BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kepolisian Indonesia adalah suatu lembaga hukum yang siap membantu apa pun pengaduan dari masyarakat, seperti pencurian, pembunuhan, Kepolisian dan perampokan. Indonesia yaitu Sebagaimana Melindungi, semboyan Mengayomi dan Tribrata Melayani masyarakat. Selaku aparat penegak hukum dan bersama-sama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina ketentraman masyarakat dalam wilayah negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat. Hal ini karena tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan perundang-undangan. Aparat kepolisian selalu memberikan bimbingan bagi terciptanya kondisi yang menunjang terselenggaranya usaha dan kegiatan penegakan hukum. Begitu pula melayani masyarakat merupakan salah satu tugas yang harus dijalankan aparat kepolisian. Tugas ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Sebagaimana pendapat Djatmika (1996) bahwa dalam menjalankan tugas sebagai pelayan masyarakat, seorang polisi harus mampu mengendalikan perasaannya, sanggup menahan egonya, sehingga orang yang dilayani merasa senang, puas, dan merasa dihormati. Salah satu sikap mental yang harus dipenuhi seorang polisi sebagai pengemban “pelayanan masyarakat” adalah sikap menghormati dan tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan masyarakat yang dilayaninya. 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Secara umum tugas Polri terbagi dalam lima fungsi kepolisian, yaitu fungsi intelijen, fungsi reserse, fungsi samapta, fungsi lalu lintas, dan fungsi bimbingan masyarakat. Polisi fungsi samapta merupakan satuan Polri yang senantiasa siap siaga untuk menghindarkan dan mencegah terjadinya ancaman atau bahaya yang merugikan masyarakat dalam upaya mewujudkan ketertiban dan keamanan masyarakat (Sutanto, 2004). Pekerjaan polisi merupakan pekerjaan yang tidak dapat diprediksikan serta tidak memiliki batas waktu yang jelas. Diibaratkan seperti “menjemput bola”, setiap saat masyarakat membutuhkan bantuan polisi, maka polisi harus siap. Orang-orang yang dihadapi polisi berasal dari berbagai macam golongan dengan status dan kepentingan yang berbeda-beda. Kepentingankepentingan golongan dalam masyarakat sendiri sering kali saling berbenturan (Rahardjo, 2002). Situasi ini membuat polisi selalu dihadapkan pada suatu dilema. Adanya aturan bahwa, polisi harus menegakkan peraturan maka pasti ada pihak yang diuntungkan dan dalam waktu bersamaan pasti ada yang merasa dirugikan. Kondisi kerja yang kurang menguntungkan tersebut dapat menjadi sumber stressor bagi aparat kepolisian. atau dalam hal ini dapat menurunkan profesionalisme. Hasil penelitian menyebutkan bahwa stres dapat menghasilkan penurunan dalam kinerja atau produktivitasnya. Stres juga dapat menimbulkan kelelahan mental dan reaksi-reaksi emosional dan fisik (Munandar, 2006). Namun, tanpa mereka sadari beban hidup yang semakin berat ditambah dengan beban pekerjaan yang selalu bertambah setiap harinya 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dapat membuat mereka menjadi lelah dan bahkan stres. Hal inilah yang banyak dirasakan oleh anggota Polri. Hawari (2008) mengatakan seseorang yang sedang bekerja rentan terkena stres. Beban pekerjaan yang selalu menumpuk ditambah dengan beban kehidupan yang semakin sulit menjadi pemicu timbulnya stres pada tenaga kerja. Tenaga kerja dalam interaksinya di pekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil interaksinya di tempat lain, di rumah, di sekolah, di perkumpulan (organisasi), dan sebagainya. Hawari (2008) juga mengatakan bahwa pembangkit stres (stressors) tidak hanya datang dari satu macam pembangkit stres saja tetapi dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu manusia bekerja. Karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja. Pembangkit stres pekerjaan merupakan pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya seorang tenaga kerja yang bekerja. Perubahan-perubahan psikososial yang terjadi saat ini dengan segala keterkaitannya yaitu 1001 macam permasalahan kehidupan pada sebagian orang dapat merupakan beban atau tekanan mental yang disebut sebagai stressor psikososial. Dan, apabila seseorang itu tidak mampu mengatasi stressor psikososial tadi, yang bersangkutan akan mengalami penurunan kekebalan atau imunitas sehingga taraf kesehatan fisik maupun mental terganggu dan yang bersangkutan dapat jatuh sakit. Seperti yang dikatakan diatas bahwa pemicu stres datang dari berbagai aspek yang ada. Begitu pula dengan apa yang dikatakan oleh Wade and Tavris (2009): 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ “Some kinds of stressors are especially likely to affect the immune system, thereby increasing the risk of illness or poor health : (1) Work-related problems; (2) Noise; (3) Bereavement and loss; and (4) Poverty, powerlessness, and low status”. Seperti yang dikemukakan oleh Wade and Tavris bahwa bertambah banyaknya orang-orang yang sakit saat ini karena dihadapkan pada permasalahan pekerjaan, kebisingan, kehilangan dan juga kerugian serta kemiskinan, rendahnya status seseorang dalam masyarakat dan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi kehidupan saat ini. Stres merupakan dampak dari kehidupan masyarakat saat ini. Beban kehidupan, himpitan ekonomi menjadi pemicu datangnya stres. Orang yang tidak bisa mengendalikan stres akan berdampak buruk untuk dirinya dan bahkan orang lain. Karena itu sebagai manusia yang diberi akal, manusia harus dapat memanajemeni stres itu sendiri agar tidak dapat timbul hal-hal lain yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata dari stres. Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan. Bekerja dalam kondisi stres akan menurunkan Kinerja aparat pada dasarnya akan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi yang berasal dari individu atau yang disebut faktor individual, dan kondisi yang berasal dari luar individu atau yang disebut faktor situasional. Faktor individual meliputi jenis kelamin, kesehatan, pengalaman, dan karakteristik 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/ psikologis yang terdiri dari motivasi, kepribadian, dan locus of control. Adapun faktor situasional meliputi kepemimpinan, prestasi kerja, hubungan sosial dan budaya organisasi. Adapun penerapan teknologi khususnya sistem informasi akan membantu aparat dalam melakukan pekerjaannya dengan cara mengurangi keterbatasan yang dimilikinya (Falikhatun, 2003). Fenomena permasalahan anggota Polri di Polsek Bantar Gebang Bekasi antara lain mereka mendapat tugas yang berat dalam menghadapi perilaku masyarakat terutama tugas tambahan jika menghadapi demonstrasi, teroris, tumpang tindih (over lap) tugas pekerjaan yang harus selalu siaga dengan tugas apa pun yang diberikan atasan. Para anggota Polri harus siap dengan setiap laporan dan pengaduan dari masyarakat. Begitu pula para anggota polri harus siap dengan kondisi apapun dalam pekerjaan. Namun, ketika para anggota Polri tersebut dihadapkan pada pekerjaan yang begitu banyak sehingga memungkinkan mereka stres akibat beban pekerjaan tersebut. Untuk tetap dapat menjaga kinerja mereka, para anggota Polri perlu memiliki kemampuan pengendalian diri untuk menghilangkan stres. Pada umumnya para anggota Polri akan menghibur diri mereka melalui kegiatan yang positif, seperti olahraga bersama anggota Polri yang lain atau juga berkaraoke. Hal ini ,merupakan upaya mereka untuk menghilangkan stres dan tetap menjaga kinerja dalam bekerja. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti meneliti tentang “Hubungan Antara Stres Kerja Dan Kinerja Anggota Polri di Polsek Bantar Gebang Bekasi.” 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : 1. Seberapa tinggi tingkat kinerja anggota Polri di Polsek Bantar Gebang, Bekasi? 2. Seberapa tinggi tingkat stres kerja anggota Polri di Polsek Bantar Gebang, Bekasi? 3. Apakah terdapat hubungan stres kerja dengan kinerja anggota Polri di Polsek Bantar Gebang, Bekasi? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui adakah pengaruh stres terhadap kinerja anggota Polri, lalu apa sesungguhnya yang menjadi faktor penyebab stres tersebut, serta bagaimana manajemen stres tersebut agar tidak berdampak buruk pada kinerja anggota Polri. 1.3.2. Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui : a. Gambaran stres anggota Polri di Polsek Bantar Gebang, Bekasi. b. Gambaran tingkat kinerja anggota Polri di Polsek Bantar Gebang, Bekasi. c. Hubungan stres kerja dengan kinerja anggota Polri di Polsek Bantar Gebang, Bekasi. 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan masukan bagi : 1. Para anggota Polri agar dapat memanajemeni stres agar tidak berpengaruh terhadap kinerja mereka dan agar tidak merugikan kepolisian. 2. Mahasiswa, peneliti, dan penulis dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya untuk memanajemeni stres agar tidak berkelanjutan dan tidak merugikan dirinya dan juga orang lain. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/