pengaruh biaya produksi dan biaya pemasaran terhadap penjualan

advertisement
PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA PEMASARAN TERHADAP
PENJUALAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 - 2014
Disusun Oleh:
SUYANTI
NIM. 12000797
TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN
BATAM
2016
ABSTRAK
PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA PEMASARAN TERHADAP
PENJUALAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014
Oleh:
Suyanti
Dosen Pembimbing:
Hermaya Ompusunggu, SE, M.Ak
Pengaruh biaya produksi dan biaya pemasaran terhadap penjualan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20112014. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh biaya produksi dan biaya
pemasaran terhadap penjualan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kuantitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini
sebanyak 141 perusahaan dan sampel dalam penelitian ini yaitu 3 perusahaan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu data sekunder. Variabel dalam
penelitian ini adalah variabel bebas (biaya produksi) dan (biaya pemasaran)
terhadap variabel terikat (penjualan). Data dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya
produksi (X1) dan biaya pemasaran (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap
penjualan (Y). Koefisien determinasi atau R square adalah sebesar 1,8%.
Kata Kunci: Biaya Produksi, Biaya Pemasaran, Penjualan
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Implementasi
program
penjualan
untuk
memacu
penjualan
produk/jasa suatu perusahaan merupakan persyaratan untuk memenangkan
persaingan dalam kondisi perekonomian yang berkembang dengan pesat
dan sangat kompetitif. Banyak pengusaha yang mempertimbangkan
program penjualan sebagai alat kompetitif yang paling potensial. Tingkat
penjualan yang tinggi merupakan hal yang diinginkan bagi setiap
perusahan, bagi sebuah perusahaan dengan tingginya tingkat penjualan
yang dihasilkan diharapkan laba yang diperoleh juga meningkat. Philip
Kotler dan Kevin Lane (2009: 18) mengemukakan dalam penjualan
terdapat konsep yang menyatakan bahwa konsumen, jangan dibiarkan
begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi
yang agresif. Konsep ini beranggapan bahwa konsumen biasanya
menampakkan keengganan membeli dan harus dipikat agar membeli lebih
banyak, dan bahwa perusahaan harus menggunakan serangkaian alat
penjualan dan promosi yang efektif guna merangsang pembelian dalam
jumlah yang lebih banyak.
Penjualan dalam kegiatan usaha menjadi pengukur tingkat hasil
yang diharapkan oleh produsen melalui keterimaan nilai produk yang
dihasilkan, melalui produk/jasa yang diterima baik oleh masyarakat maka
1
2
tingkat penjualan akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
permintaan.
Kotler
(2006: 457) penjualan merupakan sebuah proses
dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi, melalui antar
pertukaran informasi dan kepentingan. Pertukaran kepentingan ini menjadi
dasar adanya saling membutuhkan dan saling melengkapi, seorang
penjual/produsen akan menjadi tidak berguna apabila tidak ada konsumen
yang membeli produk yang telah dihasilkannya, begitu juga sebaliknya
seorang konsumen tidak akan berdaya dengan segala potensi yang
dimilikinya apabila tidak ada barang yang dapat dimanfaatkan nilainya.
Setiap perusahaan hidup dari adanya konsumen yang loyal atau
sering disebut sebagai pelanggan, karena itulah pelanggan merupakan satusatunya alasan keberadaan sebuah perusahaan. Kepuasan pelanggan wajib
menjadi prioritas setiap perusahaan, menjadikan kepuasan pelanggan
sebagai fokus perusahaan merupakan salah satu bentuk pemahaman
kebutuhan dalam kondisi perekonomian global sekarang ini.
Perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksinya tidak luput
dalam usaha mencari profitabilitas semaksimal mungkin, dan hal ini hanya
akan terwujud apabila manajemen perusahaan melakukan langkah-langkah
dan pilihan yang tepat terhadap jenis barang atau jasa yang akan dijualnya
serta faktor-faktor produksi yang akan digunakannya. Biaya produksi
merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual (Mulyadi, 2009: 14), dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa yang disebut biaya produksi adalah keseluruhan
3
biaya yang dipergunakan guna mengolah bahan baku hingga menjadi
produk yang siap jual.
Kegiatan produksi suatu perusahaan berdasar pada arahan
manajemen
yang telah melakukan
perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian sumber daya perusahaan guna tercapai
optimalitas produksi yang nantinya tercermin dalam optimalitas profit yang
diperoleh perusahaan. Alokasi input yang baik ini dapat dilihat dari berapa
besar sumbangan seluruh input terhadap produksi. Tambahan input dapat
mengakibatkan pengurangan produksi maka penambahan tersebut tidak
diperlukan karena pada saat tersebut penambahan input tidak lagi efisien.
Penambahan input yang mengakibatkan penambahan output yang jauh
lebih besar juga kurang baik karena pada saat intput bertambah ongkos
produksi per unit telah mengalami peningkatan.
Kontribusi
input
yang optimal dicapai apabila tambahan input proporsional dengan
tambahan output.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang
dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya, berkembang dan mendapatkan laba.
Berhasil atau tidaknya dalam mencapai tujuan usaha tergantung tingkat
keahlian di dalam bidang pemasaran, produksi dan keuangan maupun
bidang lainnya, selain itu tergantung pula pada kemampuan untuk
mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar perusahaan dapat berjalan
dengan lancar.
4
Biaya pemasaran yang sejatinya jiwa dari perusahaan pun akan ikut
mendapatkan imbas dari terjadinya krisis yang belakangan terjadi, krisis
yang secara struktural berdampak pada seluruh aspek kehidupan, aspek
ekonomi pun tidak luput terkena imbasnya. Krisis yang menurunkan atau
melemahkan kinerja keuangan telah menjatuhkan banyak perusahaan yang
kurang memiliki pondasi keuangan dan manajemen yang kuat menjadi
pontang panting hingga ada juga yang gulung tikar karena ketidaksiapan
menghadapi krisis yang terjadi. Krisis yang membuat kacau keuangan
Negara mengakibatkan naiknya biaya-biaya perusahaan yang berpengaruh
terhadap harga output yang dihasilkan hal ini juga mengakibatkan kenaikan
biaya pemasaran, tidak hanya itu ulah para kompetitor baru ataupun
kompetitor lama membuat
peralihan
konsumen
kepada
pesaing
menyisakan biaya pemasaran yang sudah terlanjur dikeluarkan menjadi
tambahan beban biaya bagi perusahaan.
Begitu banyak hal yang patut menjadi pertimbangan dalam
menjalankan usaha, terlebih menyangkut harga yang umumnya merupakan
suatu hal yang sensitif dalam pemasaran produk/jasa. Dalam hal ini perlu
adanya pertimbangan serius agar kepentingan perusahaan akan profit yang
diharapkan
nerupakan
hal
memerlukan
pemikiran
khusus
dalam
menentukannya. Walaupun harga tidak semata- mata menjadi faktor utama
yang berkonjungsi terhadap keputusan pembelian konsumen pada
produk/jasa, juga memiliki kaitan erat dengan kualitas produk/jasa yang
dihasilkan. Produk/jasa dengan kualitas premium tentunya akan memiliki
5
jaminan kepusan tinggi yang dapat diterima konsumen, nantinya kepuasan
yang diterima oleh konsumen dapat teraplikasi pada pembelian ualang
yang dilakukan. Perasaan konsumen yang merasa puas nantinya akan
menguntungkan perusahaan dengan peningkatan penjualan, karena
konsumen yang merasa puas secara tidak langsung akan menjadi tempat
promosi yang baik terhadap perkembangan usaha.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dan dengan
melihat fenomena masalah yang terjadi peneliti tertarik dan termotivasi
untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji “Pengaruh Biaya
Produksi Dan Biaya Pemasaran Terhadap Penjualan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 –
2014”.
1.2
Rumusan Masaalah
Dari latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah yang diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut:
1.
Apakah biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap penjualan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
2.
Apakah biaya pemasaran berpengaruh signifikan terhadap penjualan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
3.
Apakah biaya produksi dan biaya pemasaran secara bersama – sama
berpengaruh signifikan terhadap penjualan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
6
1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan untuk memberikan keterangan yang mengarah
kepada apa yang ingin penulis teliti. Pada penelitian ini fokus masalah dibatasi
pada “Pengaruh Biaya Produksi Dan Biaya Pemasaran Terhadap Penjualan Pada
Perusahaan Manufaktur”. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penjualan,
yakni:
a. Kualitas produk
b. Selera konsumen
c. Kemampuan penjual
d. Persaingan pasar
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka perlu adanya
batasan penelitian tentang “Pengaruh Biaya Produksi Dan Biaya Pemasaran
Terhadap Penjualan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011 – 2014”.
1.4
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui apakah biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap
penjualan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
2.
Untuk mengetahui apakah biaya pemasaran berpengaruh signifikan terhadap
penjualan pada perusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
7
3.
Untuk mengetahui apakah biaya produksi dan biaya pemasaran secara
bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap penjualan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan
untuk dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan
biaya produksi dan biaya pemasaran dan pengaruhnya terhadap penjualan.
Sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mengoptimalkan biaya
produksi untuk menciptakan peningkatan hasil penjualan.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Dari penelitian yang telah dilakukan, manfaat bagi penulis hasil penelitian
tersebut dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan serta
pengembangan ilmu yang diterima selama perkuliahan serta mengetahui
lebih dalam mengenai pengaruhnya biaya produksi dan biaya pemasaran
terhadap penjualan.
b.
Bagi Perusahaan
Sebagi bahan masukan dalam mempertimbangkan pengambilan kebijakan
mengenai pengaruhnya biaya produksi dan biaya pemasaran terhadap
penjualan guna meningkatkan kinerja perusahaan.
8
c.
Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
d.
Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya untuk lebih mendalami
materi
terutama yang berkaitan
dengan biaya produksi dan biaya pemasaran serta pengaruhnya terhadap
penjualan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Biaya Produksi
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungk inan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Seringkali istilah biaya digunakan sebagai sinonim dari
beban. Tetapi beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari
barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk
menentukan laba.
Mulyadi (2009: 14), biaya produksi merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk
dijual. Artinya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk setiap proses produksi
barang, dari pengolahan bahan baku hingga menjadi barang siap pakai
oleh konsumen. Proses produksi pada perusahaan tentunya akan menelan
banyak biaya, dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi ataupun
dalam pengemasannya. Hal ini harus selalu diperhatikan oleh perusahaan
karena biaya-biaya yang dikeluarkan ini akan menjadi penentu harga
produk ketika dijual di pasar. Selain itu biaya-biaya tersebut akan menjadi
pembanding terhadap hasil penjualan perusahaan, untuk mengukur tingkat
laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
9
10
Menurut Halim (2012), biaya produksi adalah biaya-biaya yang
berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan
dipertemukan (dimatch-kan) dengan penghasilan (revenue) diperiode
mana produk itu dijual.
Menurut Ismaya (2010) dalam kamus akuntansi, biaya produksi
adalah biaya untuk memproduksi yang terdiri dari bahan langsung, upah
langsung, dan biaya tidak langsung.
Mulyadi (2012: 14), mengemukakan bahwa biaya produksi
merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual.
Menurut Ardiyos (2010) dalam Kamus Besar Akuntansi,
production cost (biaya produksi) adalah biaya yang terjadi untuk
menghasilkan suatu produk atas jasa, biaya-biaya ini dapat diklasifikasikan
dalam tiga jenis: bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung
(direct labour), dan overhead pabrik (factory overhead). Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa biaya produksi merupakan
biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang digunakan untuk
mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Menurut M.Nafarin (2009: 497). Biaya Produksi adalah semua
biaya yang berkaitan dengan produk (barang) yang diperoleh, dimana
didalamnya terdapat unsur biaya produk beruapa biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
11
Biaya produksi menurut Mulyadi (2007: 24), adalah pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang,yang akan terjadi dan
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Hansen dan Mowen (2009), menyatakan bahwa biaya
produksi merupakan “biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan
penyediaan jasa”.
Menurut Sugiri (2009), Biaya produksi adalah biaya yang
diperlukan untuk memperoleh bahan bakudari pemasok dan mengubahnya
menjadi produk selesai yang siap dijual.
Jadi biaya produksi merupakan dasar dalam penentuan harga jual,
sebab suatu tingkat
harga yang tidak dapat menutup biaya akan
mengakibatkan kerugian. sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi
semua biaya,baik biaya produksi,biaya operasi maupun biaya non operasi
maka akan menghasilkan keuntungan.
2.1.1.1 Unsur-Unsur Biaya Produksi
Unsur-Unsur Biaya Produksi Untuk melakukan proses produksi, setiap
perusahaan membutuhkan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik menurut
Rudianto (2009).
1. Biaya bahan baku Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan
untuk membeli bahan baku yang telah digunakan untuk
menghasilkan suatu produk jadi dalam volume tertentu.
12
2. Biaya tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung
adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar pekerja yang
terlibat secara langsung dalam proses produksi.
3. Biaya Overhead pabrik Biaya overhead pabrik adalah berbagai
macam biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung yang juga dibutuhkan dalam proses produksi.
2.1.1.2 Klasifikasi Biaya Produksi
Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti
atas data biaya. Menurut Usry (2006: 40), klasifikasi yang paling
umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan
berikut ini:
1) Produk
Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri dari dua
elemen yaitu:
a) Biaya Manufaktur
Biaya manufaktur disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik
yang didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya
disebut sebagai biaya utama. Tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik, keduanya disebut biaya konversi.
13
b) Beban Komersial
Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar yaitu beban
pemasaran dan beban administratif. Beban pemasaran mulai dari
titik di mana biaya manufaktur berakhir, yaitu ketika proses
manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap dijual.
Beban pemasaran termasuk beban promosi, beban penjualan dan
pengiriman. Beban administratif termasuk beban yang terjadi
dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi.
2) Volume produksi
Berdasarkan volume produksi, biaya terdiri sebagai berikut:
a) Biaya Variabel
Jumlah total biaya variabel berubah secara propo rsional
terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan.
Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan
biaya
tenaga
kerja
langsung.
Biaya
overhead
yang
diklasifikasikan sebagai biaya variabel adalah perlengkapan,
biaya penerimaan, peralatan kecil dan lain-lain.
b) Biaya Tetap
Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang
relevan. Biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya
tetap adalah gaji eksekutif produksi, depresiasi, pajak properti
dan lain-lain.
14
c) Biaya Semi Variabel
Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya
variabel yang disebut dengan biaya semivariabel. Misalnya,
biaya listrik biasanya adalah biaya semivariabel. Berikut ini
adalah contoh-contoh lain dari biaya overhead semivariabel
yaitu inspeksi, jasa departemen biaya, jasa departemen
penggajian, jasa kantor pabrik, asuransi kompensasi dan pajak
penghasilan.
3) Departemen, proses, pusat biaya atau subsidi lain dari manufaktur
Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang memiliki
berbagai nama. Pembagian pabrik menjadi departemen, prosesproses, unit kerja, pusat biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi
sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan
biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian
biaya.
a) Biaya langsung departemen
Biaya langsung departemen adalahbiaya yang dapat ditelusuri ke
suatu departemen di mana biaya tersebut berasal.
Contohnya gaji dari supervisor departemen.
b) Biaya tidak langsung departemen
Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang digunakan
bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat
15
dari biaya tersebut. Contohnya sewa gedung dan biaya
penyusutan gedung.
4) Periode akuntansi
Berdasarkan hubungannya dengan periode akuntansi maka biaya
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Pengeluaran Modal
Suatu pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat
di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva.
b) Pengeluaran Pendapatan
Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode
sekarang dan dilaporkan sebagai beban.
5) Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi
Ketika suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau
alternatif-alternatif yang mungkin dilakuk an, adalah penting untuk
mengidentifikasikan biaya. Untuk tujuan pengambilan keputusan
oleh manajemen data biaya dikelompokkan menjadi:
a) Biaya Relevan
Biaya relevan adalah biaya yang mempengaruhi pengambilan
keputusan, oleh karena itu biaya tersebut harus diperhitungkan
di dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
dapat berupa pilihan pemilihan dua alternative atau pemilihan
lebih dari dua alternatif.
16
b) Biaya Tidak Relevan
Biaya tidak relevan adalah biaya yang tidak mempengaruhi
pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini tidak perlu
diperhitungkan
atau
dipertimbangkan
dalam
proses
pengambilan keputusan.
2.1.1.3 Perhitungan Biaya Produksi
Menurut Hansen & Mowen ( 2006: 159 ) Perhitungan Biaya Produksi
adalah: ”salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dengan
akurat, tepat dan jelas juga sangat penting dalam menentukan harga
pokok penjualan untuk mencapai target laba yang diharapkan”.
Tujuan perhitungan Biaya Produksi, pada umumnya perusahaan
bertujuan untuk mendapatkan laba dengan memperoleh pendapatan
dan membandingkannya dengan pengorbanan yang dilakukan atau
bila memungkinan pengorbanan yang seminimal mungkin. Dalam
rangka mengetahui beberapa besar jumlah laba yang diharapkan akan
diperlukan suatu ukuran yang jelas baik dari pendapatan maupun dari
pengorbanan. Perusahaan industri yang mengolah bahan baku menjadi
barang jadi perlu mengetahui berapa besar pengorbanan yang telah
dilakukan terutama dalam proses produksinya.
Tujuan dari perhitungan biaya produksi adalah :
17
a. Untuk Pengendalian Biaya.
Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan menetapkan beberapa
cara, salah satunya ialah dengan sistem biaya standar. Sistem ini
ditetapkan atas dasar pengalaman pada masa lalu dan penelitian
secara alamiah.
b. Untuk Perencanaan dan Pengukuran prestasi Kerja
Hal ini perlu dilakukan agar perusahaan dapat menetapkan
kebijaksanaan
pada
masa
yang
akan
datang.
Sebelum
melaksanakan proses produksi langsung, tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik. Perencanaan mempunyai hubungan erat dengan
pengawasan.
Jadi,
pemakai
sistem
biaya
standar
dan
pengawasannya dapat juga dipakai dalam perencanaan biaya
produksi. Hal ini berguna untuk mempertimbangkan kejadiankejadian yang mungkin timbul pada masa yang akan datang.
c. Untuk Penetapan Biaya
Sebelum hasil produksi di jual, maka terlebih dahulu ditetapkan
harga jualnya, agar perusahaan dapat mengambil kebijaksanaan
dalam penjualan produksinya. Dalam kenyataan bahwa harga jual
tidak selalu didasarkan pada biaya produksi karena masih ada
faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan
harga jual Tandan Buah Segar (TBS). Misalnya permintaan dan
penawaran dan peraturan pemerintah. Tetapi penetapan biaya
produksi merupakan langkah pertama dalam menentukan harga
18
jual produksi sebelum mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas.
Selain itu juga penentuan biaya produksi merupakan hal yang
mutlak dalam penentuan tingkat laba yang diinginkan.
d. Untuk Penilaian persediaan
Pada umumya proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi
selalu terdapat persediaan, Ini merupakan persyaratan untuk
menetapkan harga pokok penjualan secara cermat, dalam pelaporan
perhitungan laba rugi. Oleh karena itu pada setiap periode tertentu,
persediaan harus dinilai agar dapat ditentukan laba rugi perusahaan.
Disamping penentuan biaya produksi, penting bagi pimpinan untuk
keperluan analisis dan pengambilan keputusan untuk memecahkan
persoalan
2.1.1.4 Sistem Perhitungan Biaya Produksi
Sistem perhitungan biaya bertujuan untuk menentukan biaya dari
barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Perhitungan biaya
membebankan sejumlah biaya ke setiap produk sedemikian rupa
sehingga merefleksikan biaya dari sumber daya yang digunakan untuk
memproduksi produk tersebut.
Menurut Carter dan Usry (2006: 127) sistem perhitungan biaya
produksi yang paling banyak digunakan terbagi atas dua, yaitu :
(1) Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan
19
Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan biasanya digunakan
apabila produk yang diproduksi bersifat heterogen. Dalam
perhitungan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasikan biaya
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang
dibebankan ke setiap pesanan. Sebagai hasilnya, perhitungan biaya
berdasarkan pesanan dapat dipandang dalam tiga bagian yang
saling berhubungan. Akuntansi bahan baku memelihara catatan
persediaan bahan baku, membebankan bahan baku langsung ke
pesanan, dan membebankan bahan baku tidak langsung ke
overhead. Akuntansi tenaga kerja memelihara akun-akun yang
berhubungan dengan beban gaji, membebankan tenaga kerja
langsung ke pesanan dan membebankan tenaga kerja tidak
langsung ke overhead. Akuntansi overhead mengakumulasi biaya
overhead,
memelihara
catatan
terinci
atas
overhead
dan
membebankan sebagian dari overhead ke pesanan.
(2) Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Perhitungan biaya berdasarkan proses, biasanya digunakan apabila
produki yang diproduksi bersifat homogen. Dalam perhitungan
biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead
pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap
unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke
pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Jika produk dari
20
suatu proses menjadi bahan baku dari proses berikutnya, maka
biaya per unit dihitung untuk setiap proses.
2.1.1.5 Metode penentuan biaya produksi
Menurut Mulyadi (2009: 17) Metode penetuan kos produksi adalah
cara memperhitungklan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi,
terdapat pendekatan:
1. Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam kos
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabri, baik yang berperilaku variabel
maupun tetap.
Kos produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri
dari unsur kos produksi(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead
pabrik tetap).
Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik tetap
xx
Biaya overhead pabrik variable
xx
Harga pokok produksi
xx
21
a. Variabel costing
Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel
ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik
xx
Harga pokok produksi
xx
Kos produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing
terdiri dari unsur kos produksi variabel (biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel)
ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran
variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap
(biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,biaya
administrasi dan umum tetap).
2.1.2
Pengertian Biaya Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang
dilakukan oleh para pengusaha dalam upaya untuk mempertahankan
kelangsungan perkembangan dan perluasan perusahaan. Pemasaran
posisinya berada antara produsen dan konsumen, artinya pemasaran
22
merupakan alat penghubung antara produsen dan konsumen. Melihat
perkembangan perekonomian seperti sekarang ini tanpa adanya kegiatan
pemasaran yang efektif dalam menunjang usaha perusahaan maka
mungkin tujuan yang ingin dicapai yaitu laba yang maksimal akan sangat
sulit, sehingga dapat dikatakan berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan
bisnis tergantung pada keahlian manajemen perusahaan dalam bidang
pemasaran.
Banyak ahli pemasaran yang mendefinisikan arti pemasaran
menurut pendapat mereka masing-masing. “
Menurut
Evans
and
Berman
pemasaran
merupakan
pengantisipasian, pengelolaan dan pemuasan permintaan melalui proses
pertukaran” (Fandi Tjiptono, Gregorius Chandra dan Dedi Adriana,2008:
3).
Menurut Miller and Laytonpemasaran merupakan sistem total
aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang
mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai
tujuan operasional (Fandi Tjiptono, Gregorius Chandra dan Dedi Adriana,
2008 : 3).
Menurut Mulyadi (2007: 488) Biaya pemasaran adalah meliputi
semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi dan di
simpan dalam gudang dan sampai pada saat produk tersebut diubah
kembali dalam bentuk tunai.
23
Dalam suatu perusahaan kegiatan pemasaran merupakan fungsi pokok
utama bagi kelangsungan hidup perusahaan karena maju mundurnya
perusahaan tergantung pada baik dan buruknya kegiatan pemasaran yang
dilakukan. Untuk menunjang kegiatan pemasaran diperlukan suatu biaya
yang disebut biaya pemasaran karena sedikit tidaknya biaya pemasaran
mempunyai peranan yang penting bagi perusahaan karena dengan adanya
biaya pemasaran produk yang telah selesai diproduksi akan sampai ke
tangan konsumen yang memerlukannya.
Kegiatan pemasaran produk dimulai jauh sebelum produk selesai
diproduksi. Kegiatan advertensi biasanya mengawali kegiatan pemasaran
suatu produk. Setelah produk selesai diproduksi (finished goods) kegiatan
pemasaran umumnya adalah:
1. Penyimpanan di gudang (sediaan produk jadi)
2. Penjualan
3. Pembungkusan dan pengiriman
4. Penagihan
5. Pencatatan transaksi (akuntansi)
Dengan demikian biaya pemasaran tidak hanya meliputi biaya
penjualan saja tetapi termasuk:
• biaya advertensi,
• biaya pergudangan,
• biaya pembungkusan dan pengiriman
24
• biaya kredit dan penagihan
• biaya akuntansi pemasaran
2.1.2.1 Penggolongan Biaya Pemasaran
Penggolongan biaya pemasaran pada umumnya ditentukan atau
disesuaikan atas dasar dari tujuan pemasaran yang akan di capai
sehingga strategis perencanaan dan peranan pemasaran dapat
mencapai sasaran perusahaan yaitu memperoleh laba maksimal.
Adapun penggolongan biaya pemasaran menurut Mulyadi (2007: 488)
adalah sebagai berikut :
1. Biaya untuk mendapatkan pesanan ( order getting cost ). Biaya
untuk mendapatkan pesanan adalah semua biaya yang dikeluarkan
dalam usaha memperoleh pesanan.
Contoh : Biaya wiranaga ( sales person ), komisi penjualan,
advertensi dan promosi.
2. Biaya untuk memenuhi pesanan ( order filling cost ). Biaya untuk
memenuhi pesanan adalah semua yang dikeluarkan untuk
mengusahakan agar produk sampai ketangan pembeli dan biaya –
biaya untuk mengumpulakan piutang dari pembeli.
Contoh : biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan pengiriman,
biaya angkutan dan penagihan.
Biaya pemasaran dapat juga digolongkan menurut fungsi
atau kegiatan pemasaran. Untuk mendapatkan pesanan ( order
25
getting ) perusahaan melakukan kegiatan dan advertensi,
sedangkan untuk memenuhi pesanan ( order filling ) perusahaan
melakukan kegiatan pergudangan, pembungkusan dan pengepakan,
pemberian kredit dan penagihan serta kegiatan administrasi
pemasaran. Dengan penggolongan tersebut dimana biaya untuk
mendapatkan pesanan (order Getting Cost) mencakup semua biaya
yang dikeluarkan perusahaan yang meliputi biaya penjualan dalam
hal ini merupakan suatu biaya yang terdiri dari kegiatan untuk
memenuhi pesanan dan pelanggan, selain itu biaya promosi dan
advertensi yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan kegiatan perancangan dan pelaksanaan memenuhi
peranan melalui kegiatan advertensi dan promosi. Sedangkan
penggolongan biaya pemasaran untuk memenuhi pesanan (order
filling cost) mencakup semua biaya yang dikeluarkan perusahaan
yang meliputi, biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan
pengiriman, serta biaya angkutan dan pengiriman. Dengan adanya
penggolongan biaya pemasaran tersebut maka akan lebih spesifik
tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan sehingga semua
rancangan pemasaran yang terdapat diperusahaan akan berjalan
sebagaimana mestinya sesuai dengan tugas-tugas yang telah
ditentukan.
26
2.1.2.2
Karakteristik Biaya Pemasaran
Menurut Mulyadi (2009: 489-490) karakteristik biaya pemasaran
adalah sebagai berikut, Banyak ragam yang ditempuh oleh perusahaan
dalam memasarkan produknya, sehingga perusahaan yang sejenis
produknya belum tentu menempuh cara pemasaran yang sama. Hal
ini sangat berlainan dengan kegiatan produksi dalam kegiatan
memproduksi suatu produk, pada umumnya digunakan bahan baku,
mesin dan cara produksi yang sama dari waktu ke waktu.
Berbeda halnya dengan kegiatan pemasaran produk, yang sangat
bervariasi meskipun dalam perusahaan yang sejenis. Sehingga
seringkali tidaklah mungkin diadakan perbandingan biaya pemasaran
antara perusahaan yang satu dengan lainnya. Kegiatan pemasaran
seringkali mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perubahan
kondisi pasar. Disamping terdapat berbagai macam metode pemasaran
seringkali terdapat perubahan metode pemasaran untuk menyesuaikan
dengan perubahan kondisi pasar. Begitu juga dengan perusahaan
pesaing akan mempunyai pengaruh terhadap metode pemasaran yang
digunakan oleh suatu perusahaan, sehingga metode pemasaran produk
sangat bersifat fleksibel. Hal ini menimbulkan masalah penggolongan
dan interpretasi biaya pemasaran. Kegiatan pemasaran berhadapan
dengan konsumen yang merupakan variabel yang tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan.
27
Dalam kegiatan produksi efisiensi diukur dengan melihat jumlah
biaya yang dapat di hemat untuk setiap satuan produk yang
diproduksi. Sebaliknya dalam kegiatan pemasaran, kenaikan volume
penjualan merupakan ukuran efisiensi, meskipun tidak setiap kenaikan
volume penjualan diikuti dengan kenaikan laba. Pada biaya pemasaran
terdapat biaya tidak langsung dan biaya bersama (joint cost) yang
lebih sulit pemecahannya bila di bandingkan dengan yang macam
produk dengan cara pemasaran yang berbeda–beda di berbagai daerah
pemasaran, maka akan memenimbulkan masalah biaya bersama (joint
cost) yang kompleks.
2.1.2.3
Cara Analisis Biaya Pemasaran
Analisis biaya pemasaran bertujuan untuk penentuan harga pokok
produk, pengendalian biaya, perencanaan dan pengarahan kegiatan
pemasaran. Cara analisis biaya pemasaran dapat digolongkan menjadi
tiga:
1. Analisis biaya pemasaran menurut jenis biaya atau obyek
pengeluaran.
2. Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran.
3. Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran.
28
1. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Jenis Biaya
Dalam cara ini, biaya pemasaran dipecah sesuai dengan jenis-jenis
biaya pemasaran. Dalam cara analisis ini, manajemen dapat
mengetahui rincian jenis biaya pemasaran, namun tidak dapat
memperoleh informasi mengenai biaya yang telah dikeluarkan untuk
menjalankan kegiatan pemasaran tertentu.
Oleh karena itu, cara analisis ini hanya baik dilakukan jika
manajemen tidak menghadapi masalah pengukuran efisiensi kegiatan
pemasaran tertentu, kemampuan tiap-tiap produk yang dijual dalam
menghasilkan laba, cara penjualan yang dijalankan dan kemampuan
menghasilkan laba tiap-tiap daerah
pemasaran.Analisis Biaya
Pemasaran
2. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Fungsi Pemasaran
Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran bertujuan
untuk pengendalian biaya, dan untuk analisis biaya pemasaran
menurut usaha pemasaran.
Langkah analisis
biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan dengan jelas fungsi-fungsi pemasaran sehingga dapat
ditentukan secara tepat manajer yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan fungsi tersebut.
2. Menggolongkan tiap-tiap jenis biaya pemasaran sesuai dengan
29
fungsinya.
3. Menentukan satuan ukuran jasa yang dihasilkan oleh tiap-tiap
fungsi.
4. Menentukan biaya per satuan kegiatan pemasaran dengan cara
membagi total biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk fungsi
tertentu dengan jumlah satuan jasa yang dihasilkan oleh fungsi
yang bersangkutan.
3. Analisis Biaya Pemasaran Menurut Usaha Pemasaran
Analisis biaya pemasaran menurut usaha pemasaran dapat dibagi
sebagai berikut:
1. Menurut jenis produk.
2. Menurut daerah pemasaran.
3. Menurut besar pesanan.
4. Menurut saluran distribusi.
Langkah-langkah yang harus ditempuh di dalam melakukan analisis
biaya pemasaran:
1. Menggolongkan jenis biaya pemasaran menurut fungsinya.
2. Menentukan jenis analisis yang akan dijalankan.
3. Menggolongkan jenis biaya pemasaran ke dalam: biaya langsung,
biaya setengah langsung, dan biaya tidak langsung.
4. Menentukan dasar alokasi biaya pemasaran.
30
5. Menentukan hubungan antara biaya dengan pendapatan (revenues)
yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut, untuk setiap jenis
produk, daerah pemasaran, besar order, atau saluran distribusi.
2.1.3
Pengertian Penjualan
Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat
penting dan menentukan bagi perusahan dalam mencapai sebuah tujuan
perusahan yaitu memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan. Beberapa para ahli mengemukakan tentang deinisi penjualan
antara lain:
Menurut M. Narafin (2006: 60), bahwa “Penjualan adalah proses
menjual, padahal yang dimaksud penjualan dalam laporan laba-rugi adalah
hasil menjual atau hasil penualan (sales) atau jualan”.
Adapun menurut Warren Reeve Fees yang diterjemahkan oleh Aria
Faramita dan kawan-kawan, (2006: 300), bahwa “Penjualan adalah jumlah
yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang dagang yang dijual, baik
secara tunai maupun kredit”.
Sedangkan menurut Kusnadi (2009: 19), menjelaskan bahwa
“Penjualan (sales) adalah sejumlah uang yang dibebankan kepada pembeli
atas barang atau jasa yang dijual”.
Menurut Mulyadi (2008: 202), penjualan merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan
akan memperoleh laba dari adanya transaksitransaksi tersebut dan
31
penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak
kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.
Hasil penjualan yang tinggi tentu akan menggerakan perusahaan lebih baik
ke depannya karena bagi perusahaan tingkat penjualan yang tinggi akan
meningkatkan laba yang dicapai. Philip Kotler dan Kevin Lane (2009: 18)
mengemukakan dalam penjualan terdapat konsep yang menyatakan bahwa
konsumen, jangan dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan
upaya penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini beranggapan bahwa
konsumen biasanya menampakkan keengganan membeli dan harus dipikat
agar membeli lebih banyak, dan bahwa perusahaan harus menggunakan
serangkaian alat penjualan dan promosi yang efektif guna merangsang
pembelian dalam jumlah yang lebih banyak.
Menurut pandangan Kotler (2006: 457) penjualan merupakan
sebuah proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi,
melalui
antar
pertukaran
informasi
dan
kepentingan.
Pertukaran
kepentingan ini menjadi dasar adanya saling membutuhkan dan saling
melengkapi, seorang penjual/produsen akan menjadi tidak berguna apabila
tidak ada konsumen yang membeli produk yang telah dihasilkannya,
begitu juga sebaliknya seorang konsumen tidak akan berdaya dengan
segala potensi yang dimilikinya apabila tidak ada barang yang dapat
dimanfaatkan nilainya.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut Penjualan
adalah Peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban suatu
32
badan usaha yang timbul dari penyerahan barang dagang/jasa atau
aktivitas lainnya didalam suatu periode.
Menurut Leny Sulistiyowati (2010: 270) penjualan adalah
“Pendapatan yang berasal dari penjualan produk perusahaan, disajikan
setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan.”
2.1.3.1 Jenis Dan Bentuk Penjualan
Terdapat beberapa jenis penjualan yang biasa dikenal dalam
masyarakat diantaranya adalah:
1. Trade Selling
2. Missionary Selling
3. Technical Selling
4. New Businies Selling
5. Responsive Selling
Adapun penjelasan dari klasifikasi di atas yang dikemukakan oleh
Basu Swatha, yaitu:

Trade Selling, penjualan yang terjadi bilamana produsen dan
pedagang
besar
mempersilahkan
pengecer
untuk
berusaha
memperbaiki distribusi produk mereka,. Hal ini melibatkan para
penyalur dengan kegiatan promosi, peragaan, persediaan dan
produk baru, jadi titik beratnya adalah para penjualan melalui
penyalur bukan pada penjualan ke pembeli akhir.
33

Missionary Selling, penjualan berusaha ditingkatkan dengan
mendorong pembeli untuk membeli barang dari penyalur
perusahaan.

Technical Selling, berusaha meningkatkan penjualan dengan
pemberian saran dan nasihat kepada pembeli akhir dari barang dan
jasa.

New Business Selling, berusaha membuka transaksi baru dengan
membuat calon pembeli menjadi pembeli seperti halnya yang
dilakukan perusahaan asuransi.

Responsive Selling, setiap tenaga penjual dihapkan dapat
memberikan reaksi terhadap permintaan pembeli melalui route
driving and retaining. Jenis penjualan ini tidak akan menciptakan
penjualan yang besar, namun terjalin hubungan pelanggan yang
baik yang menjurus pada pembelian ulang.
2.1.3.2 Klasifikasi Penjualan
Secara umum terdapat dua jenis penjualan yaitu penjualan tunai
dan penjualan kredit. Tetapi sebenarnya, penjualan memiliki empat
jenis penjualan yaitu penjualan tunai, penjualan kredit, penjualan
cicilan, dan penjualan konsinyasi. Biasanya masyarakat umum
mendefinisikan arti dari penjualan kredit dan cicilan sama tetapi
sebenarnya hal tersebut berbeda. Berikut ini adalah klasifikasi dari
penjualan menurut Mulyadi (2010: 455)
34
a. Penjualan secara tunai Penjualan tunai dilaksanakan oleh
perusahaan
dengan
cara
mewajibkan
pembeli
melakukan
pembayaran harga barang lebih dulu sebelum barang diserahkan
oleh perusahaan kepada pembeli.
b. Penjualan secara kredit Penjualan kredit dilaksanakan oleh
perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai order yang
diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu, perusahaan
mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut.
c. Penjualan cicilan Penjualan angsuran adalah penyerahan produk
milik penjual kepada pembeli dengan menerima uang muka (down
payment), dan sisanya dalam bentuk pembayaran cicilan selama
beberapa tahun.
d. Penjualan Konsinyasi Penjualan konsinyasi adalah situasi yang
pihak pemegang barang persediaan bertindak sebagai agen bagi
pemilik sebenarnya.
2.1.3.3 Dokumen – Dokumen Penjualan
Dokumen-dokumen penjualan menurut La Midjan dalam bukunya
yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi I (2010: 183), antara lain
sebagai berikut
a. Order Penjualan Barang (Sales Order) Merupakan penghubung
antara beragam fungsi yang diperlukan untuk memproses
langganan dengan menyiapkan peranan penjualan.
35
b. Nota Penjualan Barang Merupakan catatan atau bukti atas transaksi
penjualan barang yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan
sebagai dokumen bagi pelanggan.
c. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order) Merupakan suatu
bukti dalam pemgiriman barang untuk diserahkan kepada
pelanggan setelah adanya pencocokan rangkap slip.
d. Faktur Penjualan (Invoice) Adalah dokumen yang menunjukan
jumlah yang berhak ditagih kepada pelanggan yang menunjukan
informasi kuantitas, harga dan jumlah tagihannya.
e. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip).
f. Jurnal Penjualan (Sales Journal).
2.1.3.4 Bagian-Bagian Penjualan
Krismiaji menguraikan dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi
(2011: 275), menyatakan bahwa bagian-bagian penjualan dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Bagian Penjualan Adalah bagian penjualan menerima surat pesanan
dari pihak pembeli dan membuat surat order penjualan .
2. Bagian Kredit Adalah atas dasar surat pesanan dari pembeli yang
diterimA penjualan
3. Bagian Gudang adalah bagian gudang yang bertugas untuk
menyimpan persediaan barang dagangan serta mempersiapkan
barang dagangan yang akan di kirm .
36
4. Bagian Pengiriman Adalah bagian ini mengeluarkan surat order
penjualan dan kemudian membuat nota pengiriman atas barang
yang dipesan.
5. Bagian Penagihan Adalah bagian ini bertugas untuk membuat
faktur penjualan dan kemudian didistribusikan .
2.1.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penjualan
Dalam praktek, kegiatan penjualan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
1. Kondisi dan Kemampuan Pasar
Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil
mencapai sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tertentu,
penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat
berkaitan yaitu :
a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan
b. Harga Produk
c. Syarat penjualan seperti pembayaran, pengantaran, garansi, dan
sebagainya.
2. Kondisi Pasar
Hal yang harus diperhatikan pada kondisi pasar antara lain:
a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar
pemerintah atau pasar Internasional
37
b. Kelompok pembeli dan segmen pasarnya
c. Daya beli
d. Frekuensi pembeliannya
e. Keinginan dan kebutuhan
3. Modal
Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target
penjualan yang dianggarkan seperti untuk :
a. Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan
b. Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target
penjualan
c. Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi
target penjualan.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh
bagian penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil, dimana
masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan
fungsi-fungsi lain.
5. Faktor Lain
Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, pemberian
hadiah, sering mempengaruhi penjualan. Ada pengusaha yang berpegang
pada satu prinsip bahwa paling penting membuat barang yang baik.
38
Bilamana prinsip tersebut dilaksanakan maka diharapkan pembeli akan
membeli lagi barang yang sama. Oleh karena itu perusahaan melakukan
upaya agar para pembeli tertarik pada produknya.
2.1.3.6 Proses Penjualan
Salah satu aspek yang ada dalam penjualan adalah penjualan dengan
bertemu muka (face-to-face selling) di mana seorang penjual langsung
berhadapan muka dengan calon pembelinya. Masalah tersebut menjadi
titik-berat dalam pembahasan tentang proses penjualan berikut:
Adapun tahap-tahapnya adalah :
1. Persiapan Sebelum Penjualan
Disini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga
penjualan dengan memberikan pengertian tentang barang yang
dijualnya, pasar yang dituju, dan teknik-teknik penjualan yang
harus dilakukan. Selain itu, mereka juga lebih dulu harus
mengetahui kemungkinan tentang motivasi dan perilaku dalam
segmen pasar yang dituju.
2.
Penentuan Lokasi Pembeli Potensial
Dengan menggunakan data pembeli yang lalu maupun sekarang,
penjual dapat menentukan karakteristiknya, misalnya lokasi. Oleh
karena itu, pada tahap kedua ini ditentukan lokasi dari segmen
pasar yang menjadi sasarannya. Dari lokasi ini dapatlah dibuat
sebuah daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara
39
logis merupakan pembeli potesial dari produk yang ditawarkan.
Dari konsumen yang ada dapat pula ditentukan konsumen manakah
yang sudah menggunakan produk-produk saingan.
3.
Pendekatan Pendahuluan
Sebelum melakukan penjualan, penjual harus mernpelajari semua
rnasalah tentang individu atau perusahaan yang dapat diharapkan
sebagai pembelinya. Selain itu, perlu juga mengetahui tentang
produk atau merk apa yang sedang mereka gunakan dan bagaimana
reaksinya. Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk
mendukung penawaran produknya kepada pembeli, misalnya
tentang kebiasaan membeli, kesukaan dan sebagainya. Semua
kegiatan ini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap
pasarnya.
4.
Melakukan Penjualan
Penjualan yang dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat
perhatian
calon
konsumen,
kemudian
diusahakan
untuk
mengetahui daya tarik mereka. Dan akhirnya penjual melakukan
penjualan produknya kepada pembeli.
5.
Pelayanan Sesudah Penjualan
Sebenarnya kegiatan penjualan tidak berakhir pada saat pesanan
dari pembeli telah dipenuhi, tetapi masih perlu dilanjutkan dengan
memberikan pelayanan atau servis kepada mereka. Biasanya
kegiatan ini dilakukan untuk penjualan barang-barang industri
40
seperti instalasi, atau barang konsumsi tahan lama seperti almari es,
televisi, dan sebagainya. Beberapa pelayanan yang diberikan oleh
penjual sesudah penjualan dilakukan antara lain berupa :
• Pemberian garansi
• Pemberian jasa reparasi
• Latihan tenaga-tenaga operasi dan cara penggunaannya
• Penghantaran barang ke rumah.
Dalam tahap terakhir ini penjual harus berusaha mengatasi
berbagai macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari
pembeli. Pelayanan lain yang juga perlu diberikan sesudah
penjualan adalah memberikan jaminan kepada pembeli bahwa
keputusanyang diambilnya tepat, barang yang dibelinya betul-betul
bermanfaat, dan hasil kerja produk tersebut memuaskan.
2.1.3.7 Fungsi dan Tujuan Penjualan
Fungsi penjualan meliputi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
penjual untuk merealisasikan penjualan seperti :
a. Menciptakan permintaan
b. Mencari pembeli
c. Memberikan saran-saran
d. Membicarakan syarat-syarat penjualan
e. Memindahkan hak milik
41
Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan yaitu
mendapatkan laba tertentu (semaksimal mungkin), dan mempertahankan
atau bahkan berusaha meningkatkannya untuk jangka waktu yang lama.
Tujuan tersebut dapat direalisasi apabila penjualan dapat dilaksanakan
seperti yang telah direncanakan.
Basu Swastha dalam bukunya Manajemen Penjualan (2011: 404),
bahwa tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu :
2.2
a.
Mendapat laba tertentu
b.
Mencapai volume penjualan tertentu
c.
Menunjang pertumbuhan perusahaan.
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Nama
1
Judul
Variabel
Peneliti
Penelitian
Paulus
Pengaruh
X:
Sutawa
Biaya
Produksi
(2009)
Produksi
Y:
Terhadap
Penjualan
Kesimpulan
Biaya a. Bahwa pengaruh biaya
produksi
terthadap
hasil
Hasil penjualan perusahaan Kecap
Cap Bawang
ada hubungan
Hasil
yang positif, hal ini dapat
Penjualan
dilihat dari hasil analisa data.
Pada
b. Strategis yang diterapkan
42
Perusahaan
oleh
Kecap
usahanya
Cap
Bawang
Di
perusahaan
untuk
meningkatkan
Ngawi
penjualan
upaya
dalam
yaitu
mencari
hasil
dengan
terobosan
baru dengan pengembangan
area penjualan
2
Yakub
Pengaruh
X1:
a.
Abdul
Pengendalian
Pengedalian Produksi, Biaya Pemasaran
Muhaemin
Biaya
Biaya
(2014)
Produksi Dan Produksi
X2:
Pemasaran
Pemasaran
Operasional
Biaya
dan Laba Operasional pada
Biaya
Terhadap Laba Y:
Pengendalian
Perusahaan Kencana Bordir
Biaya Tasikmalaya periode 20072013 memiliki jumlah yang
Laba bervariatif
Operasional
perkembangan
dan
yang
Pada
fluktuatif.
Adapun
Perusahaan
pengendalian biaya produksi,
Kencana
biaya pemasaran dan laba
Bordir
operasional dengan jumlah
Tasikmalay
tertinggi terdapat pada tahun
2013.
b.
Pengendalian
Biaya
43
Produksi
Pemasaran
dan
Biaya
berpengaruh
signifikan secara simultan
terhadap Laba Operasional
pada Perusahaan Kencana
Bordir Tasikmalaya periode
2007-2013.
c.
Pengendalian
Produksi
signifikan
Biaya
berpengaruh
secara
parsial
terhadap Laba Operasional
pada Perusahaan Kencana
Bordir Tasikmalaya periode
2007-2013.
d.
Biaya
Pemasaran
berpengaruh
signifikan
secara parsial terhadap Laba
Operasional pada Perusahaan
Kencana Bordir Tasikmalaya
periode 2007-2013.
3
I Gede Eka Pengaruh
X1:
Sanjaya
Produksi
Biaya
Putra, Gede Produksi,
X2:
Biaya Berdasarkan simpulan yang
telah
Biaya dapat
dikemukakan,
diajukan
maka
beberapa
44
Putu
Agus Biaya
Promosi
Jana Susila, Promosi, Dan X3:
saran yaitu sebagai berikut.
Biaya Bagi
Perusahaan
Jajan
Ni Nyoman Biaya
Distribusi
Kacang Sari Desa Tamblang,
Yulianthini
Distribusi
Y:
diharapkan
(2013)
Terhadap
Penjualan
mempertimbangkan
untuk
dan
Penjualan
memperhatikan
pada
biaya-biaya yang dikeluarkan
Perusahaan
dalam setiap proses, seperti
Jajan Kacang
biaya
Sari
promosi,
Desa
Tamblan
produksi,
distribusi.
biaya
tingkat
biaya
dan
biaya
Besar
kecilnya
yang
dikeluarkan
perusahaan akan berdampak
dan berpengaruh langsung
terhadap tingkat penjualan
perusahaan. Semakin tinggi
penjualan yang dihasilkan
makan semakin tinggi pula
keuntungan yang didapatkan
oleh perusahaan.
4
Angga
Pengaruh
X:
Biaya Berdasarkan penelitian dan
Cakra
Biaya
Pemasaran
Noviya R.
Pemasaran
Y:
didukung
oleh
teori-teori
Laba yang melandasi serta hasil
45
(2011)
Terhadap
Operasional
pembahasan
yang
telah
Laba
dikemukakan, maka penulis
Operasional
dapat
Pada
sebagai berikut :
Perusahaan
1. Biaya pemasaran yang ada
Makanan
di Perusahaan Makanan Kue
Lintang
Lintang Tasikmalaya
Tasikmalaya
umumnya
menarik
simpulan
pada
menunjukkan
peningkatan.
Hal
ini
disebabkan
karena
perusahaan
ingin
meningkatkan
terus
penjualan
dengan
cara
memperkenalkan produk ke
seluruh Nusantara.
2. Laba operasional yang
diperoleh
Makanan
Perusahaan
Kue
Lintang
Tasikmalaya pada umumnya
mengalami
kenaikan
dari
tahun ke tahun. Hal ini
berkaitan
erat
meningkatkan
dengan
terus
46
pemasarannya sehingga laba
operasional yang diperoleh
menjadi semakin meningkat.
3.
Berdasarkan
hasil
pengujian SPSS Ver. 17.0
bahwa besarnya pengaruh
biaya pemasaran terhadap
laba operasional atas
hipotesis
uji
dengan
menggunakan
α
=
0,05
dengan tingkat keyakinan 95
%
teruji
Perusahaan
bahwa
pada
makanan
Kue
Lintang Tasikmalaya, biaya
pemasaran
signifikan
berpengaruh
terhadap
laba
operasional yang berarti jika
biaya pemasaran naik maka
laba operasional pun akan
mengalami kenaikan pula.
5
Novita
Pengaruh
X:
Biaya Berdasarkan hasil penelitian
Djamalu
Biaya
Produksi
(2013)
Produksi
Y:
yang
dilakukan
Laba pengaruh
biaya
mengenai
produksi
47
Terhadap Laba Bersih
terhadap laba bersih, maka
Bersih
diperoleh
Pada
hasil
pengujian
Perusahaan
yang
Manufaktur
biaya produksi mempunyai
Yang
pengaruh
Terdaftar
Bursa
Di
Efek
menujukkan
yang
bahwa
signifikan
terhadap laba bersih pada
perusahaan
manufaktur.
Indonesia
Berdasarkan hasil analisis
Periode 2010-
yang
2012
diketahui
telah
dilakukan,
bahwa
nilai
koefisien determinasi untuk
model regresi antara biaya
produksi terhadap laba bersih
perusahaan
manufaktur
adalah sebesar 0,9847. Nilai
ini berarti bahwa sebesar
98,47%
laba
bersih
dari
perusahaan-perusahaan
manufaktur dipengaruhi oleh
biaya
produksi
yang
dikeluarkan oleh perusahaan,
sedangkan sisanya sebesar
1,53%
dipengaruhi
oleh
48
variabel lain.
Saran
2.3
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti menarik kesimpulan dalam
kerangka pemikiran sebagai berikut :
X1
Biaya Produksi
H1
H3
Y
Penjualan
X2
H2
Biaya Pemasaran
2.4
Hubungan Antar Variable
2.4.1
Hubungan antara biaya produksi terhadap penjualan
Persaingan usaha di dunia industri sekarang ini semakin pesat. Pihak-pihak
yang berkepentingan di dalam perusahaan harus bekerja keras untuk dapat
menghadapi persaingan tersebut dan untuk tetap dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat. Biaya produksi juga merupakan salah satu hal yang
menentukan dalam persaingan sekaligus memiliki peran penting dalam
kelangsungan hidup perusahaan. Biaya produksi merupakan sumber biaya
49
yang paling besar sehingga penekanan biaya dan efisiensi produksi sangat
penting agar dapat meningkatkan volume penjualan.
2.4.2 Hubungan antara biaya pemasaran terhadap penjualan
Tujuan analisis volume penjualan adalah agar perusahaan dapat
mengetahui keefektifan penggunaan biaya pemasaran tersebut sehingga
perusahaan
dapat
terus
meningkatkan
kegiatan
pemasaran
dan
mengendalikan biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk kegiatan
pemasaran tersebut. Jadi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk kegiatan pemasaran berguna untuk menjual dan memperkenalkan
produknya kepada para konsumen. Karena ada kaitannya dengan jumlah
hasil penjualan yang akan
diperoleh
perusahaan
dari
aktivitas
pemasaran tersebut.
2.4.3 Hubungan antara biaya produksi dan biaya pemasaran terhadap
penjualan
Pengoptimalan biaya produksi yang baik dapat membuat beban biaya
menjadi minimum dan berpengaruh terhadap nilai Output yang dihasilkan
perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Imran
dalam Susanti (2009: 92) jika biaya-biaya yang digunakan perusahaan bisa
dikelola dengan cara ekonomis maka hasil produksi akan dapat
ditingkatkan , biaya produksi dapat menurun dan hal tersebut dapat
mempengaruhi peningkatan hasil penjualan yang diperoleh.
50
Semakin tinggi biaya pemasaran semakin meningkatkan hasil penjualan .
Hal ini dapat dijelaskan bahwa biaya pemasaran meliputi biaya-biaya yang
dikeluarkan sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan dalam
gudang sampai produk tersebut diubah kembali dalam bentuk tunai.
2.5
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H1: Adanya pengaruh yang signifikan antara biaya produksi terhadap
penjualan.
H2: Adanya pengaruh yang signifikan antara biaya pemasaran terhadap
penjualan.
H3: Adanya pengaruh yang signifikan antara biaya produksi dan biaya
pemasaran secara bersama – sama terhadap penjualan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Populasi Dan Sample
3.1.1
Populasi
Menurut Sugiyono (2006: 55) “populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya”.
Menurut Andi Supangat (2007: 3)
populasi adalah “Populasi adalah
sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian dengan ciri
mempunyai karakteristik yang sama”. Dalam penelitian ini populasinya adalah
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2011-2014. Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 141
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2011-2014.
3.1.2
Sampel
Menurut Sugiyono (2006: 56) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Menurut Margono (2010: 121) mengemukakan bahwa sampel adalah
“sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan
cara-cara tertentu”.
Adapun kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:
51
52
1.
Perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan – perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 – 2014
2.
Data yang diambil terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 –
2014 berupa laporan keuangan tahunan yang sudah di audit selama 4 tahun
berturut – turut.
Dari kriteria yang diajukan diatas didapat jumlah sample 48 laporan keuangan
tahunan dari 3 perusahaan sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun yakni 2011-2014. Adapun sample
pada penelitian ini adalah
No.
Nama Perusahaan
Kode
1
PT Akasha Wira International Tbk
ADES
2
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF
3
PT. Ultrajaya Milk
Company Tbk
ULTJ
3.2
Data Penelitian
3.2.1
Jenis Dan Sumber Data
Industry & Trading
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana
data diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data yang
telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain.
Menurut Sugiyono (2009: 139) definisi data sekunder merupakan:
“Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca,
53
mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literature,
buku-buku serta dokumen perusahaan.”
Data
sekunder
biasanya
didapat
dari
penelitian
sekunder
yang
menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk
memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang kita teliti. Data
sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami
melalu media lain yang bersumber pada literatur dan buku-buku perpustakaan
atau data-data dari perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini, data tersebut adalah laporan keuangan perusahaan
sub sector makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2011- 2015. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia melalui website www.idx.co.id.
3.2.2
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013: 224) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data.
Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Menurut Sutopo (2006: 9), metode pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif secara umum dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang
bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan
observasi berperanserta, sedangkan metode noninteraktif meliputi observasi
54
takberperanserta, tehnik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak
berperan.
3.3
Variable Penelitian
Menurut Sugiyono (2006: 31) Variabel penelitian pada dasarnya adalah
sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga
diperoleh
informasi
tentang
hal
tersebut
kemudian
ditarik
kesimpulannya,
Menurut Sugiyono (2012: 61) Variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Pada penelitian ini telah ditentukan 2 variabel, yaitu variabel
bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau dependen.
Variabel bebas atau variabel independen. Menurut Sugiyono (2011: 61)
variabel bebas adalah “Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
Variable bebas pada penelitian ini yaitu Metode PQRST.
Menurut Sugiyono (2011: 61) Variabel terikat atau dependen merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu kemampuan membaca.
55
3.4
Metode Analisa Data
3.4.1
Uji Asumsi Klasik
3.4.1.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2006: 110) “Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah variable dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal”. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Histogram atau pola distribusi data normal dapat
digunakan untuk melihat normalitas data. Uji Kolmogrov Smirnov, dalam uji
pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan yaitu :
a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal,
b. Jika nilai signifikansi >0,05 maka distribusi data normal.
Menurut Ghozali (2006: 112), pada prinsipnya normalitas data dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Dasar pengambilan keputusan :
1.
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Untuk melihat apakah data yang dianalisis memiliki residual di sekitar
nol (data normal) dengan menggunakan SPSS 20 for windows.
56
3.4.1.2 Uji Asumsi Auto Korelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier
terdapat korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
periode t-1. Jika terjadi autokorelasi, maka terdapat problem autokorelasi.
Menurut Ghozali (2009: 99) autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data time series. Pada data cross section, masalah autokorelasi
relatif tidak terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW).
Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:
1. Nilai D-W lebih kecil dari -2 berarti ada korelasi positif,
2. Nilai D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,
3. Nilai D-W lebih besar dari +2 berarti ada autokorelasi negative.
3.4.1.3 Uji Asumsi Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari satu pengamatan dengan
pengamatan yang lain. Menurut Ghozali (2009: 125) Model regresi yang baik
adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Cara
memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat
dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot
yang menyatakan model regresi berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:
1) Titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol.
57
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah.
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
3.4.1.4 Uji Asumsi Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2009: 91), “uji ini bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. ” Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel - variabel independen
antara yang satu dengan yang lainnya. Jika terjadi korelasi sempurna diantara
sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:
1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,
2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Ada tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks
korelasi variabel-variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika nilai VIF tidak lebih dari
sepuluh dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan
terbebas dari multikolinieritas.
58
3.4.2
Pengujian Hipotesis
Menurut Rochaety (2007: 107) “dengan uji hipotesis kita memusatkan
perhatian pada peluang kita membuat keputusan yang salah. Hipotesis diterima
atau ditolak berdasarkan informasi yang terkandung dalam sampel tetapi
menggambarkan keadaan populasi”. Maka, untuk menguji apakah hipotesis yang
diajukan diterima atau ditolak, digunakan uji t (t-test) dan uji F (F-test).
3.4.2.1 Uji Analisis Regresi Berganda
Menurut Rochaety (2007: 142) “regresi berganda bertujuan untuk
menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu
variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau
lebih variabel bebas”. Model persamaannya adalah sebagai berikut :
Y= a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y = variabel dependen yaitu penjualan
a
=
intercept / koefisien yang menyatakan perubahan rata-rata variabel
dependen untuk setiap variabel independen sebesar satu atau yang disebut
konstanta.
b1,b2 = angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel
independen. Bila b (+) maka terjadi kenaikan pada variabel dependen,
dan bila b (-) maka akan terjadi penurunan pada variabel dependen
dalam hal ini likuiditas.
X1 =
Pengaruh Biaya Produksi
59
X2 =
Biaya Pemasaran
e=
error
3.4.2.2 Uji Parsial (t-test)
Menurut Ghazali (2006: 84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas / independen secara individual
dalam menerangkan variabel dependen”. Uji t merupakan suatu cara untuk
mengukur apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini dilakukan dengan
menghitung serta membandingkan t hitung dengan t tabel yaitu dengan
ketentuan sebagai berikut:
Jika t- hitung > t- tabel untuk α = 5 % H0 diterima
Jika t- hitung < t- tabel untuk α = 5 % H0 ditolak
3.4.2.3 Uji Simultan (F-test)
Pengujian hipotesis secara simultan dilakukan dengan uji f. Menurut
Ghazali (2006: 84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat”. Uji F
merupakan suatu cara untuk mengetahui apakah semua variabel independen
bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan dengan menghitung serta membandingkan F hitung
dengan F tabel yaitu dengan ketentuan sebagai berikut :
60
Jika F- hitung > F- tabel untuk α = 5 % H0 diterima
Jika F- hitung < F- tabel untuk α = 5 % H0 ditolak
Download