model pembelajaran berbasis proyek

advertisement
BUKU
PEDOMAN, PANDUAN, MODUL
PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
BAGI GURU OLAHRAGA
SEKOLAH DASAR
SE- KABUPATEN BANDUNG BARAT
MATA PELAJARAN :
PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT
2017.
KATA PENGANTAR
Lahirnya kurikulum 2013 menimbulkan berbagai masalah di kalangan guru-guru,
termasuk guru penjas. Salah satu masalah yang timbul adalah guru penjas kesulitan
mengimplementasikan
pendekatan
pembelajaran
Scientifiec
sebagaimana
diamanatkan oleh Kurikulum 2013. Beberapa diantara penyebab kesulitan tersebut
adalah guru kurang memahami isi kurikulum 2013, kurang memahami konsep
Scientifiec, belum mendapatkan penjelasan utuh dan lebih-lebih karena pendidikan
jasmani merupakan mata pelajaran unik, berbeda dari mata pelajaran lainnya.
Salah satu cara mengatasi permasalahan tersebut di atas adalah perlunya ekspose
hasil penelitian tentang disain implementasi pendekatan Scientific dalam
pembelajaran penjas. Terdapat disain implementasi pendekatan Scientific dalam
pembelajaran penjas dan masih tetap relevan dengan kurikulum 2013 diantaranya
pendekatan
inquiry,
Play-Teach-Palay
(PTP),
Teaching
Responsibility (TPSR), Brain Based Learning (BBL) dan lain-lain.
Personal
Social
DAFTAR ISI
Materi
1. Pembelajaran Scientific dalam Pendidikan Jasmani
2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
4. Pendidikan Jasmani Berbasis Kerja Otak
Best Practices Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani
1. Skenario Pembelajaran Berbasis Proyek Pendidikan Jasmani
2. Skenario Pembelajaran Pendidikan Jasmani Model Hellison
3. Skenario Pembelajaran Pendidikan Jasmani Model Inkuiri
4. Skenario Pembelajaran Pendidikan Jasmani Model Play Teach Play
Psikomotor)
PEMBELAJARAN SCIENTIFIC DALAM PENDIDIKAN JASMANI
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
(PROJECT BASED LEARNING - PjBL)
Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013: PJOK . Pusat Pengembangan
Profesi Pendidik BPSDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Kemendikbud .
Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan ketrampilan (Kemendikbud, 2013). Penekanan pembelajaran
terletak pada aktivitas-aktivias peserta didik untuk menghasilkan produk dengan
menerapkan
keterampilan
meneliti,
menganalisis,
membuat,
sampai
pada
mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk
yang dimaksud adalah hasil proyek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya
seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini memperkenankan
pesera didik untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam
mengkostruksikan produk nyata.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan
proyek
sebagai
langkah
awal
dalam
mengintegrasikan
pengetahuan
dan
keterampilan baru berdasarkan pengalaman nyata. Pembelajaran berbasis proyek
dilakukan
secara
sistematik
yang
mengikutsertakan
peserta
didik
dalam
pembelajaran sikap, pengetahuan dan keterampilan melalui investigasi dalam
perancangan produk. Pembelajaran berbasis proyek merupakan pendekatan
pembelajaran inovatif yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatankegiatan yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir kritis dan mampu mengembangkan
kreativitasnya melalui pengembangan inisiatif untuk menghasilkan produk nyata
berupa barang atau jasa.
Pada pembelajaran, peserta didik terlibat secara aktif dalam memecahkan masalah
yang ditugaskan guru dalam bentuk suatu proyek. Peserta didik aktif mengelola
pembelajarannya bekerja secara nyata untuk menghasilkan produk yang nyata.
Pembelajaran berbasis proyek dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan
mengarahkan peserta didik lebih kolaboratif ketimbang bekerja sendiri-sendiri. Di
samping itu pembelajaran dapat juga dilakukan secara mandiri melalui bekerja
mengkonstruk pembelajarannya melalui pengetahuan serta keterampilan baru, dan
mewujudkannya dalam produk nyata.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek
Tujuan yang diharapkan dari pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran.
2. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek.
3. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang
kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.
4. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/proyek.
5. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat
kelompok.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran dengan menggunakan tugas
proyek sebagai metode pembelajaran. Para peserta didik bekerja secara nyata,
seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara nyata atau
realistis. Prinsip yang mendasari pada pembelajaran berbasis proyek adalah:
1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas proyek
pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
2. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau
topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
3. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara authentic dan menghasilkan
produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang
disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya).
4. Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan
umpan balik untuk perbaikan produk.
Contoh proyek yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran berbasis proyek
diantaranya sebagai berikut:
o Membuat rangkaian variasi dan kombinasi gerak berirama pada senam aerobik.
o Membuat rangakaian gerak pada senam.
o Membuat pola penyerangan dan pertahanan pada permaianan olahraga.
o Ada fakta setelah dilakukan tes kebugaran jasmani ternyata didapat tingkat
kebugaran perserta didik berada pada level yang rendah, pada kasus ini guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat mengarahkan kepada peserta didik
untuk dapat mengatasi masalah pada pembelajaran. dengan menugaskan peserta
didik untuk membuat program latihan kebugaran jasmani.
o Membuat modifikasi peraturan permainan dalam olahraga.
o Membuat laporan kunjungan (event task).
Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek
Tujuan yang diharapkan dari pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran.
2. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek.
3. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang
kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.
4. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/proyek.
5. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat
kelompok.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran dengan menggunakan tugas
proyek sebagai metode pembelajaran. Para peserta didik bekerja secara nyata,
seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara nyata atau
realistis. Prinsip yang mendasari pada pembelajaran berbasis proyek adalah:
1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas proyek
pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
2. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau
topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
3. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara authentic dan menghasilkan
produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang
disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya).
4. Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan
umpan balik untuk perbaikan produk.
Contoh proyek yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran berbasis proyek
diantaranya sebagai berikut:
o Membuat rangkaian variasi dan kombinasi gerak berirama pada senam aerobik.
o Membuat rangakaian gerak pada senam.
o Membuat pola penyerangan dan pertahanan pada permaianan olahraga.
o Ada fakta setelah dilakukan tes kebugaran jasmani ternyata didapat tingkat
kebugaran perserta didik berada pada level yang rendah, pada kasus ini guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat mengarahkan kepada peserta didik
untuk dapat mengatasi masalah pada pembelajaran. dengan menugaskan peserta
didik untuk membuat program latihan kebugaran jasmani.
o Membuat modifikasi peraturan permainan dalam olahraga.
o Membuat laporan kunjungan (event task).
o Membuat modifikasi peralatan pedidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
Dalam pembelajaran berbasis proyek peserta didik diberikan tugas dengan
mengembangkan tema/topik dalam pembelajaran, dengan melakukan kegiatan
proyek yang realistik. Di samping itu, penerapan pembelajaran berbasis proyek akan
mendorong tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri,
serta berpikir kritis dan analitis pada peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran
berbasis proyek seperti terlihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1: Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
Keser & Karagoca (Kemendikbud, 2013)
Berdasarkan Gambar 1.1. kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Penentuan proyek: Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik
proyek bersama guru. Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menentukan
proyek yang akan dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan
catatan tidak menyimpang dari tema.
2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek: Peserta didik merancang
langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta
pengelolaannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi perumusan tujuan dan hasil
yang diharapkan, pemilihan aktivitas untuk penyelesaian proyek, perencanaan
sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas proyek, dan kerja
sama antar anggota kelompok.
3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek: Peserta didik dengan pendampingan
guru melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama
proyek itu harus diselesaikan tahap demi tahap.
4. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru: Langkah ini
merupakan pelaksanaan rancangan proyek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat
dilakukan dalam kegiatan proyek di antaranya dengan: (a) membaca, (b) membuat
disain, (c) meneliti, (d) menginterviu, (e merekam, (f) berkarya, (g) mengunjungi
objek proyek, dan/atau (h) akses internet. Guru bertanggung jawab membimbing
dan memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek mulai proses
hingga penyelesaian proyek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang
akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas proyek.
5. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek: Hasil proyek
dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, disain, karya seni, karya
teknologi/prakarya, dan lain-lan dipresentasikan dan/atau dipublikasikan kepada
peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk presentasi, publikasi,
dan pameran produk pembelajaran.
6. Evaluasi proses dan hasil proyek: Guru dan peserta didik pada akhir proses
pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses
refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada
tahap evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya
selama menyelesaikan tugas proyek yang berkembang dengan diskusi untuk
memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas proyek. Pada tahap ini juga
dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dilakukan.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013: PJOK . Pusat Pengembangan
Profesi Pendidik BPSDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Kemendikbud 2014.
A. URAIAN MATERI
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya disingkat
PBM, mula-mula dikembangkan pada sekolah kedokteran di Ontario Kanada pada
1960-an (Barrows, 1996). Strategi ini dikembangkan sebagai respon atas fakta
bahwa para dokter muda yang baru lulus dari sekolah kedokteran itu memiliki
pengetahuan yang sangat kaya, tetapi kurang memiliki keterampilan memadai untuk
memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam praktik sehari-hari. Perkembangan
selanjutnya, PBM secara lebih luas diterapkan di berbagai mata pelajaran di sekolah
maupun perguruan tinggi.
1. Pengertian PBM
PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak
terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik
untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis
serta sekaligus membangun pengetahuan baru. Berbeda dengan pembelajaran
konvensional yang menjadikan masalah nyata sebagai penerapan konsep, PBM
menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar peserta didik sebelum
mereka mengetahui konsep formal. Peserta didik secara kritis mengidentifikasi
informasi dan strategi yang relevan serta melakukan penyelidikan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Dengan menyelesaikan masalah tersebut peserta
didik
memperoleh
atau
membangun
pengetahuan
tertentu
dan
sekaligus
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan menyelesaikan
masalah. Mungkin, pengetahuan yang diperoleh peserta didik tersebut masih bersifat
informal.
Namun,
melalui
proses
diskusi,
pengetahuan
tersebut
dapat
dikonsolidasikan sehingga menjadi pengetahuan formal yang terjalin dengan
pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.
Berbagai penelitian mengenai penerapan PBM menunjukkan hasil positif. Misalnya,
hasil penelitian Gijselaers (1996) menunjukkan bahwa penerapan PBM menjadikan
peserta didik mampu mengidentifikasi informasi yang diketahui dan diperlukan serta
strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Jadi, penerapan PBM dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah.
2. Tujuan PBM
Tujuan utama PBM bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada
peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. PBM juga
dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial
peserta didik. Kemandirian belajar dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk ketika
peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber
belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.
3. Prinsip-prinsip PBM
Prinsip utama PBM adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta
didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata
adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung
apabila diselesaikan.
Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun
peserta didik yang disesuaikan kompetensi dasar tertentu. Masalah itu bersifat
terbuka (open-ended problem), yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban atau
strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk
mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat
tidak terstruktur dengan baik (ill-structured) yang tidak dapat diselesaikan secara
langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu, melainkan perlu
informasi lebih lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa
strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya.
Kurikulum 2013 menurut Permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang
implementasi kurikulum, menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek
yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi,
dan menggunakan pengetahuan. Di dalam PBM pusat pembelajaran adalah peserta
didik (student-centered), sementara guru berperan sebagai fasilitator yang
memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan
membangun pengetahuannya secara berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi
antar peserta didik).
4. Langkah-langkah PBM
Pada dasarnya, PBM diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan
masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah
tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan
baru. Proses tersebut dilakukan dalam tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran
yang disajikan pada Tabel 1 berikut.
Langkah-Langkah PBM
Tahap
Tahap 1
Mengorientasikan peserta
didik terhadap masalah
Tahap 2
Mengorganisasi peserta
didik untuk belajar
Tahap 3
Membimbing penyelidikan
individual maupun
kelompok
Tahap 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Tahap 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Aktivitas Guru dan Peserta didik
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana
atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi
peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah nyata yang dipilih atau
ditentukan
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah yang sudah diorientasikan pada
tahap sebelumnya.
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.
Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas
dan merencanakan atau menyiapkan karya yang
sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam
bentuk laporan, video, atau model.
Guru membantu peserta didik untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan
masalah yang dilakukan
Tahapan-tahapan PBM yang dilaksanakan secara sistematis berpotensi dapat
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan
sekaligus dapat menguasai pengetahuan yang sesuai dengan kompetensi dasar
tertentu. Tahapan-tahapan PBM tersebut dapat diintegrasikan dengan aktivitasaktivitas pendekatan saintifik sesuai dengan karakteristik pembelajaran dalam
Kurikulum 2013 sebagaimana tertera pada Permendikbud No. 81a Tahun 2013.
Aktivitas-aktivitas
tersebut
informasi/eksperiman,
adalah
mengamati,
menanya,
mengasosiasikan/mengolah
mengumpulkan
informasi,
dan
mengkomunikasikan.
PENDIDIKAN JASMANI BERBASIS KERJA OTAK
(BRAIN-BASED PHYSICAL EDUCATION LEARNING)
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Brain-based Learning
Brain-based learning involves acknowledging the brain‟s rules for meaningful
learning and organizing teaching with those rules in mind.
1. The brain is a parallel processor.
Otak manusia selalu melakukan banyak hal dalam satu waktu. Proses pikir, emosi,
imaginasi dan predisposisi berlangsung secara simultan dan berinteraksi dengan
mode proses informasi lainnya dan pengembangan pengetahuan umum sisial dan
kulutal. Implikasinya dalam pendidikan adalah: pembelajaran yang baik adalah
meramu pengalaman belajajar yang menyebabkan semua aspek kerja dari otak. Guru
dengan demikian berdasarkan teori dan metodologi harus membuat ramuan yang
memungkinkan. Tidak ada satu metode atau teknik tunggal yang memfasilitasi
variasi dari otak manusia. Guru membutuhkan kerangka
referensi yang dapat membantu mereka memilih di antara begitu banyak metode dan
pendekatan yang ada.
2. Learning engages the entire physiology.
Otak adalah organ fisiologis yang berfungsi sesuai denga aturan fisiologis. Learning
adalah proses yang alamiah, sebagaimana proses bernafasa. Akan tetapi learning in
dapat dihambat dan dapat pula didukung. Pertumbuhan sel saraf, peny uburannya
dan interaksi antar sel saraf berhubungan dengan persepsi da n interpretasi
pengalaman. Stress dan ancama dapat mempengaruhi otak secara berlainan dari
pengaruh kedamaina, tantangan ke isanan, kebahagiaan. Faktanya beberal\pa aspek
dari pencetusan listrik di otak benar-benar berhubungan dengan sekolah dan
pengalaman hidup.
Implikasinya terhadap pendidikan. Segala sesuatu yang mempengaruhi fungsi
fisiologis kita dapat berpengaruh terhadap kapasitas belajar. Manajemen stress,
nutrisi, exercise dan relaksasi, begitu pula saluran kesehatan lainnya harus
dihubungkan dengn proses belajar.
3. The search for meaning is innate.
Proses pencarian makna (making sense) dari setiap pengalaman dalam hidup dan
aksi konsekuen terhadap lingkungan adalah otomatis. Proses pencarian makna
merupakan survival dan basic bagi otak. Otak perlu dan secara otomatis mencatat
segala sesuatu yang familiar dan secara simultan mencari dan merespon stimulus
yag baru sama sekali. Dual proses ini mengambil tempat setiap saat kita terjaga (dan
bahkan dalam batas tertentu saat tidur). Penelitian lain mengkonfirmasi bahwa
manusia itu memang pembuat makna. Pencarian makna tidaklah pernah berhenti,
hanya menjadi bercabang atau menjadi lebih fokus.
4. The search for meaning occurs through “patterning”
Patterning berarti pengorganisasian dan pengkategorian yang bermakna dari
informasi. Dalam satu sudut pandang, otak dapat dinilai sebagai artist (seniman) dan
juga ilmuwan, berusaha untuk memecah dan mengerti pola pada saat terjadinya dan
member ekspresi yang unik dan kreatif terhadap polanya sendiri. Otak didisain
untuk menerima dan menghasilkan pola, otak juga menolak pola yang meaningless
yang datang padanya. Pola meaningless adalah potongan informasi yang tidak
berhubungan dengan apa yang „make sense‟ terhadap siswa. Ketika kapasitas
natural otak untuk mengintegrasikan informasi dipahami dan ditampilkan dalam
pembelajaran, banyak sekali informasi yang awalnya tidak berhubungan dan tampak
random yang dapat dipresentasikan dan diasimilasi.
5. Emotions are critical to patterning.
Kita tidaklah begitu saja belajar sesuatu. Apa yang kita pelajari dipengaruhi dan
diorganisasi oleh emosi dan mind-set berdasarkan ekspektasi, bias dan penilaian
pribadi, derajat self-esteem, serta kebutuhan akan interaksi sosial. Emosi dan kognisi
tidak dapat dipisahkan. Emosi juga krusial untuk memori
karena memfasilitasi storage dan recall informasi. Lebih lanjut lagi, emosi tidak bisa
begitu saja dinyalamatikan. Emosi bekerja dalam banyak level, sebagaimana cuaca.
Emosi dapat berkelanjutan dan impak emosi dari berbagai pelajaran dan pengalaman
hidup dapat berlanjut dan mengiang-iang lama setelah peristiwa spesifiknya terjadi.
6. Every brain simultaneously perceives and creates parts and wholes.
Terdapat bukti tentang lateralitas otak yaitu adanya perbedaan yang signifikan antara
hemisfer otak kanan dan kiri. Namun pada orang yang sehat, kedua hemisfer otak
tersebut interaktif dan tak terpisahkan, walaupun ia sedang berkecimpung dengan
kata-kata, matematika, music ataupun seni. Doktrin “dua otak” sebetulnya bermakna
dalam artian metafora yang membantu pendidik untuk mengetahui dua tendensi
yang terpisah namun simultan dari otak dalam mengorganisasi informasi. Tendensi
pertama adalah untuk mengurangi informasi pada salah satu bagian dan yang kedua
adalah untuk menerima dan mempekerjakan secara keseluruhan.
7. Learning involves both focused attention and peripheral perception.
Otak menyerap informasi yang mana seseorang memang secara langsung sadar dan
memberikan atensi padanya. Namun otak juga secara langsung menyerap informasi
di atas area yang menjadi pusat perhatian. Stimulus ini adalah sesuatu yang
seseorang nyatakan “tampak di sudut mata”, seperti warna cat dinding kelas yang
tidak menarik. Rangsang perifer juga mengandung subsinyal yang terdapat di antara
lapang atensi tapi secara tidak sadar tertangkap (misalnya senyuman, atau perubahan
postur tubuh). Hal ini berarti otak berespons terhadap seluruh konteks sensorik
dalam pembelajaran.
8. Learning always involves conscious and unconscious processes.
Kita telah belajar jauh lebih banyak dari apa yang kita sadari kita mengerti. Menurut
Campbell 1989 “Kami menemukan... bahwa di alam bawah sadar, banyak sekali
proses tak disadari yang sedang berlangsung.” Kebanyakan sinyal perifer yang
diterima masuk ke otak tanpa disadari oleh pelajar dan berinteraksi dalam level tak
disadari. Begitu masuk ke otak, informasi ini mencelup ke kesadaran dengan delay
waktu atau mempengaruhi motivasi dan kesadaran. Dengan demikian kita menjadi
seperti apa yang kita alami, dan ingat apa yang kita alami dibandingkan dengan apa
yang dikatakan pada kita semata. Contohnya seorang siswa dapat saja belajar
menyanyi dalam kunci nada tertentu namun dalam waktu yang bersamaan ia mulai
membenci menyanyi. Mengajar dengan deikian harus didisain dalam cara tertentu
untuk menolong siswa memaksimalkan proses alam bawah sadar tersebut. Sebagian
dilakukan dengan merujuk pada konteks perifer, sebagian dilakukan melalui
instruksi.
9. We have (at least) two types of memory systems: spatial and rote learning.
Kita memiliki sistem memori spatial yang natural, tidak membutuhkan pengulangan
dan memungkinkan memori instan dari suatu peristiwa. Mengingat apa yang kita
makan tadi malam tidaklah memerlukan suatu teknik mengingat tertentu. Paling
tidak kita memiliki satu sistem memori yang didisain untuk mencatat pengalaman
kita dalam ruang tiga dimensi. Sistem ini selalu terlibat dan tidak pernah lelah. Ini
dimiliki oleh semua orang dari semua jenis kelamin dengan semua latar belakang
negara dan etnis. Sistem ini diperkaya setiap waktu dengan bertambahnya items,
kategori, prosedur yang kita lakukan. Sistem ini termotivasi oleh kebaharuan.
Faktanya, sistem memori inilah yang merangsang pencarian makna yang disebut
sebelumnya.
Sistem memori lain adalah sistem memori yang didisain untuk menyimpan
informasi yang tidak berhubungan. Pengucapan yang tidak masuk akal adalah
contoh
yang
ekstrim.semakin
banyak informasi
yang terpisah-pisah dan
keterempilan dibandingkan pengetahuan sebelumnya, semakin kita membutuhkan
rote memory dan pengulangan.
10. The brain understands and remembers best when facts and skills are embedded
in natural spatial memory.
Bahasa ibu kita pelajari melalui pengalaman interaktif berulang-ulang melibatkan
kosa kata dan struktur kata. Bahasa ini terbentuk baik melalui proses internal
maupun interaksi sosial. Ini adalah contoh suatu item spesifik menjadi bermakna
dalam pengalaman yang ordinary. Semua pendidikan dapat diterapkan bila tipe
pencelupan inilah yang diadopsi. Ini adalah satu elemen terpenting yang disepakati
oleh semua teori pembelajaran berbasis otak yang baru.
11. Learning is enhanced by challenge and inhibited by threat.
Otak mengalami penurunan akibat ancaman dan belajar akan berfungsi optimal bila
ditantang dengan tantangan yang tepat. Pusat dari kemunduran otak adalah perasaan
tak berdaya. Perasaan ini ditemani oleh penyimpitan lapang perceptual. Pelajar akan
menjadi kurang fleksibel dan mundur secara otomatis bahkan sering memunculkan
perilaku primitive yang rutin. Penurunan ini seperti lensa kamera yang menjadi tidak
fokus/ kabur. Hipokampus adalah bagian dari sistem limbic yang sebagian berfungsi
sebagai tempat pusat relay keseluruhan otak sangat sensitive terhadap stress.
12. Every brain is unique.
Walaupun kita memiliki set sistem yang sama, termasuk indera kita serta emosi
dasar, akan tetapi integrasinya pada tiap otak adalah berbeda. Sebagai tambahan,
karena learning betul-betul merubah struktur otak, maka semakin banyak kita
belajar, semakin unik pula otak kita.
Jadi menurut Jensen, pendidikan jasmani di mana di dalamnya memang dirancang
aktivitas-aktivitas fisik yang bermakna, akan menghasilkan keuntungan, termasuk
keuntungan kognitif.
Selama ini dalam pendidikan jasmani telah dikembangkan berbagai macam model
pembelajaran seperti Direct Instruction, Personalized System for Instruction,
Cooperative Learning, The sport education Model, Peer Teaching Model, Inquiry
Teaching dan The tactical games model.
Walaupun masing-masing dari model pendidikan jasmani tersebut bisa saja sudah
mengandung unsur-unsur pembelajaran berbasis Brain Based Learning (BBL),
namun belum ada suatu model pendidikan jasmani yang secara khusus memang
didisain dan dikembangkan berbasis BBL.
KOMPATIBILITAS MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
DENGAN PRINSIP-PRINSIP BRAIN BASED LEARNING
Model
Pembel
Sintak
Kompatibilitas dengan Prinsip BBL
Penjagaan
fisiologis
Bisa dikondisikan
Bisa dikondisikan
Bisa dikondisikan
Bisa dikondisikan
Bisa dikondisikan
Bisa dikondisikan
X
Bisa dikondisikan
v
Bisa dikondisikan
v
x
Bisa dikondisikan
Penjelasan
banyak
pilihan
aktivitas
Bisa dikondisikan
Bisa dikondisikan
Bisa dikondisikan
Implikasi Prinsip Brain-Based Learning pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Prinsip
BBL
x
n yang
bermakna
dan realistis
x
pembelajar
an yang
kompleks
dan
kaya
pengalama
x
x
Lingkungan
belajar
yang
terpercaya,
aman,
konfirmatif
dan tidak
menganca
Lingkungan
m
belajar
yang
menantang
Bisa dikondisikan
v
1. Guru membagi siswa menjadi kelompokkelompok
2. Siswa melakukan permainan yang
telah dimodifikasi (game form)
3. Guru menyuruh siswa berhenti dan
mengajukan pertanyaan mengenai
sebelumnya untuk mengajar (teaching
for understanding)
4. Siswa berlatih keterampilan (drills for
skill development)
5. Siswa kembali ke permainan
6. review dan penutupan
Bisa dikondisikan
Teachin
g Games
For
Underst
anding
(Play
Teach
Play
x
. Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok, masing-masing
5-8. Guru menyampaikan dan menjelaskan
permasalahan yang ingin dipecahkan oleh
masing-masing tim
3Guru memberi kesempatan kepada semua tim
untuk bekerjasama melaksanakan tugas dan
menunjukkan hasil terbaiknya melalui suatu tes
dan dicatat hasilnya
4Guru melakukan diskusi dan penjelasan tentang
berbagai alternatif meningkatkan skor kelompok
6Guru memberi kesempatan kedua kepada semua
tim untuk bekerjasama berlatih meningkatkan
skor dilanjutkan dengan pengetesan ulang untuk
mengetahui peningkatannya
Guru memberikan penilaian keberhasilan tim
berdasarkan skor perolehan tes kedua dikurangi
skor perolehan kesatu
. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
Bisa dikondisikan
Coopera
tif
(STAD)
x
Direct
1. Review materi yang sebelumnya telah
Teachin
dipelajari/ induksi
g
2. Demonstrasi materi/ keterampilan baru
Direct
3. Bimbingan pelatihan awal
Teachin
4. Mengecek pemahaman dan memberikan
g
umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk latihan
lanjutan
Inquiry/
1. Identifikasi permasalahan
Problem 2. Presentasi permasalahan
Based
3. Bimbingan terhadap siswa untuk
Solving
mengeksplorasi permasalahan
Inquiry/
4. Mengidentifikasi dan memperbaiki
Problem pemecahan masalah
Based
5. Demonstrasi hasil analisis, evaluasi dan
Solving
diskusi
v
l
×
ajaran
Pendidi
kan
Jasmani
Implikasi pada pendidikan
(Pola pembelajaran sebagai indikator BBL)
Teacher Benchmarks
Student Benchmarks
The brain is
a parallel
processor.
Otak manusia selalu
melakukan banyak hal
dalam satu waktu: pikiran,
emosi, imaginasi.
Learning
engages the
entire
physiology.
Otak adalah organ
fisiologis yang bekerja
sesuai dengan mekanisme
fisiologis, Segala sesuatu
yang mempengaruhi fungsi
fisiologis kita akan
mempengaruhi kapasitas
belajar.
Proses pencarian makna
(memahami dan belajar
dari pengalaman) serta
perbuatan yang akan
dilakukan sesudahnya
terhadap lingkungan
terjadi secara otomatis.
Otak secara bersamaan
harus mencatat hal-hal
yang familiar dan juga
yang baru dan menantang.
The search
for meaning
is innate.
The search
for meaning
occurs
through
“patterning
Patterning adalah
pengorganisasian dan
pengkategorian informasi
secara meaningful. Otak
menolak informasi yang
meaningless, yaitu
potongan informasi
terpisah yang tidak
berhubungan dengan halhal yang „masuk logika‟
siswa.
Emotions
are critical
to
patterning.
Proses belajar sangat
dipengaruhi oleh emosi
(Indikator BBL untuk Guru)
Guru harus memilih dari variasi
metode dan pendekatan yang
dapat memadukan seluruh aspek
kerja otak dalam pengalaman
belajar siswa.
Guru harus mengatur masalah
nutrisi, relaksasi, stress dan
masalah-masalah yang dapat
mempengaruhi kesehatan siswa.
(Indikator BBL untuk Siswa)
Siswa melakukan aktivitas belajar
yang meliputi komponen auditori,
visual dan kinestetik.
Guru harus menyediakan
lingkungan belajar yang familiar
dan stabil akan tetapi
pada saat yang bersamaan harus
ada kebaruan
Siswa melakukan aktivitas belajar
yang menarik, meaningful dan
mendapat banyak pilihan sikap.
Guru harus dapat melakukan
pendekatan pembelajaran yang
meaningful, personally relevant
dan life-relevant.
Siswa terlibat aktif, baik fisik
maupun pikiran.
Siswa melakukan aktivitas belajar
dalam keadaan sehat, bebas stress,
bebas rasa haus dan lapar yang
akan mempengaruhi belajar.
SKENARIO PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK PENDIDIKAN JASMANI
Nama Sekolah
Kelas / Semester
:
:
Mata Pelajaran
Materi
Waktu
: PJOK
: Bola Basket
: 4 jam pel
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang di anut.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong) santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji, dalam ranah kongkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar.
1.1 ..................................................
2.1 ..................................................
3.1 ..................................................
4.1 .................................................
Menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai agama yang dianut
dalam melakukan aktivitas
jasmani, permainan, dan
olahraga.
Berperilaku sportif dalam
bermain.
Memahami konsep
keterampilan gerak
fundamental permainan bola
besar.
Mempraktikan teknik dasar
permainan bola besar dengan
menekankan gerak dasar
fundamental.
C. Indikator
1. Mempraktikan Perilaku sportif dalam permainan lempar tangkap (Afektif).
2. Mempraktikan konsep teknik dasar dalam permainan lempar tangkap (Kognitif).
3. Mempraktikan kemampuan melakukan teknik dasar dalam permainan lempar
tangkap (Psikomotor).
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa terbiasa berperilaku sportif dalam aktivitas bermain.
2. Siswa terbiasa mempraktikan pengetahuan teknik dasar dalam aktivitas bermain.
3. Siswa terbiasa mempraktikan kemampuan melakukan teknik dasar dalam aktivitas
bermain.
E. Materi Pembelajaran
Lempar tangkap
F. Metode Pembelajaran
Scientific
Project Based Learning
G. Kegiatan Pembelajaran
Deskripsi
PENDAHULUAN
Siswa berkumpul di lapangan.
10 Menit
(Alokasi waktu ini sudah diperhitungkan dengan waktu siswa berganti pakaian)
INTI
1. Mengamati
Guru
Guru menjelaskan proyek yang harus dilakukan oleh
kelompok. “Ibu/Bapak ingin agar anda pada masingmasing kelompok membuat satu bentuk latihan melempar
dan menangkap bola dalam bentuk permainan”. Tugas
masing-masing kelompok adalah menentukan:
Aturan Permainan (Jumlah Siswa, Luas Lapangan,
Jumlah Bola)
Kriteria yang akan dipantau guru adalah kesesuaian bentuk
permainan untuk melatih lempar tangkap berdasarkan:
Jumlah Waktu Aktif Belajar lempar tangkap
Frekwensi melakukan latihan keterampilan lempar
tangkap
Siswa
Mendengarkan penjelasan proyek guru dan bertanya
apabila ada yang tidak dimengerti.
2. Menanya
Guru
Memberi kesempatan selama 5 menit kepada siswa dalam
kelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan bentuk
permainan yang akan dilakukannya sesuai dengan
permasalahan yang diberikan oleh guru.
Siswa
Berdiskusi dalam kelompok masing-masing untuk
mengungkap kembali permasalahan yang harus
dipecahkan dan mencoba menyepakati bentuk
permainannya.
3. Mencoba
Guru
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba
permainan yang telah disepakati oleh kelompok masingmasing.
Siswa
Melakukan permainan yang sudah disepakatinya serta
memperbaikinya secara berulang-ulang hingga
mendapatkan bentuk permainan yang terbaik.
4. Menalar
Guru
Mendekati setiap kelompok siswa secara
bergantian untuk meminta penjelasan tentang kesesuaian
bentuk permainan yang dibuatnya dengan kriteria yang
diberikan gurunya.
Siswa
Menjelaskan bentuk permainan yang telah dibuatnya serta
menjelaskan keterkaitan dengan kriteria dalam bentuk
deskripsi maupun gerak.
5. Mengkomunikasikan
Guru
Memberikan kesempatan kepada masing-masing
kelompok untuk menampilkan proyek yang telah
dibuatnya bersama kelompoknya.
Siswa
Menampilkan hasil karya yang dibuatnya kepada guru dan
kelompok lain selama 5 menit.
PENUTUP
Diskusi (perilaku dan karya)
Siswa melakukan refleksi
pendinginan
H. Sumber Belajar
Waktu
1. Lapangan
2. Bola basket
3. Cone
4. Bola karet
5. Buku referensi, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013.
I. Penilaian
No
1
2
3
4
5
dst
Nama Siswa
Sportivitas
Kemampuan Mempraktikan
Pengetahuan
Teknik Dasar
Teknik Dasar
SUSUNAN ACARA
IMPLEMENTASI K13 PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN P J O K
13 Mei 2017
NO
1
WAKTU
08,00-08,30
2
08,30-09,30
MATERI 1
PENYAJI
Peserta Masuk Ruangan Bimtek
Upacara pembukaan
- Menyanyikan Lagu Indonesia Raya - Laporan Ketua Pelaksana – Sambutan :
panitia
1. Kepala Dinas Pendidikan,/ Kabid SD,/ Kabid GTK, Kab Bandung Barat
2. Ibu Hj. Elin S Abubakar ( sekaligus membuka Bimtek Impelementasi K 13 pjok )
-
MATERI 2
3
09,30- 10,30
Pendidikan Karakter
4
5
10,30-12,00
12,00-13,00
Umum Implementasi Kurikulum 2013
Istirahat, Sholat, Makan
6
13,00-14,30
Penyediaan, dan Penggunaan Buku Siswa dan Buku Guru
7
14,30-15,00
Pembelajaran Scientific dalam PJOK
8
15,00 – 15,30
9
15,30 – 16,00 Contoh Perangkat Pembelajaran PJOK dalam Kurikulum 2013
10
16,00-16,30
10
16,30 - ...
Coffe Break
Contoh Perangkat Penilaian Pembelajaran PJOK dalam Kurikulum 2013
Penutup
H. Anwar Sadeli, M.Pd
( Kasi Ke Siswan Disdik KBB )
Asep Rahmat, M.Pd ( Korwas KBB
Panitia
Dadang Agus, M.Pd ( Pengawas Olahraga Kec
Cipeundeuy Kab Bandung Barat )
Sutisna,M.Pd ( Pengawas Olahraga Kec Cipongkor
Kab Bandung Barat )
Panitia
Sutisna,M.Pd ( Pengawas Olahraga Kec Cipongkor
Kab Bandung Barat )
Ading Hidayat, M.Pd ( Pengawas Olahraga Kec
Cipatat Kab Bandung Barat )
Panitia
Waktu
07.00 – 08.00
08.00 – 08.30
08.30 – 08.45
08.45 – 09.45
Acara
Registrasi Peserta
PEMBUKAAN
- Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
- Laporan Ketua Pelaksana
- Sambutan Ketua Prodi
(Sekaligus Membuka Acara)
Coffe Break
Materi : “Pendekatan Scientific dalam
Pendidikan Jasmani”
Prof. Dr. Adang Suherman, MA.
09.45 – 10.45
10.45 – 12.45
12.45 – 13.00
13.00 – 15.00
Materi : “Kewarganegaraan dan Tanggung
Jawab Sosial Melalui Pendidikan Jasmani”
Prof. Dr. Sapria, M.Ed.
Istirahat, Sholat, Makan
Ice Breaking, Doorprize.
Materi Paralel :
- Dr. Komarudin, M.Pd.
(Project Based Learning)
- Dr. Dian Budiana, M.Pd.
(Problem & Discovery Based Learning)
- dr. Imas Damayanti, M.Kes.
(Brain Based Learning)
- Nur Indri Rahayu, M.Ed.
15.00 – 15.30
(Teaching Personal Social Responsibility)
Penutupan hari ke-1
Download
Study collections