SKRIPSI O l e h : FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

advertisement
PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN EMOSIONAL ANAK DIDIK DI KELAS V
MI MATHOLI’UL HUDA 01 TROSO PECANGAAN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Ditulis sebagai Syarat Peneltian dan Penulisan Skripsi pada Program
Sarjana Strata I Bidang Pendidikan Islam
Oleh :
Rifa’i
NIM. 131310001366
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(UNISNU) JEPARA
2015
PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN EMOSIONAL ANAK DIDIK DI KELAS VA
MI MATHOLI’UL HUDA 01 TROSO PECANGAAN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata S.1
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh :
RIFA’I
NIM. 131310001366
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(UNISNU) JEPARA
2015
i
ABSTRAK
RIFA’I. NIM 131310001366. PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM
MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK DIDIK DI
KELAS VA MI MATHOLI’UL HUDA 01 TROSO PECANGAAN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Latar Belakang judul adalah Fonomena yang terjadi di MI Matholi’ul
Huda 01 Troso Pecangaan Jepara menunjukan bahwa sebagian siswa kurang
dapat mengendalikan diri ketika mereka bergaul dengan teman, kurang dapat
dipercaya ketika diberi amanat, kurang dapat berempati dan bersosialisasi dengan
teman sebaya. Hal tersebut dikarenakan mereka kurang mengamalkan apa yang
telah diajarkan oleh guru Aqidah Akhlak, dalam hal ini peran guru Aqidah
Akhlak sangat dibutuhkan dalam memberikan bimbingan dan arahan pada siswa.
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Peran Guru
Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di
Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015 ?. Apasaja Hambatan yang Dihadapi dan solusi pemecahannya dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas VA MI.
Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), yang pada
hakekatnya untuk mempelajarisecara intensif tentang tentang latar belakang
keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif yang pada hakekatnya data hasil peneltian lebih berkenaan
dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.
Dari pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Peran Guru
Aqidah Akhlak dalam Perkembangan Kecerdasan emosional di MI. Matholiul
Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah meliputi
pembinaan kesadaran diri dengan langkah pembinaan kesadaran diri, pembinaan
pengaturan diri, pembinaan motivasi, pembinaan berempati dan pembinaan
ketrampilan social. Hambatan yang Dihadapi dan solusi pemecahannya dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas VA MI.
Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah
terbatasnya waktu pertemuan, tuntutan nilai yang menjadi patokan dalam nilai
Raport, sebagai guru pendidikan umum menyampaikan dari segi intlektualitas,
kecerdasan spiritual yang tidak permanen dan tidak ada penilaian tertulis secara
langsung. Sebagai solusi pemecahannya adalah guru melakukan kegiatan ekstra
kurikuler diluar jam belajar sekolah, melakukan remedial, guru memberikan surai
tauladan yang baik dengan memberikan perhatian dan bimbingan dan mencatat
perilaku siswa dalam buku anekdot.
ii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1. Kedua orangtuaku tercinta
a. Bapak Masir
b. Ibu Sulimah
2. Istriku Tercinta “Khuriyatun”
3. Anak-Anakku tersayang
a. Muftil Umam, S.Pd.
b. Muhammad Abil Mawahib.
c. Tri Hastuti Kusuma Wardani
4. Guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara.
5. Rekan-rekan Mahasiswa UNISNU Jepara.
6. Segenap insan pemburu ilmu yang setia.
iii
MOTTO
        
( ١٠ ۶:‫)ال ﻋﻣران‬      
Artinya : “Dan hendaklah diantara kamu ada umat yang menyeru kepada
kebaikan,menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali Imran :
l04)1
1
Mujamma’ Al Mali Fahd, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Saudi Arabiyyah:Madinah
Munawwaroh1415H), hlm. l93.
iv
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan
bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Jepara, 17 Februari 2015
Deklarator
RIFA’I
NIM. 131310001366
v
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar
Hal
: Naskah Skripsi
a.n. Sdr. Rifa’i
Jepara, 29 April 2015
Kepada :
Yth.Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah
UNISNU Jepara
Di Jepara.
‫اﻟﺴﻼم ﻋﻠﯿﻜﻢ ورﺣﻤﺔ ﷲ وﺑﺮﻛﺎﺗﮫ‬
Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini saya kirimkan skripsi Saudara :
Nama
NIM
Progdi
Judul
:
:
:
:
Rifa’i
131310001366
S.1/Tarbiyah
Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01
Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan FAI agar Skripsi Saudara
tersebut dapat dimunaqosyahkan. Dan atas perhatian Bapak saya ucapkan terima
kasih.
‫اﻟﺴﻼم ﻋﻠﯿﻜﻢ ورﺣﻤﺔ ﷲ وﺑﺮﻛﺎﺗﮫ‬
Pembimbing,
Drs. H.MAHALLI DJUFRI, M.Pd
vii
KATA PENGANTAR
‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah
melimpahkan segala nikmat, rahmat dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulisan skripsi ini dapat segera terselesaikan, serta dapat dibaca dan ditelaah
oleh para pembaca yang budiman. Sholawat dan salam mudah-mudahan
senantiasa dilimpahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad sebagai pembawa
panji Islam dan penerang hati umat manusia.
Ibarat musafir yang menemukan oase di tengah padang pasir, bagaikan
pendaki gunung yang telah menginjakkan kaki di puncak idaman, sambil
menikmati indahnya mentari pagi yang tersembul dari balik awan. Itulah kira-kira
gambaran perasaan ketika penulisan skripsi ini
telah selesai tercetak. Dan
Alhamdulillah, sebagai kata yang sangat tepat untuk sebagai ekspresi kelegaan,
dan syukur sedalam-dalamnya atas perasaan itu. Bukan saja karena kerja besar
telah rampung dilakukan, tetapi juga karena itu sebagai pertanda bahwa target
formal selesainya studi sudah di depan mata. Penulis sadar sepenuhnya bahwa
skripsi ini hampir mustahil terselesaikan tanpa pertolongan Allah yang dijelmakan
melalui bala tentara-Nya.
Oleh karena itu, dengan tulus penulis menyampaikan banyak terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak seraya berdo’a semoga Allah
selalu memberikan yang terbaik buat mereka semua.
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhtarom, HM, Rektor UNISNU Jepara.
2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UNISNU Jepara, serta biro skripsi yang telah memberikan kesempatan untuk
mengadakan penelitian.
3. Bapak Drs. H.Mahalli DJufri, M.Pd., yang telah meluangkan waktu serta
ketabahan dan kesabarannya dalam membimbing dan memberi petunjuk
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
viii
4. Seluruh Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam UNISNU Jepara yang dengan
ikhlas dan penuh kesabaran dalam mendidik serta memberikan pengajaran
kepada penulis sampai terselesainya tugas studi.
5. Bapak Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI Matholi’ul Huda 01
Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 yang telah memberikan ijin
penelitian di MTs. ini.
6. Ibu Nur Sa’diyah, S. Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara yang telah memberikan informasi
untuk menyusun penelitian di MI ini.
7. Semua guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015.
8. Orangtua dan saudara-saudaraku yang telah mendukung penulisan skripsi ini
sehingga terselesaikan dengan baik.
9. Semua guru yang telah mendidik saya mulai dari kecil hingga dewasa
sekarang ini, karena beliau-beliaulah saya bisa menjadi sekarang ini.
10. Dan kepada semua pihak yang tak mampu penulis sebutkan satu persatu
karena terbatasnya ruang. Kepada mereka yang disebutkan di atas, penulis
berdo’a semoga jalan Tuhan dibentangkan di hadapanya.
Akhirnya, penulis berharap semoga risalah ini tetap membawa manfaat,
sebesar apapun manfaat itu, bagi pengembangan pendidikan Islam maupun
sebagai pengayaan khazanah keilmuan. Amin
Jepara, 29 April 2015
Penulis
RIFA’I
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
iv
HALAMAN MOTTO .......................................................................................
v
HALAMAN DEKLARASI ...............................................................................
vi
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
vii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................
viii
HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................
ix
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................ xi
HALAMAN TABEL ......................................................................................... xii
HALAMAN GAMBAR ..................................................................................... xiii
HALAMAN LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………….
1
B. Penegasan Istilah ………………………………………….
4
C. Rumusan Masalah ………………………………………… 5
D. Tujuan Penelitian ………………………………………….
6
E.
Manfaat Penelitian ………………………………………...
6
F.
Kajian Pustaka …………………………………………….
8
G. Metodologi Penelitian ….. ……..………………………….
x
10
H. Sistematika Penulisan Skripsi …………………………….
BAB II
19
: LANDASAN TEORI
A. Guru Aqidah Akhlak ……………………………………… 22
1.
Pengertian Guru Aqidah Akhlak ...............................
22
2.
Prinsip Profesionalisme Guru ………………………. 24
3.
Kompetensi Guru ........................................................
29
4.
Fungsi Kompetensi Guru ............................................
32
B. Kecerdasan Emosional ……………………………………. 35
1.
Pengertian Kecerdasan Emosional …………………..
35
2.
Ciri-Ciri Kecakapan Kecerdasan Emosional ………..
36
3.
Macam-Macam Kecerdasan Emosional …………….
40
4.
Indikator Pengembangan Kecerdasan Emosional …...
42
5.
Strategi
Dalam
Pengembangan
Kecerdasan
Emosional.....................................................................
6.
Peran
Kecerdasan
Emosional
Dalam
Proses
Pembelajaran ………………………………………...
BAB III
46
47
: KAJIAN OBJEK PENELITIAN
A. Data Umum Tentang MI. Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara ………………………………………….
48
1.
Tinjauan Historis ……………………………………..
48
2.
Data Statistik Madrasah ………………………………
49
3.
Visi dan Misi …………………………………………. 50
4.
Letak Geografis ………………………………………
xi
50
5
Keadaan Guru dan Karyawan ………………………..
51
6.
Keadaan Siswa ……………………………………….. 53
7.
Keadaan Sarana dan Prasarana ……………………….
55
8.
Struktur Organisasi …………………………………..
57
9.
Kurikulum Yang Digunakan …………………………. 58
B. Data Khusus Tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di
Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015 .................................................
58
1.
Materi Pembelajaran Aqidah Akhlak ...........................
58
2
Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI.
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015 .....................................................
3.
62
Hambatan yang Dihadapi Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI.
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015 .....................................................
BAB IV
68
: ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di
Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015 ................................................
xii
72
B. Analisis Hambatan yang Dihadapi dan Solusi Pemecahan
Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak
Didik di Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ....................
BAB V
76
: PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………..
83
B. Saran ………………………………………………………
84
C. Penutup ……………………………………………............
84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
halaman
3.1 Keadaan Guru dan Karyawan MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ..............................................................
51
3.2 Keadaan Siswa MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015 ....................................................................................
54
3.2 Keadaan Siswa yang diteliti di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran 2013/2013 ..............................................................
54
3.3 Keadaan Siswa yang diteliti di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ..............................................................
56
3.4 Keadaan Sarana MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015 ..................................................................................... 56
3.5 Keadaan Prasarana MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015 ..................................................................................... 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
halaman
1.1 Gambar 1.1 Model Analisa Interaktif “Miles and Huberman …………….
19
3.1 Struktur Organisasi MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015 ……………………………………………….
xv
57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
:
Instrumen Wawancara Kepala MI Matholi’ul Huda 01
Troso Pecangaan Jepara
Lampiran II
:
Instrumen Wawancara Guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara
Lampiran III
:
Hasil Wawancara Kepala MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara
Lampiran IV
:
Hasil Wawancara Guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara
Lampiran VIII
:
Daftar Riwayat Hidup Penulis
xvi
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diera globalisasi sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin pesat sehingga menimbulkan berbagai tuntutan kehidupan
dalam masyarakat. Diantaranya pendidikan, pada dasarnya pendidikan adalah
proses
dengan
metode-metode
tertentu
sehingga
orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.1
Perubahan yang terjadi, baik perubahan sosial, budaya, hingga
perubahan teknologi terjadi dengan cepat. Untuk menghadapi semua itu
diperlukan bekal yang khusus, terutama dalam bidang pendidikan, karena
pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan
dan perwujudan individu. Dalam pendidikan, siswa diharapkan tidak hanya
memiliki kecerdasan dalam bidang kognitif saja (IQ), namun siswa juga harus
menguasai bidang afektif dan pengamalan serta mempunyai kecerdasan
Kecerdasan Emosional .
Orang yang memiliki Kecerdasan Emosional
yang tinggi adalah
mereka yang mampu mengendalikan diri (mengendalikan gejolak emosi),
memelihara dan memacu motivasi untuk berupaya dan tidak mudah menyerah
atau putus asa, mampu mengendalikan dan mengatasi stress, mampu
menerima kenyataan, dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.
1
MuhibinSyah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya), hlm.10.
1
2
2
Tentu saja tidak cukup hanya memiliki perasaan, kecerdasan emosi menuntut
kita untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan pada diri kita dan orang
lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif
informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Emosi merupakan perpaduan dari berbagai perasaan yang mempunyai
intensitas yang relatif tinggi, dan menimbulkan gejolak batin, suatu stirred up
or aroused state of the human organization. Emosi seperti halnya perasaan
yang membentuk suatu kontinum, bergerak dari emosi positif sampai yang
bersifat negatif. 3 Kecerdasan emosi menentukan potensi untuk mempelajari
keterampilan- keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya, yaitu
kesadaran diri(self awareness), motivasi (motivation), Kecerdasan Emosional ,
empati (empathy), dan ketrampilan social (social skill).4
Oleh karena itu peran Guru Aqidah Akhlak sangat dominan sebab
tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu tetapi sebagai pembimbing dan
motivator dalam melatih sikap dan perilaku. Berdasarkan hal tersebut
diharapkan adanya Peran Guru Aqidah Akhlak dalam memupuk nilai-nilai
yang baik yang sudah disepakati menurut agama dan masyarakat. Dengan
memiliki konsep pendidikan Peran Guru Aqidah Akhlak diharapkan akan
dapat membantu dalam membentuk Kecerdasan Emosional yang baik dan
berbudi luhur.
2
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan ,(Bandung:Rosda
Karya, 2004), hlm. 97.
3
Ibid., hlm. 80.
4
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Pustaka Pelajar Offset:Yogyakarta, 2001), hlm. 155.
3
Keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran Aqidah akhlak
dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa. Dan hasil belajar yang dicapai
oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni dalam diri siswa dan
faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang
datang dari siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan
siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai, di
samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain seperti
hasil belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan,
faktor sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.5
Fonomena yang terjadi di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara menunjukan bahwa sebagian siswa kurang dapat mengendalikan diri
ketika mereka bergaul dengan teman, kurang dapat dipercaya ketika diberi
amanat, kurang dapat berempati dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Hal
tersebut dikarenakan mereka kurang mengamalkan apa yang telah diajarkan
oleh guru Aqidah Akhlak, dalam hal ini peran guru Aqidah Akhlak sangat
dibutuhkan dalam memberikan bimbingan dan arahan pada siswa.
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
dengan judul “Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01
Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”.
5
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo
Offset, 1989), hlm. 39.
4
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul di atas, maka
perlu kiranya penulis memberikan batasan arti operasional terhadap istilahistilah yang terdapat kalimat judul, yaitu :
1. Peran Guru Aqidah Akhlak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata peran berarti
tindakan yang dimainkan seseorang. 6 Jadi yang dimaksud peran disini
adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh orang /lembaga untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan,,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah 7
Jadi peran guru adalah semua orang yang memberikan suatu
ilmu/kepandaian tertentu kepada seseorang/kelompok orang.
2. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional berasal dari kata emosi artinya adalah
tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam
tubuh, misalnya otot menegang dan jantung berdebar. 8 Emosi itu adalah
6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2003), hlm. 854.
7
Anonim, UU No 20 Th 2003 tentang Sisdiknas dan UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, (Jakarta: Trasmedia Pustaka, 2007) hlm. 60.
8
Sugihartono, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:UNY Press, 2007), hlm. 20.
5
merupakan akibat atau hasil persepsi dari keadaan jasmani, orang sedih
karena menangis, orang takut karena gemetar dan sebagainya.9 sedangkan
SQ
(kecerdasan
spiritual)
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mendengarkan hai nuraninya / bisikan kebenaran yang meng-Illahi dalam
cara mengambil keputusan/melakukan pilihan-pilihan berempati dan
beradaptasi.10
Jadi tegasnya yang dimaksud dengan Peran Guru Aqidah Akhlak
Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA
MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015 yaitu suatu penelitian yang mengkaji dan mempelajari secara
sistematis pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran
Aqidah Akhlak sehingga dapat meningkatkan Kecerdasan Emosional
siswa Kelas VA MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tahun
pelajaran 2014/2015. Dengan demikian siswa
memiliki Kecerdasan
Emosional yang tinggi dan budi pekerti luhur yang direalisasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
9
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta:Ando Ofset, 2004), hlm. 2013.
Tasmara, Toto, Kecerdasan Ruhaniah Transedental Intelligence, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), hlm. 47.
10
6
1. Bagaimana Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01
Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ?.
2. Apasaja Hambatan yang Dihadapi dan solusi pemecahannya dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas
VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015?.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01
Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Untuk mengetahui Hambatan yang Dihadapi dan solusi pemecahannya
dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di
Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memiliki manfaat bagi ilmu pengetahuan, yaitu :
7
a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan literatur dalam bidang ilmu
pendidikan terkait dengan studi analisis.
b. Dapat dipakai sebagai bahan acuan untuk dasar pengembangan
penelitian berikutnya, yang terkait dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran
guru agar siap dalam kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak sehingga
dapat memahami tentang psikologi siswa terutama dalam hal
Kecerdasan Emosional anak.
b. Bagi siswa
Meningkatkan partisipasi dan aktifitas serta memotivasi siswa dalam
pembelajaran
PAI
sehingga
dengan
pembelajaran
ini
dapat
meningkatkan Kecerdasan Emosional anak.
c. Bagi peneliti yang bersangkutan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
agama khususnya tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam
Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
siswa. Disamping itu
menambah pengetahuan penulis dalam bidang pendidikan dan dapat
menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.
8
F. Kajian Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menjelaskan tentang “Peran
Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak
Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015”. Sebagai bahan acuan dan perbandingan, peneliti telah
menemukan skripsi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, yaitu sebagai
berikut :
Pertama, Skripsi Muhammad Nafis (227182) yang berjudul “Upaya
Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ) Anak
Didik di SMPN 1 Kedung kabupaten Jepara”, Tema dalam penelitian ini
terfokus pada upaya guru dalam meningkatkan kecerdasan emosional spiritual
anak anak. Hasil yang dicapai pada skripsi ini adalah upaya yang dilakukan
guru dalam meningkatkan kecerdasan emosional, yaitu dengan cara
pembinaan kesadaran diri, pembinaan pengaturan diri, pembinaan kecakapan
motivasi, pembinaan berempati dan pembinaan interaksi soaial.11
Kedua, Skripsi saudara Rokhatul Usriyah (229114) yang berjudul
“Pengaruh Peranan Guru PAI Terhadap Pembentukan Kecerdasan Emosional
Siswa di SMAN I Welahan Jepara.” Skripsi tersebut terfokus pada
pembahasan peranan guru PAI, pembentukan kecerdasan Emosional dan
sejauhmana pengaruh peran guru PAI terhadap pembentukan kecerdasan
Emosional. Hasil yang dicapai pada skripsi ini adalah ada pengaruh yang
11
Muhammad Nafis, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual
(ESQ) Anak Didik di SMPN 1 Kedung kabupaten Jepara. Skripsi Jepara : Fakultas Tarbiyah,
INISNU Jepara 2012, h. 61
9
signifikan antara peran guru PAI terhadap kecerdasan Emosional siswa,
terbukti melalui uji hipotesis menunjukkan adanya signifikansi, baik 5%
maupun 1%. Taraf signifikan 1% diperoleh 0,463, sedangkan para taraf
signifikansi 5% sebesar 0,331. Ternyata ro = 0,770 > rt.12
Ketiga, Skripsi Mukarromah (229103) yang berjudul “Model Pembelajaran
Humanistik Pada Mata Pelajaran PAI Untuk Bimbingan Kecerdasan
Emosional (Studi Kasus di Kelas X MA Matholi’ul Huda Troso Pecangaan
Jepara), Tema dalam penelitian ini terfokus pada model pembelajaran
humanistik pada mata pelajaran PAI dan bimbingan kecerdasan Emosional
siswa. Hasil yang dicapai pada skripsi ini adalah Pelaksanaan Model
pembelajaran Humanistik pada Mata Pelajaran PAI di Kelas X MA.
Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah
guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan atau
mendemonstrasikan materi, guru membagi siswa dalam kelompok kecil,
Memberikan Bimbingan Mental, Membimbing siswa dalam mengaplikasikan
konsep-konsep baru ke situasi nyata, guru memberikan penilaian, dan guru
memberikan reward. Kondisi emosional siswa Kelas X MA. Matholi’ul Huda
Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah kurang
mempunyai sikap sadar diri, kurang mampu mengatur diri, kurang mampu
menerima motivasi, kurang mampu berempati dan kurang mampu
bersosialisasi. Hambatan dan solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam
12
Rokhatul Usriyah. Pengaruh Peranan Guru PAI Terhadap Pembentukan Kecerdasan
Emosional Siswa di SMAN I Welahan Jepara, Skripsi Jepara:Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UNISNU Jepara 2012, hlm. 65 .
10
pelaksanaan Model pembelajaran Humanistik pada Mata Pelajaran PAI di
Kelas X MA. Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015 adalah kurangnya respon siswa, rendahnya intlektual siswa,
kurangnya interaksi antara guru dan siswa, rendahnya kemampuan berpikir
siswa, kurangnya keterbukaan antara guru dan siswa, rendahnya daya serap
siswa dan kurangnya sarana prasarana.13
Ketiga skripsi tersebut membahas lebih jauh tentang Kecerdasan
Emosional
Siswa. Dengan adanya buku tersebut, penulis mendapatkan
tambahan landasan teori tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam
Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
Anak Didik di Kelas VA MI
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
sehingga peneliti cukup mengambil teori untuk menyusun skripsi ini.
G. Metodologi Penelitian
Metode merupakan suatu hal yang sangat penting demi tercapainya
suatu tujuan penelitian. Karena metode mempelajari dan membahas tentang
cara -cara yang ditempuh dengan setepat-tepatnya dan sebaik-baiknya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.14
Dalam metode penelitian yang penulis gunakan dengan cara-cara yang
ada hubungannya dengan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
13
Mukarromah, Model Pembelajaran Humanistik Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Untuk Bimbingan Kecerdasan Emosional Studi Kasus di Kelas X MA Matholi’ul Huda Troso
Pecangaan Jepara. Skripsi Jepara : Fakultas Tarbiyah, UNISNU Jepara 2014, hlm. 61.
14
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta :
LP3ES,1986), hlm. 68.
11
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research),
yang pada hakekatnya untuk mempelajarisecara intensif tentang tentang
latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan.15 Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang pada hakekatnya data
hasil peneltian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang
ditemukan di lapangan16.
Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami
bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.17 Dalam hal ini yang
akan diamati adalah Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Emosional siswa.
Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa permasalahan yang akan dipecahkan lebih tepatnya
bila menggunakan metode kualitatif karena dengan metode kualitatif lebih
sensitif (aktif-reaktif dan dapat diadaptasikan) dengan mempertimbangkan
saling berpindahnya pengaruh dan pola nilai yang mungkin harus dihadapi
dalam penelitian. Di samping itu data yang didapat lebih lengkap, lebih
mendalam dan lebih dapat dipercaya. Melalui penggunaan metode
kualitatif seluruh kejadian dalam suatu konteks sosial dapat ditemukan
15
hlm. 22.
16
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian,( Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada, 1988),
Sugiyono, Metode Peneltian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D,
(Bandung:Alfa Beta, 2006), hlm. 14.
17
Ibid, hlm. 15.
12
serta data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan,
sikap, mental dan budaya yang dianut seseorang maupun sekelompok
orang dapat diketemukan.18 Dengan demikian Peran Guru Aqidah Akhlak
Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas
VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015 dapat terungkap secara jelas dan mendalam. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan expost facto, yaitu data dikumpulkan sesudah
kejadian.19
2. Fokus Penelitian
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas bahwa peneltian ini
adalah penelitian Deskriptif, maka peneltian ini memfokuskan pada Peran
Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh
penelti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya. 20 Data
primer diperoleh dari penelitian lapangan (field reseach) melalui
prosedur dan teknik pengambilan data melalui wawancara (interview),
observasi, dan dokumentasi.
18
Sugiyono, Op. Cit., hlm. 18.
Ibid, hlm. 16.
20
Sumadi Suryabrata, Op. Cit., hlm. 85.
19
13
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber informasi yang didapat
diperpustakaan dan jasa informasi yang tersedia .21 Sumber sekunder
merupakan sumber penunjang yang dibutuhkan untuk memperkaya
data atau menganalisa data dan atau menganalisa permasalahan yaitu
pustaka yang berkaitan dengan pembahasan dan dasar teoritis.22 Data
kepustakaan tersebut meliputi buku-buku maupun arsip dan literatur
yang berkaitan dengan tujuan penelitian, misalnya: “Drs. H. Mustaqim,
Psikologi Pendidikan, (Pustaka Pelajar Offset:Yogyakarta, 2001). Prof.
Dr. Nana Syaodih Sukmadinata,
Landasan
Psikologi
Proses
Pendidikan ,(Bandung:Rosda Karya, 2004) Sugihartono, Psikologi
Pendidikan (Yogyakarta:UNY Press., 2007), dan buku-buku lain yang
dipandang representatif dan ada relevansinya.
4. Subyek Penelitian
Untuk menentukan subyek penelitian ditentukan kesesuaian antara
kebutuhan sumber informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian.
Yaitu jaringan informan utama (key informan) yang diwawancarai yaitu
kepala sekolah dan guru serta jaringan informan pendukung lainya.
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah sebagai berikut :
a. Kepala sekolah MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015.
21
Masri Singarimbun, Op. Cit., hlm. 70.
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Jilid 1, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit fakultas
Psikologi UGM, 1989), hlm. 10.
22
14
b. Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VA MI Matholi’ul Huda
01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015.
c. Siswa Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dipertanggungjawabkan di dalam
penelitian ini penulis menggunakan data atau keterangan tata cara
mengadakan penelitian lapangan. Penelitian ini digunakan untuk mencari
data dan mengumpulkan data lapangan, yang dimaksud di sini adalah
lokasi tempat penelitian yaitu di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara.
Untuk mengetahui beberapa jenis data dan teknik pengumpulan data
yaitu dengan metode-metode sebagai berikut:
a. Observasi
Yaitu memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata.
Didalam pengertian psikologik, observasi disebut juga pengamatan.23
Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung Peran Guru
Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015.
Adapun yang observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi partisipatif, dimana peneliti terlibat langsung dalam
23
Ibid., hlm. 133.
15
objek penelitian. 24 Artinya peneliti termasuk guru yang mengajar di
MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara.
b. Wawancara/ Interview
Yaitu alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan
sejumlah pernyataan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. 25
Sutrisno Hadi mendefinisikan interview adalah suatu proses Tanya
jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara
fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan
dengan telinga sendiri suranya.26
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur. Wawancara
berstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan,
dengan tujuan mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. 27 sedangkan
wawancara tak berstruktur yaitu wawancara yang pertanyaannya
biasanya tidak disusun terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan
keadaan dan ciri yang unik dari respondennya.28
Metode ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
24
Sugiyono, Op. Cit., hlm. 204.
Amirul Hadi, Metodologi Peneltian Pendidikan, (Bandung:Pustaka Setia, 1998), hlm. 135.
26
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta:Andi Offset, 1990), hlm. 192.
27
Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltian Kualititaif,(Bandung:Remaja Rosda Karya,
2005), hlm.190.
28
Ibid, hlm. 191.
25
16
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam, berkaitan
dengan mendeskriptifkan tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015.
6. Teknik Keabsahan Data
Data yang berasal dari observasi, dokumentasi dan wawancara
kemudian diDeskriptifkan sehingga dapat memberikan kejelasan
terhadap kenyataan. Dalam analisis ini peneliti mendeskriptifkan tentang
Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015.
Dalam
pengumpulan
data
peneliti
menggunakan
teknik
triangulasi, yang diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang
sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber yang
ada.29
29
Sugiyono, Op. Cit., hlm. 330.
17
Untuk menguji kredibilitas data (derajat kepercayaan) dalam
teknik triangulasi hal itu dapat dicapai dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Membandingkan hasil pengamatan (observasi) dengan data hasil
wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan apa-apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
peneltian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.30
7.
Teknik Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, selanjutnya disusun secara sistematis
dan dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan model interaktif
“Miles and Huberman” dengan menggunakan metode-metode sebagai
berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data) data yaitu merangkum, memilih halhal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
30
Lexy J. Moleong , Op. Cit., hlm. 331.
18
tema dan polaya dan membuang yang tidak perlu. 31 Dengan
demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah dalam melakukan pengumpulan data
pada tema penelitian Studi Deskriptif Tentang Peran Guru Aqidah
Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
Anak
Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015.
b.
Data Display (Penyajian data) yaitu penyajian data yang dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori,
flowcart dan sebagainya sehingga mudah memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.32 Dengan demikian data yang disajikan yaitu data
tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul
Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat
dipahami dengan mudah.
c. Conclusion Drawing/Vervication
Yaitu
melakukan
interpretasi
data
dan
melakukan
penyempurnaan dengan mencari data baru yang diperlukan guna
pengambilan kesimpulan. Dalam menyimpulkan data digunakan cara
berpikir deduktif (data yang bersifat umum ke khusus) dan induktif
31
Ibid, hlm. 338.
Ibid, hlm. 341.
32
19
(berdasar data yang khusus ke umum).33
Untuk
lebih
jelasnya
tentang
model
analisa
interaktif,
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.1
Model Analisa Interaktif “Miles and Huberman” 34
Pengumpulan
Data
Reduksi
Data
Penyajian
Data
KesimpulanKesimpulan
Penarikan/Veri
fikasi
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memudahkan dalam memahami isi maka penulis membagi
sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :
1. Bagian Muka Terdiri dari:
Pada bagian ini akan dimuat halaman, di antaranya ; halaman
judul, abstrak penelitian, halaman persembahan, halaman motto, halaman
pengesahan, halaman nota pembimbing, kata pengantar,daftar isi dan daftar
tabel. halaman lampiran-lampiran.
33
34
Ibid, hlm. 345.
Ibid, hlm. 338.
20
2. Bagian isi. Terdiri dari beberapa bab:
Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang Latar belakang masalah,
penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan peneltian, manfaat penelitian
metode penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II Landasan Teori, berisi tentang Guru, yang meliputi
Pengertian Guru, Bentuk Kompetensi Guru, Peran Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar, Etika Guru Dalam Kelas dan Guru Sebagai Tenaga
Profesional. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak yang meliputi pengertian
Mata Pelajaran Aqidah Akhlak, tujuan dan fungsi Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak dan ruang lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak. Kecerdasan
Emosional yang meliputi Pengertian Kecerdasan Emosional , Fungsi
Kecerdasan Emosional Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional, Macam-Macam
Kecerdasan
Emosional
dan Pembentukan Kecerdasan Emosional
Merujuk Wilayah Utama Kecerdasan Emosional Daniel Goleman.
Bab III Kajian Objek Penelitian, berisi tentang pertama, Data
Umum Tentang MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara, Kedua,
Data
Khusus
Tentang
Peran
Guru
Aqidah
Akhlak
Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015,
yang meliputi Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01
Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Hambatan yang
Dihadapi dan solusi pemecahannya dalam Mengembangkan Kecerdasan
21
Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas VA MI. Matholiul Huda 01
Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015.
Bab IV Analisis Hasil Penelitian, berisi tentang Analisis tentang
Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015, Analisis Tentang
Hambatan
yang
Dihadapi
dan
solusi
pemecahannya
dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas
VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015.
Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan, saran dan kata penutup.
3. Bagian Akhir Terdiri dari:
Daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan penulis dan lampiran-lampiran.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Guru Aqidah Akhlak
1. Pengertian Guru Aqidah Akhlak
Pengertian guru, banyak pakar pendidikan berpendapat tentang istilah
guru sebagaimana berikut ini :
a. Abdul Rachman Shaleh
Guru adalah pelaksanaan tugas profesionalisme dan jabatan
tersebut melekat pada orangnya, sehingga didalam masyarakat seorang
guru dan seorang guru agama dimanapun selalu diberi panggilan Pak
Guru Agama atau Pak Ustadz.1
b. Dr. H. Husni Rahim
Guru adalah orang yang telah menunaikan tugasnya dengan
baik atau dengan kata lain guru dapat bertindak sebagai tenaga pengajar
yang efektif.2
c. Sisdiknas No. 20 tahun 2003
Menurut Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Bab XI Pasal 39 ayat 2,
pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan
proses
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
1
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta : Gemawindu
Pancaperkasa, 2000), hlm.99.
2
DEPAG RI, Metodologi Pendiidkan Agama Islam ,(Jakarta, Dirjen P&K, 2001), hlm.2.
22
23
pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi.3
d. Sardiman. AM
Guru adalah tenaga profesional dalam bidang kependidikan, di
samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, harus
mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Tugas guru
agama Islam secara umum meliputi empat hal, yaitu; tugas profesi, tugas
keagamaan, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyarakatan.4
Aqidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran
beratkan
pada
yang menitik
internalisasi Iman, Islam dan Ihsan dalam dalam
pribadi Manusia yang berilmu dan pengetahuan luas.5 Jadi yang dimaksud
guru Aqidah Akhlak adalah orang yang melakukan tugas pengajaran kepada
siswa yang mengajarkan internalisasi Iman, Islam dan Ihsan dalam dalam
pribadi Manusia yang berilmu dan pengetahuan luas.
Kreativitas
guru
dalam
mengajar
sangat
dibutuhkan
dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Dengan kreativitas
yang tinggi, guru dapat memfasilitasi dirinya dengan seperangkat
pengalaman, ketrampilan, dan pengetahuan tentang keguruan, selain harus
menguasi substansi keilmuan yang ditekuninya. Banyaknya guru yang
3
hlm. 27.
4
UU Sisdiknas, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007),
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta :PT Raja Grafindo
Persada, 1996), hlm. 161.
5
Muzayin Arifin, Kapita Selekta Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta :PT,Bumi
Aksara,2003), hlm.6.
24
mengajar masih terkesan hanya memerlukan strategi, kiat dan berbagai
metode tertentu dalam mengajar.
Guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan mutu layanannya. Hal ini
dikarenakan banyaknya guru yang tidak memiliki kompetensi keguruan
yang sesuai, seperti pengajar yang hanya berijazah MTs, MA atau hanya
pesantren.
Dari pendapat para pakar pendidikan tersebut dapat disimpulkan
bahwa guru Aqidah Akhlak adalah orang yang bertugas sebagai pengajar
dalam pendidikan dengan melakukan bimbingan dan pengarahan kepada
anak didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik dan
dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama.
2. Prinsip Profesionalisme Guru
Sifat
keahlian
itu berbeda
dari keahlian
dalam jabatan
lain
sehingga memberikan ciri khusus yang memungkinkan para pemangku /
pejabatnya bersatu sebagai suatu kelompok didalam masyarakat. Dengan
demikian jelaslah sudah bahwa keprofesionalan guru dalam proses belajar
mengajar ini sangat penting sekali terutama dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
Menurut Undang-undang RI No 14 tahun 2005 bab III pasal 7
Tentang prinsip profesionalitas, dijelaskan bahwa seorang guru yang
professional memiliki ciri-cri sebagai berikut :
25
a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme;
b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan
ketakwaan dan akhlak mulia;
c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 6
Sebagai guru terutama Guru Aqidah Akhlak, guru
hendaknya
mengenal satu persatu murid yang diajarnya, karena hal ini berhubungan
dengan tingkat, bakat, minat, kepribadian dan potensi yang dimiliki siswa
yang satu sama lain berbeda tingkatannya. Dengan demikian guru Aqidah
Akhlak harus lebih akrab dan mengetahui moralitas dan psikologis siswa.
Sebagaimana diketahui bahwa tugas guru adalah menyampaikan
pelajaran dan berusaha bagaimana pelajaran itu dapat diterima dengan baik
oleh anak didik, maka guru harus mengenal dan mengetahui sifat, sikap dan
watak anak didik mereka.
Guru harus mengenal setiap murid yang dipercayakan kepadanya,
bukan mengenal sifat-sifat dan kebutuhan murid-murid itu secara umum
sebagai sebuah kategori, bukan saja mengetahui jenis minat dan kemampuan
yang
6
dimiliki
oleh murid-muridnya. Bukan hanya
mengenal cara-cara
Undang-undang RI No 14 tahun 2005, (Semarang: Duta Nusindo, 2005), hlm. 6.
26
manusia pada umumnya belajar, tetapi juga mengenal secara khusus sifat,
kebutuhan, minat, pribadi serta aspirasi setiap murid.
Dalam kaitannya dengan usaha guru untuk membina hubungan
yang baik dengan anak didik, disamping pengetahuan dan kecekatan guru,
pribadi guru memegang peranan penting dalam menentukan hubungannya
dengan murid. Tidak sedikit guru yang tidak disenangi muridnya hanya
karena kekurangan serta kelemahan dalam pribadinya.
Agar tercipta hubungan yang baik antara guru dan murid selama
proses belajar mengajar, guru hendaknya selalu meningkatkan minat
dan
motivasi anak dalam belajar yang akhirnya dalam menjalankan tugasnya
sebagai pendidik dapat berhasil dengan baik sementara murid dalam belajar
untuk mendapatkan prestasi yang baik dan memuaskan.
Dalam mendidik anak-anak, para guru hendaknya dapat menimbulkan
atau memberikan teladan yang baik terhadap murid-muridnya, yaitu hidup
saling tolong menolong, tenggang rasa, hormat menghormati saling berkerja
sama dan sebagainya, sehingga apa yang dilihat oleh murid menjadikan
contoh atau tauladan untuk berperilaku sesuai dengan apa yang telah
dilakukan oleh para gurunya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi para guru
yang tidak
memiliki sikap tersebut tidaklah layak
jika disebut sebagai
seorang guru. Sebab hal ini akan berakibat negatif apabila perilaku yang
buruk itu dicontoh oleh muridnya.
27
Guru yang baik adalah guru yang mengajarkan kepada anak didik
kepada amar ma’ruf nahi mungkar, yakni mengajak melakukan hal yang
baik dan mengajak melarang / mencegah melakukan yang mungkar. Seperti
melatih anak menolong orang yang membutuhkan pertolongan, bersodaqoh
dan mengajak membiasakan beramal saleh sehingga menjadi kebiasaan
yang tak terpisahkan dari amal perbuatannya sehari-hari. Hal ini sesuai
dengan ajaran Islam yang tertera dalam ayat- ayat suci Al Qur’an maupun
dalam al Hadits. Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imran ayat l04
yang berbunyi :
        
( ١٠ ۶:‫)ال ﻋﻣران‬      
Artinya : “Dan hendaklah diantara kamu ada umat yang menyeru kepada
kebaikan,menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S.
Ali Imran : l04)7
Rasulullah SAW memerintahkan kepada para pendidik agar selalu
mengajarkan kepada anak didiknya untuk cinta
kepada
Nabi mereka,
mencintai keluarganya, para sahabatnya dan cinta untuk selalu membaca Al
Qur’an, sebagaimana
Hadits
Nabi
yang diriwayatkan oleh Imam
Ad
Dailamy dari Sahabat Ali r.a :
7
Mujamma’ Al Mali Fahd, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Saudi Arabiyyah:Madinah
Munawwaroh1415H), hlm. l93.
28
َ‫ْﻞ ﺑـَْﻴﺘِ ِﻪ َوﻗِﺮَاء‬
ِ ‫ُﺐَ أﻫ‬
‫ُﺐ ﻧـَﺒﱢـﻴّﻜ ْﻢ َوﺣ ﱢ‬
‫َﺎل ﺣ ﱡ‬
ٍ ‫َث ِﺣﺼ‬
ِ ‫َ◌أ ﱢدﺑـُﻮْا أ َْوﻻَ َد ُﻛ ْﻢ َﻋﻠَﻲ ﺛﻼ‬
(‫ِ◌ )رواﻩ اﻟﺪﻳﻠﻤﻲ‬
ِ ‫ةِ اْﻟﻘُْﺮأَن‬
Artinya : “Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara : Cinta kepada
Nabi kamu, cinta kepada ahli baitnya dan membaca Al
Qur’an”(H.R. Ad Dailamy).8
Dengan demikian jelaslah sudah bahwa keprofesionalan guru
dalam proses belajar mengajar ini sangat penting sekali terutama dalam
meningkatkan
mutu pendidikan. Oleh karena guru adalah pendidik
profesional, maka secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para
orangtua.
Di dalam kaitannya pendidikan PAI, guru PAI hendaknya
selalu
menjelaskan
dan menceritakan
kisah-kisah atau perbuatan-
perbuatan Nabi yang bersifat akhlak, aqidah, syari’ah dan ubudiyyah
kepada anak didik agar anak didik dapat meniru prilaku Nabi yang
menjadi sumber hukum Islam kedua tersebut.
Menurut Undang-undang RI No 20 tahun 2003 Pasal 39 Tentang
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dijelaskan bahwa seorang guru yang
professional memiliki ciri-cri sebagai berikut :
a. Tenaga
kependidikan
bertugas
melaksanakan
administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
b. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
8
Sayyid Ahmad Al Hasyimy, Mukhtaar Ahaadits An-Nabawiyah Al-Muhammadiyyah wal
Hikam, (Semarang: CV Thoha Putra, t.thlm)., hlm. 7-8.
29
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.9
3. Kompetensi Guru
Pekerjaan
jabatan
guru adalah luas, yaitu
untuk membina
seluruh kemampuan –kemampuan dan sikap – sikap
yang baik dari
murid sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa perkembangan
sikap dan kepribadian tidak terbatas pelakasanaannya melalui pembinaan
didalam kelas saja. Dengan kata lain tugas atau fungsi guru dalam
membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja.
Guru
akan
menunaikan
tugasnya
dengan baik
atau dapat
bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif, jika padanya terdapat
berbagai kompetensi keguruan dan melaksanakan fungsinya sebagai
guru.
Guru yang baik adalah guru yang akan menunaikan tugasnya
dengan baik atau tetap harus berusaha untuk menjadi seorang bapak yang
baik dari anak didiknya, yaitu berkepribadian baik dan menjadi tumpuhan
dan tempat identifikasi bagi siswanya.10
Pada
mulanya
kompetensi ini
diperoleh
dari “Pre-service
Training” yang kemudian dikembangkan dalam pekerjaan profesional
guru dan dibina melalui “In service Training”. Pada
9
10
dasarnya guru
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, hlm.13.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 96.
30
harus memiliki tiga bentuk kompetensi, yaitu ; “kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional bahan, dan kompetensi sosial”11
Kompetensi kepribadian ini meliputi ; peka terhadap perubahan dan
pembaharuan, berpikir alternatif, kemantapan integrasi pribadi, adil, jujur
dan objektif, disiplin dalam menjalankan tugas, berusaha memperoleh
hasil kerja yang sebaik-baiknya, simpatik, menarik, luwes, bijaksana dan
sederhana dalam bertindak, bersifat terbuka, kreatif, dan berwibawa.
Kompetensi professional meliputi ; kemampuan menguasai bahan
atau materi bidang-studi, mampu mengelola program belajar mengajar,
mampu mengelola kelas, mampu menilai prestasi belajar mengajar,
mampu menggunakan sumber atau media pembelajaran, menguasai
metode berpikir, memiliki wawasan penelitian kependidikan, mampu
menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pembelajaran,
mampu menggunakan waktu secara tepat dan cepat.
Kompetensi sosial meliputi ; terampil berkomunikasi dengan siswa,
bersikap simpatik, dapat bekerja sama dengan komite (masyarakat), dan
pandai bergaul dengan kawan dan mitra pendidikan.
Kompetensi guru secara umum terdiri atas empat kompetensi,
antara lain:
11
Ibid, hlm. 92.
31
a. Kompetensi Kepribadian
Faktor
penting
bagi
guru
adalah
kepribadiannya,
kepribadiannya itu yang akan menentukan apakah ia akan menjadi
pembimbing dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan
menjadi perusak, penghancur bagi anak didiknya terutama bagi siswa
yang masih sangat muda (SD/MI) dan mereka yang sedang
mengalami masa goncang remaja. Sebab mereka belum mampu
membedakan nilai, mereka baru dapat melihat pendukung nilai.
b. Kompetensi Profesional
Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan
konsekwensi jabatan terhadap
tugas dan tanggungjawabnya.
Seorang guru Pendidikan Guru Aqidah Akhlak sebagai guru yang
mempunyai profesionalitas di bidangnya, artinya menguasai betul
seluk beluk pendidikan PAI.
c. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi dalam cara-cara
mengajar atau keterampilan
mengajar sesuatu bahan pengajaran sangat
diperlukan
guru.
Khususnya dalam : “Menyusun program pengajaran, Melaksanakan
program pengajaran, dan Menilai hasil dan proses belajar mengajar
yang telah dilaksanakan”12
12
Muhlm. Uzer Usman., Op.Cit., hlm. l2 – 13.
32
d. Kompetensi Sosial
Seorang guru tidak hanya bertanggungjawab di dalam kelas,
tetapi juga harus mewarnai perkembangan anak didik di luar kelas.
Guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan materi pengetahuan tertentu tetapi juga anggota
masyarakat yang harus ikut aktif dalam berjiwa bebas serta kreatif
dalam mengarahkan perkembangan anak didik untuk menjadi anggota
masyarakat sebagai orang dewasa.
Kompetensi sosial meliputi ; kemampuan bersosialisasi
dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, menjaga
hubungan
agar
tetap
berlangsung
dalam
suasana
kondusif,
kemampuan berkomunikasi, dan pandai bergaul dengan kawan dan
mitra pendidikan. 13
Dalam kehidupan sosial guru juga merupakan figur sentral
yang
menjadi
ukuran
keteladanannya. Hal ini
bagi
masyarakat
menuntut
untuk
mengambil
guru untuk berperan secara
proporsional dalam masyarakat.
4. Fungsi Kompetensi Guru
Sebagai makhluk yang sempurna dimana manusia diciptakan
oleh Allah lengkap dengan akal fikiran yang merupakan pembeda dengan
makhluk-makhluk lainnya. Manusia dipercaya untuk menjabat sebagai
khalifah di muka bumi agar menjadi pemimpin yang adil. Dan semuanya
13
Makalah Rosyid, Kompetensi Kepribadian Sosial, diunggah hari Kamis tanggal 12 Juni
2011 jam 11.30 WIB http://www.rosyid.info/2009/10/kompetensi-kepribadian-sosial-dan.html
33
itu diperoleh dengan cara mencari ilmu atau belajar. Dan sebaliknya
manusia merupakan makhluk yang sangat hina dan nista,
bila manusia
tersebut tidak mampu membedakan suatu perkara mana yang haq dan
mana yang batil sehingga ia merupakan makhluk yang sangat rendah
bahkan lebih rendah dari makhluk lainnya karena ia tidak berguna dan
malah menjadi tanggungan dan gangguan bagi makhluk lainnya. Hal ini
disebabkan karena ia tidak mampu menggunakan akal fikirannya dengan
baik dan tidak mau belajar. Oleh sebab itu dalam ajaran Islam belajar
diperintahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya surat Al Alaq ayat 1-5:
 
Artinya
    
     
           
( ١-۵ :‫)اﻟﻌﻠق‬
:“Bacalah dengan
menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan,Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah yang
telah mengajar manusia dengan perantaraan kalam, Dia telah
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Qur’an
Surat Al ‘Alaq : l-5).14
Bagi setiap orang yang akan mempelajari suatu permasalahan
sangatlah perlu untuk mengetahui terlebih dahulu batas-batas ilmu yang
akan dipelajari. Karena tanpa mengetahui batasannya dapat menimbulkan
kerancuan terhadap ilmu yang sedang dipelajarinya.
Guru
yang secara
luas juga
berfungsi
sebagai pendidik,
merupakan salah satu faktor dominan dalam proses belajar mengajar.
14
Soenarjo SH,dkk, Op.Cit., hlm. l079.
34
Begitu pentingnya sehingga iman Syafi’i menggambarkannya dalam
syair yang artinya sebagai berikut : “Bangun dan hormatilah guru kalian
dengan segala penghormatan, (karena) guru hampir sama dengan utusan
Tuhan”15.
Guru sebagai
“many
things”
dan
“many
persons”
digambarkannya dengan l4 fungsi guru sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
“A teacher is a guide (guru sebagai Pemandu)
A teacher is a teacher (guru adalah Pengajar)
A teacher is Mordernizer (guru adalah Pelopor / modernisasi)
A teacher is an Example (guru adalah Contoh atau tauladan)
A teacher is a searcher (guru adalah Pencari; ilmu kebenaran)
A teacher is a Conselor (guru adalah Penasehat)
A teacher is a Creator (guru adalah Pencipta)
A teacher is an authority (guru adalah Seorang ahli)
A teacher is an Inspirer of vision (guru adalah pembangkit inspirasi
cita ideal Pengajar)
A teacher is Doer of routine (guru adalah Pelaksana tugas rutin)
A teacher is a Breaker of Camp (guru adalah Pencetus ide-ide
baru)
A teacher is a stiryteller and an actor (guru adalah ahli cerita dan
aktor)
A teacher is a Facer of Reality (guru adalah seorang yang bisa
menghadapi kenyataan)
A teacher is an Evaluator (guru adalah seorang penilai hasil
pendidikan)”16
Pekerjaan jabatan guru PAI adalah luas, yaitu untuk membina
seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid
sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa perkembangan sikap dan
kepribadian tidak terbatas pelakasanaannya melalui pembinaan didalam
kelas saja. Dengan kata lain tugas atau fungsi guru dalam membina
murid tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja.
15
16
Chabib Thoha MA., PBM PAI, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, l99l ), hlm. 25.
Ibid., hlm. 25 - 26.
35
Mengingat lingkup pekerjaan guru seperti yang dilukiskan di atas,
maka tugas atau fungsi guru itu meliputi, pertama, tugas pengajaran atau
tugas guru sebagai pengajar, kedua, tugas bimbingan dan penyuluhan atau
guru sebagai pebimbing dan pemberi bimbingan, dan ketiga, tugas
administrasi atau guru sebagai pemimpin (manager kelas).
Ketiga tugas itu dilaksanakan secara seimbang dan serasi. Tidak
boleh ada satupun yang terabaikan karena semuanya fungsional dan
saling kait berkaitan dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu
keseluruhan yang tidak terpisahkan.
Jadi fungsi Guru Aqidah Akhlak adalah sebagai pengajar PAI /
pengajar PAI, sebagai pembimbing dan pemberi
bimbingan
PAI dan
sebagai administrator dan sebagai pemimpin dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar Pendidikan PAI di dalam kelas.
B. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Pengaturan diri adalah pengelolaan impuls dan perasaan yang
menekan bergantung pada keselarasan kerja pusat emosi dan pusat ekskusi
otak di lobus prefrontal.17
Pengaturan diri juga merupakan kemampuan menangani emosi kita
sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas,
peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum
17
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Gramedia,
Jakarta, 2000), hlm. 130.
36
tercapainya suatu sasaran, mampu segera pulih kembali dari tekanan
emosi.18
Kecerdasan Emosional menekankan pada kemampuan mengontrol
diri dari hambatan-hambatan emosional yang negatif. Hambatan
emosional negatif merupakan sisi kejiwaan manusia yang mempunyai
kecenderungan memiliki reaksi tidak baik terhadap sesuatu hal. Hambatan
emosional negatif ini terlihat dari perilaku temperamen, khianat, ceroboh,
kolot atau kaku, minder dan pesimis. Maka fokus Self Regulation adalah
mengetahui secara tepat sebab munculnya emosi tertentu, mengelolanya
secara akurat dan bijak agar tetap dapat berfikir jernih dan berfokus.
Dalam bukunya, Ari Ginanjar menjelaskan tentang pengertian
kecerdasan emosional (EQ) yang mengutip pendapat Robert K. Cooper
Phd. yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi “hati mengaktifkan nilainilai kita yang paling dalam mengubahnya dari sesuatu yang kita pikirkan
menjadi sesuatu yang kita jalani.19
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian pengaturan diri ialah kemampuan mengontrol diri dan
menangani emosi sedemikian rupa, serta mampu mengelola impuls dan
perasaan yang menekan dari hambatan-hambatan emosional yang negatif,
sehingga berdampak terhadap pelaksanaan tugas.
18
155.
19
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2001), hlm. 154-
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan
Spiritual(ESQ), (Jakarta:Arga Wijaya Persada, 2001), hlm. 25.
37
2. Ciri-Ciri Kecakapan Kecerdasan Emosional
Sebagaimana Menurut Goleman, ada lima kecakapan pengaturan
diri, yaitu; pengendalian diri, dapat dipercaya, kehati-hatian, adaptabilitas
dan inovasi.20
a. Pengendalian diri
Pengendalian diri yaitu menjaga agar emosi dan impuls yang
merusak tetap terkendali. Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak
hanya berarti meredam rasa tertekan atau menahan gejolak emosi, ini
juga bisa berarti dengan sengaja menghayati suatu emosi termasuk
yang tidak menyenangkan. Untuk mencapai pengendalian emosi dalam
artian yang ilmiah, individu harus memberikan perhatian pada aspek
fisik. Sekedar mengekspresikan emosi dalam bentuk yang dapat
diterima secara sosial tidaklah cukup. Aspek mental dari emosi juga
memerlukan bimbingan, kalau tidak keadaan emosi itu akan menyatu
terus dan menyebabkan seseorang bereaksi emosional terhadap
rangsangan yang muncul. Kemudian akibat atas kemauannya sendiri,
orang itu tidak akan sanggup membangkitkan reaksi baru.21
b. Dapat dipercaya
Dapat dipercaya yaitu menunjukkan kejujuran dan integritas
serta sikap bertanggung jawab dalam mengelola diri sendiri.22 Sifat
jujur merupakan tonggak akhlak yang mendasari bangunan pribadi
20
Daniel Goleman, Op. Cit., hlm. 130.
21
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid I, (Erlangga, : Jakarta, 1978), hlm. 231.
22
Daniel Goleman, Op. Cit., hlm. 142.
38
yang benar bagi anak-anak. Dan sifat pembohong merupakan kunci
segala perbuatan jahat. Anak-anak harus dijaga agar jangan sampai
melakukan kebohongan. Sifat jujur tidak dapat diperoleh melainkan
hanya dengan cara keteladanan dan pembinaan terus menerus.
c. Kehati-hatian
Kehati-hatian yaitu dapat diandalkan dan bertanggung jawab
dalam memenuhi kewajiban. Orang yang mempunyai kecakapan
kehati-hatian mampu:
1) Memenuhi komitmen dan mematuhi janji
Janji adalah ikrar yang mengandung suatu kewajiban dan tanggung
jawab. Semua janji itu wajib ditepati dan disempurnakan dan
berdosa kalau meninggalkannya. Memungkiri dan menyalahi janji
hukumnya haram, kecuali ada alasan yang sah atau dapat
dibenarkan oleh syari‘at.
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 34:
(٣٤ : ‫ )اﻹﺳﺮا‬      
Artinya : “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti
dimintai pertanggungjawabannya”. (Q.S. al-Isra’: 34)23.
2) Bertanggung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan mereka.
Setiap orang hendaknya bertanggung jawab terhadap tujuan yang
diinginkan dan juga bertanggung jawab terhadap segala cara yang
ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
23
Mujamma’ Malik Fahd, Al Qur’an dan Terjemahnya, Assarif Madinah, ,hlm. 465
39
3) Teorganisasi dan cermat dalam kerja
Kesungguhan hati, tepat waktu, cermat dalam bekerja, disiplin diri,
dan teliti dalam memenuhi tanggung jawab merupakan pilar-pilar
model masyarakat yang terorganisasi. Orang-orang yang ingin agar
segala sesuatu berjalan dengan lancar. Mereka mematuhi aturan,
siap membantu, dan peduli dengan para mitra kerja.24
d. Adaptabilitas
Adaptabilitas yaitu keluwesan dalam menangani perubahan dan
tantangan, orang dengan kecakapan ini mampu:
1) Terampil menangani beragamnya kebutuhan, bergesernya prioritas
dan pesatnya perubahan.
2) Siap mengubah tanggapan dan taktik untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan.
3) Luwes dalam memandang situasi.
e. Inovasi
Inovasi yaitu terbuka terhadap gagasan dan pendekatan-pendekatan
baru serta informasi terkini. Landasan emosi yang mendasari kerja
seorang inovator adalah senang menikmati orisinalitas. Kreatifitas
dalam pekerjaan berkisar seputar penerapan gagasan baru untuk
meraih hasil yang dikehendaki. Orang yang mempunyai kelebihan ini
dapat
dengan
cepat
mengidentifikasi
isu-isu
penting
dan
menyederhanakan masalah yang semula tampak sangat rumit yang
24
Daniel Goleman, Op. Cit., hlm. 149-150.
40
paling penting, mereka dapat menemukan hubungan dan pola-pola
yang orisinal, yang terlewatkan oleh orang lain.
3. Macam-Macam Kecerdasan Emosional
Sebagaimana yang dikatakan Zimmerman, perilaku-perilaku yang
dinilai dan ditampilkan oleh individu saat melaksanakan tugas atau
kegiatan memberi perubahan dalam self regulated learning macammacamnya, yaitu :
a. Observasi diri (self observation)
Observasi
diri
adalah
respon-respon
individu
berupa
pemanfaatana yang sistematis terhadap hasil kerjanya. Dengan
mengobservasi kegiatan yang dilakukan individu akan mendapatkan
informasi tentang kemajuan hasil kerja atau seberapa besar kemajuan
yang telah dicapainya. Faktor proses- proses dalam diri individu
seperti seberapa pentingnya tujuan yang ingin dicapainya, self efficacy
dan proses-proses metakognitif terdapat dua cara untuk yang sering
digunakan individu dalam melakukan observasi diri yaitu, dengan
mencatat atau membuat laporan baik lisan maupun tertulis mengenai
aksi dan reaksi individu dalam kegiatan belajar.25
b. Penilaian diri (self judgment)
Respon-respon individu terhadap hasil kerjanya dengan cara
membandingkan hasil kerjanya dengan tujuan yang ingin dicapai atau
dengan standart tertentu. Penilaian diri terkait oleh faktor proses-proses
25
Irmayani, Makalah Macam-Macam Pengaturan Diri (Self Regulation) http:// Pengaturan
Diri (Self Regulation).wordpress.com (diakses pada tanggal 22 September 2011)
41
dalam dirinya seperti seberapa pentingnya tujuan yang ingin dicapinya,
self efficacy dan proses metakognitif, observasi diri dan pengetahuan
tentang standar tertentu. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan dalam
penilaian diri yaitu, individu meneliti kembali dan membandingkan
hasil yang ia peroleh dengan hasil yang diperoleh orang lain atau
dengan standart tertentu.26
c. Reaksi diri (self reaction)
Reaksi diri adalah respon-respon individu terhadap hasil yang
dicapainya seperti observasi dan penilain diri, reaksi diri ini terkait
dengan prosesperoses dalam diri individu seperti seberapa pentingnya
tujuan yang ingin dicapainya, self efficacy dan proses metakognitif.
Terdapat tiga jenis reaksi diri yaitu, reaksi perilaku (behavioral
reaction), reaksi personal (reaction personal), dan reaksi lingkungan
(emotional reaction). Reaksi perilaku dilakukan individu untuk
mengoptimalkan respon-respon belajar, misalnya memuji dirinya
mandiri saat hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan.
Reaksi
diri
personal
digunakan
individu
untuk
meningkatkan proses-proses dama diri individu dalam belajar.
Misalnya memberikan tanda-tanda pada materi yang penting untuk
lebih mengingat, sedangkan reaksi diri lingkungan digunakan individu
26
Ibid.
42
untuk meningkatkan lingkungan belajar. misalnya, memilih tempat dan
waktu belajar yang tenang.27
4. Indikator Pengembangan Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional merupakan sebuah kemampuan seseorang
didalam memahami perasana diri dan orang lain, mampu memotivasi diri,
dan lain-lain. Kecerdasan Emosional ini berasal dari hasil belajar yang
disalurkan pada kecerdasan emosi. Inti dari kecakapan ini adalah empati
yang merupakan kemampuan membaca perasaan orang lain, dan
kemampuan social yang berarti mampu mengelola perasaan orang lain
dengan baik.
Kecerdasan / kecerdasan emosi ini menentukan potensi seseorang
untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan praktis yang didasrkan pada
lima unsur yang dikenal dengan wilayah utama Kecerdasan Emosional,
yaitu:
a. Kesadaran diri (self awarness)
Mengenali perasaan, kondisi diri, kesukaan, sumber daya dan intuitif,
ini merupakan dasar Kecerdasan Emosional. Mengetahui apa yang
dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu
mengambil keputusan diri sendiri yang memiliki tolak ukur yang
realitas atas kemempuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Tahap ini
meliputi:
1) Kesadaran emosi yaitu mengenali emosi diri dan afeknya.
27
Ibid.
43
2) Penilaian diri sendiri secara teliti yaitu mengetahui kekuatan dan
batas batas diri sendiri.
3) Percayadiri yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan
sendiri.28
b. Kecerdasan Emosional
Mengelola perasaan agar perasaan dapt diungkapkan dengan pas.
Kemampuan ini tergantung pada kesadaran diri. Pada tahap ini
meliputi ;
1) Mengendalikan diri yaitu mengelola emosi dan desakan hati yang
merusak.
2) Sifat dapat dipercaya yaitu memelihara norma kejjuran dan
integritas.
3) Kewaspadaan yaiitu bertanggung jawab atas kinerja pribadi.
4) Adabtibilitas yaitu keluwesan dalam menghadapi perubahan.
5) Inovasi yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap perubahan
gagasan, pendekatan dan informasi baru.29
c. Motivasi (motivation)
Merupakan kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan
praihan sasaran tau tujuan. Dengan menggunakan hasrat yang paling
dalam untuk menggerakkan dan menuntut untuk menuju sasaran,
membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, serta untuk
bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Tahap ini meliputi :
28
29
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fak.Tarbiyah IAIN Walisongo), hlm. 154
Ibid., hlm. 154
44
1) Dorongan prestasi yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau
memenuhi standar keberhasilan
2) Komitmen yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan sasaran
kelompok atau lembaga
3) Inisiatif yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan
4) Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan tujuan
walaupun ada halangan dan kegagalan.30
d. Empati (empathy)
Empati merupakan kesadaran terhadap perasaan,kebutuhan dan
kepentingan orang lain. Merasakan apa yang dirasakan orang lain,
mampu memehami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling
percaya dan menyelaraskan diri dengan orang lain. Tahap ini meliputi :
1) Memahami orang lain yaitu mengindra perasaan dan perspektif
orang lain, dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan
mereka.
2) Orientasi pelayanan yaitu kemampuan mengantisipasi, mengenali
dan berusaha memenuhi kebutuhan.
3) Mengembangkan
orang
lain
yaitu
merasakan
kebutuhan
perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan
mereka.
4) Memanfaatkan keragaman yaitu kemampuan menumbuhkan
peluang melalui pergaulan dengan orang lain.
30
Ibid., hlm. 155
45
5) Kesadaran politis yaitu mampumembaca arus emosi sebuah
kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.31
e. Ketrampilan social (social skill)
Ketrampilan social merupakan menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi
dan jaringan social. Dalam berinteraksi untuk mempengaruhi dan
bermusyawarah serta untuk bekerja sama dengan orang lain /
kelompok. Dalam tahap ini terdapat berbagai fase yaitu :
1) Pengaruh yaitu memiliki teknik-teknik untukmelakukan persuasive.
2) Komunikasi yaitu kemampuan mengirim pesan yang kelas dan
meyakinkan.
3) Kepemimpinan yaitu kemampua membangkitkan inspirasi dan
memandu kelompok dan orang lain.
4) Katalisator perubahan yaitu kemampuan memulai dan mengelola
perubahan.
5) Manajemen konflik yaitu kemampuan melekukan negosiasi dan
pemecahan silang pendapat.
6) Menbangun hubungan yaitu kemamapuan membangun hubungan
yang bermanfaat.
7) Kolaborasi dan koopersai yaitu kemampuan berjerja sama dengan
orang lain demi tujuan bersama.
31
Ibid., hlm. 155
46
8) Kemampuan tim yaitu kemampuan menciptakan sinergi kelompok
dalam memperjuangkan tujuan kelompok.32
Antara kecerdasan emosi dan kecakapan emosi merupakan sebuah
langkah yang digunakan didalam membentuk Kecerdasan Emosional
seseorang. Unsur-unsur tersebut menunjukkan suatu hubungan antara
kelima unsure wilayah utama Kecerdasan Emosional dan duapuluh lima
kecakapan emosi. Apabila kecerdasan emosi dan kecakapan emosi
digunakan didalam pembelajaran di sebuah lembaga sekolah sangat cocock
karena untuk mengatur, memahami, dan lain-lain. Dalam proses
pembelajaran baik didalam maupun diluar.
5. Strategi Dalam Pengembangan Kecerdasan Emosional
Akibat kegagalan yang berulangkali dapat menyebabkan siswa
bersikap emosi. Oleh karena itu pengembangan pengaturan diri sangat
dibutuhkan sehingga peran guru diharapkan dapat membimbing siswanya
yang sering mengalami kegagalan kearah keberhasilan dengan jalan
mengajar mereka untuk mencita-citakan tujuan yang sesuai dengan
prestasi masa lalu.
Oleh karena itu dibutuhkan strategi dalam mengatasi hal tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Menghindari penilaian diri sendiri sehingga tidak akan mengalami
kegagalan.
32
Ibid., hlm. 155
47
b. Membandingkan diri dengan orang lain yang kemampuannya lebih
rendah.
c. Hanya memilih tugas-tugas yang lebih mudah atau sangat sukar.
d. Menghindari partisipasi yang dapat menyebabkan kegagalan.
e. Menolak
tanggung
jawab
untuk
kegagalan
yang
terjadi
(rasionalisasi).33
6. Peran Kecerdasan Emosional Dalam Proses Pembelajaran
Kecerdasan Emosional berperan dalam membantu mempercepat
atau justru memperlambat proses pembelajaran. Kecerdasan Emosional
juga membantu proses pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan.
Berbagai penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara emosi dan
struktur otak manusia.
Sebagaimana yang dikatakan Goleman, menyatakan bahwa tanpa
keterlibatan Kecerdasan Emosional, kegiatan syaraf otak kurang mampu
merekatkan pelajaran dalam ingatan. Suasana emosi yang positif atau
menyenangkan membawa pengaruh pada struktur otak manusia dan akan
berpengaruh pula dalam proses dan hasil belajar.34
183.
33
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruinya, (Rinek Cipta;Jakarta, 2010), hlm.
34
Daniel Goleman, Op. Cit., hlm. 145.
48
BAB III
KAJIAN OBJEK PENELITIAN
A. Data Umum Tentang MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
1. Tinjauan Historis
Undang-undang
Dasar
1945
mengamanatkan
upaya
untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran yang diatur dengan undangundang. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkkan kualitas manusia
Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD1945 yang memungkinkan warganya
mengembangkan diri sendiri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
Sebagaimana yang telah dikatakan Bapak Misbahul Anam, S.Pd.I,
Kepala MI. Matholi’ul Huda 01 :
“Memberi bekal pendidikan terutama yang islami sangatlah penting
untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut dan mempersiapkan
generasi
yang akan datang dalam mengisi pembangunan serta
menangkal derasnya arus informasi negatif yang menyebabkan
terjadinya dekadensi moral ketimbang memberi bekal materi”.86
Munculnya
maslah-maslah
sosial
dimasyarakat
yang
sangat
memprihatinkan akhir-akhir ini membuat prihatin oleh semua pihak. Hal
tersebut bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah semata, tetapi
86
Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI. Matholi’ul Huda 01, wawancara, Jepara, pada hari
Selasa tanggal 05 Januari 2015
48
49
lembaga pendidikan juga punya andil besar dalam mengatasi masalah
tersebut.
Berangkat dari pemikiran tersebut di atas, maka berdirilah MI.
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara yang berada di bawah naungan
Departemen Pendidikan Agama (DEPAG). Menurut Beliau mengatakan
bahwa :
“MI Matholi’ul Huda 01, sebagai pengelola MI Matholi’ul Huda 01.
Pembentukan Yayasan dimulai pada tanggal
02 Maret 1947 yang
diawali dengan pembentukan Tim 3 yang beranggotakan antara lain
K.H. Ali Ahsan, Noor Hadi Djoefri, H. Ahmad Syamsuri. Dalam rapat
Tim 3 inilah disepakati tentang penetapan susunan pengurus Yayasan
dan Pendirian MI Matholi’ul Huda 01 dan tokoh masyarakat lain yang
tidak bisa kami sebutkan satu per satu”.87
Pada perkembangannya kemudian pada tanggal 25 Juni 1947 dengan
N0. 47 Tanggal 25 Juni 1947 atas nama KH. Ali Ahsan, bertempat tinggal
di
Troso
Pecangaan
Jepara
dengan
ijin
oprasional
No.
k/5.0/PP.00.6/3722/1997. 88
2. Data Statistik Madrasah
a. “Nama Madrasah
: MI. Matholi’ul Huda 01
b. No. Statistik
: 212332008071
c. Nomor SK
: 008970
d. Alamat
: Jl. Bugel Raya KM, 1.9 Troso Pecangaan
Jepara
e. Desa
87
: Troso
Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI. Matholi’ul Huda 01, wawancara, Jepara, pada hari
Selasa tanggal 05 Januari 2015.
88
Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI. Matholi’ul Huda 01, wawancara, Jepara, pada hari
Selasa tanggal 05 Januari 2015.
50
f. Kecamatan
: Pecangaan
g. Kabupaten
: Jepara
h. Provinsi
: Jawa Tengah
i. Status Madrasah
: Akreditasi A Tahun 1990
j. Didirikan Oleh
: YPI. MI. Matholi’ul Huda 01
k. Waktu Belajar
: Pagi pukul 07.00 – 13.30 WIB
l. Jumlah Hari Efektif
: 6 hari
m. Jumlah Jam Pelajar
: 48 jam
n. Nama Kepala Madrasah
: Misbahul Anam, S.Pd.I”.89
3. Visi dan Misi
a. Visi
“Berilmu, beramal shaleh dan berakhlaqul Karimah“
b. Misi
1) “Melaksanakan pendidikan islam dan bimbingan secara utuh jasmani
dan rohani, sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
2) Menumbuhkan semangat dan nilai-nilai keislaman secara intensif
kepada seluruh warga madrasah.
3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dirinya,
sehingga dapat dikembangkan secara optimal”.90
4. Letak Geografis
MI. Matholi’ul Huda 01 adalah madrasah yang terletak di pedesaan
yang masyarakatnya modernisasi sebagian masyarakat bertani, wirausaha,
buruh, pegawai dan lain sebagainya yang tidak mungkin kami sebutkan
satu persatu.
“Letak madrasah di berbatasan di sebelah utara berbatasan dengan
jalan raya Bugel-Pecangaan, sebelah Barat dengan pemukiman penduduk,
89
90
Dokumentasi Data Inventaris MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Dokumentasi Data Inventaris MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara.
51
sebelah Selatan dengan pemukiman penduduk, sedangkan sebelah Timur
berbatasan dengan Jalan masuk gang dan pemukiman penduduk. Dilhat
dari letak geografi MI. Matholi’ul Huda 01 Troso memiliki letak yang
strategis untuk belajar karena dapat dijangkau dengan mudah karena
dekatnya dengan jalan raya yang mempunyai luas tanah 3531 M2 yang
beralamatkan di Jalan Troso Bugel Pecangaan Jepara”.91
5. Keadaan Guru dan Karyawan
Menurut beliau Bapak Misbahul Anam, S.Pd.I mengatakan bahwa :
“Lulusan para guru yang mengajar di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan dapat dilihat bahwa para guru telah berusaha dalam
meningkatkan profesioalitasnya dalam mengajar sehingga berakibat baik
dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan khusus dalam
pengembangan potensi diri masing-masing”.92
Tabel 3.1
Keadaan Guru dan Karyawan MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran 2014/201593
No.
Pendidikan
Pengampu/
Jabatan
Wiyata Bakti
1.
KH. Ali Ahsan
Ponpes
Pembina.M
62 tahun
2.
Noor Hadi Djoefri
Ponpes
Pembina.M
37 tahun
3.
Surihan
MA
Wali Kelas
35 tahun
4.
H. Ahmad
Syamsuri,S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
34 tahun
MA
Wali Kelas
30 tahun
5.
91
Nama
Ruslan
6.
Misbahul Anam, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Kepala
28 tahun
7.
Sri Nafi’ah, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
28 tahun
8.
Sulaiman, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Humas
28 tahun
9.
As’ad, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
26 tahun
Hasil Observasi MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara, Hari Selasa tanggal 05
Januari 2015.
92
Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI. Matholi’ul Huda 01, wawancara, Jepara, pada hari
Selasa tanggal 05 Januari 2015
93
Dokumentasi Papan Data Keadaan Guru dan Karyawan MI. Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara
52
10.
Hj. Siti Nur Faizah,
S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
26 tahun
Siti Asfiah, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
23 tahun
12.
Mustain, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
22 tahun
13.
Dra. Hj.Mufidah
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
21 tahun
14.
Nur Ubaidillah, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
21 tahun
15.
Nor Salim
MA
Wali Kelas
21 tahun
16.
Fadloli, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
20 tahun
17.
Abdullah Amin, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
19 tahun
18.
Amrin Yusro, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
19 tahun
19.
Hj. Siti Muzayaroh,
S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
17 tahun
Suharto, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
15 tahun
21.
Eni Shofiana, S.Ag
S1/Tarbiyah
Guru
14 tahun
22.
H. Zaenal Abidin, SE
S1/Tarbiyah
Guru
12 tahun
23.
Rifai, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
12 tahun
24.
Miftahul Anam, S.H.I
S1/Tarbiyah
Guru
10 tahun
25.
Budi Ismail, SE
S1/Tarbiyah
Guru
9 tahun
26.
Agus Supriyanto, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
4 tahun
27.
Arif Rahman Hakim,
S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
3 tahun
Eny Atmanegara, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
3 tahun
11.
20.
28.
29.
Nur Sa’diyah, S.Ag
S1/Agama
Guru
3 tahun
30.
Vina Inayatuz Zulfa,
S.Pd
S1/Tarbiyah
Guru
2 tahun
Mustaghfirin, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
1 tahun
31.
MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara dari tahun ke
tahun telah meningkatkan seleksi penerimaan
dengan Hasil yang
tertinggi untuk diterima sebagai siswa di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara. Dengan penerimaan atau input yang baik, maka akan
lebih mudah untuk meningkatkan atau mengembangkan pengetahuan dan
teknologi dengan dasar atau Hasil yang sudah dimilikinya.
53
Dengan melihat fenomena semacam itu maka MI. Matholi’ul
Huda 01 Troso Pecangaan Jepara adalah sebuah contoh bagi sekolahlain dalam seleksi penerimaan siswa baru. Begitu pula dalam perekrutan
atau pengambilan guru-guru bidang studi yang benar-benar ahli
dibidangnya, yaitu sesuai dengan mata pelajaran yang diajarakannya.
Jumlah guru di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara, terdiri
dari 31 Guru: Berijazah S - 1 berjumlah 24 orang, Berijazah Pondok
Pesantren berjumlah 2 orang. Adapun guru Aqidah Akhlak di MI.
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara adalah Ibu Nur Sa’diyah,
S.Ag., yang berkompeten dibidangnya.
Jumlah karyawan di MI. Matholi’ul Huda 01
Troso Pecangaan
Jepara, terdiri dari 2 orang Sebagai TU dan satu orang sebagai Satpam.
Sedangkan tukang kebon berijazah SMP.
6. Keadaan Siswa
Keadaan siswa rata-rata adalah berasal dari pendidikan Sekolah Dasar
dan Madrasah Ibtidaiyah, sedangkan rata-rata tempat tinggal dari desa Troso
sendiri dan daerah sekitarnya antara lain dari desa Ngeling, Pecangaan, dan
Daerah lain disekitarnya.
54
Tabel 3.2
“Keadaan Siswa MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015”94
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kelas
I
II
III
IV
V
VI
Jumlah
Putra
46
60
66
62
70
52
356
Putri
51
69
46
64
48
62
340
Jumlah
97
129
112
126
118
114
696
Adapun siswa yang diteliti adalah Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01,
dari latar belakang ekonomi dan profesi orangtua yang berbeda. Sebagian
dari profesi buruh, Pengusaha, pengusaha dan guru, sehingga tingkat
perhatian mereka terhadap anak berbeda pula. Hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap aktivitas dan Hasil belajar yang dicapai. Adapun
jumlah siswa yang diteliti dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 3.3
“Keadaan Siswa yang diteliti di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”95
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jepara
Nama
Adinda Sukmatul
Jamila
Afa Dana Nahadiah
Isunah
Afriani Safitri
Ahmad Aziz Saputro
Ahmad Nabil
Budidarmawan
Ahmad Shofil Aqil
Al Irfani
A'Malil Abror
Muttaqin
Alamat
Troso
Troso
Troso
Troso
Troso
Troso
Troso
Orangtua
Pekerjaan
Abdul Jalil
Wiraswasta
Sutikno
Wiraswasta
Kuslan
Selamed
Swasta
Wiraswasta
Noor Said
Wiraswasta
dr. Erfana
Dokter
Ngarisan
Karyawan
94
Dokumentasi Papan Data Keadaan Siswa MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
95
Dokumentasi Papan Data Keadaan Siswa MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara.
55
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Arya Ainur Ridho
Arya Ido Majid
Atika Dwi Setiawati
Aulia Rahma Khasna
Bambang Riftianto
Dimas Andre
Nugroho
Dimas Rizal Maulana
Firmansyah
Elvira Ayu
Rahmawati
Fandi Ahmad
Yudistira
Farah Mutafarrida
Friska Nita Sofiana
Putri Dewi
Ika Mawarni
Ilma Fitriyah
Indah Yustiani
Khilya Nur
Khadzlaqoh
Khurin Aini
Mahardika Ananta
Mila Zakiya
Amaliyana
Muhammad Ardiansa
Muhammad Fahri
Fahrudin
Muhammad Ibrahim
Troso
Troso
Troso
Troso
Troso
Troso
Troso
Troso
Troso
Shobari
Sarpin
Slamet
H. Faqih Nawawi
Sampurno
Karyawan
Buruh
Swasta
Wiraswasta
Agus Anwar
Karyawan
Mas'ud
Karyawan
Sampurno
Karyawan
Kusnadi
Wiraswasta
Troso
Troso
Ali Muhson Mator
Wiraswasta
Muzaed
Wiraswasta
Troso
Troso
Troso
Troso
Sumari
Ahmad Pupon
Pupon
Wiraswasta
Swasta
Wiraswasta
Suhaebul Ma'wa
Wiraswasta
Troso
Troso
Troso
Maftukhin
Ahmad Rudi, S.Ag
Wiraswasta
Swasta
Supadi
Wiraswasta
Troso
Troso
Tasri
Wiraswasta
Troso
Ali Ma'mun
Karyawan
Samroni
Wiraswasta
7. Keadaan Sarana dan Prasarana
Layaknya sekolah menengah tingkat pertama swasta, maka
Madrasah Ibtidaiyah MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara,
memiliki bangunan lantai dua dan memiliki fasilitas atau sarana dan
prasarana yang memadai. Hal ini dikarenakan adanya sarana dan
prasarana yang memadai merupakan salah satu faktor penunjang
keberhasilan belajar mengajar. Adapun sarana
sebagai berikut :
dan prasarana tersebut
56
a. Sarana Sekolah meliputi :
Tabel 3.4
“Keadaan Sarana MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015”96
No
1
2
3
4
5
Nama Barang
Mebeler
Alat-alat Tulis
Buku-buku Pelajaran
Peralatan Olahraga
Alat-alat Peraga
Keadaan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Jumlah
Mencukupi
Mencukupi
Mencukupi
Mencukupi
Mencukupi
b. Prasarana Sekolah meliputi :
Tabel 3.5
“Keadaan Prasarana MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015”97
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Nama Barang
Ruang Kepala Madrasah
Ruang Tata Usaha
Ruang Dewan Guru
Ruang BP/BK
Ruang Perpustakaan
Ruang Kelas
Lapangan Olahraga
Mushola
Toilet Guru
Toilet Siswa
Laborat IPA
Laborat TIK
Ruang ICT
Adapun
sarana
dan
Keadaan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
prasarana
yang
Jumlah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
2 Buah
10 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
digunakan
dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda 01 adalah papan
tulis, penghapus, buku paket, ball point, meja kursi, dan layar LCD
Proyektor.
96
97
Dokumentasi Daftar Inventaris MI. Matholi’ul Huda 01Troso Pecangaan Jepara
Dokumentasi Daftar Inventaris MI. Matholi’ul Huda 01Troso Pecangaan Jepara
57
8. Struktur Organisasi
Struktur pengurus MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1
“Struktur Organisasi MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015”98
- - - - - - - - - = Garis Koordinasi
= Garis Hubungan
Keterangan :
Depag sebagai naungan lembaga selalu mengawasi kepala sekolah yang
bekerja sama dengan Komite Sekolah yang dibantu oleh Wakil Kepala
(WAKa) dan Tata Usaha (TU) dalam pembuatan administrasi sekolah.
Kepala Sekolah berkoordinasi dengan Waka Kesiswaan, bekerjasama
98
Dokumentasi Daftar Inventaris MI. Matholi’ul Huda 01Troso Pecangaan Jepara
58
dengan Waka Kurikulum bekerjasama dengan Waka Sarpras dan
bekerjasama dengan Waka Humas untuk mengawasi Wali Kelas dalam
mengurus dan membimbing siswa-siswinya.
9. Kurikulum Yang Digunakan
MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara dalam
menyelenggarakan pendidikan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ) yang Mengacu pada Standar Nasional Pendidikan
untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana
yang dikatakan Bapak Misbahul Anam, S.Pd.I bahwa :
“Dalam standar pendidikan nasional terdiri atas 8 isi. Dua diantaranya
dari kedelapan standar nasional tersebut adalah Standar Isi ( SI ) dan
Standar Kompetensi Kelulusan ( SKL ) yang disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ), Kementerian Agama (
Kemenag ) dengan penekanan pada bidang ilmu keagamaan”.99
B. Data
Khusus
Tentang
Peran
Guru
Aqidah
Akhlak
Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
1. Materi Pembelajaran Aqidah Akhlak
Materi yang diajarkan pada saat observasi kelas dan mewawancarai guru
mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah membahas tentang ”Akhlak
Terpuji” sebagai berikut :
99
Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI. Matholi’ul Huda 01, wawancara, Jepara, pada hari
Selasa tanggal 05 Januari 2015
59
AKHLAK TERPUJI
A. Pengertian Akhlak Terpuji
Akhlak Terpuji adalah segala macam perilaku atau perbuatan baik
yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul kharimah
atau akhlakul mahmudah.Acuhannya adalah Al-Qur’an dan Hadist
serta berlaku universal.
B. Macam-Macam Akhlak Terpuji
1. Adil
Pengertian adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.Adil
juga berarti tidak berat sebelah,tidak memihak.Dengan demikian
berbuat adil adalah memerlukan hak dan kewajiban secara
seimbang
tidak
memihak
dan
tidak
merugikan
pihak
manapun.Sebagai contoh seseorang yang adil akan melaksanakan
tugas sesuai fungsi dan kedudukannya,menghukum orang yang
bersalah melakukan tindak pidana,membarikan hak orang lain
sesuai dengan haknya tanpa mengurngi sedikitpun. Firman Allah
di dalam Al-Qur’an yang mamarintahkan berbuat adil antara lain:
Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 8
         
         
          
Artinya : “8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al Maidah, 5:8)
60
Dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada
hambanya yang beriman supaya menjadi orang yang benar-benar
menegakkan keadilan ditengah masyarakat.Berani menjadi saksi
akrena Allah,walaupun yang menjadi tergugat dan terdakwa
adalah diri sendiri,orang tua dan kerabat.
Oleh karena itu hukum harus diterapkan secara adil kepada
semua masyarakat,karena sekali ada pihak yang merasa dizalimi
dengan
cara
diperlakukan
secara
tidak
adil,maka
akan
menimbulkan gejolak
2. Sabar
Sabar menurut bahasa artinya rela,sedangkan menurut
istilah sabar artinya menerima dengan senang hati segala sesuatu
yang diberikan Allah SWT.Yakni berupa ketentuan yang telah
ditetapkan
baik
berupa
nikmat
maupun
saat
terkena
musibah.Orang yang mempunyai sifat tidak mudah bimbang,tidak
mudah menyesal ataupan menggerutu atas kehidupan yang
diberikan olaeh Allah,tidak iri hati atas kelebihan orang lain,sebab
dia berkeyakinan bahwa semua berasal dari Allah SWT,manusia
hanya berusaha.Ridho bukan ebrarti menyerah tanpa usaha
namanya putus asa.Dan sikap putus asa tidak dibenarkan dalam
agama islam.
Firman Allah dalam Al-qur’an surat A-baqarah ayat 153
sebagai berikut :
         
 
Artinya : “153. Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah, 2:153)
61
3. Amal Sholih
Amal berasal dari bahasa arab yang terbantuk masdar yaitu ya’mal
yang artinya segala pekerjaan atau perbuatan.Sedangkan shalih
artimya bagus.Amal shalih berarti segala perbuatan/pekerjaan
yang bagus yang berguna bagi pribadi,keluarga,masyarakat dan
manusia secara keseluruhan.Kebalikan dari amal shalih adalah
amalan
sayyi’an
atau
amal
jelek
yaitu
perbuatan
yang
mendatangkan madhorot,baik bagi pelaku maupun orang lain.
Secara garis besar amal shalih dapat dibagi dua macam:
a. Amal shalih yang bersifat vertikal,dalam hal ini diwujudkan
dalam bentuk ibadah ritual kepada Allah SWT
b. Amal shalih ag bersifat horisontal yakni segala bentuk
aktivitas sosial kemasyarakatan,bentuk politik yang diniati
untuk bekal kehidupan alam akhirat.
Islam
merupakan
agama
yang
sama
sekali
tidak
membadakan nilai ibadah yang terkandung dalam amal shalih
yang
barsifat
vertikal
maupum
horisontal.Karena
islam
menghendaki umatnya menjadi penganut agama yang memiliki
kedua keshalihan tersebut yaitu keshalihan individual setelah
menunaikan amal shalih vertikal dan sekaligus manjadi anggota
masyarakat yang memiliki keshalihan sosial setelah melakukan
amal shalih horisontal.
Perintah Allah agar kita mangerjakan amal shalih terdapat dalam
Ai-Qur’an anara lain Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 82
       
   
Artinya : “dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh,
mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al
Baqarah, 2:82)
62
2. Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Anak Didik di Kelas VA MI. Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
Berkenaan dengan peran guru dalam pengembangan profesionalitas
untuk meningkatakan kecerdasan emosional anak, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Keberlanjutan pendidikan guru. Menjamin bahwa pendidikan guru
dapat diakses dengan kualitas terjamin.
b. Nilai-nilai profesional. Mendorong guru untuk menjadi praktisi yang
reflektif, pembelajar otonom, dan terlibat dalam penelitian-penelitian
pendidikan untuk mengembangkan wawasan dan memicu inovasi.
c. Profesi menarik. Menciptakan profesi guru menjadi menarik sehingga
menjamin perekrutan guru, penempatan, dan maksimalisasi kebijakan.
d. Kualifikasi mengajar. Menjamin guru memiliki akses untuk mengikuti
program-program yang mendukung profesi guru mereka. Sehingga
dapat memperbaharui wawasan, kemampuan, dan kompetensi mereka
melalui pelatihan formal maupun non formal.
e. Menjamin kualitas pendidikan guru dan keberlanjutan pengembangan
profesi. Hal ini dapat dilakukan dengan: a) memperbaiki suplai, dan
keberlanjutan program pengembangan profesi, b) menjamin institusi
pendidikan guru, program pendidikan guru yang relevan dan
berkualitas; c) pemerataan kompetensi guru dan meningkatkan
kolaborasi antar kolega dan masyarakat pengguna pendidikan; d)
63
kepemimpinan sekolah. Menjamin bahwa guru memliki keterampilan
manajerial.
Adapun peran guru dalam pembinaan Kecerdasan Emosional siswa
di Kelas VA MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara sebagaimana
yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
adalah sebagai berikut :
“Guru dalam pembinaan Kecerdasan Emosional siswa terdiri dari
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, kemampuan berempati dan
ketrampilan social”.100
a. Dalam Pembinaan Kesadaran Diri
Dalam pembinaan kesadaran diri siswa langkah yang dilakukan
guru, sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut :
1) Untuk membina kemampuan kesadaran diri para guru menanamkan
pada siswa bahwa Allah mengangkat derajat manusia dengan ilmu
yang dimilikinya sehingga dengan seperti itu akan menumbuhkan
kesadaran diri yang kuat pada siswa untuk rajin menuntut ilmu.
2) Memberikan peraturan bawa antara siswa dan siswi tidak boleh
mengadakan kontak langsung (bercanda kelewatan) antara siswa dan
siswi dilarang melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dengan
alasan bukan muhrim.
3) Selalu menanamkan pada siswa untuk berpegang teguh pada
kebenaran dengan memberikan tauladan-tauladan yang baik,
memberikan pengarahan apa yang seharusnya dilakukan dan yang
tidak baik untuk dilakukan, misalnya melalui pelajaran Akidah
Akhlak, ta’lim mutaalim dan sebagainya.
4) Guru bekerjasama dengan orang tua dan para pengurus pondok
pesantren untuk selalu mengamati perkembangan mereka, dengan
cara mengadakan pertemuan rutin 2 bulan sekali.
5) Mengenali emosi siswa dan membantu siswa menyelesaikan
masalah dengan menemukan solusi. Yang dilakukan guru dalam hal
ini bersangkutan dengan waka kesiswaan yaitu jika ada siswa yang
bermasalah maka diajak berkomunikasi secara langsung, guru
100
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda
01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
64
berusaha menajak siswa terbuka atas masalah yang dihadapi
kemudian memberikan solusi karena tugas guru sebenarnya bukan
hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi lebih cenderung
sebagai orang tua kedua sehingga siswa akan merasa nyaman saat
bersama dengan guru mereka. 101
Hal yang dilakukan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak dalam pembinaan kesadaran diri adalah pertama,
menyuruh siswa untuk selalu sholat berjamaah dengan memberikan
lembar observasi pada siswa yang berisi jadwal sholat berjamaah setiap
waktu yang diberi kolom tanda tangan orangtua. Kedua, bagi siswa yang
bercanda kelewat batas dalam kegiatan pembelajaran diberi sanksi untuk
menulis surah Al-Fatihah sebanyak 10 kali dalam buku masing-masing.
Ketiga, untuk menanamkan pada siswa untuk berpegang teguh pada
kebenaran dengan memberikan tauladan-tauladan yang baik. Ibu Nur
Sa’diyah memberikan tauladan dengan berbicara tidak pernah
berbohong dan sikap disiplin ketika masuk kelas, memberi surat ijin
ketika tidak masuk kelas. Keempat, untuk mengamati mereka di rumah,
Ibu Nur Sa’diyah selalu berkunjung kerumah siswa walaupun setiap
sebulan sekali untuk konsultasi dengan wali murid.
b. Dalam Pembinaan Pengaturan Diri
Peran guru dalam pembinaan pengaturan diri ini sebagaimana
yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak adalah sebagai berikut :
101
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda
01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
65
1) Guru melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran baik
secara fisik, sosial, maupun emosional Dalam hal ini, peran yang
dimainkan guru yaitu melatih siswa untuk selalu aktif dalam
kegiatan belajar mengajar, menanamkan pada siswa sikap pandai
bersosialisasi antar teman, guru, dan sesama, menuntun siswa
pandai dalam menyikapi emosi, mengendalikan dan menggiringnya
ke arah positif.
2) Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam organisasi,
guru mengarahkan siswa untuk latihan memimpin, membangun tim
yang handal, meningkatkan tanggung jawab dan kerjasama, serta
melatih siswa mampu mengatur diri dalam kelompok untuk
bertindak dan melaksanakan tugas dengan maksimal.
3) Dalam pergaulan antar siswa ditanamkan rasa kekeluargaan
sehingga siswa mampu mengatur emosi diri demi terwujudnya
lingkungan sekolah yang menyenangkan. 102
Hal yang dilakukan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak dalam pembinaan Pengaturan Diri adalah penggunaan
metode mengajar yang menyenangkan dengan memberi tugas
membentuk kelompok belajar. Dalam kelompok belajar ada yang
menjadi pemimpin ada yang menjadi anggota sehingga siswa saling
bekerja sama, saling menuntun dan saling menghormati.
c. Dalam Pembinaan Kecakapan Motivasi
Adapun peran guru dalam pembinaan kecakapan emosi ini
sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut :
1) Membangkitkan semangat pada siswa yaitu membangkitkan
semangat dulu dalam diri seorang guru baru kemudian menanamkan
semangat pada siswa, karena jika guru semangat dalam mengajar
secara langsung siswapun akan tertarik pada suasana tersebut, guru
memberikan nasihat bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi seorang
muslim, ilmu akan mengangkat derajat kita, tidak jarang juga guru
102
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda
01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
66
2)
3)
4)
5)
6)
memberikan hadiah dan hukuman pada siswa untuk menumbuhkan
motivasi.
Mengembangkan sifat inisiatif pada siswa untuk selalu melakukan
hal-hal yang baik tanpa disuruh misalnya jika ada tugas dari sekolah
langsung dikerjakan dengan usaha yang maksimal.
Menanamkan pada siswa untuk selalu menghargai waktu yang ada
untuk melakukan hal-hal yang efektif dan efisien.
Dalam mengajar guru memposisikan dirinya sebagai figur yang
tidak hanya menyampaikan ilmu tetapi kadang di suatu saat menjadi
orang tua yang memberikan nasihat-nasihat yang baik dengan cara
yang baik pula sehingga siswa merasakan kondisi yang
menyenangkan di lingkungan sekolah.
Menuntut aktif siswa dalam proses belajar mengajar.
Memberikan kebebasan pada siswa mengeluarkan pendapat,
mengekspresikan apa yang mereka inginkan agar mereka tidak
merasa terpenjara dalam lingkungan madrasah meskipun guru masih
pemantau dan pembimbing agar siswa tetap dalam demokratis yang
masih berada dalam koridor peraturan yang berlaku. 103
Hal yang dilakukan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak dalam Kecakapan Motivasi adalah memberikan nasehat
untuk semangat belajar dengan menceritakan kisah-kisah sahabat Nabi
seperti Utsman Bin Affan, Bilal Bin Rabah dan lain-lain. Selain itu
siswa disuruh untuk membersihkan kantor guru dengan tanpa pamrih.
Serta menyuruh membaca mata pelajaran dari guru lain disaat tidak
masuk kelas.
d. Peran Guru Dalam Pembinaan Kemampuan Berempati
Adapun peran guru dalam pembinaan kemampuan berempati
sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut :
103
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda
01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
67
1) Menumbuhkan sikap empati antar sesama. Yang dilakukan guru
disini dianjurkan pada siswa untuk menyisihkan sebagian saku buat
disedekahkan untuk membantu sesama yang membutuhkan,
kegiatan ini di lakukan seminggu sekali.
2) Mewajibkan siswa untuk saling tolong menolong antar sesama.
3) Mengajarkan untuk selalu menghargai dan menghormati perasaan
orang lain.
4) Mengajarkan pada anak bagaimana bersosialisasi yang baik dengan
masyarakat, misalnya jika ada tetangga di dekat lingkungan sekolah
terkena musibah misalnya kematian maka sebagian siswa di
anjurkan untuk tahlil bersama dan memberikan sedikit bantuan
untuk meringankan beban, dan diharapkan siswa mampu untuk
menjaga tingkah laku yang positif baik di lingkungan madrasah
ataupun lingkungan sosial/masyarakat. 104
Hal yang dilakukan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak dalam Pembinaan Kemampuan Berempati adalah guru
menyuruh siswa ketika istirahat untuk memberikan jajanan kepada
teman lain yang tidak membawa uang jajan. Selain itu guru memberikan
sanksi kepada siswa yang mengganggu teman lain dengan memberi
hukuman membersihkan sampah yang ada dihalaman sekolah.
e. Dalam Pembinaan Kemampuan Ketrampilan Sosial
Adapun peran guru dalam pembinaan kemampuan ketrampilan
sosial sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut :
1) Membangun interaksi dan kerja sama yang positif antara siswa,
melalui organisasi yang ada di lingkungan sekolah.
2) Mengajak siswa untuk menjalin hubungan yang positif dengan
masyarakat sekitar, yaitu dengan memberikan peraturan-peraturan
pada siswa untuk tidak melakukan hal-hal yang negatif yang
meresahkan masyarakat seperti tindakan kriminalitas, seperti
104
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda
01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
68
tawuran, penodongan, pencurian dan lain-lain, sehingga tindak
kriminalitas dari siswa dapat diminimalisir.
3) Menanamkan pada siswa selalu pandai beradaptasi di lingkungan
dimanapun mereka berada, mematuhi norma yang berlaku di
masyarakat.
4) Menumbuh kembangkan sikap yang tidak mudah menyerah untuk
menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan. 105
Hal yang dilakukan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak dalam Pembinaan Kemampuan Ketrampilan Sosial
adalah siswa Kelas VA disuruh saling kerja sama dalam mengepel kelas
sebulan sekali di hari Jum’at dan mempunyai tabungan wisata untuk
persiapan besok diakhir Kelas VAI. Menyuruh siswa untuk berinteraksi
dengan lingkungan misalnya ikut andil dalam kegiatan kerja bakti
lingkungan RT/RW.
2. Hambatan yang Dihadapi Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Anak Didik di Kelas VA MI. Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
Implikasi pembinaan kecerdasan spiritual yang dilakukan oleh para
guru di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015 mampu memberikan porsi yang cukup untuk membentuk
akhlak anak dalam membangun mentalitas dan kepribadian anak, sehingga
muncul
kemandirian,
optimis
dan
berani
dalam
memanfaatkan
kemampuan atau kelemahan yang dimiliki, dengan sifat tersebut
diharapkan tumbuh jiwa yang matang agar tahan dan produktif dalam
menghadapi problem-problem kehidupan.
105
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda
01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
69
Namun, peran guru dalam pembinaan kecerdasan spiritual siswa di
MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015 ternyata berjalan kurang maksimal seperti yang diharapkan
disebabkan adanya kendala-kendala sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur
Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul
Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Sebagai berikut :
“Kendala yang ditemui ketika membina kecerdasan spiritual anak
didik, yaitu terbatasnya waktu pertemuan, tuntutan nilai yang menjadi
patokan dalam nilai ujian, sebagai guru pendidikan umum
menyampaikan dari segi intlektualitas, kecerdasan spiritual yang
tidak permanen dan tidak ada penilaian tertulis secara langsung”. 106
a. Terbatasnya waktu pertemuan
Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara siswa dan guru
sehingga para guru tidak dapat semaksimal mungkin dalam memantau
sikap, tingkah laku, kepribadian, maupun perkembangan siswa itu
sendiri, termasuk di dalamnya kecerdasan emosional dan spiritual
siswa.
b. Tuntutan nilai yang menjadi patokan dalam nilai Raport
Tuntutan nilai yang telah menjadi patokan utama dalam nilai Raport
membuat para guru secara tidak langsung lebih memprioritaskan pada
kecerdasan intelektualitas dari kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual siswa. Diketahui bahwa Nilai yang ditentukan dari Kelompok
106
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda
01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
70
Kerja Madrasah (KKM) kecamatan Pecangaan dari Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak untuk tuntas belajar nilai minimal adalah 75 ini berarti
guru kerja keras di bidang rana kognitif untuk mencapai nilai sebesar
itu. Jadi guru cenderung memprioritaskan IQ dari pada Kecerdasan
spiritual (SQ).
c. Sebagaian
guru
pendidikan
umum
menyampaikan
dari
segi
intlektualitas
Sebagian guru-guru baru yang memiliki background pendidikan umum
lebih mementingkan penyampaian intelektualitas dari pada spiritual.
d. Kecerdasan spiritual yang tidak permanen
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang tidak permanen
sehingga
dalam
pembinaannya
tidak
semudah
kecerdasan
intelektualitas, karena Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan
yang berubah-ubah, terkadang mengalami kenaikan tapi tidak jarang
pula mengalami penurunan yang drastis.
e. Tidak ada penilaian tertulis secara langsung
Tidak adanya penilaian tertulis secara langsung mengenai sejauh mana
kecerdasan emosional dan spiritual siswa sehingga para guru hanya
bisa memantau dan menilai perkembangan Kecerdasan spiritual siswa
melalui sikap mereka sehari hari dan mengadakan kerja sama dan
interaksi terhadap wali murid mengenai perkembangan karakter siswa.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang abstrak sehingga
pengukurannya sangat sulit, tidak seperti IQ yang terkait dengan
71
persoalan-persoalan logis rasional, jadi untuk memberikan penilaian
ESQ adalah dengan memberikan batas-batasan atau peraturanperaturan yang lentur dan sikap atau tingkah laku siswa sehari-hari.
Meskipun banyak kendala-kendala yang dihadapi namun para guru
tetap berusaha keras untuk menyeimbangkan ketiga kecerdasan tersebut
meliputi kecerdasan IQ, EQ, maupun SQ.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas V MI. Matholiul Huda 01
Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
1. Dalam Pembinaan Kesadaran Diri
Pembinaan kesadaran diri pada siswa meliputi : menumbuh
kembangkan kemampuan diri dan kepercayaan diri
yang kuat,
menanamkan kesadaran diri yang kuat pada siswa untuk mengambil
keputusan, menentukan batas-batas peraturan sambil menolong siswa
memecahkan masalah, mengetahui apa yang dirasakan siswa dan selalu
menanamkan sikap sadar diri untuk selalu berpegang teguh pada
kebenaran. Sedangkan
peran
yang telah dilakukan para guru di MI.
Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2014/2015
dalam hal pembinaan kesadaran diri telah berjalan cukup maksimal. Para
guru telah memberikan batasan-batasan dan peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan penumbuhan kesadaran diri pada siswa. Yang meliputi
kepercayaan diri yang kuat, kesadaran diri yang positif serta menanamkan
kesadaran diri untuk selalu berpegang teguh pada kebenaran. Namun
karena alokasi waktu interaksi yang singkat antara guru dan siswa maka
guru bekerjasama dengan orang tua dan para pengurus pondok pesantren
untuk selalu mengamati perkembangan karakter siswa yang didalamnya
meliputi kesadaran diri yang kuat.
72
73
Setelah diadakan observasi dan wawancara bahwa dengan adanya
beberapa peran guru yang telah dilakukan yang berkaitan dengan
pembinaan kesadaran diri, diperoleh hasil yang cukup signifikan, dilihat
dari sikap dan tingkah laku siswa lebih terkendalikan, dengan kata lain
kesadaran diri untuk mematuhi peraturan tumbuh dengan sendirinya.
2. Dalam Pembinaan Pengaturan Diri
Adapun pembinaan pengaturan diri meliputi : mengajarkan pada
anak untuk mampu menangani emosi diri sehingga berdampak positif
terhadap pelaksanaan tugas, melibatkan siswa secara optimal dalam
pembelajaran baik secara fisik, sosial, maupun emosional membiasakan
siswa untuk peka terhadap kata hati diri sendiri yang berpijak pada
berpijak pada kebenaran, melatih siswa mampu menunda kenikmatan,
serta melatih siswa untuk mampu pulih dari tekanan emosi. Merujuk pada
pembinaan kemampuan pengaturan diri hasil dari peran yang telah di
lakukan guru di rasa telah berjalan cukup baik, meliputi pengaturan diri
dalam kelas, pengaturan diri siswa dalam kegiatan organisasi dan
pengaturan diri siswa dalam pergaulan. ini terbukti dari sikap
dan
pergaulan siswa yang menunjukkan sikap positif dan menjunjung tinggi
kekeluargaan
3. Dalam Pembinaan Kecakapan Motivasi
Kecakapan motivasi meliputi : membangkitkan semangat bagi guru
itu sendiri maupun bagi siswa yaitu menggerakkan dan menuntun siswa
untuk selalu semangat dan termotivasi menuju tujuan yang diinginkan
membantu siswa mengambil inisiatif dan bertindak efektif, menciptakan
74
pelajaran yang menyenangkan, dan menyediakan lingkungan yang
kondusif dan demokratis. Namun peran guru di MI. Matholiul Huda 01
Troso Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2014/2015 ini dalam pembinaan
motivasi melakukan peran yang meliputi : membangkitkan semangat pada
siswa dengan terlebih dahulu membangkitkan semangat dalam diri mereka
sendiri, mengembangkan inisiatif pada siswa, menanamkan siswa untuk
selalu menghargai waktu, menuntut aktif siswa dalam proses belajar,
memberikan kebebasan pada siswa mengeluarkan pendapat, dan
mengekspresikan apa yang mereka inginkan. Meskipun peran yang telah
dilakukan guru cukup optimal dalam menggugah motivasi siswa dalam
proses belajar mengajar, namun diperoleh hasil yang kurang maksimal. Ini
dibuktikan dari hasil prestasi siswa secara akademik kurang memuaskan,
karena faktor utama dari pembinaan motivasi terletak pada motivasi dari
guru itu sendiri, namun terkadang tidak dipungkiri bahwa karena ada
masalah intern, menjadikan guru itu terbawa emosi yang menurunkan
semangat diri yang di bawa dalam proses belajar mengajar sehingga secara
tidak langsung siswa pun akan terbawa dalam kondisi tersebut.
4. Dalam Pembinaan Kemampuan Berempati
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pembinaan
kemampuan berempati pada siswa meliputi pengembangan sikap empati
siswa dan merasakan apa yang dirasakan peserta didik, melatih siswa
mampu mengenali emosi orang lain sehingga menumbuhkan sikap empati
pada siswa, menumbuhkan hubungan saling percaya, dan menyelaraskan
diri dengan bermacam macam orang, serta menanamkan sikap peduli
75
terhadap sesama. Sedangkan dalam prakteknya, peran yang telah
dilakukan guru di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tahun
pelajaran 2014/2015 antara lain menumbuhkan sikap empati antar sesama,
mewajibkan siswa untuk saling tolong menolong, mengajarkan siswa
untuk selalu menghargai dan menghormati perasaan orang lain serta
mengajarkan pada siswa bagaimana cara bersosialisasi yang baik dengan
masyarakat.
Dalam menumbuhkan empati, guru telah melakukan usaha yang
cukup optimal, melalui tindakan-tindakan langsung seperti zakat, bantuan
moril pada orang yang membutuhkan, menanamkan sikap saling tolong
menolong dan peduli antar sesama. Sehingga dalam teori dan prakteknya
telah berjalan dengan seimbang.
5. Dalam Pembinaan Kemampuan Ketrampilan Sosial Pada Siswa
Pembinaan kemampuan ketrampilan diri pada siswa difokuskan
pada guru untuk menjadi tauladan dalam menegakkan aturan dan disiplin
dalam pembelajaran maupun dalam hubungan dengan masyarakat, melatih
siswa mampu beradaptasi dengan lingkungan, melatih siswa mampu
berinteraksi dan berhubungan serta bekerjasama yang positif dengan orang
lain, dan yang terakhir seorang guru harus mampu menangani emosi diri
sendiri, cermat membaca situasi dan jaringan sosial. Guru sebagai
konstruktor harus membangun interaksi dan kerjasama yang baik serta
mampu menjalin hubungan yang positif antar guru, siswa, dan masyarakat
sekitar. Adapun peran guru di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara tahun pelajaran 2014/2015 yang berhubungan dengan pembinaan
76
keterampilan sosial, dalam prakteknya sudah berjalan maksimal, karena
kasus-kasus dari para siswa yang berkaitan dengan masalah sosial jarang
ditemui. Terlihat hubungan antara guru dan siswa saling bekerjasama
dengan baik, saling membutuhkan, dan para guru telah mencerminkan
sikap sebagai tauladan yang baik. Adapun peran guru yang dimainkan
meliputi membangun interaksi yang positif antara siswa melalui organisasi
yang ada di lingkungan sekolah,
mengajak
siswa untuk menjalin
hubungan yang positif dengan masyarakat sekitar yaitu dengan
memberikan peraturan- peraturan yang mengikat, menanamkan pada siswa
untuk selalu pandai beradaptasi di lingkungan di manapun mereka berada
dengan mematuhi peraturan yang berlaku, serta menumbuhkembangkan
sikap yang tidak mudah menyerah untuk menghadapi persoalan- persoalan
dalam kehidupan.
B. Analisis Hambatan yang Dihadapi dan Solusi Pemecahan Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas V MI.
Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
Peran guru dalam pembinaan kecerdasan Emosional siswa di MI.
Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2014/2015
ternyata berjalan
kurang maksimal seperti yang diharapkan disebabkan
adanya problema-problema sebagai berikut:
1. Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara siswa dan guru.
77
Alokasi waktu adalah durasi waktu yg digunakan pada waktu proses
pembelajaran itu dimulai sampai berakhirnya proses pembelajaran itu.1
Alokasi waktu pembelajaran PAI di MI. Matholiul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara meliputi mata pelajaran Aqidah Akhlaq, Feqih, dan Al
Qur’an Hadits, masing-masing 2 jam pertemuan setiap minggu merupakan
waktu yang kurang untuk mengembangkan kecerdasan Emosional pada
anak didik karena dalam pengembangannya menitik beratkan pada kajian
praktek bukan teori semata sehingga untuk kajian teori dan praktek
terutama dalam pelaksanaan sholat berjamaah dzuhur membutuhkan
durasi waktu yang cukup lama, dari mengkordinir anak, pelaksanaan
wudlu dan merapikan barisan.
Sebagai solusi pemecahnnya sebaiknya kegiatan waktu istirahat
yang kedua di alokasikan tepat saat tiba waktu Dzhur sehingga dengan
waktu 15 menit saat istirahat dan 5 menit masuk jam terakhir sudah masuk
kelas.
2. Tuntutan nilai yang telah menjadi patokan utama dalam Nilai Raport
Penilaian yang yang digunakan pertama Penilaian Aturan Norma
(PAN) merupakan cara penilaian yang dilakukan dengan mengetahui
kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas artinya
jumlah nilai dari keseluruan siswa dijumlahkan kemudian dibagi jumlah
siswa dalam kelas, dari hasil tersebut guru dapat mengetahui hasil belajar
dari materi yang disampaikan. Kedua menggunakan Penilaian Acuan
1
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan KTSP dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 119.
78
Patokan (PAP) adalah cara penilaian yang sangat bergantung pada soalsoal tes yang dikuasai oleh siswa. Nilai tertinggi di kelas akan terlihat dari
seberapa banyak jumlah soal yang dapat dijawab dengan tepat oleh peserta
didik.2
Nilai PAN atau PAP pada pembelajaran PAI yang ada di MI.
Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara yang menjadi batas Standar
Ketuntasan Minimal (SKM) adalah 70.00.
Tuntutan nilai yang menjadi patokan dalam mata pelajaran PAI
membuat guru mau tidak mau harus membuat standar batas nilai minimal
(SKM). Terhadap nilai yang kurang harus dikatrol sampai batas nilai
SKM padahal dari nilai afektif dan kognitif yang didapat kurang
memenuhi persyaratan.
Untuk pemecahan masalah tersebut guru melakukan remedial atau
melakukan tes kembali untuk mengangkat nilai kurang tersebut selain itu
guru mempunyai buku catatan dalam nilai afektif siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Sebagian guru yang memiliki background pendidikan umum lebih
mementingkan penyampaian intelektualitas.
Penyampaian
materi
mata
pelajaran
Umum
tentunya
lebih
mementingkan segi rana kognitif saja karena isi materi tidak menyangkut
pembinaan kecerdasan Emosional. Sebagai solusi pemecahnnya adalah
walaupun materi yang disampaian tidak berisi materi yang menyangkut
2
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algesindo,
2008), hlm. 115.
79
pembinaan kecerdasaan Emosional tetapi sebagai guru harus memberi
tauladan yang baik pada anak, misalnya guru mapel Umum mau
mengikuti kegiatan berjamaah sholat dzuhur sebagai realisasi tauladan
pada siswa.
4. Kecerdasan Emosional merupakan kecerdasan yang tidak permanen
Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk memberi makna
ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan
pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif),
dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip “hanya
karena Allah”.3
Kecerdasan Emosional memang tidak permanent, kondisi ibadah
siswa MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara pasang surut
kadang disiplin dan terkadang lemah.
Sebagai solusi pemecahan guru bekerja sama dengan orang tua wali
murid untuk memperhatikan kondisi Emosional anak dengan memberikan
bimbingan dan arahan dalam melakukan ibadah dan selalu mengontrol
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di
rumah.
5. Tidak adanya penilaian tertulis secara langsung.
Test tertulis yaitu sekumpulan item pertanyaan atau pernyataan
yang direncanakan guru maupun para evaluator sistematis yang tertulis
3
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,
(Jakarta: Penerbit Arga, 2001), hlm. 57.
80
baik pertanyaannya maupun jawabannya guna memperoleh informasi
tentang hasil belajar siswa. 4
Dalam penilaian pengamalan ibadah, yaitu jamaah sholat dzuhur,
istighotsah dan baca al qur’an sebelum pembelajaran jam pertama di MI.
Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tidak ada penilaian tertulis
dalam buku nilai karena dalam penilaian KTSP lebih mementingkan
penilaian kognitif saja tanpa memberikan penilaian afektif sehingga anak
kurang bersemangat dalam mengamalkan ibadah tersebut.
Sebagai solusi pemecahannya guru mempunyai buku catatan
semacam anekdot tentang catatan peristiwa yang dialami anak di sekolah
serta mencatat perilaku anak dalam buku tersebut serta memberikan
penilaian tersendiri untuk catatan pribadi. Apalagi nanti dalam penerapan
kurikulum 2013 penilaian sudah mencakup rana kognitif, afektif dan
psikomorik.
Adapun catatan mengenai peristiwa yang dialami siswa ada dua
Model jurnal yaitu sebagai berikut :
a. Jurnal Model Pertama
Jurnal catatan guru model pertama ini disusun dengan
menuliskan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh peserta didik yang
merupakan kekuatan ataupun kelemahannya dalam keterkaitannya
dengan kompetensi inti. Jurnal dibuat dalam kartu yang berbeda setiap
4
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Oprasionalnya, (Jakarta:Bumi Aksara,
2009),hlm. 93.
81
siswanya. Satu siswa ditulis dalam satu kartu. Kartu-katu itu
dikumpulkan dalam satu folder jurnal.
Format jurnal catatan guru model pertama ini adalah sebagai
berikut:
JURNAL
Nama Peserta Didik : ..................
Nomor Absen Peserta Didik : ..................
Tanggal : ..................
Aspek yang diamati : ..................
Kejadian : ..................
Guru :
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
b. Jurnal Model Kedua
Sama seperti halnya pada jurnal model pertama, jurnal model
kedua juga disusun dengan menuliskan peristiwa-peristiwa yang
dialami oleh peserta didik yang merupakan kekuatan ataupun
kelemahannya dalam keterkaitannya dengan kompetensi inti. Setiap
siswa juga mendapat masing-masing bagian jurnal untuknya. Yang
membedekannya dari jurnal model pertama hanyalah formatnya.
Berikut adalah format untuk jurnal model kedua:
82
JURNAL
Nama Peserta Didik : ..................
Aspek yang diamati : ..................
No
.
Hari/tanggal
Kejadian
Keterangan/tindak
lanjut
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh serta hasil analisis dari penelitian
yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Perkembangan Kecerdasan emosional
di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015 adalah meliputi pembinaan kesadaran diri dengan langkah
pembinaan kesadaran diri, pembinaan pengaturan diri, pembinaan
motivasi, pembinaan berempati dan pembinaan ketrampilan social.
2. Hambatan
yang
Dihadapi
dan
solusi
pemecahannya
dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas
VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015 adalah terbatasnya waktu pertemuan, tuntutan nilai yang
menjadi patokan dalam nilai Raport, sebagai guru pendidikan umum
menyampaikan dari segi intlektualitas, kecerdasan spiritual yang tidak
permanen dan tidak ada penilaian tertulis secara langsung. Sebagai solusi
pemecahannya adalah guru melakukan kegiatan ekstra kurikuler diluar jam
belajar sekolah, melakukan remedial, guru memberikan surai tauladan
yang baik dengan memberikan perhatian dan bimbingan dan mencatat
perilaku siswa dalam buku anekdot.
83
84
B. Saran
1. Lembaga
Bagi lembaga pendidikan, diharapkan dapat memberikan perhatian yang
khusus terhadap aspek-aspek dan nilai-nilai peningkatan kecerdasan
spiritual siswa
2. Guru
Kepada para pendidik (guru) di harapkan untuk mampu meningkatkan tiga
kecerdasan baik kecerdasan inteligen (otak), kecerdasan emosional
maupun kecerdasan spiritual secara seimbang. Seorang guru harus
menampakkan dan menjalankan figur yang tidak hanya mengajar (transfer
of knowledge) tetapi juga harus mendidik dengan mentransfer nilai-nilai
budi pekerti atau akhlak yang baik.
3. Siswa
Siswa hendaknya melakukan kegiatan ibadah setiap hari dengan giat
sholat berjama’ah dan ibadah yang lain sebagai realisasi ilmu yang
didapat dari guru.
C. Kata Penutup
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan kekuatan, hidayah dan taufik-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dan tak lupa shalawat serta salam
selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa meskipun dalam proses penulisan ini telah
berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan tidak lepas dari
85
kesalahan dan kekeliruan, hal itu semata-mata merupakan keterbatasan ilmu
dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan
yang akan datang untuk mencapai kesempurnaan,
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta menambah
khazanah pemikiran pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasyimy, Ahmad, Sayyid, Mukhtaar Ahaadits An-Nabawiyah AlMuhammadiyyah wal Hikam, (Semarang: CV Thoha Putra, t.thlm)
Arifin, Muzayin , Kapita Selekta Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta :PT,Bumi
Aksara,2003)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Rineka
Cipta, Jakarta, 1993)
Bahasa, Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005)
Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam, GBPP Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah, Jakarta,
1997/1998
DEPAG RI, Metodologi Pendiidkan Agama Islam ,(Jakarta, Dirjen P&K, 2001)
Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi,
(Gramedia, Jakarta, 2000)
Ginanjar, Agustian, Ary, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan
Spiritual(ESQ), (Jakarta:Arga Wijaya Persada, 2001)
Hadi,Sutrisno, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta : Andi Offset, 1990)
, Metodologi Research Jilid II,( Yogyakarta : Andi Offset, 1992)
Hadi, Amirul, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998)
Hurlock, Elizabeth B, Perkembangan Anak, Jilid I, (Erlangga, : Jakarta, 1978)
Irmayani, Makalah Macam-Macam Pengaturan Diri (Self Regulation) http://
Pengaturan Diri (Self Regulation).wordpress.com (diakses pada
tanggal 22 September 2011)
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Pustaka Pelajar Offset:Yogyakarta, 2001)
Makalah Rosyid, Kompetensi Kepribadian Sosial, diunggah hari Kamis tanggal
12 Juni 2011 jam 11.30 WIB
http://www.rosyid.info/2009/10/kompetensi-kepribadian-sosialdan.html
Mujamma’
Al Mali Fahd, Al Qur’an Dan
Arabiyyah:Madinah Munawwaroh1415H)
Terjemahnya,
(Saudi
Mukarromah, Model Pembelajaran Humanistik Pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak Untuk Bimbingan Kecerdasan Emosional Studi Kasus di Kelas
X MA Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara. Skripsi Jepara :
Fakultas Tarbiyah, UNISNU Jepara 2014
Makalah Rosyid, Kompetensi Kepribadian Sosial, diunggah hari Kamis tanggal
12 Juni 2011 jam 11.30 WIB
http://www.rosyid.info/2009/10/kompetensi-kepribadian-sosialdan.html
Mujamma’ Al Mali Fahd, Al Qur’an Dan
Arabiyyah:Madinah Munawwaroh1415H)
Terjemahnya,
(Saudi
Nafis, Muhammad, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Spiritual (ESQ) Anak Didik di SMPN 1 Kedung kabupaten Jepara.
Skripsi Jepara : Fakultas Tarbiyah, INISNU Jepara 2012
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru
Algesindo Offset, 1989)
Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya)
Sukmadinata, Syaodih, Nana, Landasan
,(Bandung:Rosda Karya, 2004)
Psikologi
Proses
Pendidikan
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010)
Sugiyono, Metode Peneltian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, 2006)
Sukardi, Metodologi Peneltian Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008)
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta :
LP3ES,1986)
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian,( Jakarta : PT. Radja Grafindo
Persada, 1988)
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta :PT Raja
Grafindo Persada, 1996)
Shaleh, Rachman, Abdul, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta :
Gemawindu Pancaperkasa, 2000)
Tim MGMP Aqidah Akhlak, Modul Aqidah Akhlak Untuk MTs Kelas VIII
Semester II, (Jepara:LP Ma’arif NU, 2012)
Undang-undang RI No 14 tahun 2005, (Semarang: Duta Nusindo, 2005)
UU Sisdiknas, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, (Jakarta : Sinar Grafika,
2007)
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta:Ando Ofset, 2004)
Usriyah, Rokhatul. Pengaruh Peranan Guru PAI Terhadap Pembentukan
Kecerdasan Emosional Siswa di SMAN I Welahan Jepara, Skripsi
Jepara:Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: RIFA’I
NIM
: 131310001366
Tempat, Tgl Lahir
: Jepara, 13 Juni 1966
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Alamat
: Ds. Troso Rt. 01 Rw. 02 Pecangaan Jepara
Pendidikan Formal
:
1. MI. Matholiul Huda Troso Pecangaan Jepara Lulus Tahun 1978/1979.
2. MTs. Walisongo Pecangaan Jepara Lulus Tahun 1981/1982.
3. PGAN Kudus Lulus Tahun 1984/1985
Jepara, 29 April 2015
Peneliti
RIFA’I
Lampiran I
:
Instrumen Wawancara Kepala MI Matholi’ul Huda 01
Troso Pecangaan Jepara
Lampiran II
:
Instrumen Wawancara Guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara
Lampiran III
:
Hasil Wawancara Kepala MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara
Lampiran IV
:
Hasil Wawancara Guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara
Lampiran VII
:
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran VIII
:
Daftar Riwayat Hidup Penulis
INSTRUMEN WAWANCARA
KEPALA MI MATHOLI’UL HUDA 01 TROSO PECANGAAN JEPARA
1. Bagaimana sejarah berdirinya MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara?
2. Bagaimanakah letak geografis MI Matholi’ul Huda 01Troso Pecangaan
Jepara?
3. Bagaimanakah visi misi MI Matholi’ul Huda 01Troso Pecangaan Jepara ?
4. Bagaimanakah keadaan sarana prasarana di MI Matholi’ul Huda 01Troso
Pecangaan Jepara ?
5. Bagaimanakah kurikulum yang digunakan dalan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran ?
INSTRUMEN WAWANCARA
GURU AQIDAH AKHLAK MI MATHOLI’UL HUDA 01TROSO
PECANGAAN JEPARA
1. Bagaimanakah peran guru dalam pembinaan Kecerdasan Emosional siswa di
Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan?.
2. Bagaimanakah peran guru dalam Pembinaan Kesadaran Diri di Kelas V MI.
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?.
3. Bagaimanakah peran guru dalam Pembinaan Pengaturan Diri di Kelas V MI.
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?.
4. Bagaimanakah peran guru Pembinaan Kecakapan Motivasi di Kelas V MI.
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?.
5. Bagaimanakah peran guru Dalam Pembinaan Kemampuan Berempati di Kelas
V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015?.
6. Bagaimanakah peran guru Dalam Pembinaan Kemampuan Ketrampilan Sosial
di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015?.
7. Apakah Hambatan yang Dihadapi Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Anak Didik di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
UNISNU JEPARA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
LEMBAR PENILAIAN BIMBINGAN SKRIPSI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNISNU JEPARA
Setelah kami melakukan proses bimbingan skripsi secara cermat dan teliti, maka draf skripsi
mahasiswa tersebut dibawah ini :
Nama
:
Siti Halimah
NIM / NIRM
:
227137
Tempat, Tgl. Lahir
:
Jepara, 01 Januari 1989
Alamat
:
Ds. Lebuawu Rt.05/01 Pecangaan Jepara
Judul Proposal
:
Implementasi Metode Pemberian Tugas Rumah Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas
VII MTs. Al Hidayah Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran
2012/2013
Telah kami berikan nilai bimbingan dengan nilai sebagai berikut :
Nilai
Huruf
Angka
Keterangan
Demikian dan harap maklum.
Jepara,
Nopember 2013
Dosen Pembimbing,
WAWANCARA
KEPALA MI MATHOLI’UL HUDA 01 TROSO PECANGAAN JEPARA
Nama
: Misbahul Anam, S.Pd.I
Jabatan
: Kepala MI Matholi’ul Huda 01
Hari
: Selasa
Tanggal
: 05 Januari 2015
Waktu
: 08.30 – 09.15
T
: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
J
: wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
T
: sebelumnya minta maaf mengganggu sebentar, saya mau minta
waktunya sebentar, bagaimana pak ?
J
: ya… tidak apa-apa, saya lagi punya waktu luang
T
: saya mau interview dengan Bapak terkait dengan penelitian saya tentang
Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
Anak Didik di Kelas V MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
J
: ya… boleh Pak silakan !
T
: Bagaimana sejarah berdirinya MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara ?
J
: Sejarah berdirinya MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
adalah MI Matholi’ul Huda 01, sebagai pengelola MI Matholi’ul Huda
01. Pembentukan Yayasan dimulai pada tanggal 02 Maret 1947 yang
diawali dengan pembentukan Tim 3 yang beranggotakan antara lain
K.H. Ali Ahsan, Noor Hadi Djoefri, H. Ahmad Syamsuri. Dalam rapat
Tim 9 inilah disepakati tentang penetapan susunan pengurus Yayasan
dan Pendirian MI Matholi’ul Huda 01 dan tokoh masyarakat lain yang
tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
T
: Bagaimanakah letak geografis MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara ?
J
: MI. Matholi’ul Huda 01 adalah madrasah yang terletak di pedesaan yang
masyarakatnya modernisasi sebagian masyarakat bertani, wirausaha,
buruh, pegawai dan lain sebagainya yang tidak mungkin kami sebutkan
satu persatu. Letak madrasah di berbatasan di sebelah utara berbatasan
dengan jalan raya Bugel-Pecangaan, sebelah Barat dengan pemukiman
penduduk, sebelah Selatan dengan pemukiman penduduk, sedangkan
sebelah Timur berbatasan dengan Jalan masuk gang dan pemukiman
penduduk. Dilhat dari letak geografi MI. Matholi’ul Huda 01 Troso
memiliki letak yang strategis untuk belajar karena dapat dijangkau
dengan mudah karena dekatnya dengan jalan raya yang mempunyai luas
tanah 3531 M2 yang beralamatkan di Jalan Troso Bugel Pecangaan
Jepara
T
: Bagaimanakah visi misi MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara?
J
: Visinya adalah Melaksanakan pendidikan islam dan bimbingan secara
utuh jasmani dan rohani, sehingga setiap siswa berkembang secara
optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.Menumbuhkan semangat
dan nilai-nilai keislaman secara intensif kepada seluruh warga madrasah.
Dan Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dirinya,
sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
T
: Bagaimanakah keadaan sarana prasarana di MI Matholi’ul Huda 01
Troso Pecangaan Jepara ?
J
: MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara sebagai lembaga
pendidikan
memiliki
sarana
dan
prasarana
sebagai
penunjang
keberhasilan belajar mengajar. Adapun sarana dan prasarana tersebut
dapat dilihat pada table 3.4 dan 3.5 dibab III dengan kondisi baik.
T
: Bagaimanakah kurikulum yang digunakan dalan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran ?
J
: dalam menyelenggarakan pendidikan menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan ( KTSP ) yang Mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional yang
terdiri dariDalam standar pendidikan nasional terdiri atas 8 isi. Dua
diantaranya dari kedelapan standar nasional tersebut adalah Standar Isi (
SI ) dan Standar Kompetensi Kelulusan ( SKL ) yang disusun oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ), Kementerian Agama (
Kemenag ) dengan penekanan pada bidang ilmu keagamaan
T
: cukup sampai di sini pak. Saya ucapkan terima kasih atas semuanya?
J
: ya… sama-sama.
T
: Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
J
: Wa’alaikum Salam warahmatullahi wabarakatuh
WAWANCARA
GURU MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK MI MATHOLI’UL HUDA 01
TROSO PECANGAAN JEPARA
Nama
: Nur Sa’diyah, S.Ag
Jabatan
: Guru Mata Aqidah Akhlak Kelas V MI Matholi’ul Huda 01
Hari
: Selasa
Tanggal
: 05 Januari 2015
Waktu
: 08.30 – 09.15
T
: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
J
: wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
T
: sebelumnya minta maaf mengganggu sebentar, saya mau minta
waktunya sebentar, bagaimana Bu ?
J
: ya… tidak apa-apa, saya lagi punya waktu luang
T
: saya mau interview dengan Ibu terkait dengan penelitian saya tentang
Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
Anak Didik di Kelas V MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015.
J
: ya… boleh Pak silakan !
T
: Bagaimanakah peran guru dalam pembinaan Kecerdasan Emosional
siswa di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan?
J
: Guru dalam pembinaan Kecerdasan Emosional siswa terdiri dari
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, kemampuan berempati dan
ketrampilan social.
T
: Bagaimanakah peran guru dalam Pembinaan Kesadaran Diri di Kelas V
MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015?
J
: Untuk membina kemampuan kesadaran diri para guru menanamkan
pada siswa bahwa Allah mengangkat derajat manusia dengan ilmu yang
dimilikinya sehingga dengan seperti itu akan menumbuhkan kesadaran
diri yang kuat pada siswa untuk rajin menuntut ilmu. Memberikan
peraturan bawa antara siswa dan siswi tidak boleh mengadakan kontak
langsung (bercanda kelewatan) antara siswa dan siswi
dilarang
melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dengan alasan bukan muhrim.
Selalu menanamkan pada siswa untuk berpegang teguh pada kebenaran
dengan
memberikan
tauladan-tauladan
yang
baik,
memberikan
pengarahan apa yang seharusnya dilakukan dan yang tidak baik untuk
dilakukan, misalnya melalui pelajaran Akidah Akhlak, ta’lim mutaalim
dan sebagainya. Guru bekerjasama dengan orang tua dan para pengurus
pondok pesantren untuk selalu mengamati perkembangan mereka,
dengan cara mengadakan pertemuan rutin 2 bulan sekali.
Mengenali emosi siswa dan membantu siswa menyelesaikan masalah
dengan menemukan solusi. Yang dilakukan guru dalam hal ini
bersangkutan dengan
waka kesiswaan yaitu jika ada siswa yang
bermasalah maka diajak berkomunikasi secara langsung, guru berusaha
menajak siswa terbuka atas masalah yang dihadapi kemudian
memberikan solusi karena tugas guru sebenarnya bukan hanya
mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi lebih cenderung sebagai orang
tua kedua sehingga siswa akan merasa nyaman saat bersama dengan
guru mereka
T
: Bagaimanakah peran guru dalam Pembinaan Pengaturan Diri di Kelas V
MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015?
J
: Guru melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran baik secara
fisik, sosial, maupun emosional Dalam hal ini, peran yang dimainkan
guru yaitu melatih siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, menanamkan pada siswa sikap pandai bersosialisasi antar
teman, guru, dan sesama, menuntun siswa pandai dalam menyikapi
emosi, mengendalikan dan menggiringnya ke arah positif. Melalui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam organisasi, guru
mengarahkan siswa untuk latihan memimpin, membangun tim yang
handal, meningkatkan tanggung jawab dan kerjasama, serta melatih
siswa mampu mengatur diri dalam kelompok untuk bertindak dan
melaksanakan tugas dengan maksimal. Dalam pergaulan antar siswa
ditanamkan rasa kekeluargaan sehingga siswa mampu mengatur emosi
diri demi terwujudnya lingkungan sekolah yang menyenangkan.
T
: Bagaimanakah peran guru Pembinaan Kecakapan Motivasi di Kelas V
MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015?
J
: Membangkitkan semangat pada siswa yaitu membangkitkan semangat
dulu dalam diri seorang guru baru kemudian menanamkan semangat
pada siswa, karena jika guru semangat dalam mengajar secara langsung
siswapun akan tertarik pada suasana tersebut, guru memberikan nasihat
bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi seorang muslim, ilmu akan
mengangkat derajat kita, tidak jarang juga guru memberikan hadiah dan
hukuman pada siswa untuk menumbuhkan motivasi. Mengembangkan
sifat inisiatif pada siswa untuk selalu melakukan hal-hal yang baik tanpa
disuruh misalnya jika ada tugas dari sekolah langsung dikerjakan dengan
usaha yang maksimal. Menanamkan pada siswa untuk selalu menghargai
waktu yang ada untuk melakukan hal-hal yang efektif dan efisien.
Dalam mengajar guru memposisikan dirinya sebagai figur yang tidak
hanya menyampaikan ilmu tetapi kadang di suatu saat menjadi orang tua
yang memberikan nasihat-nasihat yang baik dengan cara yang baik pula
sehingga siswa merasakan kondisi yang menyenangkan di lingkungan
sekolah. Menuntut aktif siswa dalam proses belajar mengajar.
Memberikan
kebebasan
pada
siswa
mengeluarkan
pendapat,
mengekspresikan apa yang mereka inginkan agar mereka tidak merasa
terpenjara dalam lingkungan madrasah meskipun guru masih pemantau
dan pembimbing agar siswa tetap dalam demokratis yang masih berada
dalam koridor peraturan yang berlaku.
T
: Bagaimanakah peran guru Dalam Pembinaan Kemampuan Berempati di
Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015?
J
: Menumbuhkan sikap empati antar sesama. Yang dilakukan guru disini
dianjurkan pada siswa untuk menyisihkan sebagian saku buat
disedekahkan untuk membantu sesama yang membutuhkan, kegiatan ini
di lakukan seminggu sekali. Mewajibkan siswa untuk saling tolong
menolong antar sesama. Mengajarkan untuk selalu menghargai dan
menghormati perasaan orang lain. Mengajarkan pada anak bagaimana
bersosialisasi yang baik dengan masyarakat, misalnya jika ada tetangga
di dekat lingkungan sekolah terkena musibah misalnya kematian maka
sebagian siswa di anjurkan untuk tahlil bersama dan memberikan sedikit
bantuan untuk meringankan beban, dan diharapkan siswa mampu untuk
menjaga tingkah laku yang positif baik di lingkungan madrasah ataupun
lingkungan sosial/masyarakat.
T
: Bagaimanakah peran guru Dalam Pembinaan Kemampuan Ketrampilan
Sosial di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014/2015?
J
: Membangun interaksi dan kerja sama yang positif antara siswa, melalui
organisasi yang ada di lingkungan sekolah. Mengajak siswa untuk
menjalin hubungan yang positif dengan masyarakat sekitar, yaitu dengan
memberikan peraturan-peraturan pada siswa untuk tidak melakukan halhal yang negatif yang meresahkan masyarakat seperti tindakan
kriminalitas, seperti tawuran, penodongan, pencurian dan lain-lain,
sehingga
tindak
kriminalitas
dari
siswa
dapat
diminimalisir.
Menanamkan pada siswa selalu pandai beradaptasi di lingkungan
dimanapun mereka berada, mematuhi norma yang berlaku di
masyarakat. Menumbuh kembangkan sikap yang tidak mudah menyerah
untuk menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan.
T
: Apakah Hambatan yang Dihadapi Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Anak Didik di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
J
: Kendala yang ditemui ketika membina kecerdasan spiritual anak didik,
yaitu terbatasnya waktu pertemuan, tuntutan nilai yang menjadi patokan
dalam nilai ujian, sebagai guru pendidikan umum menyampaikan dari
segi intlektualitas, kecerdasan spiritual yang tidak permanen dan tidak
ada penilaian tertulis secara langsung.
T
: cukup sampai di sini Bu. Saya ucapkan terima kasih atas semuanya?
J
: ya… sama-sama.
T
: Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
J
: Wa’alaikum Salam warahmatullahi wabarakatuh
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
“ MTs. AL HIDAYAH”
Desa Langon Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara
REKOMENDASI RESEARCH
No. : 011 / MTs. A.H/ 16 / 06 / 2013
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Yang bertanda tangan dibawah ini kami sebagai Kepala MTs. Al Hidayah
Langon Tahunan Jepara, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Mahasiswa
tersebut dibawah ini :
Nama
: Siti Halimah
NIM
: 227137
Progdi
: S.1/Tarbiyah
Judul
: Implementasi
Metode
Pemberian
Tugas
Rumah
Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak Siswa Kelas VII MTs. Al Hidayah Langon
Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2012/2013
Nama tersebut diatas benar-benar telah melaksanakan research untuk
menyusun skripsi di MTs. Al Hidayah Langon Tahunan Jepara mulai tanggal 14
Juni sampai dengan 14 Juli Tahun Pelajaran 2013.
Dengan demikian kepada yang bersangkutan untuk bisa menjadikan
periksa dan maklum adanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jepara, 16 Juni 2013
Kepala MTs. Al Hidayah Langon
ALI MIFTAH, S. Ag
Download