Pengaruh Kascing terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

advertisement
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang terdiri dari pengamatan
selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang
datanya tidak diuji
secara statistic, untuk mendukung pengamatan utama.
Sedangkan pengamatan utama adalah pengamatan yang datanya diuji secara
statistik dengan metode sidik ragam, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
antar perlakuan pada pengamatan utama maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur
(BNJ) 5 %.
4.1.
Pengamatan Selintas
Pengamatan selintas meliputi :
a. Karakteristik tanah sebelum dan sesudah penelitian dengan mengamati
unsur N, P, K, BO, pH.
b. Karakteristik pupuk kascing dengan mengamati unsur N, P, K, C
Organik
c. Keadaan cuaca dengan pengamatan unsur temperatur udara maksimum
dan minimum, kelembaban relatif, curah hujan dan hari hujan
d. Serangan hama, penyakit dan gulma
4.1.1. Karakteristik Tanah Sebelum Penelitian.
Karakteristik N, P, K, BO dan pH tanah sebelum penelitian berlangsung
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Analisis Kandungan N, P, K, BO dan pH Tanah sebelum penelitian.
Sampel
Tanah
I
II
Rataan
Keterangan:
N total
(%)
0.10
0.09
0,09 (SR)
P tersedia
(ppm)
33.8
33.2
33,5 (S)
K tersedia
(ppm)
68.9
69.1
69,0 (R)
BO total
(%)
1.10
1.13
1,2 (R)
pH
5.8
5.9
5,85 (AM)
Sangat Rendah (SR), Rendah (R), Sedang (S), Tinggi (T), Sangat Tinggi (ST).
Data selengkapnya pada Lampiran 1. (sumber Hardjowigeno, 1994).Analisis N
dengan Kjdahl, P dengan Bray II, K dengan larut dalam air, BO dengan Walky
and Black
15
Berdasarkan kandungan N, P, K, BO dan pH Tanah sebelum penelitian
(Tabel 4.1) maka tanah Andisol yang digunakan untuk penelitian memiliki ratarata kandungan N sebesar 0,09% (sangat rendah), P tersedia sebesar 33,5 ppm
(sedang), K tersedia sebesar 69 ppm (rendah), bahan organik sebesar 1,2%
(rendah) dan pH tanah 5,85 (agak masam).
4.1.2. Karakteristik Tanah Setelah Penelitian
Karakteristik N, P, K, BO dan pH tanah setelah penelitian berlangsung
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Analisis Kandungan N, P, K, BO dan pH Tanah Setelah Penelitian.
Sampel Tanah
0 ton/ha
4 ton/ha
8 ton/ha
12 ton/ha
16 ton/ha
Keterangan :
N total
(%)
0.13 (R)
0.19 (R)
0.21 (S)
0.22 (S)
0.23 (S)
P ppm
tersedia
27.4 (S)
40.5 (S)
51.3 (T)
62.5 (ST)
65.3 (ST)
K ppm
tersedia
71.5 (R)
71.9 (R)
72.4 (R)
72.9 (R)
73.5 (R)
BO (%)
pH
0.35 (SR)
0.72 (SR)
1.39 (R)
1.46 (R)
1.66 (R)
5.9 (AM)
5.9 (AM)
5.9 (AM)
6.0 (AM)
6.0 (AM)
Sangat Rendah (SR), Rendah (R), Sedang (S), Tinggi (T), Sangat Tinggi (ST).
Data selengkapnya pada Lampiran 2. (sumber Hardjowigeno, 1994). Analisis N
dengan Kjdahl, P dengan Bray II, K dengan larut dalam air, BO dengan Walky
and Black
Berdasarkan kandungan N, P, K, BO dan pH Tanah setelah penelitian
(Tabel 4.2) menunjukan bahwa kandungan N total pada tanah yang diberi pupuk
kascing dosis 8 ton/ha mengalami peningkatan harkat dari rendah ke sedang.
Kandungan P tersedia pada tanah yang diberi pupuk kascing dosis 8 ton/ha
mengalami peningkatan harkat dari sedang ke tinggi, dan terlihat semakin tinggi
pupuk kascing kandungan P tersedia semakin meningkat. Berdasarkan Tabel 4.2
menunjukan pemberian berbagai dosis kascing belum mampu mengubah harkat
K tersedia. Kandungan BO pada tanah yang diberi pupuk kascing dosis 8 ton/ha
mengalami peningkatan harkat dari sangat rendah menjadi rendah, sedangkan pH
pada tanah sebelum penelitian dan setelah penelitian tidak terjadi perubahan yaitu
pH agak masam.
16
4.1.3. Karakteristik Pupuk Kascing
Karakteristik N, P, K, C Organik dari pupuk kascing dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Analisis Kandungan N, P, K, C Organik Pada Kascing.
Kandungan
N Total (%) P2O5 (%) K2O (%)
C Organik
Hara
(%)
Kascing
1.8
1.9
1.3
20.4
C:N
Rasio
11.33
Berdasarkan kandungan N, P, K, C Organik setelah penelitian (Tabel 4.3)
menunjukan bahwa kandungan Pupuk kascing N total sebesar 1.8 %, P2O5
sebesar 1.9 %, K2O sebesar 1.3 % serta C Organik 20.4 % sehingga rasio C:N
adalah 11,33.
4.1.4. Keadaan Cuaca Selama Penelitian
Unsur cuaca yang diamati meliputi purata temperatur udara, temperature
udara maksimum dan minimum, kelembaban relatif, curah hujan, hari hujan.
Ringkasan data cuaca selama penelitian disajikan pada Tabel 4.4, sedangkan data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 4.4. Data Cuaca Selama Penelitian Bulan Oktober - Desember 2012.
Purata Temperatur
Bulan
Purata
udara (0C)
Purata
Curah Hari
Temperatur T.udara T.udara Kelembaban Hujan Hujan
Udara (0C)
Relatif (%) (mm)
Max
Min
Oktober
23.6
34.9
18.8
53.8
6.3
7
November
23.3
34.1
17.1
60.1
12.6
12
Desember
21.9
33.1
16.9
65.6
80.4
23
Sumber :Data Primer Dari Stasiun Klimatologi Fakultas Pertanian UKSW di Salaran Desa
Wates, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang .
Berdasarkan data cuaca pada Tabel 4.4, terlihat keadaan cuaca selama
penelitian pada bulan Oktober sampai Desember 2012 menunjukkan purata
temperatur udara berkisar antara 21.9 0C sampai dengan 23.6 0C, temperatur
udara maksimum berkisar antara 33.1 0C sampai dengan 34.9 0C, temperatur
17
udara minimum berkisar antara 16.9 0C sampai dengan 18.8 0C, kelembaban
relatif berkisar antara 53,8 % sampai dengan 65.6 %, curah hujan berkisar antara
6.3 mm sampai dengan 80.4 mm dan hari hujan berkisar antara 7 hari sampai
dengan 23 hari tiap bulannya.
4.1.5. Serangan Hama, Penyakit, dan Gulma
Selama penelitian berlangsung, hama yang menyerang tanaman bawang
daun adalah :
a.
Orong – orong, (Gryllotalpa africana Pal.) dimana imagonya menyerupai
jangkrik yang menyerang akar tanaman sehingga menyebabkan layunya
tanaman.
b.
Ulat grayak (Spodoptera exigua Hubner) dimana menyerang bagian daun,
akibatnya daun terlihat bercak-bercak putih.
c.
Lalat pengorok (Liriomyza chinensis) dimana mengakibatkan daun
menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar.
Pengendalian terhadap hama dilakukan secara mekanik dengan cara
menangkap kemudian dimatikan, disamping itu dilakukan penyemprotan pestisida
nabati Superfarm Organik Cair dengan dosis 4cc per liter air, menggunakan
tangki spray dengan volume 15 L. Penyemprotan pestisida nabati dilakukan pada
sore hari, dengan frekuensi 2 minggu sekali. Untuk penyakit tanaman bawang
daun selama penelitian tidak ditemukan. Gulma yang berada disekitar lahan yaitu
rumput teki (Cyperus rotundus L.), babandotan (Agerratum conyzoides L.), dan
teki ladang (Cyperus rotundus ).
4.2.
Pengamatan Utama
Pengamatan utama dalam penelitian ini meliputi komponen pertumbuhan
(tinggi tanaman per rumpun, jumlah daun per rumpun, berat basah akar per
rumpun) dan komponen hasil (jumlah anakan per tanaman, berat basah per
rumpun, berat kering per rumpun, hasil per petak netto dan konversi hasil per Ha).
Data yang diperoleh pada pengamatan utama dianalisis dengan menggunakan
18
metode Sidik Ragam (Uji F 5%). Untuk mengetahui ada tidaknya beda antara
purata perlakuan digunakan Uji Beda Nyata (BNJ 5 %). Untuk mempermudah
pembacaan angka dalam tabel, maka setiap angka hasil pengamatan utama diikuti
dengan huruf. Angka dalam kolom yang sama yang diikuti dengan huruf sama
menunjukkan tidak beda nyata pada taraf kepercayaan 5 %, sedangkan angka
yang diikuti huruf berbeda menunjukan adanya perbedaan yang nyata pada taraf
kepercayaan 5 %.
4.2.1. Komponen Pertumbuhan
Komponen pertumbuhan
yang diamati meliputi tinggi tanaman per
rumpun, jumlah daun per rumpun, serta berat basah akar per rumpun, disajikan
pada Tabel 4.5, sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 4.5. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Berat Basah Akar
Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (Helai) Berat basah akar (g)
0 ton/ha
35.6 a
8.06 a
2.10 a
4 ton/ha
38.9 a
8.66 a
2.69 a
8 ton/ha
46.5 b
17.04 b
5.71 b
12 ton/ha
46.1 b
14.64 b
5.22 b
16 ton/ha
46.0 b
14.34 b
5.11 b
Keterangan :
Data tinggi, jumlah daun dan berat basah akar didapat dari purata per
rumpun dan per perlakuan pada akhir penelitian (minggu ke 12=84 HST)
Tinggi
50.0
cm
40.0
p1
30.0
p2
20.0
p3
10.0
p4
0.0
0
7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 Hari
p5
Gambar 4.1. Grafik Tinggi Tanaman.
Keterangan : 1. Data tinggi tanaman didapat dari purata per perlakuan
2. P1=0 ton/ha, P2=4 ton/ha, P3=8 ton/ha, P4=12 ton/ha, P5=16 ton/ha
19
Pada pertumbuhan tanaman menunjukan bahwa perlakuan pemberian
dosis pupuk kascing 8 ton/ha mampu secara nyata meningkatkan tinggi tanaman,
jumlah daun, serta berat basah akar bila dibandingkan dengan perlakuan 0 ton/ha
(kontrol) dan 4 ton/ha. Pemberian pupuk kascing 8 ton/ha sudah mampu
memberikan pengaruh pada kandungan bahan organic tanah yang akhirnya akan
mampu mempengaruhi struktur tanah, porositas, permeabilitas, kemampuan
menahan air, mempengaruhi pH tanah, kemampuan menyerap kation, kelarutan
Al dengan membentuk kompleks Al-organik serta mempengaruhi
kondisi
kehidupan dalam tanah, dan keragaman organisme tanah sehingga meningkatnya
proses aktifitas organisme dalam tanah serta peningkatan unsur hara yang
diperlukan tanaman (Gardner dkk, 1991). Karakteristik tanah yang baik dengan
adanya pemberian pupuk kascing 8 ton/ha akan mampu menjadikan pertumbuhan
tanaman menjadi baik pula. Hal ini didukung oleh penelitian Rosmarkan dan
Yuwono (2002) yang menyatakan dengan karakteristik tanah yang baik maka
pertumbuhan dan perkembangan serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap
unsur hara juga akan baik. Perkembangan sistem perakaran yang baik sangat
menentukan pertumbuhan vegetatif tanaman yang pada akhirnya menentukan pula
fase reproduksi hasil tanaman,
Pada hasil analisis tanah unsur hara N menunjukan bahwa perlakuan 8
ton/ha sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol
dan 4 ton/ha. Peningkatan unsur hara N akan meningkatkan pembentukan
khlorofil, dimana dengan meningkatnya jumlah khlorofil maka proses fotosintesis
akan mangalami peningkatan. Oleh karena N adalah unsur utama pembentukan
asam amino, maka ketersediaan unsur hara N akan meningkatkan sintesis protein
tanaman. Oleh karena itu peningkatan N akhirnya akan diikuti peningkatan hasil
bahan pembentukan sel-sel baru yang selanjutnya akan meningkatkan
pembentukan organ vegetatif tanaman, dalam hal ini adalah pembentukan organ
baru diantaranya tinggi tanaman dan jumlah daun.
Pada hasil analisis tanah unsur hara P menunjukan bahwa perlakuan 8
ton/ha sudah mengalami peningkatan P bila dibandingkan dengan perlakuan
20
kontrol dan 4 ton/ha. Unsur hara P merupakan salah satu pembentuk senyawa
ATP, Hardjowigeno (1994) menyatakan bahwa ATP yang terbentuk digunakan
oleh tanaman untuk sintesis protein yang kemudian digunakan untuk membentuk
sel meristematik yaitu untuk pembelahan dan pemanjangan sel. Unsur hara P
merupakan penyusun membran sel tanaman, penyusun asam nukleat, serta ambil
bagian dalam sintesin protein, terutama yang terdapat pada jaringan hijau, sintesis
karbohidrat yang memacu aktivitas pembelahan sel pada jaringan meristem akan
meningkat diikuti pertumbuhan ruas yang merentang diantara buku-buku batang
tempat merekatnya daun (Tisdal dan Nelson, 1975).
Pemberian kascing juga mampu mempengaruhi kandungan K tanah.
Soepardi (1983) menyatakan peningkatan unsur hara K akan merangsang
pembukaan stomata sehingga meningkatkan proses penangkapan energi matahari,
yang diikuti pengambilan CO2 dan pengeluaran O2 melalui proses respirasi
kemudian mengubahnya menjadi energi biokimia. Terdapatnya unsur K yang
mampu berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis,
akumulasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata atau
mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel, berperan sebagai katalisator enzim
pada proses metabolisme tanaman serta meningkatkan translokasi karbondioksida
(CO2). Disamping itu Sarief (1989) menyatakan apabila tidak disertai dengan
ketersediaan unsur hara K, efisiensi penyerapan unsur hara N dan P akan rendah.
4.2.2. Komponen Hasil
Komponen hasil yang diamati meliputi jumlah anakan per tanaman, berat
basah per rumpun, berat kering per rumpun, hasil per petak netto dan konversi
hasil per Ha. Data jumlah anakan, berat kering tanaman dan berat basah
perrumpun disajikan pada Tabel 4.6, sedangkan data selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 3.
21
Tabel 4.6. Jumlah Anakan, Berat Basah dan Berat Kering Tanaman.
Perlakuan
Jumlah anakan
Berat kering tanaman
Berat basah per
(biji)
(g)
rumpun (g)
0 ton/ha
1.55 a
2.67 a
37.59 a
4 ton/ha
1.68 a
2.69 a
52.38 a
8 ton/ha
2.34 b
5.71 b
109.37 b
12 ton/ha
2.10 b
5.22 b
96.68 b
16 ton/ha
2.04 b
5.11 b
95.90 b
Keterangan : Data jumlah anakan, berat basah akar dan berat basah tanaman didapat dari
purata per rumpun dan purata per perlakuan pada akhir penelitian.
Dari Tabel 4.6, menunjukan bahwa perlakuan pemberian dosis pupuk
kascing 8 ton/ha mampu secara nyata meningkatkan jumlah anakan per rumpun,
berat kering per rumpun, dan berat basah per rumpun bila dibandingkan dengan
perlakuan kontrol dan 4 ton/ha. Bahkan penambahan kascing berikutnya (12 dan
16 ton/ha) sudah tidak mampu meningkatkan hasil tanaman (jumlah anakan ,
berat kering tanaman, dan berat basah per rumpun) Hal itu menunjukan kascing
dosis 8 ton/ha merupakan dosis optimum yang mampu mempengaruhi hasil
tanaman.
Hasil tanaman dipengaruhi oleh kondisi tanah yang baik, untuk
mendukung perkembangan dan pertumbuhan tanaman sehingga meningkatkan
aktifitas fotosintesis yang menghasilkan fotosintat yang dapat terakumulasi dari
jaringan tanaman yang berpengaruh pada peningkatan karbohidrat (Gardner dkk,
1991). Tanah yang baik salah satunya ditentukan oleh ketersediaan unsure hara,
karena unsur hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman,
sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan metabolismenya.
Pada tanaman budidaya kebutuhan unsur hara sangat tinggi, sehingga untuk dapat
memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara harus dilakukan penambahan
unsur hara dalam bentuk pupuk dalam jumlah yang cukup (Soepardi, 1983).
Pemberian kascing mempu meningkatkan ketersediaan unsure hara (Tabel
4.6) antara laian terjadinya peningkatan N dan P. Adanya peningkatan unsure hara
N dalam tanah, maka akan meningkatkan kandungan N dalam jaringan tanaman.
Tersedianya N dalam jaringan tanaman
22
dan karbohidrat yang cukup, akan
meningkatkan sintesis asam amino serta meningkatkan protein dan enzim-enzim
yang berperan dalam proses pertumbuhan, seperti peningkatan protoplasma
sebagai penyusun sel, sehingga jumlah sel meningkat. Peningkatan dalam sintesis
protein juga akan meningkatkan proses pembelahan dan pemanjangan sel didalam
daun, hal itu akan meningkatkan jumlah daun pada tanaman, sehingga akan
meningkatkan berat basah disertai peningkatan jumlah anakan (Nyakpa, 1988,.
Nurhayati Hakim,. 1991,).
Berat kering tanaman dipengaruhi oleh akumulasi senyawa organik
didalam organ tanaman. Senyawa organik tersebut merupakan hasil dari proses
fotosintesis. Disamping itu berat kering tanaman merupakan keseimbangan antara
pengambilan CO2 (fotosintesis) dan pengeluaran O2 (respirasi). Secara fisiologi,
dalam proses fotosintesis didalam daun terjadi reaksi terang, dimana energi
cahaya diubah menjadi energi kimia yaitu NADPH dan ATP (adenosine
triposphat), senyawa ini yang kemudian digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi
senyawa organik yang menghasilkan berat kering tanaman (Gardner dkk, 1991).
Didalam proses fotosintesis tersebut diatas diperlukan unsure hara N dan P.
Adanya pemberian kascing 8 ton/ha mampu meningkatkan unsure hara N dan P
(lihat Tabel 4.2) sehingga dengan pemberian 8 ton/ha kascing juga secara nyata
mampu meningkatkan berat kering tanaman.
Hasil per petak netto dan konversi hasil per Ha disajikan pada Tabel 4.7.,
sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 4.7. Hasil per Petak Netto dan Konversi Hasil per Hektar
Perlakuan
Hasil per petak Netto (kg)
Konversi hasil per Hektar (ton)
0 ton/ha
1.50 a
2.63 a
4 ton/ha
2.10 a
3.67 a
8 ton/ha
4.37 b
7.66 b
12 ton/ha
3.84 b
6.71 b
16 ton/ha
3.43 b
6.00 b
Keterangan : Data hasil per petak dan konversi hasil per Ha.
Tabel 4.7 menunjukkan pada pemberian dosis pupuk kascing 8 ton/ha
mampu secara nyata meningkatkan hasil per petak, dan konversi hasil per Hektar
23
bila dibandingkan dengan perlakuan control dan 4 ton/ha. Hasil tanaman
dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan yang lain seperti jumlah anakan, jumlah
daun, tinggi tanaman, berat akar, berat tanaman. Pupuk kascing mempunyai peran
yang sangat penting karena mampu mensuplai unsur hara yang dibutuhkan
tanaman (lihat Tabel 4.2) untuk proses pertumbuhan dan hasil tanaman.
Ketersedian unsur hara dalam tanah, struktur tanah dan tata udara tanah
yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar serta
kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara. Perkembangan sistem
perakaran yang baik sangat menentukan pertumbuhan vegetatif tanaman yang
pada akhirnya menentukan pula fase reproduksi dan hasil tanaman karena
pertumbuhan vegetatif yang baik akan menunjang fase generatif yang baik pula.
Dari semua variabel pengamatan utama didapat hasil sama yaitu perlakuan
kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan 4 ton/ha, dimana hal itu belum
mampu secara nyata mengubah taraf unsur hara, dilihat dari hasil analisis tanah
menunjukan unsur N total, P tersedia, K tersedia, serta BO dalam tanah masih
pada taraf level yang sama, sehingga belum mampu memperbaiki sifat fisik
tanah, kimia tanah, dan biologi tanah yang berperan menunjang pertumbuhan dan
hasil tanaman (Tabel 4.1). Untuk perlakuan 8 ton/ha berbeda nyata dengan
perlakuan kontrol dan 4 ton/ha, hal itu secara nyata perlakuan 8 ton/ha mampu
mengubah taraf unsur hara, sehingga secara tidak langsung mampu memperbaiki
sifat fisik tanah, kimia tanah, dan biologi tanah yang berperan menunjang
pertumbuhan dan produksi tanaman, yang digambarkan adanya peningkatan
potensial hasil tanaman. Untuk perlakuan 8 ton/ha tidak berbeda nyata dengan
perlakuan 12 ton/ha, dan 16 ton/ha diduga kebutuhan optimal telah terjadi pada
perlakuan 8 ton/ha (Munawar, 2011; Poerwowidodo, 1992), Hal ini didukung
oleh pernyataan Rosmarkam dan Yuwono (2001), berdasarkan hukum
diminishing increment apabila kebutuhan optimum terpenuhi maka penambahan
dosis terus menerus, kemungkinan kenaikan produksi menjadi nol, bahkan
kenaikan produksi menjadi negatif.
24
Download