15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Manajemen
Manajemen adalah aktivitas-aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap
pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan mereka dapat diselesaikan dengan efisien
dan efektif (Robbins dan Coulter, 2014:33). Menurut Schermerhorn dalam Aryanto
(2013:3), mendefinisikan manajemen sebagai perencanaan pengorganisasian,
kepemimpinan atau pengarahan, dan pengendalian terhadap penggunaan sumber
daya untuk mencapai tujuan. Dyck dan Neubert (2009:7) menyatakan bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian sumber daya manusia dan sumber daya organisasi lainnya secara
efektif agar mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan oleh organisasi tersebut.
Dari pengertian–pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan rangkaian aktivitas-aktivitas koordinasi, pengawasan, perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian pada sumber daya organisasi
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan organisasi.
2.1.1 Fungsi – fungsi Manajemen
Berdasarkan pada pendekatan fungsi-fungsi, seorang manajer menjalankan
fungsi-fungsi atau aktivitas-aktivats tertentu dalam rangka mengelola pekerjaan
orang lain secara efektif dan efisien. Menurut Henri Fayol, seorang pengusaha dari
Perancis, pertama kali menggagas fungsi manajemen pada awal abad ke-20. Ia
mengatakan bahwa setiap manajer menjalankan lima buah fungsi yaitu: perencanaan
(planning), penataan (organizing), penugasan (commanding), pengkoordinasian
(coordinating), dan pengendalian (controlling). Namun di masa sekarang fungsifungsi itu telah dipadatkan menjadi empat buah fungsi yaitu: perencanaan (planning),
penataan (organizing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling)
(Robbins dan Coulter, 2014:35).
15
16
Tabel 2.1 Gambar Fungsi-fungsi Manajemen dan Pengertiannya
Perencanaan
Penataan
Kepemimpinan
Pengendalian
(Planning)
(Organizing)
(Leading)
(Controlling)
Mendefinisikan
Menentukan apa
Memotivasi,
Mengawasi
sasaran-sasaran,
yang harus
memimpin dan
aktivitas-
menetapkan
diselesaikan,
tindakan-tindakan
aktivitas demi
strategi, dan
bagaimana
lainnya yang
memastikan
mengembangkan
caranya, dan siapa melibatkan
segala
rencana kerja
yang akan
interaksi dengan
sesuatunya
untuk mengelola
mengerjakannya
orang lain
terselesaikan
aktivitas-aktivitas
sesuai rencana
Sumber: Robbins dan Coulter (2014:35)
2.2
Pengertian Strategi
Menurut Wheelen dan Hunger (2012:19), strategi korporasi membentuk
rencana induk komprehensif yang menyatakan bagaimana perusahaan akan mencapai
misi dan tujuannya. Strategi dapat memaksimalkan keunggulan kompetitif dan
meminimalkan kerugian kompetitif perusahaan. David dan David (2015:45)
menyatakan bahwa strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang
yang hendak dicapai. Serta aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen
puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Menurut Pearce dan
Robinson (2008:2), strategi adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa
depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi
merupakan rencana berskala besar dengan tujuan jangka panjang yang hendak
dicapai guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan
perusahaan dan memaksimalkan keunggulan kompetitif perusahaan.
2.3
Manajemen Strategis
2.3.1 Pengertian Manajemen Strategis
Goetsch dan Davis (2013:36) menyatakan bahwa manajemen strategis adalah
manajemen yang berdasarkan semua tindakan, semua kegiatan, dan keputusan-
17
keputusan yang dibuat oleh perusahaan untuk dapat menunjukkan kinerja yang baik
di pasar. Menurut Robbins dan Coulter (2014:266), manajemen strategis adalah
sekelompok keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka
panjang organisasi. Luthans dan Doh (2015:277) menyatakan bahwa manajemen
strategis adalah proses penentuan misi dan tujuan jangka panjang suatu organisasi,
kemudian melaksanakan sebuah rencana untuk mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa manajemen strategis merupakan semua tindakan, kegiatan dan keputusan
terkait penentuan misi dan tujuan jangka panjang perusahaan untuk menunjukkan
kinerja yang baik serta mencapai tujuan perusahaan.
1.3.2 Manfaat Manajemen Strategis
Menurut Pearce dan Robinson (2008:13), manfaat manajemen strategis
adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas formulasi strategi memperkuat kemampuan perusahaan untuk mencegah
timbulnya masalah
2. Keputusan strategis berbasis kelompok kemungkinan besar akan diambil dari
alternatif terbaik yang tersedia
3. Keterlibatan karyawan dalam formulasi strategi meningkatkan pemahaman
mereka mengenai hubungan antara produktivitas dengan imbalan pada setiap
rencana strategis, sehingga hal ini akan meningkatkan motivasi mereka
4. Kesenjangan dan tumpang tindih aktivitas antar individu dan kelompok akan
berkurang karena partisipasi dalam formulasi strategi mengklarifikasi perbedaan
peran
1.3.3 Proses Manajemen Strategis
Proses manajemen strategis terdiri dari enam langkah yaitu mengenali misi
organisasi kini, sasaran dan strategi; analisis eksternal; analisis internal; merumuskan
strategi; implementasi strategi; dan mengevaluasi hasilnya (Robbins dan Coulter,
2014:268).
18
Gambar 2. 1 Proses Manajemen Strategis
Sumber: Robbins dan Coulter (2014:268)
Langkah 1: Mengenali Misi Organisasi, Sasaran dan Strategi
Setiap organisasi membutuhkan misi pertanyaan mengenai maksud organisasi.
Pendefinisian misi organisasi memaksa para manajer untuk secara cermat
mengidentifikasi lingkup produk atau jasanya. Penting pula bagi para manajer untuk
mengidentifikasi sasaran terkini yang ada dan strategi yang sekarang digunakan.
Sasaran merupakan dasar perencanaan. Sasaran perusahaan menjadi target kinerja
yang dapat diukur yang secara keras diusahakan untuk dicapai para karyawan.
Mengetahui sasaran terkini perusahaan memberi para manajer dasar untuk
menentukan apakah sasaran itu perlu diubah. Demi alasan yang sama, penting bagi
para manajer untuk mengidentifikasi strategi terkini organisasi.
Langkah 2: Analisis Eksternal
Menganalisis lingkungan eksternal merupakan langkah yang menentukan
keberhasilan proses strategi itu. Manajer di setiap organisasi perlu untuk melakukan
analisis eksternal. Mereka perlu mengetahui apa yang dilakukan oleh para pesaing,
undang-undang apa yang akan berlaku yang dapat mempengaruhi organisasi, dan
seperti apa pasokan tenaga kerja di tempat organisasi tersebut beroperasi. Dalam
menganalisis lingkungan eksternal, para manajer harus mengkaji lingkungan khusus
dan umum untuk melihat kecenderungan dan perubahan apa yang terjadi. Setelah
menganalisis lingkungan, manajer perlu menilai apa yang mereka pelajari tentang
19
peluang yang dapat digunakan organisasi, dan ancaman yang harus dihadapi.
Peluang adalah tren positif dalam faktor lingkungan eksternal, ancaman adalah tren
yang negatif.
Menurut David dan David (2015:228), tujuan audit atau analisis eksternal adalah
untuk
mengembangkan
sebuah
daftar
terbatas
dari
peluang
yang
dapat
menguntungkan sebuah perusahaan dan ancaman yang harus dihindarinya.
Kekuatan-kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori:
A. Kekuatan Ekonomi
Pearce dan Robinson (2008:112) menyatakan bahwa faktor ekonomi
berkaitan dengan sifat dan arah perekonomian di mana suatu perusahaan
beroperasi. Karena pola konsumsi dipengaruhi oleh kemakmuran relatif dari
berbagai segmen pasar, maka setiap perusahaan harus mempertimbangkan tren
ekonomi pada segmen yang mempengaruhi industrinya.
B. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
Menurut David dan David (2015:231), perubahan sosial, budaya,
demografis dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas hampir semua
produk, jasa, pasar dan konsumen. Organisasi-organisasi kecil, besar, laba dan
nirlaba di semua industri akan dicemaskan dan ditantang oleh peluang dan
ancaman yang muncul dari perubahan pada variabel sosial, budaya, demografis
dan lingkungan.
C. Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum
Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat regulasi,
deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi. Faktorfaktor politik, pemerintahan, dan hokum dapat merepresentasikan peluang atau
ancaman utama bagi organisasi kecil maupun besar (David dan David,
2015:232).
D. Kekuatan Teknologi
Pearce dan Robinson (2008:118) menyatakan bahwa kekuatan teknologi
untuk menghindari keusangan dan meningkatkan inovasi, suatu perusahaan
harus menyadari perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi industrinya.
Adaptasi teknologi yang kreatif dapat menciptakan kemungkinan akan produk
baru atau akan perbaikan pada produk yang sudah ada atau pada teknik
manufaktur dan pemasaran.
20
E. Kekuatan Kompetitif
Kekuatan- kekuatan yang paling kuat menentukan profitabilitas dari suatu
industri sehingga menjadi hal terpenting dalam formulasi strategi. Persaingan
dalam suatu industri berakar dari perekonomian yang mendasarinya, dan tedapat
kekuatan kompetitif yang melampaui para pihak yang bersaing dalam suatu
industri (Pearce dan Robinson, 2008:123).
Langkah 3: Analisis Internal
Menurut David dan David (2015:190), melakukan audit internal membutuhkan
pengumpulan
dan
pemaduan
informasi
mengenai
manajemen,
pemasaran,
keuangan/akutansi, produksi/operasi, serta operasi sistem informasi manajemen
perusahaan.
Analisis internal harus membawa penilaian yang jelas tentang sumber daya
organisasi dan kemampuan dalam melakukan berbagai kegiatan fungsional yang
berbeda. Segala kegiatan yang dilakukan organisasi dengan baik atau segala sumber
daya unik yang dimilikinya disebut kekuatan. Kelemahan adalah kegiatan yang tak
dapat dilakukan oleh organisasi dengan baik atau sumber daya yang diperlukan tapi
tak dimiliki. Golongan analisis eksternal dan internal disebut dengan analisis SWOT,
karena ini adalah suatu analisis kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) organisasi.
Langkah 4: Merumuskan Strategi
Setelah analisis SWOT selesai, manajer perlu membuat dan mengevaluasi
alternatif strategi dan lalu memilih strategi yang menekankan pada kekuatan
organisasi dan menggunakan peluang lingkungan atau yang memperbaiki kelemahan
organisasi dan penahan terhadap ancaman. Langkah ini selesai ketika manajer telah
membuat sekumpulan strategi yang memberikan manfaat yang relatif bagi organisasi
terhadap saingannya.
Langkah 5: Implementasi Strategi
Setelah strategi dirumuskan, strategi harus diimplementasikan. Strategi hanya
bagus jika implementasi bagus. Tanpa peduli betapa efektifnya perusahaan telah
merencanakan strateginya, perusahaan tersebut tidak dapat berhasil jika strategi itu
tidak diimplementasikan dengan semestinya.
Langkah 6: Mengevaluasi Hasilnya
Langkah terakhir dalam proses manajemen strategis adalah mengevaluasi hasil.
Setiap perusahaan mempunyai perbedaan dalam proses merumuskan dan
21
mengerahkan kegiatan manajemen strateginya. Perencanaan yang baik telah
mengembangkan proses yang lebih rinci. Perusahaan dengan banyak produk, pasar
atau teknologi, cenderung menggunakan sistem manajemen strategi yang lebih rumit.
Tetapi terlepas dari perbedaan dalam hal rincian dan tingkat formalitas ini,
komponen dasar dari model-model yang digunakan untuk menganalisis operasi
manajemen strategi ini sangat mirip.
2.4
Analisis Kompetitif: Model Lima Kekuatan Porter
David dan David (2015:239) menyatakan bahwa model lima kekuatan porter
(Porter’s Five-Forces Model) tentang analisis kompetitif adalah pendekatan yang
digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi di banyak industri. Intensitas
persaingan antar perusahaan sangat beragam dari satu industri ke industri yang lain.
Berikut adalah gambar model lima kekuatan porter:
Gambar 2.2 Model Lima Kekuatan Porter
Sumber: David dan David (2015:239)
Hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat dipandang sebagai
perpaduan dari lima kekuatan:
1.
Persaingan Antar Perusahaan Sejenis
Persaingan antar perusahaan saingan biasanya merupakan yang paling hebat dari
lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh sebuah perusahaan dapat
berhasil hanya sejauh ia menghasilkan keunggulan kompetitif atas strategi yang
dijalankan perusahaan pesaing. Perubahan dalam strategi oleh satu perusahaan bisa
jadi ditanggapi dengan langkah balasan, seperti penurunan harga, peningkatan
22
kualitas, penambahan fitur, penyediaan layanan, perpanjangan garansi, dan
pengintensifan iklan. Intensitas persaingan antar perusahaan sejenis cenderung
meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal
ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri itu menurun, dan
ketika potongan harga menjadi lazim.
2.
Potensi Masuknya Pesaing Baru
Bila perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke suatu industri tertentu,
intensitas persaingan antar perusahaan akan meningkat. Terdapat berbagai hambatan
bagi masuknya perusahaan baru, seperti kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi
secara cepat, kebutuhan untuk teknologi dan trik -trik praktis, kurangnya
pengalaman, loyalitas konsumen yang kuat, kurangnya akses ke bahan mentah dan
lain sebagainya. Terlepas dari banyaknya hambatan bagi masuknya perusahaan baru
tersebut, perusahaan baru kadang masuk ke industri dengan produk berkualitas lebih
tinggi, harga lebih rendah, dan sumber pemasaran yang substansial. Oleh karenanya,
tugas penyusun strategi adalah mengidentifikasi perusahaan-perusahaan baru yang
berpotensi masuk ke pasar, memonitor strategi perusahaan saingan baru, menyerang
balik jika diperlukan, dan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada.
3.
Potensi Pengembangan Produk Substitusi
Di banyak industri, perusahaan berkompetisi ketat dengan produsen produk-
produk pengganti di industri lain. Hadirnya produk-produk pengganti itu meletakkan
batas tertinggi (platfon) untuk harga yang dapat dibebankan sebelum konsumen
beralih ke produk pengganti. Tekanan kompetitif yang meningkat dari produk
pengganti bertambah ketika harga relatif produk pengganti tersebut turun dan
manakala biaya peralihan konsumen juga turun. Kekuatan kompetitif produk pesaing
bisa diukur dengan penelitian terhadap pangsa pasar yang berhasil diraih produk itu,
dan juga dari rencana perusahaan tersebut untuk meningkatkan kapasitas produksi
dan penetrasi pasar.
4.
Daya Tawar Pemasok
Kekuatan penawaran pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu
industri, khususnya ketika terdapat sedikit jumlah pemasok, atau ketika hanya
terdapat sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika biaya peralihan ke
bahan mentah lain sangat tinggi. Akan menguntungkan kepentingan baik pemasok
maupun produsen untuk saling membantu dengan harga yang masuk akal, kualitas
yang baik, pengembangan layanan baru pengiriman yang tepat waktu, dan biaya
23
persediaan yang lebih rendah, sehingga meningkatkan profitabilitas jangka panjang
dari semua pihak yang berkepentingan.
5.
Daya Tawar Konsumen
Ketika konsumen berkonsentrasi atau berbelanja atau membeli dalam volume
besar, kekuatan penawaran mereka dapat merepresentasikan kekuatan besar yang
mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Kekuatan penawaran
konsumen bisa lebih tinggi ketika produk yang dibeli adalah standar atau tidak
terdiferensiasi. Jika demikian, konsumen seringkali dapat menegosiasikan harga jual,
cakupan garansi, dan paket-paket aksesoris dalam pengertian yang luas.
2.5
Tingkat Strategi
Menurut
Wheelen
dan
Hunger
(2012:19),
tipikal
bisnis
biasanya
mempertimbangkan tiga tipe-tipe strategi, yaitu:
1.
Strategi Tingkat Korporasi
Strategi ini menggambarkan keseluruhan arah perusahaan dalam hal sikap
umum ke arah pertumbuhan dan pengelolaan berbagai bisnis dan lini produknya.
Strategi korporasi ini biasanya sesuai dengan tiga kategori utama stabilitas,
pertumbuhan dan penghematan.
2.
Strategi Tingkat Bisnis
Strategi ini biasanya terjadi pada unit bisnis atau tingkat produk, dan
menekankan peningkatan posisi kompetitif dari produk atau jasa perusahaan dalam
industri atau segmen pasar tertentu yang dilayani oleh unit bisnis. Strategi bisnis
dikelompokkan menjadi dua kategori secara keseluruhan, yaitu strategi kompetitif
dan strategi kooperatif.
3.
Strategi Tingkat Fungsional
Strategi tingkat fungsional adalah pendekatan yang dilakukan oleh area
fungsional untuk mencapai tujuan dan strategi unit bisnis perusahaan dengan
memaksimalkan produktivitas sumber daya. Hal ini berkaitan dengan pengembangan
dan pemeliharaan kompetensi untuk memberikan keunggulan kompetitif pada
perusahaan atau unit bisnis.
2.6
Jenis-jenis Strategi Alternatif
David dan David (2015:136) menyatakan bahwa strategi alternatif yang dapat
dijalankan perusahaan terbagi menjadi 4 jenis dikelompokkan menjadi 11 tindakan.
24
Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau lebih secara bersamaan, namun
strategi kombinasi dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh, sehingga harus
ditetapkan strategi yang menjadi prioritas utama untuk dijalankan. Strategi alternatif
yang dapat dijalankan perusahaan adalah sebagai berikut:
2.6.1 Strategi Integrasi
a.
Integrasi ke depan
Integrasi ke depan (forward integration) berkaitan dengan usaha
untuk memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas
distributor atau pengecer.
Enam pedoman integrasi ke depan dapat menjadi sebuah strategi
yang efektif:
Ketika distributor organisasi saat ini menjadi sangat mahal, atau tidak
dapat diandalkan, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan distribusi
perusahaan
Ketika ketersediaan distributor yang berkualitas begitu terbatas untuk
menawarkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan-perusahaan yang
melakukan integrasi ke depan
Ketika sebuah organisasi berkompetisi di industri yang tengah tumbuh
dan diharapkan akan terus berkembang pesat, ini menjadi sebuah
faktor karena integrasi ke depan mengurangi kemampuan organisasi
untuk mendiversifikasi industri dasarnya
Ketika sebuah organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya
manusia yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis baru pendistribusian
produk-produknya sendiri
Ketika keuntungan dari produksi yang stabil sangat tinggi, ini menjadi
pertimbangan karena organisasi dapat meningkatkan kemampuan
memprediksi permintaan untuk outputnya melalui integrasi ke depan
Ketika distributor atau peritel yang ada saat ini memiliki margin laba
yang tinggi, situasi ini menyiratkan bahwa sebuah perusahaan dapat
mendistribusikan produknya sendiri secara menguntungkan dan
menetapkan harganya secara kompetitif melalui integrasi ke depan
25
b. Integrasi ke belakang
Integrasi ke belakang (backward integration) adalah sebuah
strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar
atas pemasok perusahaan. Strategi tersebut sangat tepat ketika pemasok
perusahaan yang ada saat ini tidak bisa diandalkan, terlampau mahal,
atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.
Tujuh pedoman integrasi ke belakang dapat menjadi sebuah strategi
yang efektif:
Ketika pemasok organisasi saat ini menjadi sangat mahal atau tidak
dapat diandalkan atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan
akan onderdil, komponen, barang rakitan, atau bahan mentah
Ketika jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing banyak
Ketika industri bersaing di sebuah industri yang berkembang pesat, ini
merupakan faktor karena strategi jenis integratif mengurangi
kemampuan organisasi untuk melakukan diversifikasi di industri yang
tengah mengalami kemerosotan
Ketika organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia
untuk mengelola bisnis pemasokan bahan mentahnya sendiri yang
baru
Ketika keuntungan dari harga yang stabil sangat penting, ini menjadi
faktor karena organisasi dapat menstabilkan biaya bahan mentahnya
dan biaya-biaya lain yang terkait dengan produknya melalui integrasi
ke belakang
Ketika pemasok saat ini memiliki margin laba yang tinggi, yang
menunjukkan bahwa bisnis pemasokan produk atau jasa di suatu
industri layak untuk dikembangkan
Ketika organisasi perlu mengakuisisi atau memperoleh sumber daya
yang dibutuhkannya secara cepat
c.
Integrasi Horizontal
Integrasi horizontal (horizontal integration) mengacu pada strategi
yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas
pesaing perusahaan.
Lima pedoman integrasi horizontal dapat menjadi sebuah strategi
yang efektif:
26
Ketika organisasi dapat memperoleh karakteristik monopolistik di
suatu wilayah atau kawasan tertentu tanpa bertentangan dengan aturan
pemerintah
yang
melarang
“penguasaan
substansial”
untuk
menghambat persaingan
Ketika organisasi bersaing di sebuah industri yang sedang
berkembang
Ketika meningkatnya skala ekonomi memberikan keunggulan
kompetitif yang besar
Ketika organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia
yang dibutuhkan untuk mengelola dengan baik organisasi yang
berekspansi
Ketika pesaing melemah karena kurangnya keterampilan manajerial
atau kebutuhan sumber daya tertentu yang dimiliki sebuah organisasi
2.6.2 Strategi Intensif
a.
Penetrasi Pasar
Penetrasi pasar (market penetration) adalah strategi yang
mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang
ada di pasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar.
Lima pedoman penetrasi pasar dapat menjadi sebuah strategi yang
efektif:
Ketika pasar saat ini belum jenuh dengan produk atau jasa tertentu
Ketika tingkat pemakaian konsumen saat ini dapat dinaikkan secara
signifikan
Ketika pangsa pasar pesaing utama menurun sementara total penjualan
industri meningkat
Ketika korelasi antara pengeluaran penjualan dollar dan pemasaran
dollar secara historis tinggi
Ketika meningkatnya skala ekonomi memberikan keunggulan
kompetitif yang besar
b. Pengembangan Pasar
Pengembangan pasar (market development) meliputi pengenalan
produk atau jasa yang ada saat ini ke wilayah-wilayah geografis yang
baru.
27
Enam pedoman pengembangan pasar dapat menjadi sebuah strategi
yang efektif:
Ketika saluran-saluran distribusi baru yang tersedia dapat diandalkan,
tidak mahal, dan berkualitas baik
Ketika organisasi sangat berhasil dalam bisnis yang dijalankannya
Ketika pasar baru yang belum dikembangkan dan belum muncul jenuh
Ketika organisasi mempunyai modal dan sumber daya manusia yang
dibutuhkan untuk mengelola perluasan operasi
Ketika organisasi memiliki kapasitas produksi yang berlebih
Ketika industri dasar organisasi dengan cepat berkembang menjadi
global dalam cakupannya
c.
Pengembangan Produk
Pengembangan produk (product development) adalah sebuah
strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara
memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini.
Lima pedoman pengembangan produk dapat menjadi sebuah
strategi yang efektif:
Ketika organisasi memiliki produk-produk berhasil yang berada di
tahap kematangan dari siklus hidup produk, gagasannya disini adalah
menarik konsumen yang terpuaskan untuk mencoba produk baru
(yang lebih baik) sebagai hasil dari pengalaman positif mereka dengan
produk atau jasa organisasi saat ini
Ketika organisasi berkompetisi di industri yang ditandai oleh
perkembangan teknologi yang cepat
Ketika pesaing utama menawarkan produk berkualitas lebih baik
dengan harga yang sebanding
Ketika organisasi bersaing dalam industri dengan tingkat pertumbuhan
tinggi
2.6.3 Strategi Diversifikasi
a.
Diversifikasi Terkait
Diversifikasi terkait adalah sebuah strategi untuk menambah
produk atau jasa yang baru namun masih berkaitan.
28
Enam pedoman diversifikasi terkait dapat menjadi sebuah strategi
yang efektif:
Ketika organisasi berkompetisi di sebuah industri yang tidak
mengalami pertumbuhan atau yang pertumbuhannya lambat
Ketika menambah produk yang baru namun terkait akan secara
signifikan mendongkrak penjualan produk saat ini
Ketika produk yang baru namun terkait dapat ditawarkan dengan
harga yang sangat bersaing
Ketika produk yang baru namun terkait memiliki tingkat penjualan
musiman yang dapat mengimbangi puncak dan jurang penjualan yang
ada saat ini di perusahaan
Ketika produk organisasi yang ada saat ini sedang dalam tahap
penurunan dari siklus hidup produk
Ketika organisasi memiliki tim manajemen yang kuat
b. Diversifikasi Tak Terkait
Diversifikasi tak terkait adalah sebuah strategi untuk menambah
produk atau jasa yang baru namun tidak berkaitan.
Sepuluh pedoman diversifikasi tak terkait dapat menjadi sebuah
strategi yang efektif:
Ketika pendapatan dari produk atau jasa yang saat ini dimiliki
organisasi akan meningkat secara signifikan dengan penambahan
produk baru yang tidak terkait.
Ketika organisasi bersaing di sebuah industri yang sangat kompetitif
dan/ atau tidak mengalami pertumbuhan sebagaimana diindikasikan
oleh margin laba dan pengembalian industri yang rendah
Ketika saluran distribusi organisasi saat ini dapat digunakan untuk
memasarkan produk-produk baru kepada konsumen yang ada
Ketika produk baru memiliki pola penjualan kontrasiklis bila
dibandingkan dengan produk organisasi saat ini
Ketika industri dasar suatu organisasi mengalami penurunan dalam
penjualan dan laba tahunan
Ketika organisasi memiliki modal dan talenta manajerial yang
dibutuhkan untuk bersaing dengan baik di industri baru
29
Ketika organisasi memiliki peluang untuk membeli bisnis tak terkait
yang menarik secara investasi
Ketika ada sinergi financial antara perusahaan yang diakuisisi dan
mengakuisisi
Ketika pasar yang ada sudah jenuh dengan produk organisasi saat ini
Ketika aksi antitrust dapat didakwakan terhadap organisasi yang
secara historis telah berkonsentrasi pada satu jenis industri
2.6.4 Strategi Defensif
a.
Penciutan
Penciutan (retrenchment) terjadi manakala sebuah organisasi
melakukan pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan asset
untuk membalik penjualan dan laba yang menurun. Atau dengan artian
lain yaitu strategi menonaktifkan beberapa bagian perusahaan yang
kurang maksimal.
Lima pedoman penciutan dapat menjadi sebuah strategi yang
efektif:
Ketika sebuah organisasi memiliki kompetensi khusus yang jelas
namun gagal untuk secara konsisten memenuhi maksud dan tujuannya
dari waktu ke waktu
Ketika organisasi merupakan salah satu pesaing terlemah di suatu
industri tertentu
Ketika organisasi ditandai oleh ketidakefisiensian, profitabilitas yang
rendah, semangat kerja karyawan yang buruk, dan tekanan dari
pemegang saham untuk memperbaiki kinerja organisasi
Ketika organisasi gagal untuk memanfaatkan peluang eksternal,
meminimalkan ancaman eksternal, mengambil keuntungan dari
kekuatan internal, dan mengatasi kelemahan internal dari waktu ke
waktu, itu artinya ketika manajer strategis organisasi telah gagal
menjalankan tugasnya
Ketika organisasi tumbuh membesar terlampau cepat sehingga
reorganisasi internal besar-besaran dibutuhkan
30
b. Divestasi
Divestasi (divestiture) adalah menjual satu divisi atau bagian dari
suatu organisasi. Divestasi sering digunakan untuk mendapatkan modal
guna akuisisi atau investasi strategis lebih jauh.
Enam pedoman divestasi dapat menjadi sebuah strategi yang
efektif:
Ketika sebuah organisasi menjalankan strategi penciutan dan gagal
untuk mencapai perbaikan yang diperlukan
Ketika suatu divisi membutuhkan lebih banyak sumber daya agar
lebih kompetitif dari yang dapat disediakan oleh perusahaan
Ketika suatu divisi bertanggung jawab terhadap kinerja keseluruhan
organisasi yang buruk
Ketika suatu divisi tidak mampu menyesuaikan diri dengan bagian
organisasi yang lain, ini bisa merupakan akibat dari pasar, konsumen,
manajer, karyawan, nilai-nilai, atau kebutuhan yang secara radikal
berbeda
Ketika sejumlah besar dana dibutuhkan dalam waktu dekat dan tidak
dapat diperoleh dengan cara lain
c.
Ketika tindakan antitrust pemerintah mengancam sebuah organisasi
Likuidasi
Likuidasi (liquidation) adalah menjual seluruh asset perusahaan,
secara terpisah-pisah sesuai dengan nilai yang terlihat untuk menutup
semua kredit atau hutang. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan
dan konsekuensinya bisa menjadi sebuah strategi yang sulit secara
emosional.
Tiga pedoman likuidasi dapat menjadi sebuah strategi yang efektif:
Ketika sebuah organisasi sudah menjalankan strategi penciutan dan
divestasi, namun tak satu pun berhasil
Ketika satu-satunya alternatif suatu organisasi adalah menyatakan diri
bangkrut. Likuidasi merepresentasikan cara yang paling sistematis dan
terencana untuk mendapatkan sebesar mungkin uang tunai dari
penjualan asset perusahaan. Sebuah perusahaan dapat secara legal
menyatakan dirinya bangkrut dan kemudian melikuidasi divisidivisinya untuk memperoleh modal yang diperlukan
31
Ketika pemegang saham perusahaan dapat meminimalkan kerugian
mereka dengan menjual asset organisasi
2.7
Fast Moving Consumer Goods
2.7.1 Pengertian Fast Moving Consumer Goods
Menurut Rallabandi Srinivasu (2014:8422), Fast Moving Consumer Goods
atau yang dikenal juga dengan Consumer Packaged Goods (CPG) adalah produk
yang terjual dengan cepat dan umumnya dikonsumsi secara teratur, sebagai
kebalikan dari barang yang tahan lama seperti peralatan dapur yang dapat diganti
dalam kurun waktu tahunan. Industri FMCG terutama terlibat pada proses produksi,
distribusi dan operasi pemasaran terhadap barang-barang CPG. Sien Brierley
(2005:14) menyatakan bahwa Fast Moving Consumer Goods (FMCG) merupakan
barang-barang yang sering dibeli dan digunakan oleh konsumen, termasuk gula,
perlengkapan mandi (pasta gigi, tissue, kertas, sampo), minuman beralkohol dan
non-alkohol, rokok, koran dan majalah.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa FMCG
merupakan produk-produk yang sering digunakan oleh konsumen dan dikonsumsi
secara teratur, seperti gula, minuman, perlengkapan pribadi, koran, majalah, dan lain
sebagainya.
2.7.2 Kategori dan Produk FMCG
Kategori FMCG terdiri dari makanan, produk susu, farmasi, elektronik,
produk makanan yang dikemas, produk rumah tangga, minuman, dan lain-lain.
Adapun jenis-jenis dari produk FMCG yaitu seperti yang disajikan dalam Gambar
2.3 berikut:
Gambar 2.3 Kategori dan Produk FMCG
Sumber: Rallabandi Srinivasu (2014:8425)
32
2.8
Kerangka Perumusan Strategi yang Komprehensif
David dan David (2015:258) menyatakan bahwa teknik-teknik perumusan
strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam kerangka pengambilan keputusan
tiga tahap seperti yang tertera pada Gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Analitis Perumusan Strategi
Sumber: David dan David (2015:258)
1.
Tahap Input (Input Stage)
Tahap input merupakan tahap awal pengumpulan data, akan tetapi pada dasarnya
tidak
hanya
pengumpulan
data
tetapi
juga
merupakan
suatu
kegiatan
pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua
yaitu data internal dan data eksternal (Rangkuti, 2014:24).
Tahap input berisi informasi input dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan
strategi. Tahap ini merupakan kerangka perumusan yang terdiri dari Matriks Evaluasi
Faktor Eksternal (EFE), Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE), dan Matriks Profil
Kompetitif (CPM) (Siavashan dan Khari, 2012:68). Informasi yang diperoleh dari
ketiga matriks ini menjadi informasi input dasar untuk matriks-matriks tahap
pencocokan dan tahap keputusan (David dan David, 2015:259).
a.
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) adalah alat perumusan strategi yang
meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area
fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta
mengevaluasi hubungan diantara area tersebut (David dan David, 2015:216). Untuk
membuat matriks IFE, dibutuhkan pendapat dan penilaian dari para ahli. Matriks ini
mengenal serta mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dari unit fungsional,
mengevaluasi hubungan antar unit,
serta mengidentifikasi dan mengevaluasi
kompetensi organisasi (Taslimi, Omeyr, dan Arabkoohsar 2014:452).
33
Tabel 2.2 Matriks IFE
Faktor-faktor
Internal Utama
Bobot
Peringkat
Skor Bobot
Kekuatan
1.
2.
3.
Kelemahan
1.
2.
3.
Total
Sumber: David dan David (2015:217)
b. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) merupakan sebuah alat untuk
menganalisis tren akuntabilitas dan cara manajer perusahaan dalam menghadapi
peluang dan ancaman di luar perusahaan (Mirzakhani, Parsaamal, dan Golzar,
2014:156). Matriks ini digunakan sebagai sarana mengumpulkan informasi dari
lingkungan industri dan umum. Dalam matriks ini, faktor lingkungan yang
berpengaruh diidentifikasi kemudian dievaluasi dan diprioritaskan dalam bentuk
peluang dan ancaman (Taslimi, Omeyr, dan Arabkoohsar 2014:452).
Tabel 2.3 Matriks EFE
Faktor-faktor
Eksternal
Utama
Peluang
1.
2.
3.
Ancaman
Bobot
Peringkat
Skor Bobot
34
Tabel 2.3 Matriks EFE (Lanjutan)
1.
2.
3.
Total
Sumber: David dan David (2015: 245)
c.
Matriks Profil Kompetitif (CPM)
Matriks CPM mengidentifikasi pesaing-pesaing utama suatu perusahaan serta
kekuatan dan kelemahan khusus mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis
perusahaan sampel. Matriks CPM mencakup berbagai isu internal maupun eksternal,
karenanya peningkatan mengacu kepada kekuatan dan kelemahan (David dan David,
2015:245).
Tabel 2.2 Matriks CPM
Perusahaan 1
Perusahaan 2
Perusahaan 3
Faktor-faktor
Keberhasilan
Bobot Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
Penting
1.
2.
3.
Total
Sumber: David dan David (2015:247)
2.
Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Siavashan dan Khari (2012:68) menyatakan bahwa pada tahap pencocokan tipe-
tipe strategi yang tepat telah ditentukan dan akan muncul keseimbangan antara
faktor-faktor internal dan eksternal. Tahap pencocokan berfokus pada penciptaan
strategi alternatif yang masuk akal dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal
dan internal utama. Teknik tahap ini meliputi Matriks Kekuatan – Kelemahan –
Peluang -Ancaman (Strengths – Weaknesses - Opportunities – Threats – SWOT),
Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (Strategic Position and Action
35
Evaluation – SPACE), Matriks Internal - Eksternal (Internal - External – IE), dan
Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix). Alat-alat ini bergantung pada
informasi yang diperoleh dari tahap input untuk memadukan peluang dan ancaman
eksternal dan kekuatan dan kelemahan internal (David dan David, 2015:259).
a.
Matriks Kekuatan – Kelemahan – Peluang – Ancaman (SWOT)
Matriks SWOT dikembangkan melalui penyesuaian faktor strategis internal dan
eksternal yang merupakan dasar dan landasan untuk menyusun strategi. Matriks ini
umumnya digunakan untuk menganalisis sistematis lingkungan internal dan eksternal
perusahaan (Shojaei, Taheri, dan Mighani 2010:760).
Menurut Rangkuti (2014:83), matriks ini dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.
-
Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya
-
Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman
-
Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada
-
Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
36
Tabel 2.3 Matriks SWOT
Kelemahan
Kekuatan (Strengths-S)
(Weaknesses-W)
1.
1.
2.
2.
3. Tuliskan kekuatan
3. Tuliskan kelemahan
4.
4.
5.
5.
Peluang (Opportunity-O)
Strategi SO
Strategi WO
1.
1.
1.
Atasi kelemahan
2.
2. Gunakan kekuatan
2.
dengan
3.
3. untuk memanfaatkan
3.
memanfaatkan
4.
4.
4.
peluang
5.
5.
Ancaman (Threats-T)
peluang
5.
Strategi ST
Strategi WT
1.
1.
1.
2.
2. Gunakan kekuatan
2.
Minimalkan
3.
3. untuk menghindari
3.
kelemahan dan
4.
4.
4.
hindari ancaman
5.
5.
ancaman
5.
Sumber: David dan David (2015:261)
b. Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (SPACE)
Matriks Space dapat digunakan perusahaan untuk memperdalam analisisnya.
Tujuannya adalah agar perusahaan itu dapat melihat posisinya dan arah
perkembangan selanjutnya (Rangkuti, 2014:99). Menurut David dan David
(2015:262), Matriks Space merupakan kerangka empat kuadran yang menunjukkan
apakah strategi agresif, konservatif, defensif, atau kompetitif yang paling sesuai
untuk sebuah perusahaan. Sumbu-sumbu pada Matriks Space menunjukkan dua
dimensi internal yaitu Posisi Finansial (FP) dan Posisi Kompetitif (CP). Dan dua
dimensi eksternal yaitu Posisi Stabilitas (SP) dan Posisi Industri (IP).
37
Gambar 2.5 Matriks Space
Sumber: David dan David (2015:262)
c.
Matriks Internal – Eksternal (IE)
Matriks IE adalah alat yang memungkinkan ahli strategi untuk menilai faktor
lingkungan, ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan teknologi serta status pasar
pada periode tertentu dan itu juga berlaku di organisasi pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Menentukan situasi strategis perusahaan melalui penempatan variabel
dalam matriks internal dan faktor eksternal (Mirzakhani, Parsaamal, dan Golzar
2014:160).
Matriks IE menggunakan parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh
eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh
strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail (Rangkuti, 2014:95).
38
Gambar 2.6 Matriks IE
Sumber: David dan David (2015:271)
d. Matriks Strategi Besar (Grand Strategy)
Menurut David dan David (2015:273), matriks grand strategy telah menjadi
sebuah alat yang popular untuk merumuskan strategi alternatif. Semua organisasi
dapat diposisikan di salah satu dari empat kuadran dalam matriks grand strategy.
Matriks grand strategy didasarkan pada dua dimensi evaluatif: posisi kompetitif dan
pertumbuhan pasar (industri).
Gambar 2.7 Matriks Grand Strategy
Sumber: David dan David (2015:274)
39
3.
Tahap Keputusan (Decision Stage)
Tahap keputusan melibatkan satu pendekatan yang unik, yaitu Matriks
Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix – QSPM)
(Siavashan dan Khari, 2012:68). QSPM menggunakan informasi input dari tahap
input
untuk
secara
objektif
mengevaluasi
strategi-strategi
alternatif
yang
diidentifikasi dalam tahap pencocokan. QSPM menunjukkan daya tarik relative
berbagai strategi alternatif dan dengan demikian, memberikan landasan objektif bagi
pemilihan strategi alternatif (David dan David, 2015:275).
Gambar 2.8 Matriks QSPM
Sumber: David dan David (2015:275)
40
2.9
Kerangka Pemikiran
PT. Ultra Prima Abadi
Analisis Eksternal
(Peluang dan
Ancaman)
Analisis Internal
(Kekuatan dan
Kelemahan)
Matriks Evaluasi
Faktor Internal
(IFE)
Matriks KekuatanKelemahanPeluang-Ancaman
(SWOT)
Matriks Profil
Kompetitif
(CPM)
Matriks Posisi
Strategis dan
Evaluasi Tindakan
(SPACE)
Matriks InternalEksternal
(IE)
Matriks Perencanaan
Strategis Kuantitatif
(QSPM)
Strategi Bisnis
Gambar 2.9 Kerangka Pemikiran
Sumber: Peneliti
Matriks Evaluasi
Faktor Eksternal
(EFE)
Matriks Strategi
Besar
(Grand
Strategy)
Download