Bab II Tinjauan Pustaka Kreativitas dan inovasi merupakan dua hal yang sangat berkaitan erat dengan bidang kewirausahaan. Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi orang yang berjiwa kewirausahaan untuk menciptakan sebuah peluang kerja, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain. Nilai-nilai kewirausahaan ini tidak hanya penting bagi orang yang akan memulai usaha, tetapi sangat penting juga bagi para pengusaha yang sudah berjalan untuk menciptakan inovasi dalam bisnis yang dijalankan. Dengan demikian, produk-produk yang dihasilkan bisa diterima pasar, menjadi kebutuhan banyak orang, sebagai produk unggulan yang dicari-cari konsumen, mengikuti perkembangan pasar yang selalu inovatif, dan lain-lain. Hal ini dibutuhkan karena di era globalisasi ini, persaingan di antara sesama pebisnis atau perusahaan sangat ketat dan variatif, baik persaingan itu di skala lokal, regional, nasional maupun internasional. Oleh karena itu, hanya pebisnis atau perusahaan yang menekankan pada inovasi yang penuh kreativitas yang bisa bersaing, bertahan, unggul dan mempunyai nilai lebih (McAuley & Fillis, 2000). Berkaitan dengan hal di atas, industri kreatif, sebagai industri yang bersumber dari kreativitas, keahlian, dan talenta individu yang berpeluang meningkatkan kesejahteraan dan lapangan kerja melalui penciptaan dan komersialisasi kekayaan intelektual (Simatupang, 2007), tentunya turut terlibat dalam kegiatan eksploitasi kreativitas dan inovasi tersebut. Industri alas kaki di Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat merupakan salah satu jenis industri yang mengandalkan kreativitas kini tengah mengalami berbagai permasalahan dalam perkembangan usahanya. Sejauh ini, dalam mengembangkan produk-produknya, para pengusaha cenderung berkiblat pada model desain yang berasal dari luar negeri. Dengan demikian, dalam hal ini terjadi peniruan atau penjiplakan model desain produk. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka lambat laun akan terjadi “kematian kreativitas” dimana para pengusaha tersebut seharusnya melakukan “penciptaan” dan bukan ”penjiplakan” model desain. Ditambah lagi dengan sikap toko-toko, yang hanya mementingkan harga murah tanpa perduli kualitas akan menjadikan citra sepatu 6 Ratih Purbasari_29006012 Cibaduyut semakin muram (Alamsyah, 2005). Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian, Anshari Bukhari (2007) mengungkapkan bahwa Jawa Barat, memiliki industri alas kaki yang berbasis lokal terbesar. Selain itu, Jabar juga memiliki sumber daya manusia yang cukup, bahan baku, serta pasar. Namun kebanyakan sifatnya footless industry, yang mana banyak perusahaan alas kaki yang bergerak di bidang Sport Shoes hanya sebatas tukang jahit. Untuk mengantisipasi berbagai permasalahan tersebut, pusat inovasi sebagai suatu wadah untuk memandu inovasi dan kreativitas dalam usaha membantu bisnis di dalam suatu lingkungan globalisasi yang kompetitif (Malaysia Design Innovation Center, 2007) dapat dijadikan salah satu solusi khususnya dalam hal pengembangan kualitas produk, manajemen usaha, serta dukungan pelayanan melalui suatu program pengembangan yang menyeluruh dan tersusun yang mencakup usaha perwujudan gagasan inovatif serta pembekalan untuk seminar dan pelatihan dalam usaha pengembangan dan peningkatan keterampilan bagi para pengusaha (The Brunei Economic Development Board/BEDB, 2006). Pusat inovasi dapat berperan dalam hal merangsang, membantu, mempromosikan dan mendorong pengembangan pengetahuan dan teknologi inovatif berbasis bisnis dalam rangka menghasilkan peluang ketenagakerjaan baru dan menciptakan pertumbuhan ekonomi (The Barnsley Business and Innovation Centre/BBIC, 2003). Dengan demikian, pembangunan pusat inovasi menjadi penting untuk dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang tengah dihadapi industri alas kaki di Cibaduyut tersebut karena dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan inovasi dan teknologi untuk mendukung para usahawan dalam mengembangkan bisnisnya dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, sistematika penulisan tinjauan pustaka dalam tesis ini dituliskan ke dalam 4 (empat) bagian yang masing-masing memiliki materi pokok yang berhubungan dengan konsep pusat inovasi bagi pengembangan industri kreatif. 7 Ratih Purbasari_29006012 Materi-materi tersebut menjelaskan teori-teori dan konsep dasar yang melandasi dan sesuai dengan penelitian ini, antara lain Kreativitas, Inovasi dan Industri Kreatif, Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Kewirausahaan, Pusat Inovasi, serta State Of The Art dari tesis ini. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan mempelajari serta mengembangkan model pusat inovasi yang dapat diterapkan untuk dapat mendorong industri alas kaki (footwear) di Cibaduyut menjadi pusat industri kreatif. II.1. Kreativitas, Inovasi dan Industri Kreatif II.1.1. Kreativitas Kreativitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap hubungan baru, menentukan subjek dari pandangan baru dan untuk membentuk konsep baru dari fenomena yang ada (McAuley & Fillis, 2000). Kreativitas dapat merupakan karakter yang dimiliki seseorang atau dapat juga hasil dari suatu pembelajaran. Sebagai karakter atau sifat seseorang, kreativitas adalah sebuah variabel perubahan, karakteristik yang memandu untuk menghasilkan suatu kegiatan, serta hal-hal yang cenderung berhubungan dengan kejadian-kejadian baru. Sebagai suatu hasil pembelajaran, kreativitas menghasilkan produk dari suatu proses. Produk tersebut dapat berupa penemuan ilmu pengetahuan, produk baru atau pelayanan yang inovatif, seni atau literatur, semua yang dapat memuaskan kebutuhan manusia (McAuley & Fillis, 2000). Ada beberapa pendapat lain dari berbagai ahli mengenai kreativitas, antara lain (Frinces, 2004): 1. “The ability to bring something new into existence” (Webster’s Third New International Dictionary, 1976). 2. “It’s simple. Take something and do something to it and then do something else. Do it for a while and pretty soon you’ve got something” (Jaspe John, A Noted Modern Painter). 8 Ratih Purbasari_29006012 3. “A product or response will be judged creative to the extent that it is a novel and appropriate, useful, correct, or valuable response to the task at hand, and the task is heuristic rather than algorithmic” (Teresa Amabile, 1983, The Social Psychology of Creativity”, New York, Spring Verlag). 4. “At least latent in everyone” (John Kao, 1989, Intrepreneur and Managers: Are They Different, Harvard Business School). Menganalisis usaha-usaha peningkatan daya saing suatu negara atau suatu produk di dalam suatu pasar tertentu telah membawa ke suatu pemahaman bahwa daya saing itu bersumber pada kreativitas. Kreativitas akan menghasilkan inovasiinovasi baik pada produk maupun proses. Dari inovasi tersebut, dilengkapi dengan pemahaman akan adanya peluang bisnis, akan mengarah kegiatan kewirausahaan yaitu penciptaan bisnis baru (Larso, 2006). Roe (1962) dalam Frinces (2004) menyebutkan beberapa syarat seseorang disebut kreatif, antara lain yaitu: 1. Keterbukaan terhadap pengalaman (openess to experience) 2. Pengamatan melihat dengan cara yang tidak biasa dilakukan (observance seeing things in unusual ways) 3. Keingintahuan (curiosity) 4. Menerima dan merekonsiliasikan lawan yang tampak (accepting and recording appearent opposites) 5. Toleransi terhadap ambiguitas (tolerance of ambiguity) 6. Kemandirian dalam penilaian, pikiran dan tindakan (independence in judgement, thought and action). 7. Memerlukan dan menerima otonomi (needing and assuming autonomy) 8. Kepercayaan terhadap diri sendiri (self – reliance) 9. Tidak sedang tunduk kepada pengawasan kelompok (not being subject to group standards and control) 10. Kesediaan untuk mengambil risiko yang diperhitungkan (willingness to take calculated risks) 11. Ketekunan (persistence) 9 Ratih Purbasari_29006012 Menurut Raudsepp (1993) dalam Frinces (2004) syarat-syarat seseorang disebut kreatif antara lain: 1. Sensitivitas kepada persoalan (sensitivity to problem) 2. Kesiapan dan kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ide-ide besar (fluency- the ability to generate a large number of ideas) 3. Fleksibilitas (flexibility) 4. Keaslian (originalitas) 5. Mau mendengarkan perasaan-perasaan orang (responsiveness to feelings) 6. Keterbukaan terhadap fenomena di bawah sadar (openness to unconscious phenomena) 7. Motivasi (motivation) 8. Bebas dari ketakutan atas kegagalan (freedom from fear concentrate) 9. Berpikir dalam berbagai imej (thinking in image) 10. Kepandaian memilih (selectivity) Kreativitas adalah suatu konsep yang sangat berbeda dari berbagai disiplin ilmu lainnya seperti ekonomi, teori ilmu pengetahuan, riset dan pengembangan, ilmu pendidikan dan sejarah (Runco, 2004 dalam Berglund & Wennberg ,2006). Satu cara yang umum dalam menstrukturisasi kreativitas yaitu dengan membaginya ke dalam bentuk orang, proses, produk dan tekanan (Rhodes, 1987 dalam Berglund & Wennberg ,2006), dimana pendekatan orang meliputi riset atas ciri dan karakteristik pribadi; penelitian proses lebih menekankan pada perilaku dan melibatkan pemikiran kreatif dan teknik; pendekatan atas produk kreatif berasumsi bahwa produk dapat ditinjau melalui ukuran mengenai jumlah dan kualitas, dan pendekatan tekanan mengacu pada faktor dalam, terutama faktor luar individu yang mempengaruhi kreativitas itu. Csikszentmihalyi (1988), Amabile (1996) dalam Berglund & Wennberg (2006) juga menekankan pentingnya sistem sosial yang relevan dimana hal tersebut dapat mendorong dan membentuk kreativitas. 10 Ratih Purbasari_29006012 Kombinasi pandangan psikologis dari masyarakat atas kreativitas, menurut Ford (1996) dalam Berglund & Wennberg (2006) merupakan tindakan yang disengaja dan situasi sosial tersebut membentuk suatu kerangka perubahan di mana tindakan rutin dan kreatif perorangan dapat dipilih atau ditolak oleh lingkungan sosial yang membentuk proses perubahan yang memandu tindakan kreatif individu. II.1.2. Definisi Inovasi Inovasi didefinisikan sebagai penyerapan yang sukses dari gagasan baru (Tether,et al, 2005). Hal tersebut merupakan pengembangan dan penyerapan komersil dari suatu gagasan baru untuk suatu produk atau proses yang berperan dalam perolehan keuntungan. Menurut Dosi (1988) dalam Handke (-) inovasi berhubungan dengan pencarian dan penemuan, percobaan, pengembangan, peniruan, dan pengadopsian produksi baru maupun proses produksi baru. Tujuan dari inovasi adalah untuk menciptakan nilai bisnis dengan mengembangkan gagasan-gagasan dalam pikiran untuk dapat dipasarkan (Smith, 2005). Inovasi memiliki banyak bentuk atau format, tergantung beberapa hal seperti teknologi (berkenaan dengan mesin baru atau format peralatan lain), organisasi (berkenaan dengan manajemen yang mengubah praktek atau struktur umum) atau bahkan cara kerja individu yang tidak berhubungan dengan peralatan baru (Tether, et al, 2005). Pada prinsipnya, proses inovasi berperan dalam peningkatan produktivitas. Inovasi dapat meningkatkan potensi produksi yang dapat menghasilkan produk atau jasa dengan biaya yang sama atau jumlah produk atau jasa yang sama dengan biaya produksi yang lebih rendah. Tuntutan perbaikan akan barang atau jasa menjadi faktor penentu terakhir dari inovasi itu (Patterson, 2002). 11 Ratih Purbasari_29006012 Inovasi pada umumnya digunakan sebagai jawaban atas faktor eksternal yang merangsang kebutuhan akan peningkatan efisiensi. Kebanyakan proyek inovasi memerlukan suatu investasi dalam rangka mendorong produksi baru atau proses kerja, yang dapat menciptakan unsur risiko keuangan, sehingga dalam hal ini perusahaan harus yakin bahwa inovasi akan mendapatkan hasil yang lebih baik atas investasi yang telah dibuat (Patterson, 2002). II.1.3. Manajemen Inovasi Manajemen inovasi merupakan sistem yang terpusat pada proses yang sistematis dimana organisasi/perusahaan menggunakan sistem tersebut untuk menciptakan dan mengembangkan produk baru, jasa dan proses bisnis1. Hal ini melibatkan pemanfaatan dari gagasan-gagasan yang kreatif yang dimiliki karyawan organisasi/perusahaan tersebut untuk dapat menciptakan suatu arah yang mantap dari inovasi baru yang menguntungkan agar dapat dipasarkan secara cepat dan efisien2 . Manajemen inovasi sangat berkaitan erat dengan usaha pengembangan produk, proses dan jasa baru. Ketika organisasi berada dalam keadaan tidak membuat atau menawarkan produk (jasa atau barang-barang), manajemen inovasi berperan dalam usaha meningkatkan cara yang efektif bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan untuk mencapai misi organisasi/perusahaan (Al-Ali, 2002). Manajemen inovasi yang efektif memerlukan implementasi dari beberapa tahapan proses dan peralatan. Salah satu yang utama adalah implementasi budaya dari organisasi yang membentuk karyawan dan dapat mendorong mereka untuk menyampaikan gagasan-gagasannya. Manajemen harus dapat mengadopsi strategi inovasi yang sesuai dalam memimpin proses inovasi dan mengatur inovasi tersebut. Beberapa tujuan dari manejemen inovasi adalah sebagai berikut (Al-Ali, 2002): 1. Mempengaruhi perubahan cara pandang organisasi/perusahaan dalam memandang dirinya sendiri ketika mengenali inovasi sebagai jalan untuk berbisnis. 12 Ratih Purbasari_29006012 2. Memutuskan strategi inovasi yang terbaik dan sesuai dengan situasi organisasi/perusahaan, dan memungkinkan untuk dapat mencapai visi- nya. 3. Menciptakan suatu porto folio dari proyek inovasi untuk menggambarkan strategi persaingan dan untuk mengatur resiko organisasi secara keseluruhan. 4. Mendefinisikan kriteria-kriteria untuk memilih dan memprioritaskan proyek inovasi dalam porto folio untuk dapat menyelesaikan proyek inovasi secepat mungkin. 5. Mempengaruhi perubahan struktural yang diperlukan untuk menyusun keterampilan organisasi secara keseluruhan dalam mengumpulkan kemampuan untuk dapat membentuk formasi tim yang sesuai untuk kepentingan proyek inovasi. 6. Menyusun persekutuan pada masa sekarang dan masa depan yang potensial dalam sebuah porto folio yang dapat dicabangkan ketika diperlukan, dan menggambarkan kapan dan bagaimana cara pengaturan kondisi-kondisi persekutuan tersebut dibuat. 7. Membantu perkembangan budaya organisasi/perusahaan dalam mempromosikan inovasi dengan memberikan waktu bagi karyawan untuk berinovasi dan mengimplementasikan gagasan-gagasan mereka sendiri sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. 8. Mengembangkan dan menerapkan metode yang memungkinkan pencabangan ke dalam modal intelektual organisasi/perusahaan. II.1.4. Industri Kreatif II.1.4.1. Definisi Industri Kreatif Istilah industri kreatif pertama kali digaungkan oleh Partai Buruh Australia pada awal tahun sembilan puluhan dalam upaya mencari format baru untuk pengucuran dana bagi penciptaan lapangan kerja. Industri kreatif adalah kegiatan yang bersumber dari kreativitas, keahlian, dan talenta individu yang berpeluang meningkatkan kesejahteraan dan lapangan kerja melalui penciptaan dan komersialisasi kekayaan intelektual. 13 Ratih Purbasari_29006012 Industri kreatif dapat berkaitan langsung dengan pelanggan melalui penyediaan produk kreatif atau tidak langsung melalui kegiatan kreatif dalam proses penciptaan nilai tambah pada sektor lain. Departemen Kebudayaan, Media, dan Olahraga Inggris kemudian menetapkan 15 sektor usaha yang tergolong sebagai industri kreatif, yakni (Simatupang, 2007): 1. Periklanan 2. Arsitektur 3. Kesenian dan barang antik 4. Kerajinan tangan 5. Desain 6. Tata busana 7. Film dan video 8. Perangkat lunak untuk hiburan interaktif 9. Musik 10. Seni 11. Pertunjukan 12. Publikasi atau penerbitan 13. Perangkat lunak dan permainan komputer (computer game) 14. Televisi 15. Radio Sedangkan menurut Jones (2006) industri kreatif merupakan aktivitas yang memiliki keaslian dalam kreativitas individu, bakat dan keterampilan dan yang memiliki potensi untuk menciptakan pekerjaan dan kesejahteraan melalui generasi dan eksploitasi hak kekayaan intelektual. Ini meliputi beberapa sektor antara lain: iklan, arsitektur, seni pahat, desain, perancang busana, video dan film, perangkat lunak, musik, penyelenggaraan seni, penerbitan, radio dan televisi, museum dan pariwisata yang dikenali sebagai hal yang berhubungan erat kepada industri yang kreatif. 14 Ratih Purbasari_29006012 Industri kreatif adalah semua industri yang berhubungan dengan produk dan jasa artistik serta budaya umum. Bagaimanapun, jika melakukan studi mengenai industri kreatif, satu hal yang membingungkan adalah perselisihan paham atas definisi mengenai industri kreatif (Kultur dokumentation/Mediacult/Wifo 2004, Creativwirtschaft Austria 2004, Marcus 2005 dalam Hölzl, 2005). Meskipun demikian, dari berbagai pendapat tersebut dapat dipetakan tiga hal untuk mengkategorikan industri kreatif yang telah dikenali: Pertama, kegiatan ekonomi yang secara langsung berhubungan dengan dunia seni (seni visual, penyelenggaraan seni, penerbitan dan literatur, museum, galeri, warisan/pusaka budaya dll.); kedua, aktivitas yang berhubungan dengan media (penerbitan, industri penyiaran dan media digital); dan ketiga, aktivitas yang berhubungan dengan desain (arsitektur, industri desain, pertunjukan dan desain produk) (Hölzl, 2005). II.1.4.2. Karakteristik Industri Kreatif Kreativitas merupakan suatu masukan yang penting bagi produksi barang dan jasa dimana corak suatu industri kreatif adalah bahwa keaslian produknya dilindungi oleh hak cipta. Hak cipta dan merek dagang adalah mekanisme perlindungan yang sesuai untuk kreativitas di sektor ini. Industri kreatif merupakan industri yang sangat berbeda, termasuk aktivitas ekonomi menjadi ciri dan membedakan industri ini dengan sektor ekonomi lainnya (Caves 2000: 2 dalam Hölzl, 2005). Perbedaan dasar industri kreatif dengan sektor ekonomi lainnya dikarakteristikkan sebagai berikut (Hölzl, 2005): 1. Produk industri kreatif biasanya merupakan produk hasil pengalaman dimana keberhasilannya tergantung dari pihak yang mengkonsumsinya. Sehingga sulit untuk mengidentifikasi permintaan yang berbeda-beda (Blaug, 2001). 2. Disamping merupakan produk hasil pengalaman yang mengacu pada tingkatan individu, produk industri kreatif sering juga merupakan barangbarang simbolis, yang mengandung nilai-nilai budaya, dimana nilai ini dibangun dengan menirukan atau disesuaikan dengan keinginan untuk dapat membedakan diri dengan yang lain. 15 Ratih Purbasari_29006012 3. Dalam kaitannya dengan unsur produk industri kreatif, perbedaan dari setiap konsumen dalam menilai tingkat kualitas produk sulit untuk diprediksi. Ini mempengaruhi ketidakpastian dalam melakukan penilaian tentang bagaimana konsumen akan menghargai suatu produk kreatif yang baru. Hal tersebut akan menjadi lebih sulit ketika produk kreatif merupakan suatu produk kompleks dengan biaya produksi yang tinggi, misalnya industri film. Walaupun produk kreatif adalah barang-barang yang telah teruji berdasarkan pengalaman, kepuasan pembeli tetap merupakan suatu reaksi yang subyektif (Devaney, 2003). 4. Industri kreatif sering kali ditandai dengan diversifikasi produk yang tinggi. Produk yang dijual selalu dibedakan, misalnya tidak ada produk pekerjaan seni yang sama satu dengan yang lain. Sebagian produk dapat direproduksi, sedangkan yang lainnya tidak. Tingginya tingkat diversifikasi produk dihubungkan dengan posisi dan nilai simbolis dari sekian banyak produk budaya yang ada dan pada fakta bahwa produk budaya juga mengalami perubahan yang disebut inovasi produk. Hal Ini mengarah pada penciptaan keanekaragaman produk dan efisiensi produksi (Dixit and Stiglitz, 1977). 5. Sebagian besar produk kreatif merupakan produk yang tahan lama, dalam pengertian mereka dapat digunakan berulang kali. Kenyataannya, kebanyakan produk industri kreatif, disamping memiliki sebuah makna simbolis, berwujud, namun sedikit yang berpotensi berbentuk dalam format hak milik intelektual (Thorsby, 2001). Sebenarnya perluasan dari konsep industri kreatif tidak hanya menekankan pada komponen yang artistik tetapi juga kepercayaan atas hak milik intelektual (Caves, 2000, UNCTAD, 2005). 6. Beberapa industri dikarakteristikkan sebagai suatu perkembangan teknologi yang spesifik. Blaug (2001:131) mengungkapkan bahwa kegagalan dari kemajuan teknis dalam seni untuk bisa seiring dengan kemajuan teknis ekonomi secara keseluruhan, dimana kesejahteraan, meskipun demikian naik pada tingkat yang sama, menyiratkan inflasi biaya tidak dapat dihilangkan dalam budaya industri. 16 Ratih Purbasari_29006012 7. Sering kali ada pendapat yang mengatakan bahwa seni mempunyai efek luar yang positif dan karakteristik yang dekat dengan barang-barang publik, oleh karena itu tunjangan publik untuk seni dijamin. Pendapat ini lebih sesuai untuk industri budaya yang terdiri dari perusahaan nirlaba yang dikarakteristikkan lebih dekat dengan monopoli daripada dengan industri media yang kompetitif. Pada kenyataannya, banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang bersedia untuk menyediakan hasil seni walaupun mereka sendiri tidak mengkonsumsinya (Thosby and Withers 1985, West 1989) II.1.4.3. Dampak Industri Kreatif Hasil yang diperoleh sebagai dampak dari pengembangan atau pendirian industri kreatif terdiri dari hasil jangka pendek dan jangka panjang (Jones, 2006). Hasil jangka pendek terdiri dari: 1. Peluang dalam menawarkan pelatihan bisnis yang khusus dan mendukung bidang industri yang kreatif untuk bisnis kreatif dalam jumlah yang besar di daerah regenerasi post-industrial. 2. Mengganti materi pembelajaran baru dan pendekatan teknologi baru yang akan memperluas arus ketetapan mengenai pelatihan bisnis umum yang termasuk di dalamnya kebutuhan yang spesifik akan usahawan yang 'kreatif'. 3. Kreativitas dari sebuah jaringan kerja baru mengenai bisnis dan karyawan dari industri kreatif yang akan dilibatkan dalam pengembangan, perluasan dan penilaian menyangkut metodologi yang berhubungan dengan agen industri kreatif. Untuk hasil jangka panjang terdiri dari: 1. Pengembangan kemampuan bisnis secara profesional dan perlengkapan untuk usahawan dan karyawan dalam industri kreatif. 2. Peningkatan pengetahuan profesional menyangkut pelatihan yang dibutuhkan oleh para usahawan dan karyawan dalam industri kreatif. 17 Ratih Purbasari_29006012 3. Perluasan dari pengembangan daerah regenerasi post-industrial melalui peningkatan pengadaan pelatihan usahawan dan karyawan dalam memulai bisnis kreatif untuk dapat mengenali pertumbuhan bisnis yang potensial di sektor ini. 4. Pengurangan pengangguran di daerah regenerasi post-industrial akibat pertumbuhan dan pengembangan dari industri kreatif. 5. Membentuk jaringan kerja bagi para pengembang melalui persilangan gagasan dan pembauran pekerjaan. 6. Keterlibatan wanita-wanita sebagai usahawan baru. II.1.4.4. Kewirausahaan, Inovasi dan Persaingan Dalam Industri Kreatif Peran dinamika bisnis sebagai jalan masuk dan keluar bagi perusahaan dalam pembangunan ekonomi pertama kali dipelajari secara sistematis oleh Schumpeter (1912) dalam Hölzl (2005). Berdasarkan teori Schumpeter’s mengenai pembinasaan kreatif, pertumbuhan, siklus bisnis dan inovasi merupakan hal yang saling berhubungan dan ekonomi dikembangkan melalui suatu proses yang bervariasi (inovasi) dan persaingan (kompetisi). Perusahaan memperoleh keuntungan persaingan melalui inovasi dan dengan melakukannya mereka dapat memperoleh laba yang lebih banyak, dimana hal ini dapat mendorong terjadinya peniruan oleh pihak lain yang turut menginginkan laba tersebut. Teori kompetisi Schumpeterian menekankan pada masuk dan keluarnya perusahaan dan kontribusi dari perubahan, riset dan pengembangan menuju pertumbuhan perekonomian (Hölzl, 2005). Audretsch dan Thurik (2001) dalam Hölzl (2005) berpendapat bahwa kewirausahaan merupakan hal yang penting dalam pengetahuan ekonomi. Hal ini disebabkan karena kewirausahaan menyediakan suatu mekanisme kunci dimana pengetahuan dapat menciptakan satu organisasi yang dapat digunakan pada suatu perusahaan baru. Penelitian yang bersifat kewirausahawan akan menjadi lebih penting dalam ekonomi baru dimana produk dan teknologi menjadi usang lebih cepat dibanding sebelumnya (Jovanovic, 2001 dalam Hölzl, 2005). 18 Ratih Purbasari_29006012 Salah satu strategi yang dapat meningkatkan sistem inovasi untuk industri kreatif adalah meningkatkan kebutuhan untuk mengembangkan agenda kegiatan industri dalam menetapkan sebuah kerangka kerja untuk memperjelas kebijakan yang ada melalui industri digital dan memunculkan suatu agenda. Fokus utama dari agenda inovasi adalah untuk menstrukturkan budaya kebijakan dengan kebijakan pengembangan industri dan R&D (Cunningham, et all, 2004). Dalam industri kreatif, tidak semua industri yang ada dalam kerangka industri kreatif didiami oleh individu dan perusahaan yang bersifat usahawan kecil. Beberapa industri dikuasai oleh perusahaan besar, misalnya industri perfilman dan rekaman musik. Bagaimanapun, sebagian besar dari industri kreatif ditekuni oleh perusahaan kecil (dan perusahaan besar) dan dikarakteristikkan dengan interaksi yang kompetitif, misalnya buku, surat kabar atau pertunjukan seni (Hölzl, 2005). II.1.4.5. Tantangan Industri Kreatif Berkaitan dengan Industri kreatif di Indonesia yang belum berkembang secara optimal, terutama propinsi Jawa Barat yang memiliki generasi muda yang terbilang kreatif di indonesia dan berani bereksperimen dalam menjual gagasangagasan yang inovatif. Mereka berkiprah sebagai perancang busana, sineas, perancang produk distro, fotographer, manajemen kreatif, arsitek, penulis lagu, perancang iklan, pemusik, penyanyi, artis sinetron, dan pelukis. Selain itu, generasi muda lainnya gemar mengikuti perkembangan mode dan dapat dikatakan menjadi acuan (trend setter) bagi kawula sebayanya. Masyarakatnya juga terbilang turut aktif sebagai pengguna busana terkini yang banyak ditemui di banyak factory outlets yang tersebar di Kota Bandung. Namun demikian, dalam pengembangan industri kreatifnya masih menghadapi tantangan berbagai macam tantangan, antara lain (Simatupang, 2007): • Keberadaan industri kreatif masih relatif baru dan belum dikenal secara luas baik oleh masyarakat dan pemerintah kota. 19 Ratih Purbasari_29006012 • Dianggap hanya berkaitan dengan kegiatan budaya dan kerajinan tangan dan belum diakui sebagai penggerak roda pembangunan industri. Akibatnya, cukup sulit mencari tahu rintangan pengembangan industri ini karena minimnya data dan informasi nilai ekonomi dan perkembangan industri kreatif. • Pemerintah Kota belum menata secara sistematik upaya peningkatan permintaan produk kreatif baik di Bandung, Jakarta, dan kota-kota lainnya. • Sektor ini masih memerlukan profil informasi yang lebih lengkap agar bisa dipahami oleh masyarakat dan calon investor umum dan pribadi. • Akses terhadap layanan industri kreatif masih sulit dan mahal terutama untuk perijinan, modal kerja, investasi, dan pengolahan hak cipta. • Kredit masih sulit diperoleh dari sumber keuangan tradisional karena bisnis kreatif hanya mempunyai asset tetap yang kecil dan sulit menaksir nilai ekonomisnya sampai diketahui respon pasar setelah produk diluncurkan. • Rantai pasok bisnis kreatif masih terkotak-kotak hanya baru-baru ini saja mulai tumbuh potensinya seiring dengan meningkatnya permintaan produk kreatif. Jaringan yang terbatas mengurangi kesadaran individu dan bisnis terhadap kegiatan kreatif dan peluang bisnis kreatif. Masing-masing pelaku mulai dari proses kreasi, produksi, distribusi, dan pemasaran seolah-olah berjalan sendiri-sendiri. Rantai pasok produk kreatif yang buruk menghambat potensi pertumbuhan industri kreatif. • Perkembangan pendidikan yang berorientasi industri kreatif di perguruan tinggi tidak turut serta memberdayakan industri kreatif baik dari sisi rantai pasok bisnis maupun peningkatan permintaan. • Masalah sumber daya manusia diperparah dengan tidak adanya perumusan sistem karir yang unik untuk para pekerja kreatif yang berbeda dengan pekerja rutin. • Peluang kerja di industri kreatif belum sepenuhnya bebas gender baik dalam proses rekruitmen, penggajian, promosi, dan pengakuan. 20 Ratih Purbasari_29006012 II.2. Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Kewirausahaan II.2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah (UKM) Berdasarkan UUD RI 9 tahun 1995 "Tentang Usaha Kecil", usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Sedangkan Biro Pusat Satistik (BPS) mendefinisikan usaha kecil sebagai perusahaan yang mempunyai pekerja sebanyak 5-19 orang. Dan menurut Departemen Perdagangan usaha kecil adalah usaha yang mempunyai modal kurang dari Rp 25 juta (Dalimunthe, 2004). Menurut Dalimunthe (2004), usaha kecil memiliki peran yang sangat penting baik pada tingkat makro (agregat) maupun pada tingkat mikro. Pada tingkat makro, peranan yang dimainkan antara lain: • Penciptaan kesempatan kerja • Training ground bagi wirausaha • Mitra kerja dan pemberi layanan terhadap usaha besar • Mengurangi ketegangan dan kecemburuan sosial • Korasi berdasar asas kekeluargaan. Pada tingkat mikro (individu) peranannya antara lain: • Sumber penghasilan dan perolehan devisa • Penciptaan kompetisi • Alat distribusi • Tempat bagi inovasi independen dan bakat wirausaha • Kontribusi terhadap pembangunan wilayah desentralisasi Usaha kecil menengah adalah sumber ekonomi utama yang rata-rata usaha mampu menciptakan 90% perusahaan dan meliputi 50-60% ketenagakerjaan diukur pada level nasional (Luetkenhorst, 2004 dalam Fox, 2005). Luetkenhorst (2004) dalam Fox (2005) juga mengungkapkan bahwa usaha kecil menengah merupakan faktor penting dalam mendukung penciptaan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, hal ini disebabkan oleh: 21 Ratih Purbasari_29006012 • Usaha ini cenderung lebih banyak menggunakan sistem padat karya pada proses produksi dibanding perusahaan besar, lebih mendorong ketenagakerjaan dan mengarah pada distribusi pendapatan yang lebih layak. • Menyediakan peluang kerja secara sederhana melalui aktivitas proses penambahan nilai pada ekonomi pertanian. • Memelihara kewiraswastaan. • Mendukung pembangunan sistem kapasitas produksi dan penciptaan sistem ekonomi yang ulet, melalui hubungan antara perusahaan besar dan kecil. Gerak sektor UKM amat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar, mampu menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya, serta cukup terdiversifikasi dan memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan. Karena itu UKM merupakan aspek penting dalam pembangunan ekonomi yang kompetitif. Kebanyakan usaha kecil ini terkonsentrasi pada sektor perdagangan, pangan, olahan pangan, tekstil dan garmen, kayu dan produk kayu, serta produksi mineral non-logam (Indonesia Policy Briefs , 2005). II.2.2. Kewirausahaan Kewirausahaan memiliki bermacam-macam pengertian tergantung dari titik berat perhatian atau penekanannya, diantaranya adalah sebagai berikut (Hermana, 2008): 1. “Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya” (Jean Baptista Say, 1816). 2. “Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan” (Frank Knight,1921). 22 Ratih Purbasari_29006012 3. “Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metode produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya” (Joseph Schumpeter, 1934). 4. “Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan” (Penrose, 1963) 5. “Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya” (Harvey Leibenstein,1968, 1979). Kewirausahaan merupakan bentuk usaha untuk menciptakan nilai lewat pengakuan terhadap peluang bisnis, manajemen pengambilan risiko yang sesuai dengan peluang yang ada, serta lewat keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia, keuangan, dan sumber daya yang diperlukan untuk membawa sebuah proyek sampai berhasil (Kilby dalam Frinces, 2004). Terdapat beberapa karakter yang dapat menunjukkan jiwa kewirausahaan seseorang, menurut Zimmerer dan Scarborough (2005) diantaranya adalah: 1. Bertanggung jawab yaitu para usahawan merasa bertanggung jawab untuk usaha yang mereka jalankan. Mereka merasa bertanggung jawab untuk mampu mengendalikan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan usahanya tersebut. 2. Berani mengambil risiko yaitu para usahawan merupakan orang-orang yang mampu memperhitungkan dan berani mengambil risiko. 23 Ratih Purbasari_29006012 3. Percaya diri yaitu para usahawan selalu merasa optimis dalam meraih keberhasilan mereka. 4. Segera mengevaluasi diri yaitu para usahawan terus menerus mencari umpan balik atas gagasan dan segera mengevaluasi bisnis mereka. 5. Semangat yaitu para usahawan merupakan orang-orang yang lebih giat dibanding orang kebanyakan. 6. Orientasi masa depan yaitu para usahawan merupakan orang-orang yang mampu memprediksi peluang di masa datang. Mereka cenderung tidak memperdulikan apa yang telah mereka lakukan kemarin dan lebih memperhatikan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya ke depan. 7. Keterampilan pada pengaturan yaitu usahawan mengetahui bagaimana cara mengatur perusahaan dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan usaha mereka. 8. Nilai prestasi atas uang yaitu usahawan menganggap uang sebagai salah satu ukuran keberhasilan usahanya. 9. Komitmen tinggi yaitu seorang usahawan harus memiliki komitmen yang tinggi dalam menjalankan usahanya sehingga akan mampu menghadapi berbagai penghalang, karena akan banyak sekali rintangan dalam menjalankan sebuah usaha. 10. Toleransi pada ketidakpastian yaitu usahawan dalam hal ini harus mampu memaklumi setiap ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. 11. Fleksibilitas yaitu mampu bersikap fleksibel pada setiap permasalahan dan menyesuaikan kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi permasalahan tersebut. Menurut Frey dan Korman (2004), karakteristik seorang wirausaha adalah: 1. Ketabahan dan kemauan untuk terus maju yaitu para usahawan terkadang sering mengalami kegagalan dalam menjalankan usahanya sehingga dalam hal ini dibutuhkan sebuah ketabahan. Kemauan keras untuk berhasil harus dimiliki oleh seorang usahawan yang sukses. 24 Ratih Purbasari_29006012 2. Kemampuan melihat kesempatan yaitu kemampuan untuk melihat dan mewujudkan sebuah kesempatan bisnis, tidak hanya ketika memulai bisnis, tetapi selama bisnis itu dijalankan. 3. Bersedia menghadapi penderitaan yaitu para usahawan merupakan orangorang yang bersedia mengalami penderitaan untuk apa yang mereka lakukan dan menjadikannya motivasi dalam meraih kesuksesan usahanya. 4. Hubungan yaitu para usahawan senantiasa memelihara hubungan yang baik dengan konsumen, mitra bisnis, klien, atau pihak lainnya. Hubungan ini kemudian tidak hanya berperan dalam bisnis mereka tetapi juga dalam kehidupannya. 5. Penuh pertimbangan yaitu para usahawan senantiasa melakukan pertimbangan dalam membuat keputusan terutama yang menyangkut pembiayaan, perekrutan, pembelian, dan rencana ke depan. Dengan melakukan pertimbangan dapat membantu usahawan dalam mengambil keputusan pada waktu dan kondisi yang tepat. II.2.3. Kreativitas dan Kewirausahaan Kewirausahaan dan perilaku bisnis inovatif telah lama dihubungkan dengan kreativitas dan keduanya sering digunakan dengan cara mengkombinasikannya. Dalam kaitannya dengan bisnis baru dan kreativitas sering diterjemahkan sebagai pengembangan gagasan, produksi inovasi baru dan mengadaptasikan atau meningkatkan inovasi yang telah ada (Kirton, 1987 dalam Berglund & Wennberg, 2006). Secara metodologis, kreativitas dalam inovasi dan kewirausahaan telah diterangkan hingga proses teori, sikap, motivasi, pengetahuan, ciri kepribadian dan lingkungan pekerjaan (Amabile, 1996; Walton, 2003; Bangsal, 2004 dalam Berglund & Wennberg, 2006). Menurut Hantoro (2008) secara epistimologis, kewirausahaan pada hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup. 25 Ratih Purbasari_29006012 Dengan demikian, seorang wirausahawan tidak hanya dapat berencana, berkatakata tetapi juga berbuat, merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya ke dalam suatu tindakan yang berorientasi pada kesuksesan. Untuk itu, dibutuhkan kreatifitas, yaitu pola pikir tentang sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan sesuatu yang baru, sehingga dengan kata lain kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Penanaman nilai-nilai kewirausahaan bagi banyak orang diharapkan bisa menumbuhkan jiwa kreativitas untuk berbisnis atau berwirausaha sendiri dan tidak tergantung pada pencarian kerja yang semakin hari semakin sempit dan ketat persaingannya. Kreativitas ini sangat dibutuhkan bagi orang yang berjiwa kewirausahaan untuk menciptakan sebuah peluang kerja, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain. Nilai-nilai kewirausahaan ini tidak hanya penting bagi orang yang akan memulai berusaha, tetapi sangat penting juga bagi para pengusaha yang sudah berjalan untuk menciptakan inovasi dalam bisnis yang dijalankan. Dengan demikian, produk-produk yang dihasilkan bisa diterima pasar, menjadi kebutuhan banyak orang, sebagai produk unggulan yang dicari-cari konsumen, mengikuti perkembangan pasar yang selalu inovatif, dan lain-lain, karena di era global ini, persaingan di antara sesama pebisnis atau perusahaan sangat ketat dan variatif, baik persaingan itu di skala lokal, regional, nasional maupun internasional. Maka dari itu, pebisnis atau perusahaan yang menekankan pada inovasi yang penuh kreativitas yang bisa bersaing, bertahan, unggul dan mempunyai nilai lebih (McAuley & Fillis, 2000). Beberapa penelitian sebelumnya menemukan berbagai faktor yang mempengaruhi kreativitas sebagai hasil dari pembelajaran antara lain yaitu; faktor kognitif (kecerdasan, pengetahuan, keahlian dan lain-lain), faktor lingkungan (kebudayaan dan faktor sosial ekonomi) dan faktor kepribadian (motivasi, kepercayaan diri, dan lain-lain). 26 Ratih Purbasari_29006012 Lebih lanjut, para peneliti menyatakan bahwa kreativitas dapat dipelajari dan dikembangkan dan ini tidak tergantung pada karakter seseorang. Kreativitas tidak selalu merupakan hasil dari kejeniusan yang menjadi ide alami sebagai hasil pembentukan lingkungan (Tether, et al., 2005). II.3. Pusat Inovasi II.3.1. Definisi Pusat Inovasi Ada beberapa definisi pusat inovsi berdasarkan praktek pusat inovasi di berbagai dunia. Pusat inovasi adalah suatu wadah untuk memandu inovasi dan kreativitas dalam usaha membantu bisnis di dalam suatu lingkungan globalisasi yang kompetitif (Malaysia Design Innovation Center/ MDIC, 2007). Berdasarkan the Innovation Centre Sunshine Coast Pty Ltd di Australia mendefinisikan pusat inovasi sebagai pusat pengembangan bisnis yang bertujuan mendukung para usahawan untuk memulai bisnis baru dan mengembangkannya serta membantu mereka dalam membangun kekuatan dalam mencapai keuntungan bisnis yang seimbang dengan kualitas tim manajemen yang baik (IC, 2007). The Barnsley Business and Innovation Centre (BBIC) di UK mengartikan pusat inovasi sebagai sebuah lembaga yang dapat merangsang, membantu, mempromosikan dan mendorong pengembangan pengetahuan dan teknologi inovatif berbasis bisnis dalam rangka menghasilkan peluang ketenagakerjaan baru dan menciptakan pertumbuhan ekonomi (BBIC, 2003). Dari beberapa pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pusat inovasi merupakan suatu sarana pengembangan inovasi dan teknologi untuk mendukung para usahawan dalam mengembangkan bisnisnya dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Konsep Pusat Inovasi Usaha Kecil Menengah disusun berdasarkan pada sebuah model pengembangan terutama untuk mengembangkan para pengusaha pemula yang tidak hanya melalui penetapan dari ruang fisik dan fasilitas tetapi juga pelayanan yang mendukung seperti bimbingan manajemen, keahlian teknik dan mentoring. 27 Ratih Purbasari_29006012 Pusat inovasi ini akan membantu para pengusaha untuk mengembangkan kemampuan inovasi dan ide mereka dari permulaan menjadi kenyataan melalui pelayanan ini (The Brunei Economic Development Board /BEDB, 2006). Usaha ini untuk mengantisipasi kemampuan generasi baru dalam dunia kewirausahaan dimana pusat inovasi ini akan menyiapkan jalan menuju perekonomian era baru yang lebih menekankan pada pengetahuan dan inovasi yang bervariasi. Pemerintah di berbagai negara telah memutuskan untuk mendukung pengembangan penemuan pekerjaan. Dukungan tersebut di antaranya meliputi pemberian saran dan konsultasi kerja serta dukungan keuangan untuk menutupi bagian dari biaya-biaya pengembangan penemuan. Model organisasi seringkali berganti-ganti sehingga pusat inovasi yang didirikan di setiap negara cenderung berbeda-beda. Terkadang usaha ini dibuat dalam sebuah pusat teknologi atau dihubungkan dengan universitas. Mungkin juga menjadi bagian dari beberapa departemen atau organisasi pemerintah. Bahkan banyak juga organisasi swasta yang dihubungkan dengan pusat inovasi (Sipilä, 1999). II.3.2. Model dan Kerangka Kerja Pusat Inovasi Model pusat inovasi terdiri dari beberapa elemen yang membentuk kinerja pusat inovasi tersebut. Innovation Centre Sunshine Coast Pty Ltd di Australia terdiri dari elemen misi, fasilitas, layanan serta sponsorship (IC, 2007). Pusat inovasi di Amerika, Chesapeake Innovation Center terdiri dari elemen tim manajemen, program kegiatan, fasilitas dan sponsor (CIC, 2006), sedangkan The Canadian Innovation Centre di Kanada terdiri dari elemen bentuk usaha, tim manajemen, layanan dan sponsorship (Anonim, 2006). Selain itu, The Finlandia-China Innovation Center di China terdiri dari elemen bentuk usaha, fasilitas, layanan, program kegiatan dan members (FINCHI, 2005). The Barnsley Business and Innovation Centre di UK terdiri dari elemen visi dan misi, fasilitas dan layanan, tim manajemen dan program kegiatan (BBIC, 2003). 28 Ratih Purbasari_29006012 Berdasarkan penjelasan tersebut, berikut merupakan model pusat inovasi beserta elemen-elemennya yang diadaptasi dan dimodifikasi dari elemen-elemen pusat inovasi berdasarkan The Canadian Innovation Centre dan The Barnsley Business and Innovation Centre dari berbagai dunia tersebut: Gambar II.1 Model Awal Pusat Inovasi Modifivated from: CIC (2006) and BBIC (2003). Kedua pusat inovasi tersebut di atas dipilih sebagai acuan dalam penelitian ini karena memiliki kesamaan penerapan yaitu untuk memajukan IKM. Berdasarkan Caputo, A.C et al. (2002), kerangka kerja pusat inovasi terdiri atas keterkaitan beberapa pihak yang saling berhubungan dalam menggerakkan pusat inovasi. Kerangka kerja pusat inovasi dapat dilihat dari gambar di bawah ini: Gambar II.2 Kerangka Kerja Pusat Inovasi Adopted from : (Caputo, A.C et al., 2002). 29 Ratih Purbasari_29006012 Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa pusat inovasi dalam usahanya memajukan IKM akan dihubungkan oleh innovation promotor yang terdiri dari pemerintah, pihak akademis dan organisasi independent. Innovation promotor merupakan pihak-pihak yang akan menggerakkan pusat inovasi dalam mencapai tujuannya. Setiap innovation promotor tersebut memiliki perannya masingmasing, misalnya pemerintah berperan pada masalah kebijakan ekonomi dan kemudahan birokrasi, akademisi berperan pada kegiatan riset dan perencanaan serta implementasi pelayanan pelatihan, sedangkan konsultan independent berperan dalam hal mentransfer secara langsung inovasi kepada IKM melalui pelaksanaan program pelatihan dan pendidikan mengenai inovasi (Caputo, A.C et al., 2002). II.3.3. Tujuan dan Tugas Pusat Inovasi Di samping untuk menyediakan dasar bagi para pengusaha dalam mengalokasikan berbisnis mereka, tujuan lain dari pusat Inovasi adalah memfokuskan pada pengembangan dan memanfaatkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh para pengusaha. Selain itu juga berusaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemeliharaan inovasi dan kreativitas. Pusat inovasi dipertimbangan dapat mendorong jaringan kerjasama antar para remaja dan mempromosikan pertukaran pengetahuan dan gagasan secara sinergi dan interaktif. Pusat inovasi juga berusaha menjembatani antara berbagai institusi dan publik umum melalui berbagai macam aktivitas lain seperti seminar dan workshop (The Brunei Economic Development Board /BEDB, 2006). Pusat inovasi memiliki beberapa tugas penting. Tugas utama pusat inovasi terdiri dari (Sipilä, 1999): 1. Promosi dan komunikasi dari aktivitas inovasi 2. Memberikan saran dan evaluasi dari penemuan 3. Memberikan saran dan membantu dalam pengamanan hak kekayaan intelektual, yang sebagian besar berupa hak paten. 4. Membantu dalam manajemen proyek dan pengembangan produk, contohnya dalam pembangunan prototipe. 30 Ratih Purbasari_29006012 5. Memberikan saran dalam pemasaran dan komersialisasi dari inovasi produk baru. 6. Pembiayaan sebagian atau secara penuh yang menyangkut hal pematenan, pengembangan produk dan komersialisasi biaya dari suatu penemuan Selain tugas-tugas di atas, pusat inovasi juga mempunyai beberapa kegiatan kerja yang terdiri dari (Sipilä, 1999): 1. Pemberian saran pada pendirian perusahaan baru. 2. Kegiatan pengembangan untuk memulai perusahaan atau kerjasama dengan penerapan teknologi. 3. Berpartisipasi atau bekerjasama dalam hal kegiatan penanaman modal, terutama pada tahap awal pembiayaan. 4. Pendidikan dan kegiatan pelatihan untuk para investor dan wirausaha. 5. Kerjasama internasional dan kontak bisnis. Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa praktek dari tujuan pusat inovasi di berbagai dunia antara lain yaitu Chesapeake Innovation Centre (CIC) di Amerika yang memusatkan tujuan pusat inovasinya pada bidang kewiraswastaan dan kebutuhan keamanan nasional yaitu (CIC, 2006): 1. Menghubungkan model bisnis dan teknologi inovatif dengan mitra perusahaan dan pihak pemerintah untuk mengidentifikasi solusi teknologi yang spesifik. 2. Memelihara dan mendukung bisnis yang menjanjikan. 3. Memfasilitasi dan melatih anggota atau perusahaan untuk berhasil memasarkan produknya. Pusat inovasi lainnya adalah Canadian Innovation Centre di Kanada yang memusatkan tujuannya antara lain (Anonim, 2006): 1. Membantu usahawan dan investor dalam mengkristalisasikan ide atau gagasan mereka. 2. Membantu memperdagangkan produk dari para usahawan tersebut. 31 Ratih Purbasari_29006012 3. Membantu perusahaan-perusahaan Kanada untuk dapat memanfaatkan teknologi baru untuk menghasilkan kekayaan dan mendukung daya saing mereka. Inovasi dan kreativitas menjadi perhatian yang mendesak bagi pemerintah Malaysia sehingga perusahaan dan individu secara konstan diingatkan untuk mengadopsi cara yang lebih inovatif dan kreatif untuk dapat bersaing dengan sukses dalam globalisasi dunia. Berkaitan dengan hal tersebut, Malaysia Design Innovation Centre (MDIC) sebagai salah satu pusat inovasi di Malaysia memiliki beberapa tujuan penting sebagaimana kedua pusat inovasi sebelumnya, yaitu (MDIC, 2007): 1. Membantu para pengusaha menghasilkan gagasan untuk kemajuan bisnis/usahanya. 2. Membangun dan mengatur kualitas dan merek produk serta pematenan merek produk dalam untuk mencapai keberhasilan dalam usaha mempertajam kehadiran merek produk tersebut di pasaran. 3. Membantu menciptakan hubungan yang strategis antara perusahaan dengan serikat kerja desain, universitas dan institusi profesional yang akan memungkinkan industri dan bisnis untuk menyadap jaringan para perancang dunia, spesialis dan insinyur untuk menyediakan solusi bagi bisnis mereka. Praktek pusat inovasi lainnya adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yaitu salah satu pusat inovasi di Indonesia yang berdiri pada bulan Juni 2001. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mempunyai dua tugas pokok, yakni melakukan kajian dan mendukung kajian yang akan meningkatkan kemitraan dan kerjasama berbagai unit kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan pihak di luar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia terutama dengan industri, serta kemungkinan perlindungan hak milik intelektual Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia serta melaksanakan proses untuk mendapatkan perlindungan bagi hak kekayaan intelektual (HKI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI, 2006). 32 Ratih Purbasari_29006012 II.3.4. Fasilitas dan Pelayanan yang Tersedia Di Pusat Inovasi Pusat inovasi menyediakan ruang kantor yang dilengkapi dengan fasilitas siap pakai untuk para pengusaha, begitu juga dengan berbagai fasilitas bersama lainnya yang dilengkapi dengan ruang konferensi dan pertemuan, area pameran, kafetaria, ruang beribadah, ruang bersantai serta ruang kuliah yang berkapasitas sampai 100 orang. Pusat inovasi juga menyediakan dukungan pelayanan melalui suatu program pengembangan yang menyeluruh dan tersusun yang mencakup usaha perwujudan gagasan inovatif serta pembekalan untuk seminar dan pelatihan dalam usaha pengembangan dan peningkatan keterampilan bagi para peserta (BEDB, 2006). Selain beberapa fasilitas dan pelayanan di atas, beberapa pusat inovasi memiliki fasilitas dan pelayanan lainnya. Pada prakteknya, The Thai-French Innovation Center (TFIC) menyediakan pelayanan riset, pelatihan, konsultasi dan jasa pengujian untuk industri dan para guru serta siswa universitas dan perguruan tinggi teknik di Thailand dan Asia Tenggara (TFIC, -). Chesapeake Innovation Center di Amerika memiliki fasilitas yang dirancang untuk dapat menumbuhkan berbagai perusahaan terutama perusahaan teknologi. Sebagai nilai tambah terhadap bantuan bisnis tersebut, pusat inovasi ini menyediakan ruang kantor dengan ukuran yang fleksibel, ruang konferensi, dapur, lobi, mesin fax, peralatan proyeksi, jaringan telepon lokal dan layanan Internet serta meja penerima tamu untuk menyambut pengunjung. Selain fasilitas-fasilitas tersebut, Chesapeake Innovation Center juga turut menyediakan berbagai program pelayanan antara lain (CIC, 2006): 1. Pelatihan dan pemberian saran-saran Tim manajemen Chesapeake Innovation Center memberikan bantuan dan nasihat atau saran kepada para kliennya seperti layaknya usahawan berpengalaman, para profesional dan ahli bisnis. 2. Persiapan menghadapi investor dan perluasan jaringan Tim manajemen Chesapeake Innovation Center memberikan pelatihan bagaimana mempersiapkan cara untuk pelayanan menghadapi investor secara efektif dan memperkenalkan usaha bagaimana mengembangkan jaringan sebagai langkah untuk mendapatkan investor 33 Ratih Purbasari_29006012 3. Sumber jaringan Chesapeake Innovation Center memberikan bantuan untuk memperluas jaringan keseluruh wilayah termasuk jaringan ke institusi-institusi dan perusahaan, ahli teknik, dan sumber bantuan bisnis lainnya. 4. Pendidikan kewirausahaan Chesapeake Innovation Center memberikan pendidikan kewirausahaan melalui tenaga ahli dengan mengadakan seminar dan pertemuan-pertemuan untuk mendiskusikan topik yang berkaitan dengan teknologi dan bisnis untuk para usahawan. 5. Program saling berbagi Dengan menjadi klien Chesapeake Innovation Center, klien sekaligus dapat mengambil keuntungan dengan berpartisipasi dalam masyarakat sebagai tahap awal perusahaan untuk saling berbagi sumber daya dan komunikasi dengan para usahawan lainnya. Sementara itu, Finlandia-China Innovation Center (FINCHI), sebuah pusat inovasi di China menyediakan beberapa fasilitas lain yaitu (FINCHI, 2005): 1. Ruangan kantor yang disesuaikan dengan keinginan para pekerjanya yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan lingkungan kerja menyenangkan dengan kombinasi suasana Finlandia dan Cina. 2. Perlengkapan kantor seperti meja tulis, kursi, lemari dan bookshelf. 3. Akses komputer yang terkendali serta jaringan internet tanpa kabel. 4. Air-conditioning selama jam kerja. 5. Area dapur yang dilengkapi dengan peralatan minum kopi, teh, dan lemari es. 6. Mesin fotocopy dan mesin fax. 7. Lingkungan kantor dengan tingkat keamanan tinggi yang disertai dengan fasilitas CCTV. 34 Ratih Purbasari_29006012 Praktek pusat inovasi dalam menyediakan fasilitas dan pelayanan lainnya adalah fasilitas dan pelayanan yang tersedia di Malaysia Design Innovation Centre di Malaysia. Pusat inovasi ini menyediakan pelayanan di bidang desain antara lain sebagai berikut (MDIC, 2007): 1. Desain produk dan pengemasan disain 2. Desain komunikasi 3. Desain elektronik 4. Desain interaktif 5. Desain fashion 6. Desain retail 7. Pameran disain 8. Desain bangunan 9. Desain lingkungan 10. Multimedia 11. Televisi dan Film 12. Penyiaran 13. Iklan 14. Hubungan masyarakat 15. Produksi audio visual 16. Produksi musik 17. Pengembangan merek 18. Pengembangan perusahaan Untuk mengembangkan gagasan atau ide bisnis, Malaysia Design Innovation Centre juga menyediakan fasilitas-fasilitas sebagai berikut (MDIC, 2007): 1. Komputer 2. Perangkat lunak 3. Kantor dan jasa kesekretariatan 4. Jasa pendaftaran perusahaan 5. Dukungan perlindungan hak kekayaan intelektual 6. Jasa akuntansi 7. Transfer teknologi 35 Ratih Purbasari_29006012 II.3.5. Manajemen Pusat Inovasi Pihak yang bertanggung jawab atas kegiatan manajemen dan administrasi di pusat inovasi dilakukan oleh orang-orang yang yang memiliki pengalaman dan kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan pusat inovasi berdasarkan misi dan visi yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan pihak manajemen pusat inovasi merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan pusat inovasi. Sebagian besar dari berbagai fungsi dari manajemen pusat inovasi adalah untuk mendesain dan mengimplementasikan program pengembangan, untuk membangun hubungan dan jaringan kerja sama yang relevan dengan institusi lokal dan regional serta mengelola kegiatan operasional Pusat Inovasi (The Brunei Economic Development Board /BEDB, 2006). Selain peran dan fungsi tersebut, pada prakteknya pihak manajemen dari The Barnsley Business and Innovation Centre di UK juga berperan sebagai pengatur dalam penyediaan jasa penasihat dan pendukung bisnis di pusat inovasi bagi para klien seperti perencanaan bisnis, pembinaan manajemen, keuangan, akuntansi, manajemen proyek, inovasi dan pemasaran serta bantuan spesialis melalui akses jaringan yang luas (BBIC, 2003). Karena penting dan kompleksnya peran manajemen pusat inovasi ini, sehingga pihak manajemen yang terpilih diharapkan dapat menjalankan dan menyukseskan program pusat inovasi untuk memberikan kesuksesan dan mewujudkan tujuan dari pusat inovasi ini. II.3.6. Pematenan dan Pengembangan Produk Pusat inovasi dapat membantu wirausahawan dan inovator melalui banyak cara, ketika pengembangan penemuan dari gagasan menjadi suatu produk yang dapat dipasarkan, sebagai contoh, berikut ini tahapan dan alat-alat dalam pengembangan penemuan (Sipilä, 1999): 36 Ratih Purbasari_29006012 1. Hak paten, teknis dan informasi pemasaran berhubungan dengan penemuan yang dikumpulkan dan kemudian penemuan tersebut dievaluasi. 2. Hasil dari evaluasi lalu ditinjau. 3. Permohonan hak paten disampaikan melalui bantuan pihak agen paten, dan pematenan internasional yang sesuai dihadapkan pada waktu yang tepat. 4. Rencana untuk menerapkan proyek disiapkan. 5. Pengembangan produk, riset lebih lanjut atau prototipe diproduksi untuk evaluasi lebih lanjut, pengujian dan untuk komersialisasi. 6. Karakteristik dari penemuan diuji (pengecekan dibuat untuk melihat apakah ada kesesuaian antara kebutuhan keamanan dan mutu dalam menetapkan produk) dan prototipe baru dibuat jika perlu. 7. Suatu perencanaan bisnis disiapkan dengan memfokuskan pada komersialisasi dari penemuan (survei pemasaran, memasarkan material dan lain-lain). 8. Penemuan dapat dihasilkan dan dijual baik yang sekarang atau baru akan diproduksi perusahaan atau komersialisasi atas sebuah persetujuan lisensi dapat disimpulkan dalam sektor perusahaan 9. Memasarkan dan pabrikasi dari suatu yang produk yang inovatif dimulai dengan menggunakan peralatan yang berbeda oleh perusahaan atau melalui pelanggan lain yang pada awalnya dilakukan di dalam negeri dan kemudian baru secara internasional. II.3.6.1. Pematenan Penemuan Pusat inovasi menyediakan bantuan tenaga ahli untuk perlindungan hasil penemuan yang pada umumnya merupakan pertolongan pematenan. Usaha perlindungan atas pencipta atau organisasi penemu akan suatu hak paten adalah suatu keharusan. Namun bagaimanapun, hal tersebut memerlukan beberapa pembiayaan. Permohonan hak paten dapat digunakan untuk menakut-nakuti pesaing. Hak paten bertindak sebagai instrumen perdagangan yang fleksibel melalui perijinan dan lisensi, dengan demikian membuka peluang untuk memperoleh pendapatan dan meluas secara internasional (Sipilä, 1999). 37 Ratih Purbasari_29006012 Mendapatkan daftar paten berfungsi sebagai sumber informasi yang penting untuk bisnis dan peneliti yang ingin menemukan teknologi dalam bidang mereka atau sedang berusaha untuk tidak melanggar hak paten pesaing. Industri komunikasi dan informasi seperti halnya bioteknologi adalah contoh bidang yang sudah benarbenar berkembang di tahun-tahun terakhir ini. Perhatian khusus diperlukan bagi perlindungan yang sah melalui undang-undang di bidang seperti ini (Sipilä, 1999). II.3.6.2. Pengembangan Produk Dalam tahap pengembangan produk, gagasan atau penemuan dibuat secara konkret melalui pembuatan suatu prototype dan menguji serta mengembangkannya. Kegiatan tersebut dilakukan di suatu tempat kerja yang merupakan bagian dari pusat inovasi. Proses ini terdiri dari pengamatan dan pengembangan model, membangun dan menguji prototype. Perencanaan dilakukan bekerjasama dengan para pencipta atau peneliti secara rahasia. Pengujian prototype dapat juga dilakukan di tempat lain, misalnya di institut teknologi, swasta, atau universitas yang memiliki tempat kerja rahasia (Sipilä, 1999). Ada beberapa tahap umum dalam proses pengembangan produk baru, walaupun tidak selalu melewati tahapan-tahapan ini (Wikipedia, 2006): 1. Idea Generation o Ide untuk mengembangkan produk baru dapat diperoleh dari pelanggan, dari divisi Research and Development, competitor, focus group, pegawai, sales people, corporate spys, pameran perdagangan, atau melalui policy open innovation. Penyelidikan etnografi juga dapat digunakan untuk membuat produk baru. o Pembuatan ide baru secara teknik formal idea termasuk attribute listing, forced relationships, brainstorming, morphological analysis, problem analysis. 38 Ratih Purbasari_29006012 2. Idea Screening o Dimaksudkan untuk melakukan eliminasi konsep yang kurang baik dan mengalokasikan sumber daya ke dalamnya. o Grup yang bertanggung jawab untuk melakukan proses screening harus memperhatikan 3 hal berikut: Apakah konsumen dalam target market tersebut diuntungkan dengan adanya produk tersebut? Apakah secara teknikal feasible dalam hal pembuatan? Apakah produk tersebut akan menguntungkan dengan harga tertentu sampai ke tangan konsumen? 3. Concept Development and Testing o Melakukan pengembangan secara teknik dan keuangan Siapakah target market dari produk tersebut, dan siapa yang menentukan pembelian? Apakah fitur yang harus dimasukkan ke dalam produk? Apakah keuntungan yang diberikan oleh produk tersebut? Bagaimana konsumen bereaksi terhadap produk tersebut? Bagaimana produk dapat diproduksi dengan harga se-optimal mungkin? o Membuktikan feasibility secara konsep teknik Berapa harga yang harus dikeluarkan untuk produk tersebut? Melakukan tes terhadap konsep yang ada kepada beberapa konsumen potensial. 4. Business Analysis o Melakukan perkiraan seperti bagaimana harga jual setelah adanya pesaing dan umpan balik dari konsumen. o Melakukan perkiraan volume penjualan berdasar besarnya ukuran pasar yang ada. o Melakukan perkiraan brake even point secara waktu dan volume penjualan. 39 Ratih Purbasari_29006012 5. Beta Testing and Market Testing o Melakukan produksi dalam beta version o Melakukan pengujian dari sisi konsumen o Melakukan focus group dan pameran dagang untuk melihat respon pelanggan. o Membuat perbaikan berdasarkan umpan balik dari focus group dan pameran perdagangan. 6. Technical Implementation o Melakukan program peluncuran produk II.3.6.3. Pemasaran Pusat inovasi menyediakan bantuan dalam pemasaran dan perijinan dari hasil penemuan. Implementasi industri dan komersialisasi dari proyek penemuan dipromosikan melalui berbagai metode pemasaran dan komunikasi pemasaran. Permohonan paten atas produk baru atau hasil penemuan diperkenalkan kepada wirausahawan melalui pemasaran langsung atau di acara bazar inovasi atau peristiwa bisnis lain atau melalui berbagai media lain. Pusat inovasi juga dapat membuat daftar hasil penemuan yang dapat dipasarkan. Pusat inovasi dapat membantu pencipta dengan membangun mata rantai dan membuat kontrak baik di bisnis domestik maupun bisnis asing. Pelanggan dari pusat inovasi dapat memperoleh bantuan mengenai undang-undang dan kontrak dalam negosiasi yang diarahkan pada pemanfaatan suatu hasil penemuan, misalnya mengenai penggunaan suatu persetujuan lisensi (Sipilä, 1999). Pada prakteknya, salah satu pusat inovasi dalam hal ini Canadian Innovation Centre di Kanada memberikan bantuan kegiatan pemasaran dengan membentuk tim penasihat pemasaran terdiri dari tenaga ahli, staff, analis, dan peneliti kontrak yang memiliki keahlian di berbagai bidang antara lain di bidang teknologi, komunikasi, energi, lingkungan, dan perangkat lunak (Anonim, 2006). 40 Ratih Purbasari_29006012 II.3.6.4. Peluang Keuangan Perubahan pematenan dan pengembangan penemuan menjadi produk yang dapat dipasarkan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pusat inovasi yang dapat memberikan dukungan keuangan untuk membiayai hal tersebut. Dukungan keuangan biasanya digunakan untuk membayar biaya-biaya pematenan, pengembangan produk dan komersialisasi yang berkenaan dengan pengembangan suatu penemuan. Pembiayaan tersebut dapat berupa suatu format dana, meminjamkan atau menjamin. Pengembalian dana keuangan tersebut dapat dilakukan melalui pembayaran kembali secara bersyarat kepada pusat inovasi yang tergantung pada kesuksesan proyek dan pada pendapatan yang diterima oleh pihak yang melakukan pinjaman tersebut. Jika penemuan gagal dimanfaatkan secara ekonomis, penerima dari dukungan keuangan tidak berkewajiban untuk mengembalikan uang pinjaman kepada pusat inovasi (Sipilä, 1999). Selain format dana di atas, Canadian Innovation Centre pada prakteknya merupakan pusat inovasi yang tidak berorientasi pada keuntungan walaupun memiliki peluang keuangan. Pembiayaan diperoleh dari pembayaran yang dibebankan kepada sponsor atas jasa pengembangan yang dilakukan pusat inovasi. Pusat inovasi ini membuat persetujuan dengan pemerintah pusat Kanada. Melalui persetujuan ini, pembiayaan kegiatan pusat inovasi menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan Canadian Innovation Centre sendiri berperan dalam melakukan pembaharuan untuk kemajuan Kanada (Anonim, 2006). II.3.6.5. Komunikasi Pusat inovasi harus aktif dalam bidang komunikasi dan aktivitas promosi inovasi lain seperti mengadakan kontes penemuan dan penghargaan. Merupakan suatu hal yang penting untuk memiliki booklet dan selebaran yang berhubungan dengan hal pematenan dan tahap lain menyangkut proses pengembangan penemuan. Informasi aktivitas inovasi dan kesuksesan proyek sering kali menarik minat pihak-pihak lain, termasuk para siswa, melalui radio dan televisi (Sipilä, 1999). 41 Ratih Purbasari_29006012 II.4. State Of The Art (SOTA) Tesis yang berjudul Pengembangan Model Pusat Inovasi Untuk Industri Alas Kaki (Footwear) Di Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat ini merupakan penelitian baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat dibuktikan dari belum adanya pusat inovasi yang tersedia untuk menangani permasalahan industri alas kaki di Cibaduyut sebagaimana yang menjadi topik dari penelitian ini. Dengan demikian, penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan karena selain memberikan pengetahuan baru mengenai model pusat inovasi juga memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan perekonomian masyarakat khususnya di bidang industri alas kaki di Cibaduyut. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini masih memungkinkan untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut dengan sudut pandang yang berbeda sehingga dapat melengkapi penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan konsep-konsep dalam tinjauan pustaka ini yang telah dibahas sebelumnya, diharapkan konsep-konsep tersebut dapat dijadikan sebagai dasar teori dari penelitian ini. Dari pembahasan tersebut dapat dilihat bahwa konsep Kreativitas, Inovasi dan Industri Kreatif, serta konsep Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Kewirausahaan sangat berkaitan dengan konsep Pusat Inovasi sebab pusat inovasi tidak hanya berperan dalam usaha pengembangan kreativitas para UKM alas kaki untuk menghasilkan desain-desain baru, tetapi juga memberikan pelayanan lain seperti jasa konsultasi dan pelatihan bagi kemajuan usaha UKM alas kaki tersebut. Untuk industri kreatif sendiri, di samping berkaitan dengan konsep kewirausahaan, industri ini juga berkaitan dengan usaha penciptaan produk inovatif yang memerlukan daya kreasi yang tinggi yang salah satunya dapat diperoleh melalui pusat inovasi. 42 Ratih Purbasari_29006012 Konsep-konsep pada penelitian ini dikembangkan berdasarkan: • Konsep Kreativitas, Inovasi dan Industri Kreatif ditetapkan berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh McAuley & Fillis (2000), Patterson (2002), Al-Ali (2002), Van Der Panne, et al. (2003), Frinces (2004), Weissman, et al. (2004), Cunningham, et al (2004), Tether, et al. (2005), Smith (2005), Larso (2006), Berglund & Wennberg (2006), Jones (2006), Simatupang (2007), Handke (-), www.innovationtools.com, serta olah intelektual peneliti. • Konsep Usaha Kecil Menengah dan Kewirausahaan ditetapkan berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh McAuley & Fillis (2000), Dalimunthe, R. F. (2004), Frinces (2004), Frey & Korman, K (2004), Fox, T (2005), Indonesia Policy Briefs (2005), Hölzl (2005), Zimmerer, T. W. & Scarborough, N. M (2005), Tether, et al. (2005), Berglund & Wennberg (2006), Hermana, Bud. (2008), Hantoro, Budi (2008) serta olah intelektual peneliti. • Konsep Pusat Inovasi ditetapkan berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Sipilä (1999), Caputo, A.C et.a (2002), BBIC (2003), FINCHI (2005), BEDB (2006), CIC (2006), LIPI (2006), Anonim (2006), MDIC (2007), TFIC (-), WIKIPEDIA (2006), IC (2007) serta olah intelektual peneliti. Penulis mengharapkan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif penelitian ini dapat menghasilkan suatu model pusat inovasi yang dapat diterapkan untuk pengembangan industri alas kaki (footwear) di Cibaduyut dan sesuai dengan kondisi dari industri tersebut agar mampu menjadi industri kreatif yang sebenarnya. Metode penelitian ini dipilih berdasarkan kesesuaiannya dengan masalah yang akan diteliti serta karakteristik penelitian ini mempunyai karakteristik yang sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yang di antaranya yaitu individu yang dijadikan objek penelitian diperhitungkan sebagai partisipan, konsultan, atau kolega peneliti dalam menangani kegiatan penelitian, perspektif image partisipan sangat diutamakan dan dihargai dalam penelitian kualitatif dan lain-lain (William dalam Devianti, 2005). 43 Ratih Purbasari_29006012