Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 299 ORIENTASI PEGAWAI BARU DAN IN-SERVICE TRAINING BAGI PERAWAT DAN BIDAN WAKTU : 1 sesi @ 90 menit TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM 1. Mendapatkan informasi dan pandangan mengenai visi, misi, tujuan organisasi dan tatalaksana dari organisasi di Rumah Sakit dan Puskesmas. 2. Memahami jenis-jenis pelayanan yang ada dan unit-unit dalam organisasi 3. Mengetahui lingkungan rumah sakit/puskesmas untuk memudahkan adaptasi sebelum memulai pekerjaan dalam waktu yang singkat. 4. Memahami pentingnya menjalin hubungan professional antara perawat dan bidan dengan tim kesehatan lainnya dalam kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Meningkatkan kemampuan kinerja klinis perawat dan bidan dalam memberikan asuhan/pelayanan prima Tujuan Instruksional Khusus 1. Terciptanya suasana kerja yang kondusif, sehingga pegawai baru dapat bekerja dengan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Meningkatkan pemahaman perawat dan bidan dalam menganalisa kebutuhan akan pentingnya pelatihan dalam jabatan. 3. Meningkatkan pengetahuan perawat dan bidan dalam mengelola suatu pelatihan. 4. Meningkatkan pemahaman dan ketrampilan dalam menyusun suatu proposal pelatihan WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 300 Materi A. Orientasi Pegawai Baru 1. Lingkup organisasi dan struktur 2. Kebijakan, prosedur dan regulasi 3. Tanggung jawab kerja Perawat dan Bidan 4. Teknik dan orientasi B. In-Service Training 1. Definisi Pelatihan dalam pekerjaan 2. Prinsip-prinsip pengembangan pelatihan dalam pekerjaan 3. Langkah-langkah dalam merancang program pelatihan. 4. Beberapa metoda dalam menegembangkan pelatihan. 5. Evaluasi pelatihan. 6. Tugas keperluan pelatihan Metoda 1. Kuliah singkat 2. Penugasan 3. Kerja Kelompok 4. Diskusi Pleno WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 301 RENCANA PENGAJARAN SESI I BAGIAN A Topik : Orientasi Pegawai Baru Metoda : Kuliah Singkat Waktu : 20 menit BAGIAN B Topik : In- Service Training Metoda : Kuliah Singkat Waktu : 30 menit BAGIAN C Topik : Penyusunan Proposal Metoda : Kerja Kelompok - Presentasi Waktu WHO : 40 menit SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 302 MATERI ORIENTASI PEGAWAI BARU DAN IN-SERVICE TRAINING BAGI PERAWAT DAN BIDAN Pengertian Orientasi adalah memberikan informasi yang berhubungan dengan lingkungan kerja baru dalam suatu organisasi, meliputi organisasi tata laksana, kebijakan, tugas, fungsi, tanggung jawab dan wewenang bagi pegawai baru. Lingkungan kerja merupakan hal penting bagi pegawai baru untuk diketahui serta dipahami dengan jelas, sehingga mempermudah penyesuaian dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya baik di rumah sakit maupun di puskesmas. Melalui orientasi pada awal penugasan diharapkan perawat atau bidan baru akan merasa lebih siap dalam menerima tanggung jawab, serta dapat bekerja dengan penuh percaya diri karena telah dengan jelas mengetahui situasi, kondisi,peraturan, hak dan kewajibannya. Dengan demikian pelaksanaan tugas akan tetap mengarah pada pelayanan yang professional. Program orientasi bagi pegawai baru termasuk pegawai lama yang dipindahkan keruangan atau unit baru, bila dirancang dengan baik diharapkan dapat mengatasi berbagai issue yang muncul dan membantu pegawai bersangkutan lebih cepat menyesuaikan diri dalam memenuhi tanggung jawab dan akontabilitas mereka terhadap tugas yang dibebankan kepada mereka. Sasaran Program Orientasi Sasaran program orientasi adalah setiap perawat dan bidan baru dan perawat atau bidan yang akan pindah ke unit lain di rumah sakit dan puskesmas. WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 303 Langkah-Langkah Dalam Program Orientasi A. Orientasi Organisasi 1. Struktur organisasi dan tata laksana dalam pelayanan di rumah sakit/puskesmas. 2. Misi, visi, prinsip dan tujuan organisasi dan pelayanan di rumah sakit/puskesmas. 3. Jenis-jenis pelayanan atau program yang tersedia atau dilaksanakan. 4. Fasilitas-fasilitas yang ada di rumah sakit/puskesmas. 5. Prosedur yang digunakan untuk pemeliharaan fasilitas-fasilitas rumah sakit /puskesmas. 6. Sistem pengamanan dan ketertiban termasuk peraturan di rumah sakit/puskesmas. B. Orientasi Kebijakan tentang Manajemen SDM 1. Wewenang dan larangan 2. Hak dan kewajiban pegawai (insentif, libur, cuti, pensiun, kesejahteraan) 3. Sistem penghargaan dan sanksi 4. Sistem pengembangan staf 5. Sistem evaluasi kinerja staf C. Orientasi Tugas Personal (Perawat dan Bidan) 1. Program pelayanan keperawatan dan kebidanan 2. Diskripsi pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. 3. Batas kewenangannya. 4. Kode etik profesi keperawatan dan kebidanan 5. Dukungan standar keperawatan dan kebidanan 6. Program pemasaran dan kepuasan konsumen. 7. Fasilitas peralatan kesehatan yang tersedia. 8. Prosedur pemeliharaan fasilitas atau perawatan/kebidanan. WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 304 9. Berbagai SOP asuhan/pelayanan, antara lain prosedur: Keluar- masuk pasien di rumah sakit/puskesmas. Sistem pengendalian infeksi nosokomial dan kasus nosokemistri Persiapan dan perawatan pasen operasi (kasus bedah) Persiapan pemeriksaan medik Prosedur tindakan-tindakan seperti resusitasi dari kardio pulmonary/RKT, pertolongan melahirkan, instalasi: NGT, kateter, O2, infus, transfusi darah, dll. D. Orientasi Lapangan Pegawai baru tersebut diberikan orientasi langsung ke lapangan di semua ruangan rawat inap dan rawat jalan serta instalasi di lingkungan rumah sakit dan untuk lapangan puskesmas, selain di puskesmas itu sendiri perlu diperkenalkan daerah binaan, pustu/polindes, posyandu dll. E. Orientasi Khusus ke Ruangan (dimana mereka ditempatkan). 1. Organisasi dan tata ruang dari ruang-ruang perawatan 2. Fasilitas-fasilitas dan peralatan yang tersedia untuk ruang-ruang perawatan 3. Perkenalan dengan semua staf di ruangan atau unit layanan tersebut. 4. Tugas dan tanggung jawab serta wewenangnya dalam ruangan baru tersebut 5. Prosedur administrasi atau tindakan klinis keperawatan/kebidanan yang berlaku di ruangan/program serta dokumen pendukungnya. 6. Model penugasan, tata cara kerja dan hal-hal lain yang berlaku. Evaluasi Orientasi Evaluasi dalam program orientasi merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan hasil kerja klinis yang profesional. Kepala ruangan bertanggung jawab terhadap proses WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 305 adaptasi serta perkembangan para perawat dan bidan baru, baik dalam hal kemampuan dan perilakunya. Evaluasi perlu diadakan setiap minggu atau 2 kali seminggu untuk kemajuan yang dihasilkan selama periode 3 bulan. Batas waktu diperlukan untuk mendapatkan standar minimal dari kapabilitasnya dari setiap perawat dan bidan baru yang masih dalam masa orientasi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan alat evaluasi (check-list) sesuai kebutuhan dan dilaporkan kepada yang berwenang. Laporan Orientasi Laporan orientasi dibuat oleh kepala ruang untuk mendapatkan data yang objektif tentang kemajuan dan kapabilitas yang telah diraih oleh setiap perawat/bidan baru, sehingga dapat diketahui seberapa jauh tujuan dari orientasi telah dapat diraih yang akan diperlukan untuk pengambilan keputusan selanjutnya. Kesimpulan Orientasi merupakan program penting yang perlu dipersiapkan dan diberikan kepada para perawat/bidan baik yang baru atau maupun pindahan yang akan melaksanakan tugas-tugas di rumah sakit/puskesmas. Materi-materi orientasi disesuaikan dengan tujuan, kebijakan, rumah sakit/puskesmas. Dalam konteks ini, kelengkapan orientasi bagi setiap perawat baru atau seseorang yang akan melaksanakan tugas-tugas baru akan dapat mengetahui tugas-tugas yang akan menjadi tanggung jawab mereka, dengan demikian, diharapkan mereka akan dapat melaksanakan tugas-tugas dengan lancar dan memberikan kontribusi profesionalnya untuk pencapaian misi, visi, prinsip dan tujuan dari rumah sakit/puskesmas. Program In – Service Training (Pelatihan dalam Jabatan ) Penerapan SPMKK yang berorientasi pada kinerja klinis bagi perawat dan bidan, tidak dapat dipisahkan dari program peningkatan kualitas sumber daya manusianya (SDM) sebagai salah satu strategi organisasi dalam meningkatkan kinerja suatu organisasi. WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 306 Peningkatan SDM dapat melalui pelatihan (training) sangat penting untuk meningkatkan serta mempertahankan profesionalisme perawat dan bidan. Dalam jangka pendek pelatihan merupakan suatu cara yang cukup strategis dalam membantu upaya peningkatan SDM suatu organisasi baik di rumah sakit maupun di puskesmas. Program pelatihan yang direncanakan dan berkesinambungan dapat mendorong perawat dan bidan untuk meningkatkan serta mempertahankan profesionalismenya, dan pada akhirnya akan berdampak pada kinerja perawat dan bidan dan pada akhirnya akan dapat peningkatan mutu pelayanan. Pengertian Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para pakar dan dibawah ini akan dikemukakan dua pengertian saja yaitu: Menurut Michael J. Jacius, istilah ‘training’ yang dipergunakan disini adalah untuk menunjukkan setiap proses dalam mengembangkan bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai agar dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Pelatihan adalah suatu usaha untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan dalam pekerjaannya sekarang dan dalam pekerjaan lain yang terkait dengan yang sekarang dijabatnya, baik secara individu maupun sebagai bagian dari sebuah team kerja. ( DR.Achmad.S.Ruky, 2001) Kata pelatihan (training) sering dirancukan dengan kata pengembangan (development). Pelatihan dilakukan dalam jangka pendek, dalam hal ini ada dua katagori yaitu pelatihan bagi calon pegawai disebut “ Pre-service training” dan pelatihan bagi pegawai yang sudah bekerja disebut dengan istilah “In-service training”. Pengembangan adalah suatu program yang merujuk pada penyediaan kesempatan belajar bagi staf untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang dan tidak dibatasi pada pekerjaan yang dijabatnya sekarang. Prinsip-prinsip Pelatihan Agar pelatihan menjadi efektif dan efisien, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pelatihan sebagai berikut : WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 307 1. Kemandirian Setiap organisasi dituntut untuk menentukan jenis pelatihan berdasarkan kebutuhan dilingkungan organisasinya. Hal ini disebabkan organisasi lebih mengetahui kebutuhan pelatihan dalm rangka peningkatan kemampuan SDM dalam organisasinya, yang terkadang bersifat spesifik. 2. Difokuskan pada kemampuan pelaksanaan pekerjaan Pelatihan berfokus pada pekerjaan yang secara langsung akan dapat meningkatkan kemampuan staf dalam meningkatkan kualitas pekerjaannya. 3. Mendekatkan dan mempercepat pelatihan Peningkatan kemampuan SDM sangat diperlukan dalam menunjang penyelesaian tugas yang bersifat spesifik. Oleh karena itu pelatihan ini hendaknya dilaksanakan, tanpa menunggu adanya pelatihan dari instansi lain. 4. Dukungan Pimpinan Pelatihan akan menjadi efektif bila mendapat dukungan dan komitmen yang kuat dari pimpinan organisasi, termasuk pemantauan dan evaluasi program pelatihan dan kelangsungannya. 5. Keterlibatan aktif peserta Dalam perencanaan dan pelaksanaan pelatihan akan efektif bila para peserta terlibat aktif. Keterlibatan aktif peserta ini sangat mendukung keberhasilan pelatihan dan evaluasi serta kesinambungannya. Keterlibatan penuh dalam proses pembelajaran akan memungkinkan tumbuhnya motivasi bagi peserta atau staf di suatu organisasi. 6. Tidak mengganggu aktivitas pekerjaan rutin Pelaksanaan pelatihan diusahakan tidak mengganggu pekerjaan dan atau pelayanan yang berlangsung. Hal ini berarti pelaksanaan suatu pelatihan memerlukan pengaturan tenaga yang memungkinkan pelaksanaan tugas rutin tetap berjalan dengan baik. 7. Pembelajaran melekat pada pekerjaan Untuk proses pembelajaran dalam pelatihan hendaknya dilakukan dan tetap berhubungan serta memberi arti bagi pekerjaannya. Perlu diingat bahwa setiap tugas mengandung konsekuensi tanggung jawab, oleh karena itu proses pembelajaran yang melekat pada tugas akan lebih mudah dalam penerapannya. WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 308 8. Variasi metoda pembelajaran Tidak ada satu metoda pembelajaran yang efektif, namun metoda yang digunakan dalam suatu pelatihan diusahakan bervariasi, dengan tujuan agar lebih mudah dipahami dan lebih mudah diterapkan dalam situasi pekerjaannya. Kurangi metoda ceramah, tetapi lebih banyak latihan. Latihan melalui kelompok kerja dan diskusi pleno. 9. Memanfaatkan sumber daya yang ada Diupayakan memanfaatkan secara optimal sumber daya (SDM, fasilitas, peralatan) yang ada dalam organisasi, kecuali tidak memungkinkan, baru didatangkan dari luar organisasi. 10. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif Pembelajaran organisasi (organizational learning) saat ini menjadi sangat penting dan merupakan suatu keharusan, mengingat semakin derasnya tuntutan akan perubahan mutu pelayanan. Langkah-langkah Merancang Pelatihan Tanggung jawab pelatihan sebaiknya diberikan kepada seorang Koordinator untuk menyelenggarakan suatu pelatihan. Tugas koordinator meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan. Tahap rancangan penyusunan program: 1. Pengkajian kebutuhan pelatihan (Training Need Assessment), memperoleh informasi apakah pelatihan memang diperlukan oleh organisasi. Identifikasi kebutuhan apa yang sesungguhnya diperlukan serta pada bidang yang mana: pengetahuan, ketrampilan dan apa yang ingin dicapai. Kebutuhan akan pelatihan adalah kesenjangan antara tingkat kompetensi yang diharapkan dengan yang sudah dimiliki sekarang. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat daftar (list) kompetensi dan membandingkan kinerja atau prestasi aktual dengan dari seorang atau kelompok karyawan dengan dari suatu unit kerja dengan standar yang ditetapkan. Setiap selisih (discrepancy) yang ditemukan mengindikasikan adanya kebutuhan akan pelatihan. Namun harus dipastikan apakah kesenjangan yang WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. terjadi benar disebabkan karena faktor Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 309 “kemampuan” yang kurang, maka jawabannya adalah pelatihan, tetapi bila disebabkan oleh faktor ”kemauan” jawabannya adalah konseling atau pembinaan. 2. Identifikasi sumber daya dan fasilitas yang ada dalam organisasi yang dapat dimanfaatkan untuk terselenggaranya pelatihan. 3. Menyusun proposal program pelatihan, termasuk evaluasi dan biaya yang diperlukan. 4. Mengkomunikasikan rencana pelatihan kepada semua jajaran yang akan dilibatkan. 5. Melaksanakan program pelatihan sesuai dengan rencana. 6. Memantau dan mengawasi pelaksanaan program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 7. Mengevaluasi proses dan hasil pelatihan guna mendapatkan balikan (feedback). 8. Membuat laporan penyelenggaraan pelatihan dan hasilnya, termasuk rencana tindak lanjut untuk mengetahui dampak suatu pelatihan bagi organisasi dan pesertanya. Beberapa Metoda Pelatihan Selain pelatihan yang dilakukan di dalam ruangan (kelas) untuk membahas beberapa jenis materi dengan metode kuliah singkat serta penugasan atau latihan keterampilan, workshop lapangan dll. Ada beberapa metoda lain yang dapat dilakukan dalam organisasi, sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan, organisasi langsung di tempat kerja, salah satunya adalah refleksi diskusi kasus (RDK) yang akan dibahas dalam materi tersendiri. Beberapa metoda lainnya yaitu: 1. Self-learning (belajar sendiri) Belajar secara mandiri merupakan suatu pembelajaran melalui modul, yaitu materi yang berisi langkah-langkah proses belajar yang sistematis. Modul disusun sedemikian rupa, sehingga peserta atau pembaca modul dapat dengan mudah dituntun untuk mempelajarinya langkah demi langkah. Peserta harus mengikuti langkah-langkah atau tahapan yang ada dalam modul tersebut. Dalam menggunakan modul, diperlukan adanya narasumber atau instruktur yang dapat memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta. Setelah mengikuti pembelajaran melalui modul, biasanya diikuti dengan lembar evaluasi, untuk menilai seberapa jauh para peserta dapat memahami isi WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 310 modul tersebut. Kelebihan dari cara pembelajaran ini adalah menjamin kemampuan belajar tiap peserta, dapat menjangkau banyak peserta serta dengan cepat dapat menilai kecakapannya. Sedangkan kelemahannya, memerlukan banyak waktu dalam menyusun modul dan biaya pembuatan modul tinggi. Dalam hal ini diperlukan motivasi yang kuat dari peserta untuk belajar. 2. Tutorial Tutorial adalah suatu metoda dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan tugas baca pada suatu kelompok dengan topik tertentu yang kemudian didiskusikan dalam kelompok tersebut. Tujuan dari cara ini adalah untuk memantapkan pemahaman peserta terhadap materinya. Untuk tercapainya tujuan tersebut diperlukan referensi atau buku-buku dan waktu yang cukup untuk pembahasan, tutor/nara sumber. Dalam sistem ini peserta berinteraksi melalui diskusi ilmiah berdasarkan referensi yang tersedia dan hasilnya disusun dalam suatu makalah untuk kemudian dipresentasikan. Kelebihan metoda ini adalah analisis suatu topik dibahas secara mendalam, sehingga menjamin dasar ilmiahnya dan terjadinya interaksi dalam kelompok. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan nara sumber yang menguasai materi dan waktu pembahasannya lama (1 – 4 minggu per topik). 3. Studi Kasus Studi kasus adalah suatu metode pembelajaran dengan mengajak peserta menganalisis masalah dan memilih alternatif-alternatif pemecahan masalah. Metode ini bertujuan untuk membantu peserta mengembangkan daya intelektualnya dan keterampilan berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis, dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Kasus yang dibahas harus memberikan pengalaman yang realistik, aktual, praktis, dan mempunyai keterkaitan dengan ruang lingkup pekerjaannya. Pemilihan kasus perlu mempertimbangkan latar belakang pendidikan peserta. Penggunaan metoda ini didahului dengan penjelasan mengenai prinsip-prinsip pendekatan dan pemecahan masalah, sehingga peserta dapat mengembangkan kemampuannya untuk menganalisis suatu permasalahan. Agar terjadi interaksi yang optimal, sebaiknya peserta dibagi dalam kelompok kecil dan hasil pembahasan tiap WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 311 kelompok dievaluasi serta dibuatkan suatu rangkuman. Kelebihan dari metoda ini adalah terjadinya pertukaran pendapat antara peserta dan kemungkinan ditemukannya alternatif pemecahan masalah. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan waktu yang lama untuk pembahasannya secara tuntas, terkadang dapat menimbulkan frustasi bila tidak ditemukan alternatif pemecahannya. 4. Gugus Kendali Mutu (GKM) GKM merupakan penerapan dari falsafah Total Quality Management (TQM) dalam melakukan proses perbaikan kinerja staf secara terus menerus, melalui suatu wadah yang melibatkan staf pada tingkat pelaksana dalam kelompok kecil (3-8 orang) dan berada dalam satu lingkup kerja yang sama. Kelompok ini dilandasi rasa sukarela untuk mengadakan pertemuan secara teratur dalam memecahkan suatu masalah. Tujuan dari GKM ini adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan semua staf berperan serta dalam memecahkan masalah di tempat kerjanya, guna meningkatkan mutu dan produktifitas kerja. Kelompok GKM memilih seorang pemimpin pertemuan dan salah satu anggota yang mencatat. Masalah yang diangkat adalah masalah yang ditemukan di tempat kerja, yang berkaitan dengan mutu dan produktifitas kerja, serta sangat mungkin ditemukan melalui survei kepuasan pasen. Pendekatannya menggunakan: Plan – Do – Check – Action (PDCA) dan alat pengendali mutu seperti: analisis sebab-akibat (fish-bone analysis), diagram pareto, bagan pengendali dan lembar pengecekan. Kelompok secara bersama-sama akan melaksanakan proses pemecahan masalah, sehingga dapat menghasilkan standar kerja baru. Kelebihan metoda ini adalah masalah dapat dipecahkan secara tepat dan spesifik. Kelemahannya adalah memerlukan fasilitator yang menguasai tehnik pemecahan masalah, team building dan berkomunikasi efektif, tehnik statistik serta memerlukan waktu yang cukup lama untuk memecahkan satu masalah. Masih banyak lagi metoda yang dapat digunakan untuk mengembangkan staf, seperti coaching atau job training, dll. WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 312 Evaluasi Pelatihan Evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari program pelatihan, mengingat telah banyak menghabiskan waktu, energi, serta biaya untuk pelaksanaannya. Agar pelatihan tidak sia-sia, suatu langkah evaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara teratur. Evaluasi suatu program pelatihan diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap staf terjadi dan seberapa besar penerapannya dalam memberikan arti atau pengaruh pada dirinya, kelompok dan organisasinya. Pengertian Evaluasi Pelatihan Evaluasi pelatihan adalah suatu proses untuk menentukan kemajuan suatu program pelatihan dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan Evaluasi Pelatihan 1. Menemukan dan menganalisa informasi mengenai pencapaian tujuan dalam jangka pendek dan jangka panjang. 2. Mengetahui pengaruh program pelatihan terhadap kinerja hasil implementasinya. 3. Mengetahui dengan cepat kemungkinan utnuk perbaikan dan sinkronisasi program pelatihan sesuai dengan perkembangan situasi dalam organisasi. Implementasi Evaluasi Pelatihan Terdapat tiga langkah evaluasi pelatihan dengan menggunakan instrumenn evaluasi dan rancangannya tergantung dari langkah evaluasi apa yang akan dilakukan. Langkah langkah tersebut antara lain: 1. Evaluasi awal pelatihan; disediakan sebelum pelatihan dimulai dengan tujuan untuk (1).Mengetahui reaksi peserta terhadap materi yang diberikan; (2). Mengetahui tingkat pengetahuan atau tingkat kompetensi teknis peserta; (3). Sebagai informasi bagi pelatih. 2. Evaluasi proses pelatihan. Tujuannya adalah (1). Mengetahui reaksi peserta terhadap sebagian atau keseluruhan program pelatihan; (2). Mengetahui hasil pembelajaran WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 313 peserta; (3). Mengantisipasi tindakan tertentu ketika diperlukan untuk mengambil langkah-langkah perbaikan. 3. Evaluasi program pelatihan. Tujuannya adalah (1). Mengetahui hasil pelaksanaan pelatihan dan pengaruhnya terhadap kinerja serta masalah-masalahnya; (2) Mengetahui opini pemimpin dan bawahan peserta mengenai hasil pelatihan; (3). Mengetahui hubungan hasil pelatihan serta dampaknya bagi organisasi di tempat peserta bekerja. Evaluasi setelah pelatihan pada tingkat perilaku dalam pekerjaan sangat penting, karena belum tentu pengetahuan dan pengalaman pembelajaran yang diperoleh dapat diterapkan dalam pekerjaan, tetapi perilaku yang baik dalam pekerjaan merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap. Untuk mengetahui seberapa jauh peserta mengadakan perubahan perilaku dalam pekerjaan setelah mengikuti pelatihan, evaluasi hendaknya dilaksanakan oleh beberapa pihak, antara lain: peserta sendiri, atasan peserta, bawahan peserta, teman sekerja dan pasen serta masyarakat. Salah satu tehnik evaluasi setelah pelatihan yang berhubungan dengan perilaku adalah pendekatan terhadap evaluasi, dengan 3 langkah evaluasi: a. Evaluasi oleh peserta segera setelah pelatihan dengan menggunakan daftar isian. b. Evaluasi oleh peserta 4 bulan setelah pelatihan dengan menggunakan daftar isian c. Evaluasi peserta dengan supervisornya 6 bulan setelah pelatihan dengan tehnik wawancara terpola dan pertanyaannya meliputi: tujuan pelatihan, metoda,isi dan pendapat mengenai penerapannya. Laporan Evaluasi Pelatihan Laporan evaluasi adalah informasi tertulis tentang aktifitas training, berfokus pada evaluasi dengan cara yang sistematis,yang berisi analisa dari evaluasi. Laporan evaluasi meliputi,(1) pendahuluan, (2) Data dan fakta, (3) Masalah-masalah yang muncul, (4) kesimpulan dan saran. WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 314 Evaluasi Proses 1. Sebutkan apa pengertian tentang in service training dan perbedaannya dengan pengembangan. 2. Jelaskan langkah pertama dalam merencanakan in-service training. 3. Sebutkan beberapa metoda pelatihan yang dapat dilakukan ditempat kerja, dan jelaskan salah satu diantaranya. 4. Mengapa evaluasi pelatihan diperlukan setelah 4- 6 bulan. 5. Sebutkan langkah – langkah evaluasi pelatihan. Penugasan Kelompok 1. Peserta dibagi dalam kelompok kerja masing- masing. 2. Identifikasi bidang-bidang yang mungkin memerlukan pelatihan. 3. Buat proposal pelatihan untuk tiap-tiap kelompok kerja dari satu institusi. Kesimpulan Sehubungan dengan penjelasan diatas, pelatihan dalam jabatan (In-Service Training) sangat mungkin dikembangkan, tergantung dari kebutuhan organisasi, dengan memanfaatkan sumber-sumbsr yang dimiliki secara optimal. Memilih metoda yang tepat juga sangat berpengaruh untuk suatu pelatihan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat kerja dari organisasi tersebut. Mungkin dalam hal tertentu tidak memerlukan investasi yang terlalu besar, namun prioritas tetap diberikan pada kebutuhan spesifik dan mendesak. Prinsip dari suatu program pelatihan adalah pembelajarannya harus berhubungan dengan tugas-tugas dari para peserta, dalam rangka meningkatkan kinerja klinik perawat dan bidan pada lingkungan kerjanya.Program pelatihan perlu disertai dengan evaluasi. WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003 Materi Pelatihan Orientasi & In-Service Training 315 KEPUSTAKAAN Di Vincenti,M (1972), Administrering Nursing service, Little, Brown and Company, Boston, USA Moekijat , Drs (1993 ), Evaluasi Pelatihan, Dalam Rangka Peningkatan Produktifitas (Perusahaan) Penerbit Mandar Maju Bandung DR.Achmad.S.Ruky (2001) , Sistem Managemen Kinerja, Panduan Praktis untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta . WHO SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003