Analisis Pembentukan Word Graph Kata Kerja

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini dijelaskan beberapa definisi, teori, dan konsep yang akan
digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.
2.1 Kata Kerja
Kelas kata dalam bahasa Indonesia yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah
kata kerja (verba). Kata kerja (bahasa Latin: verbum, "kata") atau verba adalah
kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau
pengertian dinamis lainnya (Anonim 1990). Menurut Keraf (1984), kata kerja
adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata “dengan +
kata sifat”. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau
kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja
transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta
kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari. Kata kerja
lebih lanjut dapat dijelaskan melalui beberapa bagian berikut ini.
2.1.1 Batasan dan Ciri Kata Kerja
Ada beberapa ciri kata kerja yang dapat diketahui, di antaranya dengan
mengamati perilaku semantis, perilaku sintaksis, dan bentuk morfologinya.
Namun demikian, secara umum kata kerja dapat diidentifikasi dan dibedakan
terutama melalui bentuk kata sifat, karena beberapa hal berikut (Alwi et al. 2003).
1) Kata kerja memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat.
Contoh: pencuri itu lari, mereka sedang belajar di kamar, dan bom itu
seharusnya tidak meledak. Kata lari merupakan predikat sedangkan
sedang belajar dan tidak meledak merupakan inti predikat.
2) Ada makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan
sifat atau kualitas.
3) Kata kerja yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter yang
artinya ‘paling’. Contoh kata kerja mati atau suka, keduanya tidak dapat
menjadi termati atau tersuka.
5
4) Secara umum, kata kerja tidak dapat bersatu dengan kata-kata yang
maknanya kesangatan, seperti agak belajar, sangat pergi, dan bekerja
sekali.
2.1.2 Kata Kerja dari Segi Perilaku Semantisnya
Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani ‘sema’ (kata
benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah ‘semaino’ yang
berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Yang dimaksud tanda atau lambang di
sini adalah tanda-tanda linguistik (Perancis: signé linguistique). Menurut Ferdinan
de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri atas:
1) komponen yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa.
2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama.
Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang sedangkan yang ditandai
atau dilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang lazim
disebut sebagai acuan/ hal yang ditunjuk.
Dalam konteks ini, setiap kata kerja mengandung makna inheren. Kata lari
dan belajar memiliki makna inheren perbuatan. Kata-kata tersebut dapat menjadi
jawaban untuk pertanyaan Apa yang dilakukan subjek? Misalnya Apa yang
dilakukan siswa itu?, jawabannya belajar. Selain kata lari dan belajar, juga
termasuk dalam kata kerja perbuatan adalah mendekat, mencuri, membelikan,
memukuli, mandi, memberhentikan, menakut-nakuti, naik haji, dan sebagainya.
Selain makna inheren perbuatan, kata kerja juga mengandung makna
inheren proses. Kata kerja ini biasanya untuk menjawab pertanyaan Apa yang
terjadi pada subjek? Pertanyaan Apa yang terjadi pada bom itu?, dapat dijawab
dengan meledak. Kata membesar juga merupakan inheren proses perubahan dari
kecil ke keadaan yang tidak kecil lagi. Contoh lain dari makna ini adalah mati,
jatuh, mengering, mengecil, kebanjiran, terbakar, terdampar, dan sebagainya.
Kata kerja suka dalam kalimat Orang asing itu tidak akan suka masakan
Indonesia, memiliki makna inheren keadaan. Kata kerja yang memiliki makna ini
umumnya tidak dapat menjawab pertanyaan makna inheren perbuatan dan inheren
proses. Kata kerja keadaan juga memiki banyak kesamaan dengan kata sifat,
bahkan dalam kasus-kasus tertentu sulit dibedakan dan kata kerja keadaan yang
6
kontras makna dengan kata sifat jumlahnya juga sedikit. Ada satu ciri yang
umumnya dapat membedakan kata kerja keadaan dan kata sifat yaitu prefiks teryang berarti paling, prefiks ini hanya untuk kata sifat. Misalnya kata sulit dan
dingin, dapat berubah menjadi tersulit dan terdingin (paling sulit dan paling
dingin), tapi tidak dapat mengubah suka menjadi tersuka.
Makna inheren yang disebutkan di atas tidak terpengaruhi dan tidak terikat
dengan wujud kata kerjanya, baik itu berwujud kata dasar maupun berafiks.
Makna inheren juga tidak selalu terikat dengan ketransitifan suatu kata kerja,
sebagai contoh kata kerja pergi (intransitif) memiliki makna inheren perbuatan.
Adapun kata kerja transitif umumnya memiliki makna inheren perbuatan
meskipun ada juga yang tidak demikian misalnya mendengar dan melihat. Kata
mendengar dan melihat dinamakan kata kerja pengalaman. Mendengar dan
mendengarkan memiliki perbedaan arti, kata pertama merujuk pada peristiwa
begitu saja tanpa ada unsur kesengajaan sementara kata kedua terkandung
pengertian kesengajaan.
Afiksasi juga dapat memunculkan makna yang berbeda bagi kata kerja.
Penambahan afiks me- dalam kata beli menjadi membeli mempunyai makna kata
kerja perbuatan, tetapi ketika diberikan sufiks kan pada kata kerja ini sehingga
menjadi membelikan memiliki arti perbuatan itu dilakukan untuk orang lain.
Tambahan –i menjadi membeli bermakna tambahan perbuatan itu dilakukan lebih
dari satu kali, kemudian awalan ter- pada kata terbawa juga memiliki arti tidak
sengaja, dan seterusnya.
2.1.3 Kata kerja dari Segi Perilaku Sintaktis
Sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam
membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Sintaksis
memiliki satuan yaitu kata, frasa, klausa, dan kalimat. Contoh kata kerja mendekat
mengharuskan adanya subjek sebagai pelaku namun tidak membolehkan nomina
setelahnya. Berbeda dengan kata kerja mendekati yang mengharuskan adanya
subjek sebagai pelaku dan adanya nomina sesudahnya. Perilaku sintaksis
berkaitan dengan makna dan sifat ketransitifan kata kerja.
7
Ketransitifan
Ketransitifan kata kerja dapat ditentukan oleh adanya nomina yang terletak
di belakang kata kerja sebagai objek dalam kalimat aktif dan objek itu
kemungkinannya menjadi subjek dalam kalimat pasif.
a) Kata kerja Transitif
Kata kerja transitif adalah kata kerja yang memerlukan nomina sebagai
objek dalam kalimat aktif, dan dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat
pasif. Contoh:
(1) Ibu sedang membersihkan kamar itu.
(2) Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur.
(3) Pemerintah akan memberlakukan peraturan itu segera.
Contoh di atas dapat dibentuk menjadi kalimat pasif yaitu
(1) Kamar itu sedang dibersihkan oleh ibu.
(2) Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyatnya.
(3) Peraturan itu akan segera diberlakukan oleh pemerintah segera.
Kata kerja transitif terbagi menjadi tiga sebagai berikut.
(a) Kata kerja ekatransitif adalah kata kerja transitif yang diikuti oleh satu
objek. Sebagai contoh: saya sedang mencari pekerjaan, ibu akan membeli
baju baru, dan sebagainya. Pada contoh tersebut kata kerja mencari dan
membeli hanya membutuhkan satu objek.
(b) Kata kerja dwitransitif adalah kata kerja yang dalam kalimat aktif dapat
diikuti oleh nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai
pelengkap. Contoh: saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan, ibu
akan membelikan kakak baju baru, dan sebagainya.
(c) Kata kerja semitransitif adalah kata kerja yang objeknya boleh ada dan
boleh juga tidak ada. Contoh kata kerja membaca dalam kalimat ayah
sedang membaca koran, boleh juga ayah sedang membaca.
b) Kata Kerja Intransitif
Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak mempunyai nomina di
belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contoh:
(1) Maaf, Pak, Ayah sedang mandi.
(2) Kita harus bekerja keras untuk membangun Negara.
8
(3) Petani itu sedang bertanam jagung.
Kata kerja mandi dan bekerja tidak dapat diikuti nomina, sedangkan kata
kerja bertanam memang diikuti nomina tetapi tidak berfungsi sebagai objek
melainkan pelengkap. Dalam kata kerja intransitif terdapat tiga kemungkinan
yaitu kata kerja intransitif berpelengkap wajib, kata kerja intransitif berpelengkap
manasuka, dan kata kerja intransitif tidak berpelengkap. Perhatikan contoh
berikut.
(1) Rumah orang itu berjumlah dua puluh buah.
(2) Yang dikemukakannya adalah suatu dugaan.
(3) Dia sudah mulai bekerja.
(4) Anak itu kedapatan merokok.
(5) Dia berpendapat bahwa kondisi ekonomi kita akan membaik.
(6) Nasi telah menjadi bubur.
(7) Kekayaannya bernilai seratus miliar rupiah.
(8) Bajunya berwarna kuning.
(9) Gadis itu tersipu-sipu.
(10) Bibit kelapa itu sudah tumbuh.
Kata kerja berjumlah, adalah, mulai, berpendapat, dan kedapatan
merupakan kata kerja intransitif berpelengkap wajib. Kata kerja menjadi, bernilai,
dan berwarna merupakan kata kerja intransitif berpelengkap manasuka, karena
bisa saja dibuat kalimat makin tua makin menjadi, ide-idenya sangat bernilai, dan
film itu berwarna. Kata kerja tersipu-sipu dan tumbuh adalah kata kerja intransitif
tidak berpelengkap. Contoh Bibit itu tumbuh subur; kata subur tersebut bukanlah
pelengkap melainkan keterangan.
c) Kata Kerja Berpreposisi
Kata kerja ini merupakan kata kerja intransitif yang selalu diikuti oleh
preposisi tertentu, misalnya beberapa kalimat berikut.
(1) Kami belum tahu akan hal itu.
(2) Saya sering berbicara tentang hal ini.
(3) Hasil ini bergantung pada pelaksanaannya.
Selain itu juga beberapa kata lain, misalnya: cinta pada, suka akan, terbagi atas,
terdiri atas, sesuai dengan, teringat akan, tergolong dalam, dan sebagainya.
9
Ada beberapa kata kerja berpreposisi yang dapat berubah menjadi kata kerja
transitif sehingga preposisinya harus dihilangkan. Contoh:
berbicara tentang
= membicarakan
cinta akan/ pada
= mencintai
suka akan
= menyukai
tahu akan/ tentang
= mengetahui
bertemu dengan
= menemui
2.1.4 Kata Kerja dari Segi Bentuknya
Pada tataran ini, kata kerja terdiri atas kata kerja dasar dan kata kerja
turunan.
2.1.4.1 Kata Kerja Dasar
Kata kerja dasar merupakan kata kerja yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks.
Kata kerja ini dapat mengetahui makna leksikal, artinya makna yang melekat pada
kata. Contoh kata kerja asal sebagai berikut:
ada
jatuh
naik
tamat
bangun
kalah
paham
tenggelam
cinta
lahir
pecah
terbit
datang
lari
pergi
tiba
duduk
makan
pulang
tidur
gugur
mandi
rasa
tinggal
hancur
mati
sadar
tumbang
hidup
menang
suka
tumbuh
hilang
minum
tahan
turun
ikut
muak
tahu
yakin
2.1.4.2 Kata Kerja Turunan
Kata kerja ini dibentuk dari transposisi, pengafiksan, pengulangan
(reduplikasi), atau pemaduan. Transposisi merupakan suatu proses penurunan kata
yang memperlihatkan peralihan suatu kata dari kategori sintaksis yang satu ke
kategori sintaksis yang lain tanpa mengubah bentuknya (Alwi et al. 2003).
Contoh transposisi dari nomina ke kata kerja:
telepon
→
telepon
10
cangkul
→
cangkul
sikat
→
sikat
Pengafiksan adalah penambahan afiks pada kata dasar. Kata dasar dapat
berupa kata kerja, kata benda, maupun kata sifat. Selanjutnya kata dasar cukup
ditulis dengan dasar. Adapun reduplikasi adalah pengulangan suatu kata dasar.
Contoh pengafiksan:
beli
→
membeli
darat
→
mendarat
temu
→
bertemu
restu
→
merestui
besar
→
memperbesar
Pada reduplikasi, kata-kata yang mengalami proses ini dinamakan kata
berulang, artinya kata kerja yang telah direduplikasi juga disebut kata kerja
berulang.
Contoh reduplikasi:
lari
→
lari-lari
makan
→
makan-makan
tembak
→
tembak-menembak (pengafiksan pada reduplikasi)
terka
→
menerka-nerka (pengafiksan pada reduplikasi)
Berbeda dengan reduplikasi, pemaduan merupakan penggabungan dua kata
dasar atau lebih sehingga menjadi satu kata yang memiliki satu makna.
Contoh pemaduan:
jual, beli
→
jual beli
jatuh, bangun
→
jatuh bangun
salah, sangka
→
salah sangka
Pengafiksan dapat juga terjadi pada kata kerja pemaduan, contoh
memperjualbelikan, menghancurleburkan, dan sebagainya.
(a) Proses Penurunan Kata kerja
Proses penurunan kata kerja melibatkan empat macam afiks, yaitu prefiks
atau awalan, sufiks atau akhiran, konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks, dan
infiks atau sisipan yang diletakkan di tengah kata dasar.
11
Dalam bahasa Indonesia terdapat prefiks untuk kata kerja meng-, per-, ber-,
di-, dan ter-. Kemudian ada sufiks -kan, -i, dan -an, serta konfiks ke--an dan ber-an. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar prefiks dan sufiks dapat terbentuk
menjadi konfiks. Pertama, perpaduan itu bersifat mutlak, artinya antara prefiks
dan sufiks langsung diapitkan ke dasar. Contoh: berdatangan, kejatuhan. Kedua,
pemisahan dari salah satu afiks itu tidak meninggalkan bentuk kata dan hubungan
maknanya masih dapat ditelusuri. Contoh: kata kerja kecurian dan berhalangan,
meskipun seolah nampak bahwa kata kerja kecurian berasal dari prefiks ke- dan
dasar curian, karena ada dalam bahasa Indonesia dasar curian, namun maknanya
tidak dibenarkan dalam bahasa. Oleh karena itu, kecurian adalah konfiks dari kedan -an. Kata kerja berhalangan bukan berasal dari konfiks ber- dan -an tetapi
dari prefiks ber- dengan dasar yang sudah bersufiks.
(b) Penggabungan Prefiks dan sufiks
Dalam kenyataannya tidak setiap prefiks dapat bergabung dengan sufiks.
Berikut ini adalah bagan kemungkinan penggabungan prefiks dan sufiks.
Prefiks
Sufiks
mengperberterdike-
-kan
-i
-an
Gambar 1 Penggabungan prefiks dan sufiks.
Contoh:
meng-kan:
ter-kan:
menidurkan
terselesaikan
membelikan
terabaikan
mendekatkan
terlemparkan
meng-i:
ter-i:
merestui
terpenuhi
membohongi
teratasi
mendekati
tersaingi
12
per-kan:
di-kan:
permainkan
ditentukan
peristrikan
dihabiskan
peringatkan
dituliskan
per-i:
di-i:
perbaiki
didatangi
perlengkapi
dibatasi
peringati
diulangi
ber-kan:
ke-an:
berdasarkan
kelaparan
berisikan
kejatuhan
berpedomankan
kecurian
ber-an:
ke-i
berjatuhan
ketahui
bepergian
berdatangan
(c) Morfofonemik
Morfofonemik adalah proses perubahan suatu fonem menjadi fonem lain
sesuai dengan fonem yang mendahuluinya.
Morfofonemik Prefiks meng(1) Bentuk meng- akan tetap jika setelahnya berupa kata dasar yang dimulai
dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ə/, /k/, /g/, /h/, atau /x/.
Contoh:
ambil
→
mengambil
ikat
→
mengikat
ukur
→
mengukur
elak
→
mengelak
olah
→
mengolah
erat
→
mengerat
kalah
→
mengalah
garap
→
menggarap
hitung
→
menghitung
13
(2) Bentuk meng- berubah menjadi me- jika setelahnya berupa dasar yang diawali
dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /y/, atau /w/.
Contoh:
latih
→
melatih
makan
→
memakan
namai
→
menamai
nyatakan
→
menyatakan
nganga
→
menganga
ramaikan
→
meramaikan
yakinkan
→
meyakinkan
wajibkan
→
mewajibkan
(3) Bentuk meng- menjadi men- jika setelahnya berupa dasar yang dimulai
dengan fonem /d/ atau /t/.
Contoh:
tanam
→
menanam
tuduh
→
menuduh
duga
→
menduga
Jika diperhatikan fonem /t/ pada contoh di atas luluh ke dalam fonem /n/.
Tetapi ada juga fonem /t/ yang bisa luluh juga bisa tidak ke dalam /n/ seperti
contoh:
tertawa
→
menertawakan
terjemah
→
menerjemahkan
(4) Jika dasar itu bermula dengan fonem /b/, /p/, atau /f/, bentuk meng- menjadi
mem-. Contoh:
babat
→
membabat
patuhi
→
mematuhi
fokuskan
→
memfokuskan
Fonem /p/ pada contoh di atas juga mengalami peluluhan menjadi /m/. Tetapi
peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali
prefiks per- atau dasarnya berawal dengan per- atau pe- tertentu. Contoh:
pertinggi
→
mempertinggi
perdalam
→
memperdalam
14
pedulikan
→
mempedulikan
(5) Jika dasarnya bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/, dan /sy/, bentuk mengberubah menjadi meny-. Dalam ejaan baku bentuk meny- yang bergabung
dengan fonem /c/, /j/, /sy/ dimodifikasi menjadi men-.
Contoh:
satukan
→
menyatukan
sucikan
→
menyucikan
syaratkan
→
mensyaratkan
jatuhkan
→
menjatuhkan
cari
→
mencari
(6) Jika dasarnya bersuku satu, bentuk meng- berubah menjadi menge-, meskipun
ada bentuk tidak baku seperti beberapa contoh di atas, yaitu tanpa adanya
peluluhan. Contoh:
tik
→
mengetik
bom
→
mengebom
cek
→
mengecek
(7) Jika kata itu berasal dari bahasa asing maka perlakuannya berbeda-beda,
bergantung pada seberapa lama kata itu terpakai. Jika relatif masih baru,
maka peluluhan tidak berlaku. Di sini ada perubahan dari meng- menjadi
men- jika dasar itu diawali dengan /s/. Kalau kata asing itu sudah melekat
maka perubahan morfofonemiknya mengikuti kaidah umum.
Contoh:
produksi
→
memproduksi
klasifikasi
→
menglasifikasi
survei
→
mensurvei
(8) Jika
kata
kerja
tunggal
direduplikasi,
dasarnya
diulangi
dengan
mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku satu
unsur nge- yang di depan dasar dipertahankan. Contoh:
tulis
→
menulis
→
menulis-nulis
cek
→
mengecek
→
mengecek-ngecek
ulangi
→
mengulangi
→
mengulang-ulangi
15
Morfofonemik Prefiks per(1) Prefiks per- berubah menjadi pe- jika bertemu dengan dasar yang berawal
dengan fonem /r/ atau akhir suku pertama dari dasar itu berupa /er/.
Contoh:
rendah
→
perendah
runcing
→
peruncing
kerjakan
→
pekerjakan
(2) Prefiks per- berubah menjadi pel- jika bertemu dengan bentuk dasar ajar.
Contoh:
ajari
→
pelajari
(3) Selain kaidah di atas maka bentuk per- tidak berubah jika bertemu dengan
dasar apapun. Contoh:
lebar
→
perlebar
luas
→
perluas
Morfofonemik Prefiks ber(1) Jika dasar berawal dengan fonem /r/ dan akhir suku pertama dari dasar berupa
/er/ maka prefiks ber- berubah menjadi be-. Contoh:
rantai
→
berantai
runding
→
berunding
kerja
→
bekerja
pergian
→
bepergian
Ber- pada kata berkarya tidak berubah menjadi bekarya karena akhir suku
pertamanya berupa ar.
(2) Bentuk ber- berubah menjadi bel- jika bertemu dengan dasar-dasar tertentu.
Contoh:
ajar
→
belajar
unjur
→
belunjur
(3) Di luar kaidah di atas bentuk ber- tidak berubah jika bertemu dengan dasar
apapun. Contoh:
layar
→
berlayar
main
→
bermain
16
Morfofonemik Prefiks ter(1) Prefiks ter- berubah menjadi te- jika bertemu dengan dasar yang berawal
dengan fonem /r/. Contoh:
rasa
→
terasa
raba
→
teraba
(2) Jika ter- bertemu dengan dasar yang akhir suku pertamanya berupa /er/, maka
fonem /r/ nya ada yang muncul dan ada juga yang tidak. Contoh:
percaya
→
terpercaya
percik
→
tepercik
(3) Di luar kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya. Contoh:
pilih
→
terpilih
bawa
→
terbawa
Morfofonemik Prefiks diPrefiks di- tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Tetapi perlu
dibedakan penulisannya antara di- sebagai kata depan dan di- sebagai prefiks.
Contoh:
ambil
→
diambil
pukul
→
dipukul
Morfofonemik Sufiks -kan
Sufiks –kan tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Tetapi perlu
dibedakan antara –kan dan –an apabila bertemu dengan dasar yang fonem
akhirnya /k/, keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Jika sebagai kata kerja
maka k-nya dobel sementara jika berupa nomina maka k-nya satu. Contoh:
letak
→
letakkan
tarik
→
tarikkan
tembak
→
tembakkan (kata kerja)
tembak
→
tembakan (nomina)
Morfofonemik Sufiks –i
Sufiks -i tidak mengalami perubahan apabila bertemu dengan dasar apapun.
Namun perlu diperhatikan bahwa dasar yang berakhir dengan fonem /i/ tidak
dapat diberi sufiks -i.
17
Morfofonemik Sufiks –an
Sufiks -an juga tidak berubah jika bertemu dengan dasar apapun. Jika akhir
dasar berupa fonem /a/, maka penulisannya dijejerkan. Contoh:
dua
→
berduaan
mesra
→
bermesraan
2.1.5
Morfologi dan Semantik Kata Kerja Transitif
Kata kerja transitif juga ada yang terbentuk dengan proses penurunan kata.
Penurunan ini dapat pula mengubah bentuk asal kata kerja serta arti dari kata kerja
itu.
2.1.5.1 Penurunan Kata Kerja Transitif
Kata kerja transitif dapat diturunkan melalui transposisi, afiksasi, dan
reduplikasi. Berikut penjelasan masing-masing;
Transposisi
Dalam bahasa Indonesia ada kelompok kata yang memiliki kelas kata
nomina sekaligus kata kerja, seperti jalan, telepon, dan cangkul. Untuk
membedakan penggunaan keduanya, dalam bahasa formal, harus ditambah afiks
jika kata itu menjadi kata kerja. Contoh:
jalan
→
berjalan
cangkul
→
mencangkul
sendok
→
menyendok
Afiksasi
a. Penurunan dengan mengPenambahan prefiks meng- hanya bisa dilakukan pada kata kerja dasar,
bukan dari nomina maupun adjektif. Penambahan ini tidak merusak kelas kata dan
maknanya, melainkan hanya membedakan formal dan tidak formal. Contoh:
beli
→
membeli
lihat
→
melihat
ambil
→
mengambil
Dalam kalimat pasif prefiks meng- diganti dengan di- atau ter-.
18
b. Penurunan dengan -kan
Bentuk aktif dari kata kerja dasar yang bersufiks -kan dapat bergabung
dengan prefiks meng- sehingga menjadi afiks meng-kan. Dasar yang dipakai dapat
berupa kata kerja asal, kata kerja ber-, nomina, kata sifat, kata tugas, atau frasa
preposisional. Contoh:
bicara
→
membicarakan
mandi →
memandikan
ke muka
→
mengemukakan
kuning →
menguningkan
kecil
→
mengecilkan
satu
menyatukan
ke depan
→
mengedepankan
bangkit→
membangkitkan
Indonesia
→
mengindonesiakan
hancur →
menghancurkan
anak tiri
→
menganaktirikan
akibat →
mengakibatkan
cita-cita
→
mencita-citakan
rumah →
merumahkan
pojok
→
memojokkan
peti es →
memetieskan
→
c. Penurunan dengan -i
Bentuk turunan dengan sufiks -i dapat bergabung dengan prefiks meng-,
bahkan ada dasar yang diharuskan menjadi berafiks meng-i seperti merestui,
mengadili, menangani, dan sebagainya. Pada bentuk lain, status sufiks -i dapat
memengaruhi ketransitifan suatu kata kerja seperti mengalir-mengaliri. Mengalir
merupakan kata kerja transitif sedangkan mengaliri kata kerja intransitif. Ada pula
dasar dengan meng-i tetapi memiliki status yang sama dengan meng- seperti
mencium-menciumi, keduanya berstatus sama yakni kata kerja transitif.
d. Penurunan dengan per- dan -kan/-i
Bentuk aktif turunan per- dan -kan/i dengan menambahkan meng- dan persaja meskipun ada juga yang mengharuskan menambah sufiks -kan. Contoh:
memperbanyak
memperbudak
mempermudah
mempersulit
memperbincangkan
mempersembahkan
mempertimbangkan
mempermasalahkan
Selain contoh di atas, ada juga bentuk sufiks -kan yang bersifat manasuka,
ada yang bersufiks wajib -i, serta ada juga yang bisa -kan juga bisa -i. Contoh:
memperistri(kan)
mempersunting(kan)
memperbaiki
memperbarui
19
memperingati
memperingatkan
e. Penurunan dengan di- dan terKata kerja aktif transitif yang diberi prefiks meng- dapat diubah ke dalam
bentuk pasif dengan cara mengganti prefiks meng- menjadi di-. Jika ada sufiks
lain dalam kata kerja aktif maka sufiks itu tidak memengaruhi bentuk pasifnya
(sufiksnya dibiarkan). Contoh:
memakai
→
dipakai
memandikan
→
dimandikan
meninggalkan
→
ditinggalkan
Prefiks di- juga dapat diganti dengan ter-, meskipun sifatnya ada yang tanpa
sufiks, wajib sufiks, maupun sufiksnya manasuka. Contoh:
membawa
→
dibawa
→
terbawa
Contoh di atas menunjukkan perubahan pergantian prefiks di- menjadi ter-.
termasuk
terselesaikan
terlempar(kan)
termakan
terabaikan
terpikir(kan)
terjual
teratasi
ternoda(i)
Pada umumnya makna dari prefiks ter- menyatakan ‘ketidaksengajaan’ dan ‘dapat
di’.
f. Penurunan melalui reduplikasi
Kata kerja transitif juga dapat diturunkan melalui pengulangan kata dasar,
umumnya dengan afiksasi dan bahkan perubahan vokal. Contoh:
menyobek-nyobek
menerka-nerka
mengutak-atik
Makna umum dari kata kerja ini adalah bahwa perbuatan itu dilakukan lebih dari
satu kali dan tanpa tujuan khusus.
2.1.6
Morfologi dan Semantik Kata Kerja Intransitif
Makna kata kerja intransitif dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu (1) dasar kata
yang dipakai, (2) wajib-tidaknya afiks, dan (3) ciri khusus semantik dari dasar
kata (Alwi et al. 2003). Bentuk kata kerja intransitif dapat berupa kata asal yang
monomorfemis, polimorfemis, dan turunannya. Selain itu juga dasar kata kerja
20
dapat dibentuk menjadi majemuk. Misalnya, naik banding, naik haji, masuk
angin, dan sebagainya.
2.1.6.1 Penurunan Kata Kerja Intransitif dengan Afiksasi
Penurunan dengan afiksasi meliputi prefiks meng-, prefiks ber-, afiks ber-kan, afiks ber--an, prefiks ter-, afiks ke--an.
a.
Penurunan dengan mengPada umumnya kata kerja intransitif dan berprefiks meng- diturunkan dari
nomina dan kata sifat. Contoh:
darat
→
mendarat
batu
→
membatu
kecil
→
mengecil
Ada juga yang diturunkan dari dasar yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata
tanpa ada afiksasi. Contoh:
alir
→
mengalir
inap
→
menginap
baur
→
membaur
gigil
→
menggigil
Demikian juga untuk kata kerja intransitif yang diturunkan dari kelas kata yang
lain. Contoh:
satu (numeralia)
→
menyatu
dua (numeralia)
→
mendua
jadi (kata tugas)
→
menjadi
Ada beberapa hubungan semantis yang umum dari kata kerja intransitif,
yaitu: menjadi…, misalnya membatu, berfungsi sebagai/menyerupai…, misalnya
membukit, makan/minum…, misalnya mengopi, mencari/mengumpulkan…,
misalnya
merumput,
menuju…,
misalnya
menepi,
dan
mengeluarkan
bunyi…misalnya meraung.
b.
Penurunan dengan berKata kerja yang dibentuk oleh ber- hanya ada tiga macam, yaitu; ber-
dengan kata dasar, ber- yang diikuti -kan (manasuka), dan ber- yang harus diikuti
oleh -an. Prefiks ber- tidak dapat bergandengan dengan sufiks -i. Contoh:
beragama
berdasar(kan)
berjatuhan
berkawan
berisi(kan)
bepergian
21
bergegas
bermandi(kan)
berdatangan
Beberapa makna dari prefiks ber- adalah sebagai berikut;
i. mempunyai
Contoh : beratap, beristri, beranak
ii. menggunakan
Contoh : bersepeda, berladang, berlayar
iii. menghasilkan
Contoh : bertelur, berbunyi, bersuara
iv. dalam jumlah
Contoh : berdua, bertiga, berpuluh-puluh
c.
Penurunan dengan ber-kan
Perilaku sintaksis pada kata kerja ber- dengan kata kerja ber-kan umumnya
berbeda. Contoh:
bersenjata
−
bersenjatakan
berdasar
−
berdasarkan
berasas
−
berasaskan
Dalam sebuah kalimat, jika sufiks -kan pada kata kerja digunakan maka
harus ada nomina di belakangnya. Meskipun ada beberapa contoh yang
menyimpang, misalnya bermandi - bermandikan tetap memerlukan nomina
setelahnya.
d.
Penurunan dengan ber-an
Kata kerja dengan turunan dari konfiks ber-an kurang banyak digunakan
dan
jumlahnya
terbatas,
misalnya
bepergian,
berjatuhan,
berguguran,
berdatangan, bermunculan, berlarian, dan sebagainya. Tetapi kata kerja yang
diturunkan dari ber- dengan dasar yang sudah bersufiks -an jauh lebih banyak.
Contohnya berhalangan, bercucuran, berhubungan, bersentuhan, bergandengan,
berpacaran, bermusuhan, berbatasan, dan sebagainya.
Beberapa makna dari prefiks ber-an adalah sebagai berikut.
i.
Melakukan kegiatan, mengalami peristiwa, dan menyatakan pengalaman
lebih dari satu (jika dasarnya intransitif)
Contoh: bepergian, berjatuhan, berguguran, berdatangan
22
ii. Resiprokal, peristiwa yang terjadi secara timbal balik (jika dasarnya
transitif)
Contoh: bersentuhan, bersahutan, berpukulan
iii. Berelasi (jika dasarnya kata sifat)
Contoh: berdekatan, berjauhan, berseberangan
iv. Posesif (jika dasarnya nomina)
Contoh: beralasan, berbatasan, berlumuran
e.
Penurunan dengan terMakna kata kerja intransitif ter- umumnya adalah menjadi dalam keadaan
dan ada pula makna yang menyatakan bahwa perbuatan itu dilakukan karena
ketidaksengajaan. Misalnya terduduk, terbangun, terjatuh.
f.
Penurunan dengan ke-an
Makna umum dari bentukan ini adalah malafektif atau adversatif, yakni
keadaan yang menyatakan segi-segi negatif, hal-hal yang tidak menyenangkan.
Misalnya, kelaparan, kedinginan, ketiduran, kemalaman, dan sebagainya. Ada
juga beberapa contoh yang mengandung makna ‘dapat di’, misalnya, kelihatan,
kedengaran, dan sebagainya.
2.1.6.2 Penurunan Kata Kerja Intransitif dengan Reduplikasi
Dalam penurunan kata kerja ini ada beberapa makna yang terkandung;
a.
Perulangan itu menunjukkan perbuatan yang dilakukan tanpa tujuan khusus.
Contoh: duduk-duduk, mandi-mandi, makan-makan, dan lain-lain.
b.
Perbuatan dilakukan secara terus-menerus dengan variasi.
Contoh: bersalam-salaman, tersendat-sendat, berputar-putar, dan lain-lain.
c.
Resiprokal atau kesalingan, perbuatan yang berbalasan.
Contoh: berpeluk-pelukan, tembak-menembak, tolong-menolong, dan lainlain.
d.
Adanya intensitas yang tinggi sehingga diperoleh hasil perbuatan yang
superlatif.
Contoh: cerai-berai, pontang-panting, porak-poranda, dan lain-lain.
e.
Posesif, menyatakan milik.
Contoh: bercita-cita, berangan-angan, dan lain-lain.
23
2.1.7 Kata Kerja Majemuk
Kata kerja majemuk adalah kata kerja yang terbentuk melalui proses
penggabungan satu kata dengan kata yang lain (Alwi et al. 2003).
Berbeda dengan idiom, kata kerja majemuk tidak mengubah makna setelah
digabungkan meskipun melalui penelusuran dari setiap kata yang digabungkan.
Uraian berikut, menyangkut kata kerja majemuk dari segi bentuknya.
2.1.7.1 Kata Kerja Majemuk Dasar
Kata kerja majemuk ini tidak berafiks dan tidak berulang, serta dapat berdiri
sendiri dalam frasa, klausa, dan kalimat. Contoh; temu wicara, jumpa pers, tatap
muka, salah hitung, hancur lebur, jual beli, dan sebagainya.
2.1.7.2 Kata Kerja Majemuk Berafiks
Merupakan kata kerja majemuk yang mengandung afiks tertentu. Contoh:
menyebarluaskan, berdiam diri, mengikutsertakan, mengambil alih, dan
sebagainya. Kata kerja ini terbagi menjadi tiga, yaitu kata kerja majemuk terikat
(pangkalnya berupa bentuk majemuk yang tidak dapat berdiri sendiri), misalnya
beriba hati, berkembang biak, kata kerja majemuk bebas (pangkalnya berupa
bentuk
jamak
yang
dapat
berdiri
sendiri),
misalnya melipatgandakan,
menaikturunkan, dan kata kerja majemuk yang komponennya sudah berafiks,
misalnya haus kekuasaan, hilang ingatan.
2.1.7.3 Kata Kerja Majemuk Berulang
Kata kerja ini berlaku jika kemajemukannya bertingkat dan intinya adalah
yang dapat direduplikasi. Contoh: naik-naik pangkat, pulang-pulang kampung,
goyang-goyang kaki, dan sebagainya.
2.1.8 Hubungan Ketransitifan dengan Afiksasi
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara
ketransitifan dengan afiksasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut;
1. Kata kerja yang dapat berdiri sendiri tanpa afiksasi dapat bersifat transitif
dapat pula intransitif. Contoh: makan, minum, mandi, tidur.
2. Kata kerja yang berprefiks ber- bersifat intransitif. Contoh: berjalan,
berjemur, berdasarkan, bermandikan.
24
3. Kata kerja yang berprefiks meng- tanpa sufiks dapat bersifat transitif
maupun intransitif. Contoh: membeli, membaca, mendarat, merakyat.
4. Semua kata kerja yang bersufiks –i, kecuali kata kerja tertentu seperti
menyerupai dan memadai, bersifat transitif. Contoh: merestui, memukuli,
menugasi, mendekati.
5. Kata kerja yang berprefiks meng- dan bersufiks –kan, kecuali merupakan,
selalu bersifat transitif. Contoh: mengerjakan, membelikan, menidurkan,
menyerahkan. Ada kata kerja tertentu yang objeknya tidak dinyatakan
secara eksplisit. Misalnya, menggembirakan, menyedihkan, merugikan,
menguntungkan.
6. Jika prefiks meng- membentuk kata kerja intransitif, maka pasangannya
dengan sufiks –kan atau –i merupakan kata kerja ekatransitif. Contoh:
menguning, mengeras (intransitif), sedangkan menguningkan dan
mengerasi adalah kata kerja ekatransitif. Ada pengecualian pada
menyerah (intransitif), menyerahi (dwitransitif).
7. Jika prefiks meng- membentuk kata kerja ekatransitif, maka pasangannya
dengan sufiks –kan sering tergolong kata kerja dwitransitif. Contoh:
membeli, mengambil, mencari (ekatransitif), sedangkan membelikan,
mengambilkan, mencarikan (dwitransitif).
8. Jika prefiks meng- membentuk kata kerja ekatransitif, maka penambahan
sufiks -i, tetap menjadi ekatransitif.
2.2
2.2.1
Graf dan Graf Berarah
Pengertian Graf
Graf adalah pasangan terurut (V, E) dengan V adalah himpunan berhingga
dan takkosong dari elemen-elemen graf yang disebut simpul (node, vertex) dan E
adalah himpunan pasangan takterurut dari simpul-simpul berbeda di V. Setiap
{p, q}∈ E (dengan
p, q ∈ V ) disebut sisi (edge) dan dikatakan menghubungkan
simpul-simpul p dan q.
(Foulds 1992)
25
2.2.2
Graf Berarah
Graf berarah (directed graph, digraf) dapat didefinisikan sebagai suatu
pasangan terurut (V,A) dengan V himpunan takkosong dan berhingga dan A adalah
himpunan pasangan terurut dari elemen-elemen berbeda di V. Elemen di A biasa
disebut sisi bearah (arc).
(Foulds 1992)
Arc merupakan sisi yang menghubungkan satu simpul dengan simpul
lainnya, dilambangkan dengan tanda panah berarah maupun tidak berarah.
2.3
Knowledge Graph (KG)
Salah satu metode yang berguna untuk meringkas teks yang saat ini sedang
berkembang adalah knowledge graph atau KG. Metode ini pertama kali muncul
pada tahun 1982 di Department of Sociology, Groningen, Belanda. Penelitian ini
kemudian diteruskan oleh Prof. Dr. C. Hoede di Universitas Twente. KG adalah
suatu metode yang digunakan untuk menganalisis teks dan merepresentasikan teks
tersebut ke dalam bentuk graf (Zhang & Hoede 2000).
KG
merupakan
graf
berarah
yang
terdiri
atas
vertex
untuk
merepresentasikan konsep dan link untuk merepresentasikan relasi antarkonsep
dengan himpunan relasi yang terbatas (Lehmann 1992). KG merupakan
kombinasi dan integrasi antargraf yang diekstrak dari berbagai teks sehingga
dapat tergambarkan suatu konsep dan relasinya. Proses untuk mengekstrak
informasi dari suatu teks disebut text analysis. Lebih lanjut Kramer (1996)
mengatakan bahwa KG adalah suatu instrumen yang menggambarkan struktur
terkonsep yang sudah tertentu sehingga relasi-relasi antara suatu rangkaian dapat
diminimalkan dan terbatas. Tujuannya mengekstrak relasi-relasi dari sebuah teks
yang menerangkan suatu subjek pada bidang tertentu untuk dituangkan dalam
bentuk graf (Vries 1989). Pada dasarnya teori KG terdiri atas concept, binary
relationship, dan multivariate relationship (Zhang 2002).
26
2.3.1 Konsep
Dalam graf, konsep diinterpretasikan dengan node. Menurut van den Berg
(1993), konsep dapat dinyatakan sebagai token (simbol, tanda, karakteristik, dsb),
type, dan name.
Token adalah konsep yang dipahami oleh seseorang menurut cara
pandangnya masing-masing, hal ini berakibat adanya unsur subjektivitas.
Misalnya ketika berhadapan dengan kata rambutan maka akan muncul dalam
pikiran tiap-tiap orang bisa rasa, bentuk, warna, dan sebagainya. Token dalam KG
dinyatakan dengan
, yang menandakan adanya sebuah konsep dan dapat
disejajarkan dengan fungsi argumen dalam logika. Adapun type dan name
memiliki kondisi yang hampir sama, keduanya dapat dibedakan dari relasi yang
menghubungkannya dengan token. Type merupakan konsep yang berupa
informasi umum dan bersifat objektif karena ada kesepakatan sebelumnya,
sedangkan name adalah sesuatu yang bersifat individual.
2.3.2 Word graph
Word graph adalah konsep dan relasi yang direpresentasikan dalam bentuk
graf (Zhang & Hoede 2000). Dalam teori KG, pengetahuan baru akan terkandung
dalam sebuah teks yang diringkas dari dokumen tertentu dan dinyatakan dengan
text graph. Text graph adalah gabungan beberapa sentence graph. Di bawah
sentence graph terdapat word graph yang merupakan graf kata dan menyatakan
arti dari kata.
Text graph
Sentence graph
Word graph
Gambar 2 Pembentukan text graph.
2.3.3 Relasi dan Aspek-aspek Ontologi
Relasi adalah suatu hubungan yang menghubungkan antara konsep yang
satu dengan yang lain. Dalam teori KG terdapat aspek ontologi sebagai gambaran
27
beberapa konsep dan relasi antarkonsep yang dimaksudkan untuk mendefinisikan
ide-ide yang merepresentasikan konsep, relasi, dan logikanya. Dengan cara seperti
ini sebuah model dapat dibangun untuk memahami bahasa alami.
Teori KG memperkenalkan ontologi word graph berupa token yang
dinyatakan dengan node dengan simbol
, 9 binary relationships, dan 4 frame
relationships yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Zhang 2002):
1. Relasi kesamaan (ALIKENESS/ALI)
Relasi ini digunakan untuk menghubungkan sebuah type dengan token.
Contoh : “padi” adalah type
padi
ALI
Gambar 3 Contoh penggunaan relasi ALI.
2. Relasi kausalitas (CAUSALITY/CAU)
Relasi ini menggambarkan hubungan sebab dan akibat antara sesuatu yang
saling memengaruhi. Relasi ini dapat digunakan dalam menghubungkan
dua konsep yang terdiri atas kata benda dan kata kerja, antara subjek
petani dan predikat (kata kerja tanam) maupun predikat dengan objek
padi. Contoh: Petani menanam padi.
petani
ALI
CAU
CAU
ALI
padi
ALI
tanam
Gambar 4 Contoh penggunaan relasi CAU.
3. Relasi kesederajatan (EQUALITY/EQU)
Relasi ini digunakan untuk menunjukkan konsep yang sederajat,
mengungkapkan dua hal yang identik. Dapat pula dikatakan bahwa relasi
ini untuk menghubungkan sebuah name dengan token. Kalimat yang
menyatakan relasi EQU biasanya menggunakan kata adalah, merupakan,
dan sebagainya. Contoh: Montong adalah nama duren, karena adalah
dapat direpresentasikan dengan relasi EQU maka gambar montong
sebagaimana terlihat pada Gambar 5 (kiri). Relasi EQU juga dapat
digambarkan dengan tanda hubung seperti Gambar 5 (kanan) jika
menunjukkan dua buah konsep yang sama.
28
EQU
montong EQU
Gambar 5 Contoh penggunaan relasi EQU
4. Relasi yang bertautan (SUBSET/SUB)
Relasi ini menggambarkan dua buah token yang mengekspresikan
rangkaian secara bertautan, maksudnya sesuatu merupakan bagian dari
sesuatu yang lain. Dalam relasi, jika diberikan dua buah konsep A dan B,
maka terdapat dua kemungkinan, yaitu konsep A lebih luas dari B atau
sebaliknya konsep B lebih luas dari A. Dasar relasi ini menggambarkan
satu bagian dari sebuah konsep yang utuh sehingga fungsi SUB erat
kaitannya dengan konsep kepemilikan. Contoh: Daun bagian dari pohon.
Karena bagian merepresentasikan relasi SUB maka word graphnya
sebagai berikut.
daun
ALI
SUB
ALI
pohon
Gambar 6 Contoh penggunaan relasi SUB.
5. Relasi perbedaan (DISPARATNESS/DIS)
Relasi ini menggambarkan bahwa antara dua token tidak ada
hubungannya. Logika matematikanya jika A DIS B, maka A
B =
.
Contoh: Padi berbeda dengan ubi. berbeda merupakan satu contoh relasi
DIS sehingga word graphnya sebagai berikut.
ALI
padi
DIS
ALI
ubi
Gambar 7 Contoh penggunaan relasi DIS.
6. Relasi yang berurutan (ORDERING/ORD)
Relasi ini menjelaskan bahwa dua benda memiliki urutan satu sama lain,
bisa urutan waktu maupun urutan tempat. Contoh: dari awal sampai akhir.
dari dan sampai menggambarkan relasi ORD sehingga contoh di atas
dapat dibuat word graphya sebagai berikut.
awal
ALI
ORD
ALI
Gambar 8 Contoh penggunaan relasi ORD.
akhir
29
7. Relasi atribut (ATTRIBUTE/PAR)
Relasi PAR digunakan untuk menjelaskan satu elemen berkaitan dan
memiliki sifat elemen lainnya. Misalnya daun hijau, kata hijau merupakan
atribut dari daun. Karena hijau merupakan atribut dan merepresentasikan
relasi PAR maka dapat dibuat word graph sebagai berikut.
hijau
ALI
PAR
ALI
daun
Gambar 9 Contoh penggunaan relasi PAR.
8. Relasi kebergantungan informasi (SKOLEM/SKO)
Relasi ini berlaku jika konsep yang satu informasinya bergantung pada
konsep yang lain. Relasi SKO dalam KG menyatakan informasi
bergantung dan mampu menggambarkan kuantifikasi. Selain itu,
digunakan juga dalam logika predikat yang memuat existential quantifiers
maupun universal quantifiers (van den Berg, 1993). Contoh: nilai a
bergantung b
a
ALI
SKO
ALI
b
Gambar 10 Contoh penggunaan relasi SKO.
9. Ontologi FOCUS (F)
Ontologi F, di sini disimbolkan dengan
, digunakan untuk menunjukkan
fokus dari suatu graf. Contoh: Petani menanam padi, fokus dalam kalimat
tersebut adalah token petani yang digambarkan dengan token berarsir.
petani
ALI
CAU
CAU
ALI
ALI
tanam
Gambar 11 Contoh penggunaan ontologi F.
Kemudian 4 frame relationships, yaitu;
1) Focusing on a situation
: FPAR
2) Negation of a situation
: NEGPAR
3) Possibility of a situation
: POSPAR
4) Necessity of a situation
: NECPAR
padi
30
Empat frame di atas dapat merepresentasikan sebuah pernyataan yang
dibentuk dalam graf, misalnya p = bulan ini panen, dinyatakan dengan frame.
Maka negasi dari p dapat dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame
dengan relasi NEGPAR. Frame dengan relasi POSPAR dapat ditambahkan dalam
graf p jika menjadi modal preposisi, hal itu juga berlaku untuk NECPAR. Berikut
adalah gambarnya.
NEG
p
NEC
POS
p
p
p
Gambar 12 Contoh penggunaan 4 frame relationships.
Gambar di atas secara berturut-turut dapat diartikan sebagai bulan ini panen,
bulan ini tidak panen, mungkin bulan ini panen, dan seharusnya bulan ini panen.
2.3.4 Kata Kerja dan Ekspresinya dalam KG
Sebagaimana diuraikan pada bagian awal Bab 2, kata kerja adalah kelas kata
yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian
dinamis lainnya. Secara umum berdasarkan relasi predikatnya, kata kerja terbagi
menjadi dua yaitu kata kerja transitif dan kata kerja intransitif.
Hoede dan Nurdiati (2008a) memberi acuan contoh sentence graph kalimat
aktif dan pasif yang dapat ditransformasi sebagai berikut: Petani mencangkul
sawah dan Sawah dicangkul petani. Sentence graph kalimat tersebut adalah:
petani
ALI
CAU
CAU
ALI
ALI
ALI
sawah
mencangkul
Cangkul
Gambar 13 Contoh word graph kata mencangkul.
Gambar 13 menunjukkan bahwa kata kerja mencangkul merupakan proses
pekerjaan sehingga word graphnya sebagaimana dibatasi garis putus-putus.
Letak fokus (token berarsir) berada pada kata kerja yang satu frame dengan subjek
petani. Hal ini berbeda dengan kata kerja dicangkul yang fokusnya satu frame
31
dengan objek sawah. Perbedaan ini karena posisi subjek memiliki makna tidak
sama dalam kalimat aktif dan pasif. Berikut adalah word graph yang terbangun.
petani
ALI
CAU
CAU
ALI
ALI
sawah
ALI dicangkul
cangkul
Gambar 14 Contoh word graph kata dicangkul.
Contoh berikut juga memberikan penjelasan word graph kata kerja dengan
penambahan prefiks ber-, misalnya kata berangkat yang berupa kata kerja aktif
intransitif dan menggambarkan sebuah proses serta bermakna meninggalkan.
Berikut adalah word graph dari kata kerja berangkat.
ALI
ALI
berangkat
angkat
Gambar 15 Contoh word graph kata berangkat.
Download