Konsep Dasar Hipertensi

advertisement
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Wed Oct 25 4:46:54 2017 / +0000 GMT
Konsep Dasar Hipertensi
LINK DOWNLOAD [37.11 KB]
1 Pengertian Hipertensi
Pengertian Hipertensi | Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara
terus-menerus lebih dari suatu periode (Udjianti, 2010).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic melebihi 90 mmHg (Arief Mansjoer,
2001:518).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan
pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2000 : 144)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana pada umumnya mempunyai tekana darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg
dan tekanan darah lebih dari atau sama dengan 90 mmHgBatas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg
dan tekanan darah sam dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi (WHO).
2 Etiologi
Etiologi yang pasti dari hipertensi belum diketahui. Namun, sejumlah interaksi beberapa energy homoeostastik saling terkait. Defek
awal diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal. Factor herediter berperan penting bilamana
ketidakmampuan genetic dalam mengelolah kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume
cairan dan curah jantung. Pemluh darah memeberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui kontriksi atau peningkatan perifer
(Udjianti, 2010:113).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,yaitu(Arief Mansjoer, 2001:518) :
2.1 Hipertensi esensial hipertensi primer
Hipertensi esensial hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga jipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus,
banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler,dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol,
merokok, serta polisitemia.
2.2 Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketehui, seperti pengguna estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan syndrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
3 Tanda Dan Gejala
Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target sepertu
pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejalanya adalah sakit kepala, epistaksis, pusing atau migren, marah, telinga berdengung,
mimisan, sukar tidur dan sesak nafas, rasa berat dit tengkuk, mata berkunag-kunang. Gangguan serebral akibat hipertensi dapat
berupa kejang, atau gejala- gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan
sampai koma. Apabila gejala tersebut timbul, merupakanpertanda tekanan darah perlu segera diturunkan (Arief Mansjoer,
2001:518).
Biasanya tanpa atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering disebut ?silent killer?. Pada kasus hipertensi berat, gejala
yang dialami klien antara lain: sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, kringat
berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur
(Uddjianti, 2010).
4 Faktor Resiko
Ada dua factor yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol (Udjianti, 2010):
4.1 Faktor yang tidak dapat dikontrol meliputi :
Keturunan
Hipertensi merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu dari orang tua kita menderita penyakit hipertensi, sepanjang hidup kita
memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 25%. Jika kedua orang tua kita menderita hipertensi, kemungkinan kita terkena penyakit
ini sebesar 60%. Penelitian terhadap
penderita hipertensi dikalangan orang kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukkan ada faktor keturunan yang berperan
pada kasus tertentu. Namun, kemungkinan itu tidak selamanya terjadi. Ada seseorang yang sebagian besar keluarganya menderita
hipertensi, tetapi dirinya tidak terkena penyakit tersebut.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/5 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Wed Oct 25 4:46:54 2017 / +0000 GMT
Jenis kelamin
Di antara orang dewasa dan setengah baya, ternyata kaum laki-laki lebih banyak menderita hipertensi. Namun, hal ini akan terjadi
sebaliknya setelah berumur 55 tahun ketika sebagian wanita mengalami menopause. Hipertensi lebih banyak dijumpai pada wanita.
Usia
Penambahan usia dapat meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit hipertensi. Walaupun penyakit hipertensi bisa terjadi pada
segala usia, tetapi paling sering menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih. Meningkatnya tekanan darah seiring
dengan bertambahnya usia memang sangat wajar. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah,
hormon. Namun, jika perubahan ini disertai dengan faktor resiko bisa memicu terjadinya hipertensi.
4.2Faktor Yang Dapat Dikontrol Meliputi :
Obesitas
Kelebihan berat badan meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit hipertensi. Semakin besar massa tubuh, semakin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Berarti, volume darah yang beredar melalui
pembuluh darah meningkat sehingga akan memberi tekanan lebih besar ke dinding arteri. Selain itu, obesitas dapat meningkatkan
frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.
Kurang Olahraga, Merokok Dan Konsumsi Alkohol
Kurang melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit hipertensi. Hal ini berkaitan dengan
masalah kegemukan. Orang yang tidak aktif cenderung memiliki frekuensi denyut jantung lebih tinggi sehingga otot jantung harus
bekerja lebih keras pada saat kontraksi.
Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak. Nikotin dalam
tembakau dapat membuat jantung bekerja lebih keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah sementara. Selain itu, juga dapat
meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah keadaan ini terjadi karena adanya peningkatan produksi hormon selama
kita menggunakan tembakau, termasuk hormon epinefrin (adrenalin). Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok akan
menggantikan oksigen dalam darah. Akibatnya, tekanan darah akan meningkat karena jantung dipaksa bekerja lebih keras untuk
memasok oksigen keseluruh organ dan jaringan tubuh.
Hampir 5-20 % kasus hipertensi diperkirakan terjadi akibat konsumsi alkohol yang berlebihan. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih
minuman beralkohol per hari dapat meningkatkan resiko terserang hipertensi sebesar dua kali.
Konsumsi Garam Berlebih
Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam berlebih atau makan makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan
menaikkan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti
menghentikan pemakaian garam sama sekali dalam makanan. Sebaiknya jumlah garam yang dikonsumsi dibatasi.
Stres Dan Ketegangan Jiwa
Stres tidak menyebabkan hipertensi permanen (menetap). Namun, stres berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah menjadi
sangat tinggi sementara waktu. Jika sering mengalami stres, akan terjadi kerusakan pembuluh darah, jantung, dan ginjal seperti
hipertensi permanen. Stres dapat memicu timbulnya hipertensi karena akan membawa pada kebiasaan buruk yang terbukti akan
meningkatnya resiko hipertensi.
Pola makan yang tidak sehat.
Dewasa ini pola makan penduduk yang tinggal di kota-kota besar berubah dimana fast food dan makanan yang kaya kolesterol
menjadi bagian yang dikonsumsi sehari-hari. Hal ini dapat berbahaya bagi kesehatan, apalagi jika disertai stres. Kadar kolesterol
darah dapat membumbung tinggi dan sulit dikontrol. Lemak yang didapat dari makanan tidak seluruhnya merupakan kolesterol.
Lemak merupakan penyumbang kolesterol terbesar. Kolesterol yang berlebihan ini akan menempel pada permukaan sebelah dalam
dinding pembuluh darah yang sudah terluka akibat gesekan tekanan darah pada hipertensi. Proses penumpukan kolesterol ini disebut
proses aterosklerosis.
5 Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer, sehingga pada semua faktor yang mempengaruhi curah jantung
dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah (Kertohusodo,1999 : 86 dalam Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/5 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Wed Oct 25 4:46:54 2017 / +0000 GMT
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler (Brunner & Suddarth, 2002).
6
Komplikasi
Umumnya mengenai organ-organ vital seperti (Udjianti, 2010) :
Mata : spasme fokal, penyempitan arteriola, perdarahan, eksudat dan papil bending, otak : infark otak, pecahnya pembuluh darah
otak, kematian, Jantung : gagal jantung, Ginjal : gagal ginjal.
Pada umumnya, komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan diastolic sama dengan 130 mmHg atau lebih, atau
kenaikan tekanan darah mendadak tinggi. Sampai saat ini komplikasi yang sering ditemikan adalah kelainan serebrovaskuler dan
komplikasi jantung dibandingkan dengan kelainan orang lain. Pada hipertensi ringan dan sedang, kkomplikasi jantung koroner lebih
banyak ditemukan dibandingkan komplikasi yang timbul akibat hipertensi. Organ tubuh yang sering terserang adalah mata, ginjal,
jantung dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai kebutuhan, payah jantung merupakan kelainan
yang dapat menyebabkan kematian, kelainan laian yang dapat terjadi adalah proses trombo emboli dan serangan sistemik otak
sementara. Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi lama maupun pada proses akut seperti hipertensi maligna
(Oktavia, 2007)
7 Klasifikasi
Menurut WHO tekanan diastolik lebih tepat digunakan untuk menentukan ada tidaknya hipertensi seseorang. Dalam hal
patofisologi, pengobatan, dan prognosis maka tekanan diatolik lebih penting dari pada tekanan sistolik, karena tekanan diastolik
relatif tetap dibanding dengan tekanan sistolik yang mudah berubah dipengaruhi oleh aktifitas fisik setiap hari Klasifikasi tekanan
darah menurut (Bustan, 1997:32) seperti tabel 2.2 di bawah ini:
Tabel 2.2Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO
Tekanan Darah
Sistolik
Diastolik
Optimal
Normal
Normal-tinggi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
Hipertensi derajat 3
<120
<130
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 3/5 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Wed Oct 25 4:46:54 2017 / +0000 GMT
130- 139
140- 159
?180
160- 179
<80
<85
85- 89
90- 99
100- 109
?110
Sumber: Arjatmo Tjokronegoro (2001:545).
Hipertensi dapat dikelompokkan kedalam dua kategori besar, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer
belum diketahui penyebabnya yang jelas dan mencakup 90 % dari kasus hipertensi. Hipertensi sekunder penyebabnya boleh
dikatakan pasti misalnya ginjal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan terganggunya keseimbangan hormon yang
merupakan faktor pengatur tekanan darah (Purwati dkk, 1998 : 23).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menggolongkan hipertansi berdasarkan umur dalam tiga kriteria yaitu :
1)
Kelompok umur 20-29 tahun, tekanan darah 140/90 mmHg
2)
Kelompok umur 30-64 tahun, tekanan darah 160/95 mmHg
3)
Kelompok umur 65 tahun, tekanan darah 170/95 mmHg
Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah
Kategori
Sistolik (mmHg)
Normal
kurang dari 130
Perbatasan (High normal)
130-139
Diastolik (mmHg)
kurang dari 85
85-89
Hipertensi
Ringan
140-159
90-99
Sedang
160-179
100-109
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 4/5 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Wed Oct 25 4:46:54 2017 / +0000 GMT
Berat
Sangat Berat
180-209
210
110-119
120
Sumber : Fundamental Keperawatan (Perry & Potter, 2005 : 798)
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 5/5 |
Download