penerapan active learning pada pembelajaran pendidikan agama

advertisement
PENERAPAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM (PAI) DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 MEDAN
Farida Jaya1
Abstrak
Penelitian ini menguraikan tentang Penerapan Active Learning pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan. Jenis
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Adapun
hasil yang ditemukan menunjukkan bahwa pembelajaran active learning pada mata
pelajaran PAI dapat diterapkan dengan baik bila didukung oleh kualitas guru, sarana
prasarana, serta dari berbagai pihak. Terkait keaktifan siswa, koordinasi guru agama
dengan kepala sekolah, wali kelas, dan kerjasama sekolah dengan lingkungan keluarga
masyarakat sangat saling membantu.
Kata Kunci : Penerapan, Pembelajaran PAI, Active Learning
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar terjadi manakala ada interaksi antara guru dengan siswa dan
antara siswa dengan siswa. Interaksi guru memerankan fungsi sebagai pengajar atau pemimpin
belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang
belajar. Keterpaduan kedua fungsi tersebut mengacu kepada tujuan yang sama, yakni
“memanusiakan siswa yang secara operasional tercermin dalam tujuan pendidikan dan tujuan
pengajaran (instruksional)”.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam
proses belajar, sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu siswa karena merekalah
yang akan belajar. Siswa merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan
masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual siswa, sehingga pembelajaran benar-benar dapat
merobah kondisi siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa serta
dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik.
Kondisi riil siswa sebagaimana yang diuraian di atas, selama ini kurang mendapat
perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang
cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok siswa,
sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada
kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran cenderung sama setiap kali
pertemuan di kelas.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual siswa dan didasarkan
pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan siswa ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran
konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya
1
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN-SU
kesenjangan yang nyata antara siswa yang cerdas dan siswa yang kurang cerdas dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya
ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan
terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah. Langkah yang sistematis dalam
proses belajar mengajar merupakan bagian penting dari strategi mengajar, yakni usaha guru
dalam mengatur dan menggunakan variabel-variabel pembelajaran agar mempengaruhi siswa
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Mengajar tidak semata-mata berorientasi kepada hasil (by produc), tetapi juga
berorientasi kepada proses (by process) dengan harapan, makin tinggi proses makin tinggi pula
hasil yang dicapai.
Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan
model pembelajaran yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh siswa. Model
pembelajaran yang ditawarkan adalah model active learning (pembelajaran aktif).
Active Learning (pembelajaran aktif) dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, namun
dalam kenyataannya berdasarkan pengamatan dan wawancara non formal peneliti kepada para
guru masih banyak yang belum menerapkan proses pembelajaran aktif di kelasnya, terutama
guru-guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal tersebut belum diketahui apa yang
menjadi penyebabnya, apakah kurangnya pengetahuan guru tentang pelaksanaan active learning
tersebut atau karena guru kurang kreatif dalam memilih strategi dan media yang dapat
mendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengkajian
secara khusus melalui sebuah penelitian, agar masalahnya dapat terungkap secara jelas, dengan
tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sesuai keterangan di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Model
active learning (pembelajaran aktif) dan penerapannya dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di tingkat M.Ts. Oleh karena itu maka penulis mengambil judul penelitian: “Penerapan
Active Learning pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 2 Medan”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian ini adalah :
“Penerapan Pembelajaran Aktif (active learning) pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan”
C. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penerapan Active learning (pembelajaran aktif) pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan?
2. Apa saja faktor-faktor yang dapat mendukung dan yang menjadi hambatan bagi guru
dalam menerapkan Active Learning pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan?
3. Bagaimana pengaruh penerapan Active Learning terhadap hasil belajar siswa pada materi
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negesi 2 Medan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah agar dapat mengetahui secara jelas
tentang penerapan Active Learning (Pembelajaran Aktif) pada pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan.
E. Signifikansi Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu sumbangan pemikiran bagi lembaga madrasah mengenai
bagaimana pentingnya active learning penerapan (pembelajaran aktif) pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan, serta dapat menambah
wawasan tentang macam-macam strategi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.
F. Kerangka Teori dan Penelitian yang Relevan
1. Kerangka Teori
a. Pengertian Active Learning (Pembelajaran aktif)
Pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta
didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam
proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan kompetensinya. Selain itu, belajar aktif juga memungkinkan peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru
yang diambil dari hasil analisis mereka sendiri.
Secara harfiah active learning maknanya adalah belajar aktif. Kebanyakan praktisi dan
pengamat menyebutnya sebagai model learning by doing. Pendekatannya, memandang belajar
sebagai proses membangun pemahaman lewat pengalaman dan informasi. Dengan pendekatan
ini, persepsi, pengetahuan dan perasaan peserta didik yang unik ikut mempengaruhi proses
pembelajaran.
Belajar bukanlah satu peristiwa pendek melainkan belajar terjadi secara bergelombang
oleh karena itu beberapa ekspose materi untuk mencernanya dan memahaminya harus
memperhatikan jenis-jenis ekspose yang berbeda-beda, bukan sekedar pengulangan input.
Selanjutnya agar belajar menjadi aktif, maka siswa harus menggunakan otak dengan cara
mengkaji suatu gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Belajar aktif harus penuh semangat, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about and
thinking aloud).
Active learning (belajar aktif) merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategistrategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat
peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan
dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pembelajaran. Juga terdapat
teknik-teknik memimpin belajar bagi seluruh kelas, bagi kelompok kecil, merangsang diskusi
dan debat, mempraktekkan ketrampilan-ketrampilan, mendorong adanya pertanyaan-pertanyaan
bahkan membuat peserta didik dapat saling mengajar satu sama lain.
Active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan
berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru
disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar peserta didik dapat belajar
secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta
didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.2
b. Karakteristik Active Learning (Pembelajaran aktif)
2
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 241
Pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh
pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan
kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.
2) Siswa tidak hanya belajar secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan
dengan materi pelajaran.
3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap yang berhubungan dengan
materi pelajaran,
4) Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan
evaluasi,
5) Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
2. Penelitian yang Relevan
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh tim dosen IAIN dan UNIMED
bekerjasama dengan DBE2 tahun 2009 dalam rangka penerapan active learning, guna
memperbaiki kualitas belajar mengajar, diselenggarakan di dua Madrasah dan di tiga Sekolah
Dasar Negeri (SDN) di Sumatera Utara, yang mendapat pelatihan active learning.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa, guru mata pelajaran bahasa dan sains lebih percaya
diri menggunakan strategi active learning di kelas mereka setelah mendapat intervensi.
Sementara bagi guru-guru agama Islam masih mengalami kesulitan dalam menggunakan media.
Siswa menunjukkan respon positif atas strategi pembelajaran baru ini.karena cukup
menyenangkan siswa.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang mempelajari secara
intensif latar belakang, status terakhir, dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan
sosial.3
Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu
sebuah penelitian suatu kelompok manusia atau objek, sesuatu kondisi, sistem pemikiran ataupun
suatu kelas istimewa pada masa sekarang.
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan yang berlokasi dijalan
Paratun 3 Medan.
3. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah para guru-guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 2 Medan yang berjumlah 17 orang.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat
penelitian berupa kata-kata dan tindakan. Hal ini merupakan sumber data yang diperoleh dari
lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk
mendapatkan informasi langsung tentang Penerapan Active learnig (Pembelajaran Aktif) di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan
3
Saefudin, 1998: 8
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam
sumber lainnya yang terdiri dari Silabus, RPP, Media pembelajaran dan lain-lain yang dapat
mendukung penelitian ini. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan
dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung
kepada para guru dan kepala sekolah serta siswa.
5. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode
sebagai berikut:
a. Observasi Langsung
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diteliti.4
Metode ini penulis gunakan untuk mengamati, mendengarkan, dan mencatat langsung terhadap
pelaksanaan Model active learning (pembelajaran Aktif) pada materi Pedidikan Agama Islam
(PAI), faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan model active learning.
b. Interview
Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwancara (interviewee)5. Maksud penggunaan metode ini adalah
untuk mencari data yang berhubungan dengan penerapan Active Learning (pembelajaran aktif)
pada materi Pendidikan Agama Islam.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang
sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian, yaitu berupa silabus, RPP, dan media-media
yang digunakan.
6. Teknis Analisis Data
Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif yang terdiri
dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data dan sekaligus reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan verifikasi6. Pertama, setelah pengumpulan data selesai, penulis melakukan
reduksi data yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
pengorganisasian sehingga data terpilah-pilah. Kedua, data yang telah direduksi disajikan dalam
bentuk narasi. Ketiga, adalah penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap
kedua dengan mengambil kesimpulan.
H. Temuan Penelitian
1. Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan MTsN 2
Medan
MTsN 2 Medan memiliki sejarah yang panjang. Sebelum MTsN terbagi menjadi
beberapa madrasah yang ada di kota Medan, pada awalnya MTsN Medan merupakan satusatunya madrasah tsanawiyah negeri di kota Medan. Gedung sekolah MTsN Medan ketika itu
menumpang kepada sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Medan di Jalan Pancing
No. 7A. Pada tahun 1984 dibangunlah gedung MTsN di Jalan Pertahanan Patumbak. Pada
4
Suharsimi, 1998:128
Ibid.
6
Miles dan Hubberman, 1992:16
5
awalnya terdapat 9 ruang kelas di Patumbak. Sementara itu, gedung di Jalan Pancing masih tetap
beroperasi. Dengan demikian, MTsN memiliki dua gedung.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para guru, menurut bapak Drs Ahmad
Darwis Siregar salah seorang guru yang terlama di MTsN 2 Medan, bahwa atas gagasan bapak
almarhum Suwong Kupon yang pada saat itu menjabat sebagai kepala Sekolah MTsN Medan,
tahun 1990 dibangun gedung MTsN Medan di Jalan Peratun dengan swadaya masyarakat yang
pada waktu itu melalui BP3 (Komete Sekolah), dan siswa yang berada di lokasi Jalan Pancing
pindah ke jalan peratun pada awalnya terdapat 7 ruang kelas, dan kemudian ditambah oleh
pemerintah 6 ruang kelas sehingga menjadi 12 ruang kelas.
Sejalan dengan perubahan kebijakan pendidikan, PGAN dihapus dan berubah menjadi
MAN 2 Medan. Pada tahun 1996 MTsN Medan dipisah menjadi dua, yaitu lokasi Patumbak
menjadi MTsN 1 Medan dengan kepala Madrasah Bapak almarhum Drs.Sotar Siregar, dan
lokasi di Jalan Peratun Nomor 3 Medan menjadi MTsN 2 Medan dengan kepala Madrasah Bapak
Drs. Marahalim, sedangkan guru-gurunya diberikan pilihan, mengajar di Patumbak atau di Jalan
Peratun. Biasanya, guru memilih dengan mempertimbangkan kedekatan tempat tinggal mereka
dengan sekolah.
Sejak berdirinya MTsN 2 Medan sudah mengalami 4 kali pergantian kepemimpinan
sebagai berikut:
1. Bapak Drs. Marahalim (1996 – 1997)
2. Bapak Drs. Farid Ilyas ( 1998 – 2002)
3. Ibu Dra. Nani Ayum (2002 – 2006)
4. Ibu Dra. Nursalimi, M.Ag. ( 2006 – Sampai saat ini/ 2014)
1.2. Visi, Misi MTsN 2 Medan
Adapun visi MTsN 2 Medan adalah mewujudkan MTsN 2 Medan yang Populis, Islami,
Berkualitas, dan Berwawasan Lingkungan.
Selanjutnya visi tersebut tertuang dalam misi antara lainnya yang tertulis di bawah ini:
1. Menerapkan prinsip-prinsip keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah dalam
kehidupan sehari-hari
2. Menerapkan IPTEK secara Islami.
3. Mampu berkompetisi dan meraih prestasi di bidang IPTEK, Seni, Budaya, dan
OlahRaga bersifat Regional, Nasional, dan Internasional.
4. Melengkapi sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan standar BSNP.
5. Mewujudkan lingkungan bestari (bersih, sehat, rapi, dan indah) yang kondusif serta
memiliki tekad mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup secara
berkesinambungan.
1.3. Keadaan Siswa Dan Guru MTsN 2 Medan
a. Jumlah Siswa
Kelas
LK
PR
Jumlah
Ket
VII
171
225
396
10 Lokal
VIII
182
189
371
10 Lokal
IX
133
225
358
9 Lokal
Total
486
639
1125
29 Lokal
b. Status Guru / Pegawai
No.
Kategori Guru / Pegawai
LK
PR
Jumlah
1
2
3
4
5
Guru Kemenag
Guru DPK
Guru Honor
Pegawai Kemenag
Peg. Honor / Penjaga Malam
Jumlah
11
2
8
1
5
26
53
2
9
3
3
69
64
4
17
4
8
97
c. Jumlah Guru Pendidikan Agama
N
O
NAMA
GURU
PENDIDIKAN
TERAKHIR
IJAZAH
MATA
PELAJARAN
JURUSAN
1
Dra. Hj.
Nurhayani
Tanjung
IAIN SU,
Tarbiyah
PAI
Qur’an Hadits
2
Dra. Hj. Pitta
Hara
STISTA,
Syariah
PAI
Fiqih, Bahasa
Arab
3
Dra. Hotnida
Sari
IAIN SU,
Ushuluddin
Aqidah
Filsafat
Aqidah Akhlak
4
Dra. Hj.
Salbiah
Siregar, MA
IAIN SU,
Tabiyah
PAI
Qur’an Hadits,
SKI
5
Naibah S.Pd.I
Al-Hikmah,
PTA
PAI
Qur’an Hadits,
Aqidah Akhlak
6
Dra.
Nursalimi,
M.Ag
Univ.
Muhammad
iyah
Surakarta
Magister
Studi Islam
Fiqih
7
Drs. A. Mu’in
IAIN SU,
Tarbiyah
PAI
Fiqih
8
Khadariah,
S.Ag
IAIN SU,
Tarbiyah
PAI
Qur’an Hadits,
SKI
9
Erliani, S.Ag
Univ.
Muhammad
iyah
Medan,
Tarbiyah
PAI
Aqidah Akhlak
10
Naharman,
S.Ag
IAIN SU,
Tarbiyah
PAI
Qur’an Hadits
11
Sulasmi,
S.Pd.I.
STAI AlHikmah
Tarbiyah
PAI
Akidah Akhlak
12
Syamsurizal,
S.Pd.I
ISID
GONTOR,
Tarbiyah
PAI
Bahasa Arab,
Fiqih
13
Dra. Minarni
Harahap, MA
IAIN SU,
Syariah
Hukum
Islam
Fiqih
14
Nikmah, S.Ag
IAIN SU,
Tarbiyah
PAI
SKI
15
Ratna Sari,
S.Ag
IAIN SU,
Tarbiyah
PAI
Qur’an Hadits
16
Yuliani, S.Ag
IAIN SU,
Tarbiyah
PAI
Qur’an Hadits
17
Surianto, S.Ag
IAIN SU,
Tarbiyah
PAI
Qur’an Hadits
2. Implementasi Active Learning pada pembelajaran PAI di MTsN 2
2.1. Pendekatan pembelajaran PAI
Untuk menunjang proses pembelajaran PAI di MTsN 2 Medan, pendekatan dan strategi
yang biasa digunakan oleh guru-guru dalam pembelajaran PAI adalah :
1) Pendekatan emosional yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam
menyakini, dan memahami, dan menghayati ajaran agamanya. Pendekatan ini sangat
penting dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, karena dengan pendekatan inilah
aspek afektif siswa bisa tersentuh. Pendekatan ini diterapkan di MTsN 2 ketika membahas
tentang beberapa materi yang membutuhkan penguatan khususnya dalam wilayah
keimanan dan akhlak. Di wilayah keimanan dilakukan dengan diskusi, diskusi siswa
berlangsung melibatkan dan mengajak langsung untuk memberi jawaban sebagaimana
yang ia ketahui.
2) Pendekatan pengalaman, yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada siswa dalam
rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Banyak materi-materi PAI yang membutuhkan
pendekatan pengalaman, seperti membaca, menulis, dan praktek.
3) Pendekatan pembiasaan, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
senantiasa mengamalkan ajaran agamanya, pendekatan ini diberikan kepada siswa sebagai
catatan dari pelaksanaan ibadah setiap harinya yang dilakukan siswa.
4) Pendekatan rasional, yaitu usaha memberikan peranan kepada rasio (akal) dalam
memahami kebenaran ajaran agama. Aplikasi pendekatan ini adalah guru biasanya
membagi siswa dalam beberapa kelompok. Masing-masing diberi soal untuk mengurai
tentang beberapa topik yang akan dibahas bersama, kemudian kelompok yang pertama
maju ke depan mempresentasikan hasil dari diskusi kelompoknya tentang topik yang
diberikan guru, kelompok yang lain bertanya atau menanggapi dari ulasan kelompok
pertama. Kelompok pertama menjawab dan jika siswa lain kurang puas terhadap jawaban
yang diberikan dapat langsung untuk mempertanyakan kembali. Guru membimbing dan
membenarkan jika diskusi melenceng (tidak sesuai) dari materi yang telah diberikan,
dengan tidak membuat down semangat mereka.
5) Pendekatan fungsional, yaitu usaha menyajikan pembelajaran PAI dengan menekankan
kepada segi kemanfaatannya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
perkembangannya.
Pendekatan-pendekatan di atas dalam penerapannya sangat tergantung pada penekanan
dari setiap materi yang diberikan. Jika materi hanya membutuhkan pendekatan rasional maka
akan dilakukan dengan pendekatan rasional dengan tetap tidak mengindahkan pendekatan
lainnya, tapi tekanannya lebih dibesarkan.
Pendekatan-pendekatan dan strategi yang diberikan, juga tidak semuanya terlihat
sempurna diterapkan. Terkadang guru kurang menguasai terhadap pendekatan atau strategi yang
diberikan, itu dikarenakan berubahnya kondisi siswa, atau terkadang karena kondisi siswa yang
sudah lelah dan pembelajarannya pun menjadi kurang menarik sehingga sebahagian siswa malas
dan tidak aktif lagi.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Dari hasil wawancara dengan ibu Yuliani S.Ag. sebagai guru PAI dalam mata pelajaran
Fikih, bahwa pelaksanaan pembelajaran active learning di MTsN 2 berada di dalam kelas selain
itu terkadang pelaksanaan pembelajarannya berada di luar kelas sebagai pembelajaran
lingkungan atau mengamati sesuatu atau praktek langsung sebagaimana tugas yang berhubungan
dengan materi. Namun dalam tulisan ini penulis menyajikannya dalam kelas. Adapun
pelaksanaannya adalah sebagaimana berikut :
1) Kegiatan Pendahuluan (Pembukaan)
Sebelum memulai pelajaran, guru mengamati kesiapan siswa untuk memulai belajar dan
bersama-sama mengucapkan basmalah. Untuk menciptakan belajar yang aktif dan
menyenangkan dalam kelas guru membuka pertemuan dengan memberikan sapaan hangat.
Setelah kondisi tercipta secara kondusif baru guru masuk ke pelajaran, namun sebelum masuk
pelajaran guru terlebih dahulu memberi tes tentang pelajaran yang telah diajarkan. Tes tersebut
bisa berupa tes lisan (Tanya jawab) atau lewat menjawab dengan memakai lembaran yang telah
disediakan. Materi dari tes adalah materi yang telah di ajarkan sebelumnya, dengan tes awal tadi,
guru bisa memotivasi siswa untuk lebih giat belajar dan lebih memperhatikan materi yang di
ajarkan guru sehingga siswa termotivasi untuk menjadi lebih aktif.
2) Kegiatan Inti
Dalam active learning guru hanya sebagai fasilitator. Berikut akan dideskripsikan tentang
pelaksanaan active learning dalam pembelajaran PAI pada mata pelajaran Fikih dengan materi
pokok: Sujud Syukur.
Pada kegiatan inti siswa dikelompokkan jadi lima kelompok, setiap kelompok diberikan
materi yang berbeda kemudian siswa diberi kesempatan untuk membaca materi selama sepuluh
menit. Setelah itu satu kelompok maju kedepan kelas saling berpasangan, dan tiap-tiap anggota
kelompok tersebut ditempelkan dibelakang mereka masing-masing kartu yang berisikan materi
tentang pengertian sujud syukur, hukum sujud syukur, sebab-sebab sujud syukur, syarat dan
rukun sujud syukur, serta hikmah sujud syukur. Setiap pasangan bergantian saling menebak apa
kata yang tertulis dibelakang mereka masing-masing dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
Setelah semua kata tertebak, masing-masing anggota kelompok yang maju menjelaskan
mengenai isi kartu mereka setelah itu kelompok yang lain boleh bertanya menyanggah atau
memperbaiki penjelasan mereka. Begitu seterusnya hingga semua kelompok maju secara
bergantian. Dan setelah itu guru menambah atau menjawab pertanyaan siswa yang belum
terjawab dan menyempurnakan materi pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir (Penutup)
Pada kegiatan akhir guru memberikan post-test dan penilaian terhadap materi yang sudah
dibahas, kemudian menugaskan kepada siswa untuk menghafal bacaan sujud syukur, dan
mengakhiri pembelajaran dengan sama-sama mengucapkan hamdalah.
Menurut ibu Anis, guru harus selalu menghargai siswa yang aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan selalu merespon apa yang disampaikan oleh siswa dalam bentuk
pernyataan ataupun pertanyaan yang belum mereka pahami.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat penerapan Active Learning dalam
pembelajaran PAI di MTsN 2 Medan
a. Faktor pendukung penerapan active learning
1) Peran pendidik.
2) Peserta didik.
3) Orang tua siswa
4) Media Pembelajaran
5) Lingkungan Pendidikan
b. Faktor penghambat penerapan active learning
1) Guru kurang pengalaman
2) Peserta didik yang beragam
3. Upaya memaksimalkan pelaksanaan penerapan active learning dalam pembelajaran
PAI di MTsN 2 Medan
a. Meningkatkan sumber daya guru
b. Siswa diberi pelajaran intensif terhadap pengetahuan agama
c. Penyediaan media belajar yang variasi
4. Pembahasan Hasil Penelitian.
Untuk lebih memahami secara mendalam tentang penerapan model pembelajaran active
learning sebagai suatu proses, penggunaan penelitian kualitatif lebih tepat dibandingkan
penelitian kuantitatif. Hal ini sesuai dengan pemikiran Bogdan dan Biklen (1992:31) yang
menyatakan bahwa: Qualitative researches are concerned with process rather than simply with
outscomes or product. Proses di sini adalah kegiatan implementasi model pembelajaran active
learning, yakni kegiatan belajar mengajar (KBM) yang melibatkan siswa dan guru di kelas di
mana penelitian ini dilakukan.
Penelitian kualitatif sering juga disebut sebagai metode etnografik, metoda fenomenologis,
atau metode impresionistik (Sudjana dan Ibrahim, 1989: 195). Karena metode penelitian kualitatif
sering digunakan untuk menghasilkan teori dari data penelitian (groundedtheory), bukan dari hasil
pengujian hipotesis seperti dalam metode penelitian kuantitatif atau positivistik, oleh sebab itu, teori
yang dihasilkan penelitian kualitatif menjadi bersifat generating theory. Lebih jauh ditegaskan
bahwa ketepatan interpretasi bergantung kepada ketajaman analisis, objektivitas, sistematik dan
sitemik. Pendekatan penelitian ini disebut juga pendekatan naturalistik, karena situasi lapangan
penelitian bersifat natural atau alamiah, apa adanya, dan tidak dimanipulasi (Nasution, 1992:18).
Sesuai dengan hakekat pendekatan penelitian kualitatif, peneliti ingin memperoleh
pemahaman terhadap bagaimana pembelajaran PAI di dalam kelas dengan model 'active
learning' dilaksanakan atau diimplementasikan. Aspek-aspek yang dikaji melalui penelitian ini
adalah perencanaan, pelaksanaan atau penerapan termasuk faktor-faktor pendukung, dan
penghambat serta penilaian terhadap keberhasilan program pembelajaran yang bersangkutan.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam, holistik, lebih mengutamakan
makna (verstehen), dan memandang hasil penelitian sebagai spekulatif (Nasution, 1992: 7)
terhadap implementasi program pembelajaran PAI, model active learning yang lebih
menekankan pada proses, maka lebih tepat jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif. Karena hakekat fenomena menurut penelitian kualitatif adalah totalitas atau
sifat keseluruhan (gestalt), maka pendekatan ini mencoba mengungkapkan kenyataan lapangan
secara alamiah (dalam hal ini, KBM PAI di dalam kelas dengan menggunakan model active
learning), sehingga diharapkan permasalahan penelitian dapat dipahami secara mendalam
(Moleong, 1996: 4). Mengingat interpretasi data dalam penelitian ini harus disusun secara
menyeluruh dan sistematis, maka data yang dikumpulkan dari lapangan adalah data yang bersifat
deskriptif-analitik.
Penelitian ini dilakukan di sekolah MTsN 2 Medan. Sesuai dengan peranan peneliti
sebagai alat penelitian yang utama, maka peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan
wawancara tak berstruktur kepada responden penelitian ini (kepala sekolah, guru-guru PAI, dan
para siswa yang mengikuti program PAI). Karena perananya sebagai instrumen utama dalam
pengumpulan informasi atau data, maka informasi atau data penelitian yang terkumpul dipahami
secara utuh, termasuk makna interaksi antar manusia, dan peneliti juga dapat menyelami
perasaan dan nilai yang terkandung dari ucapan atau perbuatan responden penelitian.
Dalam penelitian ini, Wawancara dilakukan terhadap guru-guru pendidikan agama Islam,
dan siswa serta pihak terkait (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan Wali Kelas), untuk
mendapatkan data pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama yang telah dilakukan dan kondisi
yang mendukung serta kendala bagi penerapan model pembelajaran active learning. Dan selain
itu melakukan observasi terhadap pelaksanaan model pembelajaran aktif yang dilakukan guru
dikelas.
Drs. A. Muin, salah seorang guru yang mengajar PAI berpendapat bahwa model
pembelajaran active learning pada mata pelajaran PAI dapat diterapkan dengan baik bila
didukung oleh kualitas guru, sarana prasarana, serta dukungan dari berbagai pihak terkait seperti
keaktifan siswa, koordinasi guru agama dengan kepala sekolah, wali kelas, dan kerjasama
sekolah dengan lingkungan keluarga masyarakat.
Dra. Nursalimi, M.Ag. sebagai kepala sekolah berpendapat bahwa pelajaran PAI yang
mencakup aqidah akhlak, Fikih, tarikh, dan Al-Qur'an Hadis sangat cocok jika didesain dengan
pembelajaran yang kreatif, dan inovatif tidak monoton. Sehingga membuat jenuh siswa dengan
ceramah-ceramah. Oleh karena itu model pembelajaran active learning sangat tepat jika
direncanakan secara detail dan bermusyawarah dengan siswa.
Dra. Minarni Harahap, MA. mengatakan bahwa variasi model pembelajaran itu sangat
disenangi siswa, apalagi desainnya banyak dan kegiatannya menarik. Model pembelajaran active
learning sangat cocok pada pokok bahasan yang memerlukan gerak fisik, kecakapan diskusi, dan
demonstrasi seperti pokok bahasan penyelengaraan jenazah.
H. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan tentang penerapan
active learning pada pembelajaran PAI di MTsN 2 Medan dapat di ambil kesimpulan bahwa
alasan guru untuk menggunakan model pembelajaran aktif dikelas adalah karena posisi guru
dalam active learning adalah sebagai mitra dialog, atau sebagai partner. Hubungan relasi seperti
ini akan berdampak kepada keharmonisan hubungan antara guru dan siswa. Untuk itu guru
berkewajiban untuk memiliki sejumlah kompetensi yang bagus, karena dalam active learning
diperlukan berbagai kreativitas untuk menyuguhkan berbagai pengajaran yang menyenangkan
dan kreatif. Disamping itu, dari bermacam karakter siswa yang unik dan pengetahuan agama
yang minim, karena mereka dibesarkan oleh lingkungan dan bawaan yang berbeda-beda, dalam
active learning dapat dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan siswa, karena mereka akan
dicampur dengan siswa lain dalam suatu kelompok diskusi, sebuah tim. Dengan pembentukan ini
akan terjadi pembauran sikap karena mereka akan saling mengenal sikap diantara siswa-siswa
lain dan memunculkan kreativtas yang tinggi serta pembentukan kepribadian yang mandiri dan
toleran.
Penerapan active learning pada pembelajaran PAI sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa, karena dengan belajar bersama secara aktif memudahkan siswa memahami materi
pelajaran yang disampaikan guru, baik kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Disamping itu,
penerapan active learning dapat mempengaruhi keprofesionalan guru karena dengan menerapkan
pembelajaran aktif, guru menjadi lebih kreatif dalam membuat RPP dan melaksanakan proses
dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi.
Daftar pustaka
Amri, Sofan. (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
PT. Prestasi Pustakaraya.
Bonwell, C.C. (1995). Center for Teaching and Learning, Active Learning: Creating
excitement in the classroom. St. Louis College of Pharmacy.
Emzir, (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif, Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta : Insan Madani
Mulyasa, E., (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan
Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. (1991), Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya.
Machmudah, Ummi. (2008). Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malang :
UIN-Malang Press.
Mudlofir, Ali. (2013), Pendidik Profesional, Konsep, strategi, dan Aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nasution,S..(2004), Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta.
Sanjaya, Wina.(2008), Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana- Prenada Media Group
Silberman, Mel. (2004). Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan
Sarjuli et al.). Yogyakarta:Yappendis.
Siregar, Eveline dan Hartini Nara. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Yamin, Martinis, (2003), Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta, Gaung Persada
Press.
Download