siaran pers - World Bank Group

advertisement
SIARAN PERS
Kantor Perwakilan Bank Dunia, Jakarta
Gedung Bursa Efek Jakarta
Menara 2, Lantai 12
Mr. Mohamad Al-Arief – Bank Dunia
(021) 5299-3084
[email protected]
Mr. Aries Nugroho – Kemitraan
(021) 390-2566,
[email protected]
INDONESIA PADA TITIK KRITIS DALAM PERANGNYA MELAWAN KORUPSI
LAPORAN TERBARU MENGGAGAS KERANGKA UNTUK REFORMASI ANTI-KORUPSI
SERTA UNTUK MENJAGA PINJAMAN PEMBANGUNAN
Jakarta, 20 Oktober 2003- Sebuah laporan Bank Dunia yang diluncurkan hari ini
mendorong Indonesia untuk semakin memperbaiki kemajuan yang telah dicapai menuju
masyarakat yang lebih terbuka dan perekonomian yang lebih stabil dengan memerangi
korupsi yang sistemik melalui peningkatan akuntabilitas dan transparansi. Laporan itu
mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
pembaharuan di tingkat lokal guna meningkatkan partisipasi publik dalam pencetusan
dan pengawasan kebijakan serta program pembangunan. Laporan yang bertajuk
“Memerangi Korupsi di Indonesia: Memperkuat Akuntabilitas untuk Pembangunan”
merupakan masukan yang penting bagi Strategi Asistensi Bank Dunia untuk Indonesia
pada tahun fiskal 2004-2007, yang akan diluncurkan akhir tahun ini. Laporan ini meneliti
penyebab lemahnya akuntabilitas publik dengan melihat secara rinci akar masalah dan
modus praktek korupsi pada berbagai sektor dan proses.1
“Seperti yang dialami banyak mitra Indonesia dan internasional kami, setiap hari kami
menghadapi tantangan korupsi dalam berbagai aspek tugas kami dan berusaha untuk
memilih serta merancang disain proyek guna mendukung pembangunan yang
berintegritas,” menurut Andrew Steer, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia.
“Laporan ini menjabarkan apa yang kami dan para mitra kami pelajari tentang korupsi
guna menjadi masukan terhadap Strategy Asistensi kami yang memfokuskan pada upaya
menghadapi korupsi dan memperbaiki integritas. Semoga para individu berani di
Indonesia yang selama ini terlibat langsung dalam upaya meningkatkan akuntabilitas,
secara khusus kepada para anggota Komisi Anti-Korupsi, akan menganggap laporan ini
bermanfaat.”
Laporan ini mengatakan bahwa kondisi transisi di Indonesia saat ini menyebabkan
sulitnya mengembangkan dan menerapkan strategi yang komprehensif untuk memerangi
korupsi. Dalam situasi perubahan yang terus-menerus seperti saat ini membuat ketentuan
tak tertulis dan sistem insentif yang salah untuk berkembang, sedangkan ketentuan
1
Sistem pengeluaran publik dan pengelolaan keuangan, pengadaan, hubungan fiskal antar-pemerintah,
sektor keuangan, kehutanan, dan prasarana, serta sistem peradilan dan kepegawaian.
1
tertulis justru belum kuat implementasinya. Interes pribadi masih dominan, penegakan
hukum masih lemah, dan kemampuan negara untuk menerapkan program yang
terintegrasi untuk melawan korupsi masih terbatas. Namun laporan ini juga menyatakan
bahwa keadaan seperti sekarang dapat memberi kesempatan pencarian solusi melalui
inisiatif-inisiatif di tingkat lokal atau sektor dengan komitmen yang tulus bagi
pembaharuan tata pemerintahan.
H.S. Dillon, Direktur Eksekutif Kemitraan untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan
di Indonesia, menambahkan, “Kemitraan bekerja di berbagai tingkatan dan bidang
untuk memerangi korupsi, dan melalui laporan ini, dimana kita berkolaborasi secara
erat, merupakan kontribusi yang penting bagi tugas kita ke depan."
Laporan ini menyarankan pendekatan dua jalur dalam menangani masalah korupsi:
“Pertama adalah untuk memperkuat tuntutan akan pembaharuan di tingkat lokal. Kedua
adalah bagi pemerintah pusat untuk mengusahakan program pembaharuan inti guna
menciptakan iklim yang memungkinkan untuk mencari solusi-solusi lokal.”
Solusi-solusi lokal: Pengalaman Bank Dunia dengan Program Pengembangan
Kecamatan menunjukan bagaimana masyarakat lokal dapat diberdayakan untuk aktif
melakukan perencanaan dan pengawasan di wilayah mereka masing-masing, dimana
kemudian tercipta pengawasan internal terhadap penyalahgunaan dana pembangunan. Di
tingkat kabupaten, kompetisi untuk mendapatkan investasi, persaingan politik, dan
tekanan dari bawah yang semakin besar menciptakan kesempatan untuk pembaharuan
tata pemerintahan di berbagai daerah. Desentralisasi juga menciptakan peluang bagi
masyarakat lokal untuk mengelola pelayanan publik dan memanfaatkan sumber daya
alam secara lebih transparan dan efisien. Semua peluang baik ini perlu dimanfaatkan.
Pembaharuan inti di tingkat Pusat: Laporan ini menyimpulkan enam usulan kebijakan
dasar berdasarkan analisanya tentang korupsi di berbagai sektor dan proses yang perlu
dijadikan program pembaharuan inti di tingkat Pusat.
•
•
Pembaharuan pembiayaan kampanye politik: Jika ini tidak dilakukan, biaya
yang tinggi dan regulasi yang lemah dalam pembiayaan kampanye politik akan
terus menjadi pendorong korupsi di Indonesia. Laporan ini mengusulkan upaya
untuk menciptakan arena permainan yang lebih datar, mengacu pada pengalaman
baik di negara-negara lain yang mencakup ketentuan pemberian anggaran untuk
mendanai sebagian biaya kampanye, pengurangan biaya kampanye pemilihan
umum dengan memberikan alokasi waktu yang sama di TV dan radio tanpa
dimungkinkan tambahan waktu, dan pelarangan pemanfaatan fasilitas negara
untuk keperluan politik.
Memperkuat para penjaga akuntabilitas: Empat institusi utama yang berperan
penting dalam menjaga akuntabilitas, yaitu Bank Indonesia, Komisi Pemilihan
Umum, Bepeka dan Mahkamah Agung, perlu lebih diperkuat. Diperlukan
individu yang mempunyai integritas dan kompetensi yang tinggi untuk memimpin
lembaga-lembaga ini, yang secara otonom melakukan tugasnya dengan bebas dari
2
campur tangan pihak eksekutif dan legislatif, serta mempunyai dana yang cukup
untuk melakukan tugasnya
Pendanaan pelayanan publik yang cukup: Banyak lembaga yang bertugas
memberikan pelayanan publik dengan pendanaan yang terbatas, sehingga
memaksa melakukan upaya informal untuk menggalang dana ‘diluar anggaran’.
Pendanaan yang cukup bagi lembaga-lembaga penyedia pelayanan publik
sangatlah penting.
Pembenahan peraturan yang tumpang tindih: Pembaharuan dan rasionalisasi
serangkaian ketentuan yang justru menghambat sangatlah penting jika ingin
mengurangi pemungutan informal.
Menghilangkan kekebalan hukum: Kegagalan untuk menghukum para koruptor
akan memberikan insentif yang besar bagi kelangsungan praktek korupsi. Laporan
ini menyarankan perlunya upaya lebih agar Komisi Anti-Korupsi yang baru
mempunyai mandat yang kuat. Hal ini antara lain melalui pemilihan anggotanya
yang terdiri dari individu terbaik melalui proses yang secara umum kredibel dan
transparan, pendanaan yang cukup, kerjsama yang penuh dari Kepolisian dan
Kejaksaan Agung, serta mempunyai program kerja yang selektif dan strategis.
Meningkatkan transparansi: Transparansi adalah senjata yang paling ampuh
bagi kekuatan yang hendak memerangi korupsi. Akses yang mudah terhadap
informasi serta didukung oleh ketentuan hukum yang jelas, termasuk undangundang keterbukaan informasi, sangatlah direkomendasikan.
•
•
•
•
“Untuk semua ini berjalan dengan baik”, menurut Sarwar Lateef, penulis utama
laporan ini, “sangat memerlukan kepemimpinan yang kuat, bukan hanya dari
pemerintah, tapi dari berbagai elemen masyarakat. Perang terhadap korupsi terlalu
penting untuk hanya diserahkan kepada pemerintah”. Laporan ini menyimpulkan bahwa
pilihan yang dihadapi para pemimpin di Indonesia sangatlah jelas. Kegagalan untuk
bertindak sekarang dapat mungkin mempengaruhi stabilitas Indonesia secara jangka
panjang. Namun sebaliknya, upaya pembaharuan yang bertekad dan berkelanjutan untuk
meneruskan kesuksesan Indonesia dalam mengawal pembaharuan politiknya dan
menjaga stabilitas makroekonominya dapat semakin memperkuat prospek bagi negara ini
ke depan.
Laporan ini mengakhiri dengan membahas bagaimana mitra pembangunan Indonesia
dapat lebih memastikan bahwa mereka bagian dari solusi ketimbang bagian dari masalah.
Lalu dijabarkan lima pengalaman Bank Dunia dalam upaya lebih menjaga proyek yang
dibiayainya dari korupsi sejak krisis moneter di Asia:
•
Perbaikan disain proyek dapat memperbaiki hasil dan mengurangi korupsi.
Pada berbagai program yang dibiayai Bank Dunia menunjukkan bahwa saat
penerima manfaat (beneficiaries) turut berperan dalam membantu mendisain
proyek dan mengawasi pelaksaannya, korupsi menjadi berkurang dan hasil
proyek menjadi lebih baik. Masyarakat lokal yang mulai belajar melakukan
pengawasan menjadi lebih tanggap terhadap realita korupsi dan dapat menjadi
andalan utama dalam perang melawan korupsi.
3
•
•
•
•
Keterbukaan yang lebih akan memberdayakan mereka yang memerangi korupsi.
Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia mulai bekerjasama untuk mengeluarkan
lebih banyak informasi tentang proyek-proyek baru yang dibiayai Bank Dunia,
termasuk proses pengadaan dan temuan audit. Jika ini diperluas ke semua proyek
yang didanai sumber eksternal, maka akan berpotensi untuk mengurangi
kesempatan korupsi, khususnya jika masyarakat sipil dibantu untuk mengawasi
proyek-proyek ini secara efektif.
Tidak ada pengganti bagi pentingnya kecermatan pengawasan. Bank Dunia
telah berupaya memperkuat pengendalian, antara lain dengan menggandakan
jumlah pengawas, menindaklanjuti keluhan yang masuk, melakukan pengulasan
proses pengadaan, serta menindaklanjuti temuan-temuan hasil audit.
Tidak adanya toleransi pada praktek korupsi memberikan signal yang tegas.
Bank Dunia berupaya untuk senantiasa mengambil tindakan jika ditemukan
korupsi pada kegiatan yang dibiayainya, antara lain melalui investigasi dan
pengumuman kesalahan proses pengadaan (misprocurement). Hal ini diharapkan
memberikan signal bahwa korupsi tidak dapat ditolerir.
Berbagai kemitraan akan berkontribusi positif dalam perang melawan korupsi.
Pengalaman Bank Dunia menunjukkan bahwa upaya sendiri bukan merupakan
pilihan yang baik. Untuk itu perlu bekerjasama secara erat dengan lembaga
pembangunan internasional dan bilateral lainya, juga dengan kalangan
masyarakat sipil, pers, dan lebih penting lagi, dengan para penerima manfaat
(beneficiaries) dari berbagai program pembangunan yang sedang dibiayai.
_________
*Untuk informasi lebih lanjut, akses: www.worldbank.or.id dan www.partnership.or.id
4
Download