Tenni Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 ANALISIS KANDUNGAN KIMIA RIMPANG TEMULAWAK EM HAYANI Balai Penelitlan Tanarnan Rempah dan Obat, Jl . Tentara pelajar No .3, BOGOR RINGKASAN Tanaman temulawak (curcurna xanthorrhiza), banyak digunakan sebagai obat dalam bentuk tunggal maupun campuran terutama dikalangan masyarakat jawa, rimpang temulawak merupakan bahan pembuatan obat tradisional yang paling utama, disamping sebagai perneliharaan kesehatan, umum digunakan dalam bentuk ramuan jamu . Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan rimpang temulawak secara kwalitataf, sedangkan cara grafimetri, titrimetri dan spectrophotometer untuk mengetahui komposisi kimia secara kwantitatif . Kandungan kimia rimpang temulawak yang memberi arti pada penggunaannya dibedakan atas beberapa macam yaitu kurkuminoid yang memberi warna kuning, pati dapat dikernbangkan sebagai bahan makanan dan minyak atsiri . Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa kandungan senyawa fenol, flavonoid, triterpennoid dan glikosida lebih dominan daripada senyawa tanin, saponin, dan steroid . Kadar rata-rata minyak atsiri dan pati masing-masing 3,81 % dan 41,45% Kata kunci : Rimpang temulawak , Uji kwalitatif , Uji kwantitatif PENDAHULUAN (curcuma Tanaman temulawak xanthorrihiza) merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh liar di hutan-hutan jati di Jawa dan Madura .Tumbuhan semak berumur tahunan, batang semunya terdiri dari pelepah-pelepah daun yang menyatu , mempunyai umbi batang . Tinggi tanaman antara 50-200 cm, bunganya berwarna putih kemerah-merahan atau kuning bertangkai 1,5-3 cm berkelompok 3 sampai 4 buah . Tumbuhan ini tumbuh subur pada tanah gembur, dan termasuk jenis temu-temuan Panen dapat yang sering berbunga . dilakukan pada umur 7-12 bulan setelah tanam atau daun telah menguning dan gugur . Sebagai bahan tanaman untuk bibit digunakan tanaman sehat berumur 12 bulan . (RAHARDJO dan ROSTIANA, 2004 ) secara historis Temulawak mempunyai kegunaan tradisional dan sosial masyarakat cukup luas dikalangan kalangan yang Indonesia, banyak mempromosikkan temulawak sebagai tanaman obat khas Indonesia, yang sangat efektif untuk mengatasi gangguan lever, rematik dan lelah (HEMBING, 1997) juga berkhasiat sebagai penghilang rasa sakit, anti bakteri/jamur, anti diabetic, anti diare, anti oksidan, anti tumor, diuretic, depresi dll (PURNOMOWATI S , dkk ,1977) . utama dari tanaman Produksi temulawak adalah rimpang-rimpangnya . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tanaman ini dapat dipanen rimpangnya setelah berumur cukup tua, yaitu apabila daun-daun dan batang telah menguning atau mengering . Cara pemungutan rimpang temu lawak relatif mudah dan praktis, cukup dengan menggali rumpun tanaman bersama akar-akarnya. Pada pertanaman yang baik dan terpelihara secara intensif dapat menghasilkan rimpang segar sebanyak 1020 ton per hektar (RIJKMAN R, 1994) Untuk mendapatkan simplisia kering cara dengan pencucian, pengirisan, pengeringan yaitu penjemuran atau dengan udara panas yang mengalir . MATERI MEDIKA INDONESIA (1979) menyebutkan rimpang dicuci bersih, dikupas kulitnya .. diiris melintang dengan ketebalan 7-8 mm . Penjemuran atau pengeringan irisan dilakukan tanpa saling bertumpuk .Untuk alas penjemur dapat digunakan anyaman bambu, lantai penjemur atau tikar. Pengeringan dengan alat pengering dilakukan pada suhu 50-55 ° C, agar diperoleh warna yang haik, lama pengeringan adalah 7 jam . Syarat utarna simplisia sebagai bahan baku obat tradisional maupun keperluan ekspor, harus bersih dari jamur . Untuk itu penanganan pasca panen yang pertama kali harus diperhatikan adalah proses pengeringan . Penulisan analisis rimpang temulawak ini dimaksudkan untuk mengetahui mutu dari rimpang temulawak yang akan digunakan sebagai bahan baku 309 Tenni Teknis Nerwonal Tenaga Fungsional Pertanian 2006 industri . Acuan metoda kwalitatif analisis MATFRI MEDIKA (uji) fitokimia adalah INDONESIA (1995), analisis kwantitatif kadar kurkumin dengan menggunakan metoda AOAC (1980), kadar sari air dan alkohol dengan metoda MMI (1995), kadar pati dengan metoda SNI (1995) . Bahan kimia yang diperlukan adalah toluen . alkohol, asam sulfat, asam chlorida, asam acetate glacial, terusi, asam oksalat, asam borat, natriurn hidroksida, ethyl acetat dan K I . I Intuk memperoleh simplisia rimpang temulawak, sebagai hahan untuk analis adalah sebagai berikut : rimpang temulawak dicuci, diiris, disimpan diatas tampah tanpa saling hertumpuk, dikeringkan dengan sinar matahari langsung hingga kering . Simplisia kering dari rimpang temulawak digiling dengan menggunakan hummer mill, diperoleh serbuk rimpang temulawak yang akan digunakan untuk analisis mutu dan penentuan kadar dan mutu minyak atsiri . Bagan analisis dari rimpang temulawak adalah sebagai berikut . BAHAN DAN METODA Percohaan dilakukan pada hulan April sampai Mei 2006 di laboratorium pengujian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor . Bahan dan alat yang digunakan adalah rimpang temulawak yang diperoleh dari pasar, pisau, tampah, hummer mill, hot plat, oven, neraca, pensulingan, spetrophotometer dan peralatan gelas . Rim pang temulawak l Pencueian 1 Pengirisan i Penggilingan Analisis mutu Penyulingan i Minyak atsiri Bagan analisis rimpang temulawak 3 10 Pusat Penelitian don Pengembangan Peiernakan Tenm Teknis Nasional Tenaga Fnngsional Pertanian 2006 HASIL DAN PEMBAHASAN 1 . Analisis secara kwantitatif Dari hasil analisis rnutu rimpang temulawak secara kwantitatif diperoleh kadar air 13,98% kadar minyak atsiri 3,81% kadar pati 41,45% kadar serat 12,62% kadar abu 4,62% kadar abu tak larut asam 0,56% sari air 10,96% sari alkohol 9,48% dan kadar kurkumin 2,29% (Tabel 1) . Dan bobot awal rimpang temulawak seberat 2 kilogram diperoleh bet-at simplisia kering 886 gram . Sedangkan untuk mengetahui banyaknya komponen dari rimpang temulawak digunakan pereaksi yang bersifat polar, non polar, dan semi polar .yaitu alkohol, heksan dan etil acetate dengan masing-masing kadar ekstrak dalam alkohol 20,4% kadar ekstrak dalam heksan 8,2% dan kadar ekstrak dalam etil acetate 17% (Tabel 2) . Tabel 1 . Hasil analisis serbuk rimpang temulawak No _ Jenis analisis _ I Kadar air 2 Kadar minyak atsiri 3 Pati 4 Serat 5 Abu Abu tak larut asam 6 Sari dalam alkohol 7 8 Sari dalam air 9 Kurkumin Nilai (%) 13,98 3,81 41,45 12,62 4,62 0,56 9,48 10,90 2,29 Dari hasil analisis dapat diketahui kadar pati merupakan basil yang tertinggi dapat yang mempunyai harapan dikembangkan sebagai bahan baku industri makanan dan dalarn bidang farmasi sebagai bahan pembantu industri tablet . Minyak atsiri rimpang temulawak digunakan dalam bidang medis sebagai yaitu titorepi yang aromaterapi, minyak atsiri sebagai menggunakan komponen aktifnya menurut CHIEJ dalam SIDIK (1997) . Menurut ITOKAWA dalam SIDIK kurkumin menunjukan alfa (1997) Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan mempunyai aktivitas anti tumor yang paling tinggi yang sifatnya sangat tergantung pada besarnya dosis yang digunakan . Karena warnanya kuning fraksi kurkuminoid dapat digunakan sebagai zat warna alami dalam makanan, minuman atau kosmetika . Tabel 2 . Hasil ekstrak rimpang temulawak No I 2 3 EkstrakKSTRAK Alkohol Heksan Ethyl Acetat Nilai 20,40 8,20 17,00 Ektrak terbanyak dari rimpang temulawak diperoleh dari ekstrak dengan rnenggunakan pelarut alkohol . 2 . Analisis secara kwalitatif Hasil pengujian skrining fitokimia diperoleh bahwa didalam rimpang temulawak terdapat alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, triterpennoid dan glikosida (Tabel 3) . Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan rimpang temulawak secara kwalitatif . Tabel 3 . 1 lasil pengujian skrining fitokimia serbuk rimpang temulawak No . I 2 3 4 5 6 .lenis Pemeriksaan Alkaloid Flavonoid Tanin Saponin Triterpennoid Steroid Glikosida Fenolik Hasil ++++ ++++ + ++++ ++++ ++++ Dari hasil pengujian skrining fitokimia terlihat dalam rimpang temulawak kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid dan glikosida lebih dominan dibanding tannin, saponin dan steroid . Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak digunakan dalam bidang pengobatan . KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis secara kwantitatif rimpang temulawak kadar pati merupakan hasil yang tertinggi yaitu sebesar 41,45% yang mempunyai harapan dikembangkan 311 Tennu Teknis Nasronal Tenaga Fungsional Pertanian 2006 sebagai bahan baku industri, sedangkan komponen aktifnya kurkumin 2,24% dan Analisis kadar minyak atsiri 3,81%. kwalitatif skrining fitokimia terdapat alkaloid, fenolik, flavonoid, triterpennoid dan glikosida . Disarankan untuk mengetahui komponen dalarn rimpang banyaknya temulawak dapat dilanjutkan dengan menggunakan bahan dari ekstrak temulawak dengan analisis secara secara KLT yang dilanjukan dengan analisis GCMS sedangkan analisa komponen utama yaitu minyak atsiri dapat xanthorizol dari dilakukan dengan gas chromatograti . 1997 . Mengenal dan Memanfaatkan 'Fanaman Indonesia . Makalah Hiptri . pp .3 . HEMBING .W . 1997 . Tinjauan Literatur Temulawak . Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah .Lembaga 11111u Pengetahuan Indonesia, Jakarta . pp 28 . PUNNOMOWATI, S DAN YOGANINGRUM, A ., RAHARJO, M DAN ROSTIANA , 0 ., Prosedur Temulawak . Operasional 2004. Standar Budidaya Circular . Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat .Vlll . pp 34-35 . R., 1994 . Temulawak . Tanaman Rempah dan Obat . Penerbit Kanisius, Yogyakarta . pp26 RUKMANA, DAFTAR BACAAN DEPARTEMEN KESEH .ATAN REPUBLIK INDONESIA . 1979 . Materi Medika Indonesia Ill . SIDIK . MULYONO, DAN MUHTADI . 1997 . Temulawak . Seri Pustaka Tanaman Obat . Pp 86 . SIDIK, MULYONO, DAN MUHTADI . 1997 . Temulawak . Seri Pustaka Tanaman Obat . Pp 90 DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA . 1995 . Materi Medika Indonesia VI . 312 Pusat Penelitian don Pengemhangan Peternakan