STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM AKTIVITAS

advertisement
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF
DALAM AKTIVITAS PEMASARAN
(Studi Deskriptif Komunikasi Persuasif Presenter (Staff Pemasaran)
dalam Merekrut Calon Mahasiwa baru di Politeknik LP3I Jakarta)
Oleh :
Syamsurizal
Administrasi Bisnis Politeknik LP3I Jakarta
Gedung sentra Kramat Jl. Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450
Telp. 021 – 31904598 Fax. 021 - 31904599
Email : [email protected]
ABSTRACT
This study is titled Persuasive Communication Strategy Presenter (Staff Marketing) in
the Candidate Acceptance of new Students at the Polytechnic LP3I Jakarta. The
purposes of research are to investigate the persuasive communication strategies used
Presenter (Staff Marketing), Presenter persuasive communication process, and
behavioral changes that occur in prospective students. The theory used in the study are:
Interpersonal Communication, Persuasive Communication, and AIDA. This study used a
qualitative descriptive study and narrated by interpretive. Information obtained through
observation and in-depth interviews (in-depth interviews) to Four Presenters Polytechnic
LP3I Jakarta have been recruited as an informant. Results from this study is the
presenter strategy to convince new students through persuasive communication
emotional and personal approach.
Keywords : Persuasive Communication, Presenter (Staff Marketing), Marketing Pemasaran
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan suatu hal
yang tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia. Mulai dari interaksi dalam
kegiatan
sehari-hari,
hingga
pengembangan ilmu di berbagai bidang,
tentu membutuhkan aktivitas komunikasi.
Dalam proses komunikasi tersebut, terjadi
transmisi pesan oleh komunikator dan
interpretasi oleh komunikan. Proses
transmisi dan interpretasi tersebut
tentunya mengharapkan terjadinya effects
berupa perubahan kepercayaan, sikap dan
tingkah laku komunikan yang lebih baik
(Riyanto & Mahfud, 2012 : 50).
Salah satu tanda bahwa suatu
komunikasi dikatakan efektif adalah bila
menimbulkan pengaruh pada sikap
seseorang. Seperti yang diungkapkan oleh
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam
Rakhmat, 2008 : 14) yakni komunikasi
yang efektif paling tidak menimbulkan
lima
hal,
salah
satunya
adalah
mempengaruhi sikap seseorang. Upaya
komunikasi untuk mempengaruhi sikap
seseorang ini kemudian disebut sebagai
komunikasi
persuasif.
Komunikasi
persuasif merupakan salah satu kajian
komunikasi yang kerap digunakan sebagai
metode mempengaruhi orang lain dalam
JURNAL LENTERA BISNIS
berbagai hal, termasuk diantaranya dalam
bidang pendidikan
Dalam pergaulan hidup manusia,
masing-masing individu satu sama lain
beraneka ragam, terjadi interaksi, saling
mempengaruhi demi kepentingan dan
keuntungan pribadi
masing-masing.
Terjadilah saling pengungkapan pikiran
dan perasaan dalam bentuk percakapan
atau yang biasa kita sebut dengan istilah
komunikasi. Komunikasi antar manusia
dalam kehidupan sosial ini kita kenal
sebagai komunikasi interpersonal.
Komunikasi merupakan salah satu upaya
yang dapat dilakukan oleh perguruan
tinggi untuk memasarkan lembaga
pendidikannya
kepada
masyarakat.Menurut
Kotler
dan
Keller(2008:172), Komunikasi merupakan
sarana
dimana perusahaan berusaha
menginformasikan,
membujuk,dan
mengingatkan konsumen secara langsung
maupun tidak langsung. Komunikasi yang
baik harus dapat dipahami, karena hal ini
berhubungan
dalam
pengambilan
keputusan.
Betapapun baiknya ide seseorang,
apabila
tidak
mampu
mengkomunikasikannya
maka
ide
tersebut tidak akan terwujud. Terlebih
pada era globalisasi yang penuh
persaingan sehingga menuntut adanya
kemampuan komunikasi yang efektif.
Salah satu bentuk komunikasi yang
digunakan manusia untuk memenuhi
keinginannya terhadap manusia lain
adalah melalui komunikasi persuasif
yang merupakan salah satu teknik dari
komunikasi interpersonal. Komunikasi
persuasif adalah ajakan, bujukan, yaitu
suatu tindakan yang berdasarkan segisegi
psikologi
yang
dapat
membangkitkan
kesadaran
individu
(Abdurrahman, 1993: 61).
Dengan berkembangnya kemajuan
zaman, penggunaan komunikasi persuasif
juga telah meluas ke berbagai aspek
kehidupan manusia. Dalam bidang bisnis
misalnya, pemasaran, periklanan, dan
promosi penjualan. Salah satu bidang
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
usaha yang menggunakan komunikasi
persuasif dalam kegiatan pemasarannya
adalah bisnis Pendidikan.
Dalam memasarkan produknya
kepada masyarakat luas, Perguruan
Tinggi Swasta Seperti Politeknik LP3I
Jakarta Peran Presenter ( Staff
Pemasaran) sangat penting dalam
penerimaan Mahasiswa Baru.
Presenter
itu
sendiri
bisa
diartikan
orang yang mempunyai
kemampuan dan pengetahuan yang lebih
banyak mendalam tentang program –
program Politeknik LP3I Jakarta,
disamping itu memiliki kemampuan
Komunikasi dan negosiasi yang baik
karena
peran
pentingnya
dalam
meyakinkan para calon mahasiswa baru.
Sebagai front-line atau ujung tombak
bagi Politeknik LP3I Jakarta dalam
perolehan mahasiswa baru , Presenter
harus mempunyai strategi komunikasi
persuasif untuk mengajakan atau
membujukan agar calon mahasiswa baru
untuk kuliah di Politeknik LP3I Jakarta
Berdasarkan konteks masalah yang
telah diuraikan di atas, maka fokus
masalah dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimanakah komunikasi persuasif
Presenter berperan dalam penerimaan
mahasiswa baru di Politeknik LP3I
Jakarta.”
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakan strategi komunikasi
persuasif yang digunakan Presenter
( Staff Pemasaran ) Politeknik LP3I
Jakarta dalam melakukan perekrutan
cakon mahasiswa baru ?
2. Bagaimana
tahapan-tahapan
komunikasi persuasif Presenter (
Staff Pemasaran ) Politeknik LP3I
Jakarta dalam melakukan perekrutan
mahasiswa baru?
127
JURNAL LENTERA BISNIS
KAJIAN TEORITIS
Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan
yang tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia. Beberapa ahli mengungkapkan
beragam pengertian dari komunikasi.
Menurut Effendy (2008 : 5), secara
paradigmatis komunikasi dimaknai sebagai
proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk
memberi tahu atau untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung
secara lisan, maupun tidak langsung
melalui media. Ditinjau dari segi
penyampai pernyataan, komunikasi ada
yang bertujuan bersifat informatif dan
persuasif. Komunikasi persuasif lebih sulit
dari komunikasi informatif, karena
memang tidak mudah untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku seseorang
atau sejumlah orang. Selain itu, Effendy
juga memaparkan, salah satu cara yang
baik untuk menjelaskan komunikasi adalah
dengan menjawab pertanyaan “Who Says
What in Which Channel to Whom With
What Effect ?”, yang merupakan gagasan
dari Laswell. Paradigma Laswell tersebut
menunjukkan bahwa komunikasi meliputi
lima unsur (sebagai jawaban dari
pertanyaan
yang
diajukan),
yakni
(Effendy, 2011 : 10) ; (1) Komunikator,
yakni seseorang yang menyampaikan
pesan, (2) Pesan, yakni simbol-simbol atau
lambang
yang
disampaikan
dari
komunikator kepada komunikan, (3)
Media, yakni saluran dimana pesan
disampaikan, (4) Komunikan, yakni pihak
penerima pesan, dan (5) Efek, yakni
dampak yang ditimbulkan dari suatu
pesan. Proses komunikasi sendiri dibagi
menjadi dua, yakni komunikasi primer dan
komunikasi sekunder. Komunikasi secara
primer yaitu proses penyampaian pikiran
dan atau perasaan seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan lambang/simbol
sebagai media (Effendy, 2011 : 11).
Adapun proses komunikasi lainnya, yakni
proses komunikasi secara sekunder. Proses
komunikasi sekunder dimaknai sebagai
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan
alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media
pertama. Mengenai konsep komunikasi
sekunder
tersebut,
Philip
Kotler
menggambarkan sebuah skema yang
disusunnya
berdasarkan
paradigma
Laswell (dalam Effendy, 2011 : 18) ;
Gambar
Unsur-Unsur Dalam Proses Komunikasi Skunder
Sumber : Effendy ( 2011 : 18 )
Dalam gambar tersebut dipaparkan
bahwa
unsur-unsur
dalam
suatu
komunikasi secara sekunder adalah :
1. Sender
;
komunikator
yang
menyampaikan
pesan
kepada
seseorang atau sejumlah orang,
2. Encoding ; penyandian, yakni proses
pengalihan pikiran ke dalam bentuk
lambang, Message ; pesan yang
merupakan
seperangkat
lambang
bermakna yang disampaikan oleh
komunikator,
3. Media ; saluran komunikasi tempat
berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan,
4. Decoding ; pengawasandian, yaitu
proses dimana komunikan menetapkan
makna
pada
lambang
yang
disampaikan
oleh
komunikator
kepadanya,
5. Receiver ; komunikan yang menerima
pesan dari komunikator,
6. Response
;
tanggapan,
yakni
seperangkat reaksi pada komunikan
setelah diterpa pesan
7. Feedback ; umpan balik, yakni
tanggapan
komunikan
apabila
tersampaikan atau disampaikan kepada
komunikator,
128
JURNAL LENTERA BISNIS
8. Noise ; gangguan yang tak terencana
yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain
oleh komunikan yang berbeda dengan
pesan
yang
disampaikan
oleh
komunikator kepadanya.
Adapun menurut De Vito (2011 :
24), komunikasi merupakan suatu aktivitas
yang mengacu pada tindakan, oleh satu
orang atau lebih yang mengirim dan
menerima pesan yang terdistorsi oleh
gangguan (noise), terjadi dalam suatu
konteks tertentu, mempunyai pengaruh
tertentu, dan ada kesempatan untuk
melakukan umpan balik. Tujuan dari
komunikasi menurut De Vito,(2011 : 3032) ada empat, yakni ;
a. Menemukan Menemukan maksudnya
adalah menyangkut penemuan diri
(personal discovery). Berkomunikasi
berarti belajar mengenai diri sendiri
dan juga orang lain. Persepsi diri
sebagian besar dihasilkan dari apa
yang telah dipelajari tentang diri
sendiri dan orang lain selama
melakukan komunikasi, khususnya
dalam perjumpaan antar pribadi.
b. Untuk Berhubungan Salah satu
motivasi yang paling kuat dalam
berkomunikasi adalah berhubungan
dengan orang lain, atau membina dan
memelihara hubungan dengan orang
lain. Seseorang kerap menghabiskan
banyak waktu dan energi untuk
membina dan memelihara hubungan
sosial. Mulai dari berkomunikasi
secara langsung, atau melalui telepon,
hingga berinteraksi dengan mitra kerja.
c. Untuk
Meyakinkan
Seringkali
seseorang menghabiskan waktu untuk
melakukan persuasi antar pribadi, baik
sebagai sumber maupun penerima.
Dalam perjumpaan pribadi sehari-hari,
kita berusaha mengubah sikap dan
perilaku orang lain. Misalnya dengan
mengajak orang lain menonton film
terbaru, membeli suatu produk,
mengambil mata kuliah tertentu,
meyakini bahwa sesuatu itu benar atau
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
salah, menyetujui atau mengecam
gagasan tertentu, dan sebagainya.
Untuk Bermain Kita menggunakan
banyak perilaku komunikasi untuk
bermain dan menghibur diri. Misalnya
ketika
mendengarkan
pelawak,
pembicaraan, musik, dan film, hal-hal
tersebut dirancang sebagian besar untuk
hiburan. Demikian pula banyak perilaku
dari komunikasi kita dirancang untuk
menghibur orang lain. Misalnya dengan
menceritakan
lelucon,
mengutarakan
sesuatu yang baru, atau mengaitkan ceritacerita yang menarik. Adakalanya hiburan
ini merupakan tujuan akhir, tetapi
adakalanya ini merupakan cara untuk
mengikat perhatian orang lain, sehingga
kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.
Komunikasi Persuasif
a. Definisi
Ada beragam definisi komunikasi
persuasif yang dikemukakan oleh para
ahli. Menurut Kamus Ilmu Komunikasi
(dalam Rakhmat, 2008 : 14),
komunikasi persuasif diartikan sebagai
“Suatu proses untuk mempengaruhi
pendapat, sikap dan tindakan orang
dengan menggunakan manipulasi
psikologis sehingga orang tersebut
bertindak seperti atas kehendaknya
sendiri”. Selain itu, komunikasi
persuasif juga diartikan sebagai
komunikasi yang dilakukan sebagai
ajakan atau bujukan agar mau
bertindak sesuai dengan keinginan
komunikator (Barata, 2003 : 70).
Menurut De Vito (2011 : 499) usaha
melakukan persuasi ini memusatkan
perhatian pada upaya mengubah atau
memperkuat sikap atau kepercayaan
khalayak atau pada upaya mengajak
mereka bertindak dengan cara tertentu.
Persuasi juga dipahami sebagai usaha
merubah sikap melalui penggunaan
pesan dan berfokus pada karakteristik
komunikator dan pendengar. Menurut
Olzon dan Zanna (dalam Severin &
Tankard, 2007 : 177), persuasi
129
JURNAL LENTERA BISNIS
didefinisikan sebagai “perubahan
sikap akibat paparan informasi dari
orang
lain”.
Adapun
tujuan
komunikasi persuasif secara bertingkat
ada dua (De Vito dalam Riyanto &
Mahfud, 2012 : 51) yaitu ; (1)
mengubah atau menguatkan keyakinan
(believe) dan sikap (attitude) audiens,
(2) mendorong audiens melakukan
sesuatu/memiliki
tingkah
laku
(behaviour) tertentu yang diharapkan.
Berdasarkan pemaparan tersebut,
komunikasi persuasif haruslah efektif,
yang berarti harus menimbulkan efek.
Efek menurut Applbaum (dalam Effendy,
2009 : 80), adalah apa yang terjadi pada
komunikan sebagai akibat dari dampak
stimuli atau pesan. Dalam komunikasi
persuasif, efeknya harus merupakan
dampak dalam perubahan sikap, opini dan
tingkah laku yang timbul dari kesadaran
komunikan, sebab komunikasi persuasif
berbeda dengan komunikasi informatif,
dan berbeda pula dengan komunikasi
koersif.
b. Unsur-unsur dalam Komunikasi
Persuasif
Adapun unsur-unsur dalam suatu
proses komunikasi persuasif menurut
Sumirat & Suryana (2014 : 2.25)
adalah ;
1) Persuader
Persuader adalah orang dan atau
sekelompok
orang
yang
menyampaikan
pesan
dengan
tujuan untuk mempengaruhi sikap,
pendapat dan perilaku orang lain,
baik secara verbal maupun
nonverbal.
2) Persuadee
Persuadee adalah orang dan atau
kelompok orang yang menjadi
tujuan
pesan
itu
disampaikan/disalurkan
oleh
persuader/komunikator baik secara
verbal maupun nonverbal.
3) Persepsi
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
Persepsi
persuadee
terhadap
persuader
dan
pesan
yang
disampaikannya akan menentukan
efektif
tidaknya
komunikasi
persuasif yang terjadi. Persepsi
menurut Mar’at (dalam Sumirat &
Suryana, 2014) merupakan proses
pengamatan seseorang yang berasal
dari komponen kognisi. Persepsi
dipengaruhi oleh 26 faktor-faktor
pengalaman,
proses
belajar,
cakrawala,
dan
pengetahuan
seseorang.
4) Pesan Persuasif
Menurut
Littlejohn
(dalam
Ritonga, 2005 : 5), pesan persuasif
dipandang sebagai usaha sadar
untuk mengubah pikiran dan
tindakan dengan memanipulasi
motif-motif ke arah tujuan yang
telah
ditetapkan.
Makna
memanipulasi dalam pernyataan
tersebut bukanlah mengurangi atau
menambah
fakta
sesuai
konteksnya, tetapi dalam arti
memanfaatkan faktumfaktum yang
berkaitan
dengan
motif-motif
khalayak
sasaran,
sehingga
tergerak untuk mengikuti maksud
pesan
yang
disampaikan
kepadanya.
5) Saluran Persuasif
Saluran
merupakan
perantara
ketika
seorang
persuadee
mengoperkan kembali pesan yang
berasal dari sumber awal untuk
tujuan akhir. Saluran (channel)
digunakan oleh persuader untuk
berkomunikasi dengan berbagai
orang, secara formal maupun non
formal, secara tatap muka (face to
face communication) ataupun
bermedia
(mediated
communication).
Umpan Balik dan Efek Menurut
Sastropoetro (dalam Sumirat & Suryana,
2014 : 2.38) umpan balik adalah jawaban
atau reaksi yang datang dari komunikan
130
JURNAL LENTERA BISNIS
atau datang dari pesan itu sendiri. Umpan
balik terdiri dari umpan balik internal dan
umpan balik eksternal. Umpan balik
internal adalah reaksi komunikator atas
pesan yang disampaikannya. Jadi, umpan
balik internal bersifat koreksi atas pesan
yang terlanjur diucapkan. Sedangkan
umpan balik eksternal adalah reaksi yang
datang dari komunikan karena pesan yang
disampaikan
komunikator
tidak
dipahaminya atau tidak sesuai dengan
keinginannya atau harapannya. Sedangkan
efek adalah perubahan yang terjadi pada
diri komunikan sebagai akibat dari
diterimanya
pesan
melalui
proses
komunikasi (Sastropoetro dalam Sumirat
& Suryana, 2014). Perubahan yang terjadi
bisa berupa perubahan sikap, pendapat,
pandangan dan tingkah laku. Dalam
komunikasi
persuasif,
terjadinya
perubahan baik dalam aspek sikap,
pendapat maupun perilaku pada diri
persuadee merupakan tujuan utama. Inilah
letak
pokok
yang
membedakan
komunikasi persuasif dengan komunikasi
lainnya. Pada penelitian ini, unsur-unsur
dalam
komunikasi
persuasif
akan
dijadikan unit analisis.
c. Prinsip dalam Komunikasi Persuasif
Prinsip-prinsip dalam komunikasi
persuasif dapat digunakan oleh
persuader sebagai landasan untuk
mengubah sikap, kepercayaan dan
mengajak sasaran persuasi untuk
melakukan sesuatu. Adapun empat
prinsip utama dalam komunikasi
persuasif menurut De Vito ( 2011 :
499-502) adalah sebagai berikut ;
1. Prinsip Pemaparan Selektif
Prinsip ini menerangkan bahwa :
(1) pendengar akan mencari
informasi secara aktif yang
mendukung opini, nilai, keputusan,
perilaku, dan motivasi mereka (2)
pendengar akan secara aktif
menghindari
informasi
yang
bertentangan dengan opini, nilai,
keputusan, perilaku, dan motivasi
mereka. Ketika proses meyakinkan
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
sasaran
persuasi
akan
dilangsungkan, maka pemaparan
selektif akan terjadi.
2. Prinsip
Partisipasi
Khalayak
Khalayak
merupakan
sasaran
persuasi. Aktivitas komunikasi
persuasif ini akan lebih efektif
apabila
khalayak
turut
berpartisipasi
dalam
proses
komunikasi.
Persuasi
bersifat
transaksional, dimana pembicara
dan pendengar saling terlibat.
Suatu proses persuasi dikatakan
berhasil
apabila
khalayak
berpartisipasi secara aktif di
dalamnya.
3. Prinsip Inokulasi Prinsip ini
menjelaskan tentang menghadapi
sasaran persuasi yang terinokulasi,
atau sasaran yang telah mengetahui
posisi
persuader
dan
telah
menyiapkan
senjata
berupa
argumen untuk menentangnya.
Sehingga pada posisi ini, seorang
persuader
perlu
melakukan
persiapan, seperti mempersiapkan
argumen, dan lain-lain dalam
proses komunikasi yang akan
dilakukan.
4. Prinsip Besaran Perubahan Prinsip
ini mengatakan bahwa semakin
besar dan semakin penting
perubahan yang diinginkan oleh
persuader, maka semakin besar
tantangan
dan
tugas
untuk
mencapai tujuan persuasi. Semakin
besar perubahan yang diinginkan,
semakin banyak pula waktu yang
dibutuhkan
untuk
perubahan
tersebut.
Sehingga,
persuasi
diarahkan
untuk
melakukan
perubahan kecil atau sedikit demi
sedikit terlebih dahulu dan
diperlukan untuk periode yang
cukup lama.
d. Proses Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif sebagai upaya
memengaruhi opini, pendapat, sikap
atau perilaku seseorang, tentunya
131
JURNAL LENTERA BISNIS
membutuhkan suatu proses. Hovland,
dalam buku ‘Dynamics of Persuasion’
mengemukakan
sebuah
konsep
mengenai proses komunikasi persuasif
yang berfokus pada pembelajaran dan
motivasi. Untuk dapat terpengaruh
oleh komunikasi persuasif, seseorang
harus memerhatikan, memahami,
mempelajari,
menerima
dan
menyimpan pesan persuasi tersebut
(Perloff, 2003 : 121).
Gambar 2
The Hovland/Yale Model of Persuasion Learning
Sumber : Dynamic of Persuasion (Perloff, 2003 :
121)
Pada gambar tersebut, dijelaskan
bahwa dalam proses komunikasi persuasif,
ada tahap dimana persuadee mempelajari
pesan persuasif dari persuader. Dalam
proses belajar tersebut terdapat beberapa
tahapan, yakni attention (perhatian),
comprehension (pemahaman), learning
(belajar), acceptance (penerimaan), dan
retention (penyimpanan). Tahapan yang
dikemukakan Hovland ini merupakan
proses sebelum persuadee akhirnya
memutuskan untuk merubah sikapnya,
setelah mendapatkan paparan informasi
atau argumen dari persuader.
e. Karakteristik Individu Richard M.
Perloff dalam buku Dynamics of
Persuasion mengungkapkan faktorfaktor konsistensi manusia dalam
bersikap dan berperilaku. Adapun dua
hal yang menjadi faktor dalam hal
tersebut yakni ‘Self Monitoring’ dan
‘Direct Experience’ (Perloff, 2003 :
85). 1. Self monitoring. Ada dua
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
kelompok manusia berdasarkan poin
self monitoring ini. Kelompok
pertama, yakni karakteristik seseorang
yang membedakan pribadinya ketika
bertemu dengan orang tertentu, atau
pada situasi tertentu. kelompok ini
disebut juga sebagai kelompok high
self-monitor.
Karena
mereka
cenderung melihat siapa yang dihadapi
dan dalam situasi seperti apa mereka,
untuk
menentukan
perilakunya.
Kelompok berikutnya yakni orangorang
ini
cenderung
tidak
memerhatikan publik dan situasi yang
dihadapi.
Mereka
cenderung
mengekspresikan apapun yang mereka
rasakan, dan mengklaim hal tersebut
sebagai perilaku aslinya, pada publik
dan situasi apapun. Kelompok ini
digolongkan
sebagai
low
selfmonitors. 2. Direct Experience.
Pengalaman juga menjadi faktor yang
menentukan hubungan sikap dan
perilaku 32 seseorang. Beberapa sikap
terbentuk berdasarkan pengalaman
langsung ketika menghadapi situasi
atau masalah sehari-hari. Sebagian
lainnya, didapatkan secara tidak
langsung. Misalnya dari mendengarkan
nasehat orang tua, mendapat informasi
di televisi, membaca buku, dan
sebagainya. Sikap yang terbentuk
melalui pengalaman langsung (direct
experience) akan lebih mudah untuk
diserap, daripada sikap yang terbentuk
melalui pengalaman tidak langsung.
f. Teknik Komunikasi Persuasif
Istilah persuasi bersumber dari bahasa
Latin, persuasion. Kata kerjanya
adalah persuadere yang berarti
membujuk, mengajak atau merayu.
Dalam
ilmu
komunikasi,
kita
mengenal
adanya
komunikasi
persuasif, yaitu komunikasi yang
bersifat mempengaruhi audiens atau
komunikannya, sehingga bertindak
sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh
komunikator.
Sehubungan
132
JURNAL LENTERA BISNIS
dengan proses komunikasi persuasif
berikut ini adalah:
Teknik-teknik yang dapat dipilih :
a. Teknik asosiasi, teknik asosiasi adalah
penyajian pesan komunikasi dengan
cara menumpangkannya pada suatu
objek atau peristiwa yang sedang
menarik perhatian khalayak. Teknik ini
sering dilakukan oleh kalangan bisnis
atau kalangan politik.
b. Teknik integrasi, yang dimaksud
dengan integrasi di sini ialah
kemampuan
komunikator
untuk
menyatukan diri secara komunikatif
dengan komunikan. Ini berarti bahwa,
melalui kata-kata verbal atau nirverbal,
komunikator menggambarkan bahwa
ia “senasib” - dan karena itu menjadi
satu – dengan komunikan.
c. Teknik ganjaran, teknik ganjaran (payoff technique) adalah kegiatan untuk
mempengaruhi orang lain dengan cara
mengiming-iming
hal
yang
menguntungkan atau yang menjanjikan
harapan.
d. Teknik tataan, yang dimaksudkan
dengan tataan di sini – sebagai
tejemahan dari icing – adalah upaya
menyusun
pesan
komunikasi
sedemikian rupa, sehingga enak
didengar
atau
dibaca
serta
termotivasikan
untuk
melakukan
sebagaimana disarankan oleh pesan
tersebut. Teknik tataan atau icing
technique dalam kegiatan persuasi
ialah seni menata pesan dengan
imbauan emosional (emotional appeal)
sedemikian rupa, sehingga komunikan
menjadi tertarik perhatiannya.
e. Teknik red-herring, istilah red-herring
sukar diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia sebab red-herring adalah
nama ikan yang hidup di Samudera
Atlantik Utara. Jenis ikan ini terkenal
dalam kebiasaannya dalam membuat
gerak tipu ketika diburu oleh binatang
lain atau oleh manusia. Dalam
hubungannya dungan komunikasi
persuasif, teknik red-herring adalah
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
seni seorang komunikator untuk
meraih kemenangan dalam perdebatan
dengan mengelakkan argumentasi yang
lemah kemudian mengalihkannya
sedikit demi sedikit ke aspek yamg
dikuasainya guna dijadikan senjata
ampuh dalam menyerang lawan. Jadi
teknik ini digunakan pada saat
komunikator berada dalam posisi yang
terdesak.
Teori Laswell
Model ini dikemukakan oleh Harold
Lasswell
tahun
1948
yang
menggambarkan proses komunikasi dan
fungsi-fungsi yang diembannya dalam
masyarakat. Model komunikasi Lasswell
mencakup :
a. Unsur sumber (who, siapa)
b. Unsur pesan (says what, mengatakan
apa)
c. Saluran komunikasi (in which
channel, pada saluran yang mana)
d. Unsur penerima (to whom, kepada
siapa)
e. Unsur pengaruh (with what effect,
dengan pengaruh apa)
Yang dimaksud dengan pertanyaan
who tersebut adalah menunjuk kepada
siapa orang yang mengambil inisiatif
untuk memulai komunikasi. Yang
memulai komunikasi ini dapat berupa
seseorang dan dapat juga sekelompok
orang seperti organisasi atau persatuan.
Pertanyaan kedua adalah says what
atau apa yang dikatakan. Pertanyaan ini
adalah
berhubungan
dengan
isi
komunikasi atau pesan apa yang
disampaikan dalam komunikasi tersebut.
Pertanyaan ketiga adalah to whom.
Pertanyaan ini maksudnya menanyakan
siapa yang menjadi audience atau
penerima dari komunikasi. Atau dengan
kata lain kepada siapa komunikator
berbicara. Hal ini perlu diperhatikan
karena penerima pesan ini berbeda dalam
banyak hal misalnya, pengalamannya,
kebudayaannya, pengetahuannya dan
usianya. Pertanyaan yang keempat adalah
133
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
in which channel atau melaui media apa.
Yang dimaksudkan dengan media adalah
alat komunikasi, seperti berbicara, gerakan
badan, kontak mata. Yang perlu
diperhatikan dalam hal ini adalah tidak
semua media cocok untuk maksud
tertentu. Kadang-kadang suatu media lebih
efisien digunakan untuk maksud tertentu
tetapi untuk maksud yang lain tidak.
Pertanyaan terakhir dari model Lasswell
ini adalah what effect atau apa Pertanyaan
terakhir dari model Lasswell ini adalah
what effect atau apa efeknya dari
komunikasi tersebut. Pertanyaan mengenai
efek komunikasi ini dapat menanyakan
dua hal yaitu apa yang ingin dicapai
dengan hasil komunikasi tersebut dan
kedua, apa yang dilakukan orang sebagai
hasil dari komunikasi.
Objek Penelitian
Objek
penelitian
ini
adalah
Komunikasi Persuasif Presenter ( Sales
Person ) Politeknik LP3I Jakarta dalam
meyakinkan mahasiswa baru untuk kuliah
di LP3I.
AIDA
AIDA
dikenal
sebagaimana
seorang pemasar merancang pesan
yang disampaikan dengan kata yang tepat
sehingga
terjadinya
pengambilan
keputusan akan pembelian produk.
Menurut Kotler menjelaskan “Teori AIDA
(Attention, Interest, Desire, dan Action)
merupakan suatu pesan yang harus
mendapatkan
perhatian,
menjadi
ketertarikan,
menjadi
minat,
dan
mengambil
tindakan.
Teori
ini
menyampaikan akan kualitas dari pesan
yang baik”.
METODOLOGI PENELITIAN
KERANGKA PEMIKIRAN
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah
Presenter (Staff Pemasaran). Peneliti
menggunakan teknik purposive sampling
dan
snowball
sampling
dalam
mendapatkan informan. Adapun kriteria
subjek dalam penelitian ini yaitu: subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah
Presenter yang aktif di Politeknik LP3I
Jakarta, sudah berpengalaman lebih 3
tahun menjadi presenter (Sales Person).
Jenis Penelitian
Jenis pendekatan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Observasi
2. Metode wawancara
3. Studi Kepustakaan
Lokasi dalam penelitian ini adalah
Politeknik LP3I Jakarta dilaksanakan di
pada bulan Juli
2016. Proses
pengumpulan data dalam penelitian ini
berlansung selama tiga bulan.
Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen, analisis
data adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan
bekerja
dengan
data,
mengorganisasikan
data,
memilihmilihnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mendeteksinya, mencari, dan
menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan
134
JURNAL LENTERA BISNIS
memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain (Moleong, 2010:248).
Methew B. Milles dan Michael Huberman
membagi tiga alur dalam proses analisis
data kualitatif, yaitu:
1. Reduksi data, proses pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data yang muncul dari
catatan- catatan di lapangan.
2. Penyajian data, yaitu sekumpulan
informasi tersusun yang memberi
kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan dan pengamatan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan, kesimpulan
tergantung pada besarnya kumpulan
catatan lapangan (Patilima, 2005).
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil
analisis,
peneliti mengetahui bahwa strategi
yang dilakukan oleh Presenter (Staff
Pemasaran) adalah selain menunjukkan
kelebihan Kuliah di Politeknik LP3i
Jakarta, juga menggunakan pendekatan
personal.
Berdasarkan keempat informan,
Ibu Irma, Ibu Nita, Ibu Siti dan Pak
Budi , Ibu Siti
lebih dominan
menggunakan
strategi
komunikasi
persuasif secara emosional. Strategi
meyakinkan yang dilakukan oleh Pak
budi adalah dengan mencari tahu
kebutuhan dari calon mahasiswa baru
(aplikan) kemudian meyakinkan bahwa
kebutuhannya
akan
lebih
cepat
terpenuhi jika kuliah di Politeknik LP3I
Jakarta. Sama halnya dengan Pak budi
dimulai
dari
menjelaskan
sistem
Pendidikan di Politeknil LP3I Jakarta
kemudian mereka akan melakukan
penekanan
personal
diakhir
pembicaraannya.
Berdasarkan strategi yang dilakukan
oleh ke 2 informan tersebut, peneliti
menilai bahwa strategi berjalan dengan
efektif. Terbukti dengan Rasio yang
ditetapkan masing-masing Presenter
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
tercapai,
Rasio
Presenter
adalah
Perbandingan Jumlah Calon mahsiswa
yang datang, yang daftar dan yang
melakukan registrasi . Perbadingan rasio
tersebut 10 : 6 : 5 artinya, 10 Calon
mahasiswa yang datang, yang melakukan
pendaftaran sebanyak 6 orang, dari 6
calon mahasiswa yang daftar yang
mergistrasi ( membayar uang kuliah)
sebanyak 5 orang.
Sedangkan dua informan lainnya,
yaitu Bu Irma dan Ibu Nita memakai
strategi yang lebih rasional. Kedua
informan akan menjelaskan kepada calon
aplikannya keuntungan diperoleh dari
menjadi seorang Mahasiswa Politeknik
LP3I Jakarta . Untuk lebih meyakinkan
calon Aplikanya (Calon Mahasiswa),
mereka juga akan menjelaskan kelebihan
sistem Pendidikan Politeknik LP3I Jakata.
Beberapa
Kelebihan
Pendidikan
Politeknik LP3I Jakarta adalah Sebelum
Lulus
Kuliah
,Mahasiswa
kan
ditempatkan kerja,sehinga mahasiswa
akan pendapatkan pengalaman kerja pada
saat wisudah, Mahasiswa akan dapat
membiaya kuliah sendiri, Dosen -dosen
Politeknik LP3I Jakarta lebih banyak dari
praktisi dari pada dari akademisi, Konsep
kelas hanya menampung 30 mahasiswa
lebih fokus dan lain-lain.
Agar strategi meyakinkan calon mahasiwa
baru ( aplikan ) dapat berjalan dengan
efektif, sebaiknya setiap Presenter
mengetahui terlebih dahulu motivasi yang
ingin dicapai oleh setiap calon Mahasiwa
mereka
masing-masing.
Hal
ini
dikarenakan setiap manusia merupakan
mahluk yang dapat berpikir dan
merencanakan
masa
depannya,
menentukan tujuan bagi dirinya, dan
merancang
strategi
untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti
mendapati bahwa dari keempat informan
memiliki motivasi yang berbeda ketika
memutuskan untuk menjadi Presenter.
Motivasi Pak budi awalnya hanyalah
untuk mencari pendapatan agar bisa
membiayai uang kuliahnya pada saat itu
135
JURNAL LENTERA BISNIS
sedangkan ibu Nita ingin mencari
pendapatan yang lebih besar. Sementara
Ibu Irma memutuskan untuk menjadi
Presenter karena menjadi Presenter bagi
ibu irma adalah suatu kegiatan yang
menantang karena berhadapan dengan
berbagai karakter manusia. Informan
terakhir yaitu Ibu sita,awalnya menjadi
Presenter karena harus mencari pekerjaan
yang bisa menerimanya setelah mengalami
pemecatan di tempat kerjanya dulu.
Menurut teori motivasi, motivasi
terbagi atas dua jenis yaitu intrinsik,
yakni suatu keinginan untuk melakukan
suatu aktivitas atau meraih pencapaian
tertentu
semata-mata
demi
kesenangan
atau
kepuasan
yang
didapat
dari melakukan aktivitas
tersebut, atau karena motivasi ekstrinsik,
yakni keinginan untuk mengejar suatu
tujuan yang diakibatkan oleh imbalanimbalan
eksternal.
Dari
keempat
informan, tiga informan yaitu Pak budi
dan Ibu Nita memiliki
motivasi
ekstrinsik saat memutuskan untuk
menjadi Presenter sedangkan dua
informan lainnya yaitu Ibu Irma dan ibu
Siti memiliki motivasi intrinsik. Dapat
disimpulkan bahwa setiap informan
memiliki motivasi yang berbeda-beda
ketika memutuskan untuk menjadi
seorang Presenter dan sangatlah penting
bagi setiap Presenter untuk mengetahui
motivasi yang ingin daicapai oleh setiap
calon mahasiswa (aplikan) agar strategi
meyakinkan dapat berhasil dilakukan.
Tahapan-Tahapan
Komunikasi
Persuasif
Untuk tahapan meyakian calon
mahasiswa (Aplikan) , keempat informan
memiliki jawaban yang sama.. Menurut
jawaban keempat informan, yaitu setiap
presenter mepunyai masing-masing target
yang telah ditetapkan oleh Manager
Pemasaran , Dari target tersebut mereka
membuat rencana 1 tahun, rencana kerja
tri wulan, Bulanan, Minggua dan rencana
kegiatan Mingguan. Kegiatan Presenter
terbagi dua kegiatan yaitu Kegiatan
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
Internal yaitu kegiatan utama presenter
yang bertugas untuk menjelaskan sistem
pendidikan, kelebihan kuliah di Politeknik
LP3I dan Meyakinakan calon mahasiwa
untuk daftar dan registrasi Dari Kegiatan
external Mereka membantu Koordinator
External untuk melakukan kunjungan
kesekolah-sekolah dalam rangka untuk
memperkenalkan program dan sistem
pendidikan
di
Politeknik
LP3I,
Melakukan kunjungan kerumah (Home
visit program) untuk menjelaskan kepada
orang tua
Menurut teori AIDA, ketika
Presenter menjelaskan dan meyakinkan
calon mahasiswa ( Aplikan) maka akan
melalui satu tahapan yang dimulai dari
menarik perhatian calon Mahasiswa
melalui pesan yang disampaikan. Adapun
tujuan pesannya adalah untuk membuat
calon mahasiswa (aplikan) memiliki
kesadaran akan pesan yang disampaikan
oleh Presnter yang dalam penelitian ini
adalah keuntungan yang bisa diperoleh
dari menjadi Mahasiswa Politeknik LP3I
Jakarta. Setelah calon Mahasiswa
memiliki kesadaran akan pesan yang
disampaikan oleh Presenter, tahapan
berikutnya adalah membuat calon
Mahasiswa tersebut merasa tertarik untuk
mengetahui dan memahami lebih lanjut
mengenai pesan
yang disampaikan.
Setelah calon Mahasiwa tertarik dengan
keuntungan dan manfaat yang bisa
diperoleh, Presenter akan menjelaskan
lebih lanjut sistem Pendidikan Politeknik
dengan Penenmpatan Kerja. Jika pesan
diolah
dengan
baik
oleh
calon
mahasiswa,
maka
akan
timbul
keinginan untuk Kuliah di Politeknik
LP3I Jakarta. Adapun motivasi setiap
calon mahasiwa berbeda-beda, baik secara
rasional maupun emosional. Tahapan
terakhir yang menjadi indikator berhasil
atau tidaknya perekrutan adalah calon
mahasiwa (aplikan) t membuat sebuah
keputusan dan tindakan yaitu melakukan
pendaftaran dan registrasi untuk menjadi
mahasiwa Politeknik LP3I Jakarta..
Menurut Effendy, komunikasi yang
136
JURNAL LENTERA BISNIS
dilakukan secara interpersonal dinilai
paling ampuh dalam kegiatan mengubah
sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku
komunikan. Alasannya adalah karena
komunikasi
interpersonal
umumnya
berlangsung
secara
tatap
muka,
sehingga terjadi kontak pribadi. Ketika
pesan
disampaikan,
umpan
balik
berlangsung
seketika.
Artinya,
komunikator dapat mengetahui tanggapan
komunikan
terhadap
pesan
yang
dilontarkan pada saat itu juga, misalnya
melalui ekspresi wajah. Berdasarakan
jawaban informan, dalam meyakinkan
calon mahasiwa (aplikan) dua informan
selalu melakukannya secara tatap
,Sedangkan satu informan lainnya yaitu
Pak budi pernah meyakinkan calon
mahasiwa (aplikan) menggunakan media
komunikasi walaupun lebih dominan
merekrut secara tatap muka. Menurut
keempat
informan,
lebih
mudah
meyakinkan calon mahasiwa baru
(aplikan) secara tatap muka daripada
merekrut dengan menggunakan media
karena secara tatap muka, Presenter
langsung dapat melihat respon calon
mahasiswa pada saat itu juga.
Setelah meyakinkan calon agen
mahasiwa, berbagai respon diterima oleh
Presenter. Ada yang menunjukkan sikap
positif namun ada juga yang bersikap
negatif.. Menurut pengalaman keempat
informan, kebanyakan calon mahasiwa
yang menolak, dengan alasan tidak
memiliki kemampuan untuk finansial
dalam membiaya kuliah di LP3I Jakarta
a. Namun ada juga beberapa calon
mahasiwa dari tiga informan, Pak Nita,
Bu siti, dan pak budi, yang awalnya
menolak
namun
setelah
melihat
kesuksesan Alumni LP3I yang berkerja
akhirnya mereka memilih kuliah di LP3I
Jakarta.
Berdasarkan
hasil
wawancara
keempat informan, dapat disimpulkan
bahwa setiap calon Mahasiswa (Aplikan)
terus mengalami perubahan sikap,
pemikiran, dan perilaku. Perubahan ini
terjadi akibat ketidaksesuaian antara
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
pemikiran mereka terhadap kenyataan
yang terjadi sebenarnya sehingga
menimbulkan
ketidaknyamanan.
Menurut teori disonansi kognitif bahwa
jikalau rangsangan baru yang diterima
seseorang tidak sesuai dengan pola yang
ada atau tidak konsistensi, maka orang
tersebut
akan
mengalami
ketidaknyamanan.
Ketidaknyamanan
tersebut
timbul
ketika
seseorang
menemukan
diri
mereka sendiri
melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan pendapat lain yang mereka
pegang (inkonsisten), hal inilah yang
dikatakan sebagai disonansi kognitif.
Banyak cara yang dilakukan calon
mahasiswa dari keempat informan untuk
mengatasi disonansi kognitif yang mereka
alami, ada yang awalnya menolak
kemudian berubah menerima untuk
kuliah di Politeknik LP3I Jakarta.
Untuk menentukan efektif atau
tidaknya komunikasi persuasif yang telah
dilakukan, ada tiga faktor yang perlu
diperhatikan
yaitu
sumber
yang
menyampaikan pesan, pesan persuasif,
dan komunikan yang menerima pesan
persuasif tersebut. Dalam karateristik
sumber (komunikator) ada tiga faktor
yang mempengaruhi yaitu kredibilitas,
daya tarik, dan kekuasaan
Jadi dapat disimpulkan bahwa
meyakinkan mahasiwa baru
sangat
penting dilakukan oleh Presenter demi
keberlangsungan karirnya di Politeknik
LP3I
Jakarta.
Agar
meyakinkan
mahasiswa baru (aplikan) berhasil
dilakukan setiap Presenter harus memiliki
strategi persuasif yang efektif agar dapat
mengubah sikap, kepercayaan, dan
perilaku calon Mahasiwa. Strategi yang
bersifat persuasif juga dibutuhkan dalam
melakukan perekrutan karena masih
adanya pandangan yang negatif tentang
Politeknik LP3I Jakarta. Untuk tahapan ,
ada baiknya jika calon mahasiwa
memahami terlebih dahulu sistem
pendidikan serta kelebihan-kelebiahan di
Politeknik LP3I Jakarta.
137
JURNAL LENTERA BISNIS
PENUTUP
Kesimpulan
a. Dalam meyakinkan calon mahasiwa
baru, strategi yang dilakukan Presenter
selain menjelaskan kelebihan sistem
Pendidikan di Politeknik LP3I Jakarta
sebaiknya Presenter membandingkan
dengan perguruan Tinggi yang lain
yang menciptakan penganguran pada
mahasiswanya. Presenter
juga
melakukan
komunikasi
persuasif
secara emosional terhadap calon
rekrutannya.
b. Dalam meyakinkan mahasiwa baru
(aplikan) , setiap Presenter pernah
mengalami penolakan dengan berbagai
alasan. Namun perubahan perilaku
dapat terjadi pada calon Mahasiwa
(aplikan)
yang awalnya menolak
berubah menjadi menerima menjadi
mawasiswa
karena
melihat
keuntungan yang didapat jika kuliah di
Politeknik LP3I Jakarta.
Saran
1. Kiranya penelitian ini mendorong
D osen-Dosen Politeknik LP3I Jakarta
untuk melakukan penelitian lanjutan
sehingga bisa menambah kekurangankekurangan yang masih didapati dalam
penelitian ini atau bahkan memperluas
kajian penelitian ini.
2. Banyaknya kegunaan komunikasi
persuasif dalam kehidupan seharihari, membuat peneliti mengajak
civitas akedemik
Politeknik LP3i
Jakarta untuk memperluas pengetahuan
dan
wawasannya
mengenai
komunikasi persuasif guna memiliki
ketrampilan mengenai komunikasi
persuasif yang dapat diterapkan di
berbagai bidang.
3. Melalui penelitian ini, maka saran
peneliti mendorong setiap orang di
lingkungan Politeknik LP3I Jakarta
memiliki pandangan yang baik
mengenai Presenter karena Presenter
sebagai salah satu ujung tombak
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
untuk mencari mahasiswa dan untuk
kelangsungan hidup Politeknik LP3I
Jakarta ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Oemi. 1993. Dasar-dasar
Public Relations. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Basrowi & Suwandi, 2008. Memahami
Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Rineka Cipta
Bungin,
Burhan.
2007.
Penelitian
Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta : Kencana.
De Vito, Joseph A. 2011. Komunikasi
Antarmanusia,
Edisi
Kelima.
Jakarta : Karisma Publishing
Group.
Effendi, Onong Uchjana. 2006. Ilmu
Komunikasi: Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Psikologi
Komunikasi.
Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya.
Ritonga, M. Jamiluddin. 2005. Tipologi
Pesan Persuasif. Jakarta : PT. Indeks
138
Download