Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. Makalah Seminar Tugas Akhir STUDI PERANCANGAN INSTALASI GENSET GEDUNG BARU PT. AT INDONESIA Sabto Budi Prasetyo - L2F3043311, Ir. Tejo Sukmadi, MT.2, Susatyo Handoko, ST, MT.2. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Abstrak - PT AT Indonesia dalam memenuhi suplai tenaga listrik selain berasal dari PLN juga berasal dari pembangkit listrik cadangan berupa generator set (genset). Salah satu peralatan yang sangat penting dan beresiko besar apabila terjadi pemadaman listrik adalah instalasi cooling tower yang berfungsi untuk mengontrol temperature mesin furnace di Casting Production Department. Generator set bekerja secara otomatis sehingga pada saat listrik PLN mati maka genset langsung bekerja dan sebaliknya jika listrik PLN sudah kembali normal maka genset mati. Penelitian dilakukan untuk menentukan besarnya kapasitas dan tegangan genset yang sesuai untuk menyuplai beban terpasang. Untuk mengetahui kapasitas dan tegangan maka dilakukan pengumpulan data-data peralatan. Program ETAP Power Station 4.0 digunakan untuk mensimulasikan single line diagram, dengan menghitung load flow maka nilai daya, rugi daya dan faktor daya akan diketahui. Hasil dari aliran daya digunakan untuk mengetahui titik kerja generator di dalam kurva performance chart. Hasil simulasi dengan program ETAP Power Station 4.0 diperoleh beban terbesar yang harus disuplai oleh genset adalah 253 kW, 176 kVAr, 308 kVA dengan faktor daya 0,82 tertinggal (lagging). Setelah dimasukkan dalam performance chart generator terlihat bahwa generator masih bekerja dalam batas kestabilan. Daya genset yang digunakan 500 kVA sesuai dengan total daya beban yang harus disuplai genset tersebut sebesar 308,04 (perhitungan) dan 308 kVA (simulasi). Kata kunci : Generator, cooling tower, performance chart, daya. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah suatu lembaga yang bertanggung jawab terhadap penyediaan energi listrik bagi masyarakat. Suplai energi listrik dari PLN kadang-kadang terganggu dalam proses pembangkitan maupun penyalurannya. Suatu saat terjadi pemadaman listrik dari PLN karena gangguan atau pemeliharaan. Suplai energi listrik sangat diperlukan oleh industri dalam menjalankan produksinya. PT AT Indonesia merupakan Perusahaan Terbatas (PT) di bidang otomotif yang memproduksi suku cadang mobil. Suplai energi listrik di PT AT Indonesia berasal dari PLN dan catu daya cadangan (genset), sehingga apabila suplai daya listrik dari PLN terganggu, suplai energi dapat digantikan oleh genset yang bekerja secara otomatis. PT AT Indonesia memerlukan energi listrik hampir di semua sektor termasuk untuk penerangan ruangan-ruangan seperti ruang kantor, kamar mandi, mushola, kantin dan ruang produksi serta sebagai sumber [1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP [2] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP tenaga untuk mesin-mesin produksi. Salah satu peralatan yang sangat penting dan beresiko besar apabila terjadi pemadaman listrik adalah instalasi cooling tower yang berfungsi sebagai pengontrol temperatur mesin Furnace di Casting Production Department. Jika cooling tower tidak bekerja maka kenaikan suhu Furnace tidak terkendali dan dapat menyebabkan tanur listrik meledak. Untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik dari PLN, diperlukan pembangkit listrik cadangan berupa generator set yang bekerja secara otomatis. Genset berfungsi menjaga instalasi cooling tower selalu mendapat suplai listrik yang diperlukan sehingga temperatur Furnace tetap terkontrol. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada customer, PT AT Indonesia melakukan usaha peningkatan kapasitas produksi. Peningkatan kapasitas produksi menuntut dilakukannya pengembangan perusahaan dengan membangun gedung baru beserta fasilitas pelengkapnya seperti instalasi jaringan listrik, air dan angin. Gedung baru ini diperuntukkan sebagai ruang produksi Casting yang didalamnya terdapat mesin Furnace 10, 11, 12 dan 14 sehingga harus dilengkapi dengan instalasi genset. 1.2 Tujuan Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menentukan kapasitas dan tegangan generator yang sesuai untuk menyuplai beban terpasang sekarang dan kemampuannya untuk menyuplai penambahan beban. 1.3 Pembatasan Masalah Pembahasan dalam tugas akhir ini dibatasi oleh : a. Jenis generator yang digunakan sebagai catu daya listrik cadangan adalah generator AC 3 phasa (sinkron) b. Tegangan peralatan disesuaikan dengan tegangan generator diesel. c. Generator diesel diasumsikan dengan sebuah sumber generator. d. Generator bekerja pada saat steady state. e. Beban motor dalam kondisi beban penuh dan stabil, tidak dalam kondisi transien. f. Pertimbangan pemilihan ditinjau dari kapasitas beban, rugi-rugi dan stabilitas generator. g. Tidak membahas tentang harmonisa pada sistem. II. DASAR TEORI 2. 1 Generator Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik melalui proses induksi elektromagnetik. Generator memperoleh energi mekanis dari penggerak awal (prime mover). Generator arus bolak-balik (AC) dikenal dengan sebutan alternator. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 2. Frekuensi masing-masing generator atau frekuensi generator dengan jala-jala harus sama 3. Tegangan generator harus memiliki urutan fasa yang sama Pada generator 3 fasa yang harus disinkronkan cukup 1 fasa saja sedangkan 2 fasa yang lain akan sinkron secara otomatis. Untuk mengetahui generator sudah sinkron atau belum, digunakan 3 buah lampu indikator seperti gambar rangkaian berikut ini : Gambar 2.1 Konstruksi generator berkutub dalam 2.1.1 Cara Kerja Generator Prinsip kerja dari generator sesuai dengan hukum Lens, yaitu arus listrik yang diberikan pada stator akan menimbulkan momen elektromagnetik yang bersifat melawan putaran rotor sehingga menimbulkan EMF pada kumparan rotor. Tegangan EMF akan menghasilkan suatu arus jangkar. Jadi diesel sebagai penggerak awal (prime mover) akan memutar rotor generator, kemudian rotor diberi eksitasi agar menimbulkan medan magnet yang berpotongan dengan konduktor pada stator dan menghasilkan tegangan pada stator. Karena ada dua kutub yang berbeda, utara dan selatan, maka tegangan yang dihasilkan pada stator adalah tegangan bolak-balik. Besarnya tegangan induksi memenuhi persamaan: E = Kd . Ks. ? . F . p .g . Nc ( 2.1 ) E = 4,44 . Kd . Ks . f . F . p. g. Nc ( 2.2 ) Dimana: E = Ggl yang dibangkitkan (volt) Kd = faktor kisar lilitan ? = kecepatan sudut dari rotor (rad/second) f = frekuensi (hertz) F = fluks medan magnet Nc = jumlah lilitan g = jumlah kumparan per pasang kutub per pasa Gambar 2.2 Hubungan lampu indikator sinkronisasi generator 2.1.3 Batas Kestabilan Generator Performance chart generator sinkron menunjukkan batas-batas kerja suatu generator, kurva ini dapat dibuat dengan cara menghitung nilai-nilai dari persamaan berikut : S base = 3 V .I base Z base = Vbase I base Qleading = V2 Xs (VA) ( 2.3 ) (? ) ( 2.4 ) (VAr) ( 2.5 ) Setelah mengetahui nilai dari persamaan diatas maka dapat dibuat kurva performance chart yang ditunjukkan pada gambar 2.3. Generator AC bekerja dengan prinsip induksi elektromagnetik. Generator AC terdiri dari stator yang merupakan elemen diam dan rotor yang merupakan elemen berputar dan terdiri dari belitan-belitan medan. Pada generator AC jangkarnya diam sedangkan medan utamanya berputar dan lilitan jangkarnya dihubungkan dengan dua cincin geser. 2.1.2 Kerja Paralel Generator Untuk memenuhi kebutuhan daya yang cukup besar dapat dilakukan dengan memparalelkan dua atau lebih generator. Selain itu, kerja paralel generator juga diperlukan untuk menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada salah satu mesin yang harus berhenti kerja/rusak. Kondisi yang harus dipenuhi dalam sinkronisasi/kerja paralel generator antara lain : 1. Tegangan efektif terminal generator harus sama besar dan berlawanan arah dengan harga efektif tegangan jala-jala, atau harga sesaat ggl generator harus sama besar dan berlawanan arah Gambar 2.3 Performance chart generator Pada gambar 2.3 terlihat daerah kerja generator yang menunjukkan daerah dimana generator dapat bekerja secara stabil atau tidak stabil. Saat generator bekerja pada daerah A maka generator dalam keadaan stabil, jika generator bekerja diluar daerah A (kerja generator melebihi batas kerja) maka generator menjadi tidak stabil. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. 2.2 Mesin Diesel 2.2.1 Pengertian Mesin Diesel Ditinjau dari cara memperoleh energi termalnya, mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam, atau disebut dengan motor bakar. Mesin diesel menggunakan bahan bakar minyak diesel dengan kecepatan tinggi, bekerja dengan prinsip pembakaran kompresi dan menggunakan dua langkah atau empat langkah putaran dalam operasi. Keuntungan pemakaian mesin diesel sebagai Prime Mover : • Design dan instalasi sederhana • Auxilary equipment sederhana • Waktu pembebanan relatif singkat • Konsumsi bahan bakar relatif murah dan hemat Kerugian pemakaian mesin diesel sebagai Prime Mover : • Berat mesin sangat berat karena harus dapat menahan getaran serta kompresi yang tinggi. • Starting awal berat, karena kompresinya tinggi yaitu sekitar 200 bar. • Semakin besar daya maka mesin diesel tersebut dimensinya makin besar pula, hal tersebut menyebabkan kesulitan jika daya mesinnya sangat besar. 2.2.2 Cara Kerja Mesin Diesel Pada mesin diesel/engine terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya berdasarkan udara murni yang dimampatkan di dalam silinder pada tekanan yang tinggi (± 30 arm), sehingga temperatur di dalam silinder naik. Pada saat bahan bakar disemprotkan dalam silinder yang bertemperatur dan bertekanan tinggi melebihi titik nyala, bahan bakar terbakar sehingga akan menyala secara otomatis. Pada mesin diesel penambahan panas atau energi senantiasa dilakukan pada tekanan yang konstan. Pada mesin diesel, piston melakukan 2 langkah pendek menuju kepala silinder pada setiap langkah daya. 1. Langkah ke atas yang pertama merupakan langkah pemasukan dan penghisapan, di sini udara dan bahan bakar masuk sedangkan poros engkol berputar ke bawah. 2. Langkah kedua merupakan langkah kompresi, poros engkol terus berputar menyebabkan torak naik dan menekan bahan bakar sehingga terjadi pembakaran. Kedua proses ini (1 dan 2) termasuk proses pembakaran. 3. Langkah ketiga merupakan langkah ekspansi dan kerja, kedua katup yaitu katup isap dan katup buang tertutup, sedangkan poros engkol terus berputar dan menarik kembali torak ke bawah. 4. Langkah keempat merupakan langkah pembuangan, katup buang terbuka dan menyebabkan gas akibat sisa pembakaran terbuang keluar. Gas dapat keluar karena pada proses keempat ini torak kembali bergerak naik ke atas dan menyebabkan gas dapat keluar. Kedua proses terakhir ini ( 3 dan 4 ) termasuk proses pembuangan. 5. Setelah langkah 1 – 4 berlangsung, maka proses berikutnya akan mengulang kembali proses yang pertama, udara dan bahan bakar masuk kembali. Gambar 2.4 Cara Kerja Mesin Diesel 2.3 AMF dan ATS 2.3.1 Pengertian AMF dan ATS AMF (Automatic Main Failure) merupakan alat yang berfungsi untuk menurunkan downtime dan meningkatkan keandalan sistem catu daya listrik dengan cara mengatur kerja genset backup secara otomatis. Unit AMF mempunyai mode operasi manual dan automatic. AMF dapat mengendalikan transfer Circuit Breaker (CB) atau alat sejenis, dari catu daya utama (PLN) ke catu daya cadangan (genset) dan sebaliknya. ATS (Automatic Transfer Switch) merupakan pelengkap dari AMF dan bekerja secara bersama-sama. Gambar. 2.5 Blok diagram proses kerja AMF dan ATS 2.3.2 Cara Kerja AMF dan ATS MAINS ACB Mains AMF UNIT LOAD Mains Fail ACB Mains GENSET Genset Parameter September 13, 2007 Gambar 2.6 Diagram Elektrik AMF Pada pemrosesan, sinyal diolah menghasilkan perintah ke penggerak dapat berupa pemutusan kedua catu daya yang sedang beroperasi dengan sistem saling mengunci (interlock). AMF dapat mengatur genset beroperasi jika PLN mati dan memutuskan genset jika PLN hidup lagi. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. Pada Mode Automatik, AMF akan melakukan monitoring terhadap catuan AC utama (Mains), apabila sumber AC hilang (Fail), maka AMF akan menyalakan Genset (START) dan melakukan tahap pemindahan beban (Load Transfer) dari catuan utama (Mains) ke catuan genset. Setelah genset bekerja (Running), AMF akan memonitor status dan melakukan kontrol (Shutdown) terhadap genset bila terjadi alarm/gangguan. Pada Mode Manual, genset dapat distart tanpa ada Mains Failure, tetapi perpindahan beban dapat dilakukan bila ada indikasi Mains Failure. AMF mempunyai mode Program, digunakan untuk merubah setting parameterparameter Timer, Counter yang mengatur kerja genset. 2.4 Baterai dan Battery Charger Alat yang memiliki sumber energi kimia yang dapat menghasilkan energi listrik disebut dengan electric cell (sel listrik). Ketika beberapa sel listrik yang terdiri dari elektoda dan elektrolit dihubungkan secara elektrik akan menjadi baterai. Ketika elektoda dihubungkan dengan suatu konduktor akan terjadi pergerakan arus dalam elektrolit tersebut. Battery charger mendapat suplai listrik dari sumber PLN atau dari generator itu sendiri, berfungsi untuk mengisi energi listrik ke accu atau baterai sebesar 12/24 V yang digunakan untuk menstart genset, maka battery charger harus dapat mengisi accu atau baterai sampai kapasitas tersebut. 2.5 Pengaman Peralatan 2.5.1 Fuse/Sekering Sekering sering disebut juga dengan pengaman lebur atau fuse. Fungsi sekering adalah mengamankan peralatan atau instalasi listrik dari gangguan hubung singkat. Dalam pemasangannya, sekering dihubungkan pada hantaran phasa yang tidak diketanahkan (R, S, T). Pengaman lebur ini mempunyai karakteristik pemutusan lebih cepat dibandingkan dengan MCB. Pengaman sekering hanya dapat dipakai satu kali dan tidak bisa dioperasikan kembali.[3] Gambar 2.7 Simbol Pengaman Lebur/Sekering.[3] 2.5.2 MCB MCB sering disebut juga pengaman otomatis, bekerja memutuskan sirkit secara otomatis apabila arus yang melewatinya melebihi setting dari MCB. Pengaman otomatis dapat langsung dioperasikan kembali setelah mengalami pemutusan (trip) akibat adanya gangguan arus hubung singkat dan beban lebih. Berdasarkan waktu pemutusannya, pengamanpengaman otomatis dapat terbagi atas Otomat-L, Otomat-H, dan Otomat-G. [3] 2.5.3 MCCB MCCB atau Moulded Case Circuit Breaker adalah alat pengaman yang berfungsi sebagai pengamanan terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih. MCCB memiliki rating arus yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan. Spesifikasi standar MCCB pada umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi yang terdiri dari: § Ue (tegangan kerja), Ue = 250 V dan 660 V § Ie (arus kerja), Ie = 40 A-2500 A § Icn (kapasitas arus pemutusan), Icn = 12 kA-200 kA 2.5.4 TOLR Thermal Over Load Relay (TOLR) adalah suatu pengaman beban lebih menurut PUIL 2000 bagian 5.5.4.1 yaitu proteksi beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi motor dan perlengkapan kendali motor, terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat beban lebih atau sebagai akibat motor tak dapat diasut. Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor berjalan bila bertahan cukup lama akan mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya pada motor tersebut. 2.6 Sakelar 2.6.1 Sakelar Mekanis Sakelar sebagai penghubung dan pemutus arus listrik.[3] Dalam instalasi listrik, penghubung dan pemutus arus listrik secara manual disebut dengan sakelar mekanis diantaranya sakelar togel (toggle swich). 2.6.2 Kontaktor Kontaktor adalah gawai elektromekanik yang dapat berfungsi sebagai penyambung dan pemutus rangkaian. Kontaktor dapat dikendalikan dari jarak jauh pergerakan kontak-kontaknya terjadi karena adanya gaya elektromagnet. Kontaktor magnet merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan kemagnetan, artinya bekerja bila ada gaya kemagnetan. Magnet berfungsi sebagai penarik dan pelepas kontak-kontak. Arus kerja normal adalah arus yang mengalir selama pemutaran tidak terjadi. Kumparan/belitan magnet (coil) suatu kontaktor magnet dirancang untuk arus searah (DC) saja atau arus bolak-balik (AC) saja. 2.7 Penghantar Dilihat dari jenisnya penghantar dibedakan menjadi[3] : 1. Kabel instalasi Kabel instalasi digunakan untuk instalasi penerangan, jenis kabel yang banyak digunakan untuk instalasi rumah tinggal yang pemasangannya tetap yaitu NYA dan NYM. 2. Kabel tanah Terdapat dua jenis kabel tanah yaitu : a. Kabel tanah termoplastik tanpa perisai ( NYY dan NANY ) b. Kabel tanah thermoplastik berperisai ( NYRGbY dan NYFGbY ) 3. Kabel Fleksibel Kabel jenis ini digunakan untuk hubungan yang dapat dipindah-pindah. 2.8 Motor Induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. murah dan mudah didapat, dan dapat langsung disambungkan ke sumber daya AC. Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu motor induksi satu fasa dan motor induksi tiga fasa. III. PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM Generator diesel digunakan untuk menyuplai motor hidrolik furnace, booster pump, cooling water pump, hoist transfer motor, hoist crane motor dan hoist pouring motor. Untuk menentukan kapasitas dan tegangan generator diesel yang dipakai maka dilakukan penelitian dengan mengambil data-data peralatan. Data-data peralatan digunakan untuk mensimulasi sistem dengan bantuan program ETAP Power Station 4.0. Gen1 400 kW Bus1 Cable1 Bus2 0.38 kV CB1 CB2 CB3 Cable2 Bus3 Bus4 Booster Pump 5.5 kW CB5 CB4 Cable3 LP-FAC-1 6 kVA CB6 Cable5 Cable4 CB7 Cable6 Cable7 Bus CT-1-1 0.38 kV Bus5 CWP-1 22 kW Bus7 P-MEL-2 0.38 kV P-MOL-1 22 kW Bus6 P-MEL-1 0.38 kV FM-10 5 kW CWP-2 22 kW CWP-3 22 kW CWP-4 22 kW Hoist Crane 17.5 kW FM-11 11 kW FM-12 11 kW FM-13 11 kW FM-14 11 kW Hoist 5.5 kW Crane 17.5 kW IV. PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Menentukan Kapasitas Daya Genset Data yang diperoleh dengan perkiraan beban maksimum yang disuplai genset pada panel LV-MDB-2 sebesar 468,03 A sehingga diperoleh daya yang terukur di panel LV-MDB-2 pada waktu beban puncak sebesar 246,43 kW, sedangkan besarnya daya terpasang yang disuplai genset adalah 349 kW. Untuk menentukan kapasitas daya genset yang harus digunakan, terlebih dahulu mencari faktor kebutuhan atau Demand Factor (DF) dengan menggunakan persamaan 3.1 sebagai berikut : DF = Beban Maksimum Terukur Beban Total Terpasang Kapasitas daya = DF x Beban total terpasang x Faktor keamanan trafo = DF x Beban total terpasang x 125% Selanjutnya dapat dihitung besarnya Demand Factor (DF) yaitu : 246,43 kW DF = = 0,706 349 kW Dengan menggunakan faktor keamanan trafo sebesar 125% maka kapasitas daya dapat dihitung sebagai berikut: Kapasitas daya = 0,706 x 349 kW x 125% = 308,0375 kW Jadi setelah dilakukan perhitungan kebutuhan daya/kapasitas genset yang harus digunakan adalah 308,0375 kW . Gambar 3.1 Single Line Diagram Metode aliran daya Newton-Raphson digunakan untuk memperoleh daya, rugi daya dan faktor daya dari sistem. Untuk mengetahui kestabilan dari generator maka dibuat performance chart dari generator. Hasil dari aliran daya digunakan untuk mengetahui titik kerja generator di dalam kurva performance chart. Besar nilai hasil aliran daya dan kurva performance chart digunakan untuk menentukan kapasitas dan tegangan generator diesel. Performance chart generator dari tiap generator berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan data sheet generator. Generator diesel yang dipakai memiliki data sebagai berikut 500 kVA, 400 kW, pf 0,8, pitch 0,67. Dari data tersebut dapat dibuat kurva sebagai berikut. Gambar 3 Performance Chart Generator 380 V, 500 KVA. 4.2 Menentukan Rating Kinerja Daya Genset Dengan menggunakan persamaan : P = S.cos f (kW) Daya( S ) = Daya( P) Cosϕ Maka diperoleh daya genset dalam kVA sebesar: Daya (S) = Daya( P) = 308,0375 kW = 385,0468 kVA Cosϕ 0,80 Rating kerja daya genset yang dipilih sesuai catalog adalah 500 kVA, 3 P/380 V. 4.3 Menentukan Rating Pengaman Keluaran Genset Besarnya arus nominal genset: Daya Genset (kVA) I n Genset = 3 ×VL-L 500 kVA I n Genset = = 0,75967 kA = 759,67 A 3 × 380 V Selanjutnya diperoleh nilai arus pengaman, I Pengaman (MCCB) = 150% x In Genset I Pengaman (MCCB) = 150% x 759,67A = 1139,5 A Dengan melihat catalog Mitsubishi diperoleh MCCB yang digunakan sebagai pengaman generator memiliki rating arus 800-1600 A dengan tegangan 380 V. 4.4 Perhitungan Kabel Penyulang Genset Perhitungan kabel penyulang genset dapat dilihat pada PUIL 2000 pasal 5.6.1.3 yang berisi “Penghantar dari terminal generator ke proteksi pertama harus mempunyai kemampuan arus tidak kurang dari 115% dari arus pengenal yang tertera pada pelat nama generator.” Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. Dengan persamaan : KHA = 115% x In Genset Diperoleh : KHA Genset = 115% x 759,67 A = 873,62 A 4.5 Penentuan Rating Kontaktor Untuk arus nominal genset ( In ) = 759,67 A, maka kontaktor yang dipakai adalah : I = In : 80% = 759,67 A : 80% = 949,5875 A Sesuai dengan rating kontaktor maka kontaktor yang dipakai harus memiliki kemampuan hantar arus (KHA) 1000 A. 4.6 Simulasi Penentuan Kapasitas Generator Saat Single line diagram dijalankan dalam program ETAP Power Station 4.0 dengan beban LP-FAC-1, PMOL-1, P-MEL-1, P-MEL-2, Booster Pump dan CT-1-1 beroperasi semua maka akan diperoleh hasil dari simulasi seperti pada tabel berikut ini : Tabel 4. 1 Hasil Simulasi Generator 380 V Generator Diesel Rugi-rugi P(kW) Q(kVAr) S(kVA) %PF P(kW) Q(kVAr) 253 176 308 82,0 42 3 Hasil tabel 4.1 menunjukkan bahwa generator diesel bekerja untuk beban terbesar 308 kVA, sehingga terlihat bahwa generator diesel dengan kapasitas 500 kVA masih mampu memenuhi kebutuhan beban terbesar. Untuk mengetahui generator bekerja stabil atau tidak saat men-supply beban, dengan beban maksimal sebesar 308 kVA maka harus dibuat kurva performance chart generator. Kurva performance chart diperoleh dari spesifikasi generator. Spesifikasi generator untuk tegangan 380 V adalah 500 kVA, 400 kW, pf 0,8 dan pitch 0,67. Dari spesifikasi generator tersebut maka dapat dihitung nilai-nilai sebagai berikut: I base = 500kVA = 759,67 A 3.380 380 Vbase = = 220 V 3 220 Z base = = 0,29 Ω 759,67 0,29 Xs = = 0,44 Ω 0,67 lead var = 380 2 = 328,182 kVAr 0,44 Setelah diperoleh hasil nilai batasnya maka dapat dibuat kurva peformance chart generator yang ditunjukkan pada gambar 4.3. Kurva ini menunjukkan batas kerja generator. Gambar 4. 1 Performance Chart Generator 380 V, 500KVA Dari gambar 4.1 terlihat bahwa pada saat generator men-supply beban terbesar yang nilainya 253 kW, 176 kVAr maka generator bekerja dalam batas kerja generator. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat generator men-supply beban terbesar, generator masih stabil. 4.7 Perbaikan Faktor Daya Berdasarkan data-data lapangan terlihat bahwa generator dan beban masih memiliki faktor daya yang rendah yaitu 0,8. Pemakaian energi listrik dengan faktor daya rendah memiliki kerugian karena dengan nilai daya reaktif (Q) yang cukup besar menyebabkan kebutuhan daya semu (S) yang lebih besar untuk mencukupi kebutuhan daya aktif (P). Dengan kata lain untuk mencukupi kebutuhan daya aktif yang sama, dibutuhkan penyediaan daya (S) yang lebih besar. Untuk mengurangi kerugian tersebut maka diperlukan adanya perbaikan faktor daya hingga mendekati nilai idealnya yaitu faktor daya = 1, biasanya diperbaiki hingga mencapai 0,95 – 0,97. Besarnya daya reaktif (Q) pada setiap panel dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : F = cos -1 0,8 = 36,87° Q = 3 × V × I × sinφ ……………( 4.1 ) P-CT-1-1 : Q = 3 × 380V ×165,23 A × sin 36,87 = 65,25kVAr P-Booster-Pump : Q = 3 × 380V ×10 A × sin 36,87 = 3,95kVAr LP-Fact-1 : Q = 3 × 380V × 7,6 A × sin 36,87 = 3kVAr P-MOL-1 : Q = 3 × 380V × 41,7 A × sin 36,87 = 16,47kVAr P-MEL-1 Q = 3 ×380V ×126,5 A ×sin 36,87 = 49,95kVAr P-MEL-2 : Q = 3 × 380V ×117 A × sin 36,87 = 46,20kVAr Secara lengkap dapat ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Daya Reaktif ( Q ) Teg 3Ø No. Nama Panel Arus Terukur Daya [P] Daya [S] Daya [Q] Cos F (V) (A) ( KW ) ( KVA ) ( KVAr ) 1 P-CT-1-1 380 0.80 165.23 87.00 108.75 65.25 2 P-Booster Pump 380 0.80 10.00 5.27 6.58 3.95 3 LP-Fact-1 380 0.80 7.60 4.00 5.00 3.00 4 P-MOL-1 380 0.80 41.70 21.96 27.45 16.47 5 6 P-MEL-1 380 P-MEL-2 Tabel 4.3 Perbandingan Daya Reaktif ( Q ) Sebelum dan Sesudah Dipasang Kapasitor 380 Total Beban Terukur 0.80 0.80 126.50 117.00 66.61 61.60 83.26 77.00 49.95 46.20 468.03 Total Daya Aktif ( kW ) 246.43 Total Daya Semu ( kVA ) 308.04 Total Daya Reaktif ( kVAr ) 184.82 Dalam penulisan tugas akhir ini dikehendaki perbaikan faktor daya sesudah dipasang kapasitor adalah 0,97. Untuk itu diperlukan perhitungan untuk menentukan besar kapasitor yang akan dipasang pada masing-masing beban agar faktor daya menjadi 0,97. Berikut ini adalah cara untuk menghitung besarnya daya reaktif sebelum dan sesudah dipasang kapasitor serta menentukan besarnya kapasitor yang akan dipasang agar faktor daya menjadi 0,97. No. Xc C = P.tan F 1 = P.tan F 2 = Q1 – Q2 2 = V Qc 1 = 2. ∏ .f.Xc 43.45 0.80 0.97 958.4 2 P-Booster Pump 3.95 1.32 2.63 0.80 0.97 58.0 3 LP-Fact-1 3.00 1.00 2.00 0.80 0.97 44.0 4 P-MOL-1 16.47 5.50 10.97 0.80 0.97 242.0 5 P-MEL-1 49.95 16.69 33.26 0.80 0.97 733.8 6 P-MEL-2 46.20 15.43 30.77 0.80 0.97 184.82 61.74 123.08 Jumlah 678.6 2,714.8 Dari tabel diatas terlihat jelas bahwa setelah faktor daya diperbaiki dengan pemasangan kapasitor pada tiap beban, maka daya reaktif yang terbuang (Qc) cukup besar yaitu 123,08 kVAr atau 66,59 %. Selanjutnya dengan adanya perbaikan faktor daya dapat dihitung pula berapa besar pengaruhnya terhadap penambahan kapasitas beban pada masing-masing panel. ϕ = Q' S Arc cos ϕ 2 = ϕ Pt = …………………… (4.7) 2 Q’ = S . Sin ϕ S 2 − Q' P’ = Pt – P 2 2 2 …………………… (4.8) …………………… (4.9) …...……………… (4.10) …………………… (4.11) Keterangan Q’ Pt P’ = Q baru setelah faktor daya diperbaiki = Daya total setelah faktor daya diperbaiki = Daya yang tersisa setelah faktor daya diperbaiki Dengan mengacu pada persamaan-persamaan diatas maka penambahan kapasitas beban pada masing-masing panel dapat dihitung sebagai berikut: Panel P-CT-1-1: Q’ = S . Sin ϕ 2 Q’ = 108,75 kVA . sin 14,07 = 26,438 kVAr Pt = S 2 − Q' Pt = 108,75 2 − 26,438 2 Pt = 11127,59 = 105,487 kW = Pt – P = 105,487 – 87,00 = 18,487 kW 2 Agar lebih mudah dalam membandingkan daya reaktif semula dan daya reaktif setelah faktor daya dijadikan 0,97 serta besar kapasitor yang harus dipasang pada masing-masing beban, maka berikut ini akan disajikan dalam bentuk tabel berikut ini. ( µF ) 21.80 …………………… (4.6) 380 = 3,323 ohm 43,45 ×103 1 C = = 958,4 µF 2 × 3,14 × 50 × 3,323 Xc = C Cos F 2 65.25 …………………… (4.5) Contoh Perhitungan pada panel P-CT-1-1: Q1 = 87 x tan 36,87 = 65,25 kVar Q2 = 87 x tan 14,07 = 21,80 kVar Qc = 65,25 – 21,80 = 43,45 kVar Cos F 1 1 P-CT-1-1 …………………… (4.2) …………………… (4.3) …………………… (4.4) Dimana: Q1 = Daya reaktif sebelum dipasang kapasitor Q2 = Daya reaktif sesudah dipasang kapasitor Qc = Daya keluaran dari kapasitor. F1 = Sudut fasa semula ( cos-1 0,8 = 36,87° ) F2 = Sudut fasa yang dikehendaki ( cos-1 0,97 = 14,06° ) P = Daya aktif Xc = Reaktansi kapasitif C = Besar kapasitor yang akan dipasang Qc ( kVAr ) ( kVAr ) ( kVAr ) Sin Q1 Q2 Qc Q2 Q1 Nama Panel P’ P’ 2 Dari perhitungan diatas dapat diketahui besarnya kapasitas beban yang dapat ditambahkan pada masingmasing panel. Jumlah keseluruhan beban yang dapat ditambahkan pada LV-MDB-2 yang disuplai genset adalah sebesar 52,354 kW. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. Tabel 4.4 Nilai Daya Aktif ( P ) Sebelum dan Sesudah Dipasang Kapasitor S Q' ( kVA ) ( kVAr ) 108.75 26.438 0.97 105.487 87.00 18.487 2 P-Booster Pump 6.58 1.600 0.97 6.380 5.27 1.110 3 LP-Fact-1 5.00 1.215 0.97 4.850 4.00 0.850 4 P-MOL-1 27.45 6.670 0.97 26.627 21.96 4.667 5 P-MEL-1 83.26 20.240 0.97 80.760 66.61 14.150 77.00 18.720 0.97 74.690 61.60 13.090 308.04 74.88 298.794 246.44 52.354 No. Nama Panel 1 P-CT-1-1 6 P-MEL-2 Jumlah Cos F Pt (kW) P (kW) P' (kW) Daya Total Daya Awal Daya Sisa Selanjutnya dengan menggunakan data pada tabel 4.1 yang merupakan hasil simulasi generator 380V dapat dihitung pula perbaikan faktor daya dari 0,82 menjadi 0,97. Q1 = 253 kW x tan 34,91 = 176,56 kVar Q2 = 253 kW x tan 14,07 = 63,408 kVar Qc = 176,56 – 63,408 = 113,152 kVar 380 2 Xc = = 1,276 ohm 113,152 ×10 3 C = 1 = 2.496 µF 2 × 3,14 × 50 ×1,276 Besarnya penambahan beban yang masih mungkin dilakukan adalah : Q’ = S . Sin ϕ 2 Q’ = 308 kVA . sin 14,07 = 74,877 kVAr Pt = S 2 − Q' 2 Pt = 3082 − 74,877 2 = 89257,43 = 298,76 kW P’ P’ = Pt – P = 298,76 – 253 = 45,76 kW Pt Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai total kapasitor yang harus dipasang untuk memperbaiki faktor daya dari semula 0,8 menjadi 0,97 adalah sebesar 2.714,8 µF (tabel 4.3). Dari perhitungan kemungkinan penambahan kapasitas beban yang dapat dilakukan dengan asumsi nilai daya semu (S) adalah tetap, diperoleh bahwa apabila faktor daya diperbaiki menjadi 0,97 maka nilai daya reaktif (Q) berkurang cukup besar dari semula 184,82 kVAr (tabel 4.3) menjadi 74,88 kVAr (tabel 4.4) sehingga daya aktif (P) yang dapat digunakan bertambah sebesar 52,354 kW dari semula 246,44 kW menjadi 298,794 kW (tabel 4.4). Hasil simulasi dengan program ETAP Power Station 4.0 diperoleh nilai-nilai 253 kW, 176 kVAr, 308 kVA dan faktor daya 0,82. Setelah dilakukan perhitungan untuk memperbaiki faktor daya dari 0,82 menjadi 0,97 diperoleh nilai kapasitor yang harus dipasang adalah 2.496 µF. Perbaikan faktor daya menjadi 0,97 mampu menurunkan nilai daya reaktif (Q) dari semula 176 kVAR (tabel 4.1) menjadi 74,877 kVAr dan meningkatkan daya aktif (P) sebesar 45,76 kW dari semula 253 kW (tabel 4.1) menjadi 298,76 kW. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan analisis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil simulasi dengan program ETAP Power Station 4.0 diperoleh beban terbesar yang harus disuplai oleh genset adalah 253 kW, 176 kVAr, 308 kVA dengan power factor 82,0 lagging. Setelah dimasukkan dalam performance chart generator terlihat bahwa generator masih bekerja dalam batas kestabilan. 2. Daya genset yang digunakan 500 kVA telah sesuai dengan total daya beban yang harus disuplai genset tersebut sebesar 308,04 kVA ( perhitungan ) dan 308 kVA ( simulasi program ETAP ). 3. Rating pengaman yang dihitung untuk total daya beban telah mencukupi untuk daya beban yang disuplai genset. 4. Luas penampang penghantar yang digunakan NYY (1C – 240 mm² x 2) dengan KHA 2 x 743 amper telah memenuhi syarat kemampuan hantar arus minimal 873,62 amper. 5. Untuk memperbaiki faktor daya menjadi 0,97 dibutuhkan kapasitor 2,714 µF (dari data hasil pengukuran) atau 2,496 µF (dari data hasil simulasi tabel 4.1). Setelah faktor daya diperbaiki menjadi 0,97 dapat dilakukan penambahan beban sebear 52,354 kW (tabel 4.4) atau 45,76 kW (dari data hasil simulasi). 5.2 Saran 1. Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut dengan beban yang fluktuatif dan beban real. 2. Pemodelan dan simulasi bisa menggunakan software lain. Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] Arismunandar, W dan Tsuda, Koichi, Motor Diesel Putaran Tinggi, Pradnya Paramitha, Jakarta, 1983. Deshpande, MV, Electrical Power System Design, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi, 1984. Harten, Van. Setiawan, Instalasi Listrik Arus Kuat 1, Bina Cipta, Bandung. 1981. Mahon, L.L.J, Diesel Generator Handbook, Butterworth-Heinemann Ltd, Wellington, 1992. Marsudi, Djiteng, Operasi SistemTenaga Listrik, Balai Penerbit dan Humas ISTN , Jakarta, 1990. Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005. Suhana, Neno, Seri Teknik, Penerbit ITB, Bandung, 2002. Sumanto, Mesin Sinkron (Generator Sinkron dan Motor Sinkron), Andi Offset, Yogyakarta, 1996. Sulasno, Teknik dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2001. Sulasno, Dasar Teknik Konversi Energi Listrik dan Sistem Pengaturan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2003. Theraja, BL, Electrical Technology, Volume II, , Nirja Construction & Development, New Delhi, 1984. Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Penerbit ITB, Bandung, 1991. Zuhal, Dasar Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000. Panitia PUIL, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), Yayasan PUIL, Jakarta, 2000. Anggoro, Bayu, Pemilihan Kapasitas dan Tegangan Generator Diesel Container Crane Studi Kasus Terminal Peti Kemas Semarang, Tugas Akhir, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008. PT PLN JASDIKLAT, Generator, PT PLN Persero, Jakarta, 1997. PT PLN JASDIKLAT, Pengoperasian Mesin Diesel, PT PLN Persero, Jakarta, 1997. ---, The Operation of a Generator on Infinite Busbars, www.kefax.com/assets/opcht.pdf, Februari 2008. Sabto Budi P. (L2F 304 331) Lahir di Sukoharjo, 17 Pebruari 1978. Saat ini sedang menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang dengan konsentrasi Ketenagaan. Pembimbing I Ir. Tejo Sukmadi, MT. NIP. 131 764 876 Pembimbing II Susatyo Handoko,ST,MT. NIP. 132 282 683