Ratih Purbasari_29006012 6 Bab II Tinjauan Pustaka Kreativitas

advertisement
Bab II Tinjauan Pustaka
Kreativitas dan inovasi merupakan dua hal yang sangat berkaitan erat dengan
bidang kewirausahaan. Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi orang yang
berjiwa kewirausahaan untuk menciptakan sebuah peluang kerja, tidak hanya
bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain. Nilai-nilai kewirausahaan ini
tidak hanya penting bagi orang yang akan memulai usaha, tetapi sangat
penting juga bagi para pengusaha yang sudah berjalan untuk menciptakan
inovasi dalam bisnis yang dijalankan. Dengan demikian, produk-produk yang
dihasilkan bisa diterima pasar, menjadi kebutuhan banyak orang, sebagai
produk unggulan yang dicari-cari konsumen, mengikuti perkembangan pasar
yang selalu inovatif, dan lain-lain. Hal ini dibutuhkan karena di era globalisasi
ini, persaingan di antara sesama pebisnis atau perusahaan sangat ketat dan
variatif, baik persaingan itu di skala lokal, regional, nasional maupun
internasional. Oleh karena itu, hanya pebisnis atau perusahaan yang
menekankan pada inovasi yang penuh kreativitas yang bisa bersaing,
bertahan, unggul dan mempunyai nilai lebih (McAuley & Fillis, 2000).
Berkaitan dengan hal di atas, industri kreatif, sebagai industri yang bersumber dari
kreativitas, keahlian, dan talenta individu yang berpeluang meningkatkan
kesejahteraan dan lapangan kerja melalui penciptaan dan komersialisasi kekayaan
intelektual (Simatupang, 2007), tentunya turut terlibat dalam kegiatan eksploitasi
kreativitas dan inovasi tersebut. Industri alas kaki di Cibaduyut, Bandung, Jawa
Barat merupakan salah satu jenis industri yang mengandalkan kreativitas kini
tengah mengalami berbagai permasalahan dalam perkembangan usahanya. Sejauh
ini, dalam mengembangkan produk-produknya, para pengusaha cenderung
berkiblat pada model desain yang berasal dari luar negeri. Dengan demikian,
dalam hal ini terjadi peniruan atau penjiplakan model desain produk. Apabila hal
ini terus dibiarkan, maka lambat laun akan terjadi “kematian kreativitas” dimana
para pengusaha tersebut seharusnya melakukan “penciptaan” dan bukan
”penjiplakan” model desain. Ditambah lagi dengan sikap toko-toko, yang hanya
mementingkan harga murah tanpa perduli kualitas akan menjadikan citra sepatu
6
Ratih Purbasari_29006012
Cibaduyut semakin muram (Alamsyah, 2005). Dirjen Industri Logam Mesin
Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian, Anshari Bukhari (2007)
mengungkapkan bahwa Jawa Barat, memiliki industri alas kaki yang berbasis
lokal terbesar. Selain itu, Jabar juga memiliki sumber daya manusia yang cukup,
bahan baku, serta pasar. Namun kebanyakan sifatnya footless industry, yang mana
banyak perusahaan alas kaki yang bergerak di bidang Sport Shoes hanya sebatas
tukang jahit.
Untuk mengantisipasi berbagai permasalahan tersebut, pusat inovasi sebagai
suatu wadah untuk memandu inovasi dan kreativitas dalam usaha membantu
bisnis di dalam suatu lingkungan globalisasi yang kompetitif (Malaysia Design
Innovation Center, 2007) dapat dijadikan salah satu solusi khususnya dalam hal
pengembangan kualitas produk, manajemen usaha, serta dukungan pelayanan
melalui suatu program pengembangan yang menyeluruh dan tersusun yang
mencakup usaha perwujudan gagasan inovatif serta pembekalan untuk seminar
dan pelatihan dalam usaha pengembangan dan peningkatan keterampilan bagi
para pengusaha (The Brunei Economic Development Board/BEDB, 2006). Pusat
inovasi dapat berperan dalam hal merangsang, membantu, mempromosikan dan
mendorong pengembangan pengetahuan dan teknologi inovatif berbasis bisnis
dalam rangka menghasilkan peluang ketenagakerjaan baru dan menciptakan
pertumbuhan ekonomi (The Barnsley Business and Innovation Centre/BBIC,
2003). Dengan demikian, pembangunan pusat inovasi menjadi penting untuk
dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang tengah dihadapi industri alas kaki
di Cibaduyut tersebut karena dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan
inovasi dan teknologi untuk mendukung para usahawan dalam mengembangkan
bisnisnya dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, sistematika penulisan tinjauan pustaka
dalam tesis ini dituliskan ke dalam 4 (empat) bagian yang masing-masing
memiliki materi pokok yang berhubungan dengan konsep pusat inovasi bagi
pengembangan industri kreatif.
7
Ratih Purbasari_29006012
Materi-materi tersebut menjelaskan teori-teori dan konsep dasar yang melandasi
dan sesuai dengan penelitian ini, antara lain Kreativitas, Inovasi dan Industri
Kreatif, Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Kewirausahaan, Pusat Inovasi, serta
State Of The Art dari tesis ini.
Penelitian
ini
bermaksud
untuk
mengetahui
dan
mempelajari
serta
mengembangkan model pusat inovasi yang dapat diterapkan untuk dapat
mendorong industri alas kaki (footwear) di Cibaduyut menjadi pusat industri
kreatif.
II.1. Kreativitas, Inovasi dan Industri Kreatif
II.1.1. Kreativitas
Kreativitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap hubungan
baru, menentukan subjek dari pandangan baru dan untuk membentuk konsep baru
dari fenomena yang ada (McAuley & Fillis, 2000). Kreativitas dapat merupakan
karakter yang dimiliki seseorang atau dapat juga hasil dari suatu pembelajaran.
Sebagai karakter atau sifat seseorang, kreativitas adalah sebuah variabel
perubahan, karakteristik yang memandu untuk menghasilkan suatu kegiatan, serta
hal-hal yang cenderung berhubungan dengan kejadian-kejadian baru. Sebagai
suatu hasil pembelajaran, kreativitas menghasilkan produk dari suatu proses.
Produk tersebut dapat berupa penemuan ilmu pengetahuan, produk baru atau
pelayanan yang inovatif, seni atau literatur, semua yang dapat memuaskan
kebutuhan manusia (McAuley & Fillis, 2000).
Ada beberapa pendapat lain dari berbagai ahli mengenai kreativitas, antara lain
(Frinces, 2004):
1.
“The ability to bring something new into existence” (Webster’s Third New
International Dictionary, 1976).
2.
“It’s simple. Take something and do something to it and then do something
else. Do it for a while and pretty soon you’ve got something” (Jaspe John, A
Noted Modern Painter).
8
Ratih Purbasari_29006012
3.
“A product or response will be judged creative to the extent that it is a novel
and appropriate, useful, correct, or valuable response to the task at hand,
and the task is heuristic rather than algorithmic” (Teresa Amabile, 1983,
The Social Psychology of Creativity”, New York, Spring Verlag).
4.
“At least latent in everyone” (John Kao, 1989, Intrepreneur and Managers:
Are They Different, Harvard Business School).
Menganalisis usaha-usaha peningkatan daya saing suatu negara atau suatu produk
di dalam suatu pasar tertentu telah membawa ke suatu pemahaman bahwa daya
saing itu bersumber pada kreativitas. Kreativitas akan menghasilkan inovasiinovasi baik pada produk maupun proses. Dari inovasi tersebut, dilengkapi dengan
pemahaman akan adanya peluang bisnis, akan mengarah kegiatan kewirausahaan
yaitu penciptaan bisnis baru (Larso, 2006).
Roe (1962) dalam Frinces (2004) menyebutkan beberapa syarat seseorang disebut
kreatif, antara lain yaitu:
1.
Keterbukaan terhadap pengalaman (openess to experience)
2.
Pengamatan melihat dengan cara yang tidak biasa dilakukan (observance
seeing things in unusual ways)
3.
Keingintahuan (curiosity)
4.
Menerima dan merekonsiliasikan lawan yang tampak (accepting and
recording appearent opposites)
5.
Toleransi terhadap ambiguitas (tolerance of ambiguity)
6.
Kemandirian dalam penilaian, pikiran dan tindakan (independence in
judgement, thought and action).
7.
Memerlukan dan menerima otonomi (needing and assuming autonomy)
8.
Kepercayaan terhadap diri sendiri (self – reliance)
9.
Tidak sedang tunduk kepada pengawasan kelompok (not being subject to
group standards and control)
10.
Kesediaan untuk mengambil risiko yang diperhitungkan (willingness to take
calculated risks)
11.
Ketekunan (persistence)
9
Ratih Purbasari_29006012
Menurut Raudsepp (1993) dalam Frinces (2004) syarat-syarat seseorang disebut
kreatif antara lain:
1.
Sensitivitas kepada persoalan (sensitivity to problem)
2.
Kesiapan dan kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ide-ide besar
(fluency- the ability to generate a large number of ideas)
3.
Fleksibilitas (flexibility)
4.
Keaslian (originalitas)
5.
Mau mendengarkan perasaan-perasaan orang (responsiveness to feelings)
6.
Keterbukaan terhadap fenomena di bawah sadar (openness to unconscious
phenomena)
7.
Motivasi (motivation)
8.
Bebas dari ketakutan atas kegagalan (freedom from fear concentrate)
9.
Berpikir dalam berbagai imej (thinking in image)
10.
Kepandaian memilih (selectivity)
Kreativitas adalah suatu konsep yang sangat berbeda dari berbagai disiplin ilmu
lainnya seperti ekonomi, teori ilmu pengetahuan, riset dan pengembangan, ilmu
pendidikan dan sejarah (Runco, 2004 dalam Berglund & Wennberg ,2006). Satu
cara yang umum dalam menstrukturisasi kreativitas yaitu dengan membaginya ke
dalam bentuk orang, proses, produk dan tekanan (Rhodes, 1987 dalam Berglund
& Wennberg ,2006), dimana pendekatan orang meliputi riset atas ciri dan
karakteristik pribadi; penelitian proses lebih menekankan pada perilaku dan
melibatkan pemikiran kreatif dan teknik; pendekatan atas produk kreatif
berasumsi bahwa produk dapat ditinjau melalui ukuran mengenai jumlah dan
kualitas, dan pendekatan tekanan mengacu pada faktor dalam, terutama faktor luar
individu yang mempengaruhi kreativitas itu.
Csikszentmihalyi (1988), Amabile (1996) dalam Berglund & Wennberg (2006)
juga menekankan pentingnya sistem sosial yang relevan dimana hal tersebut dapat
mendorong dan membentuk kreativitas.
10
Ratih Purbasari_29006012
Kombinasi pandangan psikologis dari masyarakat atas kreativitas, menurut Ford
(1996) dalam Berglund & Wennberg (2006) merupakan tindakan yang disengaja
dan situasi sosial tersebut membentuk suatu kerangka perubahan di mana tindakan
rutin dan kreatif perorangan dapat dipilih atau ditolak oleh lingkungan sosial yang
membentuk proses perubahan yang memandu tindakan kreatif individu.
II.1.2. Definisi Inovasi
Inovasi didefinisikan sebagai penyerapan yang sukses dari gagasan baru (Tether,et
al, 2005). Hal tersebut merupakan pengembangan dan penyerapan komersil dari
suatu gagasan baru untuk suatu produk atau proses yang berperan dalam
perolehan keuntungan. Menurut Dosi (1988) dalam Handke (-) inovasi
berhubungan dengan pencarian dan penemuan, percobaan, pengembangan,
peniruan, dan pengadopsian produksi baru maupun proses produksi baru. Tujuan
dari inovasi adalah untuk menciptakan nilai bisnis dengan mengembangkan
gagasan-gagasan dalam pikiran untuk dapat dipasarkan (Smith, 2005).
Inovasi memiliki banyak bentuk atau format, tergantung beberapa hal seperti
teknologi (berkenaan dengan mesin baru atau format peralatan lain), organisasi
(berkenaan dengan manajemen yang mengubah praktek atau struktur umum) atau
bahkan cara kerja individu yang tidak berhubungan dengan
peralatan baru
(Tether, et al, 2005). Pada prinsipnya, proses inovasi berperan dalam peningkatan
produktivitas.
Inovasi dapat meningkatkan potensi produksi yang dapat menghasilkan produk
atau jasa dengan biaya yang sama atau jumlah produk atau jasa yang sama dengan
biaya produksi yang lebih rendah. Tuntutan perbaikan akan barang atau jasa
menjadi faktor penentu terakhir dari inovasi itu (Patterson, 2002).
11
Ratih Purbasari_29006012
Inovasi pada umumnya digunakan sebagai jawaban atas faktor eksternal yang
merangsang kebutuhan akan peningkatan efisiensi. Kebanyakan proyek inovasi
memerlukan suatu investasi dalam rangka mendorong produksi baru atau proses
kerja, yang dapat menciptakan unsur risiko keuangan, sehingga dalam hal ini
perusahaan harus yakin bahwa inovasi akan mendapatkan hasil yang lebih baik
atas investasi yang telah dibuat (Patterson, 2002).
II.1.3. Manajemen Inovasi
Manajemen inovasi merupakan sistem yang terpusat pada proses yang sistematis
dimana organisasi/perusahaan menggunakan sistem tersebut untuk menciptakan
dan mengembangkan produk baru, jasa dan proses bisnis1. Hal ini melibatkan
pemanfaatan dari gagasan-gagasan yang kreatif yang dimiliki karyawan
organisasi/perusahaan tersebut untuk dapat menciptakan suatu arah yang mantap
dari inovasi baru yang menguntungkan agar dapat dipasarkan secara cepat dan
efisien2 .
Manajemen inovasi sangat berkaitan erat dengan usaha pengembangan produk,
proses dan jasa baru. Ketika organisasi berada dalam keadaan tidak membuat atau
menawarkan produk (jasa atau barang-barang), manajemen inovasi berperan
dalam usaha meningkatkan cara yang efektif bagaimana suatu pekerjaan harus
dilaksanakan untuk mencapai misi organisasi/perusahaan (Al-Ali, 2002).
Manajemen inovasi yang efektif memerlukan implementasi dari beberapa tahapan
proses dan peralatan. Salah satu yang utama adalah implementasi budaya dari
organisasi yang membentuk karyawan dan dapat mendorong mereka untuk
menyampaikan gagasan-gagasannya. Manajemen harus dapat mengadopsi strategi
inovasi yang sesuai dalam memimpin proses inovasi dan mengatur inovasi
tersebut. Beberapa tujuan dari manejemen inovasi adalah sebagai berikut (Al-Ali,
2002):
1.
Mempengaruhi perubahan cara pandang organisasi/perusahaan dalam
memandang dirinya sendiri ketika mengenali inovasi sebagai jalan untuk
berbisnis.
12
Ratih Purbasari_29006012
2.
Memutuskan strategi inovasi yang terbaik dan sesuai dengan situasi
organisasi/perusahaan, dan memungkinkan untuk dapat mencapai visi- nya.
3.
Menciptakan suatu porto folio dari proyek inovasi untuk menggambarkan
strategi
persaingan
dan
untuk
mengatur
resiko
organisasi
secara
keseluruhan.
4.
Mendefinisikan kriteria-kriteria untuk memilih dan memprioritaskan proyek
inovasi dalam porto folio untuk dapat menyelesaikan proyek inovasi secepat
mungkin.
5.
Mempengaruhi perubahan struktural yang diperlukan untuk menyusun
keterampilan
organisasi
secara
keseluruhan
dalam
mengumpulkan
kemampuan untuk dapat membentuk formasi tim yang sesuai untuk
kepentingan proyek inovasi.
6.
Menyusun persekutuan pada masa sekarang dan masa depan yang potensial
dalam sebuah porto folio yang dapat dicabangkan ketika diperlukan, dan
menggambarkan kapan dan bagaimana cara pengaturan kondisi-kondisi
persekutuan tersebut dibuat.
7.
Membantu
perkembangan
budaya
organisasi/perusahaan
dalam
mempromosikan inovasi dengan memberikan waktu bagi karyawan untuk
berinovasi dan mengimplementasikan gagasan-gagasan mereka sendiri
sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.
8.
Mengembangkan
dan
menerapkan
metode
yang
memungkinkan
pencabangan ke dalam modal intelektual organisasi/perusahaan.
II.1.4. Industri Kreatif
II.1.4.1. Definisi Industri Kreatif
Istilah industri kreatif pertama kali digaungkan oleh Partai Buruh Australia pada
awal tahun sembilan puluhan dalam upaya mencari format baru untuk pengucuran
dana bagi penciptaan lapangan kerja. Industri kreatif adalah kegiatan yang
bersumber dari kreativitas, keahlian, dan talenta individu yang berpeluang
meningkatkan kesejahteraan dan lapangan kerja melalui penciptaan dan
komersialisasi kekayaan intelektual.
13
Ratih Purbasari_29006012
Industri kreatif dapat berkaitan langsung dengan pelanggan melalui penyediaan
produk kreatif atau tidak langsung melalui kegiatan kreatif dalam proses
penciptaan nilai tambah pada sektor lain. Departemen Kebudayaan, Media, dan
Olahraga Inggris kemudian menetapkan 15 sektor usaha yang tergolong sebagai
industri kreatif, yakni (Simatupang, 2007):
1.
Periklanan
2.
Arsitektur
3.
Kesenian dan barang antik
4.
Kerajinan tangan
5.
Desain
6.
Tata busana
7.
Film dan video
8.
Perangkat lunak untuk hiburan interaktif
9.
Musik
10.
Seni
11.
Pertunjukan
12.
Publikasi atau penerbitan
13.
Perangkat lunak dan permainan komputer (computer game)
14.
Televisi
15.
Radio
Sedangkan menurut Jones (2006) industri kreatif merupakan aktivitas yang
memiliki keaslian dalam kreativitas individu, bakat dan keterampilan dan yang
memiliki potensi untuk menciptakan pekerjaan dan kesejahteraan melalui generasi
dan eksploitasi hak kekayaan intelektual. Ini meliputi beberapa sektor antara lain:
iklan, arsitektur, seni pahat, desain, perancang busana, video dan film, perangkat
lunak, musik, penyelenggaraan seni, penerbitan, radio dan televisi, museum dan
pariwisata yang dikenali sebagai hal yang berhubungan erat kepada industri yang
kreatif.
14
Ratih Purbasari_29006012
Industri kreatif adalah semua industri yang berhubungan dengan produk dan jasa
artistik serta budaya umum. Bagaimanapun, jika melakukan studi mengenai
industri kreatif, satu hal yang membingungkan adalah perselisihan paham atas
definisi mengenai industri kreatif (Kultur dokumentation/Mediacult/Wifo 2004,
Creativwirtschaft Austria 2004, Marcus 2005 dalam Hölzl, 2005). Meskipun
demikian, dari berbagai pendapat tersebut dapat dipetakan tiga hal untuk
mengkategorikan industri kreatif yang telah dikenali: Pertama, kegiatan ekonomi
yang
secara
langsung
berhubungan
dengan
dunia
seni
(seni
visual,
penyelenggaraan seni, penerbitan dan literatur, museum, galeri, warisan/pusaka
budaya dll.); kedua, aktivitas yang berhubungan dengan media (penerbitan,
industri penyiaran dan media digital); dan ketiga, aktivitas yang berhubungan
dengan desain (arsitektur, industri desain, pertunjukan dan desain produk) (Hölzl,
2005).
II.1.4.2. Karakteristik Industri Kreatif
Kreativitas merupakan suatu masukan yang penting bagi produksi barang dan jasa
dimana corak suatu industri kreatif adalah bahwa keaslian produknya dilindungi
oleh hak cipta. Hak cipta dan merek dagang adalah mekanisme perlindungan yang
sesuai untuk kreativitas di sektor ini. Industri kreatif merupakan industri yang
sangat berbeda, termasuk aktivitas ekonomi menjadi ciri dan membedakan
industri ini dengan sektor ekonomi lainnya (Caves 2000: 2 dalam Hölzl, 2005).
Perbedaan dasar industri kreatif dengan sektor ekonomi lainnya dikarakteristikkan
sebagai berikut (Hölzl, 2005):
1.
Produk industri kreatif biasanya merupakan produk hasil pengalaman
dimana keberhasilannya tergantung dari pihak yang mengkonsumsinya.
Sehingga sulit untuk mengidentifikasi permintaan yang berbeda-beda
(Blaug, 2001).
2.
Disamping merupakan produk hasil pengalaman yang mengacu pada
tingkatan individu, produk industri kreatif sering juga merupakan barangbarang simbolis, yang mengandung nilai-nilai budaya, dimana nilai ini
dibangun dengan menirukan atau disesuaikan dengan keinginan untuk dapat
membedakan diri dengan yang lain.
15
Ratih Purbasari_29006012
3.
Dalam kaitannya dengan unsur produk industri kreatif, perbedaan dari setiap
konsumen dalam menilai tingkat kualitas produk sulit untuk diprediksi. Ini
mempengaruhi
ketidakpastian
dalam
melakukan
penilaian
tentang
bagaimana konsumen akan menghargai suatu produk kreatif yang baru. Hal
tersebut akan menjadi lebih sulit ketika produk kreatif merupakan suatu
produk kompleks dengan biaya produksi yang tinggi, misalnya industri
film. Walaupun produk kreatif adalah barang-barang yang telah teruji
berdasarkan pengalaman, kepuasan pembeli tetap merupakan suatu reaksi
yang subyektif (Devaney, 2003).
4.
Industri kreatif sering kali ditandai dengan diversifikasi produk yang tinggi.
Produk yang dijual selalu dibedakan, misalnya tidak ada produk pekerjaan
seni yang sama satu dengan yang lain. Sebagian produk dapat direproduksi,
sedangkan yang lainnya tidak. Tingginya tingkat diversifikasi produk
dihubungkan dengan posisi dan nilai simbolis dari sekian banyak produk
budaya yang ada dan pada fakta bahwa produk budaya juga mengalami
perubahan yang disebut inovasi produk. Hal Ini mengarah pada penciptaan
keanekaragaman produk dan efisiensi produksi (Dixit and Stiglitz, 1977).
5.
Sebagian besar produk kreatif merupakan produk yang tahan lama, dalam
pengertian
mereka
dapat
digunakan
berulang
kali.
Kenyataannya,
kebanyakan produk industri kreatif, disamping memiliki sebuah makna
simbolis, berwujud, namun sedikit yang berpotensi berbentuk dalam format
hak milik intelektual (Thorsby, 2001). Sebenarnya perluasan dari konsep
industri kreatif tidak hanya menekankan pada komponen yang artistik tetapi
juga kepercayaan atas hak milik intelektual (Caves, 2000, UNCTAD, 2005).
6.
Beberapa industri dikarakteristikkan sebagai suatu perkembangan teknologi
yang spesifik. Blaug (2001:131) mengungkapkan bahwa kegagalan dari
kemajuan teknis dalam seni untuk bisa seiring dengan kemajuan teknis
ekonomi secara keseluruhan, dimana kesejahteraan, meskipun demikian naik
pada tingkat yang sama, menyiratkan inflasi biaya tidak dapat dihilangkan
dalam budaya industri.
16
Ratih Purbasari_29006012
7.
Sering kali ada pendapat yang mengatakan bahwa seni mempunyai efek
luar yang positif dan karakteristik yang dekat dengan barang-barang publik,
oleh karena itu tunjangan publik untuk seni dijamin. Pendapat ini lebih
sesuai untuk industri budaya yang terdiri dari perusahaan nirlaba yang
dikarakteristikkan lebih dekat dengan monopoli daripada dengan industri
media yang kompetitif. Pada kenyataannya, banyak hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa orang bersedia untuk menyediakan hasil seni walaupun
mereka sendiri tidak mengkonsumsinya (Thosby and Withers 1985, West
1989)
II.1.4.3. Dampak Industri Kreatif
Hasil yang diperoleh sebagai dampak dari pengembangan atau pendirian industri
kreatif terdiri dari hasil jangka pendek dan jangka panjang (Jones, 2006).
Hasil jangka pendek terdiri dari:
1.
Peluang dalam menawarkan pelatihan bisnis yang khusus dan mendukung
bidang industri yang kreatif untuk bisnis kreatif dalam jumlah yang besar di
daerah regenerasi post-industrial.
2.
Mengganti materi pembelajaran baru dan pendekatan teknologi baru yang
akan memperluas arus ketetapan mengenai pelatihan bisnis umum yang
termasuk di dalamnya kebutuhan yang spesifik akan usahawan yang 'kreatif'.
3.
Kreativitas dari sebuah jaringan kerja baru mengenai bisnis dan karyawan
dari industri kreatif yang akan dilibatkan dalam pengembangan, perluasan
dan penilaian menyangkut metodologi yang berhubungan dengan agen
industri kreatif.
Untuk hasil jangka panjang terdiri dari:
1.
Pengembangan kemampuan bisnis secara profesional dan perlengkapan
untuk usahawan dan karyawan dalam industri kreatif.
2.
Peningkatan
pengetahuan
profesional
menyangkut
pelatihan
yang
dibutuhkan oleh para usahawan dan karyawan dalam industri kreatif.
17
Ratih Purbasari_29006012
3.
Perluasan dari
pengembangan daerah regenerasi post-industrial melalui
peningkatan pengadaan pelatihan usahawan dan karyawan dalam memulai
bisnis kreatif untuk dapat mengenali pertumbuhan bisnis yang potensial di
sektor ini.
4.
Pengurangan pengangguran di daerah regenerasi post-industrial akibat
pertumbuhan dan pengembangan dari industri kreatif.
5.
Membentuk jaringan kerja bagi para pengembang melalui persilangan
gagasan dan pembauran pekerjaan.
6.
Keterlibatan wanita-wanita sebagai usahawan baru.
II.1.4.4. Kewirausahaan, Inovasi dan Persaingan Dalam Industri Kreatif
Peran dinamika bisnis sebagai jalan masuk dan keluar bagi perusahaan dalam
pembangunan ekonomi pertama kali dipelajari secara sistematis oleh Schumpeter
(1912) dalam Hölzl (2005). Berdasarkan teori Schumpeter’s mengenai
pembinasaan kreatif, pertumbuhan, siklus bisnis dan inovasi merupakan hal yang
saling berhubungan dan ekonomi dikembangkan melalui suatu proses yang
bervariasi (inovasi) dan persaingan (kompetisi). Perusahaan memperoleh
keuntungan persaingan melalui inovasi dan dengan melakukannya mereka dapat
memperoleh laba yang lebih banyak, dimana hal ini dapat mendorong terjadinya
peniruan oleh pihak lain yang turut menginginkan laba tersebut.
Teori kompetisi Schumpeterian menekankan pada masuk dan keluarnya
perusahaan dan kontribusi dari perubahan, riset dan pengembangan menuju
pertumbuhan perekonomian (Hölzl, 2005).
Audretsch dan Thurik (2001) dalam Hölzl (2005) berpendapat bahwa
kewirausahaan merupakan hal yang penting dalam pengetahuan ekonomi.
Hal ini disebabkan karena kewirausahaan menyediakan suatu mekanisme kunci
dimana pengetahuan dapat menciptakan satu organisasi yang dapat digunakan
pada suatu perusahaan baru. Penelitian yang bersifat kewirausahawan akan
menjadi lebih penting dalam ekonomi baru dimana produk dan teknologi menjadi
usang lebih cepat dibanding sebelumnya (Jovanovic, 2001 dalam Hölzl, 2005).
18
Ratih Purbasari_29006012
Salah satu strategi yang dapat meningkatkan sistem inovasi untuk industri kreatif
adalah meningkatkan kebutuhan untuk mengembangkan agenda kegiatan industri
dalam menetapkan sebuah kerangka kerja untuk memperjelas kebijakan yang ada
melalui industri digital dan memunculkan suatu agenda. Fokus utama dari agenda
inovasi adalah untuk menstrukturkan budaya kebijakan dengan kebijakan
pengembangan industri dan R&D (Cunningham, et all, 2004).
Dalam industri kreatif, tidak semua industri yang ada dalam kerangka industri
kreatif didiami oleh individu dan perusahaan yang bersifat usahawan kecil.
Beberapa industri dikuasai oleh perusahaan besar, misalnya industri perfilman dan
rekaman musik. Bagaimanapun, sebagian besar dari industri kreatif ditekuni oleh
perusahaan kecil (dan perusahaan besar) dan dikarakteristikkan dengan interaksi
yang kompetitif, misalnya buku, surat kabar atau pertunjukan seni (Hölzl, 2005).
II.1.4.5. Tantangan Industri Kreatif
Berkaitan dengan Industri kreatif di Indonesia yang belum berkembang secara
optimal, terutama propinsi Jawa Barat yang memiliki generasi muda yang
terbilang kreatif di indonesia dan berani bereksperimen dalam menjual gagasangagasan yang inovatif.
Mereka berkiprah sebagai perancang busana, sineas, perancang produk distro,
fotographer, manajemen kreatif, arsitek, penulis lagu, perancang iklan, pemusik,
penyanyi, artis sinetron, dan pelukis. Selain itu, generasi muda lainnya gemar
mengikuti perkembangan mode dan dapat dikatakan menjadi acuan (trend setter)
bagi kawula sebayanya.
Masyarakatnya juga terbilang turut aktif sebagai pengguna busana terkini yang
banyak ditemui di banyak factory outlets yang tersebar di Kota Bandung. Namun
demikian, dalam pengembangan industri kreatifnya masih menghadapi tantangan
berbagai macam tantangan, antara lain (Simatupang, 2007):
•
Keberadaan industri kreatif masih relatif baru dan belum dikenal secara luas
baik oleh masyarakat dan pemerintah kota.
19
Ratih Purbasari_29006012
•
Dianggap hanya berkaitan dengan kegiatan budaya dan kerajinan tangan dan
belum diakui sebagai penggerak roda pembangunan industri. Akibatnya,
cukup sulit mencari tahu rintangan pengembangan industri ini karena
minimnya data dan informasi nilai ekonomi dan perkembangan industri
kreatif.
•
Pemerintah Kota belum menata secara sistematik upaya peningkatan
permintaan produk kreatif baik di Bandung, Jakarta, dan kota-kota lainnya.
•
Sektor ini masih memerlukan profil informasi yang lebih lengkap agar bisa
dipahami oleh masyarakat dan calon investor umum dan pribadi.
•
Akses terhadap layanan industri kreatif masih sulit dan mahal terutama
untuk perijinan, modal kerja, investasi, dan pengolahan hak cipta.
•
Kredit masih sulit diperoleh dari sumber keuangan tradisional karena bisnis
kreatif hanya mempunyai asset tetap yang kecil dan sulit menaksir nilai
ekonomisnya sampai diketahui respon pasar setelah produk diluncurkan.
•
Rantai pasok bisnis kreatif masih terkotak-kotak hanya baru-baru ini saja
mulai tumbuh potensinya seiring dengan meningkatnya permintaan produk
kreatif. Jaringan yang terbatas mengurangi kesadaran individu dan bisnis
terhadap kegiatan kreatif dan peluang bisnis kreatif. Masing-masing pelaku
mulai dari proses kreasi, produksi, distribusi, dan pemasaran seolah-olah
berjalan sendiri-sendiri. Rantai pasok produk kreatif yang buruk
menghambat potensi pertumbuhan industri kreatif.
•
Perkembangan pendidikan yang berorientasi industri kreatif di perguruan
tinggi tidak turut serta memberdayakan industri kreatif baik dari sisi rantai
pasok bisnis maupun peningkatan permintaan.
•
Masalah sumber daya manusia diperparah dengan tidak adanya perumusan
sistem karir yang unik untuk para pekerja kreatif yang berbeda dengan
pekerja rutin.
•
Peluang kerja di industri kreatif belum sepenuhnya bebas gender baik dalam
proses rekruitmen, penggajian, promosi, dan pengakuan.
20
Ratih Purbasari_29006012
II.2. Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Kewirausahaan
II.2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah (UKM)
Berdasarkan UUD RI 9 tahun 1995 "Tentang Usaha Kecil", usaha kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam
UU tersebut. Sedangkan Biro Pusat Satistik (BPS) mendefinisikan usaha kecil
sebagai perusahaan yang mempunyai pekerja sebanyak 5-19 orang. Dan menurut
Departemen Perdagangan usaha kecil adalah usaha yang mempunyai modal
kurang dari Rp 25 juta (Dalimunthe, 2004).
Menurut Dalimunthe (2004), usaha kecil memiliki peran yang sangat penting baik
pada tingkat makro (agregat) maupun pada tingkat mikro. Pada tingkat makro,
peranan yang dimainkan antara lain:
•
Penciptaan kesempatan kerja
•
Training ground bagi wirausaha
•
Mitra kerja dan pemberi layanan terhadap usaha besar
•
Mengurangi ketegangan dan kecemburuan sosial
•
Korasi berdasar asas kekeluargaan.
Pada tingkat mikro (individu) peranannya antara lain:
•
Sumber penghasilan dan perolehan devisa
•
Penciptaan kompetisi
•
Alat distribusi
•
Tempat bagi inovasi independen dan bakat wirausaha
•
Kontribusi terhadap pembangunan wilayah desentralisasi
Usaha kecil menengah adalah sumber ekonomi utama yang rata-rata usaha
mampu menciptakan 90% perusahaan dan meliputi 50-60% ketenagakerjaan
diukur pada level nasional (Luetkenhorst, 2004 dalam Fox, 2005). Luetkenhorst
(2004) dalam Fox (2005) juga mengungkapkan bahwa usaha kecil menengah
merupakan faktor penting dalam mendukung penciptaan lapangan pekerjaan dan
pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, hal ini disebabkan oleh:
21
Ratih Purbasari_29006012
•
Usaha ini cenderung lebih banyak menggunakan sistem padat karya pada
proses produksi dibanding perusahaan besar, lebih mendorong ketenagakerjaan dan mengarah pada distribusi pendapatan yang lebih layak.
•
Menyediakan peluang kerja secara sederhana melalui aktivitas proses
penambahan nilai pada ekonomi pertanian.
•
Memelihara kewiraswastaan.
•
Mendukung pembangunan sistem kapasitas produksi dan penciptaan sistem
ekonomi yang ulet, melalui hubungan antara perusahaan besar dan kecil.
Gerak sektor UKM amat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan
pekerjaan. UKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan
pasang surut dan arah permintaan pasar, mampu menciptakan lapangan pekerjaan
lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya, serta cukup terdiversifikasi dan
memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan. Karena itu UKM
merupakan aspek penting dalam pembangunan ekonomi yang kompetitif.
Kebanyakan usaha kecil ini terkonsentrasi pada sektor perdagangan, pangan,
olahan pangan, tekstil dan garmen, kayu dan produk kayu, serta produksi mineral
non-logam (Indonesia Policy Briefs , 2005).
II.2.2. Kewirausahaan
Kewirausahaan memiliki bermacam-macam pengertian tergantung dari titik berat
perhatian atau penekanannya, diantaranya adalah sebagai berikut (Hermana,
2008):
1.
“Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat
produksi dan menemukan nilai dari produksinya” (Jean Baptista Say, 1816).
2.
“Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan
pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam
menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang wirausahawan
disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti
pengarahan dan pengawasan” (Frank Knight,1921).
22
Ratih Purbasari_29006012
3.
“Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan
perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru.
Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk
baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metode produksi baru,
(3) membuka pasar yang baru (new market), (4) memperoleh sumber
pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan
organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha
dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta
mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya” (Joseph Schumpeter,
1934).
4.
“Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam
sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan
kapasitas kewirausahaan” (Penrose, 1963)
5.
“Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk
menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi
produksinya belum diketahui sepenuhnya” (Harvey Leibenstein,1968,
1979).
Kewirausahaan merupakan bentuk usaha untuk menciptakan nilai lewat
pengakuan terhadap peluang bisnis, manajemen pengambilan risiko yang sesuai
dengan peluang yang ada, serta lewat keterampilan komunikasi dan manajemen
untuk memobilisasi manusia, keuangan, dan sumber daya yang diperlukan untuk
membawa sebuah proyek sampai berhasil (Kilby dalam Frinces, 2004).
Terdapat beberapa karakter yang dapat menunjukkan jiwa kewirausahaan
seseorang, menurut Zimmerer dan Scarborough (2005) diantaranya adalah:
1.
Bertanggung jawab yaitu para usahawan merasa bertanggung jawab untuk
usaha yang mereka jalankan. Mereka merasa bertanggung jawab untuk
mampu mengendalikan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan
usahanya tersebut.
2.
Berani mengambil risiko yaitu para usahawan merupakan orang-orang yang
mampu memperhitungkan dan berani mengambil risiko.
23
Ratih Purbasari_29006012
3.
Percaya diri yaitu para usahawan selalu merasa optimis dalam meraih
keberhasilan mereka.
4.
Segera mengevaluasi diri yaitu para usahawan terus menerus mencari umpan
balik atas gagasan dan segera mengevaluasi bisnis mereka.
5.
Semangat yaitu para usahawan merupakan orang-orang yang lebih giat
dibanding orang kebanyakan.
6.
Orientasi masa depan yaitu para usahawan merupakan orang-orang yang
mampu memprediksi peluang di masa datang. Mereka cenderung tidak
memperdulikan apa yang telah mereka lakukan kemarin dan lebih
memperhatikan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya ke depan.
7.
Keterampilan pada pengaturan yaitu usahawan mengetahui bagaimana cara
mengatur perusahaan dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
usaha mereka.
8.
Nilai prestasi atas uang yaitu usahawan menganggap uang sebagai salah satu
ukuran keberhasilan usahanya.
9.
Komitmen tinggi yaitu seorang usahawan harus memiliki komitmen yang
tinggi dalam menjalankan usahanya sehingga akan mampu menghadapi
berbagai penghalang, karena akan banyak sekali rintangan dalam
menjalankan sebuah usaha.
10.
Toleransi pada ketidakpastian yaitu usahawan dalam hal ini harus mampu
memaklumi setiap ketidakpastian dalam menjalankan usahanya.
11.
Fleksibilitas yaitu mampu bersikap fleksibel pada setiap permasalahan dan
menyesuaikan kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi permasalahan
tersebut.
Menurut Frey dan Korman (2004), karakteristik seorang wirausaha adalah:
1.
Ketabahan dan kemauan untuk terus maju yaitu para usahawan terkadang
sering mengalami kegagalan dalam menjalankan usahanya sehingga dalam
hal ini dibutuhkan sebuah ketabahan. Kemauan keras untuk berhasil harus
dimiliki oleh seorang usahawan yang sukses.
24
Ratih Purbasari_29006012
2.
Kemampuan melihat kesempatan yaitu kemampuan untuk melihat dan
mewujudkan sebuah kesempatan bisnis, tidak hanya ketika memulai bisnis,
tetapi selama bisnis itu dijalankan.
3.
Bersedia menghadapi penderitaan yaitu para usahawan merupakan orangorang yang bersedia mengalami penderitaan untuk apa yang mereka lakukan
dan menjadikannya motivasi dalam meraih kesuksesan usahanya.
4.
Hubungan yaitu para usahawan senantiasa memelihara hubungan yang baik
dengan konsumen, mitra bisnis, klien, atau pihak lainnya. Hubungan ini
kemudian tidak hanya berperan dalam bisnis mereka tetapi juga dalam
kehidupannya.
5.
Penuh
pertimbangan
yaitu
para
usahawan
senantiasa
melakukan
pertimbangan dalam membuat keputusan terutama yang menyangkut
pembiayaan, perekrutan, pembelian, dan rencana ke depan. Dengan
melakukan pertimbangan dapat membantu usahawan dalam mengambil
keputusan pada waktu dan kondisi yang tepat.
II.2.3. Kreativitas dan Kewirausahaan
Kewirausahaan dan perilaku bisnis inovatif telah lama dihubungkan dengan
kreativitas
dan
keduanya
sering
digunakan
dengan
cara
mengkombinasikannya. Dalam kaitannya dengan bisnis baru dan kreativitas
sering diterjemahkan sebagai pengembangan gagasan, produksi inovasi baru
dan mengadaptasikan atau meningkatkan inovasi yang telah ada (Kirton, 1987
dalam Berglund & Wennberg, 2006).
Secara metodologis, kreativitas dalam inovasi dan kewirausahaan telah
diterangkan
hingga
proses
teori,
sikap,
motivasi,
pengetahuan,
ciri
kepribadian dan lingkungan pekerjaan (Amabile, 1996; Walton, 2003;
Bangsal, 2004 dalam Berglund & Wennberg, 2006). Menurut Hantoro (2008)
secara epistimologis, kewirausahaan pada hakikatnya adalah suatu kemampuan
dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan, siasat dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup.
25
Ratih Purbasari_29006012
Dengan demikian, seorang wirausahawan tidak hanya dapat berencana, berkatakata tetapi juga berbuat, merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya ke
dalam suatu tindakan yang berorientasi pada kesuksesan. Untuk itu, dibutuhkan
kreatifitas, yaitu pola pikir tentang sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan
dalam melakukan sesuatu yang baru, sehingga dengan kata lain kewirausahaan
pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan
dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan bagi banyak orang diharapkan bisa
menumbuhkan jiwa kreativitas untuk berbisnis atau berwirausaha sendiri dan
tidak tergantung pada pencarian kerja yang semakin hari semakin sempit dan
ketat persaingannya. Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi orang yang
berjiwa kewirausahaan untuk menciptakan sebuah peluang kerja, tidak hanya
bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain. Nilai-nilai kewirausahaan ini
tidak hanya penting bagi orang yang akan memulai berusaha, tetapi sangat
penting juga bagi para pengusaha yang sudah berjalan untuk menciptakan
inovasi dalam bisnis yang dijalankan.
Dengan demikian, produk-produk yang dihasilkan bisa diterima pasar,
menjadi kebutuhan banyak orang, sebagai produk unggulan yang dicari-cari
konsumen, mengikuti perkembangan pasar yang selalu inovatif, dan lain-lain,
karena di era global ini, persaingan di antara sesama pebisnis atau perusahaan
sangat ketat dan variatif, baik persaingan itu di skala lokal, regional, nasional
maupun internasional. Maka dari itu, pebisnis atau perusahaan yang
menekankan pada inovasi yang penuh kreativitas yang bisa bersaing,
bertahan, unggul dan mempunyai nilai lebih (McAuley & Fillis, 2000).
Beberapa
penelitian
sebelumnya
menemukan
berbagai
faktor
yang
mempengaruhi kreativitas sebagai hasil dari pembelajaran antara lain yaitu;
faktor kognitif (kecerdasan, pengetahuan, keahlian dan lain-lain), faktor
lingkungan (kebudayaan dan faktor sosial ekonomi) dan faktor kepribadian
(motivasi, kepercayaan diri, dan lain-lain).
26
Ratih Purbasari_29006012
Lebih lanjut, para peneliti menyatakan bahwa kreativitas dapat dipelajari dan
dikembangkan dan ini tidak tergantung pada karakter seseorang. Kreativitas
tidak selalu merupakan hasil dari kejeniusan yang menjadi ide alami sebagai
hasil pembentukan lingkungan (Tether, et al., 2005).
II.3. Pusat Inovasi
II.3.1. Definisi Pusat Inovasi
Ada beberapa definisi pusat inovsi berdasarkan praktek pusat inovasi di berbagai
dunia. Pusat inovasi adalah suatu wadah untuk memandu inovasi dan kreativitas
dalam usaha membantu bisnis di dalam suatu lingkungan globalisasi yang
kompetitif (Malaysia Design Innovation Center/ MDIC, 2007). Berdasarkan the
Innovation Centre Sunshine Coast Pty Ltd di Australia mendefinisikan pusat
inovasi sebagai pusat pengembangan bisnis yang bertujuan mendukung para
usahawan untuk memulai bisnis baru dan mengembangkannya serta membantu
mereka dalam membangun kekuatan dalam mencapai keuntungan bisnis yang
seimbang dengan kualitas tim manajemen yang baik (IC, 2007).
The Barnsley Business and Innovation Centre (BBIC) di UK mengartikan pusat
inovasi
sebagai
sebuah
lembaga
yang
dapat
merangsang,
membantu,
mempromosikan dan mendorong pengembangan pengetahuan dan teknologi
inovatif berbasis bisnis dalam rangka menghasilkan peluang ketenagakerjaan baru
dan menciptakan pertumbuhan ekonomi (BBIC, 2003). Dari beberapa pendapat
tersebut dapat diartikan bahwa pusat inovasi merupakan suatu sarana
pengembangan inovasi dan teknologi untuk mendukung para usahawan dalam
mengembangkan bisnisnya dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Konsep Pusat Inovasi Usaha Kecil Menengah disusun berdasarkan pada sebuah
model pengembangan terutama untuk mengembangkan para pengusaha pemula yang
tidak hanya melalui penetapan dari ruang fisik dan fasilitas tetapi juga pelayanan
yang mendukung seperti bimbingan manajemen, keahlian teknik dan mentoring.
27
Ratih Purbasari_29006012
Pusat inovasi ini akan membantu para pengusaha untuk mengembangkan
kemampuan inovasi dan ide mereka dari permulaan menjadi kenyataan melalui
pelayanan ini (The Brunei Economic Development Board /BEDB, 2006). Usaha ini
untuk mengantisipasi kemampuan generasi baru dalam dunia kewirausahaan dimana
pusat inovasi ini akan menyiapkan jalan menuju perekonomian era baru yang lebih
menekankan pada pengetahuan dan inovasi yang bervariasi.
Pemerintah
di
berbagai
negara
telah
memutuskan
untuk
mendukung
pengembangan penemuan pekerjaan. Dukungan tersebut di antaranya meliputi
pemberian saran dan konsultasi kerja serta dukungan keuangan untuk menutupi
bagian dari biaya-biaya pengembangan penemuan. Model organisasi seringkali
berganti-ganti sehingga pusat inovasi yang didirikan di setiap negara cenderung
berbeda-beda. Terkadang usaha ini dibuat dalam sebuah pusat teknologi atau
dihubungkan dengan universitas. Mungkin juga menjadi bagian dari beberapa
departemen atau organisasi pemerintah. Bahkan banyak juga organisasi swasta
yang dihubungkan dengan pusat inovasi (Sipilä, 1999).
II.3.2. Model dan Kerangka Kerja Pusat Inovasi
Model pusat inovasi terdiri dari beberapa elemen yang membentuk kinerja pusat inovasi
tersebut. Innovation Centre Sunshine Coast Pty Ltd di Australia terdiri dari elemen
misi, fasilitas, layanan serta sponsorship (IC, 2007). Pusat inovasi di Amerika,
Chesapeake Innovation Center terdiri dari elemen tim manajemen, program
kegiatan, fasilitas dan sponsor (CIC, 2006), sedangkan The Canadian Innovation
Centre di Kanada terdiri dari elemen bentuk usaha, tim manajemen, layanan dan
sponsorship (Anonim, 2006).
Selain itu, The Finlandia-China Innovation Center di China terdiri dari elemen
bentuk usaha, fasilitas, layanan, program kegiatan dan members (FINCHI, 2005).
The Barnsley Business and Innovation Centre di UK terdiri dari elemen visi dan
misi, fasilitas dan layanan, tim manajemen dan program kegiatan (BBIC, 2003).
28
Ratih Purbasari_29006012
Berdasarkan penjelasan tersebut, berikut merupakan model pusat inovasi beserta
elemen-elemennya yang diadaptasi dan dimodifikasi dari elemen-elemen pusat
inovasi berdasarkan The Canadian Innovation Centre dan The Barnsley Business
and Innovation Centre dari berbagai dunia tersebut:
Gambar II.1 Model Awal Pusat Inovasi
Modifivated from: CIC (2006) and BBIC (2003).
Kedua pusat inovasi tersebut di atas dipilih sebagai acuan dalam penelitian ini
karena memiliki kesamaan penerapan yaitu untuk memajukan IKM.
Berdasarkan Caputo, A.C et al. (2002), kerangka kerja pusat inovasi terdiri atas
keterkaitan beberapa pihak yang saling berhubungan dalam menggerakkan pusat
inovasi. Kerangka kerja pusat inovasi dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
Gambar II.2 Kerangka Kerja Pusat Inovasi
Adopted from : (Caputo, A.C et al., 2002).
29
Ratih Purbasari_29006012
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa pusat inovasi dalam usahanya
memajukan IKM akan dihubungkan oleh innovation promotor yang terdiri dari
pemerintah, pihak akademis dan organisasi independent. Innovation promotor
merupakan pihak-pihak yang akan menggerakkan pusat inovasi dalam mencapai
tujuannya. Setiap innovation promotor tersebut memiliki perannya masingmasing, misalnya pemerintah berperan pada masalah kebijakan ekonomi dan
kemudahan birokrasi, akademisi berperan pada kegiatan riset dan perencanaan
serta implementasi pelayanan pelatihan, sedangkan konsultan independent
berperan dalam hal mentransfer secara langsung inovasi kepada IKM melalui
pelaksanaan program pelatihan dan pendidikan mengenai inovasi (Caputo, A.C et
al., 2002).
II.3.3. Tujuan dan Tugas Pusat Inovasi
Di samping untuk menyediakan dasar bagi para pengusaha dalam mengalokasikan
berbisnis mereka, tujuan lain dari pusat Inovasi adalah memfokuskan pada
pengembangan dan memanfaatkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh para
pengusaha. Selain itu juga berusaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi pemeliharaan inovasi dan kreativitas.
Pusat inovasi dipertimbangan dapat mendorong jaringan kerjasama antar para remaja
dan mempromosikan pertukaran pengetahuan dan gagasan secara sinergi dan
interaktif. Pusat inovasi juga berusaha menjembatani antara berbagai institusi dan
publik umum melalui berbagai macam aktivitas lain seperti seminar dan workshop
(The Brunei Economic Development Board /BEDB, 2006).
Pusat inovasi memiliki beberapa tugas penting. Tugas utama pusat inovasi terdiri
dari (Sipilä, 1999):
1.
Promosi dan komunikasi dari aktivitas inovasi
2.
Memberikan saran dan evaluasi dari penemuan
3.
Memberikan saran dan membantu dalam pengamanan hak kekayaan
intelektual, yang sebagian besar berupa hak paten.
4.
Membantu dalam manajemen proyek dan pengembangan produk, contohnya
dalam pembangunan prototipe.
30
Ratih Purbasari_29006012
5.
Memberikan saran dalam pemasaran dan komersialisasi dari inovasi produk
baru.
6.
Pembiayaan sebagian atau secara penuh yang menyangkut hal pematenan,
pengembangan produk dan komersialisasi biaya dari suatu penemuan
Selain tugas-tugas di atas, pusat inovasi juga mempunyai beberapa kegiatan kerja
yang terdiri dari (Sipilä, 1999):
1.
Pemberian saran pada pendirian perusahaan baru.
2.
Kegiatan pengembangan untuk memulai perusahaan atau kerjasama dengan
penerapan teknologi.
3.
Berpartisipasi atau bekerjasama dalam hal kegiatan penanaman modal,
terutama pada tahap awal pembiayaan.
4.
Pendidikan dan kegiatan pelatihan untuk para investor dan wirausaha.
5.
Kerjasama internasional dan kontak bisnis.
Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa praktek dari tujuan pusat inovasi di
berbagai dunia antara lain yaitu Chesapeake Innovation Centre (CIC) di Amerika
yang memusatkan tujuan pusat inovasinya pada bidang kewiraswastaan dan
kebutuhan keamanan nasional yaitu (CIC, 2006):
1.
Menghubungkan model bisnis dan teknologi inovatif dengan mitra
perusahaan dan pihak pemerintah untuk mengidentifikasi solusi teknologi
yang spesifik.
2.
Memelihara dan mendukung bisnis yang menjanjikan.
3.
Memfasilitasi dan melatih anggota atau perusahaan untuk berhasil
memasarkan produknya.
Pusat inovasi lainnya adalah Canadian Innovation Centre di Kanada yang
memusatkan tujuannya antara lain (Anonim, 2006):
1.
Membantu usahawan dan investor dalam mengkristalisasikan ide atau
gagasan mereka.
2.
Membantu memperdagangkan produk dari para usahawan tersebut.
31
Ratih Purbasari_29006012
3.
Membantu perusahaan-perusahaan Kanada untuk dapat memanfaatkan
teknologi baru untuk menghasilkan kekayaan dan mendukung daya saing
mereka.
Inovasi dan kreativitas menjadi perhatian yang mendesak bagi pemerintah
Malaysia sehingga perusahaan dan individu secara konstan diingatkan untuk
mengadopsi cara yang lebih inovatif dan kreatif untuk dapat bersaing dengan
sukses dalam globalisasi dunia. Berkaitan dengan hal tersebut, Malaysia Design
Innovation Centre (MDIC) sebagai salah satu pusat inovasi di Malaysia memiliki
beberapa tujuan penting sebagaimana kedua pusat inovasi sebelumnya, yaitu
(MDIC, 2007):
1.
Membantu para pengusaha menghasilkan gagasan untuk kemajuan
bisnis/usahanya.
2.
Membangun dan mengatur kualitas dan merek produk serta pematenan
merek
produk
dalam
untuk
mencapai
keberhasilan
dalam
usaha
mempertajam kehadiran merek produk tersebut di pasaran.
3.
Membantu menciptakan hubungan yang strategis antara perusahaan dengan
serikat kerja desain, universitas dan institusi profesional yang akan
memungkinkan industri dan bisnis untuk menyadap jaringan para perancang
dunia, spesialis dan insinyur untuk menyediakan solusi bagi bisnis mereka.
Praktek pusat inovasi lainnya adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) yaitu salah satu pusat inovasi di Indonesia yang berdiri pada bulan Juni
2001. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mempunyai dua tugas pokok, yakni
melakukan kajian dan mendukung kajian yang akan meningkatkan kemitraan dan
kerjasama berbagai unit kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan pihak
di luar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia terutama dengan industri, serta
kemungkinan perlindungan hak milik intelektual Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia serta melaksanakan proses untuk mendapatkan perlindungan bagi hak
kekayaan intelektual (HKI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI, 2006).
32
Ratih Purbasari_29006012
II.3.4. Fasilitas dan Pelayanan yang Tersedia Di Pusat Inovasi
Pusat inovasi menyediakan ruang kantor yang dilengkapi dengan fasilitas siap pakai
untuk para pengusaha, begitu juga dengan berbagai fasilitas bersama lainnya yang
dilengkapi dengan ruang konferensi dan pertemuan, area pameran, kafetaria, ruang
beribadah, ruang bersantai serta ruang kuliah yang berkapasitas sampai 100 orang.
Pusat inovasi juga menyediakan dukungan pelayanan melalui suatu program
pengembangan yang menyeluruh dan tersusun yang mencakup usaha perwujudan
gagasan inovatif serta pembekalan untuk seminar dan pelatihan dalam usaha
pengembangan dan peningkatan keterampilan bagi para peserta (BEDB, 2006).
Selain beberapa fasilitas dan pelayanan di atas, beberapa pusat inovasi memiliki
fasilitas dan pelayanan lainnya. Pada prakteknya, The Thai-French Innovation
Center (TFIC) menyediakan pelayanan riset, pelatihan, konsultasi dan jasa
pengujian untuk industri dan para guru serta siswa universitas dan perguruan
tinggi teknik di Thailand dan Asia Tenggara (TFIC, -).
Chesapeake Innovation Center di Amerika memiliki fasilitas yang dirancang
untuk dapat menumbuhkan berbagai perusahaan terutama perusahaan teknologi.
Sebagai nilai tambah terhadap bantuan bisnis tersebut, pusat inovasi ini
menyediakan ruang kantor dengan ukuran yang fleksibel, ruang konferensi, dapur,
lobi, mesin fax, peralatan proyeksi, jaringan telepon lokal dan layanan Internet
serta meja penerima tamu untuk menyambut pengunjung. Selain fasilitas-fasilitas
tersebut, Chesapeake Innovation Center juga turut menyediakan berbagai program
pelayanan antara lain (CIC, 2006):
1.
Pelatihan dan pemberian saran-saran
Tim manajemen Chesapeake Innovation Center memberikan bantuan dan
nasihat atau saran kepada para kliennya seperti layaknya usahawan
berpengalaman, para profesional dan ahli bisnis.
2.
Persiapan menghadapi investor dan perluasan jaringan
Tim manajemen Chesapeake Innovation Center memberikan
pelatihan bagaimana mempersiapkan cara untuk
pelayanan
menghadapi investor
secara efektif dan memperkenalkan usaha bagaimana mengembangkan
jaringan sebagai langkah untuk mendapatkan investor
33
Ratih Purbasari_29006012
3.
Sumber jaringan
Chesapeake Innovation Center memberikan bantuan untuk memperluas
jaringan keseluruh wilayah termasuk jaringan ke institusi-institusi dan
perusahaan, ahli teknik, dan sumber bantuan bisnis lainnya.
4.
Pendidikan kewirausahaan
Chesapeake Innovation Center memberikan pendidikan kewirausahaan
melalui tenaga ahli dengan mengadakan seminar dan pertemuan-pertemuan
untuk mendiskusikan topik yang berkaitan dengan teknologi dan bisnis
untuk para usahawan.
5.
Program saling berbagi
Dengan menjadi klien Chesapeake Innovation Center, klien sekaligus dapat
mengambil keuntungan dengan berpartisipasi dalam masyarakat sebagai
tahap awal perusahaan untuk saling berbagi sumber daya dan komunikasi
dengan para usahawan lainnya.
Sementara itu, Finlandia-China Innovation Center (FINCHI), sebuah pusat
inovasi di China menyediakan beberapa fasilitas lain yaitu (FINCHI, 2005):
1.
Ruangan kantor yang disesuaikan dengan keinginan para pekerjanya yang
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan lingkungan kerja
menyenangkan dengan kombinasi suasana Finlandia dan Cina.
2.
Perlengkapan kantor seperti meja tulis, kursi, lemari dan bookshelf.
3.
Akses komputer yang terkendali serta jaringan internet tanpa kabel.
4.
Air-conditioning selama jam kerja.
5.
Area dapur yang dilengkapi dengan peralatan minum kopi, teh, dan lemari
es.
6.
Mesin fotocopy dan mesin fax.
7.
Lingkungan kantor dengan tingkat keamanan tinggi yang disertai dengan
fasilitas CCTV.
34
Ratih Purbasari_29006012
Praktek pusat inovasi dalam menyediakan fasilitas dan pelayanan lainnya adalah
fasilitas dan pelayanan yang tersedia di Malaysia Design Innovation Centre di
Malaysia. Pusat inovasi ini menyediakan pelayanan di bidang desain antara lain
sebagai berikut (MDIC, 2007):
1.
Desain produk dan pengemasan disain
2.
Desain komunikasi
3.
Desain elektronik
4.
Desain interaktif
5.
Desain fashion
6.
Desain retail
7.
Pameran disain
8.
Desain bangunan
9.
Desain lingkungan
10.
Multimedia
11.
Televisi dan Film
12.
Penyiaran
13.
Iklan
14.
Hubungan masyarakat
15.
Produksi audio visual
16.
Produksi musik
17.
Pengembangan merek
18.
Pengembangan perusahaan
Untuk mengembangkan gagasan atau ide bisnis, Malaysia Design Innovation
Centre juga menyediakan fasilitas-fasilitas sebagai berikut (MDIC, 2007):
1.
Komputer
2.
Perangkat lunak
3.
Kantor dan jasa kesekretariatan
4.
Jasa pendaftaran perusahaan
5.
Dukungan perlindungan hak kekayaan intelektual
6.
Jasa akuntansi
7.
Transfer teknologi
35
Ratih Purbasari_29006012
II.3.5. Manajemen Pusat Inovasi
Pihak yang bertanggung jawab atas kegiatan manajemen dan administrasi di
pusat inovasi dilakukan oleh orang-orang yang yang memiliki pengalaman dan
kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan pusat inovasi berdasarkan
misi dan visi yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan pihak manajemen
pusat inovasi merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan pusat
inovasi.
Sebagian besar dari berbagai fungsi dari manajemen pusat inovasi adalah untuk
mendesain
dan
mengimplementasikan
program
pengembangan,
untuk
membangun hubungan dan jaringan kerja sama yang relevan dengan institusi
lokal dan regional serta mengelola kegiatan operasional Pusat Inovasi (The
Brunei Economic Development Board /BEDB, 2006).
Selain peran dan fungsi tersebut, pada prakteknya pihak manajemen dari The
Barnsley Business and Innovation Centre di UK juga berperan sebagai pengatur
dalam penyediaan jasa penasihat dan pendukung bisnis di pusat inovasi bagi para
klien seperti perencanaan bisnis, pembinaan manajemen, keuangan, akuntansi,
manajemen proyek, inovasi dan pemasaran serta bantuan spesialis melalui akses
jaringan yang luas (BBIC, 2003).
Karena penting dan kompleksnya peran manajemen pusat inovasi ini, sehingga
pihak
manajemen
yang
terpilih
diharapkan
dapat
menjalankan
dan
menyukseskan program pusat inovasi untuk memberikan kesuksesan dan
mewujudkan tujuan dari pusat inovasi ini.
II.3.6. Pematenan dan Pengembangan Produk
Pusat inovasi dapat membantu wirausahawan dan inovator melalui banyak cara,
ketika pengembangan penemuan dari gagasan menjadi suatu produk yang dapat
dipasarkan, sebagai contoh, berikut ini tahapan dan alat-alat dalam pengembangan
penemuan (Sipilä, 1999):
36
Ratih Purbasari_29006012
1.
Hak paten, teknis dan informasi pemasaran berhubungan dengan penemuan
yang dikumpulkan dan kemudian penemuan tersebut dievaluasi.
2.
Hasil dari evaluasi lalu ditinjau.
3.
Permohonan hak paten disampaikan melalui bantuan pihak agen paten, dan
pematenan internasional yang sesuai dihadapkan pada waktu yang tepat.
4.
Rencana untuk menerapkan proyek disiapkan.
5.
Pengembangan produk, riset lebih lanjut atau prototipe diproduksi untuk
evaluasi lebih lanjut, pengujian dan untuk komersialisasi.
6.
Karakteristik dari penemuan diuji (pengecekan dibuat untuk melihat apakah
ada kesesuaian antara kebutuhan keamanan dan mutu dalam menetapkan
produk) dan prototipe baru dibuat jika perlu.
7.
Suatu
perencanaan
bisnis
disiapkan
dengan
memfokuskan
pada
komersialisasi dari penemuan (survei pemasaran, memasarkan material dan
lain-lain).
8.
Penemuan dapat dihasilkan dan dijual baik yang sekarang atau baru akan
diproduksi perusahaan atau komersialisasi atas sebuah persetujuan lisensi
dapat disimpulkan dalam sektor perusahaan
9.
Memasarkan dan pabrikasi dari suatu yang produk yang inovatif dimulai
dengan menggunakan peralatan yang berbeda oleh perusahaan atau melalui
pelanggan lain yang pada awalnya dilakukan di dalam negeri dan kemudian
baru secara internasional.
II.3.6.1. Pematenan Penemuan
Pusat inovasi menyediakan bantuan tenaga ahli untuk perlindungan hasil
penemuan yang pada umumnya merupakan pertolongan pematenan. Usaha
perlindungan atas pencipta atau organisasi penemu akan suatu hak paten adalah
suatu keharusan. Namun bagaimanapun, hal tersebut memerlukan beberapa
pembiayaan. Permohonan hak paten dapat digunakan untuk menakut-nakuti
pesaing. Hak paten bertindak sebagai instrumen perdagangan yang fleksibel
melalui perijinan dan lisensi, dengan demikian membuka peluang untuk
memperoleh pendapatan dan meluas secara internasional (Sipilä, 1999).
37
Ratih Purbasari_29006012
Mendapatkan daftar paten berfungsi sebagai sumber informasi yang penting untuk
bisnis dan peneliti yang ingin menemukan teknologi dalam bidang mereka atau
sedang berusaha untuk tidak melanggar hak paten pesaing. Industri komunikasi
dan informasi seperti halnya bioteknologi adalah contoh bidang yang sudah benarbenar berkembang di tahun-tahun terakhir ini. Perhatian khusus diperlukan bagi
perlindungan yang sah melalui undang-undang di bidang seperti ini (Sipilä, 1999).
II.3.6.2. Pengembangan Produk
Dalam tahap pengembangan produk, gagasan atau penemuan dibuat secara
konkret
melalui
pembuatan
suatu
prototype
dan
menguji
serta
mengembangkannya.
Kegiatan tersebut dilakukan di suatu tempat kerja yang merupakan bagian dari
pusat inovasi. Proses ini terdiri dari pengamatan dan pengembangan model,
membangun dan menguji prototype. Perencanaan dilakukan bekerjasama dengan
para pencipta atau peneliti secara rahasia. Pengujian prototype dapat juga
dilakukan di tempat lain, misalnya di institut teknologi, swasta, atau universitas
yang memiliki tempat kerja rahasia (Sipilä, 1999).
Ada beberapa tahap umum dalam proses pengembangan produk baru, walaupun
tidak selalu melewati tahapan-tahapan ini (Wikipedia, 2006):
1.
Idea Generation
o
Ide untuk mengembangkan produk baru dapat diperoleh dari pelanggan,
dari divisi Research and Development, competitor, focus group, pegawai,
sales people, corporate spys, pameran perdagangan, atau melalui policy
open innovation. Penyelidikan etnografi juga dapat digunakan untuk
membuat produk baru.
o
Pembuatan ide baru secara teknik formal idea termasuk attribute listing,
forced relationships, brainstorming, morphological analysis, problem
analysis.
38
Ratih Purbasari_29006012
2.
Idea Screening
o
Dimaksudkan untuk melakukan eliminasi konsep yang kurang baik dan
mengalokasikan sumber daya ke dalamnya.
o
Grup yang bertanggung jawab untuk melakukan proses screening harus
memperhatikan 3 hal berikut:
ƒ
Apakah konsumen dalam target market tersebut diuntungkan dengan
adanya produk tersebut?
ƒ
Apakah secara teknikal feasible dalam hal pembuatan?
ƒ
Apakah produk tersebut akan menguntungkan dengan harga tertentu
sampai ke tangan konsumen?
3.
Concept Development and Testing
o
Melakukan pengembangan secara teknik dan keuangan
ƒ
Siapakah target market dari produk tersebut, dan siapa yang
menentukan pembelian?
ƒ
Apakah fitur yang harus dimasukkan ke dalam produk?
ƒ
Apakah keuntungan yang diberikan oleh produk tersebut?
ƒ
Bagaimana konsumen bereaksi terhadap produk tersebut?
ƒ
Bagaimana produk dapat diproduksi dengan harga se-optimal
mungkin?
o
ƒ
Membuktikan feasibility secara konsep teknik
ƒ
Berapa harga yang harus dikeluarkan untuk produk tersebut?
Melakukan tes terhadap konsep yang ada kepada beberapa konsumen
potensial.
4.
Business Analysis
o
Melakukan perkiraan seperti bagaimana harga jual setelah adanya pesaing
dan umpan balik dari konsumen.
o
Melakukan perkiraan volume penjualan berdasar besarnya ukuran pasar
yang ada.
o
Melakukan perkiraan brake even point secara waktu dan volume
penjualan.
39
Ratih Purbasari_29006012
5.
Beta Testing and Market Testing
o
Melakukan produksi dalam beta version
o
Melakukan pengujian dari sisi konsumen
o
Melakukan focus group dan pameran dagang untuk melihat respon
pelanggan.
o
Membuat perbaikan berdasarkan umpan balik dari focus group dan
pameran perdagangan.
6.
Technical Implementation
o Melakukan program peluncuran produk
II.3.6.3. Pemasaran
Pusat inovasi menyediakan bantuan dalam pemasaran dan perijinan dari hasil
penemuan. Implementasi industri dan komersialisasi dari proyek penemuan
dipromosikan melalui berbagai metode pemasaran dan komunikasi pemasaran.
Permohonan paten atas produk baru atau hasil penemuan diperkenalkan kepada
wirausahawan melalui pemasaran langsung atau di acara bazar inovasi atau
peristiwa bisnis lain atau melalui berbagai media lain. Pusat inovasi juga dapat
membuat daftar hasil penemuan yang dapat dipasarkan. Pusat inovasi dapat
membantu pencipta dengan membangun mata rantai dan membuat kontrak baik
di bisnis domestik maupun bisnis asing. Pelanggan dari pusat inovasi dapat
memperoleh bantuan mengenai undang-undang dan kontrak dalam negosiasi yang
diarahkan pada pemanfaatan suatu hasil penemuan, misalnya mengenai
penggunaan suatu persetujuan lisensi (Sipilä, 1999).
Pada prakteknya, salah satu pusat inovasi dalam hal ini Canadian Innovation
Centre di Kanada memberikan bantuan kegiatan pemasaran dengan membentuk
tim penasihat pemasaran terdiri dari tenaga ahli, staff, analis, dan peneliti kontrak
yang memiliki keahlian di berbagai bidang antara lain di bidang teknologi,
komunikasi, energi, lingkungan, dan perangkat lunak (Anonim, 2006).
40
Ratih Purbasari_29006012
II.3.6.4. Peluang Keuangan
Perubahan pematenan dan pengembangan penemuan menjadi produk yang dapat
dipasarkan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu pusat inovasi yang dapat memberikan dukungan keuangan untuk
membiayai hal tersebut. Dukungan keuangan biasanya digunakan untuk
membayar biaya-biaya pematenan, pengembangan produk dan komersialisasi
yang berkenaan dengan pengembangan suatu penemuan. Pembiayaan tersebut
dapat berupa suatu format dana, meminjamkan atau menjamin. Pengembalian
dana keuangan tersebut dapat dilakukan melalui pembayaran kembali secara
bersyarat kepada pusat inovasi yang tergantung pada kesuksesan proyek dan pada
pendapatan yang diterima oleh pihak yang melakukan pinjaman tersebut. Jika
penemuan gagal dimanfaatkan secara ekonomis, penerima dari dukungan
keuangan tidak berkewajiban untuk mengembalikan uang pinjaman kepada pusat
inovasi (Sipilä, 1999).
Selain format dana di atas, Canadian Innovation Centre pada prakteknya
merupakan pusat inovasi yang tidak berorientasi pada keuntungan walaupun
memiliki peluang keuangan. Pembiayaan diperoleh dari pembayaran yang
dibebankan kepada sponsor atas jasa pengembangan yang dilakukan pusat
inovasi. Pusat inovasi ini membuat persetujuan dengan pemerintah pusat Kanada.
Melalui persetujuan ini, pembiayaan kegiatan pusat inovasi menjadi tanggung
jawab pemerintah, sedangkan Canadian Innovation Centre sendiri berperan dalam
melakukan pembaharuan untuk kemajuan Kanada (Anonim, 2006).
II.3.6.5. Komunikasi
Pusat inovasi harus aktif dalam bidang komunikasi dan aktivitas promosi inovasi
lain seperti mengadakan kontes penemuan dan penghargaan. Merupakan suatu hal
yang penting untuk memiliki booklet dan selebaran yang berhubungan dengan hal
pematenan dan tahap lain menyangkut proses pengembangan penemuan.
Informasi aktivitas inovasi dan kesuksesan proyek sering kali menarik minat
pihak-pihak lain, termasuk para siswa, melalui radio dan televisi (Sipilä, 1999).
41
Ratih Purbasari_29006012
II.4. State Of The Art (SOTA)
Tesis yang berjudul Pengembangan Model Pusat Inovasi Untuk Industri Alas
Kaki (Footwear) Di Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat ini merupakan penelitian
baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat dibuktikan dari
belum adanya pusat inovasi yang tersedia untuk menangani permasalahan industri
alas kaki di Cibaduyut sebagaimana yang menjadi topik dari penelitian ini.
Dengan demikian, penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan karena
selain memberikan pengetahuan baru mengenai model pusat inovasi juga
memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan perekonomian masyarakat
khususnya di bidang industri alas kaki di Cibaduyut. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini masih memungkinkan untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut
dengan sudut pandang yang berbeda sehingga dapat melengkapi penelitian yang
telah dilakukan.
Berdasarkan konsep-konsep dalam tinjauan pustaka ini yang telah dibahas
sebelumnya, diharapkan konsep-konsep tersebut dapat dijadikan sebagai dasar
teori dari penelitian ini. Dari pembahasan tersebut dapat dilihat bahwa konsep
Kreativitas, Inovasi dan Industri Kreatif, serta konsep Usaha Kecil Menengah
(UKM) dan Kewirausahaan sangat berkaitan dengan konsep Pusat Inovasi sebab
pusat inovasi tidak hanya berperan dalam usaha pengembangan kreativitas para
UKM alas kaki untuk menghasilkan desain-desain baru, tetapi juga memberikan
pelayanan lain seperti jasa konsultasi dan pelatihan bagi kemajuan usaha UKM
alas kaki tersebut. Untuk industri kreatif sendiri, di samping berkaitan dengan
konsep kewirausahaan, industri ini juga berkaitan dengan usaha penciptaan
produk inovatif yang memerlukan daya kreasi yang tinggi yang salah satunya
dapat diperoleh melalui pusat inovasi.
42
Ratih Purbasari_29006012
Konsep-konsep pada penelitian ini dikembangkan berdasarkan:
•
Konsep Kreativitas, Inovasi dan Industri Kreatif ditetapkan berdasarkan
konsep yang dikembangkan oleh McAuley & Fillis (2000), Patterson (2002),
Al-Ali (2002), Van Der Panne, et al. (2003), Frinces (2004), Weissman, et
al. (2004), Cunningham, et al (2004), Tether, et al. (2005), Smith (2005),
Larso (2006), Berglund & Wennberg (2006), Jones (2006), Simatupang
(2007), Handke (-), www.innovationtools.com, serta olah intelektual peneliti.
•
Konsep Usaha Kecil Menengah dan Kewirausahaan ditetapkan berdasarkan
konsep yang dikembangkan oleh McAuley & Fillis (2000), Dalimunthe, R.
F. (2004), Frinces (2004), Frey & Korman, K (2004), Fox, T (2005),
Indonesia Policy Briefs (2005), Hölzl (2005), Zimmerer, T. W. &
Scarborough, N. M (2005), Tether, et al. (2005), Berglund & Wennberg
(2006), Hermana, Bud. (2008), Hantoro, Budi (2008) serta olah intelektual
peneliti.
•
Konsep Pusat Inovasi ditetapkan berdasarkan konsep yang dikembangkan
oleh Sipilä (1999), Caputo, A.C et.a (2002), BBIC (2003), FINCHI (2005),
BEDB (2006), CIC (2006), LIPI (2006), Anonim (2006), MDIC (2007),
TFIC (-), WIKIPEDIA (2006), IC (2007) serta olah intelektual peneliti.
Penulis mengharapkan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
penelitian ini dapat menghasilkan suatu model pusat inovasi yang dapat
diterapkan untuk pengembangan industri alas kaki (footwear) di Cibaduyut dan
sesuai dengan kondisi dari industri tersebut agar mampu menjadi industri kreatif
yang sebenarnya.
Metode penelitian ini dipilih berdasarkan kesesuaiannya dengan masalah yang
akan diteliti serta karakteristik penelitian ini mempunyai karakteristik yang sesuai
dengan karakteristik penelitian kualitatif yang di antaranya yaitu individu yang
dijadikan objek penelitian diperhitungkan sebagai partisipan, konsultan, atau
kolega peneliti dalam menangani kegiatan penelitian, perspektif image partisipan
sangat diutamakan dan dihargai dalam penelitian kualitatif dan lain-lain (William
dalam Devianti, 2005).
43
Ratih Purbasari_29006012
Download