BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Evolusi Perkembangan Teknologi Transmisi
Perkembangan teknologi transmisi dengan menggunakan fiber optik yang
sangat pesat saat ini seiring dengan kebutuhan masyarakat akan layanan mobile
dan broadband yang handal, efesien, kualitas bagus. Dan juga dari teknologi
tersebut banyak aplikasi yang bisa dimamfaatkan sesuai dengan keperluan
masing-masing individu. Proses evolusi teknologi broadband telekomunikasi saat
ini erat kaitannya dengan perkembangan layanan jaringan mobile maupun fix serta
layanan multimedia lainnya. Dalam hal ini sistem jaringan transmisi yang berbasis
fiber optik sangat tepat guna mendukung layanan tersebut.
Komunikasi melalui media fiber optik sangat cepat dikembangkan sehingga
subsistem optik terpadu yang mudah dalam penggandengan dan mempunyai rugirugi kecil dan sangat dibutuhkan untuk jaringan masa depan. Dengan karakteristik
serat optik tersebut menyebabkan pemakaian serat optik dapat ditingkatkan pada
sistem transmisi kecepatan tinggi.
Seiring dengan perkembangan teknologi mobile wireless yang digunakan
untuk layanan jaringan mobile 3G, 4G, dan 4,5G serta menuju 5G diperlukan
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
konsep dan kesiapan sistem transport berbasis fiber optik yang sudah memiliki
kualitas performansi baik, scalability, reliable, kapasitas besar dan
high
technology. Proses evolusi system transmisi dimulai dari teknologi PDH, SDH
kemudian Ethernet over SDH (NG-SDH) dan saat ini MPLS-TP Layer-2. Sampai
saat ini proses evolusi sistem transmisi fiber optik telah menuju digitalisasi.
2.2
Evolusi Sistem Transmisi PDH ke SDH
Sebelum teknologi SDH yang ada saat ini, konsep sistem komunikasi
digital yang paling umum digunakan adalah plesiochronous digital
hierarchy (PDH). Teknologi pada PDH ini masih ada keterbatasan sehingga
untuk
mengatasi
hal
tersebut
maka
dikembangkanlah
teknologi
tersinkronisasi yang baru yaitu SDH. Selain itu keterbatasan PDH untuk
menyediakan kanal yang besar turut pula melatar belakangi adanya
teknologi SDH yang mampu mengirimkan sinyal informasi dengan
kecepatan dan fleksibilitas yang cukup tinggi [5].
Dalam PDH, sebuah peralatan transmisi tertentu umumnya hanya
menangani dengan baik satu fungsi tertentu saja dalam jaringan, sementara
dalam SDH, ada integrasi dari berbagai tipe peralatan yang berbeda-beda
yang mampu memberikan kebebasan baru dalam perancangan jaringan.
Sehingga SDH dapat dipergunakan untuk transmisi optik kapasitas besar,
pengaturan lalu lintas komunikasi dan restorasi jaringan. Hal inilah yang
mendasari berkembangnya teknologi transmisi dari sistem PDH ke sistem
SDH.
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Selain itu SDH memiliki struktur yang lebih sederhana dari pada
PDH. Dalam SDH, tributary hanya melalui satu tahapan pemultipleksan,
sedangkan dalam PDH pemultipleksan asinkron digunakan saat suatu
tributary di multipleks ke dalam suatu tributary yang laju bitnya lebih tinggi.
SDH merupakan suatu struktur transport digital yang beroperasi dengan
pengaturan yang tepat terhadap payload dan mengirimnya melalui jaringan
transmisi yang sudah tersinkronisasi.
Karena
format
transmisi
SDH
dirancang
untuk
mengatasi
keterbatasan PDH, maka perusahaan telekomunikasi memang harus segera
mengganti transmisi PDH dengan jaringan SDH yang sudah lebih banyak
fungsi, kualitas yang handal. Isu yang penting adalah masalah keseimbangan
antara keuntungan yang ditawarkan oleh SDH dan hambatan biaya dalam
investasi jaringan. Untuk itu diperlukan strategi bagaimana berevolusi
jaringan dari teknologi PDH ke SDH.
Dalam strategi ini introduksi untuk SDH dimulai pada level jaringan
besar (backbone) dengan sedikit simpul-simpul yang dihubungkan dengan
sistem-sistem STM-16 atau STM-4 SDH. Interkoneksi ke suatu jaringan
PDH adalah dengan sebuah gateway (gerbang penghubung), umumnya pada
port cross connect dan persediaan port cross connect yang memadai untuk
mendukung semua fungsionalitas PDH dan SDH yang diperlukan. Ini
merupakan suatu aspek yang penting dari perencanaan jaringan.
Langkah berikut adalah mengubah lapisan-lapisan berikutnya yang
lebih rendah ke SDH, dan memindahkan gateway-nya ke titik dimana
keuntungan SDH paling dapat dijamin. Dengan demikian SDH memberikan
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keuntungan secara penuh bagi lapisan-lapisan yang lebih tinggi dan secara
selektif pada lapisan-lapisan yang lebih rendah. Strategi dengan metode
bottom-up adalah memasang SDH pada simpul-simpul jaringan pada level
tengahan (metro) maupun level bawah (access), yakni menyediakan konsep
ring SDH untuk menghubungkan kedua layer tersebut.
Pada level ini, beberapa cross-connect utamanya akan diperlukan
pitalebar (wideband), untuk menginterkoneksi sistem-sistem transport STM1 melalui antarmuka-antarmuka 155 Mbps (atau 140 Mbps melalui sebuah
antarmuka gateway), dengan menyalurkan dan memadukan fasilitas pada
level VC-12 yang dibawa dalam kecepatan 2 Mbps. Melalui metode paralel,
SDH diinstalasi dengan konsep overlay (yang ditumpang-tindihkan) di
samping jaringan PDH nya dalam beberapa simpul. Tujuannya adalah untuk
mengimplementasikan layanan baru tertentu yang butuh alokasi bandwith
yang agak besar (seperti internet dan entertainment lainnya dan interkoneksi
LAN/LAN) serta memperoleh keuntungan dari semua fungsi SDH sesegera
mungkin, dan menyediakan perbaikan-perbaikan dalam hal kualitasnya.
Gateway bagi jaringan PDH masih dibutuhkan, meskipun ada
segregasi (pemisahan) antara layanan-layanan lama dan baru antara fasilitasfasilitas SDH dan PDH. Penting juga bahwa semua peralatan yang
diperlukan untuk menyediakan fungsionalitas pada SDH secara penuh sudah
dipasang. Strategi ini menarik bagi perusahaan telekomunikasi dengan
pertumbuhan lalu lintas komunikasi yang cepat, dan bagi yang berharap
untuk menambahkan fungsionalitas SDH.
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2.1
Struktur Multiplexing SDH
Multiplexing merupakan gabungan beberapa proses dan elemen yang
harus dilalui oleh sinyal sampai ditransmisikan.Struktur multiplexing pada
SDH merupakan suatu urutan proses multiplexing dimulai dari tahap
tributary sampai membentuk satu frame STM-N seperti ditunjukan pada
Gambar 2.1 berikut ini.
STM-N
AUG
AU-4
VC-4
C-4
TUG-3
TUG-2
TU-3
TU-12
VC-3
VC-12
140 Mbps
C-3
C-12
45 Mbps
2 Mbps
Gambar 2.1 Struktur multiplexing SDH [3]
Berdasarkan gambar 2.1 dapat dijelaskan proses multiplexing sebagai
berikut:
1. Masukan berupa tributary dimuat ke dalam container (C), untuk
tributary 2 Mbps dimuat dalam Container C-12
2. Pada Container ditambahkan Path Overhead (POH) yang berisi byte
pengontrol. Container yang dilengkapi POH disebut virtual container
(VC). Disini terjadi proses pemetaan (mapping) berupa penyusunan
tributary menjadi VC yang sesuai.C-12 dipetakan menjadi VC-12
dengan metode bit sinkron.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Pada VC-12 ditambahkan TU pointer sehingga terbentuk Tributary
Unit (TU-12). TU pointer disini berfungsi sebagai tanda diawalinya
VC-12.
4. TU menjalani proses multiplex menjadi tributary unit group (TUG)
atau high order VC, untuk TU-12 maka yang diproses adalah 3 buah
TU-12 menjadi satu TUG.
5. Tujuh buah TUG-12 diproses multiplex menjadi satu TUG-3.
6. Pada TUG-12 ditambahkan POH menjadi satu VC-4.
7. High order VC-4 membentuk administrative unit (AU), dalam hal ini
AU-4. Suatu AU pointer ditambahkan untuk tanda dimulainya High
Order VC.
8. AU-4 ditempatkan langsung dalam AUG, selanjutnya membentuk
STM-1 sesudah mendapat Section Overhead (SOH) yang terdiri dari
regenerator SOH dan multiplex SOH. SOH berisi informasi
pembingkaian blok, informasi untuk pemeliharaan dan fungsi
operasional lainnya.
2.2.2
Hierarki dan Komponen Pada SDH
Hirarki pemultiplekan sinyal digital untuk Amerika/Kanada, Jepang
dan Eropa berbeda-beda
[5]
. Dengan adanya SDH, hirarkinya diseragamkan
menjadi seperti terlihat pada Gambar 2.2
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Amerika Utara
Jepang
Eropa
Worldwide Unique NNI
397,20Mbps
274,176Mbps
139,264Mbps
155,52MbpsxN
x4
x6
x4
xN
97,728Mbps
44,736Mbps
34,364Mbps
x3
x7
x4
155,52Mbps
x3
32,064Mbps
51,84Mbps
x5
x7
6,312Mbps
6,312Mbps
x4
8,448Mbps
x4
x4
1,544Mbps
2,048Mbps
6,312Mbps
x4
x3
1,544Mbps
2,048Mbps
Hirarki SDH
Hirarki PDH
NNI: Network Node Interface
Gambar 2.2 Sistem pemultiplekan sinyal PDH dan SDH [2]
Dari gambar 2.2 terlihat bahwa pada level paling tinggi jaringan
transport SDH adalah jaringan n x STM-1 (n x 155 Mbps). STM-1
(Synchronous Transport Module) adalah modul transport sinkron level-1 .
Sebuah frame tunggal STM-1 dinyatakan dengan sebuah matriks yang
terdiri dari sembilan baris dan 270 kolom, terlihat pada Gambar 2.3, Frame
ini dibentuk dari 2430 byte, setiap byte terdiri dari 8 bit. Frame STM-1
berisi dua bagian, bagian SOH (Section Overhead) dan bagian VC (Virtual
Container) yang merupakan payload-nya.
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3 byte
Regeneration Section
Overheaad (RSOH)
AU Pointer
3 byte
Multiplex Section
Overhead (MSOH)
RUANG PAYLOAD STM-1
9 byte
261 byte
270 kolom
Gambar 2.3 Struktur Frame STM-1 [3]
2.2.3
Struktur Frame STM-N Pada SDH
Frame STM-N Didapat dengan cara menggabungkan N x STM-1, di
mana kecepatan bit dari sinyal multiplikasi STM-N adalah STM-4, STM-16,
STM-64 dan memiliki struktur frame yang sama dengan struktur frame
STM-1 [3].
2.2.4
Standar Bit Rate SDH
Level pertama untuk SDH adalah sebesar 155,52 Mbps (STM-1).
Untuk tingkat multiplikasi yang lebih tinggi besarnya merupakan kelipatan
eksak multiplikasi dari kecepatan dasar yaaitu 155,52 Mbps x N, sehingga
STM-1 (155,52 Mbps), STM-4 (622,08 Mbps), STM-16 (2,5 Gbps), STM64 (10 Gbps).
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2.5
Elemen Jaringan SDH
Dalam Jaringan SDH terdapat beberapa elemen dasar yang didesain
sedemikian rupa disesuaikan dengan fungsinya.Spesifikasi dari struktur
SDH sangat berpengaruh dalam spesifikasi elemen jaringan SDH dalam
aplikasinya [5]. Elemen dasar tersebut antara lain:
1.
Terminal Multiplexer (TM)
TM berfungsi untuk memultiplikasi sinyal-sinyal tributary ke dalam
sinyal SDH, dan juga berfungsi sebagai interface antara sinyal PDH
dan SDH.
2.
Add Drop Multiplexer (ADM)
ADM memiliki fungsi drop and insert, dimana sinyal tributari yang
diturunkan dapat dimasukan sinyal tributari yang lain, sehingga
kapasitas jalur utama tetap optimum. Jika ADM dihubungkan
dengan ADM lain maka akan terbentuk topologi ring.
3. Digital Cross Connect (DXC)
DXC berfungsi untuk melakukan cross-connect terhadap sinyalsinyal tributari dan melakukan switching tributari dengan bitrate
yang berbeda-beda sesuai dengan jalur yang diinginkan. Jika DXC
dihubungkan dengan DXC yang lain maka akan terbentuk topologi
ring by ring.
4. Regenerator
Regenerator memiliki tiga fungsi, yaitu retiming, regenerating dan
reshaping (3R). Regenerator melakukan semua fungsi tersebut pada
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tingkat elektrik sehingga sinyal optik harus di ubah menjadi sinyal
elektrik terlebih dahulu.
2.3
Evolusi Sistem Transmisi Ethernet over SDH
Sistem transport eksisting yang ada saat ini sudah menggunakan teknologi
Ethernet over SDH (EoS). Dengan menggunakan teknologi jaringan Ethernet over
SDH akan memudahkan proses integrasi mulai dari hirarki yang lebih tinggi
hingga ke user seperti koneksi ke router dengan koneksi Fast Ethernet maupun
Giga Bit Ethernet. Hal ini sesuai dengan kebutuhan provider yang sudah
menggunakan layanan native-IP pada jaringan mobile 3G (NodeB) dimana dengan
teknologi EoS mempunyai keunggulan dibandingkan dengan teknologi SDH
dengan konsep TDM.
Namun bukan berarti jaringan SDH akan ditinggalkan, secara prinsip hanya
berevolusi dengan konsep teknologi baru yang berbasis Next Generation SDH
(NG-SDH) ini memungkinkan layanan paket seperti layanan berbasis Ethernet
untuk dialirkan melalui jaringan SDH eksisting. Konsep Ethernet over SDH atau
yang lebih dikenal sebagai EoS merupakan konsep yang dapat mengalirkan
berbagai layanan termasuk ethernet kedalam jaringan SDH sehingga dapat
membantu untuk mengembangkan jaringan SDH agar menjadi jaringan data yang
berefisiensi tinggi. Berikut Merupakan gambaran dari implementasi EoS yang
dapat dilihat pada Gambar 2.4.
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.4 Konfigurasi Ethernet over SDH [5]
Jaringan EoS (Ethernet over SDH) umumnya didefenisikan sebagai bridge
dari suatu jaringan atau menghubungkan dua bagian yang terpisah yaitu LAN dan
WAN yang dapat digunakan sebagai interkoneksi dari layer yang lebih tinggi ke
level paling akhir pada backbone network yang dimiliki oleh service provider.
Jaringan ini, secara topologi diaplikasikan pada jaringan komunikasi data yang
digunakan untuk metro dan akses dengan menggunakan teknologi Ethernet
sebagai protokol transmisi datanya. Sehingga teknologi ini merupakan salah satu
perkembangan dari teknologi SDH yang berbasis Ethernet dengan dilengkapi
berbagai fitur yang seperti terdapat pada jaringan Ethernet umumnya, di mana
terdapat dua jenis Ethernet yang di bedakan berdasarkan kecepatan daya akses
datanya, yaitu :
1.
Fast Ethernet: memiliki kecapatan akses data 10/100 Mbps menggunakan
elektrik interface
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.
Giga Ethernet: bisa juga di sebut Giga Bit Ethernet. Giga Bit Ethernet
memiliki kecepatan akses 1000 Mbps atau 1 Gbps dan dengan
menggunakan elektrikal maupun optik interface.
Teknologi NG-SDH berbasis Ethernet ini dapat digunakan oleh perusahaan
pelanggan corporate, untuk menghubungkan kantor-kantor cabang mereka ke
dalam system intranet yang ada di dalam perusahaan tersebut. EoS (Ethernet over
SDH) merupakan salah satu solusi teknologi untuk High End Market dalam
memberikan solusi terintegrasi untuk layanan voice, data dan video. Ethernet over
SDH merupakan kelanjutan dari pengembangan teknologi SDH yang banyak di
pakai pada saat ini sebagai hirarki pemultiplekan yang berbasis pada transmisi
sinkron. Ethernet over SDH membantu untuk mengembangkan jaringan SDH agar
menjadi
jaringan
data
yang
berefisiensi
tinggi.
Setiap
penyelenggara
Telekomunikasi berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para
pelanggannya. Akan tetapi dalam usaha untuk memberikan yang terbaik,
penyelenggara Telekomunikasi mempunyai beberapa hambatan, seperti masih
mahalnya biaya operasional (seperti mahalnya peralatan yang diperlukan) yang
masih harus ditanggung oleh penyelenggara Telekomunikasi.
Sistem jaringan seperti ini mempunyai beberapa kendala seperti harga
peralatan yang tinggi, skalabilitas yang belum maksimal, tidak flexible pada saat
penambahan bandwidth dipelanggan. Peningkatan kebutuhan akan layananlayanan berbasis data menjadi pendorong pengembangan Ethernet. Untuk
memberikan solusi akan permasalahan tersebut, maka pihak penyedia perangkat
berlomba untuk membuat roadmap perencanaan system transport yang berbasis
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ethernet. Dengan membuat suatu perencanaan jaringan berbasis Ethernet,
diharapkan akan menjadi solusi dimasa yang akan datang sebagai backbone
jaringan yang lebih efisien dalam menyalurkan paket data.
2.3.1 Latar Belakang EoS
Sistem transport SDH (Syncronous Digital Hierarchy) merupakan
teknologi yang sebelumnya ada dibandingkan dengan teknologi EoS
(Ethernet over SDH). Teknologi ini menyajikan kapasitas transfer yang
bervariasi, dimulai dari kapasitas 2,048 MByte, 155 Mbps, 622 Mbps, 2,5
Gbps, hingga 10 Gbps, namun pada penggunaannya seringkali memiliki
beberapa kendala, misalnya untuk membutuhkan kapasitas sebesar 50 Mbps,
dalam implementasinya agak sulit karena tidak ada port yang menyediakan
kapasitas sebesar 50 Mbps, oleh sebeb itu teknologi EoS dihadirkan guna
melengkapi keterbatasn tersebut, dengan menyediakan beberapa port yang
dapat dapat diseting sesuai dengan keinginan, dimulai dari 2Mbps hingga
100 Mbps untuk tipe Fast ethernet, dan 1000 Mbps (1 Gbps) untuk tipe GE
(Giga byte ethernet). Secara umum, network element dalam arsitektur
jaringan EOS (Ethernet over SDH) dapat dibagi menjadi:
1. Synchronous Digital Hierarchy (SDH)
2. Network Element (NE)
3. Network Management System (NMS),
SDH (Syncronous Digital Hierarchy) merupakan teknologi yang
sebelumnya telah ada, yang terdiri dari beberapa NE (Network Element)
yang saling terhubung dengan menggunakan fiber optik sebagai media
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
transmisinya, selain itu juga dilengkapi dengan NMS sebagai sistem
managemen jaringannya, EoS merupakan card tambahan yang dapat di
insert kedalam slot-slot pada setiap Network Element yang ada.
2.3.2
Kelebihan dan Kekurangan EoS
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada jaringan
SDH menggunakan EoS antara lain:
•
Kelebihan
EoS merupakan byte overload dalam setiap frame, terus menerus
memonitor
untuk
masalah
yang
mungkin
mempengaruhi
performansi sinyal pada jaringan mobile.
Recovery (protection): Perlindungan switching otomatis memiliki
standar kira-kira dari 50 ms.
•
Kekurangan
Bandwidth management – efesiensi bandwidth yang tidak bisa
100%.
2.4
Evolusi Sistem Transmisi MPLS-TP Layer-2
Sekitar tahun 2006, ITU-T Study Group 15 (di mana SONET/SDH, OTN,
dan jaringan transport optik yang masih standar) mulai mengembangkan teknologi
dan beralih kepada transportasi berbasis paket berdasarkan label MPLS, yang
disebut T-MPLS (alias G.8114)
[6][7]
. Sayangnya, T-MPLS memiliki beberapa
kelemahan dari aspek teknis dan berada di tidak kesesuaian dengan konsep dari
IETF MPLS. Pada akhir 2007, dibawah kepemimpian IETF mulai bekerja sama
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan SG15 untuk "memperbaiki" konsep T-MPLS dan membuatnya kompatibel
dengan IETF MPLS. Hasilnya sendiri proyek MPLS-TP dimulai pada awal 2008.
G.8114 ditiadakan, dan proses baru dimulai di mana SG15 akan menghasilkan
persyaratan MPLS-TP, sedangkan IETF akan menghasilkan spesifikasi protokol
berdasarkan persyaratan ITU-T.
Dengan konsep label multi-protokol (MPLS) teknologi peralihan yang
dimaksudkan untuk memberikan dasar bagi jaringan transportasi paket generasi
berikutnya. Ide dasar dari kegiatan ini adalah untuk memperluas fungsi MPLS di
mana dapat diperlukan untuk Operasi, Administrasi dan Pemeliharaan (OAM) alat
yang secara luas yang diterapkan dalam teknologi jaringan transportasi yang ada
seperti SONET/SDH atau OTN. Tulisan ini memberikan sejarah singkat dari
kegiatan standardisasi MPLS-TP dan alamat fungsi OAM MPLS-TP. Fungsifungsi ini ditargetkan pada membuat MPLS sebanding dengan SONET/SDH dan
OTN dalam hal kehandalan dan kemampuan yang dikembangkan, yaitu, MPLSTP akan menjadi pembawa (carrier grade) teknologi transportasi paket yang
benar. Sebuah jaringan MPLS-TP dapat dioperasikan dalam mode SDH, seperti
dan sistem manajemen jaringan (NMS) dapat digunakan untuk mengkonfigurasi
koneksi secara end to end.
MPLS adalah suatu label yang di ciptakan untuk digunakan komunikasi
antara router sehingga router tersebut dapat membangun pemetaan (mapping)
label-to-label secara mandiri
[8]
. Label tersebut dilekat pada paket IP, yang
memungkinkan router untuk meneruskan komunikasi dengan melihat di label dan
bukan alamat IP tujuan. Paket diteruskan oleh label tersebut dan beralih tanpa
proses oleh IP switching. Teknik label switching ini sebenarnya bukan hal yang
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
baru. Ini dapat di temukan pada Frame Relay dan ATM yang menggunakannya
untuk memindahkan frame atau sel seluruh jaringan. Dalam Frame Relay, frame
dapat setiap panjang, sedangkan di ATM, FixedLength sebuah sel terdiri dari
header 5 byte dan payload dari 48 byte. Header sel ATM dan Frame Relay frame
merujuk ke sirkuit virtual yang sel atau bingkai berada pada. Kesamaan antara
Frame Relay dan ATM adalah bahwa pada setiap hop di seluruh jaringan ada
dibuat "label" (value yang harus di isi) dalam header. Hal ini berbeda dari
forwarding paket IP. Ketika sebuah router meneruskan paket IP, hal ini tidak akan
mengubah value yang berkaitan dengan tujuan dari paket;
yaitu itu tidak
mengubah alamat IP tujuan dari paket. Sehingga dengan fakta ini bahwa MPLS
label digunakan untuk meneruskan paket-paket dan tidak lagi alamat IP tujuan
telah menyebabkan popularitas MPLS. Manfaat-seperti ini sebagai integrasi yang
lebih baik dari IP di atas ATM dan jaringan virtual private MPLS populernya
VPN.
Selama dekade terakhir ini MPLS telah menjadi pilihan sebagai teknologi
transportasi yang dominan pada jaringan inti (core network) berbasis paket,
seperti pada jaringan router. Untuk mendukung hubungan dari core network
menuju jaringan metro sebagai aggregation layer yang berhubungan langsung
sampai kejaringan access (pelanggan) masih memamfaatkan teknologi lama
(legacy) transportasi SONET/SDH. Saat ini proses evolusi teknologi jaringan
MPLS khusus untuk metro/aggregation dan access metro layer sudah mulai
diaplikasikan. Dihadapkan oleh peningkatan dan pemakaian berbasis paket data
yang besar, maka operator (provider) memulai untuk memindahkan atau bergeser
ke sistem transportasi yang handal dan efesien berbasis packet ethernet untuk
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
service dari bandwidth yang kecil sampai yang besar ke dalam jaringan
metro/aggregation dan access hal ini dilakukan untuk menurunkan biaya per bit
yang ditransmisikan. Ethernet adalah teknologi favorit awal untuk migrasi ini,
tetapi upaya awal untuk menggunakan ethernet untuk transportasi menghadapi
beberapa keterbatasan seperti berikut:
•
Kurangnya dukungan untuk fungsi QoS (Quality of Services)
•
Kehandalan Terbatas
•
Terbatas skalabilitas dalam hal jumlah layanan yang dapat didukung
•
Kurangnya manajemen pelayanan
•
Kurangnya dukungan dari teknologi yang lama.
Saat ini masih adanya kelemahan yang ditemukan terkait langsung dengan
sifat/konsep sistem connectionless pada Ethernet. Pekerjaan yang signifikan telah
diinvestasikan di industri telekomunikasi dalam menemukan cara untuk membuat
konsep Ethernet lebih 'carrier class'. Beberapa ide yang memungkinkan
dilakukan adalah konsep rekayasa besar dari carrier Ethernet. Metode lainnya
didasarkan pada menggunakan MPLS untuk mendukung penyediaan layanan
Ethernet. Dalam konteks ini, sementara langkah-langkah yang terlihat dilakukan
seperti perpanjangan sederhana konsep dari MPLS dari core network sampai ke
metro network, tetapi ada beberapa perbedaan utama antara metro network dan
core network yang membuat konsep ini butuh tantangan.
Sehingga pekerjaan yang telah diinvestasikan dalam pengembangan turunan
dari konsep MPLS ini, dibuatlah konsep yang disebut MPLS-TP (Multi-Protocol
Label Switch-Transport Profil) Layer-2. Sebuah jaringan MPLS-TP dapat
dioperasikan dalam mode SDH, seperti dan sistem manajemen jaringan (NMS)
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat digunakan untuk mengkonfigurasi koneksi secara end to end. Manajemen
koneksi dan fungsi pengembalian (restore), bagaimanapun akan dapat menjadi
alternatif untuk memanfaatkan fungsi Generalized MPLS (GMPLS) sebagai
protocol control plane yang juga berlaku untuk data plane MPLS-TP. Selain
untuk penyederhanaan operasional jaringan yang mengarah kepada berkurangnya
operasional pengeluaran (OPEX), dan control plane GMPLS memiliki
kemampuan restorasi jaringan (restore function) selain menyediakan konsep fitur
perlindungan jaringan (protection) yang diadopsi pada data plane MPLS-TP, hal
ini dalam bermamafaat untuk meningkatkan ketahanan jaringan lebih lanjut.
Teknologi MPLS-TP juga sudah multi-layanan (multi services) yang
mampu memanfaatkan teknologi pseudo-wire yang telah dikembangkan di IETF
dan yang masih ada proses perkembangan kearah yang lebih baik lagi. Beberapa
aplikasi memerlukan sinkronisasi, misalnya layanan mobile dan interkoneksi
switching telephone. Ethernet adalah protokol jaringan asynchronous yang
memerlukan ekstensi protokol dalam penggunaannya. Salah satu persyaratan
utama adalah bahwa baru lapisan jaringan MPLS-TP harus mampu memanfaatkan
infrastruktur fisik yang ada dan mampu membawakan data-data yang sudah berisi
label (daftar/inisal) dari
berbagai informasi dengan teknik adaptasi atau
enkapsulasi. Dalam hal ini yang memungkinkan paket MPLS-TP yang akan
dilakukan melalui berbagai teknologi fisik yang berbeda mulai dari SONET/SDH
dan OTN untuk Gigabit Ethernet.
Pada tulisan Tugas Akhir ini akan membahas peran MPLS-TP dalam jaringan
telekomunikasi generasi berikutnya, dan perbedaan dalam cara protokol ini
bekerja. Ini juga mengkaji manfaat dan memperluas peran MPLS sebagai solusi
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
transportasi saat ini. Melakukan analisis terhadap konsep MPLS/MPLS-TP untuk
aplikasi pada jaringan metro/aggregation layer sampe ke access layer.
2.4.1
Fundamental Teknologi MPLS-TP
Sebelum kita mengevaluasi pendekatan yang berbeda, mari kita
periksa apa yang membuat layanan Ethernet "Carrier-Class" dan
persyaratan yang diperlukan dari jaringan transportasi generasi berikutnya
[6]
. Sebagai layanan Ethernet Carrier-class yang luas penggunaannya dan
penyebaran, konsenkuensinya adalah mencapai jaringan transportasi menuju
jaringan berbasis paket. Dengan penyebaran pasar telekomunikasi yang
cepat maka solusi dari pengembangan NG-SDH dengan konsep GFP /
VCAT / LCAS, IP Router dengan MPLS dibuatlah konsep yang baru yaitu
T-MPLS / MPLS-TP. Sebuah layanan Ethernet Carrier-Class harus
memiliki karakteristik sebagai berikut:

End-to-End QoS: Carrier Ethernet yang memungkinkan penyedia
layanan untuk memberikan CIR (Committed Information Rate) dan
PIR (Peak Information Rate) untuk setiap jalur traffic yang
diklasifikasikan secara fisik (berdasarkan interface) atau logik
(berdasarkan pelanggan VLAN atau jenis aplikasi lainnya) dan
menjamin nilai latency terendah dan jitter untuk delay-sensitive
traffic. Tingkat QoS hampir sama dengan jaringan private SDH dan
yang memiliki dukungan yang lebih baik untuk data traffic karena
nilai dari PIR yang memungkinkan pelanggan untuk mengatasi
lonjakan trafik dengn tingkat level yang cepat. Carrier Ethernet juga
memiliki cara yang efektif untuk menangani congestion pada
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
jaringan dengan mempertahankan nilai CIR untuk menekan akibat
dari kepadatan trafik. Akhirnya, Carrier Ethernet menggunakan
konsep Multi-Protocol Label Switching (MPLS) untuk bisa berfungsi
dalam merekayasa trafik yang lebih baik.

Sistem proteksi (protection) dibawah-50ms: ini adalah salah satu
keuntungan utama dari SDH yang memiliki system proteksi yang
kuat. System proteksi pada Carrier Ethernet harus bisa dibawah sub50ms dengan menerapkan MPLS yang dengan cepat mengubah rute
di sisi hardware dan menggunakan mekanisme perangkat lunak
untuk konvergensi jaringan. Keuntungan lain dari mekanisme
perlindungan ini bahwa MPLS-TP bekerja di topologi apapun, tidak
hanya pada konsep ring. Spanning Tree Protocol atau routing
protokol, seperti OSPF, melibatkan implementasi software dan
konvergensi mereka waktu jauh lebih dari 50ms dan tidak
deterministik.

Operasional Administrasi dan Manajemen (OAM): Awalnya,
Ethernet tidak memiliki kemampuan OAM
[9]
. Hal ini tidak dapat
diterima untuk konsep LAN tetapi tidak untuk MAN yang mencakup
area yang luas dan mendukung sejumlah besar pengguna. Dalam
MAN, tips lebih sulit dan OAM menjadi suatu keharusan. Dengan
perkembangan saat ini telah ada kemajuan yang signifikan yang
dibuat menuju mendefinisikan fungsi dari OAM Ethernet di IEEE
802.3 oleh gabungan daru Forum IEEE dan Metro Ethernet.
Beberapa vendor sudah mengimplementasikan fungsi OAM pra33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
standar ke dalam produk mereka seperti Ethernet loop-back, Bit
Error detection, pengukuran Service Level, dan masalah alarm yang
critical.

Skalabilitas: Ethernet Enterprise-class memiliki keterbatasan pada
skalabilitas saat digunakan sebagai jaringan publik. Keterbatasan ini
meliputi: jumlah VLAN per-jaringan, jumlah alamat MAC yang
dapat dipelajari dan disimpan dalam perangkat, dan waktu
konvergensi yang lama dan non-deterministik dari Protokol
Spanning Tree (STP). Penggunaan MPLS dalam aplikasi Carrier
Ethernet memungkinkan operator untuk mengatasi skalabilitas
jaringan dan untuk mengatasi penambahan layanan seperti
Perusahaan LAN.

Keamanan:
Survei
menunjukkan
bahwa
keamanan
adalah
pertimbangan utama bagi pengguna perusahaan ketika mereka
memilih penyedia layanan jaringan. Efektivitas biaya Ethernet
layanan tidak bisa tidak pada biaya keamanan. Pengguna perusahaan
mengharapkan tingkat keamanan yang sama seperti di SDH, Modus
Asynchronous transfer (ATM) atau Frame Relay jaringan.
Untuk
memberikan
layanan
Ethernet
Carrier-Class,
serta
pendapatan generating services lainnya, jaringan transportasi Generasi yang
baru harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

Packet Berdasarkan Koneksi Oriented: proses transisi yang lancar ke
system packet berdasarkan jaringan dari provider.
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/

Tinggi Skalabilitas: jaringan ini diharapkan mampu melayani ketika
terjadi peningkatkan jumlah pengguna.

Keamanan yang kuat: Pelanggan harus yakin tentang keamanan data
mereka

Transparan & Multi-layanan Dukungan: Time Division Multiplexing
(TDM) layanan ini untuk banyak penyedia layanan dan harus
didukung konsep transparan pada jaringan. Keuntungannya adalah
bahwa jaringan baru akan dapat membawa aplikasi lain untuk
menurunkan biaya untuk aplikasi teknologi yang baru ini.

High availability & Sub-50ms Protection: Waktu konvergensi
dianggap sebagai faktor penting dalam jaringan carrier-class

End to End QoS: nilai dari latency yang bisa diperhitungkan, tingkat
kesalahan yang rendah dan layanan deterministic pengiriman. Selain
penyedia layanan ingin mempertahankan tingkat QoS yang sama
seperti pada TDM tradisional / jaringan ATM sambil mendapatkan
kesederhanaan dan biaya yang lebih rendah dari carrier Ethernet

Manajemen Sederhana & Rendah Biaya Total Kepemilikan (TCO):
penggunaan kembali (reuse) sebanyak mungkin fasilitas jaringan
yang ada dan Keahlian dan Keterampilan personil pendukung.

Peningkatan OAM: Sebuah jaringan transportasi dapat menjamin
layan trafik yang berkualitas tinggi hanya jika memiliki mekanisme
OAM efisien

Standar berbasis dan Interoperabilitas: Mengaktifkan multi-vendor
yang efektif dan lingkungan multi-operator.
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Multi-Protocol
Label
Switching
(MPLS)
adalah
mekanisme
protocol-agnostic yang berfungsi untuk mengangkut data yang baik
menggunakan connection oriented (berdasarkan MPLS ditambah RSVP)
atau connectionless (IP/MPLS dengan
LDP)
[10][11]
. MPLS telah
mendapatkan standarisasi oleh IETF, dan telah dirancang untuk bisa
membawakan both circuit dan packet traffic dengan konsep virtual circuits
yang dikenal sebagai LSP. Hal ini dapat tercapai mencapai karena LSP tidak
perlu memeriksa isi data packet traffic itu sendiri. Itu dapat bekerja dengan
membuat keputusan forwarding serta menggunakan label yang ditambahkan
(dan dihapus) oleh router MPLS. Konsep Ini berarti dapat bertindak sebagai
mekanisme single transportation untuk berbagai jenis packet traffic data
seperti: ATM, Ethernet, IP dan lalu lintas TDM semua bisa dilakukan, dan
dapat menggunakan mekanisme koneksi berorientasi untuk memastikan
komunikasi circuit- switched dapat disampaikan di sebuah packet core.
MPLS adalah teknologi dengan konsep packet-switching jaringan dan
umumnya dipandang sebagai yang berada di lapisan 2.5 dari model OSI
(antara Data Link Layer pada layer 2 , dan Layer Network pada lapisan 3) .
2.4.2
Konsep Dasar MPLS-TP Layer-2
Teknologi MPLS-TP (MPLS-Transport Profil) yang sudah ada saat
ini akan menghilangkan kekurangan-kekurangan pada teknologi lama
walaupun memberikan QoS yang sama, perlindungan dan pemulihan, dan
OAM yang melekat dalam SONET / SDH
[12][13]
. Dengan konsep dan cara
yang dimiliki MPLS-TP dan menjadi jawaban untuk operator jaringan
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
telekomunikasi. Konsep dasar dari MPLS-TP ini adalah: Sesuai namanya,
MPLS-TP adalah varian dari layanan MPLS tradisional yang telah
digunakan selama bertahun-tahun di jaringan IP. MPLS-TP menggunakan
Generalized MPLS (GMPLS) untuk memberikan perilaku deterministik dan
koneksi
berorientasi
menggunakan
LSP
(Label
Switched
Paths),
membuatnya menjadi protokol transport diandalkan. MPLS-TP juga
menggunakan target LDP (T-LDP) untuk mengatur pseudowires (PWS)
GMPLS LSP, memberikan VPWS (Virtual Private Wire Service) dan VPLS
(Virtual Private LAN Service). Konsep dari MPLS-TP adalah seperti
protokol BFD (Bidirection Forwarding Detection) dan lebihnya adalah
GMPLS LSP dan PWS, hal ini untuk menyediakan fungsionalitas OAM.
MPLS-TP tidak bertanggung konektivitas IP antara perangkat, dan secara
eksplisit aturan keluar fitur terkait dari MPLS normal, seperti PHP
(Penultimate Hop Popping, ECMP (Equal Cost Multipath), dan LSP
Gabungan.
MPLS-TP
sangat
menentukan
bagaimana
perlindungan
(protection) cepat dan pemulihan (recovery) akan dicapai dengan
menggunakan peralihan ke jalur cadangan. MPLS-TP memungkinkan LSP
dan PWS untuk mengisyaratkan menggunakan control-plane (menggunakan
GMPLS berbasis RSVP sinyal dan Target LDP sinyal), atau akan
dikonfigurasi secara statis.
Sebuah layanan MPLS-TP khas digambarkan di bawah ini,
menunjukkan tiga PWS yang telah dijahit bersama-sama. Dalam contoh ini,
jaringan akses LSP statis dikonfigurasi, dan backbone menggunakan sinyal.
Namun, semua kombinasi yang mungkin - tulang punggung bisa
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menggunakan
LSP
statis
dikonfigurasi,
dan
jaringan
akses
bisa
menggunakan sinyal. Untuk deteksi kesalahan dan lokalisasi, setiap
perangkat dalam diagram akan menjalankan BFD atas setiap PW dan setiap
LSP yang mendasari. Ini bekerja sebagai berikut. Kedua ujung masingmasing LSP mengirim paket BFD atas LSP, biasanya dengan interval yang
sangat singkat (10ms yang umum). Jika kedua ujung melihat selang waktu
antara menerima paket BFD di atas ambang tertentu, itu akan meningkatkan
alarm untuk layanan tertentu, dan melaporkan masalah dalam isi paket BFD
transmit. Jika kedua ujung melihat masalah seperti yang dilaporkan dalam
menerima paket BFD, juga akan meningkatkan alarm untuk LSP itu.
Untuk membedakan paket BFD dari data berlabel lainnya mengalir
selama LSP, paket BFD yang pra-pended dengan label khusus MPLS, yang
"GAL" (Gach Label), yang duduk di bagian bawah MPLS label stack, dan a
Gach
(Generic
Associated
Channel).
Perangkat
terminating
akan
menggunakan label GAL untuk menentukan bahwa paket tersebut bukan
bagian dari aliran data normal, dan Gach header untuk menentukan apa jenis
lalu lintas fungsi OAM. Ketika BFD digunakan selama PW daripada atas
LSP yang mendasarinya, tidak menggunakan label GAL. Sebaliknya, semua
data melintasi PW berisi header awal ("Gach header", atau "Control Plane")
yang perangkat terminating dapat digunakan untuk mendeteksi apakah
sebuah paket data normal atau paket BFD. Serta meningkatkan alarm, BFD
juga digunakan untuk mendeteksi ketika lalu lintas harus dialihkan ke LSP
proteksi.
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.5 Konfigurasi MPLS-TP[11]
2.4.3 Proses Emulation MPLS-TP
Proses emulation pada MPLS-TP perlu dipahami karena ini adalah
konsep dari perubahan dari service yang akan dibawakan dalam bentuk
trafik Ethernet. Pada MPLS-TP ada tiga struktur layer yang berfungsi
untuk mengkonversi paket yang akan dikirimkan.
Gambar 2.6 Konsep Struktur Layer MPLS-TP [11]
1. LSP (Label Switch Patch=Tunnel)
Tunnel (LSP) adalah metode transparan yang membawa
informasi melalui jaringan tujuan. Proses pengiriman dari
beberapa jenis layanan ke sebuah teknologi jaringan tunggal.
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tunnel (LSP) akan berfungsi sebagai pembawa informasi
(packet) yang sudah di emulasikan dalam bentuk pseudo wire.
Dalam hal ini LSP akan berfungsi sebagai label dari suatu packet
yang akan diteruskan melalui interface yang sudah berbasis
Ethernet. Sehingga tugas dari LSP ini adalah sebagai tunnel
pembawa informasi ke penerima dengan format label.
Gambar 2.7 Konsep Struktur Layer LSP [11]
2. Pseudo wire (PW)
Pseudo Wire (PW) adalah mekanisme yang membawa unsurunsur penting dari sebuah sirkuit dari satu PE ke PE lain melalui
PSN. Sebuah Pseudo Wire Emulation edge to edge (PWE3) bisa
juka diartikan sebuah mekanisme yang mengemulasi atribut
penting dari layanan seperti TDM, ATM, Frame Relay atau
Ethernet melalui Packet Switched Network (PSN) dengan
menggunakan IP atau MPLS. PW akan mengemulasi atribut baik
dalam TDM, ATM maupun ethernet melauli layana PSN. Fungsi
dari layan PW ini adalah mengenkapsulasi layanan PDU atau
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
data circuit hingga sampai di PE yang akan dituju (logical or
physic). Proses penganggkutan data yang di enkapsulasi akan
dibawakan ke tunnel (LSP). Pembentukan PW ini adalah
digunakan untuk pertukaran atau distribusi packet yang
diteruskan oleh LSP (PSN). PW ini berfungsi juga untuk
mengelola sinyal, waktu urutan dan aspek serta layanan khusus
dan alarm manajemen.
Jenis payload dari PW ini adalah packet seperti (Ethernet
semua type), HDLC framing, Frame Relay, ATM AAL5PDU.
Cell yang berisikan ATM, MPEG, hal ini untuk mengurangi
overhead sehingga sel dapat digabungkan kedalam payload
tunggl. Bit stream yang tidak terstruktur sperti E1, T1 dan yang
terstruktur seperti SDH/SONET.
Gambar 2.8 Konsep Struktur Layer PW [11]
3. Costumer Edge (CE)
Layer paling bawah pada MPLS-TP ada CE yang langsung
terhubung dengan user atau pemakai. Layer CE ini akan di
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
emulasikan kedalam PW dan di bawakan kedalam tunnel (LSP)
dan packet tersebut akan dihubungkan sampai end to end.
Dibawah ini adalah toplogi dari konsep emulation struktur layer pada
MPLS-TP.
Gambar 2.9 Konsep Emulation Struktur Layer MPLS-TP [11]
2.4.4
Keuntungan Teknologi MPLS-TP
Teknologi MPLS-TP menggunakan konsep data plane dari MPLS
dan telah disederhanakan melalui skenario yang rumit dari aplikasi MPLS.
Tujuannya
adalah
untuk
mengurangi
peralatan
(equipment),
mempermudah operasional, dan biaya pemeliharaan. Data Plane
dipisahkan dari control plane. Hal ini menyebabkan stabilitas jaringan
yang lebih tinggi, keandalan dan fleksibilitas. Dengan fungsi OAM dan
system proteksi yang beralih kuat, maka berdasarkan konsep MPLS-TP
bisa mencapai keandalan dan ketahanan tingkat yang sama seperti SDH /
NG - SDH.
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dibandingkan
dengan
jaringan
yang
digunakan
sebelumnya
teknologi berbasis SDH NG-SDH, maka dengan PTN berbasis MPLS-TP
merupakan langkah evolusi seperti berikut.
1.
Metodologi operasional, konsep-nya mirip dengan (SDH NG/EoS)
tapi tidak sama dengan jaringan SDH. ini adalah sangat penting bagi
penyedia layanan (provider) yang besar dan yang mungkin memiliki
luas wilayah (cakupan) oprasional dan membutuhkan konsep
jaringan berfungsi secara otomatis serta sistem kontrol yang baik dan
telah dikembangkan selama bertahun-tahun . Besarnya dampak dari
perubahan dibutuhkan keahlian dan pada pelatihan staf.
2.
Manajemen Jaringan memanfaatkan proses sistem transportasi
sebelumnya seperti:
o Penyediaan service seuai apa yang diinginkan
o Proses pengambilan data sebagai laporan kinerja performansi
secara periodik atau langsung
o Pengelompokan peringatan (alarm) jika permasalahan terjadi
pada jaringan.
o Mudah dalam hal mengalokalisasikan masalah dan cara
menyelesaikannya dengan tepat dan cepat (proses pembersihan
alarm yang cepat).
3.
Proses integarsi kepada packet network dilengkapi data plane
(transport) yang sudah ada pada system MPLS.
4.
Control Plane GMPLS mirip dengan SDH dan OTN diadopsi dalam
hal konsep model manajemen.
43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5.
Jaringan berbasis Packet memberikan efisiensi bandwidth yang lebih
tinggi dengan konsep MPLS-TP. Hal ini terutama berlaku dengan
layanan data yang bertumbuh dengan cepat dan menjadi dominan
saat ini.
2.5
Analisa dan Performansi
Analisa dan performansi mengacu ke tingkat kecepatan dan keandalan
penyampaian berbagai jenis beban data di dalam suatu telekomunikasi.
Performansi suatu sistem transmisi sangat menentukan kualitas jaringan
yang menggunakannya. Dalam hal ini untuk jaringan mobile BTS yang
sudah berevolusi ke 4G tentu membutuhkan transmisi yang memiliki
skalabiltas, reabilitas dan performansi yang baik. Sistem transmisi harus bisa
diaplikasikan baik dalam topologi linier (point to point) maupun dengan
topologi ring. Mamfaat dengan menggunakan topologi ring adalah ketika
media yang digunakan mengalami gangguan maka layanan jaringan mobile
BTS tidak akan terganggu karena system transmisinya sudah dibuat jalur
proteksinya. Performansi merupakan kumpulan dari beberapa parameter
diantaranya:
2.5.1 Paramater-parameter
Pada penelitian ini parameter-paramater yang digunakan untuk
mengecek performansi trafik data pada system jaringan mobile dengan
memakai alat ukur BER Test Ethernet. Adapaun parameter-paramater
tersebut adalah sebagai berikut
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang
diukur dalam bps. Troughput merupakan jumlah total kedatangan
paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval
waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.
2. Jitter, atau variasi kedatangan paket, diakibatkan oleh variasivariasi dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dan
juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir
perjalanan jitter. Jitter lazimnya disebut variasi delay, berhubungan
erat dengan latency, yang menunjukkan banyaknya variasi delay
pada transmisi data di jaringan
3. Delay (latency), adalah waktu yang dibutuhkan data untuk
menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh
jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang lama.
3.5.2 RFC254
Standar testing Ethernet RFC 254 adalah standar yang disusun oleh
IETF (Internet Engineering Task Force), badan standarisasi Internet, yang
berisi garis besar metode pengujian yang diperlukan untuk mengukur
kualitas jaringan carrier Ethernet dengan kriteria tertentu. Standar ini berisi
metodologi pembandingan secara out-of-service (tanpa trafik) untuk
mengevaluasi performa suatu jaringan dengan menggunakan parameter,
yaitu:
•
Throughput Test
•
Latency Test
•
Jitter Test
45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
•
Frame Loss
Paket pengujian RFC 2544 mempunyai tujuh ukuran frame dasar yang
sudah ditetapkan yaitu: 64, 128, 256, 512, 1024, 1280 dan 1518 octet
untuk simulasi berbagai jenis trafik. Tujuannya adalah agar dapat
memastikan jaringan Ethernet yang diuji dapat mendukung segala macam
jenis layanan (seperti VoIP, Video streaming, framing). Sehingga ini dapat
menguji batas kemampuan perangkat jaringan untuk melakukan switching
frame.
46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download