1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta
keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa
di dunia beserta dengan keunikannya masing-masing merupakan fenomena yang
sangat menarik bagi para ahli bahasa untuk diteliti sehingga dapat memperkaya
khazanah ilmu kebahasaan itu sendiri.
Salah satu objek penelitian bahasa yang menarik adalah pembentukan kata
atau word formation karena hal itu mutlak terjadi dalam suatu bahasa dan disebut
sebagai proses morfologi. Morfologi termasuk salah satu studi kebahasaan
(linguistik) yang mengkaji struktur internal kata atau leksikon suatu bahasa. Kata
dalam hal ini dipandang sebagai satuan-satuan padu bentuk dan makna yang
memperlihatkan aspek valensi sintaksis, yakni kemungkinan-kemungkinan yang
dimiliki kata untuk berkombinasi dengan kata-kata lain dalam kelompok kata
(Uhlenbeck dalam Ekowardono,1982:54).
Pada tingkat gramatikal, kata secara tradisional dipahami sebagai unsur
terkecil bahasa yang diidentifikasikan asal dan bentuknya dalam suatu paradigma.
Setiap bahasa tentunya dapat dijabarkan ihwal kata itu dan properti-properti
morfosintaksisnya (Matthews, 1974:136). Pada abad ke-19, istilah morfologi
sebagai bidang linguistik dipahami sebagai studi tentang perubahan-perubahan
1
2
secara sistematis tentang bentuk kata yang dihubungkan dengan maknanya
(Bauer, 1988:4). Hal itu dapat diambil contoh pasangan kata sebagai berikut:
Verba
to design ‘menggambar’
to fight ‘berjuang’
to write ‘menulis’
Nomina
 designer ‘perancang’
 fighter ‘pejuang/petinju’
 writer ‘penulis’
Kata-kata tersebut tidak hanya dikaji bentuk katanya, tetapi juga dikaji
fungsi unit-unit lain dalam mengubah bentuk katanya. Dengan begitu, kajian
morfologi berkaitan dengan proses infleksi dan derivasi (Katamba; 1993:206).
Dengan demikian, dalam proses pembentukan kata terdapat dua jenis afiks, yaitu
afiks-afiks infleksional dan afiks-afiks derivasional. Afiks infleksional adalah
afiks yang mampu menghasilkan bentuk-bentuk kata yang baru dari leksem
dasarnya, sedangkan afiks derivasional adalah afiks yang menghasilkan leksem
baru dari leksem dasar. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa morfologi
infleksional atau infleksi berkaitan dengan proses afiksasi yang ditentukan secara
sintaksis, sedangkan morfologi derivasional atau derivasi digunakan untuk
membentuk leksikal baru (Bauer, 1988:80).
Kedua proses morfologis itu menjadi hal yang menarik untuk diteliti
karena proses pembentukan kata ini pasti terjadi di semua bahasa dan tiap-tiap
bahasa menunjukkan proses yang berbeda. Dalam penelitian ini dibahas tentang
salah satu proses derivasi, yaitu nominalisasi. Istilah ini mengacu pada proses
pembentukan nomina (kata benda) dari kelas kata yang lain (verba, adjektiva,
adverbial) melalui penambahan afiks derivasional (Kridalaksana, 1984 :132).
3
Topik ini menarik untuk dibahas karena nominalisasi merupakan bagian
yang penting dalam penggunaan bahasa, baik nominalisasi verba maupun
adjektiva. Dalam penelitian ini secara khusus dibahas tentang nominalisasi
adjektiva dalam bahasa Perancis. Bahasa Perancis sebagai salah satu bahasa
internasional tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi oleh 24 negara, namun
juga sebagai bahasa ibu oleh lebih dari 77 juta penduduk di dunia, sebagai bahasa
kedua oleh 12 juta jiwa lainnya, serta digunakan sebagai bahasa resmi pada
komunitas dan organisasi dunia, seperti Uni Eropa, IOC, PBB, dan FIFA. Bahasa
Perancis memiliki keunikan dari segi pelafalan, kosakata, dan tata bahasanya.
Salah satu bagian yang cukup unik dan menarik untuk dikaji dan dipahami adalah
adjektiva dalam bahasa tersebut. Adjektiva bahasa Perancis sendiri memiliki
kekhasan jika dibandingkan dengan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Ada
dua hal yang sangat mempengaruhi dalam pembentukan adjektiva bahasa
Perancis, yaitu gender (maskulin/feminin) serta number (tunggal atau jamak) dari
nomina yang diterangkannya. Sebagai contoh, adjektiva grand ‘besar’ akan
memiliki bentuk-bentuk sebagai berikut.
grand batiment (n.m.sg)
‘gedung besar’,
grands batiments (n.m.pl) ‘gedung-gedung besar’
grande maison (n.f.sg)
‘rumah besar’,
grandes maison (n.f.pl)
‘rumah-rumah besar.
Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa ada empat bentuk untuk adjektiva
grand ‘besar’, yaitu grand, grands, grande, dan grandes. Proses seperti ini
termasuk dalam proses infleksi karena tidak menghasilkan kata yang baru, artinya
4
keempat bentuk tersebut memiliki fungsi dan kategori kata yang sama. Dapat
dilihat bahwa tiga bentuk terakhir mendapat sufiks -e, -s, dan –es (dalam bahasa
Perancis disebut accord). Sufiks –e bersifat inflektif, yaitu sebagai penanda
gender feminin, sedangkan sufiks –s sebagai penanda jamak, dan –es merupakan
penanda gender feminin jamak. Perubahan ini mengikuti aturan-aturan morfologi
tertentu (adjective agreement) karena ada adjektiva yang mengalami perubahan
yang teratur (regulier) dan tidak teratur (irregulier).
Secara praktis, adjektiva bahasa Perancis dapat diubah menjadi nomina,
baik dengan proses derivasi yang memerlukan derivational affiks maupun
nominalisasi dengan zero derivation. Menurut Mattews (1974:65), proses yang
terakhir ini disebut konversi (conversion), yaitu perubahan kelas kata tanpa
penambahan afiks atau proses derivasi dengan penambahan zero morfem. Dalam
bahasa Perancis hal ini juga dikenal dengan istilah derivation impropre, yaitu
perubahan kategori gramatikal sebuah kata yang disebabkan oleh fungsinya dalam
ujaran (Gardes-Tamine, 2001 :43). Biasanya, kategori sebuah kata dapat kita
pastikan dalam kamus, namun dalam percakapan sehari-hari akan cukup sulit
untuk menentukan kategori kata. Sering terjadi kategori sebuah kata berubah
sesuai dengan fungsinya dalam kalimat. Hal ini dapat kita lihat pada contoh
berikut.
a. Tous
les
hommes
sont charmé par sa
semua DEF.pl N.m.laki-laki PAS.terpukau
beauté
oleh POSS.3sg. N.f.sdkecantikan
Semua lelaki terpukau pada kecantikannya.
b. Le
beau de
cette
image est
sa
simplicité
DEF.m.sg ADJ.cantik PART DEM.f.ini gambar adalah POSS3.sg N.f.kesederhanaan
(sesuatu) Yang indah dari gambar ini adalah kesederhanaannya.
5
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa bentuk dasar adjektiva beau
‘cantik/indah’ dapat mengalami kedua tipe nominalisasi, yaitu :
1.
[beauadj + -té]  beauté N ‘keindahan’
2. [beauadj + ]  beau N
‘indahnya’
Untuk tipe kedua, adjektiva beau berubah kelas katanya menjadi nomina
dengan tanpa adanya afiksasi, namun kelas katanya telah berubah menjadi nomina
yang dibuktikan dengan adanya artikel definit le. Perlu diketahui bahwa setiap
nomina dalam bahasa Perancis harus didahului oleh determinan (penanda
nomina), seperti artikel definit/indefinit, artikel partitif, demonstratif, penanda
possesif, dan sebagainya (Hutagalung, 2003:30). Dengan demikian, kata beau di
atas dapat dipastikan berubah kelas katanya menjadi nomina karena ada artikel
definit (le) sebagai penanda nomina masculin di depan kata beau tersebut.
Perubahan seperti ini sering disebut dengan zero-derivation atau conversion
karena tidak adanya penambahan afiks untuk mengubah kelas kata. Karakteristik
dari konversi ini adalah bentuk dasar dan bentuk derivasi yang dihasilkan sama
persis, yang membedakan adalah makna semantik dan kategori morfosintaksisnya.
Kedua tipe nominalisasi ini sangat umum digunakan dalam bahasa Prancis
sehingga menarik untuk diulas karena memperlihatkan dua bentuk nomina yang
berbeda dari satu bentuk dasar adjektiva yang sama.
Jika dilihat dari struktur morfologinya, bahasa Perancis merupakan tipe
bahasa fleksi karena perubahan internal cenderung terjadi dalam akar kata itu
sendiri. Namun, pembubuhan afiks juga dapat dilakukan dalam membentuk suatu
leksikal baru dan mengekspresikan makna gramatikalnya. Akan tetapi,
6
penggunaannya tidak sesering seperti dalam bahasa aglutinasi. Karena
penggunaannya yang khusus tersebut, nominalisasi adjektiva yang termasuk
dalam proses derivasi menjadi menarik untuk diteliti sehingga dapat diketahui
leksikal baru apa saja yang dapat dibentuk oleh afiks-afiks derivasional yang
terdapat dalam bahasa Perancis.
Penelitian
tentang
proses
pembentukan
kata
khususnya
tentang
nominalisasi adjektiva dalam bahasa Perancis telah dilakukan oleh beberapa
peneliti luar, di antaranya adalah Nominalizations and the Structure of Adjectives
oleh Roy (2007). Pada penelitian ini, nominalisasi adjektiva hanya dibahas secara
umum, tidak diuraikan kaidah pembentukan nomina dari dasar adjektiva. Selain
itu, penelitian ini lebih cenderung membahas struktur adjektiva dengan
menguraikan fungsinya dalam frasa. Kemudian penelitian yang kedua The
Nominalization of Adjectives in French: From Morphological Conversion to
Categorial Mismatch” oleh Lauwers (2008) yang membahas nominalisasi
adjektiva dengan cara konversi (tanpa afiksasi) beserta struktur frasa dan makna
yang dihasilkan dari proses tersebut. Kedua penelitian yang telah dilakukan
tersebut sama-sama membahas nominalisasi, namun ada perbedaan, baik dalam
hal bidang yang dikaji maupun teori yang digunakan. Begitu pula dengan bukubuku tata bahasa Perancis, pembahasan tentang hal ini hanya bersifat struktural,
tidak disertai dengan kaidah-kaidah pembentukan kata.
Penelitian mengenai nominalisasi adjektiva dalam bahasa Perancis masih
perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam, baik
tentang proses afiksasi maupun konversi di dalamnya. Penelitian ini berbeda
7
dengan penelitian sebelumnya, terutama dalam teori yang digunakan, yaitu teori
Morfologi Generatif ditambah pula kajian bentuk dan makna gramatikal dari
kedua proses nominalisasi tersebut. Penerapan teori ini diharapkan dapat
menjelaskan
dengan
baik
tentang
proses
pembentukan
kata,
temasuk
pembentukan kata-kata potensial dan kaidah penyesuaian yang terjadi dalam
proses afiksasi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Di dalam penelitian ini dibahas tiga masalah pokok, yaitu sebagai berikut.
1. Afiks-afiks apa sajakah yang dapat membentuk nomina dari dasar
adjektiva dalam bahasa Perancis?
2. Bagaimanakah proses atau kaidah pembentukan kata dalam nominalisasi
adjektiva bahasa Perancis, baik dengan afiksasi maupun konversi
berdasarkan teori morfologi generatif?
3. Apakah fungsi dan makna gramatikal yang terbentuk dari kedua proses
nominalisasi adjektiva tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena
kebahasaan terutama mengenai proses nominalisasi adjektiva dalam bahasa
8
Perancis dari sudut pandang Teori Morfologi Generatif. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif pada tata bahasa Perancis
terutama dalam pemahaman pembentukan nomina dari bentuk dasar adjektiva.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan
yang dikemukakan dalam rumusan masalah, yaitu :
1. mengidentifikasi afiks-afiks pembentuk nomina dari dasar adjektiva
dalam bahasa Perancis;
2. menjelaskan proses pembentukan kata dalam nominalisasi adjektiva
bahasa Perancis dengan menggunakan teori Morfologi Generatif;
3. menemukan makna gramatikal yang terbentuk dari proses nominalisasi
tersebut.
1.4 Jangkauan penelitian
Jangkauan penulisan dalam penelitian ini adalah proses nominalisasi
adjektiva dalam bahasa Perancis, baik dengan penambahan afiks derivasional
maupun
dengan
konversi.
Permasalahan
yang
dibahas
mencakup
pengidentifikasian afiks-afiks pembentuk nomina dari dasar adjektiva, kemudian
bagaimana proses pembentukannya, dan makna gramatikal yang terbentuk dari
proses tersebut. Data yang diteliti adalah nomina yang berasal dari bentuk dasar
adjektiva kualifikatif, yaitu adjektiva yang mendeskripsikan nominanya, seperti
bentuk, warna, ukuran, sifat, dan lain-lain.
9
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun
praktis . Kedua manfaat yang diharapkan itu diuraikan berikut ini.
1.5.1
Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
pengetahuan di bidang linguistik terutama kajian Morfologi Generatif. Di samping
itu, data dan informasi dalam penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi
dalam pemahaman proses derivasi khususnya nominalisasi adjektiva dalam
bahasa Perancis.
1.5.2
Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi khususnya tentang proses nominalisasi bagi para peneliti lain ataupun
pengguna bahasa Perancis di Indonesia. Di samping itu, penjelasan tentang proses
morfologis di dalamnya diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang Teori
Morfologi Generatif serta dapat menunjang pengajaran bahasa Perancis tentang
penggunaan afiks derivasional pada adjektiva dalam membentuk nomina.
Download