1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi yang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Era globalisasi yang terjadi saat ini memberikan banyak perubahan
yang berdampak besar dalam setiap aspek kehidupan sebagai bangsa.
Perubahan-perubahan tersebut menciptakan situasi-situasi baru, peluangpeluang baru serta memunculkan tantangan-tantangan baru. Dampak yang
dirasakan tidak hanya dibidang pelayanan industri maupun teknologi, namun
persaingan dibidang pelayanan jasa khususnya pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan dapat timbul persaingan antar penyedia pelayanan
kesehatan termasuk diantaranya adalah rumah sakit. Rumah Sakit harus
mampu mempertahankan eksistensinya dalam memberikan pelayanan dengan
mampu merespon tuntutan yang berkembang agar dapat bersaing dengan
competitor pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
Rumah sakit perlu mengembangkan diri dengan menyelenggarakan
pelayanan yang berkualitas dan memberi kepuasan terhadap konsumen
(Supranto, 2001). Pelayanan dapat dikatakan berkualitas dan bermutu apabila
rumah sakit mampu memberikan pelayanan lebih baik dari yang diharapkan
oleh konsumen (Parasuraman et,al., 1985). Pelayanan yang berkualitas dan
bermutu dapat tercipta dengan memberikan pelayanan prima. Pelayanan
prima dapat tercipta apabila seluruh SDM rumah sakit memiliki keterampilan
khusus diantaranya memahami produk secara mendalam, berpenampilan
menarik, bersikap ramah dan bersahabat, peka (responsif) terhadap pasien,
1
2
menguasai pekerjaan, mampu menanggapi keluhan pasien secara professional
serta berkomunikasi secara efektif (Anjaryani, W, 2009). Penelitian yang
dilakukan oleh Otani, K., et al (2009) menyatakan bahwa pelayanan
keperawatan menjadi salah satu indikator terciptanya pelayanan yang
berkualitas dan bermutu setelah pelayanan staff rumah sakit.
Keperawatan sendiri merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, hal ini disebabkan karena perawat merupakan tenaga profesi
kesehatan yang jumlahnya paling banyak di rumah sakit jika dibandingkan
dengan jumlah tenaga kesehatan yang lain. Tenaga perawat di Rumah Sakit
merupakan sumber daya yang penting dan strategik karena terlibat secara
langsung dalam menangani penderita atau pasien (Nursalam, 2002). Beberapa
indikator pelayanan keperawatan dapat dikatakan execellent yaitu perawat
cepat tanggap apabila dipanggil oleh pasien (responsiveness), perawat mampu
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri pada pasien (helpfulness),
kemampuan perawat untuk memberikan petunjuk yang memadai mengenai
penjelasan pengobatan atau tes, serta kemampuan perawat berkomunikasi
dengan pasien (Otani, K., et al., 2009).
Komunikasi antara perawat dengan pasien juga merupakan aspek
penting dalam pelayanan keperawatan. Penelitian terkini menunjukkan bahwa
komunikasi yang tidak efektif antara profesional tenaga kesehatan menjadi
salah satu penyebab utama kesalahan medis dan membahayakan pasien.
Hampir 70 % kejadian sentinel pada pasien terjadi karena ketidakakuratan
informasi yang disebabkan oleh komunikasi yang buruk (Alvredo, et. al.,
3
2006). Berdasarkan hasil kajian di rumah sakit terhadap adanya adverst event,
near miss dan sentinel event yang menjadi penyebab utama adalah
komunikasi (Angood, 2007). The Joint Commission di Amerika juga
melaporkan akar masalah dari 70 % kejadian sentinel terjadi karena
komunikasi yang tidak efektif. Departemen kesehatan di Victoria juga
menyatakan bahwa 20 % kejadian sentinel pada tahun 2008 – 2009 terjadi
karena masalah komunikasi antar staff, staff dan pasien/keluarga. Komunikasi
efektif yang dilakukan secara tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, mudah
dipahami, akan menurunkan kesalahan dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien.
Keselamatan pasien sendiri mendapat perhatian sendiri dari WHO
sehingga pada tanggal 2 Mei 2007, WHO Collaborating Centre for Patient
Safety resmi menerbitkan Sembilan Solusi Life Saving Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit dimana salah satu solusinya yaitu mengenai komunikasi efektif.
Di Indonesia, patient safety telah diatur dalam UU No. 44 tahun 2009 pasal
43 tentang rumah sakit yang berkewajiban menerapkan standar keselamatan
pasien. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) sendiri
membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) untuk
mengimplementasikan Keselamatan Pasien di rumah sakit.
Tuntutan pelayanan yang berkualitas tidak semata berdasarkan
keselamatan pasien saja namun perlu menawarkan hasil maksimal berupa
pelayanan yang berdasarkan SDM yang terstandarisasi yang memiliki
kompetensi pengetahuan, keterampilan, konsep diri, motif dan ciri/sifat
4
bawaan. Kompetensi pengetahuan dan keterampilan merupakan modal dasar
untuk mencapai kompetensi lainnya (Haffizurrachman, 2009). Trisnantoro
(2005) dalam Anggraini (2011) menyatakan bahwa saat ini semua rumah
sakit pemerintah dan swasta kekurangan tenaga perawat selain jumlahnya
kurang mutunya pun sering dikeluhkan. Keadaan seperti ini yang mewajibkan
perawat harus memiliki kompetensi yang baik dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien. Kompetensi perawat tidak hanya berfokus pada
kemampuan kognitif (pengetahuan) dan keterampilan (hard competency),
namun harus didukung dengan prilaku/ sikap (soft competency). Menurut
Podsakoff, et.al. (1999) dalam Fitriani (2011), perilaku perawat dapat
diartikan sebagai sikap mau memberikan pertolongan kepada orang lain
khususnya pada pasien.
Berdasarkan data profil kesehatan pemerintah Yogyakarta tahun 2013
jumlah Rumah Sakit di kota Yogyakarta sebanyak 63 buah yang terdiri 5
buah RS Pemerintah, 5 buah Rumah Sakit Khusus, dan 53 buah RS Swasta
dengan total tempat tidur 5.588 buah. Beragamnya pilihan Rumah Sakit
membuat competitor lain berlomba-lomba untuk meningkatkan mutu
pelayanan yang diberikan dengan harapan akan dapat memuaskan pelanggan.
Banyaknya competitor pemberi pelayanan kesehatan menjadi suatu motivasi
dan tantangan bagi RS PKU Yogyakarta Unit II untuk tetap mempertahankan
keeksistensiannya bertahan di dunia persaingan. RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II merupakan pengembangan dari RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, Jl. Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta. Pada tanggal 16 Juni 2010
5
Rumah
Sakit
mendapatkan
ijin
operasional
sementara
nomer
503/0299a/DKS/2010.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II adalah milik
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sejalan dengan salah satu misi RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II yaitu Mewujudkan peningkatan mutu
bagi tenaga kesehatan melalui sarana pelatihan dan pendidikan yang
diselenggarakan secara profesional dan sesuai tuntunan ajaran Islam maka
diperlukan adanya peningkatan kualitas. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II memiliki program pengembangan sdm yakni adanya
pelatihan Achivement Motivation Training (AMT) yang diselenggarakan
setiap tahun. Program AMT adalah
program pelatihan yang salah satu
materinya berkaitan dengan soft competency perawat. Program tersebut
diikuti oleh seluruh tenaga staf dan tenaga kesehatan yang berhubungan
langsung dengan pasien terutama perawat. Program ini dimulai dari tahun
2009 dan 2011. Namun dalam implementasinya masih terdapat hambatan
sehingga program tersebut tidak dilakukan secara berkala.
Berdarkan
studi
pendahuluan
yang
dilakukan
di
RS
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II pada tanggal 15 Juli 2013, didapatkan
informasi dari manager keperawatan mengenai kompetensi, komunikasi
efektif dan kualitas pelayanan perawat yakni: “Selama ini masih ada keluhan
dari pasien mengenai sikap (soft competency) perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada pasien, dimana hal tersebut mempengaruhi
kualitas layananan. Komunikasi yang terjalin antar perawat dan tenaga
6
kesehatan lain merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi, namun hal
tersebut belum ditemukan adanya keluhan. ”
Informasi tersebut juga didukung dari pernyataan salah satu kepala
ruang di bangsal rawat inap, yakni : “Pada dasarnya komunikasi yang
terjalin antara tenaga perawat dan juga antara perawat dengan tenaga
kesehatan lain cukup baik, namun untuk perilaku perawat masih ditemukan
beberapa keluhan dari pasien”.
Mengacu pada permasalahan diatas perlu dilakukan analisis pengaruh
kompetensi dan komunikasi efektif terhadap kualitas pelayanan keperawatan
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Hasil penelitian
tersebut diharapkan dapat memberikan masukan bagi rumah sakit mengenai
bagaimana kualiatas layanan perawat dan upaya peningkatan mutu pelayanan
yang akan memuaskan pelanggannya.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan diteliti yaitu
bagaimana pengaruh kompetensi perawat dan komunikasi efektif terhadap
kualitas pelayanan di rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit
II.
7
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana
pengaruh kompetensi perawat dan komunikasi efektif terhadap kualitas
pelayanan di rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi terhadap komunikasi efektif
perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
2. Untuk
menganalisis
pengaruh
Kompetensi
terhadap
Kualitas
Pelayanan di rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
3. Untuk menganalisis pengaruh komunikasi efektif terhadap kualitas
pelayanan di rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
4. Untuk menganalisis pengaruh hard competency perawat terhadap
komunikasi efektif dan kualitas pelayanan di rawat inap RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
5. Untuk menganalisis pengaruh soft competency perawat terhadap
komunikasi efektif dan kualitas pelayanan di rawat inap RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
8
4. Manfaat Penelitian
a. Bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Memberikan masukan bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
mengenai bagaimana kualiatas layanan perawat serta memberikan
masukan pada manajemen dalam mengambil langkah peningkatan
kualitas pelayanan yang akan memuaskan pelanggannya.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan kesempatan baik dalam menerapkan teori yang
didapatkan saat kuliah kemudian membandingkan dengan kondisi nyata
maupun kenyataan yang ada.
Download