Bab 11.indd

advertisement
K-13
ekonomi
INFLASI
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan
penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat.
A.
INFLASI DAN GEJALA INFLASI
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan berlangsung secara
terus-menerus. Kenaikan harga barang pada dasarnya bisa bersifat sementara. Namun
ketika kenaikan itu berlangsung terus-menerus dan dalam waktu yang lama serta terjadi
hampir pada seluruh barang dan jasa, hal tersebut dapat dikatakan sebagai suatu gejala
inflasi. Jadi, kenaikan harga pada satu atau dua jenis barang tidak dapat dikategorikan
sebagai inflasi. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu kondisi di mana tingkat harga
barang-barang mengalami penurunan terus-menerus.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan kategori terjadinya gejala inflasi adalah
sebagai berikut.
a.
Adanya kenaikan harga. Harga suatu barang dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan harga periode sebelumnya.
b.
Kenaikan harga bersifat umum. Kenaikan harga satu atau dua jenis komoditas belum
dapat dikategorikan inflasi meskipun kenaikannya sangat tajam. Inflasi merupakan
kenaikan harga secara umum yang mencakup semua kelompok barang dan jasa.
1
K
e
l
a
s
XI
c.
B.
Berlangsung terus-menerus. Kenaikan harga yang bersifat umum belum dapat
memunculkan inflasi jika terjadinya sesaat. Oleh karena itu, perhitungan inflasi
dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Dalam waktu sebulan akan terlihat
apakah kenaikan harga bersifat sementara atau terus-menerus.
JENIS-JENIS INFLASI
Jenis inflasi dapat dibedakan atas dasar tingkat keparahan, sumber penyebab, dan
berdasarkan asalnya.
a.
Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahan
Inflasi ini diukur dengan menggunakan ukuran penghitungan indeks harga. Indeks harga
yang biasanya digunakan untuk mengukur besaran inflasi adalah Indeks Harga Konsumen
(IHK). IHK adalah suatu ukuran statistik yang dapat menunjukkan perubahan-perubahan
pada harga komoditas dan jumlah barang yang dibeli konsumen dari waktu ke waktu.
Besaran IHK ini dapat ditentukan dengan berbagai metode penghitungan indeks harga.
Setelah mengetahui besarnya IHK, selanjutnya dapat ditentukan berapakah besarnya laju
inflasi yang terjadi di negara yang bersangkutan.
Rumus menghitung laju inflasi adalah:
Laju Inflasi n =
IHKn − IHKn − 1
× 100%
IHKn − 1
Keterangan:
n
= tahun berjalan
n-1 = tahun berjalan dikurangi 1
Adapun penghitungan indeks harga akan menghasilkan persentase angka dengan
indikator sebagai berikut.
1.
Inflasi rendah, yaitu inflasi yang angkanya di bawah 10% (I < 10%). Inflasi ini disebut
juga inflasi ringan dan gejalanya masih mudah untuk dikendalikan.
2.
Inflasi sedang, yaitu inflasi yang terjadi jika angkanya antara 10% - 30% (10% < I <
30%). Inflasi jenis ini belum membahayakan perekonomian, namun sudah berdampak
pada penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat terutama bagi penduduk yang
berpenghasilan tetap.
3.
Inflasi tinggi, yaitu inflasi yang terjadi jika angkanya antara 30% - 100% (30% < I <
100%). Inflasi pada tingkat ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian sebab
harga-harga barang mengalami lonjakan drastis sehingga masyarakat cenderung
lebih suka menimbun barang. Dalam kondisi ini pula, masyarakat enggan menabung
karena bunga tabungan lebih rendah daripada tingkat inflasi.
2
4.
Hiperinflasi, yaitu inflasi yang terjadi jika angkanya lebih dari 100% (I > 100%). Dalam
kondisi ini, perekonomian kacau. Pada tingkat inflasi sangat berat ini dampaknya
tidak hanya terjadi pada bidang ekonomi, tetapi juga bidang politik dan sosial,
misalnya terjadi kerusuhan dan pemberontakan.
Contoh Soal:
Perhatikan tabel harga beras di Pasar Andir pada 2013 – 2015 berikut.
Tahun
Harga per kg (Rp)
2013
9.500
2014
9.800
2015
11.100
Berdasarkan data di atas:
•
hitunglah Indeks Harga Konsumen (IHK),
•
hitunglah laju inflasi pada 2014 dan 2015 dengan harga dasar tahun 2013.
Pembahasan:
a.
IHK 2013 =
Harga2013
9.500
× 100% =
× 100% = 100%
Harga2013
9.500
IHK 2014 =
Harga2014
9.800
× 100% =
× 100% = 103,16%
9.500
Harga2013
IHK 2015 =
Harga2015
11.100
× 100% =
× 100% = 116, 84%
Harga2013
9.500
b.
Laju Inflasi 2014 =
IHK 2014 − IHK 2013
103,16 − 100
× 100% =
× 100% = 3,16%
IHK 2013
100
c.
Laju Inflasi 2015 =
IHK 2015 − IHK 2014
116, 84 − 103,16
× 100% =
× 100% = 13, 68%
IHK 2014
103,16
3
Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
1.
Demand pull inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena tingginya permintaan
masyarakat terhadap barang. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kurva berikut.
AS
Price Level
b.
AD2
AD1
Real GDP
Kurva di atas menjelaskan tentang bergesernya agregate demand 1 (AD1) ke kanan
atas menjadi agregate demand 2 (AD2). Dengan asumsi kurva penawaran agregat
atau agregate supply (AS) tetap, pergeseran AD1 ke AD2 menyebabkan naiknya harga
barang atau price level yang akhirnya memicu inflasi.
2.
Cost push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi yang
berimbas pada naiknya harga barang. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kurva
berikut.
Price
level
AS2
AS1
P2
P1
AD
0
Y2
Y1
Real national
output
Kurva di atas menjelaskan tentang bergesernya agregate supply 1 (AS1) ke kiri atas
menjadi agregate supply 2 (AS2). Dengan asumsi kurva permintaan agregat atau
agregate demand (AD) tetap, pergeseran AS1 ke AS2 menyebabkan naiknya harga
barang atau price level yang akhirnya memicu inflasi.
4
3.
c.
C.
Mixed inflation, yaitu inflasi yang terjadi disebabkan oleh tekanan permintaan
(demand pull inflation) dan inflasi dorongan biaya (cost push inflation). Dalam
praktiknya, inflasi campuran merupakan inflasi yang lazim terjadi di berbagai negara
dunia dewasa ini.
Inflasi Berdasarkan Asalnya
1.
Inflasi karena defisit APBN terjadi jika pertumbuhan uang lebih tinggi daripada
pertumbuhan jumlah barang.
2.
Imported inflation terjadi akibat suatu negara mengimpor barang dari negara yang
sedang mengalami inflasi.
TEORI-TEORI INFLASI
Para ahli di bidang ekonomi mencoba menyusun teori-teori inflasi dengan menyoroti
aspek-aspek tertentu dari inflasi. Secara garis besar ada tiga teori inflasi, yaitu teori
kuantitas, Keynes, dan strukturalis. Untuk menerapkan teori mana yang cocok bagi suatu
negara harus ditentukan aspek-aspek yang terpenting dalam proses inflasi di negara
tersebut.
a.
Teori Kuantitas
Teori ini dipelopori oleh Irving Fisher. Teori ini menekankan bahwa inflasi dipengaruhi
oleh pertambahan jumlah uang yang beredar dan anggapan masyarakat terhadap
kenaikan harga (faktor psikologis). Menurut teori kuantitas, inflasi hanya bisa berlangsung
apabila terjadi penambahan jumlah uang beredar. Hal ini terlihat pada rumus berikut.
M×V=P×T
Keterangan:
M = jumlah uang yang beredar
V = tingkat perputaran uang (berapa kali uang berpindah tangan)
P = tingkat harga
T = volume barang dan jasa yang ditransaksikan
Menurut teori kuantitas, apabila jumlah uang beredar atau penawaran uang (M)
bertambah, maka tingkat harga umum (P) juga akan naik. Hal ini karena anggapan bahwa
V dan T konstan atau bergerak stabil. Hubungan langsung antara P dan M seperti yang
5
digambarkan oleh teori kuantitas uang sederhana dapat digunakan untuk menerangkan
situasi inflasi. Untuk menjelaskan teori tersebut, perhatikan contoh soal berikut.
Contoh Soal:
Di suatu negara diketahui jumlah uang yang beredar sebesar Rp100.000.000.000,00
dengan kecepatan peredaran uang 20 kali dan jumlah barang yang tersedia sebanyak
50.000.000 unit. Berdasarkan data tersebut, hitunglah tingkat harga yang berlaku di
negara tersebut.
Pembahasan:
Diketahui:
M = Rp100.000.000.000,00
V = 20
T = 50.000
Tingkat harga (P) dapat ditentukan dengan cara:
M×V=P×T
100.000.000.000 × 20 = P × 50.000
100.000.000.000 × 20
=P
50.000
P = 40.000
Jadi, tingkat harga yang berlaku di negara tersebut adalah Rp40.000,00.
b.
Teori Keynes
Menurut John Maynard Keynes, inflasi terjadi karena ada sebagian masyarakat yang
ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi merupakan proses
perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial (pelaku-pelaku ekonomi)
yang menginginkan bagian lebih besar dari yang bisa disediakan oleh masyarakat
tersebut. Proses perebutan tersebut terlihat pada keadaan di mana permintaan
masyarakat terhadap barang-barang selalu melebihi jumlah barang yang tersedia. Hal ini
menimbulkan apa yang disebut dengan celah inflasi atau inflationary gap. Celah inflasi
timbul karena golongan-golongan masyarakat berhasil mewujudkan keinginan mereka
menjadi permintaan efektif (permintaan berdaya beli) terhadap barang-barang dan
jasa. Golongan masyarakat tersebut adalah pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja.
Pemerintah berusaha memperoleh pendapatan yang besar dengan cara mencetak uang
baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang diperoleh dari kredit perbankan.
Sementara itu pekerja berusaha memperoleh kenaikan upah/gaji agar bisa lebih banyak
membeli barang dan jasa.
6
c.
Teori Strukturalis
Teori strukturalis disusun berdasarkan pola pengalaman di negara-negara Amerika
Latin. Teori ini memberikan perhatian besar terhadap struktur perekonomian di negara
berkembang. Inflasi di negara berkembang terutama disebabkan oleh faktor-faktor struktur
ekonominya. Menurut teori ini, kondisi struktur ekonomi negara berkembang yang dapat
menimbulkan inflasi adalah ketidakelastisan penerimaan ekspor dan ketidakelastisan
penawaran atau produksi makanan di dalam negeri.
D.
DAMPAK INFLASI
Inflasi mempunyai dampak terhadap individu maupun bagi kegiatan perekonomian secara
luas. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat positif maupun negatif, tergantung pada
tingkat keparahannya. Laju inflasi yang terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan
ekonomi dan menyengsarakan masyarakat yang berpenghasilan tetap dan rendah.
Dampak yang terjadi terhadap perekonomian apabila terjadi inflasi adalah sebagai
berikut.
a.
Dampak Positif
Pengaruh positif inflasi terjadi apabila tingkat inflasi masih rendah, yakni masih berada
pada persentase tingkat bunga kredit yang berlaku, misalnya pada saat itu tingkat bunga
kredit 15% per tahun dan tingkat inflasi 5%. Bagi negara maju, inflasi seperti ini akan
mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan. Hal ini terjadi karena pengusaha atau
wirausahawan di negara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk berinvestasi,
memproduksi, dan menjual barang maupun jasa.
b.
Dampak Negatif
1.
Mendorong penanaman modal spekulatif. Inflasi menyebabkan para pemilik modal
cenderung melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif dengan cara membeli
rumah, tanah, dan emas yang nilainya relatif stabil.
2.
Tingkat bunga meningkat dan akan mengakibatkan investasi menurun. Guna
menghindari kemerosotan nilai uang dari modal yang dipinjamkan, bank akan
cenderung menaikkan suku bunga pinjaman. Jika tingkat inflasi tinggi maka suku
bunga akan tinggi sebagai bagian dari kebijakan moneter. Hal ini dapat menyebabkan
berkurangnya penanaman modal untuk membuka usaha-usaha produktif.
3.
Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan. Tingkat inflasi yang
tergolong cukup parah dan gagal dikendalikan pemerintah akan berdampak pada
ketidakpastian perekonomian, misalnya konsumen akan cenderung melakukan
7
penimbunan barang karena takut barang tidak tersedia dengan cukup, sedangkan
produsen akan sulit menentukan besaran biaya produksi karena harga bahan baku
yang berfluktuasi.
4.
Menimbulkan masalah pada neraca pembayaran. Inflasi yang terjadi di dalam negeri
menyebabkan barang-barang impor cenderung lebih murah. Hal ini tentunya akan
berpengaruh pada defisit neraca pembayaran dan merosotnya nilai mata uang
dalam negeri.
Dampak inflasi yang terjadi kepada masyarakat dan individu adalah sebagai berikut.
1.
Menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
2.
Memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan.
3.
Turunnya nilai rill tabungan dan pinjaman.
4.
Turunnya pendapatan rill bagi penduduk berpendapatan tetap.
8
Download