modulasi spread spectrum untuk peningkatan - Penelitian

advertisement
Pusat Penelitian Informatika - LIPI
MODULASI SPREAD SPECTRUM UNTUK PENINGKATAN
PERFORMANSI SISTEM KOMUNIKASI DI LINGKUNGAN TNI-AL
Rusmana
Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut - Surabaya
ABSTRACT
Frequency Hopping is one of spread spectrum technique namely a kind of modulation
where transmission field wide that is used will be more bigger than the minimum field wide
that is needed to transmit information, while there is’nt direct connection between output
signal wide and information signal modulation.
By modulation, information signal will be spread at frequency area that is wide enough. By
frequency hopping, process of spreading is done by changing carrier wave frequency
periodically. The area of information signal is spread depend on spreading signal, where
this spreading signal is produced by a frequency synthesizer which is controlled by a
sequence of spreading code.
Keywords : frequency hopping, spread spectrum, carrier wave.
INTISARI
Frequency hopping adalah salah satu teknik spread spectrum (spektral tersebar) yaitu
suatu jenis modulasi dimana lebar bidang transmisi yang digunakan jauh lebih besar dari
pada lebar bidang minimum yang dibutuhkan untuk mentransmisikan informasi, sementara
tidak ada kaitan langsung antara lebar pita sinyal keluaran dengan modulasi oleh sinyal
informasinya.
Dengan adanya pemodulasian, sinyal informasi akan ditebarkan pada daerah frekuensi
yang cukup lebar.
Pada frequency hopping, proses penebaran dilakukan dengan mengubah-ubah frekuensi
gelombang pembawa secara periodik. Daerah sinyal informasi ditebarkan tergantung
pada sinyal penebar, dimana sinyal penebar ini dihasilkan oleh suatu
pensintesis
frekuensi yang dikendalikan oleh suatu urutan kode penebar.
Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
1
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
Kata kunci: Frequency hopping, spread spectrum, gelombang pembawa.
LATAR BELAKANG
Dalam mempertahankan dan melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana
tiga perempat bagian wilayahnya adalah lautan, maka TNI Angkatan Laut mempunyai
peranan yang sangat penting. Untuk itu TNI Angkatan Laut dengan berbagai upaya dan
kemampuannya memformulasikan kekuatannya dalam suatu Sistem
Senjata Armada
Terpadu (SSAT). Sistem ini akan efektif apabila didukung oleh sistem komunikasi yang
kuat antar unsur-unsur SSAT, diantaranya Pangkalan TNI Angkatan Laut sebagai salah
satu bagian dari SSAT.
Perkembangan penggunaan radio komunikasi dewasa ini sangat luas, baik untuk
kepentingan bisnis, birokrasi maupun militer. Bagi kepentingan militer, gangguangangguan seperti penyadapan informasi perlu dicegah, agar informasi-informasi rahasia
yang dikirimkan tidak mudah disadap, dideteksi, dibaca serta dijamming oleh musuh. Oleh
sebab itu system komunikasi radio yang digelar harus senantiasa memperhatikan keamanan
komunikasi yang meliputi keamanan informasi, yaitu terhindar dari kemungkinan kegiatan
Electronic Counter Measure (ECM) dan Electronic Support Measure (ESM) pihak musuh.
Untuk mengatasi ECM dan ESM digunakan peralatan Electronic Counter Counter Measure
(ECCM), atau yang sekarang sering disebut sebagai Electronic Protect Measure (EPM).
Dengan demikian penggunaan peralatan elektronika itu sendiri dalam kondisi aman dari
gangguan musuh.
PERUMUSAN MASALAH
Salah satu penerapan dari teknik EPM adalah system komunikasi penebaran spektrum
(Spread Spectrum Communication System). Keunggulan dari system komunikasi
penebaran spektrum antara lain adalah memiliki kemampuan anti jamming, kemampuan
menekan sinyal-sinyal interferensi atau noise lainnya, kemampuan pengalamatan terpilih
(Selective Addressing Capability), mempunyai spektrum kerapatan daya yang rendah dan
bandwidth yang sangat lebar, sehingga sukar diamati keberadaanya oleh penerima yang
tidak menggunakan system yang sama dan memungkinkan digunakan oleh banyak
pemakai dalam satu kawasan frekwensi yang sama (Multiple Access).
2
Pemaparan Hasil Litbang 2003
Pusat Penelitian Informatika - LIPI
Dalam teknik ini, sinyal informasi sebelum mengalami proses modulasi oleh sinyal
pembawa, penebaran terhadap sinyal informasi dilakukan langsung oleh suatu deretan
kode digital yang mempunyai laju bit (bit rate) jauh lebih tinggi daripada laju bit sinyal
informasi data. Pada penerima dilakukan dispreading sebagai kebalikan dari proses
spreading pada pemancar, selanjutnya dilakukan proses demodulasi. Kedua proses tersebut
merupakan operasi memetakan kembali informasi data dari bandwidth modulasi baseband
sebelum operasi penebaran pada pemancar. Pada proses dispreading digunakan korelator
yang prisipnya berfungsi sebagai detector sinkron. Korelator ini mengkorelasikan sinyal
penebar dari penerima dengan sinyal penebar yang terdapat pada sinyal yang diterima, dan
ketika sinyal penebar tadi sinkron maka nilai korelasinya akan maksimum. Dalam keadaan
ini korelator akan memetakan sinyal informasi dari bandwidth yang lebar ke bandwidth
semula.
Prinsip Spread Spectrum
Teknik penebaran spectrum dapat diterangkan dengan rumusan tentang kapasitas kanal
digital dari C.E. Shannon sebagai berikut :
S

C = W . log 2 1 +  …………………………………………..(2.1)
N

dimana:
C = kapasitas kanal maksimum dalam bit/second
W= lebar pita kanal dalam Hertz
S = daya sinyal
N= daya noise
Untuk perbandingan sinyal dan noise yang lebih kecil dari sepersepuluh, hubungan diatas
dapat diuraikan sebagai berikut:
C
S

= 1,44 log e1 +  …………………………………….….(2.2)
W
N

Karena (S/N << 0,1) maka:
C/W = 1,44 S/N
1,44 WS = CN
W = CN/1,44S didapat W ≅ CN/S dan C ≅ WS/N
Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
3
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
Dari persamaan di atas, dapat dikatakan bahwa untuk menyalurkan informasi pada laju
tertentu dengan perbandingan sinyal dengan noise yang tertentu pula, diperlukan suatu
kanal dengan lebar pita yang cukup.
Karakteristik Spread Spectrum
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa suatu system komunikasi digital dapat
digolongkan sebagai system spread spectrum bila memenuhi karakteristik teknik sebagai
berikut:
‰
Memiliki rangkaian penebar yang berfungsi untuk mengkodekan sinyal-sinyal data
informasi dengan pola tertentu dan menebarkannya ke dalam pita frekuensi yang
jauh lebih lebar dari lebar pita frekuensi minimum yang diperlukan untuk
mengirimkan sinyal data informasi.
‰
Proses penebaran spectrum frekuensi dilakukan oleh sinyal penebar yang berbentuk
kode biner(digital) dengan pola pseudo noise.
Macam-macam Teknik Spread Spectrum.
Berdasarkan metode penebarannya, teknik spread spectrum dapat dibagi dalam lima
macam, yaitu : Direct Sequence Spread Spektrum (DS-SS), Frequency Hopping Spread
Spectrum (FH-SS), Time Hopping Spread Spectrum (TH-SS), Pulsed Frequency
Modulation (Chirp), Hybrid Spread Spectrum (Hybrid-SS)
Keistimewaan Teknik Spread Spectrum
Dengan adanya suatu pola sinyal yang dikodekan melalui suatu operasi penebaran
(spreading), yang hasilnya berupa sinyal dengan bandwidth yang lebar, maka diperoleh
beberapa sifat dan keunggulan yang menyebabkan teknik ini menguntungkan untuk
digunakan, keunggulan-keunggulannya antara lain:
‰
Pengalamatan Selektif
Setiap penerima dapat dipanggil/dihubungi hanya dengan mentransmisikan sinyal
yang memuat kode tertentu.
‰
Code Division Multiple Access (CDMA).
Beberapa emisi yang menggunakan kode-kode orthogonal dapat menggunakan pita
frekuensi yang sama pada saat yang bersamaan. Teknik ini sangat bermanfaat bagi
4
Pemaparan Hasil Litbang 2003
Pusat Penelitian Informatika - LIPI
system komunikasi satelit dimana beberapa pengguna dapat memakai sebuah
transponder pada saat yang bersamaan tanpa mengkawatirkan timbulnya gangguan
karena efek-efek nonlinearitas transponder seperti intermodulation.
‰
Emisi Spread Spectrum tak mengganggu emisi lain.
Mengingat bahwa kerapatan spectrum sinyal spread spectrum adalah relatif kecil,
emisi informasi dengan teknik ini tetap dapat berlangsung bersama-sama dengan
emisi informasi klasik pita sempit lain tanpa mengganggunya.
‰
Probabilitas intersepsi dan sadapan yang rendah.
Karena level sinyal yang diterima dapat lebih kecil dari level noise, komunikasi
tidak akan mudah dideteksi oleh yang tidak berhak. Bila komunikasi dapat
terdeteksi hanya yang mengetahui parameter kode yang sesuai saja yang dapat
memecahkan kode dan mendapatkan informasinya.
‰
Penolakan terhadap interferensi.
Komunikasi spread spectrum dapat secara efektif bertahan terhadap berbagai jenis
interferensi baik yang disengaja maupun tidak. Pada saat dekondifikasi, penerima
justru akan menebarkan spectrum daya sinyal interferensi, sehingga besar kerapatan
dayanya bisa diabaikan dalam pita frekuensi sinyal informasi yang diinginkan. Hal
ini sangat bermanfaat untuk komunikasi militer yang umumnya harus kebal dan
terlindung.
‰
Penekanan efek lintas jamak
Teknik spread spectrum dapat dimanfaatkan sebagai suatu cara yang efektif untuk
menekan efek lintasan jamak (multipath) dalam propagasigelombang radio dari
pemancar ke penerima yang banyak muncul dalam system komunikasi mobil.
‰
Sistem lokalisasi radio dengan ketelitian tinggi
Dalam bidang diluar telekomunikasi dapat dijumpai pada teknik lokalisasi radio
dengan ketelitian tinggi. Dalam system navigasi pasif melalui satelit-satelit berskala
dunia, teknik spread spectrum dapat menawarkan system lokalisasi tiga demensi
dengan ketelitian yang belum ada duanya, misalnya system pengukur kecepatan
dan system pewaktu standar.
Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
5
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
Pseudo Noise Generator
Hal pokok dalam system komunikasi spread spectrum adalah pembangkit sinyal acak semu
atau disebut juga pseudo noise generator. Proses penebaran spectrum sinyal data maupun
sinyal pembawa pada komunikasi ini dilakukan dengan cara menjumlahkan sinyal kode
penebar yang dibangkitkan oleh pembangkit sinyal acak semu.
Sifat-sifat Kode Pseudo-Noise (PN).
Pada system spread spectrum sinyal informasi pita sempit digandakan dengan sinyal pita
lebar yang disebut sinyal penebar (PN). Sinyal penebar ini terdiri dari deretan kode-kode
acak semu atau juga disebut deretan kode linier maksimal. Kode yang digunakan dalam
system spread spectrum memiliki karakteristik, yaitu:
‰
Melindungi dari interferensi. Proses pengkodean akan memperbesar lebar pita
sinyal sehingga pada processing gain dapat mengatasi interferensi.
‰
Meningkatkan kerahasiaan. Pengkodean dengan konfigurasi tertentu maka hanya
penerima yang memiliki PN identik yang dapat menerima informasi yang dikirim.
‰
Meningkatkan S/N system. Proses pendeteksian dan pembenaran kode-kode dapat
mengurangi pengaruh noise dan interferensi.
‰
Panjang kode PN yang direncanakan. Setiap kode PN yang akan dibangkitkan
harus memiliki panjang periode kode tertentu karena hal ini dapat menghindari
ketidak sinkronan pada bagian penerimanya.
‰
Polinomial umpan balik. Menunjukkan tingkat tahapan mana yang merupakan
umpan balik dari system pembangkitan kode PN.
‰
Banyak kode PN yang dapat dibangkitkan. Menunjukkan jumlah kode yang dapat
dibangkitkan suatu kode PN.
‰
Status inisial register geser. Menunjukkan status awal dari suatu deretan yang
sangat berpengaruh dari suatu pembangkitan kode PN
PEMODELAN SIMULASI
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai pemodelan simulasi yang bertujuan untuk
membangkitkan sinyal spread spectrum dengan cara menjumlahkan sinyal informasi
dengan kode acak semu yaitu kode maksimal, dilanjutkan dengan memodulasi dengan
sinyal kariernya. Dalam bab ini juga disimulasikan fungsi-fungsi penguji atau evaluasi
sifat-sifatnya seperti yang telah disebutkan di atas.
6
Pemaparan Hasil Litbang 2003
Pusat Penelitian Informatika - LIPI
Blok diagram system
komunikasi Direct Sequence Spread Spectrum dengan sinyal
informasi bilangan digit biner sebagai data input dan PN generator sebagai pembangkit
kode penebar yang melakukan spreading, kemudian melalui proses modulasi BPSK
sebagai transmitter, demikian juga sebaliknya yang terjadi pada receiver dapat dilihat
secara sederhana pada gambar 1 sebagai berikut :
Demod.
BPSK
Modulator
BPSK
Informasi
Data
Kanal
AWGN +
Jamming
Pembangkit
Kode
Penebar
Informasi
Data
Pembangkit
Kode
Penebar
Gambar .1 Diagram blok sistem DS-SS
Pada pemodelan pembangkitan kode acak semu ini akan diasumsikan beberapa hal seperti
dibawah ini :
ƒ
Kode yang akan dibangkitkan merupakan kode linear feedback register geser.
ƒ
Jumlah register yang digunakan untuk membentuk kode-kode acak semu ini dapat
ditentukan menurut panjang periodenya.
ƒ
Kondisi awal (inisial condition) dari masing-masing register yang membentuk
kode-kode acak semu ini dapat ditentukan sesuai dengan penggunaannya.
ƒ
Aplikasi program yang dipakai dalam pembangkitan kode-kode acak semu ini
adalah MATLAB versi 5.
Pengujian Performansi pada Amplitudo Jammer
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa tujuan dari penggunaan system
komunikasi yang memiliki kemampuan tinggi dengan berbagai aspek gangguan pada saat
propogasi sinyal, adalah penerimaan sinyal data yang paling baik pada kondisi lintasan
propogasi yang paling jelek. Untuk melihat pengaruh sinyal informasi data yang
dikirimkan dan yang diterima pada system komunikasi spread spectrum terhadap
perubahan kekuatan daya dapat dilihat pada gambar sinyal, PSD-nya dan nilai Bit Error
Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
7
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
Rate penerima yang disimulasikan. Jadi fungsi daya jammer disimulasi ini dilakukan
dengan melaksanakan jamming pada Amplitudo yang berubah-ubah. Kemudian performa
jamming yang sama juga dilakukan pada system komunikasi non spread spectrum,
sehingga dapat dilihat perbedaan performansi sinyal data informasi penerima di kedua
system komunikasi tersebut.
Pengujian Performansi pada Frekuensi Jammer
Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan kedua system komunikasi
dihadapkan pada jamming dengan frekuensi yang berbeda. Seperti halnya pada pengujian
yang pertama dimana perubahan daya juga dilakukan pada frekuensi-frekuensi jammernya.
Sehingga dapat dilihat juga respon sinyal pada penerima kedua system komunikasi
tersebut, dan kemudian dapat dibandingkan performansinya.
Pengamatan Data Komunikasi Sinyal
Sinyal informasi
Spreading Proccess
2
2
1
1
0
0
-1
-1
-2
0
200
400
600
-2
0
PSD informasi
1000
800
800
600
600
400
400
200
200
8
0
1
2
400
600
PSD Spread Spectrum
1000
0
200
3
0
0
1
2
3
Pemaparan Hasil Litbang 2003
Pusat Penelitian Informatika - LIPI
PSD Tone Jamming
SS sebelum di Jamming
1000
5
800
600
0
400
200
0
0
1
2
-5
3
0
50
PSD Sinyal SS+Jammer
100
SS setelah di Jamming
1000
5
800
600
0
400
200
0
0
1
2
-5
3
0
50
Filter LPF
Recovery Informasi
2
2
1.5
1
1
0
0.5
-1
0
0
0.1
0.2
0.3
100
0.4
0.5
-2
0
100
SS setelah LPF
200
300
400
500
600
500
600
Hasil sampling Recovery
1200
2
1000
1
800
600
0
400
-1
200
0
0
0.1
0.2
0.3
Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
0.4
0.5
-2
0
100
200
300
400
9
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1 BER untuk pengamatan data1000 bit
Amplitudo Jammer (A)
Acos(0.02*pi*k)
0.2
0.5
1
1.5
2.5
4.5
B E R
Non SS
0
0
0.030
0.212
0.292
0.421
SS
0
0
0
0
0
0.21
Dari hasil pengamatan simulasi ternyata pengaruh sinyal informasi data yang dikirimkan
dan yang diterima pada system komunikasi spread spectrum terhadap perubahan kekuatan
daya jammer dapat dilihat nilai Bit Error Rate penerima baru muncul pada saat Amplitudo
jammer = 4.5 sedangkan pada system non spread spectrum sudah muncul pada saat
Amplitudo jammer = 1, sehingga dapat dilihat perbedaan performansi sinyal data informasi
penerima di antara kedua system komunikasi tersebut lebih baik system spread spectrum.
Tabel 2. BER untuk pengamatan data1000 bit
Frekuensi Jammer (f)
Freq=Acos(0.02*pi*k*f)
1.2
1.5
2
6
8
12
B E R
Non SS(A=1.2)
59
86
0
0
0
0
SS(A=3.8)
30
28
0
0
0
0
Dari hasil pengamatan simulasi ternyata pengaruh perubahan atau pergeseran frekuensi
pada sinyal jammer mempengaruhi performansi sinyal data di penerima pada kedua system
komunikasi tersebut, dimana pergerakan frekuensi menjauh dari bandwidth spectrum
kedua system komunikasi tersebut dan mengurangi/menghilangkan pengaruh jammer pada
performansinya.
Analisa yang dilakukan terhadap hasil simulasi pembangkitan spread spectrum adalah
dengan mengubah-ubah Amplitudo dan Frekuensi sinyal jammer. Perubahan ini akan
mempengaruhi performansi pengiriman data non spread spectrum maupun yang
10
Pemaparan Hasil Litbang 2003
Pusat Penelitian Informatika - LIPI
menggunakan spread spektrum, pada sistem Spread spectrum. Perubahan performansi itu
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perubahan daya noise/jamming yang semakin besar dapat mengurangi performansi
sinyal data yang dapat menimbulkan error yang besar, namun sinyal spread
specktrum lebih handal mengatasinya dibandingkan dengan non spread spectrum
2. Perubahan frekuensi yang semakin tinggi pada frekuensi jamming akan
mengurangi pengaruh jamming dan meningkatkan keandalan kedua system
komunikasi (dapat dilihat pada PSD sinyal dimana freq. Jamm bergeser menjauhi
band sinyal).
KESIMPULAN
Setelah melakukan perancangan dan simulasi software serta dilanjutkan dengan running
program Direct Sequence Spread Spectrum, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sinyal data yang dikirim dan yang diterima mempunyai performa karakteristik
berbeda diantara dua system komunikasi yang disimulasikan, dimana lebih baik
dengan menggunakan system spread spectrum daripada system modulasi langsung
(tahan terhadap Jamming, Power spectralnya
lebih rendah, dan probalitas
kesalahannya lebih kecil).
2. Sinyal data yang diterima dan yang dikirim tidak mengalami pergeseran fasa
karena sinkronisasi sempurna.
3. Semakin besar amplitudo tone jammer maka akan tetap mempengaruhi nilai BER
dari DS-SS dan sangat mempengaruhi pada Non DS-SS, sehingga pada kondisi
kanal yang sama komunikasi spread spectrum dapat meningkatkan system
komunikasi yang ada.
SARAN
Guna kesempurnaan dan pengembangan lebih lanjut maka disampaikan saran sebagai
berikut:
1. Sistem komunikasi DS-SS komponen utamanya adalah pada pembangkitan PN
sebelum dimodulasi carrier, dan PN harus mempunyai karakteristik corelasi yang
baik sehingga bila dibuat hardware faktor ini harus diutamakan.
Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik
11
Bandung, 29 – 30 Juli 2003
2. Adanya keunggulan-keunggulan yang dimiliki system komunikasi ini, maka system
komunikasi spread spectrum ini sangat tepat untuk digunakan untuk meningkatkan
system komunikasi TNI, khususnya TNI-AL.
DAFTAR PUSTAKA
Hyuck, M.Kwon. (1990), “Capacity and Cut-off Rate of Coded FH/ MFSK
Communication with Imperfect Side Information Generator”. IEEE Journal on Selected
Areas in Communication, vol 8 no 5, June 1990.
.Kaplan, E, “Frequency Hopping Takes the Leap”, Radio Resource, vol 7 no 2,
Simon, M.K; Scholtz, R.A. and Levitt, B.K. (1985), “Spread Spectrum”, Computer
Science Press.
Kimo, J.J. and Liu, Shyh-Chang. (1990), ”Maximal Length Sequences for Frequency
Hopping”, IEEE Journal on Selected Areas in Communication, vol 8 no 5, June 1990.
Small, M, “HF Amateur Band Frequency Synthesizer”, Electronic Word, vol 85 No. 1519.
Cooper, G.R. and Mc Gilem, C.D. (1988), “Modern Communication and Spread
Spectrum”, McGraw Hill,.
Ziemer, R.E. and Peterson, R.L. (1985), “Digital Communication and Spread Spectrum
System”.
12
Pemaparan Hasil Litbang 2003
Download