RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke – 7 Waktu : 7. Evaluasi Leukosit dan Interpretasinya (Lanjutan) Subpokok bahasan : a. Fungsi, produksi, kinetik sel eosinofil, sel basofil, monosit, limfosit pada hewan sehat dan hewan sakit. b. Fungsi, produksi, kinetik sel plasma pada hewan sehat dan hewan sakit. Tujuan khusus : 1. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan fungsi spesifik, kinetik sel eosinofil, basofil, monosit, limfosit pada hewan sehat dan hewan sakit. 2. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan fungsi spesifik, proses produksi, identifikasi sel, kinetik sel plasma pada hewan sehat dan hewan sakit. Metode : Kuliah dan diskusi Media : OHP Universitas Gadjah Mada 1 Tipe dan Penyebab Neutropenia Neutropenia karena kebutuhan sel neutrophil meningkat : Perakut, infeksi bakteri yang hebat - Canine peritonitis, pneumonia aspirasi, metritis - Feline peritonitis, metritis, cellulitis - Bovine mastitis, metritis, reticuloperitonitis - Equine salmonellosis Immune-mediated (?) Viremia (?) - Canine distemper dan hepatitis infeksiosa (tahap preklinik) Neutropenia karena penurunan produksi. Infeksi - Feline infectious panleukopenia, feline leukemia virus – associated panleukopenia-like syndrome , toxoplasmosis - Canine erlichiosis Kiwiawi - Intoksikasi bracken ferm (sapi) - Intoksikasi estrogen pada anjing (tahap akhir), cancer chemotherapy Genetik - Canine cyclic hematopoiesis (grey collie neutropenia). Ineffective Granulopoiesis - Feline leukemia virus-associated subleukemic granulocytic leukemia (?) Sequestration neutropenia - Anaphy laxis - Endotoxemia I. MONOSIT A. Fungsi dan Distribusi Monosit 1. Monosit berasal dan sumsum tulang, masuk sirkulasi darah, dan berubah menjadi makrophag di dalam jaringan. Universitas Gadjah Mada 2 a) Makrophag mempunyai lebih banyak granula dan enzym proteolitik dibandingkan ―precursor’ monosit. b) Makrophag dapat service dalam waktu yang lama di dalam jaringan, dan mampu membelah diri. 2. Makrophag meliputi : a) Makrophag atau histosit dalam exudat b) Makrophag dalam pleura dan peritoneal c) Makrophag dalam paru d) Histiosist dalam jaringan e) Makrophag dalam limpa, lympho nodus, dan sumsum tulang. f) Kupffer cells dalam hati 3. Monocyte-macrophage disebut pula reticuloendothelial system (tidak ada hubungannya dengan pembentukan serabut retikulitis dan bukan sel endothel). 4. Fungsi makrophag meliputi : a) Fagositosis dan digesti makromolekuler, partikulat dan debris sel. b) Mensintesis komponen-komponen tertentu, transferin, endogenous pyrogen, lysozyme dan interferon. c) Imunitas selluler B. Monocytopoiesis 1. Monocyte precursors berasal dan uni potensial stem cells. 2. Monosit dilepaskan dalam sirkulasi darah langsung dan pembelahan promonocyte dalam sumsum tulang. C. Kinetik Monosit 1. Perpindahan monosit dan distribusinya pada keadaan sehat. a) Monosit di distribusikan ke dalam darah beberapa hal tidak seperti neutrofil, yaitu Circulating Monocyte Pool (CMP) / Marginal Monocyte Pool (MMP) = 1/3,5 (pada manusia). b) Rata – rata waktu transit monosit dalam sirkulasi tidak dilaporkan pada hewan piaraan (12 jam pada manusia). 2. Monositosis Contoh : - Painful episodes (anjing, kucing) - Hyperadrenalcorticism Universitas Gadjah Mada 3 - Suppurasi/pernanahan (dalam rongga tubuh) - Nekrosis - Perdarahan internal - Penyakit hemolitik (yang ada hubungannya dengan reticuloendothelial phagocytosis) - Radang granulamatous (Aspergillus flavus) - Penurunan produksi neutrofil (neutropenia) menyebabkan naiknya jumlah monosit secara relatif. a) Hormon corticosteroid menyebabkan monositosis pada anjing, kadang – kadang pada kucing dan jarang pada spesies hewan yang lain. 1) Monositosis stress ada hubungannya dengan neutrofilia tanpa left shift, limfopenia, dan eosinopenia. 2) Exogenous corticosteroid atau ACTH menyebabkan respon identik dengan stress dan keadaan kembali normal 24 jam setelah pemberian. b) Monositosis terjadi selama ada gangguan – gangguan yang menciri dengan meningkatnya kebutuhan jaringan untuk proses fagositosis makromolekul/partikel, atau pada kondisi yang berhubungan dengan imunitas seluler, respon ini bisa berjalan akut atau kronis (penyakit kronis). c) Monositosis dapat dijumpai bersama neutropenia disebabkan hypoplasia granulopoietik. 3. Monositopenia tidak mempunyai arti klinik pada pemeriksaan leukogram. Free macrophage (dalam sirkulasi darah) : sel monosit Fixed macrophage (dalam jaringan) - histiosit jaringan - macrophage dalam pleura, paru, peritoneal - macrophage dalam lien, nodus lymphaticus, sum - sum tulang. - Kupffer cells - dalam hati Transferrin : - protein serum - berat molekul76.0O0. Universitas Gadjah Mada 4 - fungsi mentranspor Fe3+ Pyrogen : - Substansi yang dapat menyebabkan demam Pyogenic Infection : Infeksi bacteria penyebab terbentuknya pus (nanah) Misal : - Staphylococcus sp. (S. aureus) - Streptococcus sp. (S. pyogenes) Lysozyme (muramidase; peptidoglycan N-acetylmuramoylhyhrolase; EC 3.2.1.17) Enzim ini mampu menghidrolisa ikatan 13-1,4 glycosidic di antara N-acetyl muramic acid dan N-acetyl glucosamine pada peptido glycan (muco peptide) dan dinding bakteria, sehingga menyebabkan osmotic lysis bakteria. Lysozyme mempercepat aktivitas fagositik mononuclear phagocytes dan polymorphonuclear leukocytes. Interferon : Kelompok protein (interferon alpha, beta dan gamma) yang berfungsi dalam proses resistensi terhadap infeksi virus (dihasilkan oleh sel monosit dan SRE). II. EOSINOFIL A. Fungsi Eosinofil a) Eosinofil akan tertarik pada peristiwa hypersensitiftas, misalnya kasus alergik dan reaksi anafilaksis. b) Mediator kimiawi (histamin) dibebaskan oleh mast cell yang telah sensitif terhadap IgE (equivalent antibody) selama kontak dengan antigen spesifik. c) Eosinofil (antihistamin) mempunyai peranan dalam mengatasi respon hypersensitive netralisasi histamin. d) Eosinofil mempunyai parasiticidal properties yaitu anti bodi. e) Granula eosinofil mengandung profibrinolysin (plasminogen), anti histamin. f) Mempunyai kemampuan fagositik dan bakteriosidal menyerupai neutrofil. Universitas Gadjah Mada 5 B. Produksi dan kinetik eosinofil 1. Produksi eosinofil dalam sumsum tulang paralel dengan neutrofil. 2. Eosinophilic unipotensial stem cells adalah responsif terhadap colony stimulating factor (granulopoletin). 3. Eosinofil cadangan dalam sumsum tulang adalah minimum dan bila keadaan darurat (emergency) terjadi peningkatan input stem cells adalah lebih cepat dan pada neutrofi 1. 4. Waktu transit dalam darah 24-35 jam. 5. Eosinofilia (lihat penyebab eosinofilia). a) Stimulus/rangsangan yang menyebabkan terjadinya eosinofilia belum dapat dijelaskan secara persis. b) Kejadian eosinofilia adalah dimungkinkan adanya interaksi antigenantibody (IgE atau yang ekuivalen) dalam jaringan yang kaya/banyak mengandung mast cell yaitu : di kulit, paru, traktus gastrointestinal, traktus genitalis betina. c) Infestasi parasit dimana proses sensitisasi terjadi, atau dimana kontak antara jaringan hospes dengan parasit dalam waktu yang lama akan merangsang (promote) eosinofilia. Penemuan telur parasit dalam feses hewan dewasa adalah kurang menjamin terjadinya eosinofilia. d) Corticosteroid (endogenous dan exogenous), mempunyai pengaruh moderat/lumayan terjadi gangguan eosinofilogenik terjadi gambaran eosinofilia. Penyebab eosinofilia - - Kasus alergik : Asma Alergi bronchitis, sinusistis Alergi dermatitis Alergi makanan dan anafilaksis. Kasus infestasi parasit (pada hospes yang sensitif): Aeleurostrongylosis Ancylostomiasis (tahap migrasi) Universitas Gadjah Mada 6 - Ascariass (tahap migrasi) Demidicosis Dirofilariasis (cacing jantung) Ctenocephalidiosis Gangguan Eosinofilogennik (spesifik) : Eosinophilic granuloma (kucing) Eosinophilic enterocolitis (anjing Herder) Lactational milk allergy (sapi perah) Estrus (anjing) Metastatic neoplasia (kadang-kadang) - Fase kesembuhan pada beberapa infeksi akut - Leukemia granulositik - Reticulitis traumatik - Eosinophilic myositis - Agen kimiawi: Keracunan copper sulfat (kronis) Keracunan fosfor Keracunan camphor Keracunan pilocarpine 6. Eosinopenia a) Eosinopenia umumnya berhubungan dengan efek corticosteroid. b) Exogenous corticosteroid menyebabkan eosinopenia 2-3 jam setelah pemberian, dan kembali normal setelah 24 jam (72 jam jika pemberian dalam waktu panjang). c) Terapi corticosteroid dalam waktu lama menyebabkan d) penurunan produksi eosinofil maupuri pembebasari easinofil. e) Jumlah eosinofil kembali ke proporsi normal menandakan prognosa yang baik. Universitas Gadjah Mada 7 III. BASOFIL A. Fungsi Basofil 1. Degranulasi (pecah granula) basofil dan mast cell jika terjadi ikatan kompleks antigen dan IgE (atau equivalent antibody) pada permukaan selsel tersebut. Agen fIsik dan kimiawi dapat juga menyebabkan degranulasi. 2. Basofil dan mast cell merupakan sumber mediator reaksi hipersensitifitas. 3. Basofil dan mast cell adalah merupakan sumber heparin dan aktivator plasma lipoprotein lipase (plasma lipemia clearing agent). B. Produksi dan Kinetik Basofil 1. Basofil adalah jarang sekali pada kebanyakan hewan, spesies hewan yang mempunyai lebih banyak mast cell jaringan juga mempunyai lebih banyak basofil. Mast cell bukan berasal dan basofil. 2. Produksi basofil paralel dengan neutrofil, tetapi penyimpanan dalam sumsum tulang adalah minimal. 3. Basofilia a) Jumlah basofil meningkat sehubungan dengan hyperlipemia. b) Basofilia bisa bersamaan dengan eosinofilia selama stimulasi IgE (atau equivalent antibody), misalnya dirofilariasis kronik. Universitas Gadjah Mada 8 Macam tipe Immunoglobulin Nama IgG Berat mol % Karbohidrat 150.000 3 - Konsentrasi dalam plasma (g/l) 8 - 16 Fungsi immunoglobulin utama responsibel dalam humoral immunity IgA IgM - 160.000 - 900.000 8 12 1,4-4 0,5 – 2 - ada dalam sekresi - defends body surfaces - reseptor B lymphocyte - memantapkan humoral immunity IgD - 185.000 13 < 0.5 - reseptor lymphocyte IgE - 200.000 12 < 0,001 - pembebasan histamin, humoral sensitivity - sebagian besar ber- katan dengan basofil dan mast cell. IV. LIMFOSIT - Sel ini mempunyai peranan dalam respon imunitas. - Bentuk sel sphenis atau ovoid, diameter 8 – 12 µm. - Nukleus berbentuk ovoid atau menyerupai bentuk ginjal; dengan kromatin densely packed dan tenwarnai biru jelas dengan pewarnaan rutin (Giemsa atau Wright). - Sitoplasma terwarnai biru tenang dan mengandung sedikit onganela. - Dengan scanning electron microscopy, limfosit mempunyai villi - villi permukaan yang menutupi 70 - 90% permukaan sel. - Limfosit dibagi 2 : - grup limfosit B - grup limfosit T Universitas Gadjah Mada 9 Kedua macam limfosit ini tidak dapat dibedakan dengan pewarnaan rutin atau secara morfologik, perbedaannya adalah dalam peranan reaksi imunologiknya. - Dapat ditambahkan pada limfosit B dan T, ada populasi kecil dan large lymphocyte (limfosit besar) diameter 15 µm yang mempunyai granula prominen dalam sitoplasma disebut limfosit bergranula besar atau disebut Natural Killer Cells. - Limfosit yang berasal dan thymus disebut thymocyte. Limfosit ini yang menduduki jumlah terbanyak dalam tubuh. ONTOGENI (ASAL USUL) Pada kehidupan prenatal dan post natal, lymphoid stem cells berasal dan sumsum tulang dan secara kontinyu sebagai sumber sel limfosit pada thymus dan bursa fabricius pada burung (unggas). Kemudian dikenal adanya T cell precursor (mengalami perkembangan pada thymus), dan B cell precursor (mengalami perkembangan pada sumsum tulang) Primary/central lymphoid organs : - thymus supply immature - bursa fabricius lymphoid precursor - sumsum tulang Secondary/peripheral lymphoid organs : - nodus lymphaticus - lien - plexus - Peyer (pd traktus digestivus) Universitas Gadjah Mada 10 Resirkulasi melalui 1. darah 2. lymphe afferent 3. lymphe efferent 4. gabungan 2 dan 3 Resirkulasi limfosit melalul Darah, Sumsum tulang, Limphoid organs dan Jaringan tubuh yang lain Universitas Gadjah Mada 11 Universitas Gadjah Mada 12 Humoral immunity terhadap : - staphylococcus (humoral antibody; IgG, IgA, IgM, IgD, IgE) - streptococcus - pneumococcus - virus influenza - netralisasi bahan toksik yang terlarut dalam darah Cellular immunity terhadap : - penyakit viral - penyakit fungal - penyakit protozoa - tuberkulosis - kanker - penyakit auto - imunitas - penolakan transplantasi jaringan Sekresi lymphokine - Stimulated T lymphocytes mampu memproduksi secara invitro atau invivo beberapa substansi terutama yang bersifat immunologik dan mempunyai kemampuan dalam proses inflamasi atau keradangan. Substansi - substansi ini disebut lymphokine. - Activated B lymphocytes juga memproduksi lymphokine. Hampir 100 lymphokine yang berbeda telah dilaporkan. Lymphokine ini dibebaskan setelah terjadi stimulasi antigenik. Lymphokine dapat dijumpai dalam sirkulasi selama terjadi respon imunitas. - Secara fungsional lymphokine dapat di klasifikasikan atas dasar pengaruhnya terhadap sel-sel sasaran/target cells: menghambat atau cytatoxic, stimulasi atau proliferasi, dan Universitas Gadjah Mada 13 inflamasi. Lymphokine yang bersifat menghambat termasuk substansi yang dapat menyebabkan lysis misalnya lymphotoxin atau mampu menghambat proliferasi misalnya immune interferon terhadap sel-sel sasaran. Lymphokine yang bersifat menstimulasi meliputi faktor-faktor mitogenik yang ditujukan pada limfosit dan monosit, colony stimulating factors dan limphokine yang bersifat menginterakbnsikan T-B dan T-T lymphocyte. Lymphokine yang bersifat inflamasi meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan cell mediated immunity meliputi produksi, migration inhibition factor (MIF), macrophage activating factor (MAF), chemotactic factor, factor - faktor yang melibatkan permeabilitas kapiler dan system pembekuan darah. Lymphokine tersebut antara lain : - Transfer factor adalah antigen-specific, BM <10.000, dibebaskan setelah 1 jam terjadi stimulasi antigen. Substansi mi mempunyal kemampuan membuat sensitif individu normal untuk mengadakan respon imun sellular tahap awal (initiate cellular) immune response) jika telah kontak dengan antigen. Hal mi merupakan specles-spec i fic. - Migration inhibition factor (MIF) berfungsi menghambat migrasi monosit dan macrophage. Substansi ini diproduksi dalam waktu beberapa jam setelah terjadi interaksi antigen specific dengan limfosit. MIF merupakan protein atau glycoprotein dengan BM 23.000-65.000. MIF ini mempunyai sasaran pada surface receptor dan monosit dan macrophage dan menyebabkan sel-sel ini sticky, dengan adanya hambatan migrasi sel tersebut. Substansi ini juga meningkatkan kemampuan fagositik maupun kemampuan oksidatif sel monosit dan macrophage. Substansi sejenis tersebut leukocyte inhibiting factor (LIE) berfungsi menghambat migrasi sel neutrofil. - Macrophage activating factor (MAE) berfungsi meningkatkan aktifitas metabotik dan fungsi sel macrophage misalnya memperbesar sintesis protein, pembentukan lysosome, pinocytosis, phagocytosis dan kapasitas bakterisicial dan tumorisidal. Juga berpartisipasi dalam proses transformasi awal dan macrophage menjadi epitheloid dan giant cells. Proses aktivasi MAE terhadap macrophage umumnya terjadi 1-3 hari interaksi. - Mitosis stimulating factor (lymphocyte mitogenic factor atau blastogenic factor). Substansi ini dibebaskan dalam waktu 18-24 jam setelah stimulasi T-lymphocyte. Substansi merupakan protein dengan BM 15.000-50.000. Substansi ini meningkatkan blastogensis. T-lymphocyte, terutama B-lymphocyte sensitif terhadap efek substansi ini; meningkatkan respon humoral antibody. - Lymphotoxin merupakan substansi protein yang diproduksi oleh reactive lymphocyte 2-5 hari setelah kontak dengan antigen specific atau stimulasi yang bersifat non- spesifik Universitas Gadjah Mada 14 misalnya mitogen. Lymphotoxin mempunyai BM 35 .000—150.000 tergantung spesies hewan. - Interferon merupakan glycoprotein dengan BM 20.000- 160.000 diproduksi oleh limfosit termasuk B-lymphocyte setelah terjadi infeksi virus. Interferon mempunyai fungsi antiviral activity dan aktivitas biologik lain misalnya menghambat pertumbuhan tumor dan pengaturan cellular dan humoral immunity response dan peningkatan fungsi macrophage. - Interleukin-2 merupakan glycoprotein, BM 30.000 - 35.000 bekerjasama dengan T-helper cells. Substansi ini ikut berpartisipasi dalam produksi lymphokine in vitro dan cytotoxin Tlymphocyte. - Interleukin-1 disekresikan oleh activated macrophage. PLASMA CELL (SEL PLASMA) - Sebagai sel yang memproduksi humoral antibody. - Biasanya tertambat dalam jaringan lympho-reticular, jadi tidak ada dalam sirkulasi darah. - Dianggap sebagai turunan limfosit. - Plasma cell dewasa/belum dewasa mampu mensintesis protein antibody - Plasma cell meningkat pada : - Infeksi berat - penyakit kronis ditandai dengan adanya sel-sel plasma dalam sirkulasi darah (biasanya kalau ada stimulasi antigen secara kontinyu). - Sel-sel yang mempunyai respon imunologik disebut immunocytes meningkat pada hewan setelah divaksinasi - Bila ada stimulus antigen yang bersifat lokal, maka plasma cell banyak terdapat pada daerah dimana antigen itu berada atau pada nodus lymphaticus terdekat. - Bila ada stimulus antigen yang bersifat sistemik, plasma cell terdapat dalam organ limfoid terutama lien. LIMFOSITOSIS a) Limfositosis fisiologik : - kucing exitasi, takut - anjing exitasi, takut b) Infeksi kronik stimulasi antigenik terhadap T lymphocyte c) Lymphosarcoma atau infeksi virus leukemia. d) Pembengkakan nodus lymphaticus sehubungan dengan reactive hy-perplasia ----> tidak pasti ada perubahan jumlah limfosit. Universitas Gadjah Mada 15 PENYEBAB LIMFOPENIA Pembebasan Endogenous Corticosteroid - Penyakit-penyakit debilitas : amyloidosis, penyakit endokrin, infeksi ,neoplasia, penyakit hati, ginjal, pankreas, penyakit pencernaan. - Exposure panas dan dingin - Hyperadrenocort Ipism - Obstruksi: - saluran pencernaan - saluran respirasi - saluran urinasi - saluran empedu - Kejang - Shock - Operasi - Trauma Exogenous Corticosteroid & terapi ACTH Hambatan limfopoiesis - Khemoterapi kanker - Terapi corticosteroid dalam jangka panjang - Irradiasi Congenital T-cell Immunodeficiency. Note: Corticosteroids Immunosuppresive effect and lympholysis in steroidsensitive animals ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------EVALUASI LEUKOSIT I. Menghitung jumlah leukosit A. Metode penghitungan. 1. Teknik pengenceran secara manual. Nilai kesalahan bisa mencapai 20%. 2. Memakai alat automatic cell counters baik dengan cara pengenceran manual atau otomatis, merupakan cara standar dan nilai kesalahan sangat kecil. B. Faktor-faktor yang mempengaruhi penghitungan leukosit. 1. Semua sel yang berinti dalam darah terhitung, ini meliputi eritrosit berinti (misalnya normoblast). a) Deteksi eritrosit berinti memerlukan pemeriksaan apus darah; jumlah eitrosit berinti dalam 100 leukosit dicatat. Universitas Gadjah Mada 16 b) Jumlah leukosit kemudian dikoreksi sebagai berikut : Jumlah leukosit terkoreksi dan jumlah leukosit terhitung x 100 dibagi (100 + eritrosit berinti/100 leukosit). 2. Leukositosis a) Neutrofilia leukositosis b) Limfositosis dan eosinofilia 3. Leukopenia a) Leukopenia adalah paralel dengan neutropenia b) Limfopenia dan eosinopenia biasanya tidak akan menyebabkan leukopenia apabila jumlah neutrofil cukup. II. Preparat apus darah perifer A. Pendekatan sistemik untuk mengevaluasi pemeriksaan apus darah telah dikurangkan. B. Pemeriksaan morfologi leukosit. 1. Morfologi neutrofil a) Neutrofil normal, perbedaan spesies (1) Neutrofil anjing: biasanya mempunyai jarak yang pendek diantara segmen inti tanpa filamen. Sitoplasmanya berwarna pink pucat dengan granulasi lembut. (2) Neutrofil kucing menyerupai neutrofil anjing. (3) Membran nukleus sel neutrofil sapi, satu atau lebih melekuk tanpa filamen. Granula terlihat jelas. (4) Membran nukleus sel neutrofil kuda terlihat multi segmentasi. b) Peningkatan sel neutrofil muda disebut left shift (1) Inti dari neutrophil band lebih tebal/gemuk dari pada yang dewasa. Neutrophil band pada kuda mempunyai membran inti yang kasar dan pada spesies yang lain. (2) Peningkatan neutrofil muda secaraprogresif (metamyelocyte, myelocyte, progranulocyte). Intinya lebih bulat, khromatin kurang padat dan sitoplasmanya lebih berwarna basofilik (lebih gelap). c) Toxemia dapat mengganggu pendewasaan neutrofil, perubahan sitoplasmik. (1) Adanya Dochle bodies merupakan inclusion kebiruan dalam sitoplasma. Biasanya pada kucing sedang pada spesies lain adalah akibat toxemia. (2) Sitoplasma berwarna basophilia diffus dan adanya vakuola-vakuola sitoplasmik z (nampak berlobang-lobang/seperti busa) adalah akibat perubahan toksik yang berat. Dapat terjadi pada infeksi bakterial yang hebat pada banyak spesies hewan tapi ini tidak spesifik pada kucing. Universitas Gadjah Mada 17 (3) Granula toksik adalah karakteristik dengan granula sitoplasmik keunguan dan indikasi adanya toxemia hebat. Sering terjadi pada kuda. d) Hipersegmentasi inti menjadi 4 atau lebih. (1) Hipersegmentasi sebagai indikasi perpanjangan waktu transit yang terjadi pada terapi corticosteroid, hyperadrenocorticism, stadium akhir penyakit radang kronik. (2) Neutrofil mengalami hypersegmentasi raksasa, sebagai manifestasi defisiensi vitamin B12, asam folat dan defisiensi Co pada ruminansia. e) Asinskronisasi proses pendewasaan inti dan sitoplasma pada granulopolesis giat kembali dan leukemia granulositik. 2. Morfologi monosit a) Monosit selnya besar dan dapat dibedakan dengan metamyelocyte neutrophil dan limfosit besar. b) Kriteria untuk identifikasi monosit meliputi: (1) Inti yang besar memanjang atau berlobus tiga dengan kromatin seperti tali dan membran inti jelas. (2) Sitoplasma biru abu-abu. (3) Kadang-kadang sitoplasma bervakuola. (4) Inti bisa berbentuk seperti ginjal, seperti band atau metamyelocyte. (5) Kadang-kadang punya pseudopodia pendek. c) Monosit yang berubah menjadi macrophage jarang terdapat dalam darah, tetapi bisa terdapat dalam darah kapiler pada: - ehrlichiosis - histoplasmosis - leishmaniasis Macrophage adalah sangat besar, banyak sitoplasma, sitoplasma bergranuler dan bervakuola. 3. Morfologi eosinofil a) Perbedaan spesies hewan sangat menonjol. (1) Granula eosinofil anjing bervariasi bentuknya, besarnya dan jumlahnya, dan granula tidak memenuhi sitoplasmanya; granula terwarnai oranye. Vakuola sitoplasmik mungkin ditemukan. (2) Granula eosinofil kucing sangat kecil dan ellipsoid atau tipis, granula ini memenuhi sel dan terwarnai oranye. (3) Granula eosinofil sapi nampak kecil dan bulat, granula memenuhi sel dan terwarna oranye terang. (4) Granula eosinofil kuda besar, bulat dan berwarna oranye menyala. Universitas Gadjah Mada 18 b) Identifikasi sel eosinofil adalah sulit dengan pewarnaan methylene blue; granula tidak terwarnai dan nampak sebagai benda-benda refraktil berwarna kehijauan. 4. Morfologi basofil a) Granula basofil anjing berwarna keunguan dan tersebar dibandingkan dengan mast cell dimana granulanya memenuhi sitoplasmanya . b) Basofil kucing, dilaporkan granulanya mengalami degranulasi sebelum sel ini dibebaskan dari sumsum tulang, tetapi bisa juga granula tadi mengalami perubahan biokimiawi sehingga tidak terwarnai. Dalam darah, sel ini nampak lebih besar daripada neutrof il dan sitoplasmanya berwarna keabuan. c) Granula basofil sapi dan kuda mempunyai granula berwarna keunguan. 5. Morfologi limfosit a) Limfosit normal, perbedaan antar spesies. (1) Limfosit anjing adalah kecil dengan sitoplasma berwarna kebiruan, kadang-kadang sedikit mengandung granula sitoplasmik berwarna merah gelap. Inti bulat dengan kromatin yang padat, nucleoli biasanya tidak terlihat dengan pewarnaan. (2) Limfosit kucing serupa dengan anjing, Inti kadang-kadang sedikit bercelah dan granula sitoplasmik jarang. (3) Pada leukosit sapi proporsi limfosit adalah dominan. Morfologi limfosit kecil serupa pada anjing. Limfosit besar punya lebih banyak sitoplasma, ada celah nuclei dan kromatin terwarnai terang. Sering ditemukan granula sitoplasmik. (4) Limfosit kuda serupa dengan pada anjing. b) Transformed lymphocytes ( immunocytes) kadang-kadang jumlahnya sedikit dalam darah pada periode stimulasi antigenik. (1) Mungkin sebagái T-cells atau B-cells. (2) Morfologi immunocyte karakteristik dengan sitoplasma basofilik. Intl seperti pada limfosit normal. Universitas Gadjah Mada 19