efek ini foto Anda cenderung tidak akan membosankan dan terlihat lebih indah.
http://d1vmp8zzttzftq.cloudfront.net
C. Zoom Lens
Secara pengertian fotografi, lensa zoom bukan hanya lensa yang diperuntukan untuk
memotret jarak jauh. Namun lensa yang memiliki varian dan dapat diatur jaraknya pun bisa
disebut lensa zoom. Namun untuk mempermudah Anda dalam memilih lensa, mari kita
kalsifikasikan lensa zoom di sini sebagai lensa yang memiliki focal length di atas 70mm.
Berbeda dengan lensa wide. Lensa ini dirancang untuk memotret objek dari jarak jauh.
Apa yang ada di frame kita cenderung sempit. Namun akan lebih padat jika kita memotret
sebuah objek. Lensa ini sangat tidak dianjurkan dibawa jika Anda ingin memotret
pemandangan atau landscape. Karena Anda pastinya akan kesulitan untuk mendapatkan spot
yang nyaman untuk memotret.
Lensa ini sangat bagus jika digunakan memotret manusia atau objek lain seperti
memotret olahraga. Yang tidak memungkinkan untuk fotografer mendekat. Bahkan beberapa
lensa zoom yang extreme bisa memotret dari jarak sangat jauh. Lensa yang dimiliki oleh
teropong bintang juga pada dasarnya adalah lensa zoom. Tapi ini lensa zoom yang sangat
ekstrim.
www.the –digital-picture.com
D. Macro Lens
Lensa ini adalah lensa yang berfungsi untuk memotret objek dengan jarak sangat dekat.
Kelebihan adalah titik fokus yang dia miliki tidak seperti lensa lain. Lensa lain akan kesulitan
mendapatkan titik fokus ketika akan memotret jarak dekat. Sedangkan lensa macro malahan
akan memiliki fokus yang sangat baik kektika memotret objek yang memiliki jarak sangat
dekat. Lensa macro yang bagus, bahkan bisa memotret bulu mata seseorang dengan sangat
jelas.
Lensa ini juga baik jika dipergunakan untuk memotret benda-benda yang kecil. Dengan
lnesa ini kita bisa melihat detail dari benda tersebut. Beberapa lensa macro yang ekstrem
bahkan bisa memotret kepala semut dengan sangat jelas. Biasanya lensa macro digunakan
untuk memotret produk, flora fauna atau untuk keperluan artistik. Karena dengan lensa ini
kita bisa melihat apa yang mata kita sendiri tidak bisa lihat.
www.funlava.com
E. Fixed Lens
Lensa ini adalah lensa yang hanya memiliki satu focal lenght. Dalam artian, untuk
melakukan zoom in atau zoom out. Kita tidak bisa memutar lensa ini. Putaran lensa hanya
berguna untuk focusing saja. Untuk mengetahui apakah lensa fixed atau bukan sebenarnya
kuncinya mudah, kita perlu melihat melihat nomor focal lenghtnya saja. Ketika hanya
memiliki satu focal length, berarti itu adalah lensa fixed. Kelebihan lensa ini dengan lensa
yang lain adalah gambar yang dimiliki lensa fixed lebih tajam.
www.digitalcameraworld.com
F. Tilt shift lens
Lensa yang jarang sekali digunakan oleh banyak orang. Karena memang untuk
mengoperasikannya agak sulit dibandingkan lensa-lensa lain. Tidak seperti lensa lain, lensa
ini dapat digerakan ke kiri dan ke kanan. Jadi tidak hanya memutar ring zoomnya, kita juga
bisa memutar bagian depan lensa kita ke kiri dan ke kanan. Lensa ini akan memberikan efek
Blurring dan juga ketajaman yang luar biasa pada salah satu bagian di dalam frame.
Contoh Lensa Tilt Shift
Seperti yang terlihat di atas, lensa ini mempunyai sebuah “kunci” yang jika diputar, kita
dapat menggerakan lensa ini ke arah lain. Lensa ini memang agak susah dicari di pasaran.
Bahkan tidak semua toko menyediakannya. Biasanya jika kita ingin membeli lensa ini, kita
harus memesan ke toko tersebut. Harganya pun cukup mahal. Namun hasilnya memang
sangat bagus. Memberikan efek yang sulit dilakukan dengan software sekalipun.
Lensa ini biasa digunakan untuk eksperimental. Namun belakangan ini dunia modeling
dan juga fashion menggunakan lensa ini. Terutama untuk fotografi yang cenderung
konseptual.
G. Tripod atau Monopod
Ini adalah salah satu peralatan penting yang harus dimiliki oleh fotografer. Memang
sekilas akan terlihat ribet jika kita memotret menggunakan benda ini. Karena harus banyak
penyesuaian dan susah untuk fleksibel. Namun fungsi dari tripod atau monopod adalah
mereduksi getaran yang dihasilkan oleh tangan fotografer.
Bayangkan jika Anda ingin memotret dengan teknik Bulb yang mengharuskan Anda
untuk menahan kamera Anda selama 1 Menit. Mana mungkin ini dilakukan dengan tangan
kosong? Inilah fungsi tripod. Selain itu, dengan tripod juga memungkinkan kita untuk
menghasilkan teknik lain seperti HDR atau multiple exposure.
Perbedaan antara tripod dan monopod hanyalah pada daya yang mereka miliki dalam
menahan Getaran. Tentunya tripod jauh lebih stabil dalam mereduksi getaran ke kamera yang
kita miliki. Memang untuk memotret yang lebih lama, atau di medan yang lebih sulit (curam,
tidak rata, dan sebagainya) dianjurkan untuk memakai tripod agar hasilnya lebih maksimal.
Karena Monopod tidak baik digunakan dalam medan yang sulit. Selain itu, tripod juga baik
digunakan ketika memotret memakai self timer atau remote. Ini akan menjaga kamera kita
tetap stabil dan tidak mudah terjatuh oleh angin yang besar.
Tapi bukan berarti monopod tidak memiliki kelebihan. Monopod sendiri memiliki
kelebihan dalam akselerasi dan juga kemudahan. Monopod lebih praktis dan mudah
digunakan daripada tripod. Ini cocok jika Anda ingin memotret di tempat yang
mengharuskan Anda memotret dengan mobilitas tinggi, namun menghindari shutter lag.
Biasanya Monopod digunakan oleh para wartawan olahraga. Karena ia dapat dengan cepat
berpindah, namun bisa mereduksi getaran dengan cukup baik.
http://ecx.images-amazon.com/images/I/610pv%2BtDFwL._SL1300_.jpg
Dari Gambar di atas bisa terlihat perbedaan fisik antara monopod dan juga tripod.
Perbedaan mendasar adalah tripod memiliki tiga kaki sebagai tumpuan. Sedangkan Monopod
hanya memiliki satu kaki saja. Secara harga, tripod lebih mahal daripada monopod. Tripod
juga ada beberapa jenis dan perbedaan kekuatan. Ada tripod untuk kamera foto dan Video.
Biasanya Tripod yang diperuntukan untuk kamera video mempunyai handling yang lebih
fleksibel daripada tripod untuk video. Ini karena sifatnya tidak statis, ia harus bisa bergerak
ke kiri-kanan dan atas-bawah secara mudah. Selain itu, biasanya tripod untuk video lebih
kuat untuk menahan beban. Masalah beban ini juga harus diperhatikan dalam membeli
tripod. Beberapa tripod yang murah hanya bisa menahan beban sedikit. Biasanya setiap
tripod memiliki berat maksimal yang bisa ia tahan. Coba cari tahu berapa maksimal berat
dari tripod Anda sebelum Anda memutuskan untuk membelinya.
H. External Flash + Triger
Meskipun kamera Anda memiliki internal flash, namun tidak ada salahnya Anda
menyisihkan uang untuk membeli alat ini. Alat ini akan sangat membantu Anda dalam
menghasilkan artifical light yang berbeda dan beragam. Karena ada beberapa teknik
pencahayaan yang hanya bisa dilakukan oleh external flash.
Ada banyak sekali yang bisa Anda lakukan dengan external flash. Bahkan bisa dibilang
penggunaan internal flash adalah solusi terakhir jika memang tidak ada cahaya sama sekali.
Karena hasilnya pasti akan terlihat sangat tidak bagus dan tidak natural. Kenapa bisa begitu?
Yang pertama, karena internal flash memiliki sumber cahaya yang sangat kecil. (Dalam
artian ukuran dari lampu) ini akan menghasilkan bayangan yang sangat keras dalam ke
dalam objek yang Anda foto.
http://www.lightingrumours.com/wp-content/uploads/2013/06/yongnuo-yn622nb.jpg
Selain itu jika keadaan memang gelap, hasil dari foto menggunakan Internal Flash
biasanya akan membuat objek terlalu terang dan background akan hilang. Ini membuat hasil
foto Anda tidak memiliki tekstur yang baik dan menjadi sangat tidak enak untuk dilihat. Ini
karena internal flash mengarah langsung kepada objek yang Anda Foto. Ia tidak memiliki
filter dan pengaturan kekuatan cahaya pun tidak sebanyak external flash.
Hal terpenting yang dimilki oeh external flash adalah kita bisa mengatur darimana
datangnya arah cahaya. Ini membuat kita memungkinkan dalam mengatur shadow dan juga
highlights yang ada dalam foto kita nantinya. Karena hampir semua external flash bisa
diputar 180 derajat dengan pengaturan angle yang baik, kita bisa mendapatkan cahaya yang
lebih natural, meskipun kita menembakan flash langsung pada objek dan tidak dipantulkan.
Hal lain yang membuat external flash menjadi favorit bagi para fotografer adalah
dengan external flash kita bisa melakukan teknik bouncing. Yang disebut dengan teknik
bouncing adalah sebuah teknik sederhana untuk memantulkan cahaya pada objek di sekitar
objek utama sehingga cahaya tidak langsung menimpa objek utama.
Contohnya adalah ketika kita memotret seseorang di ruangan yang cukup gelap. Kita
tidak langsung mengarahkan flash external kita pada orang tersebut. Flash external tersebut
kita arahkan pada langit-langit sehingga cahaya yang dikeluarkan akan memantul lewat
langit-langit sebelum mengenai objek. Agar lebih jelasnya bisa dilihat di Gambar Bawah ini
http://neilvn.com/tangents/images/flash/diagram/flash-bounce-diagram-2.jpg
Dari gambar di atas terlihat bagaimana cahaya memantul terlebih dahulu sebelum
mengenai objek. Dengan menggunakan teknik seperti ini, maka hasil dari foto kita akan
terlihat lebih natural. Cahaya yang mengenai objek utama juga tidak akan terlalu keras
karena ia tidak secara langsung ditembakkan pada objek utama. Bahkan jika Anda
melakukannya dengan benar, bisa menghilangkan bayangan dalam foto Anda sehingga
seperti Anda memotret tidak menggunakan flash sama sekali.
Selain itu, keuntungan yang terakhir dengan menggunakan flash external adalah kita
bisa menggunakan filter dan juga diffuser. Ini akan memberikan efek cahaya yang lain lagi.
Namun tentunya pasti lebih lembut daripada menggunakan internal flash.
Banyak jenis flash yang beredar di pasaran saat ini. Beberapa versi terbaru bahkan
memiliki fitur yang sangat banyak dan cenderung agak rumit. Jika Anda ingin belajar terlebih
dahulu, saya sarankan untuk membeli flash lama. Karena flash model lama banyak yang
kompatibel dengan kamera jenis terbaru sekalipun. Ini karena ia lebih mudah dimengerti dan
lebih mudah untuk dipelajari.
Equipment pelengkap dalam flash adalah triger. Dengan menggunakan triger kita tidak
harus menaruh flash di dalam kamera. Kita bisa menggunakan flash secara terpisah. Ia bisa
berfungsi layaknya lampu yang biasa dipakai di studio. Triger adalah sebuah alat yang
fungsinya sebagai transmitter. Ia akan menghubungkan kamera Anda dengan flash yang
Anda miliki secara wireless. Dengan begitu, jika Anda memencet tombol shutter maka secara
otomatis flash yang Anda miliki akan menyala.
Ini memungkinkan Anda untuk memotret dari jarak jauh, namun menaruh flash di jarak
dekat. Bahkan beberapa triger flash memungkinkan anda memotret dari jarak 100 meter dan
masih bisa bekerja dengan baik. Kelebihan lain dari menggunakan triger adalah
mempermudah pekerjaan foto Anda. Apalagi jika Anda memotret potrait atau model di
outdoor dengan mobilitas yang tinggi. Jika menggunakan lampu tentunya Anda akan sangat
repot. Namun dengan menggunakan triger, tentunya akan mempermudah pekerjaan Anda.
I. Reflector
Tidak ketinggalan sebuah alat sederhana yang bisa mengubah banyak hal. Meskipun
tidak mengeluarkan cahaya, alat ini penting juga dalam membantu pencahayaan kita pada
saat memotret. Harga alat ini cukup murah, namun bisa dipakai di indoor maupun outdoor.
Bahkan ia juga memiliki dua fungsi. Yang pertama dalah memantulkan cahaya. Yang kedua
adalah meredam cahaya.
Reflektor sendiri terdiri dari beberapa warna. Yang bisa kita ubah dengan membuka dan
melakukan bolak-balik pada kain pembungkus yang ada. Setiap warna kain dan material
yang berbeda akan menghasilkan efek yang berbeda pula. Reflektor sendiri biasanya
memiliki bahan dengan 3 warna yang berbeda. Yaitu perak, eEmas dan putih. Jadi dengan
membeli alat ini, Anda bisa mendapatkan 3 efek warna sekaligus.
Ketika menggunakan reflektor sebagai alat pemantul cahaya, kita bisa menggunakannya
dengan mencari kemana jatuhnya cahaya utama, sebagai contoh matahari. Lalu kita pantulkan
cahaya tersebut ke objek yang kita inginkan. Hal ini juga bisa dilakukan pada lampu atau
flash. Yang perlu diingat setiap warna yang Anda gunakan akan memberikan efek yang
berbeda nantinya pada foto Anda.
Selain sebagai alat untuk memantulkan cahaya, reflektor juga bisa digunakan untuk alat
peredam cahaya. Ini bisa digunakan jika cahaya yang datang terlalu terang ke objek. Atau
Anda ingin menghilangkan bayangan yang terlalu keras pada objek. Jika Anda menggunakan
lampu, reflektor juga bisa berfungsi sebagai difusser dari lampu tersebut.
ww.dpreview.com
J. Hand Grip
Biasa juga disebut sebagai body tambahan dalam kamera. Karena bentuknya seperti body
kamera yang ditempel di bagian bawah. Hand grip juga memiliki pegangan tersendiri, jadi
memungkinkan kita untuk memegang dengan baik ketika kamera sedang berada dalam posisi
horizontal maupun vertikal.
Fungsi utamanya adalah sebagai pemberat, dan juga alat untuk membuat kamera Anda
semakin stabil. Apalagi jika kamera Anda adalah kamera dengan body yang kecil dan
cenderung ringan. Maka sangat disarankan untuk menggunakan hand grip sebagai alat bantu
dalam memotret. Karena dengan menggunakan alat bantu ini kita bisa meminimalisir shutter
lag yang ditimbulkan oleh tangan kita yang terlalu keras memencet tombo, shutter.
Dengan menggunakan handgrip kita memiliki dua tombol shutter. Pertama adalah yang
berada di kamera, kedua adalah yang berada di handgrip. Ini juga memudahkan sang
fotografer ketika memotret dalam posisi vertikal. Namun yang perlu diingat adalah handgrip
juga memerlukan baterai. Jadi ketika kita menggunakannya baterai kamera kita tidak
terapakai.
Seperti halnya equipment fotografi lain, harga dari handgrip juga bermacam-macam.
Bahkan berat dari handgrip pun bermacam-macam. Bertanya berbeda, karena bahan yang
mereka pakai pun berbeda. Handgrip yang bagus akan memiliki berat yang cukup untuk
membuat kamera stabil. Bahannya pun hampir sama dengan body kamera, sedangkan yang
kurang bagus bersifat kebalikannya.
www.dpreview.com
K. Remote
Fitur ini akan sangat berguna jika kita memotret dari jarak jauh, atau bisa digunakan
ketika memotret candid. Dengan menggunakan Remote, kita bisa memotret tanpa harus
menekan tombol shutter pada kamera. Biasanya ini digunakan untuk memotret hal-hal yang
berbahaya. Beberapa wartawan flora dan fauna menggunakan remote untuk memotret
bintang liar di dalam hutana atau untuk menangkap objek yang sulit dilakukan secara dekat.
Jenis remote kamera berbeda. Ada beberapa yang bisa digunakan dengan jarak yang
cukup jauh, ada juga yang hanya bisa digunakan secara dekat. Bahkan beberapa remote
kamera tercanggih dapat disambungkan dengan device lain seperti laptop atau tab untuk
mengatur pencahayaan, ISO sampai white balance yang ada di dalam kamera tersebut. Ini
akan sangat menguntungkan fotografer, apalagi fotogrfaer outdoor. Karena cahaya yang
berada di outdoor biasanya berubah-ubah.
Selain itu, bagi yang menyukai stop motion, remote akan sangat berguna. Dengan
menggunakan remote, kita bisa mengatur interval dari kamera itu untuk memotret. Kita bisa
menentukan berapa lama kamera tersebut akan memotret. Apakah selama 20 detik sekali,
satu menit sekali, atau 5 menit sekali. Ini akan membuat kita dengan mudah menghasilkan
stop motion tanpa harus memencet tombol rana terus menerus.
Kendala yang didapat dalam menghasilkan stop motion adalah gambar yang tidak
konstan dan bergerak. Frame yang tidak konsisten ini biasanya disebabkan karena tangan
kita ketika memencet tombol rana menghasilkan getaran. Nah getaran inilah yang biasanya
menggeser kamera kita sepersekian inci. Meskipun sedikit, namun ini akan sangat
berpengaruh terhadap hasil foto kita nanti yang tidak terlihat halus.
Namun dengan menggunakan remote dan tripod, hal ini dapat dihindari. Kita hanya
tinggal melakukan setting sederhana terhadap intervalometer dari kamera tersebut. Sehingga
akhirnya nanti kamera memotret sendiri. Selain interval, kita juga bisa melakukan setting
terhadap berapa foto yang ingin kita ambil.
Sebenarnya ada beberapa apps juga yang bisa dimaksimalkan oleh kita jika ingin
menghasilkan stop motion dengan baik. Ada beberapa free apps yang memungkinkan kita
untuk menyetting intervalmeter dalam kamera, sehingga dapat memotret terus menerus tanpa
harus memencet tombol shutter. Namun semua apps tersebut, hasilnya tidak semaksimal
ketika menggunakan remote.
L. Lens Filter
Filter adalah aksesoris yang mempunyai dua fungsi. Pertama dapat melindungi lensa
Anda, yang kedua dia mempunyai efek pada gambar Anda. Filter adalah aksesoris tambahan
yang ditaruh di depan lensa. Sifatnya bisa dibuka copot sesuai dengan keinginan kita.
Terbentuk dari plastik atau kaca, filter secara umum terbagi menjadi dua jenis. Pertama
adalah filter yang memberikan efek pada foto, dan juga filter yang mengubah warna foto.
Dalam digital fotografi, filter berkembang dengan sangat pesat. Dulu sebelum fotografi
menjadi digital, filter adalah hal favorit bagi para fotografer. Karena filter bisa menjadi
pilihan sederhana dan termurah untuk mendapatkan hasil yang lebih variatif. Daripada susah
payah untuk mengubah hasil di kamar gelap, maka filter adalah solusi yang paling praktis.
www.google.com
Dalam fotografi sendiri, filter memiliki banyak jenis dan model. Namun kita bisa
mengkerucutkannya lagi sesuai fungsinya. Secara umum filter dalam fotografi adalah sebagai
berikut:
-
Filter Ultra Violet
Filter ini adalah filter yang paling sering digunakan oleh para fotografer, karena ia
tidak memiliki efek yang terlalu signifikan pada hasil dari foto. Fungsi utamanya adalah
mengurangi sinar yng berlebihan dari ultra violet. Karena tidak seperti mata, sinar ultra violet
sensitif terhadap kamera.
Filter ini juga memiliki fungsi lain, yaitu melindungi lensa dari debu dan juga
kecacatan pada lensa. Ini menghindari lensa mendapatkan kontak fisik langsung terhadap apa
yang ada di depannya. Dengan ini, lensa Anda akan tahan lebih lama.
Beberapa lensa juga membutuhkan Filter ini untuk melakukan penyegelan terhadap
cuaca. Jadi lensa bagian depan akan terlindungi dari embun dan juga dengan filter ini, akan
lebih mudah untuk menahan temperatur dengan baik.
-
Color Conversion
Sesuai dengan namanya, filter ini adalah filter yang dapat mengkonversi warna.
Fungsinya adalah mengatur white balance agar lebih sempurna lagi. Filter ini terdiri dari
berbagai macam warna. Seperti orange, biru dan kuning. Pada zaman analog, filter ini sangat
popular. Karena akan mempermudah kita untuk menghasilkan white balance yang tepat.
Selain itu, dengan filter ini kita dapat menghasilkan warna yang tidak terduga. Namun
sekarang seiring dengan berkembangnya teknologi dan software editing foto, filter ini
ditinggalkan karena orang lebih memilih membeli software daripada filter.
-
Contrast Enhancement
Filter ini berfungsi untuk menimbulkan kontras pada foto. Filter ini akan sangat baik
untuk memotret di outdoor dan di tempat yang memiliki kontras tinggi. Seperti landscape
pemandangan dan juga awan. Dalam memotret pemandangan, terkadang kita akan kesulitan
untuk memotret dengan keadaan kontras yang tinggi antara langit dan tanah.
Selain itu, filter ini biasanya digunakan dalam fotografi hitam putih. Karena dengan
filter ini, kontras warna akan lebih mudah keluar. Namun saat ini, penggunaan filter ini juga
sudah berkurang. Karena para fotografer lebih banyak menggunakan software.
-
Polarizer Filter
Filter ini tidak memiliki efek untuk mewarnai. Ia lebih mereduksi cahaya dan
menyaring cahaya lewat sebuah arah partikular, dan mengurangi refleksi dari barang-barang
seperti cermin dan logam, dan ia juga dapat membuat warna langit menjadi lebih gelap.
Filter ini juga berfungsi untuk memotret benda atau objek yang berada di balik kaca. Dengan
menggunakan filter ini, kita bisa menghilangkan refleksi yang ditimbulkan oleh kaca. Jadi
seperti memotret tanpa ada kaca di depan kita, caranya adalah memutar-mutar filter, seperti
mencari fokusing.
-
Diffusion Filter
Sering disebut sebagai filter untuk membuat objek terlihat lebih soft. Dengan filter
ini, kita dapat menghasilkan gambar yang lembut dan juga menghasilkan sebuah hasil yang
cenderung “dreamy”. Jadi gambar seperti berbayang namun terlihat sangat lembut. Filter ini
biasanya digunakan untuk memotret Potrait. Namun dengan menggunakan filter ini, kontras
yang dihasilkan oleh foto kita akan berkurang.
M. Camera Bag dan Drybox
Selanjutnya ada tas kamera. Mungkin Hal ini terlihat sangat sederhana, namun pada
kenyataannya tas kamera sangat mempengaruhi kekuatan kamera kita nantinya. Dengan ini
kita dapat meminimalisir gesekan yang terjadi antara kamera dan lensa. Bahkan beberapa tas
kamera yang bagus tahan air hujan dan juga dapat menjaga kelembaban yang ada dengan
sangat baik.
Semakin banyak peralatan yang Anda bawa, semakin anda membutuhkan tas kamera.
tas biasa tidak menjamin kemanan dari lensa dan juga barang-barang yang Anda bwa. Tas
kamera memiliki bahan khusus yang dapat menghindarkan lensa dan kamera anda dari
kelecetan.
Selain tas kamera, ada tempat penyimpanan yang bernama drybox. Ini bisa digunakan
ketika Anda ingin menyimpan peralatan fotografi Anda di rumah. Drybox juga dirancang
untuk menaruh barang Anda cukup lama tanpa menimbulkan masalah seperti jamur dan
lembab. Karena dalam drybox kita bisa mengatur suhu dan temperatur di dalamnya. Dan ia
kedap dari udara yang ada di luar.
Alat ini juga baik dibawa jika Anda memotret di tempat yang ekstrim cuacanya. Seperti
bersalju atau sangat lembab. Bentuknya kotak seperti kulkas. Perbedannya dengan drybox
kita bisa mengatur suhu yang ada di dalamnya. Saat ini drybox bentuknya makin simple
mulai dari bentuknya yang kecil dan mudah dibawa. Tidak seperti dulu yang bentuknya
memang lemari dan susah untuk dibawa kemana-mana.
Contoh drybox kecil/portable
http://i01.i.aliimg.com/img/pb/517/664/462/462664517_839.jpg
N. Cleaning Equipment
Salah satu hal yang paling sederhana, namun sering dilupakan. Ini adalah hal yang sangat
penting dalam fotografi, karena dengan ini kita bisa mencegah kamera kita terkena kerusakan
yang parah. Cleaning equipment ini realtif murah, dan kita bisa membeli satu paket yang
isinya beragam. Biasanya dengan membeli cleaning equipemnt kita mendapatkan
penyemprot kamera, cairan pembersih, dan juga lap kamera.
Jika kita memiliki equipment ini, maka kita bisa membersihkan lensa dan juga body
kamera sendiri. Salah satu caranya pun cukup mudah, tisu lensa dan kain lap biasanya
digunakan untuk bagian depan kamera. Tisu lensa bisa digunakan untuk membersihkan kaca
loensa yang bisanya terkena minyak atau jamur kecil. Sedangkan blower, bisa digunakan
untuk membersihkan bagian dalam kamera. Berikut cara membersihkan bagian dalam
kamera lewat cleaning kit.
 Usahakan lakukan di dalam ruangan yang bersih. Pastikan tidak ada banyak debu
ketika Anda melakukan pembersihan bagian dalam kamera. Karena, salah-salah nanti
malah kamera Anda akan terkena asupan debu dari ruangan.
 Copot lensa yang ada pada kamera Anda. Biarkan kamera Anda terbuka terlebih
dahulu. Setelah itu ambil cleaning kit dan blower.
 Selanjutnya, setting kamera Anda pada mode bulb. Posisikan kamera Anda
menghadap ke bawah, lalu tekan shutter. Ini akan membuat kaca di dalam kamera
anda terbuka, terus tekan shutter tersebut, lalu ambil blower, dan semprotkan ke arah
kamera Anda seperti gambar di bawah ini.
www. Wikihow.com
 Setelah itu balikan lagi kamera Anda menghadapke atas, lalu bersihkan dengan lap
atau alat pembersih lain yang ada di cleaning kit. Anda bisa memakai semprotan
pemersih untuk memastikan bahwa dalam kamera Anda tidak ada noda minyak atau
noda dari debu yang kecil, namun jangan lupa untuk mengeringkannya dengan baik.
Dan untuk memastikan kamera Anda tidak apa-apa, jangan lakukan penyemprotan
ketika kamera Anda dalam posisi “on”.
Bab III
Elemen Fotografi
Fotografi tidak hanya berisi hal-hal teknis, karena ia adalah bagian kecil dari sebuah
kesenian. Dalam fotografi juga terdapat beberapa unsur yang tidak baku. Dan dunia fotografi
modern, menjadikan hal-hal ini lebih penting daripada teknis. Dunia fotografi Modern lebih
mendahulukan konsep, karena hal-hal yang sifatnya teknis sudah banyak diurus oleh
teknolgi.
Dalam Bab ini, kita akan membahas beberapa unsur yang menjadikan foto itu baik atau
tidak selain dari teknis. Elemen ini akan sulit untuk diaplikasikan secara langsung. Ini
membutuhkan latihan dan juga terus menerus mengasahnya lewat praktik yang rutin. Unsurunsur apa saja yang mempengaruhi hasil foto kita menjadi lebih baik?
A. Camera Angle
Hal yang paling utama yang menjadikan sebuah foto baik atau tidak. Terkadang fokus ke
hal yang teknis akan melupakan kita dalam menentukan angle memotret. Padahal fotografi
juga adalah masalah sudut pandang. Bagaimana kita ingin memberikan sebuah gambar yang
baik jika sudut pandang dalam memandang peristiwa tersebut tidak baik juga.
Angle fotografi sangat beragam dan setiap angle bisa jadi menyiratkan berbagai macam
hal berbeda pada satu objek. Seperti contoh, kita memotret seseorang dengan angle yang
berbeda. Satu dengan high angle shoot, satu lagi dengan low angle shoot. Secara visual, low
angle akan memberikan efek lebih gagah dan epik dibandingkan dengan kita memotret secara
high angle.
Beberapa angle dasar dalam fotografi adalah sebagai berikut:
-
Eyelevel view : adalah angle dimana fotografer mengambil sudut pandang sesuai
dengan pandangan mata manusia.
-
Low Angle
: Teknik memotret dengan mengambil sudut pandang dari bawah. Jadi
kamera disimpan di bawah, seakan-akan memberikan efek bahwa kita melihat objek
dalam foto tersebut dari bawah.
-
High Angle
: Kebalikan dari low angle. Angle ini memungkinkan kita memotret
dari atas. Jadi kita seperti melihat sesuatu dari atas.
Contoh memotret tanaman dengan high angle
-
Bird eye view
: Sebenarnya ini hampir sama dengan high angle. Namun
perbedaanya adalah dengan view seperti ini, kamera itu seperti mata burung. Jadi kita
melihat objek dari jarak yang cukup jauh di atas.
-
Worm eye view
: Atau bisa disebut dengan extreme low angle. Di sini kita
mengibaratkan kamera kita adalah mata cacing. Jadi jika ingin memotret dengan angle
seperti ini, kamera disimpan serendah mungkin, bahkan mungkin bisa hanya disimpan
di tanah.
B. Tekstur
Tekstur juga menjadi hal yang sangat penting dalam photography. Meskipun tekstur
adalah salah satu elemen visual yang sangat identik dengan “Sentuhan”, namun bukan berarti
fotografi tidak bisa mengcapture hal tersebut. Dalam elemen visual design, tekstur adalah
satu dari sekian banyak hal yang bisa menjadi pembeda. Dan tekstur di sini bukan tekstur dari
foto Anda. Tapi bagaimana Anda menangkap tekstur yang ada di dalam objek Anda.
Bagaimana memperlihatkan tekstur dalam sebuah objek memang agak sulit. Diperlukan
pencahayaan yang sangat pas. Karena dalam fotografi, tekstur tidak akan muncul jiika
gambar yang kita ambil terlalu terang. Semakin terang gambar, maka tekstur yang dimiliki
oleh objek itu semakin hilang. Jadi usahakan jangan terlalu over eksposure jika Anda ingin
memunculkan tekstur dalam foto Anda nantinya.
Waktu terbaik untuk memunculkna tekstur dalam fotografi adalah Siang hari dan adanya
matahari. Karena dengan kombinasi yang baik dari cahaya matahari dan shadow, maka akan
menghasilkan gambar yang baik pula. Beberapa foto yang menonjolkan tekstur juga diambil
dari jarak yang relatif dekat. Karena dengan memperpendek jarak, maka tekstur dari sebuah
objek akan lebih terlihat.
Seperti yang terlihat di atas, bagaimana sebuah foto terlihat teksturnya lebih baik jika
difoto dari jarak yang lebih dekat. Foto dengan tekstur menonjol juga akan sangat baik jika
diaplikasikan di foto makanan atau foto produk. Karena akan membuat orang yang
melihatnya lebih penasaran dan juga memberikan kesan bahwa itu adalah sesuatu yang hidup.
Sebuah tips sederhana jika Anda ingin memotret dan memunculkan tekstur adalah
gunakan pembanding. Kita bisa membuat kontras sederhana dengan membandingkan objek
yang mempunyai tekstur lembut dengan tekstur kasar dan variatif. Ini akan lebih membuat
tekstur yang Anda inginkan keluar. Dan tektur juga tidak hanya pada benda mati saja.
Manusia pun mempunyai tekstur yang ia bisa perlihatkan di kulitnya.
C. Warna
Warna dalam fotografi bisa menyiratkan banyak hal. Selain menjadi penunjang artistik
dari
foto itu sendiri, warna juga bisa menjadi simbol yang berbicara. Sebagai contoh,
bagaimana warna menjadi sebuah simbol adalah pada bendera kita. Bagaimana warna merah
dan putih tidak hanya berdiri sebagai warna untuk identitas dan keperluan artistik. Namun
bagaimana warna tersebut menjadi sebuah simbol bagi keberanian dan juga kesucian dari
bangsa kita.
Hal tersebut juga berlaku dalam fotografi. Bagaimana tidak semua foto lebih baik
diberikan sentuhan banyak warna, ada juga foto yang sangat baik ditampilkan dengan hanya
hitam putih. Hitam putih sendiri akan memberikan efek dramatis pada foto kita nantinya.
Foto ini adalah sebuah contoh sederhana, dimana untuk mendapatkan foto yang bagus, tidak
harus colorful
http://121clicks.com/
Fotografi memang tidak seperti melukis yang memungkinkan kita untuk mewarnai sesuai
dengan keinginan. Namun bukannya dalam fotografi kita tidak bisa bermain warna.
Menentukan gelap dan terang dari langit ketika kita memotret pemandangan juga dalah
sebuah upaya untuk membuat warna dalam foto. Atau ketika kita memotret cahaya lampu
yang ada di kota pada malam hari, itu juga merupakan salah satu cara mewarnai dalam
fotografi.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya. Warna dalam foto sangat ditentukan oleh white
balance. Karena itu kenapa white balance juga menjadi sangat penting. Selain itu, settingan
picture style yang ada di kamera juga sangat mempengaruhi warna. Sebenarnya kita bisa
mengutak-atik settingan warna hingga menghasilkan karakter warna yang sesuai keinginan.
Caranya sangat mudah, kita tingal masuk ke menu kamera dan cari picture style, lalu masuk
ke dalamnya dan ubah karakter warna yang Anda inginkan sesuai dengan keinginan
D. Mengenal RGB dalam fotografi
RGB sendiri adalah sistem warna yang populer dalam fotografi. Jadi untuk membuat
warna apapun dalam foto Anda, hanya dibutuhkan tiga warna dasar, yaitu red, green, dan
blue. Kamera Anda akan menangkap apa yang ia lihat, sehingga ia akan menafsirkannya
sendiri dengan mencapur ketiga warna tersebut. Berbeda dengan printing dan juga desain
yang memungkinkan kita menggunakan 4 warna, fotografi hanya mengenal 3 warna dasar.
Pertama kali digunakan, RGB sendiri pada tahun 1861, oleh seorang ahli matematika dan
juga ilmuwan yang bernama J.C Maxwell. Ia mencoba mencampurkan ketiga warna ini
dalam fotografi untuk menghasilkan foto yang berwarna.
E. Komposisi
Secara sederhana, dalam fotografi komposisi adalah bagaimana kita menentukan letak
objek dalam frame. Sebagai contoh kita memotret sebuah apel. Kita pasti akan berpikir,
bagaimana kita akan menyajikan apel ini secara fotografis? Apakah ia akan ditaruh di kanan,
kiri, atau tengah? Apakah ini akan difoto secara horizontal atau vertikal? Di sanalah kita
mencoba untuk mencari komposisi yang tepat agar apel itu enak dipandang secara fotografis.
Elemen yang ada dalam komposisi tidak hanya melulu meletakan objek dalam frame saja.
Namun ini juga terkait beeberapa hal seperti; ukuran objek, yaitu bagaimana kita akan
menampilkan objek ini. Apakah hanya setengah, atau kita akan mencoba untuk menampilkan
objek ini secara utuh.
Salah satu teknik enempatan objek utama, tidak harus selalu di tengah, ini yang disebut
dengan komposisi
Selain ukuran, jika ada banyak objek dalam foto kita, kita pastinya akan mencoba untuk
mencari balancing antara objek satu dengan yang lainnya. Jika kita ingin menunjukkan salah
satu objek. Pastinya kita akan berpikir bagaimana objek ini akan menjadi point of interest
dalam foto ini, dan membuat objek yang lain menjadi backgorund. Caranya bisa dengan
menaruh objek utama di tengah, membuat proporsi objek utama terlihat lebih besar daripada
objek yang lain dan sebagainya.
Komposisi merupakan salah satu elemen penting yang harus terus menerus dipelajari
ketika Anda memutuskan untuk belajar fotografi. Karena banyak foto yang baik berawal dari
komposisi yang baik pula. Yang perlu diingat dalam fotografi adalah seluruh benda dan objek
yang ada di frame Anda merupakan bagian dari kisah yang ingin Anda ceritakan.
Ketika Anda memotret objek manusia, ada beberapa komposisi dasar yang mungkin bisa
dipelajari sebagai acuan
-
Headroom : Headroom adalah space yang ada di atas kepala objek. Ketika kita
memotret sebuah potrait, kita akan selalu menyisakan objek tersebut space di atas
kepalanya. (keuali memang konsep fotonya extreme close up). Ketika kita
menyisakan space untuk itu, haruslah pas. Jangan terlalu banyak menyisakan ruang
kosong di atas kepala subjek. Karena itu akan membuat foto menjadi aneh.
-
Noseroom :Ini dieperuntukan ketika kita memotret seseorang dari samping. Selalu
sediakan ruang bagi hidungnya. Jangan memotongnya dan memberikan space terlalu
kecil, karena itu akan terlihat aneh. Jika Anda ingin memotong, potonglah bagian
belakang kepalanya. Namun biarkan bagian dari mata hingga hidungnya terlihat
Contoh headroom dan noseroom yang baik dan kurang baik
F. Garis
Meskipun bentuknya bukan seperti garis yang dilakukan ketika menggambar, namun
fotografi juga sebenarnya membuat garis. Garis tersebut terbentuk dari berbagai macam hal.
Cara kita menempatkan objek hingga pengulangan dari objek yang menyerupai sebagai garis.
Dengan membuat garis, akan lebih mudah orang-orang menikmati foto Anda. Bahkan garis
imajiner ini cenderung membuat orang yang melihatnya mempunyai imajinasi tersendiri.
Garis yang ada di frame Anda akan membuat sebuah persepsi terhadap orang yang
melihatnya. Di mana visual tersebut akan menggiring mata dan juga otak untuk
mengumpulkan informasi tersebut dan menyimpukannya menjadi sebuah garis yang akan
dilihat terlebih dahulu dalam foto.
Sebagai contoh adalah foto di atas. Bagaimana pagar-pagar kayu yang ada di dalam foto
tersebut kita persepsikan sebagai sebuah garis. Dan garis-garis tersebut adalah bagian yang
kita lihat pertama (menarik) di dalam foto tersebut. Padahal dalam foto tersebut objek utama
nya adalah orang yang sedang berjalan ada di dekat pohon. Garis imajiner yang dibuat pagar
tersebut akhirnya menggiring kita pada orang tersebut.
Garis juga dapat menimbulkan sebuah perspektif yang lebih baik lagi. Garis vertikal,
horizontal bahkan diagonal akan memberikan efek yang berbeda dalam foto nantinya. Jika
foto tadi masih terlihat agak datar secara perpektif, maka coba tengok foto di bawah ini:
Foto ini menjadi lebih baik secara dimensi karena mengambil garis secara diagonal. Di
sini terlihat bagaimana pohon-pohon yang ada di kiri foto membentuk sebuah garus imajiner
diagonal, bahkan kuda pun seakan menjadi sebuah garis diagonal. Dengan begitu, kita bisa
melihat seluruh bagian dengan sangat baik. Bagaimana kuda tersebut menarik pedati dan
dikemudikan oleh seseorang, mungkin jika kita menggunakan garis imajiner secara
horizontal atau vertikal ke dalaman dan juga dimensi dari foto ini tidak akan terlihat.
Kesimpulannya, selain sebagai alat pembantu untuk menggiring persepsi orang dalam
fotografi, garis imajiner juga bisa menjadi sebuah cara untuk membuat foto menjadi lebih
artistik dan mempunyai dimensi.
G. Space (Ruang)
Dalam fotografi, Anda tidak perlu menghabiskan semua tempat untuk objek. Terkadang
ruang kosong dalam fotografi juga bisa jadi sangat berarti. Bahkan beberapa fotografer
beranggapan bahwa sekecil apapun ruang kosong di dalam frame Anda tetaplah bagian dari
foto Anda. Jika Anda tidak menginginkanya, maka jangan masukkan dalam frame.
Dalam fotografi sendiri space bisa mempunyai dua makna. Pertama adalah bagian dari
fotografi yang mengelilingi subjek, baik itu langit kosong berwarna cerah, Air atau bahkan
background kain yang tidak memiliki elemen visual apapun. Kedua, ia bisa diartikan untuk
menjelaskan bagaimana foreground dan background Anda menjadi satu kesataun yang
menciptakan “ruang” sehingga terlihat lebih dalam.
Pertama-tama mari kita bicara tentang positif dan negatif space. Ada mitos yang
mengatakan bahwa area kosong yang berada di sebelah subjek Anda bisa jadi membosankan.
Ini sebenarnya tidak benar, bahkan sebenarnya dengan komposisi yang benar, maka area
kosong bisa jadi menarik perhatian. Ia bisa jadi menciptakan berbagai macam emosi pada
orang yang melihatnya. Ini sangat tergantung pada setting dari ruang kosong tersebut. Selain
itu, dengan membuat ruang kosong, maka objek Anda akan lebih menarik.
Salah satu tips sederhana untuk memberikan space pada foto, adalah ketika objek tidak
melihat kamera. Ia melihat ke arah lain. Jika Anda memotret dengan frame penuh dengan
objek, maka foto akan terlihat sedikit aneh, namun jika kita memberikan sedikit ruang
kosong, maka foto akan memberikan kesan yang menarik bagi yang melihatnya seperti
gambar di bawah ini, bagaimana ada ruang kosong yang dapat memberikan kesan lebih pada
foto daripada foto yang full cropped.
Selain itu, dalam istilah fotografi kita juga mengenal apa yang disebut dengan active
space dan dead space. Sebagai contoh, kita memotret objek yang bergerak, maka ketika dia
melompat atau berjalan ia selalu menuju ruang yang ada di depannya dan meninggalkan
ruang yang dia tempati sebelumnya. Active space adalah ruang yang ia tuju, misalnya kita
memotret orang yang melompat ke depan, kita membiarkan ruang kosong yang dituju oleh
orang tersebut masuk ke dalam frame, itu yang disebut dengan active space. Sedangkan dead
space adalah kebalikannya. Kita membiarkan ruang kosong yang ditinggalkan orang tersebut
melompat tersebut masuk ke dalam frame. Agar lebih mengerti mari kita lihat foto yang saya
ambil di bawah ini.
salah satu contoh foto dengan active space
Dalam foto di atas bisa dilihat bagaimana burung tersebut menuju ke arah ruang kosong
yang berada di depannya, dan saya membiarkan ruang kosong tersebut masuk ke dalam
frame. Dan ruang kosong itulah yang disebut active sapce. Jika saya membiarkan burung
tersebut berada di depan, dan membiarkan ruang kosong yang ditinggalnya masuk ke dalam
frame, maka itu adalah dead sapce.
H. Bentuk
Bentuk adalah salah satu elemen dasar juga dalam fotografi. Salah satu kehebatan
fotografer adalah memvisualkan bentuk dengan baik. Bahkan fotografer pun sebenarnya bisa
memanipulasi bentuk dengan bantuan cahaya. Bagaimana seorang fotografer membuat foto
dari wajah objek lebih terlihat kurus dengan memainkan cahaya di sekitaran pipinya dan
lehernya.
Fotografer yang memiliki mata bagus, dapat menyajikan visual dari sebuah bentuk dari
cara yang lebih unik daripada orang lain. Sebagai contohnya, mari lihat gambar di bawah ini.
Gambar di bawah ini diambil oleh seorang fotografer bernama kim hopf.
Sepintas foto ini terlihat sangat abstrak, namun jika kita lihat dengan seksama, foto ini
adalah foto gedung yang difoto dengan baik oleh fotografer tersebut. Dengan backgrouud
langit yang baik. Kita tahu bahwasanya ini adalah foto gedung yang diambil dari bawah oleh
sang fotografer tersebut. Di sini fotografer tersebut menyajikan sebuah sudut pandang unik
terhadap gedung itu sendiri tanpa menghilangkan esensinya. Dia menampilkan bentuk
gedung yang unik, juga dari sudut pandang yang unik pula. Untuk perbandingannya mari kita
lihat doto tersebut dari depan.
Tentunya ada perbedaan yang signifikan ketika kita melihat bentuk gedung tersebut dari
depan, dan dari bawah. Ketika kita melihatnya dari bawah, kita melihat sesuatu yang lebih
dramatis dan juga unik. Mungkin tidak semua orang yang bekerja di gedung ini pun pernah
menikmati sensasi melihat gedung ini dari bawah. Itulah kenapa menyajikan sebuah bentuk
menjadi sangat penting bagi fotografer.
Berbicara bentuk dalam fotografi, kita hanya bisa menyajikan bentuk secara dua dimensi.
Dan ada lagi elemen lain yaitu form, yang terkait bagaimana menyajikan foto secara tiga
dimensi. Karena itulah, jika berbicara tentang bentuk dalam fotografi, kita tidak berbicara
mengenai bagaimana memberi “isi” dalam sebuah objek, melainkan bagaimana kita
menyajikan bentuk tersebut dari sudut pandang yang unik.
I. Positif Shape dan Negatif Shape
Secara umum bentuk dalam fotografi dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah positive
shape. Salah satu hal termudah untuk mengcapture ini. Karena ini merupakan bentuk asli dari
benda apapun yang kita lihat. Jika kita melihat mobil di jalan dan memotretnya sebagai
mobil, bagaiamana pun sudutnya itu tetap menjadi positive shape. Sederhananya positive
shape adalah segala bentuk dan sudut dari objek yang tidak menimbulkan makna lain. Mobil
tetaplah mobil, burung tetgaplah burung.
Sedangkan negative shape adalah kebalikan dari positive shape. Ini memang agak sulit
untuk diwujudkan dalam fotografi, karena butuh kepekaan visual yang tinggi juga moment
yang pas. Seperti contohnya gambar di bawah ini:
http://www.digital-photo-secrets.com/images/black-swans-in-love.jpg
Dari foto di atas kita bisa melihat bagaimana kepala dari kedua angsa tersebut
membentuk hati, inilah yang disebut negative shape. Di mana bentuk yang disajikan oleh
fotografer di luar bentuk aslinya. Ini akan memberikan sudut pandang yang lebih menarik
lagi daripada memotret hanya mengandalkna positive shape. Namun yang diperlukan latihan
berkali-kali dan juga kepekaan yang terus diasah untuk menghasilkan gambar seperti di atas.
J. Form
Form adalah perkembangan dari bentuk. Jika bentuk (shape) hanya memperlihatkan
sesuatu secara dua dimensi, sedangkan form adalah sebuah elemen fotografis yang
memperlihatkan objek seakan-akan seperti 3 dimensi. Dalam fotografi memperlihatkan objek
seakan-akan memiliki ruang sulit, ini diperlukan angle dan pencahayaan yang tepat. Karena
itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika Anda ingin memperlihatkan form dari
sebuha foto.
1. Angle
Angle merupakan salah satu hal terpenting dalam memperlihatkan ruang yang
dimiliki oleh suatu objek atau Benda. Sebenarnya ada tips sederhana untuk memotret ketika
Anda ingin memunculkan form dari sebuah objek. Agar orang-orang tahu bagaimana bentuk
dari objek, usahakan jangan memotret terlalu depan. Berikan sedikit perspektif dengan
memotret agak ke samping. Seperti contoh di bawah ini.
Dalam foto ini kita bisa melihat bagaimana bentuk dari rumah secara keseluruhan.
Bagaimana kaca yang ada di samping, lalu bagaimana bentuk gentengnya, dan lain
sebagainya. Jika kita memotret rumah ini dari depan, kita hanya akan melihat pintunya saja.
Kita akan kehilangan bentuk-bentuk lain seperti kaca yang berwarna kuning dan juga pattern
dari genteng. Dengan memotret agak menyamping kita bisa memberikan kesan bahwa rumah
ini mempunyai bentuk 3 Dimensi.
2. Cahaya
Ini pun merupakan elemen penting dalam membentuk sebuah form yang baik. Karena
dengan cahaya, kita bisa menimbulkan kedalaman dari sebuah foto. Sebagai sebuah
pencahayaan yang flat, hanya akan membuat foto terlihat seperti 2 dimensi. Ini alasan kenapa
memilih pencahayaan yang tepat itu seperti memilih angle yang tepat.
Untuk mendapatkan pencahayaan yang memberikan dimensi pada objek memang
sangat sulit. Apalagi jika kita memotret di outdoor dan tanpa alat bantu cahaya. Cuaca yang
mendung, dan kurang baik akan membuat foto tidak berdimensi sama sekali, jadi ada baiknya
Anda memotret dalam keadaan cahaya yang baik. Cahaya terbaik yang diberikan matahari
adalah pada saat golden hour. Yaitu pada saat siang hari dan sore hari yang cerah, lalu
bagaimana sebuah foto yang tidak memiliki dimensi? Coba lihat foto di bawah ini.
Secara komposisi memang foto ini cukup baik, namun foto ini bisa dibilang tidak
memiliki form. Ini dikarenakan semua hal dalam framenya terlihat hanya seperti 2 dimensi.
Cahaya yang datang sangat rata. Ini dikarenkan pemotretan dilakukan pada saat mendung,
lalu angle yang diambil pun direct forntal, jadi kita tidak bisa perspektif lain dari objek-objek
yang ada dalam foto tersebut.
Foto ini tidak memiliki dimensi, kita tidak bisa melihat bagaimana bentuk dan dimensi
dari kincir angin, daun, dan juga rumput yang ada di dalam frame ini. Ketika Anda memotret
dalam pencahayaan yang kurang baik, usahakan mengakalinya dengan angle yang tepat agar
menciptakan kesan tiga dimensi dalam foto Anda.
3. Depht (Kedalaman)
Kedalaman dalam fotografi merupakan sebuah hal yang sangat penting. Akan
memberikan kesan bahwa objek yang Anda foto memiliki volume. Cara untuk memberikan
kedalaman dalam foto sangat sederhana, salah satunya adalah dengan mengatur pemisahan
antara foreground dan background.
Startlearningphotography.com
Seperti yang dilihat di atas, bagaimana sebuah foto yang memiliki kedalaman akan lebih
enak dilihat. Dalam foto ini, sang fotografer memisahkan antara foreground dan juga
background dengan sangat baik. Ia pun sengaja menupuk bola secara sejajar. Agar bentuk
dari bola tersebut bisa dilihat dengan jelas dan memiliki volume. Selain angle yang tepat, foto
ini juga memiliki penggulangan pattern yang tepat.
Bab IV
Lighting
Seperti yang dibahas pada awal buku ini, bahwa pencahayaan adalah hal terpenting dalam
fotografi. Maka dari itu, saya membuat bab khusus tentang hal tersebut. Pencahayaan bisa
merupakan hal yang paling sederhana, hingga hal yang paling rumit dalam fotografi. Namun
sedikit perbedaan dalam mengatur atau menempatkan cahaya, akan memberikan perbedaan
yang cukup signifikan pada foto Anda.
A. Beberapa Sumber Cahaya Utama dalam Fotografi
Secara garis besar, cahaya dalam fotografi dibagai menjadi dua bagian, yaitu natural light
dan artificial light. Natural light adalah segala suatu sumber cahaya yang berasal dari alam.
Sedangkan artificial light adalah cahaya yang dibuat oleh manusia. Namun sebenarnya dari
dua hal ini, kita bisa menjabarkannya lagi menjadi beberapa hal, di antaranya:
-
Cahaya matahari : Ini adalah sumber cahaya yang terbaik. Karena meskipun berasal
dari hanya satu sumber (matahari). Namun ia bisa menimbulkan efek yang berbeda.
Jika kita memotret pagi hari dengan siang hari, efek warna yang ditimbulkan akan
sangat berbeda.
-
Continous artificial light : Ini adalah pencahyaan buatan. Tidak seperti flash yang
hanya mengeluarkan cahaya sepersekian detik, karakter cahaya seperti ini dimiliki
oleh lampu neon atau bohlam. Ia memberikan penerangan secara terus menerus.
Biasanya karakter cahaya seperti ini digunakan dalam film
-
Flash light : Alat khusus fotografi. Sebuah alat yang memberikan kilatan cahaya
sepersekian detik untuk menerangi objek yang realtif gelap. Flash sendiri terdiri dari
flash internal (yang menyatu langsung dengan kamera) dan eksternal flash (yang
terpisah dari kamera)
-
Spesial lighting : Ini lighting yang berbeda dengan ketiga jenis di atas. Biasanya dia
dijadikan penerangan tambahan dan juga untuk keperluan artistik. Seperti cahaya dari
kembang api, cahaya yang ditimbulkan oleh api, listrik dan lain sebagainya.
B. Teknik Pencahayaan dalam Potrait
Perkemabnagn dunia potrait fotografi memang sangat pesat. Banyak sekali teknik baru
dan juga eksperimen yang dilakukan oleh fotografer untuk menghasilkan sebuah foto yang
berbeda. Namun secara sudut pandang fotografi klasik, ada beberapa teknik yang bisa Anda
terapkan ketika memotret potrait. Teknik ini bisa diterapkan di outdoor maupun indoor. Jika
Anda memotret di luar, maka matahari bisa menjadi ganti lampu studio Anda.
1. Split Lighting
Dalam teknik ini, sang fotografer memisah wajah menjadi dua bagian. Satu bagian
adalah area yang lebih terang (karena terkena cahaya secara direct langsung) bagian yang lain
adalah bagian yang lebih gelap (shadow). Biasanya teknik ini digunakan untuk memotret
musisi dan juga selebritis. Karena ini akan memberikan efek dramatis pad objek yang Anda
foto. Kebanyakan juga digunakan untuk memotret objek laki-laki, karena akan menimbulkan
maskulinitas dan juga kekuatan karakter. Namun bisa juga dicoba dengan objek perempuan,
malah tentunya akan memberikan efek yang berbeda.
Cara menciptakan pencahayaan seperti ini adalah dengan menaruh sumber cahaya di
90 derajat objek. Bahkan ada kemungkinan juga Sumber cahaya berada sedikit di belakang
kepala objek. Ini akan membuat hanya sebagian saja bagian muka yang terkena cahaya.
Beberpa fotografer jga menggunakan lebih dari satu lampu untuk memotret dengan teknik
mari li seperti ini. Namun untuk lebih jelasnya lagi mari lihat ilustrasi di bawah ini :
http://i.stack.imgur.com/wREqs.jpg
Dari gambar di atas, terlihat bagaimana caranya menempatkan lampu ketika
menggunakan teknik pencahayaan split lighting. Dengan menempatkan lampu di samping
objek, maka hanya satu bagian saja yang terkena cahaya lampu. Namun untuk mendapatkan
hasil yang maksimal, saya sarankan untuk sedikit memberikan cahaya tambahan di depan
objek.
2. Loop Lighting
Loop lighting merupakan teknik pencahayaan samping. Hasilnya, ia akan memberikan
sebuah shadow kecil pada hidung dan sedikit di bagian leher. Untuk menciptakan teknik
pencahyaan seperti ini, Anda harus menaruh lampu sedikit di atas eye level dari objek. Dan
untuk kemiringannya, bisa antara 30-45 derajat. Ini tergantung dari bentuk dari wajah objek.
Dengan sering menggunakan teknik ini, kita akan semakin paham dari karakter wajah objek.
Blog.lindsayadlerphotoraphy.com
Dari foto di atas, dapat dilihat bagaimana penempatan cahaya yang dibutuhkan ketika
kita akan menggunakan loop lighting. Lampu ditaruh agak sedikit di atas objek, dan hasilnya
ada sedikit shadow di bagian kiri objek. Ketinggian dan juga sudut dari lampu akan
mempengaruhi hasil dari foto Anda nantinya. Lalu usahakan sumber cahaya tidak terlalu
besar, karena akan semakin keras cahaya yang dihasilkan nantinya. Teknik ini adalah teknik
fotografi yang sering dipakai oleh banyak fotografer.
3. Rembrandt Lighting
Nama rembrandt sendiri diambil dari seorang pelukis. Kenapa dinamakan sama,
karena teknik pencahayaan seperti ini merupakan teknik yang sering dia lakukan dalam
melukis. Sebenarnya, teknik pencahyaan rembrandt hampir sama dengn loop lighting, tapi dia
menghasilkan efek yang lebih dramatis lagi. Ini seperti split lighting yang memberikan kesan
lebih gelap pada foto yang Anda ambil.
Untuk menghasilkan foto dengan konsep seperti ini, objek harus sedikit agak
menyamping dari sumber cahaya yang didapat. Sumber cahaya pun harus berada di atas
kepala mereka, sehingga shadow dari hidung bisa jatuh ke pundak objek. Jika Anda tidak
memiliki lampu, teknik ini bisa diapalikasikan dengan window lighting. Jadi kita memotret
objek lewat cahaya yang tembus dari jendela, seperti gambar di bawah ini.
4. Butterfly Lighting
Nama butterfly lighting sendiri diambil dari shadow yang muncul seperti kupu-kupu
di bawah hidung objek. Sumber utama dari pencahayaan (main light) biasanya diletakan tepat
di depan objek, dengan sudut agak menunduk ke bawah. Dengan teknik ini, maka fotografer
biasanya memotret di bawah lampu. Dengan seperti ini, sang fotografer harus berhati-hati
agar cahaya dari lampu tidak terkena belakang punggung fotografer.
Teknik ini sangat populer di kalangan fotografer majalah fashion. Apalagi untuk foto
pin up majalah, biasanya fotografer menggunakan teknik ini, Karena hasil yang didapat akan
membuat wajah model menjadi terlihat bulat daripada aslinya. Selain itu, dengan teknik
butterfly lighting, bagian leher dari model tidak akan terkena cahaya. Ini akan memberikan
kesan dimensi yang kuat pada wajah objek.
Salah satu tips sederhana ketika memotret ini adalah taruh reflektor di bawah dagu
model. Lebih reflektor Anda maka hasil yang didapatkan akan semakin baik. Bahkan
beberapa fotografer menyuruh modelnya sendiri untuk memegang reflektor. Fungsi reflektor
di bawah adalah untuk memantulkan cahaya dari lampu ke daerah dagu Anda. Ini akan
membuat hasilnya lebih lembut dan mengurangi cahaya yang sangat kuat di daerah dagu
model Anda.
5. Short Lighting
Ini merupakan teknik pencahayaan tambahan. Biasanya digunakan unt menambah
dimensi yang ada pada foto Anda. Short lighting memiliki keungulan untuk membuat wajah
terlihat berdimensi dan lebih kurus daripada aslinya. Selain itu, teknik ini memilik efek
dramatis pada objek, dikarenakan cahaya yang mengenai wajah akan menimbulkan kontras
yang cukup tinggi. Penggunaan short lighting juga biasanya dikombinasikan dengan teknik
lain. Karena ada dasarnya, short lighting adalah sebuah bentuk fill in pada potrait.
Namun beberapa fotografer potrait mencoba untuk menggunakan teknik ini secara
terpisah. Hasilnya, Anda akan mendapatkan sebuah foto yang cukup dramatis, karena sumber
cahaya yang diberikan oleh short lighting relatif lebih kecil daripada pencahayaan teknik lain.
Bagi para street fotografer, ini adalah efek yang sangat diminati.
Berbeda dengan teknik pencahayayaan yang lain, yang memegang kunci di sini adalah
angle kamera. Angle kamera yang Anda gunakan tidak bisa sejajar dengan objek, dengan
menggunakan teknik ini, objek akan terlihat sedikit menoleh kepada kamera. Dengan begitu,
maka bagian wajah yang terkena cahaya akan sedikit, seperti sebuah efek cahaya datang dari
samping belakang.
6. Broad Lighting
Teknik pencahayaan ini adalah kebalikan dari short lighting. Dengan menggunakan
teknik seperti ini, maka cahaya yang datang pada wajah akan semakin lebar. Jika dalam short
lighting cahaya yang mengenai wajah lebih sedikit, maka dalam borad lighting cahaya yang
mengenai wajah cukup luas.
Ini akan menimbulkan sedikit shadow pada wajah Anda, dan sisanya adalah bagian
yang terkena terangnya cahaya. Efek yang ditimbulkan pun hampir sama dengan short
lightting, ia akan membuat objek terlihat lebih kurus. Namun berbeda dengan short lighting,
teknik ini kurang memiliki pencahayaan yang dramatis karena Anda akan menemukan
banyak bagian yang lebih terang dalam wajah objek. Broad lighting cocok untuk dipakai
dalam memotret fashion. Selain itu, biasanya broad lighting ini dikombinasikan dengan high
key untuk mendapatkan hasil yang sangat baik.
Fakta Tentang Ppencahayaan
1. Fakta Tentang Lebar dan sSempitnya Sumber Cahaya
Semakin besar sumber cahaya, maka semakin lembut cahaya yang didapatkan.
Sebaliknya semakin kecil sumber cahaya berasal, maka semakin keras juga cahaya tersebut
mendarat di objek. Cahaya yang lebar akan menghasilkan foto yang mempunyai kontras
kurang dan juga menimbulkan sedikit bayangan. Selain itu, sumber cahaya yang besar juga
akan mengurangi tekstur pada objek.
Sedangkan sumber cahaya yang kecil adalah sebaliknya. Ia akan memberikan kontras
tinggi dan juga memberikan bayangan pada objek. Ini dikarenakan dengan sumber cahaya
yang kecil, cahaya hanya akan menembak dari satu sisi saja. Dan ini akan membuat objek
kita akan lebih mudah berbayang daripada sumber cahaya yang besar.
Beberapa hot light, mempunyai sumber cahaya yang sangat kecil. Ini juga kenapa kita
memotret objek yang diterangi oleh senter, maka bayangannya akan sangat terasa. Ini akan
berbeda dibandingkan ketika kita memotret menggunakan lampu khusus fotografi atau
bahkan dengan cahaya matahari.
Tips : Agar foto Anda menjadi lembut ketika memotret dalam ruangan, maka
posisikan objek yang ingin Anda foto di dekat jendela yang besar. Maka dengan ini cahaya
yang masuk jendela akan sangat lebar dan ini tidak mengharuskan Anda menggunakan
softbox untuk mendapatkan cahaya yang sangat lembut.
2. Semakin Jauh Sumber Cahaya, Maka Cahaya yang Didapat akan Semakin
Lembut
Ini terjadi karena semakin jauh sumber cahaya tersebut diletakan, maka akan semakin
lebar pula cahaya yang mengenai objek. Sebagai contoh mari kita lihat matahari. Jika
dibandingkan dengan bumi, matahari memiliki diameter lebih besar 109 kali. Namun cahaya
yang masuk ke bumi menjadi lembut. Bayangkan jika matahri dekat, pasti cahaya yang
datang ke bumi pun menjadi lebih keras dan sangat terang.
Coba perhatikan kedua gambar di atas. Kedua gambar di atas terlihat seurpa namun
tak sama. Gambar sebelah kiri menggunakan sumber cahaya yang cukup dekat, sedangkan
gambar sebelah kanan menggunakan cahaya yang cukup jauh. Terlihat gambar sebelah kiri
mempunyai cahaya yang lebih keras, sedangkan gambar di kanan mempunyai cahaya yang
cukup lembut
Tips : Ketika memotret orang di dalam ruangan, Pindahkan lampu lebih dekat dengan
objek, sehingga Objek yang Anda foto akan diberikan pencahayaan yang lebih baik dan
mempunyai dimensi yang sangat baik.
3. Dengan Melakukan Difussion, Anda akan Menyebarkan Cahaya Lebih Baik
Ini adalah salah satu trik untuk membuat cahaya terlihat lebih lembut ketika mengenai
objek. Jika Anda memiliki sumber cahaya yang keras, ada baiknya melakukan difussion.
Contoh sederhana adalah ketika awan menghalangi matahari, maka awan akan berfungsi
sebagai difusser cahaya matahari. Ini akan menimbulkan cahaya yang lebih lembut kepada
objek yang di bawahnya, ini adalah softbox natural.
Tips : jika Anda tidak memiliki softbox atau reflektor, ada beberapa objek yang bisa
dijadikan alat untuk difusse cahaya. Bahan seperti plastik bening atau kain putih dapat
digunakan sebagai difusser dadakan, ini akan meredakan sumber cahaya yang keras. Caranya
mudah, tempatkan di depan cahaya artifisial Anda. Atau jika Anda berada di bawah sinar
matahari, maka bisa gunakan tenda yang berwarna putih untuk melunakan cahaya.
4. Directional Light akan Mengurangi Tekstur
Jika Anda memotret dengan sumber cahaya frontal, itu akan mengurangi tekstur yang
ada pada objek. Sedangkan untuk menegaskannya, lighting dari atas, bawah atau bahkan
samping akan lebih baik. Itu lah alasan mengapa para fotografer banyak menggunakan lampu
dari kiri dan kanan jika ingin menampilkan tekstur objek.
Contoh sederhana, adalah ketika Anda memotret memakai pop up flash. Cobalah
memotret wajah dengan pop up, maka tekstur yang dimiliki oleh objek Anda akan
menghilang. Semakin besar cahayanya juga terksturnya akan semakin hilang, karena dengan
cahaya frontal maka kita akan sulit untuk mendapatkan dimensi.
Maka dari itu, jika Anda ingin memunculkan tekstur pada objek hindarilah menggunakan
pencahayaan yang cukup frontal. Ada baiknya Anda mencari angle yang tepat terlebih
dahulu, setelah itu letakan sumber cahaya tambahan di samping. Dan jangan sampai cahaya
samping tersebut jauh lebih keras daripada cahaya frontal. Karena ini tidak akan
menampilkan tekstur secara sempurna juga.
5. Bayangan akan Memberikan Volume
Tidak semua foto yang berbayang itu jelek, bahkan sebenarnya dengan memberikan
bayangan pada objek, Anda bisa memberikan kedalaman dan juga menyiratkan bagaimana
sebenarnya bentuk tiga dimensi dari objek tersebut. Lagi-lagi, untuk masalah bayangan.
Lebih baik Anda memberikan lighting dari samping, atas dan bawah objek.
Karena dengan lighting seperti ini, objek Anda akan terasa lebih dalam dan juga
bervolume daripada ketika menggunakan lighting yang ditembakkan dari depan. Sekali lagi,
fotografi adalah sebuah karya yang mengharuskan kita berpikir tiga dimensi. Meskipun
hasilnya tidak bisa menjadi 3 dimensi, namun setidaknya kita harus bisa memikirkan
kedalaman ruang dan juga bagaimana memberikan volume dari objek tersebut
Tips: Untuk mendapatkan efek bayangan yang baik. Coba untuk memposisikan
cahaya agak tinggi daripada objek di atas dan juga sedikit di samping subjek. Lalu sedikit
tundukan lampu tersebut hingga arah cahanya mengenai subjek Anda. Tapi harus berhatihati. Karena jika Anda menundukan lampu terlalu banyak, maka bayangan dari hidung akan
mengenai bagian bibir bawah, ini akan membuat gambar terlihat rancu.
6. Cahaya Juga Memiliki Warna
Di bab sebelumnya, kita membahas tentang color temperature. Nah itulah alasan
kenapa cahaya sebenarnya memiliki warna. Untuk contoh sederhananya, mari lihat perbedaan
warna yang terjadi dari sore hari dengan siang hari. Warna yang ditimbulkan oleh matahari
pagi dan sore hari cenderung memiliki warna yang hangat. Sedangankan pada saat siang hari,
cahaya yang ditimbulkan akan cenderung kebiru-biruan.
Istilah dalam Lighting
Lighting sendiri memiliki beberapa istilah untuk memudahkan para fotografer atau
assistant dalam melakukan setting pada gambar. Beberapa istilah tersebut mungkin sering
kita dengar, namun untuk lebih jelasnya saya akan mencoba memberikan beberapa penjelasan
sederhana tentang istilah tersebut semoga bermanfaat.
Soft light sebuah cahaya dari sumber yang besar. Ini menimbulkan cahaya yang halus
pada objek. Selain itu, dengan menggunakan teknik pencahayaan seperti ini, maka bayangan
yang ada pada objek akan semakin menipis. Soft light yang paling baik adalah ketika kita
memotret dengan pencahayaan matahari pagi.
Ambient light ini adalah cahaya yang muncul begitu saja pada lokasi pemotretan.
Sifatnya bukan cahaya utama, melainkan cahaya pendukung. Contoh sederhanaya adalah
ketika Anda memotret di ruang tengah yang memiliki jendela. Jendela tersebut dimasuki oleh
sinar matahari yang memberikan pencahayaan pada barang-barang Anda. Cahaya inilah yang
disebut ambient light.
Practicals ini adalah properti yang dapat mengeluarkan cahaya. Sifatnya bukan
lampu khusus untuk fotografi, seperti lampu meja, lampu lantai dan sebagainya. Ketika Anda
memotret dengan aksen seperti ini, ada baiknya lampu tersbeut memiliki dimmer yang
memungkinkan kita untuk mengatur cahaya. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi overlaping
antara satu cahaya dan yang lainnya
High key lighting yang sangat terang dan membuat sedikit bayangan karena
menggunakan banyak fill lights. High key saat ini sedang populer di era high definition.
Karena dengan menggunakan teknik ini, objek akan terlihat sangat terang dan sangat
sophisticated. Biasanya teknik pencahayaan ini dilakukan dalam pemotretan fashion, atau
produk untuk kecantikan.
Low Key, ini adalah kebalikan dari high key. Dengan teknik pencahyaan seperti ini,
kita hanya sedikti menggunakan fill in, atau bahkan sama sekali tidak menggunakannya. Jadi
cbjek akan terlihat sedikti gelap dan shadowy.
Bounce Light Sebuah teknik untuk menciptakan cahaya yang lebih halus dengan
memantulkan cahaya pada objek yang neutral. Seperti tembok, plastik, dan lain-lain.
Motivated lighting sebuah teknik pencahayaan yang mereplika kondisi cahaya yang
dikeluarkan oleh sumber cahaya di area tertentu. Contohnya sperti gambar yang ada di bawah
ini
http://media.tumblr.com/tumblr_m41yspwKcw1qivkxn.png
Dalam gambar tersebut terlihat bagaimana cahaya yang keluar dari jendela
divisualisasikan juga dengan baik. Kita bisa melihat dengan jelas bagaimana cahaya tersebut
masuk dan menerangi tembok yang ada. Namun cahaya tersebut jelas adalah cahaya buatan
yang memang dibuat sedemikian rupa agar menyerupai cahaya yang asli. Biasanya istilah ini
memang banyak digunakan dalam film, namun dasar dari itu semua dalah ilmu fotografis.
Key light sumber pencahayaann utama yang mendominasi dalam foto Anda. Biasanya
juga disebut sebagai main light.
Fill light, ia adalah pencahayaan tambahan yang diberikan untuk bagian dari objek
Anda yang tidak terkena key light. Fill light sifatnya tidak wajib, karena ini tergantung dari
equipment dan juga konsep fotografis Anda nantinya.
Backlight cahaya yang mengenai objek dari belakang. Jika cahayanya cukup kuat
akan menimbulkan silhouette pada objek. Ini diakrenakan cahaya yang didapat dari belakang
bisa jadi lebih terang dari cahaya yang didapat oleh objek dari depan. Namun dengan teknik
yang benar, backlight bisa menjadi pencahayaan tambahan pada rambut dan juga bahu dari
objek.
Sidelight, adalah cahaya yang datang dari sisi objek. Ini bisa memberikan kesan
dramtais dan juga dimensi lebih pada objek yang akan Anda foto.
Topper, ini adalah cahaya yang datang dari bawah objek Anda.
Hard light, cahaya yang didapatkan dari sumber cahaya yang kecil, bisa jadi matahari
atau lampu yang mempunyai sumber penerangan direct dan sempit. Efeknya pencahayaan
yang didapat akan lebih kasar.
Available light, cahaya yang otomatis tersedia pada saat Anda memotret. Atau biasa
disebut dengan pencahayaan secara alami
Lighting dalam Photoshop
Software photoshop tidak hanya bisa digunakan untuk mengkoreksi warna. Namun ia
juga bisa digunakan untuk bermain dan juga mengkoreksi cahaya. Sebenarnya untuk
mengkoreksi cahaya yang lebih variatif lagi kita bisa menggunakan sebuah software yang
disebut dengan Adobe Photoshop Lightroom. Software ini merupakan software bagi advance
untuk mengedit.
Di dalamnya ada banyak sekali preset yang memungkinkan kita untuk menghasilkan
cahaya yang unik dengan hanya sekali klik. Selain itu, kita bisa mengedit warna dan cahaya
dengan sangat mudah. Ini bisa Anda coba sendiri dengan menginstal program ini di
komputer. Namun untuk saat ini, saya akan memberikan sedikit penjelasan tentang
bagaimana memainkan lighting di Adobe Photoshop.
1. Mengoreksi Cahaya Sederhana Lewat Adobe Photoshop
Saat ini, hampir semua fotografer tidak pernah mempublish langsung fotonya. Ia
selalu masuk dulu ke dalam software editing, baik itu hanya untuk dikoreksi atau
memberikan efek. Kali ini saya akna memberikan tips sederhana untuk mengedit pencahyaan
yanga ada pada foto Anda, jika dirasa terlalu terang atau terlalu gelap. Namun kembali lagi,
Photohsop hanya bisa mengkoreksi, ia tidak bisa menyulap sebuah foto yang benar-benar
gelap jadi mempunyai gambar. Karena itu hal pertama adalah memastikan bahwa foto Anda
tidak terlalu parah dalam segi eksposure.
Seperti yang terlihat pada foto di atas, foto tersebut terlihat sedikit gelap. Ini
disebabkan settingan exposure yang tidak tepat. Di sini saya akan mencoba untuk
memperbaiki hal ini lewat Photoshop. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuka
gambar ini di Photoshop, kemudian masuk ke Image  Adjustment  Levels.
Selanjutnya akan keluar Dialog Box. Dialog Box inilah yang memungkinkan Anda
untuk memanipulasi semua hal yang berhubungan dengan cahaya dari objek tersebut. Dalam
Dialog Box tersebut ada tiga hal yang harus kita ketahui yaitu shadow, highlight, dan
midetones. Ketiga hal ini adalah bagian yang berbeda. Shadow adalah bagian yang gelap
dalam foto tersebut. Sedangkan Midtones adalah bagian yang dirasa mempunyai exposure
“normal” sedangkan highlights adalah bagian yang paling terang dari foto tersebut. Seperti
yang terlihat dalam gambar di bawah, di sini Anda bisa menarik 3 slider yang ada. Untuk
membuat gambar lebih terang, Anda harus menarik slider yang berwarna putih ke arah kiri.
Dan sebaliknya, jika Anda ingin membuat gambar menjadi lebih gelap, maka tarik slider
yang berwarna hitam ke arah kanan. Untuk membuat gambar ini normal, saya akan mencoba
memasukkan angka seperti ini pada dialog box level.
Seperti yang Anda lihat, di sini saya memasukkan angka 255 untuk highlights dan 198
untuk midetonesnya. Ini berarti, yang saya ubah hanya bagian highlights dan midtonesnya
saja. Karena bagian shadownya sudah sangat mendominasi seluruh bagian yang ada di dalam
foto ini. Untuk lebih menaikkan kontras dan juga warna, Anda bisa menaikkan sendiri di
curves. Namun, jika tujuannya hanya untuk membenarkan pencahayaan saja, hal seperti ini
sudah cukup.
Before
After
2. Memberikan Efek Cahaya Lewat Photoshop
Selain bisa mengubah cahaya, Photoshop juga bisa memberikan efek cahaya pada
fotonya. Efek cahaya yang dimiliki oleh Photoshop sendiri ada berbagai macam. Di sini saya
akan memberikan beberapa cara untuk memberikan efek cahaya pada foto Anda.
-
Memberikan Lens Flare Pada Foto
Teknik ini merupakan salah satu teknik untuk memberikan efek cahaya tambahan
pada foto. Lens flare sendiri ada di fitur Render. Dengan fitur ini, kita bisa memberikan
berbagai macam efek cahaya pada foto kita nantinya. Pertama-tama mari buka dulu foto apa
yang ingin Anda edit. Agar lebih baik, saya sarankan foto Anda memiliki sedikit “ruang
kosong” yang dapat diberi efek, seperti dalam foto di bawah ini
Dalam foto di atas, kita bisa melihat ada sedikit ruang kosong di sisi kanan atas foto.
Ruang kosong ini berupa langit cerah. Dengan efek ini, saya akan mencoba untuk
memberikan cahaya tambahan berupa flare di uung kanan. Jadi sperti ada cahaya matahari
yang merangsek masuk. Selanjutnya mari masuk ke Filter -> Render  Lens Flare. Kenapa
saya menaruh cahya matahari tersebut di ujung kanan, karena sumber cahya matahari datang
dari ujung kanan foto ini.
Selanjutnya akan muncul berbagai macam pilihan untuk cahaya. Seperti 50-300mm
prime, 35 mm prime, 105 prime. Untuk foto ini, saya akan mencoba memberikan efek 105
mm prime. Karena dengan efek ini cahaya yang dikeluarkan akan mendekati aslinya. Jadi
tidak akan terlalu terlihat seperti buatan. Namun Anda jangan terpaku pada pilihan saya,
karena setiap foto memiliki warna yang berbeda, maka ada baiknya Anda mencoba untuk
memilihnya sesuai dengan karakteristik dari foto Anda. Anda juga bisa meletakkan sumber
cahaya yang ada di foto ini dimanapun di dekat frame anda. Untuk foto ini saya akan
menaikan brightnessnya hingga 163%. Ini akan memberikan pencahyaan yang cukup baik di
sisi ujung dari langit.
Sekarang Anda sudah memiliki cahaya tambahan yang dapat mempercantik foto
Anda. Tips ketika menggunakan efek ini adalah jangan memberikan cahaya terlalu banyak
karena dapat merusak tekstur foto Anda. Usahakan juga untuk memberikan cahaya di ruang
kosong yang cukup besar, jadi Anda leluasa untuk mengatur intensitas dari cahaya yang
diberikan oleh efek ini.
Before
After
Bab V
Indoor Photography
Sebenarnya, indoor photography bukanlah merupakan genre dari photography. Ia
hanyalah sesi pemotretan yang dilakukan di dalam ruangan. Jadi indoor photography itu bisa
apapun. Bisa jurnalisme, bisa produk, bisa arsitekutr, dan lain sebagainya. Namun pasti ada
perbedaan ketika kita memotret produk di dalam ruangan dan di luar ruangan. Bagi Anda
yang senang dengan available light, kemungkinan indoor photography akan menjadi suatu
hal yang cukup menantang. Karena di sini kita akan banyak mengandalkan cahaya buatan.
Tidak banyak ruangan yang memiliki cahaya memadai maka dari itu, kali ini saya
akan mencoba memberikan contoh indoor photography, bagaimana cara menempatkan objek
dan juga bermain dengan cahaya yang ada di dalam ruangan.
1. Menggunakan Teknik Bouncing Light
Ini adalah tenik yang paling sederhana dalam memotret indoor. Kelebihannya, dengan
menggunakan teknik ini, kita bisa memotret dengan mobilitas yang tinggi. Dengan teknik ini,
Anda juga bisa memberikan cahaya yang soft pada objek. Dibahas pada bab sebelumnya,
bahwa pada saat memotret dengan cahaya flash, akan ada dua tipe jenis cahaya yang
dihasilkan. Yang pertama adalah hard light, yang kedua adalah soft light. Dengan bouncing
lighting ini, kita akan mendapatkan cahaya yang sangat lembut.
Teknik ini sangat baik jika digunakan dalam memotret event yang ada di dalam
ruangan. Jika ruangan itu memiliki langit-langit yang tidak terlalu tinggi, maka saya sarankan
Anda menggunakan teknik ini, jika Anda ingin memotret dengan teknik ini, ada satu
peralatan yang diperlukan, yaitu external flash. Pastikan baterai flash external Anda terisi
dengan baik sebelum memotret.
Bagaimana perbandingan foto yang diambil dengan menggunakan teknik bouncing
dan tidak, mari kita lihat perbandingan dari kedua foto ini.
F stop 4,5 shutter speed 90, metering spot
Foto ini diambil dengan menggunakan teknik direct flash. Jadi flash external yang
kita miliki ditembakan langsung kepada objek. Bisa terlihat di sini bagaimana tekstur dan
juga bagian dalam frame yang berwarna putih habis terkena flash. Ini sangat mengganggu
pada mata yang kita miliki.
Karena diambil dari jarak yang cukup dekat, maka cahaya yang dikeluarkan dari flash
sangat keras mengenai objek. Untuk mengedit foto ini pun akan sangat sulit, karena selain
teksturnya habis, foto ini sangat over eksposure. Sekarang bandingkan dengan foto yang
diambil menggunakan teknik bouncing.
F stop 4,5 shutter speed 90, metering spot
Dengan menggunakan teknik bouncing, terlihat foto yang diambil menjadi lebih soft.
Cahaya yang datang pada objek pun tidak terlalu keras. Karena cahaya yang datang pada
objek tidak datang langsung. Ia memantul dulu pada langit-langit gedung. Hanya dikarenakan
teknik memantula cahaya. Meskpun kedua foto dilakukan dengan settingan yang sama,
namun hasilnya jauh berbeda. Untuk lebih jelasnya lagi, mari lihat keterangan foto di bawah
ini.
Dari gambar di atas bisa dilihat, bagaimana cahaya yang keluar dari flash kamera
menantul ke langit-langit dan jadi menyebar. Ia menjadi lebih lebar, dan dapat menerangi
banyak bagian pada objek. Yang harus diperhatikan ketika memotret dengan teknik ini adalah
bagaimana kita membentuk sudut pada flash. Karena kemiringan flash external akan sangat
mempengaruhi jatuhnya cahaya pada objek.
2. Still Life Photography Part 1
Kali ini saya akan mencoba memberikan sebuah contoh tentang memotret still life
yang sederhana. Still life sendiri adalah sebuah genre photography yang memotret sebuah
benda mati, dan membuatnya tampak hidup. Dalam genre ini, biasanya semua dari hal
pencahayann hingga aksen yang ada dalam sebuh frame “dibuat” oleh fotografer.
Dalam foto ini saya hanya menggunakan satu lampu. Lampu yang saya gunakan
adalah lampu yang memiliki karakter cahaya hot light. Hot light sendiri adalah sebuah lampu
yang sifatnya continous, tidak seperti flash yang hanya memancarkan cahaya hanya sekali.
Lampu yang sifatnya hot light memberikan cahaya terus menrus seperti bohlam. Keuntungan
memotret dengan seperti ini, adalah kita bisa melihat preview dengan benar.
Karena dilakukan dengan pencahayaan yang sangat sederhana, saya mencoba untuk
memberikan lagi aksen dalam foto ini. Aksen pertama adalah air. Air dimaksudkan agar daun
yang difoto terlihat segar. Selain itu, ia juga bisa memantulkan cahaya sehingga membuat
foto menjadi lebih hidup lagi. Yang kedua, background yang saya gunakan adalah kain putih,
dengan warna putih objek kita akan menjadi lebih menonjol.
F stop- 3.2, shutter speed 40, ISO 400
Dengan menggunakan shuter speed yang kecil, saya mencoba memberikan kedalaman
dalam foto. Terlihat bagaimana bagian depan dan belakang foto blur. Ini dikarenakan efek
dari pemakaian bukaan diafragma yang kecil. Foto ini hanya fokus pada bagian tengah
(gelas) yang menjadi point of interest. Selain itu, kita bisa melihat bagaimana refleksi cahaya
di pinggiran gelas membuat air menjadi lebih berdimensi.
Refleksi cahaya ini diakibatkan oleh lampu yang ditaruh di atasnya. Dengan intensitas
cahaya yang tidak terlalu keras dan juga jarak yang tepat, maka refleksi lampu yang datang
pada air jadi tidak terlalu keras. Memang butuh sedikit editing lagi utuk membuatnya rapih.
Idealnya, refleksi cahaya tersebut hanya ada di pinggiran gelas saja. Namun untuk
foto still life sederhana dengan hanya menggunakan satu buah lampu, hasil seperti ini sudah
cukup karena tidak terlalu mengganggu objek utama yang akan kita foto. Untuk lebih
jelasnya lagi, tentang bagiamana menempatkan kamera, objek, dan juga menempatkan lampu
yang ada, mari lihat sketsa di bawah ini .
Dari sketsa di atas, bisa terlihat bagaimna sebenarnya letak lampu berada di atas
kamera. Bahkan ia cenderung lebih top lagi. Inilah alasan kenapa cahaya yang jatuh ke objek
lebih rata daripada jika menyamping. Karena Lampu LED memiliki dimmer, yaitu tombol
yang bisa mengatur intensitas cahaya, maka ini sangat mengenakan bagi fotografer dalam
membuat cahaya buatan yang akan mengenai objek.
Sebenarnya foto still life tidak harus melulu menggunakan hot light. Biasanya hot light
hanya dijadikan aksen untuk menambah cahaya dan membuat foto menjadi lebih artistik.
Pencahayaan utama biasanya menggunakan strobe atau flash light. Namun ada beberapa
keuntungan jika kita menggunakan hot light. Beberapa keuntungan itu antara lain:
-
Dengan menggunakan hot light, kita bisa memperkirakan arah jatuhnya cahaya
dengan lebih jelas. Dengan ini, kita bisa memutar dan memindahkan lampu dengan
mudah untuk mencapai titik yang diinginkan.
-
Dengan menggunakan hot light, kita bisa melihat preview secara “real”. Atau bisa
dibilang apa yang kita lihat di preview (jika kamera kita memiliki fitur LCD preview)
tidak akan jauh dengan foto kita nantinya.
-
Hot light juga sangat mudah digunakan, tidak ada settingan yang membingungkan
seperti flash, kita tidak membutuhkan lightmeter tambahan untuk memastikan
pencahyaan kita tepat.
Namun bukan berarti ketika kita memotret dengan hot light semuanya menjadi Aman.
Dengan menggunakan hot light, intensitas cahaya yang keras dapat membuat benda menjadi
meleleh. Ini tidak akan cocok jika kita memotret benda yang mudah meleleh seperti es krim.
Atau bahkan jika kita memotret model, model akan cepat berkeringat. Lampu dengan
karakter seperti ini memang bukan di design untuk fotografi, lampu seperti ini banyak
digunakan oleh para film maker.
3. Memotret Produk
Selanjutnya saya akan memberikan contoh sebuah foto produk. Foto yang saya ambil
ini adalah sebuah es krim. Tentunya ketika kita memotret makanan, memang diperlukan
beberapa hal. Yang pertama adalah kecepatan. Apalagi makanan yang bisa meleleh seperti es
krim, karena jika es krim yang kita foto meleleh, maka ia tidak akan menarik lagi untuk
dilihat. Berbeda dengan benda mati lain yang bisa tahan lama.
Selain itu, ketika kita memotret produk, kita harus fokus pada kekuatannya. Karena
itu diperlukan divisi khusus yang bisa mengatur agar bentuk dari makanan itu enak dilihat.
Karena dalam produk, yang terpenting adalah bagaiamana kita membuat orang yang
melihatnya tertarik untuk membeli produk tersebut.
F number 13, shuter speed 100, ISO 100
Foto di atas diambil di atas table top. Sebuah alat yang bentuknya seperti meja, ini
biasa digunakan untuk memotret produk. Karena dengan alat ini, cahaya yang datang dari
flash tidak akan terlalu keras jika mengenai table top. Dan ia juga tidak terbuat dari material
yang dapat memantulkan cahaya. Dengan begitu, foto kita akan aman dari refleksi, dan juga
cahaya yang datang akan cenderung menyebar ketika mengenai table top. Table top
bentuknya seperti meja berwarna putih, Anda dapat menemukanya di toko-toko peralatan
fotografi, namun sebenarnya Anda bisa mengakalinyan dengan menggunakan akrilik, asalkan
bentuk yang dimiliki benar. Dia memiliki sisi melengkung di bagian belakang, untuk lebih
jelasnya lihat gambar di bawah.
Dengan menggunakan meja ini, kita bisa memotret produk dengan lebih baik. Anda
bisa membuatnya sendiri dengan menggunakan media akriliki atau fiber di rumah. Untuk
objek yang kecil, Anda bisa menggunakan fiber. Namun untuk objek yang aga besar, saya
sarankan menggunakan akrilik yang tidak terlalu tebal.
Kembali ke teknik pencahayaan. Foto di atas, memakai tiga lampu yang berfungsi
untuk menerangi bagian bawah (memunculkan tekstur di bawah dan juga gradasi pada
background) lalu feel in light dan main light di kiri dan kanan. Settingan lampu untuk foto di
atas akan saya ilustrasikan pada sketsa di bawah ini
Seperti yang terlihat pada sketsa di atas, lampu ditaruh di 3 titik. Lampu 1 menjadi
lampu utama, karena intensitas cahayanya yang paling besar. Sedangkan lampu 2 menjadi
feel in light dikarenakan intensitas cahayanya yang lebih kecil. Dalam foto ini, saya
menyeting kedua lampu tersebut tidak terlalu jauh intensitas cahayanya. Ini disebabkan saya
tidak ingin memperlihatkan gap shadow yang terlalu besar antara bagian kanan dan kiri.
Dalam foto produk seperti ini, posisi lampu juga sangat menentukan. Karena jika
jatuhnya cahaya salah, maka hasilnya akan berbeda. Untuk foto seperti ini, pencahyaan yang
paling aman adalah pencahayaan dari atas. Karena ia memberikan hasil yang cukup merata.
Karena itu usahakan main light selalu berada di atas objek Anda. Itupun saya lakukan dalam
foto ini. Lmapu yang ada di bawah diarahkan ke atas, ia berfungsi sebagai pelengkap dan
juga akan meberikan tekstur yang cukup baik pada bagian bawah objek.
Semua lampu yang saya pakai dalam ini sifatnya cold light. Ia hanya akan menyala
jika kita memencet shutter kamera kita yang terpasang dari triger, sebenarnya untuk lampu
bawah bisa kita ganti dengan hot light, namun karena saya memotret produk es krim maka
saya memutuskan untuk memakai cold light.
Minimnya shadow yang ada di dalam foto ini juga disebabkan oleh penempatan
lampu yang lebih tinggi dari objek (toplight). Namun yang perlu diperhatikan ketika
memotret ini adalah efek embun yang ada pada gelas. Dalam foto ini kita bisa melihat di
bagian atas gelas terdapat seperti embun yang menghalangi sedikit pemandangan kita untuk
melihat bagian dalam gelas ini. Ini disebabkan efek es yang mengeluarkan embun. Ada
baiknya sebelum memotret Anda mengelap bagian ini terlebih dahulu, karena itu akan
memperkuat foto Anda.
Kelebihan dari pencahayaan 3 titik ini juga kita mendapatkan dimensi yang cukup
kuat pada foto. Ini dikarenakan banyak cahaya yang mengenai sisi objek. Ini membuat objek
terlihat lebih 3 dimensi. Walaupun memang agak sulit untuk melakukan setting dengan
lampu seperti ini. Ada tips sederhana jika Anda memotret lebih dari satu lampu, pertamatama kunci main lightnya terlebih dahulu. Setelah itu Anda bisa menentukan berapa intensitas
dari feel in yang akan kita berikan nantinya.
4. Indoor Potrait
Selanjutnya saya akan mencoba
untuk memperlihatkan, bagaimana pencahayan
sederhana bisa memberikan perbedaan yang cukup signifikan pada sebuah objek. Jika
biasanya sebuah potrait menggunakan cahaya dari depan, saat ini saya akan mencoba untuk
memotret dengan menggunakan cahaya dari arah yang berbeda.
Shuttter speed 50, F number 4,5, ISO 1600
Foto di atas menggunakan cahaya dari atas objek. Dalam foto ini, saya sama sekali
tidak menggunakan cahaya dari depan. Lampu yang saya gunakan pun adalah lampu spot.
Karakter cahaya yang dihasilkan lampu spot akan sangat berbeda dengan lampu lainnya.
Karena dengan lampu spot, maka cahaya akan lebih terfokus dan tidak menyebar seperti
menggunakan lampu yang lain.
Lampu spot yang digunakan dalam foto ini adalah hot light. Karena hasil terbaik
untuk mendapatkan karakter cahaya seperti di atas hanya bisa dilakukan oleh lampu spot
yang berkarakter hot light. Lampu spot juga ditaruh agak tinggi dari objek, karena cahaya
yang dikeluarkan tidak terlalu lebar, maka lampu itu harus ditaruh tinggi untuk bisa
menerangi objek. Lampu ini biasa digunakan dalam pertunjukkan teater.
Seperti yang dilihat pada gambar di atas, lampu ditaruh tepat di atas objek. Untuk
menghasilkan cahaya yang menerangi wajah objek, sang model sengaja menengadah ke atas,
ini akan menerangi seluruh wajahnya. Namun dikarenakan tangan objek yang diangkat ke
atas, maka sebagian cahaya dari lampu terhalang oleh tangannya, dan menjadi bayangan di
lehernya dan juga di pipinya.
Karakter yang dihasilkan oleh cahaya seperti membuat foto menjadi lebih dramatis.
Ditambah gerakan dan mimik objek yang berkarakter, membuat foto ini menjadi kuat. Ini
adalah dua elemen penting yang harus diperhatikan ketika kita memotret potrait. Contoh
sederhan ini bisa anda kembangkan lagi, selalu mencoba untuk berpikir di luar kebiasaan
akan menjadikan foto Anda lebih daripada yang lain nantinya.
5. Memotret Profile
Kali ini saya akan mencoba untuk memberian sedikit penjelasan tentang bagaimana
membuat studio kecil-kecilan yang dapat digunakan untuk memotret profile. Yang Anda
butuhkan hanyalah dua buah lampu strobist, satu buah flash, dan kain berwarna putih.
Dengan 3 peralatan sederhana tersebut kita bisa membuat sebuah studio sederhana di rumah.
Pertama-tama kita buat dulu backgroundnya. Cara membuat background cukup
sederhana, hanya bentangkan kain putih yang Anda miliki hingga menutupi area yang ada di
belakang objek, sehingga ketika memotret hanya terlihat kain putih saja. Usahakan kain putih
tersebut kuat dan lurus. Karena itu, ada baiknya Anda menggantungnya seperti jemuran, atau
Anda bisa menggunakan tiang sebagai penyangga.
F number 7.1/ shutte speed 40/ ISO 200
Seperti yang Anda lihat. Foto di atas diambil menggunakan background putih.
Keuntungan menggunakan background putih, adalah ia akan sangat dengan mudah untuk
dihilangkan dan diganti warnanya. Karena dalam foto ini, objek tidak ada yang mempunyai
warna putih. Berbeda jika objek Anda memakai baju warna putih, mungkin Anda harus
mengganti background dengan warna merah atau biru. Agar foto Anda lebih mudah untuk
diganti backgroundnya.
Dalam foto ini, saya menggunakan 3 sumber pencahayaan. Pertama adalah flash yang
dibouncing. Flash yang dibouncing ini berfungsi untuk mendapatkan pencahayaan yang rata
pada kedua objek. Atau bisa dibilang flash merupakan cahaya utama yang saya gunakan
dalam memortet.
Selanjutnya, kedua lampu digunakan sebagai pencahayaan tambahan untuk
menciptakan dimensi di kedua prajurit. Bisa dilihat bagaimana pada sisi kiri dan kanan wajah
kedua prajurit terdapat hard light yang cukup terang. Ini memang difungsikan untuk
membuat aksen wajah lebih terlihat. Selain itu dengan hard light akan menimbulkan persepsi
bahwa orang tersbeut memiliki karakter yang tegas.
Seperti yang terlihat pada sketsa di atas, lampu nomor 1 saya biarkan memiliki
pencahayaan yang lebih tinggi daripada lampu nomor 2, karena ini akan menimbulkan
sebuah pencahyaaan yang cukup kuat dalam foto ini. Selain itu, dengan seperti ini akan
memberikan dimensi dalam foto ini. Bagaimana kekuatan lampu nomor 1 yang lebih kuat,
dalam foto ini bisa terlihat dari bagian bahu model laki-laki. Bahunya tertimpa cahaya yang
sangat terang.
Coba bandingkan dengan bahhu model perempuan yang terkesan datar. Di sini cahaya
yang dikeluarkan oleh lampu 2 hanya sebagai aksen penerang saja. Selain jarak yang agak
cukup jauh, kekuatan lampu juga mempengaruhi bagaimana pencahayaan yang terjadi dalam
foto ini. Penempatan lampu pun saya taruh sedikit di atas subjek, ini agar cahaya yang datang
dari atas ke bawah, dan itu akan meminimalisir bayangan yang ada.
Tips Memotret Indoor
Berikut saya akan mencoba melampirkan beberapa hal yang mungkin berguna untuk
Anda yang akan memotret indoor. Tips ini sangat mudah diaplikasikan bahkan oleh para
pemula sekalipun.
1. Jika Anda Menggunakan Flash, Jangan Gunakan Shutter Speed yang Tinggi
Shutter speed yang tinggi, dapat menciptakan gain dalam foto Anda nantinya. Bahkan
jika shutter speed Anda di atas 200, maka cahaya yang datang dari flash Anda akan seperti
patah. Ini disebabkan oleh kamera Anda menangkap cahaya yang Anda keluarkan secara
cepat, sehingga cahaya tersebut masuk ke dalam kamera.
Jadi, salah satu cara terbaik untuk mendapatkan hasil yang maksimal adalah dengan
menggunakan shutter speed priority. Dengan ini kita mengunci shutter speed kita, dan
membiarkan kamera kita menganalisa berapa bukaan diafragma yang cocok, dengan ini kita
tidak membuat shutter speed yang kita miliki berada di atas 200. Ukuran shutter speed yang
paling aman adalah antara 60-200. Dengan ukuran shutter speed di range itu, kita tidak akan
merusak cahaya yang datang dari lampu, ataupun tidak akan mendapatkan objek yang blur
karena gerakan.
2. Jika ada Daylight dalam Ruangan Selalu Gunakan Cahaya Tersebut
Daylight memiliki kekuatan yang cukup baik untuk menerangi objek. Karena itu jika
ada Penerangan dari cahaya matahari yang bsia digunakan, Anda bisa menggunakan ini
sebagai cahaya utama. Penerangan cahaya matahari masuk ke ruangan biasanya lewat media
seperti jendela dan juga pintu.
Mengapa cahaya matahari sangat dianjurkan sebagai cahaya utama? Karena dengan
cahaya matahari yang jatuh ke objek, ia akan terlihat lebih realistis. Selain itu, cahaya
matahari juga lebih lembut daripada cahaya yang digunakan oleh lampu. Dan tentunya kita
lebih mudah dalam memperkirakan besar dan juga jatuh cahayanya. Dengan begitu kita
tinggal menjadikan lampu sebagai cahaya tambahan (feel in light)
3. Gunakan Reflektor
Reflektor sangat berfungsi dengan baik jika Anda memotret di indoor. Ia bisa
memantulkan cahaya matahari dan juga meredam cahaya lain yang tidak diingkan oleh Anda.
Harga reflektor sangat murah, bahkan lebih murah daripada harga lensa standar yang Anda
miliki. Namun ini berfungsi sangat banyak.
a. Jangan takut untuk menggunakan tripod
Memang indoor photography sangat identik dengan shutter speed yang rendah.
Karena itu jangan ragu menggunakan tripod ketika memotret. Karena ini akan
memudahkan Anda dalam menghindari shaking yang dihasilkan oleh kamera dan juga
getaran ketika memencet tombol shutter.
b. Tentukan mana main light dan feel in light
Main light dan feel in light adalah suatu hal yang sangat krusial dalam memotret
indoor, jadi ini harus ditentukan oleh fotografer. Sumber cahaya mana yang akan kita
jadikan main light, mana cahaya yang akan kita jadikan feel in light. Ini terkait dengan
bayangan dari wajah dan juga jatuhnya cahaya nanti ke objek. Banyak yang tidak
menentukan darimana main light dan juga feel in light dalam fotonya, sehingga hasil
dari foto yang diambil acak-acakan.
Seperti yang dibahas sebelumnya, main light adalah sumber cahaya utama yang
dijadikan patokan fotografer untuk memotret, feel in light adalah cahaya yang menjadi
aksen dalam setiap foto dan besarnya tidak boleh melebihi main light. Ada beberapa
contoh foto bagaimana feel in light tidak melebihi mian light, dan menjadikan foto itu
menjadi lebih artistik.
Westofthemoon.com
Dari gambar di atas terlihat gaiamana kombinasi antara main light dan feel in light
yang cukup baik. Si fotografer tidak mencoba mengalahkan main light (acahaya dari
jendela) sehingga tekstur dari teralis jendela masih bisa terlihat terpantulkan ke dalam
buah. Pencahayaan yang ia lakukan hanya memberikan sedikit aksen agar tekstur dan
bentuk dari buah-buahan makin terlihat
c. Perhatikan ISO yang Anda Pakai
Memang lebih baik memotret menggunakan ISO yang serendah mungkin. Namun jika
Anda berada dalam keadaan indoor, kemungkinan hal seperti itu sulit untuk dicapai.
Karena pencahayaan yang kurang ada kalanya kita harus mengorbankan ISO kita.
Terkadang kita memakai ISO yang tertinggi yang kita punya dalam kamera demi
menciptakan foto yang terang. Seperti misalnya menggunakan hingga 6400.
Itu memang tidak salah, namun seperti yang dibahas sebelumnya, bahwa ISO yang
tinggi akan menciptakan grain yang tinggi pula pada foto kita nantinya. Tentunya hal
ini akan mempengaruhi hasil Anda nanti, apalagi jika yang Anda ambil adalah beauty
shoot, seperti produk dan juga model. Grain bukanlah hal yang bisa ditolerir.
Agak tricky memang, namun ada kalanya Anda harus memperbesar lampu yang ada
daripada memperbesar ISO. Perbesar gain flash Anda, atau bisa dengan menggunakan
relfektor untuk memantulkan cahaya di area yang gelap. Memang agak lebih rumit
memperbesar sumber cahaya daripada memperbesa ISO, namun saya sarankan lebih
baik Anda memperbesar sumber cahaya.
Bab VII
Outdoor Photography
Berbeda dengan bab indoor photography, yang banyak menggunakan artificial light
sebagai bahan cahaya utama, maka dalam bab ini. Kita akan memfokuskan cahaya utama
pada natural light, karena kekuatan dari outdoor photography adalah cahaya yang
dikeluarkan oleh matahari. Mau bagaimanapun ia adalah sumber cahaya yang paling
sempurna dan juga sangat baik jika terkena objek. Penggunaan lampu artifical hanya
diperuntukan sebagai penambah aksen saja pada foto nantinya.
A. Freezing
Seperti namanya, freezing merupakan sebuah teknik untuk menghentikan gerak objek.
Teknik ini merupakan salah satu teknik dasar yang termudah dalam fotografi. Salah satu
kunci dari teknik ini adalah dengan mensetting kamera dengan memakai shutter yang tinggi.
Dengan begitu, maka secara otomatis objek akan dibekukan.
Tekik ini, sering diaplikasikan dalam memotret olahraga. Karena gerakan dalam olahraga
sangat dinamis, detail dari sang atlet kadang luput dari kasat mata. Dalam menggunakan
teknik ini, ada satu hal yang tidak kalah pentingnya dengan melakukan setting pada shutter
speed, yaitu adalah memanfaatkan momemntum. Untuk menghasilkan foto yang baik, sang
fotografer harus bisa membaca momen yang tepat, ini dilakukan dengan membaca gerakan
objek. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Auto F -16 , ISO 200, shutter speed 200, white balance
Salah satu tips sederhana ketika memotret dengan teknik ini adalah kita harus membaca
gerakan objek. Kemana objek itu akan mengarah dan bagaimana gerakannya. Dengan begitu,
kita bisa mendapatkan momen yang tepat. Sebuah momen yang jarang kita lihat secara kasat
mata. Dengan begitu, foto kita akan terlihat lebih baik.
Selain itu, tips lain ketika memotret freezing, adalah carilah objek yang geraknya cepat.
Orang yang bergerak cepat, biasanya mempunyai pergerakan yang lebih menarik daripada
objek yang bergerak secara perlahan. Coba bandingkan, foto orang yang sedang berlari dan
berjalan. Pasti nanti keduanya memiliki hasil yang sangat berbeda.
Foto ini diambil menjelang siang hari, ketika matahari berada di atas objek dengan
kemiringan skitar 90 derajat. Jadi cahaya yang menimpa objek tidak terlalu keras, kita bisa
melihat bagaimana shadow yang tercipta oleh cahaya matahari di kakinya. Untuk lebih
jelasnya saya akan melampirkan sketsa pengambilan gambar dari foto tersebut.
Dari foto di atas bisa dilihat bagaimana jatuhnya matahari yang menyamping membuat
foto ini lebih berdimensi. Cahaya yang kuat datang dari kanan objek. Cahaya di pantai
biasanya sangat kuat sekali. Ini dikarenakan cahaya matahari jatuh langsung (tidak ada
diffuser). Dan juga ada air yang merefelksikan cahaya yang dikeluarkan oleh matahari.
B. Motion Blur
Tidak semua gambar yang blur itu jelek, karena ada juga teknik fotografi yang
membiarkan beberapa bagian dalam foto blur, ini hanya untuk keperluan artistik. Bagian foto
yang blur tersebut, biasanya adalah sebuah objek yang bergerak. Jadi dalam satu frame,
hampir semua objek diam dan freeze. Namun ada satu objek yang tidak jelas atau kabur. Jika
Anda pernah melihat hal seperti itu, maka foto tersebut menggunakan teknik motion blur.
shutter speed “1” / F number 4.2 / ISO 400
Seperti yang terlihat di atas, bagaimana dalam satu frame, hanya bagian tengah (orang)
yang berjalan saja yang terlihat kabur. Sedangkan seluruh objek dalam frame tersebut berada
dalam keadaan freeze. Untuk mengaplikasikan teknik ini, kita memerlukan tirpod. Apalagi
jika foto Anda dilakukan pada malam hari seperti foto di atas. Karena kita akan memakai
shutter speed yang rendah dalm memotret ini. Karena itu dibutuhkan tripod untuk menahan
getaran yang ditimbulkan oleh tangan.
Untuk menghasilkan gambar dengan efek seperti ini, kita harus menggunakan shutter
speed yang rendah. Kecepatan shutter speed yang kita gunakan tergantung dengan kecepatan
dari objek yang ingin kita buat blur. Sebagai contoh, kita ingin memotret objek yang berjalan
terlihat blur. Maka shutter speed yang kita gunakan harus di bawah 15. Karena rata-rata
kecepatan orang berjalan tidak di bawah tu.
Berbeda ceritanya jika kita ingin memotret objek yang cepat. Seperti kendaraan (sepeda.
motor atau mobil). Kecepatan akan sangat berpengaruh terhadap hasilnya nanti. Jika
memotret mobil yang cepat, (misalnya berjalan di jalan tol) maka kita cukup menggunakan
shutter speed di bawah 60. Maka mobil tersebut akan terlihat blur.
C. Panning Technique
Ini adalah sebuah teknik fotografi standar yang biasa digunakan untuk memotret objek
bergerak. Panning akan memberikan efek tegas pada objek yang difoto, dan membuat
Background terlihat blur. Foto ini diambil dengan menggunakan shutter speed yang tidak
terlalu cepat, karena jika shutter speed yang digunakan cepat maka foto yang kita ambil akan
menjadi freezing.
Seperti yang terlihat di foto di atas, bagaimana objek utama dari foto di atas (pemaen
skate board) terlihat fokus. Sedangkan objek yang lain terlihat blur. Cara mengambil foto
dengan teknik seperti ini sebenarnya cukup mudah, hal pertama yang harus dilakukan adalah
mensetting shutter speed di nomer yang tidak terlalu tinggi (antara 40-60). Lalu kita kunci
fokus dari kamera terhadap objek utama.
Selanjutnya ketika memotret, gerakan kamera kita mengikuti objek utama. Dari sini lah
kenapa teknik ini disebut panning. Karena yang membedakan dengan teknik fotografi yang
lain, teknik ini mengharuskan kita bergerak mengikuti arah objek utama. Dengan begitu, kita
akan menghasilkan gambar yang fokus pada objek utama, namun memiliki background yang
blur.
Teknik ini akan memberikan kesan cepat pada objek utama yang kita foto. Karena
backgorund yang tidak kelihatan akan membuat kesan kecepatan yang tinggi, sehingga kasat
mata tidak bisa melihat objek tersebut. Karena itu banyak teknik ini diaplikasikan ketika kita
memotret segala sesuatu yang sifatnya balapan. Seperti balapan motor, sepeda, dan lain-lain.
Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat sketsa di bawah ini, di sini akan terlihat bagaiamana
kamera digerakan
Dari sketsa di atas bisa dilihat bagaiamana arah kamera mengikuti arah gerakan Objek.
Gerakan dari kamera kitalah yang membuat objek kita menjadi tegas, karena ia menangkap
gerakan objek, sedangkan backgorund yang statis menjadi blur.
Tips
Ketika memotret menggunakan teknik ini, ada baiknya kita tidak menggunakan
tripod. Karena tripod akan membatasi gerakan tangan kita. Memang ada beberapa tripod
khusus video yang dilengkapi tungkai untuk melakukan moving, namun tetap saja hand
held menjadi pilihan utama dalam membuat foto dengan teknik ini.
Untuk latihan, kita tidak perlu menggunakan objek yang sulit terlebih dahulu. Kita
bisa menggunakan teman sebagai model. Kita bisa menyuruh dia berlari melewati jalan
yang telah kita tentukan dengan itu kita akan lebih mudah mengulanginya lagi jika ada
kesalahan teknik atau kesulitan dalam pengambilan gambar.
Selain itu perhatikan jarak antara objek dan juga kamera Anda. Jarak yang teralu
dekat bisa membuat Anda kesulitan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Terlalu
jauh juga akan membuat kita kesulitan dalam membuat background menjadi kabur.
Intinya adalah bagaimana kita mengukur jarak antara kamera, objek, dan juga
background
D. Long Exposure Photography
Long exposure photography, adalah sebuah teknik fotografi yang membuka tombol
shutter selama mungkin. Dengan teknik ini, cahaya akan masuk dengan waktu yang lama ke
dalam kamera. Teknik ini biasanya digunakan pada malam hari, karena pada malam hari,
cahaya yang kita dapatkan sedikit. Hanya ada beberapa dari lampu jalanan.
Teknik ini bisa digunakan untuk memotret cahaya yang dikeluarkan dari objek yang
bergerak, atau cahaya yang dikeluarkan dari objek yang diam. Ketika dilakukan pada objek
yang bergerak, maka cahaya akan membuat garis sendiri. Ia seperti membuat garis-garis
tersendiri. Berbeda dengan ketika mengaplikasikan teknik ini pada objek yang diam. Efeknya
akan membuat pendar yang dikeluarkan oleh cahaya tersebut semakin terlihat di dalam foto
Anda. Contohnya adalah seperti foto yang saya ambil di bawah ini:
F 16, shutter speed “10” sec, ISO 1000
Foto di atas mencoba untuk merekam gambar pada malam hari dengan pencahayaan yang
keluar dari benda statis. Bisa terlihat dalam foto ini, bagaimana cahaya berwarna tungsten
yang keluar dari belakang jembatan terlihat pendar. Cahaya tersebut terlihat meyebar, hal ini
tidak bisa ditangkap jika kita memotret dengan teknik biasa. Semakin besar rana terbuka,
maka semakin besar juga kemungkinan dari kamera untuk merekam pendar dari cahaya yang
keluar dari lampu.
Selain itu, bisa terlihat bagaimana lampu-lampu yang berada di sebelah kanan foto
menciptakan efek bintang. Ini disebabkan oleh pemakaian diafragma yang besar. Semakin
besar diafrgama yang kita pakai, maka kita akan semakin bisa menangkap “bentuk” dari
cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah sumber cahaya.
Dan sebaliknya, jika kita memotret dengan diafragma yang kecil pada saat
mengaplikasikan teknik ini, maka hasil dari cahaya diperlihatkan oleh lampu tidak akan
memilik bentuk (hanya bulat seperti lampu).
Lalu kita bisa melihat refleksi cahaya yang ada di dalam foto ini. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, air adalah salah satu media yang dapat merefleksikan cahaya. Ada salah satu
kelebihan ketika kita memortret dengan merefleksikan cahaya pada air seperti gambar
berikut. Salah satu kelebihannya adalah tekstur air yang tidak dapat ditebak. Tekstur air
memang unik, ia selalu memiliki gelombang di atasnya, bisa beriak atau hanya mengalir
dengan tenang.
Dalam foto ini, air mengalir dengan tenang, sehingga menimbulkan tekstur yang unik
pada cahaya. Jika Anda mencoba untuk mengaplikasikan teknik ini, maka ada baiknya Anda
juga melihat sekitar. Karena mungkin saja ada beberpa objek yang bisa membuat foto Anda
lebih menarik. Apalagi dengan teknik long eksposure, kita memiliki banyak kemungkinan
untuk menciptakan visual, karena waktu pembukaan shutternya yang cukup lama.
Bisa dilihat dari sketsa di atas, bagaimana sebenarnya sumber cahaya dari foto tersebut
berasal dari dua hal. Yang pertama adalah bulan, yang kedua adalah lampu yang dipancarkan
dari gedung. Sebenarnya dalam foto ini juga cahaya bulan tidak terlalu membantu untuk
menerangi. Ia hanya memperlihatkan sedikit tekstur awan di ujung kanan. Namun untuk
keseluruhan, cahaya utama dari foto ini adalah cahaya dari gedung-gedung dan juga lampu
jalan.
Untuk menciptakan foto dengan teknik seperti ini, jika memungkinkan hindari
menggunakan mode bulb. Jika masih memungkinkan, lebih baik Anda memotret dengan
settingan shutter yang sudah ada. Seperti “5 Second, “10 second, dan seterusnya. Ini
dikarenakan mode bulb mengharuskan Anda untuk menahan tombol shutter Anda. Ini
berpotensi menimbulkan guncangan yang membuat hasil Anda tidak maksimal. Meskipun
menggunakan tripod hal itu tetap bisa terjadi.
E. Deep Of Field Techinique
Salah satu ilmu dasar dalam fotografi, namun ini sangat membantu untuk menciptakan
kesan gambar memiliki dimensi. Jika disederhanakan, teknik ini adalah teknik untuk
memisah antara satu objek dengan objek lainnya dengan ketegasan gambar yang berbeda.
Teknik ini banyak digunakan dalam memotret potrait.
Sebenarnya teknik ini ada dua jenis. Pertama adalah deep of field sempit, yang kedua
adalah deep of field lebar. deep of filed sempit, akan menghasilkan perbedaan antara kedua
objek yang memiliki jarak yang berbeda. Sedangkan deep of field yang luas tidak akan
memberikan perbedaan dan ketajaman yang berarti antara subjek dan foreground dan
background.
shutter spped 200, F number 6,3 / ISO - 400
Dari foto di atas terlihat bagaimana background terlihat blur. Ini disebabkan oleh
penggunaan teknik deep of filed sempit dalam foto ini. Dengan teknik ini, maka audience
akan lebih fokus pada objek utama yang dalam foto ini adalah kedua burung tersebut. Untuk
mengaplikasikan teknik ini, kita tinggal melakukan setting pada diafragma. Diafragma kita
ubah menjadi nomor yang kecil, itu artinya di bawah 7. Semakin kecil nomor diafragma
maka semakin blur juga background yang dihasilkan.
Dalam mengaplikasikan teknik ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
fotografer, karena dalam teknik deep of field tidak hanya nomor diafragma saja yang
mempengaruhi hasil. Beberapa hal tersebut adalah:
-
Jarak. Jarak antara kamera Anda dengan objek akan menjadi satu hal yang
menentukan hasil. Coba Anda memotret 2 objek yang berbeda dan jadikan satu objek
menjadi foreground dengan menaruhnya sedekat mungkin dengan kamera. Maka
objek tersebut akan blur secara otomatis. Tanpa harus menggunakan diafragma yang
kecil.
-
Lensa. Lensa akan sangat mempegaruhi juga ketajaman dan kedalaman dari sebuh
gambar. Seperti dari foto yang ada di atas, saya menggunakan lensa tele 70-300 mm
untuk mengambil gambar tersebut. Objek tersebut akan terlihat lebih blur jika kita
menggunakan lensa yang zoom. Karena semakin tinggi focal lenght yang kita gunakan
(dalam foto ini saya menggunakan focal length 300 mm) maka akan semakin
memperkuat efek dari teknik deep of filed ini.
Dari sketsa pengambilan gambar di atas, bisa dilihat bagaimana posisi matahari yang
membelakangi objek dan berada di atas objek. Namun di sini kita tidak menemukan
backlight. Ini dikarenakan dedaunan yang menjadi background dari objek tersebut mereduksi
cahaya matahari sehinngga tidak menimbulkan backlight pada objek. Dan juga objek terlihat
lebih teduh.
C. HDR (High Dynamic Range)
Sebenarnya, teknik ini bisa diaplikasikan di indoor maupun outdoor. Namun saya
mencoba untuk memasukan teknik foto ini di dalam bab outodoor, karena perbedaannya akan
sangat terlihat jika kita memotret di outdoor.
Lalu apa sebenarnya HDR photogrphy? Sederhananya HDR fototgrafi adalah sebuah
teknik fotografi yang menciptakan tone, kontras, dan juga pencahyaan yang tinggi dalam
sebuah foto. Semua bagian dalam foto menjadi tajam. Foreground dan backgorund memiliki
cahaya yang hampir sama.
HDR fotografi ini sangat baik jika diaplikasikan dalam foto yang memiliki penchayaan
yang berbeda di dua tempat. Misalnya Anda memotret pemandangan dan juga landscape,
karena biasanya langit yang bagus dan juga objek di bawahnya yang sama-sama memiliki
pencahyaan sempurna akan sangat sulit jika difoto hanya dengan menggunakan teknik biasa.
Untuk menciptakan HDR fotografi, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Dan hal-hal
ini dilakukan dengan benar. Karena dalam HDR fotografi, kita akan menggabungkan lebih
dari satu foto untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
1. Hal pertama yang harus dipersiapkan adalah tripod. Karena di sini kita akan
menggabungkan beberapa foto menjadi satu. Maka kita diharuskan untuk memotret
spersis dan seorisinil mungkin. Gerakan sedikit saja akan menghasilkan hasil yang
beda pula.
2. Jangan lupa untuk mensetting format image menjadi RAW. Ini akan memudahkan
editor mengombinasikan setiap foto yang ada di dalamnya. Dan yang paling penting
dengan format gambar RAW, hasil akhir gambar akan maksimal. Selain itu,
dianjurkan untuk memakai mode apperture priority dalam setiap gambar. Ini akan
memudahkan kita untuk menentukan deep of field dari foto.
3.
Lebih baik kita gunakan manual fokus. Karena dengan menggunakan manual fockus,
maka ini akan mempermudah kita mensetting fokus pada foto pertama dan
seterusnya. Misalnya pada foto pertama, lakukan fokus pada bagian depan objek, lalu
pada foto kedua lakukan fokus pada bagian belakang objek. Ini akan menghasilkan
foto Anda yang mempunyai infinite focus, yaitu fokus yang merata di setiap bagian
dari frame Anda.
4. Kamera DSLR mempunyai settingan bracketed. Settingan ini akan membantu kita
dalam menghasilkan foto HDR. Dengan memotret menggnakan fitur ini, kita akan
mendapatkan beberapa foto dengan exposure yang berbeda. Biasanya ada 3 jenis
exposure. Yaitu exposure normal, exposure lebih gelap, dan exposure lebih terang.
5. Gunakan ISO yang rendah. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ISO yang
rendah akan membuat foto Anda terhindar dari noise dan juga grain. Semakin tinggi
ISO yang Anda gunakan, maka foto Anda akan memiliki grain yang tinggi.
6. Jika Anda tidak memakai bracketing mode, maka Anda bisa menggunakan remote
atau alat bantu lainnya. Ini agar foto Anda tidak terguncang atau shaking.
1. Menciptakan Gambar High Dinamic Range
Untuk menciptakan gambar HDR, kita tidak bisa jika tidak menggunakan software.
Karena software di sini berfungsi untuk menggabungkan foto-foto yang kita ambil menjadi
satu bagian. Ada beberapa software untuk menggabungkan foto-foto menjadi HDR. Namun
kali ini, saya akan menggunakan Adobe Photoshop.
a. Pilih foto yang akan Anda edit lewat mini bridge
Salah satu cara termudah untuk memilih foto di Photoshop adalah lewat Mini Bridge.
Fitur ini memungkinkan kita untuk memilih foto tanpa haru melakukan minimize pada
Photoshop kita. Cara untuk memunculkan Mini Bridge adalah dengan memilih
Windows  Extension  Mini Bridge.
Setelah kita mengklik button Mini Bridge, maka akan terlihat sebuh dialog box yang
mucnul di bawah workspace yang kita gunakan. Coba cari tombol yang bertuliskan :
“launch Bridge”. Klik tombol itu, dan kita akan bisa memilih foto kita. Tampilannya
seperti Windows eksplorer, Namun dia hanya akan menampilkan file yang bentuknya
gamabr saja. Ini akan memudahkan kita untuk memiliha foto-foto apa saja yang akab
dimasukan oleh kita nantina.
Kali ini, saya akan mencoba menggunakan 2 foto saja. Namun ada lebih baiknya
Anda menggunakan lebih dari 2 foto. Makin banyak foto yang kita gunakan, maka
semakin baik pula foto yang dihasilkan nantinya. Jika Anda sudah selesai memilih
foto Anda, tekan CTRL atau SHIT hingga Anda bisa menyeleksi lebih dari 1 foto.
Lalu klik kanan hingga muncul opsi lalu pilih Photoshop dan pilih lagi fitur “Merge
to HDR PRO”.
b. Gunakan Fitur HDR Pro
HDR pro adalah fitur yang ada dalam photoshop untuk mengkonversi berapa foto
menjadi satu. Fitur ini sangat mudah digunakan. Kita bisa mengedit foto dengan
mudah lewat beberapa fitur yang disediakan. Seperti beberapa slider yang
memungkinkan kita untuk melakukan editing terhadap ketajaman gambar, warna,
saturasi, pencahayaan, dan lain-lain. Slider ini berfungsi bagi Anda yang lebih
menyukai editing hasil sendiri daripada preset.
Jika Anda ingin lebih simpel, Anda bisa menggunakan preset yang telah disediakan.
Preset ini akan memberikan secara langsung efek HDR yang berbeda pada foto kita.
Ada yang menghancurkan sturasinya, ada yang membuat kontrasnya jadi sangat
tinggi. Ada pula yang menghilangkan warna.
Agar lebih mudah, di sini saya akan menggunakan preset yang ada di dalamnya.
Dalam kasus ini saya akan menggunakan preset photrealistic high contrast. Dengan
menggunakan fitur seperti itu, maka hasil yang didapatkan dalam foto kita akan
memiliki kontras tinggi di seluruh bagian foto.
c. Tambahkan fitur sharpening jika perlu
Fitur sharpening memnag tidak diwajibkan dalam memotret HDR, namun jika Anda
merasa foto yang akan Anda ambil menjadi kurang tajam, maka disarankan untuk
menambahkan ini lewat filter. Adobe Photoshop sendiri menyediakan banyak sekali
fitur sharpening yang ada.
Namun untuk kali ini, saya akan menunggu nakan Sharpening lewat fitur High pass.
Atau yang biasa disebut dengan high pass sharpening. Fitur ini merupakan fitur untuk
mempertajam foto yang baik.
Cara pertama untuk mengaplikasikan efek ini adalah dengan menduplikasi layer
Anda. Selanjutnya tekan CTRL+J pada keyboard, lalu ubah nama layer duplikasi
Anda menjadi sharpen. Ini akan memudahkan kita untuk melakukan editing.
Selanjutnya, kita akan memberikan Filter High Pass pada foto ini. Caranya adalah
dengan Masuk ke Filter  Other  dan pilih High Pass. Dengan foto seperti ini,
saya akan mencoba memberikan “20 Pixels” untuk radiusnya. Jika sudah klik ok, jika
benar layer Anda akan terlihat berwarna abu-abu. Jangan takut, ubah blendingnya ke
overlay dan Anda akan mendapatkan foto Anda jauh lebih tajam daripada
sebelumnya.
Foto yang telah diberi efek high pass, menjadi lebih tajam daripada sebelumnya
Tips Memotret Outdoor
Seperti layaknya memotret dalam keadaan indoor, ada beberapa hal tertantu juga yang
harus diperhatikan oleh fotografer yang senang memotret di tempat terbuka. Perbedaan
utama dengan memotret di ruangan tertutup, kita harus lebih sabar lagi karena banyak hal
yang di luar kendali bila kita memotret di luar ruangan.
1. Sabarlah dalam menunggu cahaya yang tepat
Salah satu halangan dalam memotret outdoor, adalah kita tidak menyetel sendiri
berapa cahaya yang dibutuhkan. Kita tidak bisa meminta matahari untuk mengurangi
cahayanya, yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu atau mencari sudut yang tepat.
Memang menunggu adalah pekerjaan yang menyebalkan. Lalu bagaimana jika setelah kita
menunggu, hasilnya malah sangat di luar dugaan?
Ada banyak sekali cerita pada fotografer professional menunggu berjam-jam bahkan
berhari-hari hanya untuk mendapatkan gambar yang baik. Ini adalah kisah nyata, bahkan
pada zaman film dulu fotografer akan rela menunggu demi mendapatkan hasil yang bagus.
Daripada menghabiskan film yang mereka punya, tapi hasilya tidak maksimal, lebih baik
menunggu cahaya yang tepat hingga foto yang dihasilkan akan lebih maksimal lagi.
2. Selalu bawa tripod
Banyak orang yang mengeluhkan tripod malah membuat ribet jika dibawa. Jika Anda
membawa banyak lensa dalam kamera, maka tentunya bukanlah sebuah alasan jika Anda
tidak membawa tripod kemanapun Anda pergi. Jangan berpikir bahwa ketika memotret di
luar ruangan Anda akan selalu mendapatkan pencahayaan yang baik, jadi tidak perlu
membawa tripod, hal tersebut adalah paradigma yang salah.
Tripod tidak hanya digunakan dalam kondisi pencahayaan kurang saja, tirpod juga
dibutuhkan jika kita ingin bereksperimen terhadap hasil kita nanti. Seperti contoh adalah
gambar di bawah ini.
Withsundayphotogaphy.com.au
Foto di atas diambil di luar ruangan yang memiliki cahaya memadai untuk
menghasilkan gambar tanpa menggunakan tripod. Namun apakah tangan Anda kuat dari
getaran ketika ingin menghasilkan gambar seperti ini? Karena gambar di atas hanya bisa
dihasilkan dengan shutter speed yang rendah.
Seperti yang terlihat, bagaimana air yang ada di sungai tersebut terlihat seperti kapas,
Teknik ini hanya bisa didapat dengan menggunakan shutter speed yang rendah, misalnya di
bawah 10 atau bahkan hingga memakai mode bulb. Dengan menggunakan tangan kosong
Anda akan kesulitan untuk menghasilkan gambar seperti ini. Namun dengan tripod,
tampaknya itu bukan masalah besar. Karena itu, selalu bawa tripod kemanapun Anda pergi
ketika memotret.
3. Jangan lupa perhatikan background
Terkadang kita lupa untuk memperhatikan background pada saat mengambil gambar.
Ini seharusnya tidak terjadi, karena bisa jadi, gambar bagus Anda kalah oleh background
yang buruk. Ketika memotret outdoor, banyak sekali distorsi visual yang membuat kita
bingung terhadap detail, yang terkadang detail tersebut sering kita lupakan.
Dalam outdoor photography, background merupakan hal yang sama pentingnya
dengan foreground. Bayangkan jika Anda memotret sebuah objek dengan emosi yang
sempurna, lalu pencahayaan yang sempurna namn tiba2 di belakang objek tersbeut ada objek
yang tidak diinginkan masuk ke dalam foto anda. Tentunya akan sangat kesal bukan.
Untuk menghindari hal ini terjadi, Anda harus memperhatikan background dengan
baik. Usahakan sebelum memotret lihat terlebih dahulu apa yang ada di belakang objek
Anda. Apakah itu membuat objek Anda terlihat bagus atau tidak. Jika tidak, cari angle yang
lain. Atau jika objek itu mengganggu, Anda bisa minta permisi sebentar kepada objek yang
tidak diinginkan tersebut.
Hal yang harus diingat, jangan sampai background Anda menjadi lebih menarik
daripada objek utama. Kecuali memang konsep Anda ingin lebih mengedepankan
background daripada objek utama. Usahakan background tidak memiliki visual yang lebih
menarik daripada objek utama Anda, jika ternyata background lebih menarik, coba usahakan
objek Anda membaur dengan background atau posisikan background Anda sebagai
foreground.
4. Hati-hati dengan bayangan dan juga backlight
Bayangan adalah musuh Anda ketika memotret di luar. Terkadang bayangan
membuat foto yang kita ambil menjadi jelek dan tidak jelas. Apalagi ketika mengharuskan
Anda untuk memotret di tempat yang memiliki intensitas cahaya yang berbeda, terkadang ini
akan menimbulkan kontras yang tinggi. Tentunya Anda akan kesulitan mengatur hal tersebut.
Salah satu tips sederhana ketika menghadapi hal seperti ini adalah cobalah menjadikan
background Anda menjadi sangat blur.
Tempatkan objek utama di daerah yang memiliki shadow lebih banyak, dan biarkan
tempat yang memiliki intensitas cahaya tinggi menjadi background foto Anda. Memang ini
agak sulit dan pastinya akan menimbulkan backlight yang luar biasa, namun jika Anda bisa
mengatur komposisi dengan baik, maka backlight yang terjadi dalam foto Anda bisa menjadi
sesuatu yang artistik.
Backlight bukanlah musuh utama Anda dalam memotret. Selalu posisikan backlight
menjadi satu pencahayaan yang menambah kedalaman dan juga kekuatan dari foto Anda,
seperti pada foto di bawah ini.
Bab VII
Kesimpulan
Fotografi tidak pernah berhenti bereksperimen dan menciptakan hal baru. Karena
sejatinya fotografi itu menyangkut eksistensi manusia itu sendiri. Jikalau ia berhenti untuk
mengembangkan dirinya, itu artinya manusia telah kehilangan semangat untuk melihat
kembali dirinya dalam bentuk yang lain. Ya, bisa dibilang fotografi adalah sebuah cermin.
Yang memungkinkan untuk melihat seusatu yang hanya bisa dilihat orang lain setiap harinya.
Mungkin saja, fotografi saat ini sangat dimudahkan oleh teknologi, sehingga mungkin
Anda akan berpikiran bahwa 20-30 tahun ke depan tidak lagi dibutuhkan jasa fotografer
professional untuk mendokumentasikan pernikahan anak Anda. Siapapun bisa melakukannya
dengan baik, lewat kamera yang juga baik.
Sebenarnya perkembangan teknologi di dunia fotografi memiliki efek yang sangat
positif di dunia fotografi itu sendiri. Semakin banyaknya equipment yang membuat hasil foto
kita semakin bagus. Dan juga aplikasi-aplikasi yang berdampak pada kemudahan kita dalam
mengedit foto. Bahkan beberapa aplikasi handphone saja sudah memiliki filter yang luar
biasa dan berdampak luar biasa. Contoh sederhana, bagaimana beberapa orang menginginkan
agar bisa menciptakan efek instagram lewat photoshop. Tentunya ini adalah hal yang unik,
mengingat instagaram adalah aplikasi, sedangkan photoshop adalah sebuah software editing
yang biasa digunakan untuk pro.
Jika kita jabarkan di sini, perkembangan teknologi fotografi pun tidak kalah pesat.
Bagaimana di media awal 2010 baru menjadi trend orang merekam video lewat DSLR,
sekarang sudah bisa diaplikasikan setiap orang ingin membeli kamera foto yang bisa sekalian
video. Belum lagi bagaiaman kamera-kamera seperti gopro, Samsung Smat Camera, dan lain
sebagainya mengubah kebiasaan masyarakat dalam memandang fotografi.
Namun dibalik cepatnya perubahan terhadap teknologi, ada beberapa hal yang tidak
pernah berubah. Sebagaimana canggihnya, mudahnya, dan uniknya teknologi yang muncul.
Fotografi tetaplah sebuah teknik untuk mengambar lewat cahaya. Ia adalah sebuah ilmu yang
mengedepankan rasa dan kreatifitas dari sang fotografer, bukan mengedepankan teknologi itu
sendiri.
Fotografi yang baik bukanlah sebuah foto yang diambil dengan lensa yang mahal,
kamera terbaru, serta diolah dengan software yang paling baik. Fotografi yang baik adalah
hasil dari seorang yang bisa menggunakan imajinasinya demi memvisualkan objek lewat alat
perekam cahaya yang ia punya. Sesederhana apapun itu. Untuk lebih mudahnya lagi saya
akan membagi beberapa tips yang saya dengar dan juga baca dari berbagai buku. Apa saja
yang biasa dilakukan oleh para fotografer untuk menghasilkan karya yang baik. Mari kita
mulai.
1. Sering lihat dan analisa foto orang
Terdengar klise, tapi ini memang benar. Karena semakin banyak referensi visaul yang
kita lihat, maka akan membuat kita makin mudah untuk menerapkan tersebut ke dalam kepala
kita. Jika Anda melihat foto orang yang bagus, maka pelajarilah bagaimana ia mengambil
foto tersebut. Apakah digunakan dengan teknik deep of filed yang sempit, lalu bagaimana
pencahyaan yang dia lakukan untuk menghasilkan foto tersebut.
Jika Anda bisa menganalisa dengan baik,
maka jangan sungkan untuk
mengaplikasikannya. Bukan untuk meniru sebuah karya, namun ini untuk belajar Anda
sendiri. Jadi Anda tahu bagaimana teknik yang diterapkan orang lain dalam memotret. Saat
ini dengan mudah kita bisa menemukan banyak sekali foto bagus di internet. Ini harusnya
bisa kita manfaatkan dengan baik sebagai wadah untuk pembelajaran.
Jika Anda merasa masih sulit untuk menganalisa foto orang secara langsung, ada juga
beberapa website yang memungkinkan kita untuk membaca artikel tentang fotografi dan juga
beberapa tips dalam memotret. Atau lebih baik lagi jika Anda mencoba datang ke pameran
fotografi. Dengan datang ke pameran, maka Anda bisa mendengarkan artist talk, atau bisa
berbicara langsung dengan fotografer yang berpameran di sana.
Dengan begitu, Anda akan mendapatkan pengalaman yang lebih daripada melihat
karya seseorang lewat websitenya. Biasanya dalam pameran fotografi, perbincangan lebih
terbuka. Seain itu, Anda juga bisa mendapatkan kenalan jika berkunjung ke pameranpameran seperti ini. Karena terkadang apa yang ada di pameran lebih mengejutkan daripada
apa yang terlihat di website.
2. Belajar sedikit dasar seni rupa
Apa hubungan antara fotografi dan seni rupa? Seni rupa adalah dasar dari semua ilmu
visual. Baik design, video, dan juga fotografi. Dengan mempelajari dasar seni rupa, kita akan
lebih paham dalam hal-hal yang sifatnya non teknis. Karena di sini kita akan belajar memakai
rasa dan juga kreatifitas kita dalam memotret.
Seperti elemen fotografi yang saya paparkan sebelumnya, warna, bentuk, dan lainsebagainya, adalah pelajaran dasar dalam seni rupa. Lewat pelajaran itu, kita bisa mengetahui
bagaimana sebenarnya memperlihatkan “bentuk” sebuah benda. Lalu warna apa yang bisa
merepesentasikan kemarahan seseorang,? Apa sebenarnya garis, dan hal lainnya?
Banyak fotografer kawakan yang merasa harus belajar seni rupa pada akhirnya.
Karena terkadang, mereka butuh untuk belajar lebih dalam lagi hal-hal yang di luar teknis.
Belajar seni rupa juga akan membantu kita untuk membuat sketsa karya. Ini akan sangat
berguna apalagi jika Anda senang emmotret produk dan studio.
designfreebies.org
Jika kita menjelaskan tata letak beberapa benda lewat komunikasi verbal, maka akan
sangat sulit untuk dimengerti oleh sang model. Contohnya kita ingin memotret sebuah foto
fashion yang mengharuskan si model untuk berpose tertentu. Tentunya ini akan sangat sulit
jika dijelaskan dengan omongan, namun jika kita memberikan sketsa pose pada sang model,
ini akan membuat model lebih paham. Inilah fungsi sketsa dalam fotografi.
Selain itu, dengan belajar menggambar, Anda bisa tahu bagaimana sebuah garis yang
presisi, bentuk dari suatu, dan juga prespektif. Ini yang akan sulit dipelajari dari fotografi,
butuh waktu lama untuk mengerti semuanya jika kita hanya memotret. Namun jika dibarengi
dengan menggambar, maka Anda akan mengerti lebih cepat. Tidak perlu Anda menjadi hebat
dengan membuat drawing yang super rumit dan lain sebagainya. Anda hanya membutuhkan
kemampuan untuk menggambar secara sederhana, sehingga orang yang melihatnya mengerti
bentuk dan apa yang Anda gambar.
3. Diskusikan foto anda dengan teman dan ikut seminar atau workshop
Terkadang kita jarang untuk mendiskusikannya dengan teman. Bagaimana
kekurangan dan kelebihan foto kita. Padahal ini akan sangat baik untuk membuka ruang dan
juga mendapatkan ilmu baru tentang fotografi. Apalagi jika Anda melakukan conceptual
photography, ini akan sangat penting untuk berbicara dalam tataran ide terlebih dahulu,
setelah itu masalah teknis yang nantinya akan berhubungan dengan eksekusi foto Anda.
Teman Anda tentunya akan mempunyai sudut pandang lain terhadap karya foto Anda.
Ini tentunya akan menjadi masukkan bagus untuk Anda ke depannya. Memperkaya sudut
pandang dalam fotografi adalah penting, jangan takut untuk dikritik, karena dengan
melakukan kesalahan maka Anda telah belajar sesuatu.
Ada baiknya juga Anda melakukan diskusi dengan orang yang lebih paham di dalam
dunia fotografi daripada Anda. Dengan begitu, Anda akan mendapatkan lebih banyak
masukkan yang berguna dan tentunya akan menambah wawasan dan dalam fotografi.
Biasanya orang yang lebih mengerti ini dijadikan mentor Anda dalam memotret, jadi dia bisa
melihat sebenarnya kemampuan Anda sampai mana, dia juga bisa melihat bagaimana
kelebihan dan kekurangan Anda dalam fotografi nantinya. Bedah foto ini sangat penting, jika
Anda memiliki komunitas, acara seperti ini bisa dilakukan lebih sering lagi. Jika dilakuakn
secara rutin, maka Anda akan cepat belajar dan paham tentang fotografi.
Mengikuti seminar dan juga workshop adalah salah satu hal penting lainnya dalam
dunia fotografi. Selalu luangkan waktu Anda untuk mengikuti workshop atau peseminar, atau
diskusi tentang fotografi minimal satu bulan sekali. Ini akan memperkaya sudut pandang
Anda terhadap fotografi. Di seminar atau workshop, Anda bisa menadapatkan ilmu baru, dan
juga jaringan yang baru.
4. Ikut Komunitas
Tidak ada seseorang yang maju sendiri. Apalagi di dunia seperti ini, jangan harap
Anda bisa melakukan semuanya sendiri. Jangan hanya karena anda memiliki akses internet
yang tebatas, Anda hanya belajar lewat internet saja. Jangan lupa, kita juga harus banyak
berinteraksi dengan orang lain di dunia ini, agar kita bisa memperluas jaringan kita.
Kelebihan dari mengikuti komunitas adalah jaringan. Kita bisa bertukar jaringan
dengan teman lain di komunitas kita, baik itu jaringan fotografer, jaringan pekerjaan, atau
bahkan jaringan peralatan dan juga ilmu. Banyak komunitas fotografi di Indonesia, ada yang
bentuknya online ataupun offline. Namun saya sarankan Anda mengikuti yang punya sistem
bertemu langsung (tidak hanya membahas lewat online) karena pertemuan ini akan sangat
berguna bagi Anda untuk bertukar ilmu secara langsung.
Banyak komunitas yang memiliki basecamp tetap. Bahkan yang establshed memiliki
studio sendiri dan juga peralatan sendiri. Beberapa di antara komunitas ini memiliki program
dan juga pameran rutin. Ada juga yang sifatnya banyak berkutat di dunia online, tidak
memiliki basecamp tetap dan hanya sesekali melakukan gathering.
Ini tergantung kebutuhan dan juga waktu Anda ingin mengikuti yang mana. Setiap
komunitas memiliki karakter dan kelebihan masing-masing. Bahkan kebanyakan komunitas
fotografi di Indonesia sekarang lebih spesifik. Ada komunitas khusus bagi penyuka foto
model, ada juga komunitas yang khusus untuk stret photographer, namun ada juga komunitas
yang berbicara dan bergerak di fotografi secara umumnya. Dengan begini, tentunya Anda
lebih dimudahkan dalam memilih komunitas mana yang ingin Anda ikuti.
Kelebihan lain dalam komunitas adalah setiap orang yang datang biasanya memiliki
background yang berbeda. Dengan backgorund yang berbeda, maka setiap orang akan
memiliki pengalaman dan juga pengetahuan yang berbeda. Ini akan memudahkan kita untuk
mencampur dan juga memberikan warna terhadap fotografi kita nantinya. Bayangkan jika
Anda seorang fotografer jurnalistik tapi dengan latar belakang foto fesyen, tentunya Anda
akan memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh fotografar lain bukan.
5. Kenali kamera anda
Jika Anda mengenali kamera Anda, maka Aanda bisa memaksimalkan segala fitur
yang ada di dalamnya. Anda bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kamera itu
sendiri, jadi hasil yang Anda ambil pasti selalu maksimal. Tahu kapan kamera Anda mulai
menciptakan grain, tahu hingga berapa ISO limit dari kamera Anda, tahu karakter warna dan
hal-hal detail lainnya.
Lalu bagaiamana caranya untuk mengenal kamera Anda? Untuk mengenal kamera
Anda adalah dengan mencoba segala macam fitur yang ada di dalamnya. Jangan anggap
kamera dengan merek yang sama pasti fiturnya itu-itu saja. Bahkan canon 60D dan 70D saja
yang serinya berdekatan mempunyai banyak fitur yang berbeda. Apalagi seri yang berbeda.
Keuntungan dari mengetahui kelebihan dan kekurangan kamera Anda adalah kita bisa
menyeseuaikan situasi dan kondisi tempat pemotretan dan juga objek dengan kamera kita.
Apakah ini membutuhkan alat tambahan atau tidak. Bayangkan jika kamera Anda sangat
lemah di low light dan Anda harus memotret di keadaan yang cukup rendah intensitas
cahayanya. Jika Anda tidak mengetahui ini, dan tidak membawa alat tambahan maka sudah
bisa dipastikan foto Anda akan under semuanya.
Selain mengenal kamera, kita juga harus mengenal karakter dari lensa. Apa efek yang
ditimbulkan oleh lensa ini. Bagaimana jika kita ingin mendapatkan gambar yang lebih tajam,
lensa mana yang harus kita pakai. Contoh sederhana, biasanya lensa fixed memiliki
ketajaman gambar yang lebih daripada lensa standar lainnya. Hal-hal sederhana inilah yang
perlu Anda ketahui.
Pada bab sebelumnya, telah dibahas bagaimana sebanarnya setiap lensa memiliki
karakter yang berbeda. Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh lensa tersebut. Dengan
mengetahuinya secara mendetail, maka ini akan memberikan efek yang cukup baik pada kita
dalam memotret nantinya.
6. Sering memotret
Memang terdengar klise, tapi apa artinya jika Anda mengetahui semua teori di dunia
fotografi tanpa mempraktikannya? Kecuali jika Anda hanya ingin menjadi guru saja, itu akan
menjadi sia2. Ada baiknya Anda mengaplikasikan setiap pengetahuan baru yang Anda tahu
bersama teman-teman. Karena ini akan sangat baik untuk perkembangan Anda dalam
memotret.
Selain itu dengan mengaplikasikannya sesering mungkin, Anda akan semakin
berpengalaman dalam menghadapi situasi apapun. Jika Anda seorang stret photographer,
tentunya Anda akan sangat berpengalaman dalam melakukan lobying terhadap orang yang
akan Anda foto di jalanan. Juga jika Anda sering memotret model, pastinya Anda akan hapal
bagaimana mengarahkan model dan mengeluarkan potensinya.
Hal-hal seperti itulah yang tidak bisa dipelajari terus menerus secara teori. Jika Anda
ditanya bagaimana caranya memotret Freezing, mungkin Anda bisa menjelaskannya dari segi
teori dan juga fotografi. Namun bagaimana jika Anda ditanya caranya untuk menghasilkan
foto potrait yang emosional? Tentunya itu adalah hal yang tidak bisa dijelaskan secara teknis.
Dibutuhkan jam terbang yang cukup tinggi untuk bisa mengaplikasikan hal tersebut pada
objek.
Dalam fotografi ada beberapa hal dengan sifat seperti itu. Hal-hal yang tidak bisa
dijelaskan secara teknis, hal-hal yang hanya bisa dijelaskan oleh orang yang sering memotret.
Semakin sering Anda memotret, Anda akan paham terhadap hal-hal ini. Selain itu, ini juga
akan bisa merangsang kepekaan kita terhadap suatu objek atau persitiwa. Angle yang kita
dapatkan tidak akan datar, semakin sering kita memotret, maka kita akan mendapatkan
sesuatu yang lain. Melihat suatu peristiwa dan juga subjek dari sudut pandang yang lain.
Begitulah sedikti banyaknya tentang tips bagaimana agar kita bisa menjadi fotografer
yang baik, jika dilihat dari sifat non teknis. Semoga hal-hal di atas bisa membantu Anda
dalam mengembangkan diri Anda, sehingga nantinya Anda akan bisa memotret lebih baik
lagi.
Hal yang perlu diingat, semua ulasan dalam buku ini akan menjadi sia-sia jika tidak
dipraktikan. Ada baiknya setelah selesai membaca buku ini, Anda mencoba untuk
mengaplikasikan semua teknik yang ada di dalamnya. Setelah itu coba diskusikan dengan
teman ataupun mentor Anda. Apakah yang saya lakukan sudah benar? Kalau belum teruslah
mencoba, karena kesalahan adalah awal bagus untuk menjadi benar. Sebab jika belum ada
kesalahan itu berarti belum kita belum mencoba. Salam.
Daftar Pustaka
Profil Penulis
Sinopsis
Download