BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada era modern saat ini perilaku seksual pranikah telah menjadi suatu
fenomena yang sudah tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat, dimana
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat menjadi berkurang. Hubungan seks yang
seharusnya hanya boleh di lakukan setelah seseorang terikat di dalam perkawinan
tetapi sekarang sudah di anggap wajar dalam status berpacaran. Perilaku seksual
merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan untuk
mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku, mulai dari
perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama
Sarwono (2012).
Perilaku seksual pranikah remaja cenderung meningkat, Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2002, 2007, dan 2012 dilakukan pada
remaja kelompok usia 15-19 tahun dan 20-24 tahun. Hasilnya, pada remaja 15-19
tahun perilaku dalam berpacaran itu seperti kebiasaan berpegangan tangan (70 %),
aktivitas berciuman (48,2%), dan aktivitas saling merangsang (13,6 %).Pada
kelompok usia 20-24 tahun, perilaku berpegangan tangan mencapai 88,5%,
berikutnya aktivitas berciuman (29.5 %) dan aktivitas saling meransang (31,1
%). Sebanyak 21% remaja laki-laki dan 2 % remaja perempuan dalam studi
memiliki teman yang pernah melakukan hubungan seks pranikah Kusmayanti
(2012). Setengah dari jumlah gadis muda perkotaan sudah melakukan hubungan
seksual di luar nikah Siahaan (2014).
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Berdasarkan data Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nacional
(BKKBN) tahun 2010 menunjukan bahwa 51% remaja di jabodetabek melakukan
seks sebelum menikah. Hasil survet DKT Indonesia tahun 2005 juga menunjukan
bahwa remaja di beberapa wilayah indonesia telah melakukan seks sebelum
menikah, diantaranya Surabaya 54%, di Bandung 47%, dan di medan 52%.
Sementara itu, hasil survey SKKRI TAHUN 2002/2003, bahwa remaja memilika
teman yang pernah berhubungan seksual yang berusia 14-19 tahun, dengan wanita
34,7% dan pria 30,9%. Sebesar 2,5 juta perempuan pernah aborsi pertahun, 27%
dilakukan remaja (sekitar 700 ribu), PKBI, rakyat merdeka, 2006. Bahwa estimasi
jumlah aborsi di indonesia pertahuan mencapai 2,4 jiwa, dan 800 ribu diantaranya
terjadi di kalangan remaja (BKKBN 2011).
Remaja yang berada pada fase dorongan seksual yang sedang meningkat,
selalu mencari lebih banyak informasi mengenai seks dan kesehatan reproduksi.
Kematangan seksual pada usia remaja menyebabkan munculnya minat seksual
dan keingintahuan yang tinggi tentang seksualitas. Masalah seksualitas merupakan
hal yang sudah biasa dibicarakan oleh masyarakat luas, tetapi tidak dipungkiri
bahwa pandangan terhadap seks adalah hal yang tabu dan merupakan salah satu
aspek yang membawa masalah tersendiri. Ada anggapan informasi seks hanya
menjadi konsumsi orang dewasa, bukan anak-anak dan remaja, sehingga seks
yang hadir dalam kehidupan remaja tidak dikenal secara menyeluruh.
Informasi mengenai masalah-masalah seks seringkali diperoleh tidak dari
sumber-sumber yang terpercaya. Hanya sedikit remaja yang mendapatkan
informasi tentang seluk beluk seks dari orang tuanya oleh karena itu, remaja
mencari berbagai informasi tentang seks terutama dari teman-temannya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
pendidikan seks, di sekolah dan internet (Papalia, 2014). dan mengadakan
percobaan dengan masturbasi, bercumbu atau bersenggama (Hurlock, 2007).
Perilaku seksual pranikah dapat memberikan dampak seperti hamil hingga
aborsi, sulit tidur, mimpi buruk, dimintai pertanggungjawaban akan kehamilan
dan dijauhi teman Karmila (2011). Dampak lain dari perilaku seksual pranikah
menurut Kaplan (dalam Santrock, 2014), dapat meningkatkan resiko remaja
mengalami kekerasan dalam pacaran dan dapat meningkatkan resiko terjangkit
AIDS menurut Moore & Rosenthal (2007). Perilaku seksual pranikah juga
memberikan perasaan cemas pada remaja seperti cemas akan terjadinya
kehamilan, cemas akan tertular penyakit menular seksual, cemas akan ditinggal
oleh pasangan, cemas akan penghargaan buruk dari suami di masa depan dan
cemas akan dilaporkan pada orang tua. Kecemasan ini, lebih rentan dialami oleh
perempuan.
Remaja dalam masa perkembangannya di tuntut untuk mampu memenuhi
tuntutan sosial, untuk berperilaku sesuai norma dan sesuai dengan nilai-nilai di
masyarakat. Perilaku seksual pranikah ternyata bukan merupakan perilaku yang
sesuai dengan nilai dan norma di masyarakat Indonesia, maka dari itu seharusnya
remaja mampu untuk melihat dampak negatif dari perubahan hormonal yang
terjadi pada fase perkembangan mereka. Dalam proses penentuan bagaimana
remaja berperilaku selanjutnya di pengaruhi oleh banyak faktor lain di banding
faktor biologis dan hormonal. Hal yang terlihat konsisten sebagai salah satu faktor
dalam perilaku seksual pranikah adalah peran orang tua, dalam hal ini peran orang
tua merupakan bentuk dari faktor eksternal. Hubungan orang tua remaja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan perilaku seksual
pranikah pada remaja.
Hasil penelitian dari Soetjiningsih (2008) menunjukan makin baik hubungan
orang tua dengan anak remaja nya, makin rendah perilaku seksual pranikah pada
remaja. Menurut Santrock (2011) menemukan bahwa remaja yang memiliki
kelekatan yang aman atau scure Attachment lebih sedikit terlibat dalam perilaku
yang bermasalah, seperti kenakalan remaja dan penyalah gunaan obat-obatan
terlarang jika di bandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kelekatan yang
tidak aman.
Kelekatan seorang anak perempuan dengan ayahnya merupakan ikatan
emosional yang dibentuk si anak
dengan sang ayah yang bersifat spesifik,
mengikat mereka dalan suatu kelekatanyang bersifat kekal sepanjang waktu.
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan sangat mempengaruhi proses perkembangan
remaja dimana ayah yang memberikan perhatian dan dukungan pada remaja akan
memberikan perasaan diterima, diperhatikan dan memiliki rasa percaya diri,
sehingga prosesperkembangan remaja tersebut berjalan dengan baik menurut
Sarwono (2012).
Remaja
putri
yang
memiliki
hubungan
dekat
dengan
ayahnya
kecenderungan kecil memiliki keinginan untuk melakukan hubungan seksual
dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak memiliki hubungan dekat
dengan ayahnya Regnerus dan Luchies (2006). Ketidakhadiran ayah menjadi
faktor kuat mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja Ellis (dalam
Papalia 2014). Seorang anak perempuan yang dekat dengan ayahnya cenderung
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
akan memiliki hubungan berpacaran yang
sehat karena ia akan menghargai
dirinya sebagaimana ayahnya menghargai dirinya (Abdullah, 2010).
Penelitian sebelumnya ini mempunyai beberapa perbedaan dan persamaan
dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Penelitian tentang ayah dan
perilaku seksual pranikah remaja sudah banyak dilakukan, namun pada umumnya
penelitian-penelitian tersebut diteliti terpisah. Penelitian yang hampir serupa yaitu
” Hubungan Keterlibatan Ayah dan Perilaku Seksual Pranikah pada Perempuan
Remaja Akhir” akan tetapi perilaku seksual pranikah yang di teliti adalah aspek
perilaku seksual menggunakan tekhnologi. Subjek dalam penelitian juga terdapat
perbedaan seperti penelitian Pratami (2015) yang mengambil subjek remaja akhir
yang
berada di wilayah seluruh indonesia sedangkan peneliti menggunakan
subjek remaja akhir yang berada di jabodetabek berdasarkan data Badan
Koordinasi dan Keluarga Berencana Nacional (BKKBN) tahun 2010 menunjukan
bahwa 51% remaja di jabodetabek melakukan seks
sebelum menikah. Hal
membuktikan bahwa peneliti. Sedangkan persamaan yang terdapat pada penelitian
sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama memakai alat ukur skala
seperti skala perilaku seksual, sama-sama meneliti remaja akhir dan sama-sama
menggunakan skala liekert untuk alat ukur perilaku seksual pranikah.
Dengan demikian, berdasarkan jabaran di atas, dalam penelitian ini ingin
diketahui apakah terdapat Pengaruh Attachment ayah terhadap perilaku seksual
pranikah pada remaja perempuan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul dalam penelitian ini
adalah: apakah ada pengaruh Attachment ayah terhadap perilaku seksual pranikah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Attachment ayah
terhadap perilaku seksual pranikah perempuan remaja akhir.
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai psikologi dan
memberikan informasi atau pengetahuan tentang fenomena masyarakat yang
berkembang saat ini mengenai seksual pranikah ditinjau dari Attachment
ayah.
2.
Secara Praktis
A. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk remaja
perempuan mengenai pentingnya mengenai Attachment Ayah yang
akan berdampak pada Perilaku Seksual Pranikah.
B. Penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi orangtua tentang
informasi megenai Attachment ayah dan seksual pranikah.
C. Bagi Penelitian selanjutnya hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan Attachment ayah dan perilaku seksual pranikah remaja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download