modul akuntansi keuangan 1

advertisement
MODUL
AKUNTANSI KEUANGAN 1
Penulis:
Drs. Abdul Kadir, M.Si., Ak., CA
Drs. H. Safriansyah, M.Si., Ak.
Nur Astri Sari, M.Ak, Ak., CA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
(STIE INDONESIA) BANJARMASIN
2016
KATA PENGANTAR
Tujuan utama penulisan modul ini adalah untuk membantu mahasiswa
memahami materi kuliah Akuntansi Keuangan 1 yang sesuai dengan penerapan
PSAK yang berbasis IFRS. Dalam penulisan modul ini melibatkan bantuan dari
banyak pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan modul ini.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangan. Kami sangat
menghargai apabila ada masukan dari para pembaca kepada kami. Penulis berharap
semoga modul ini bermanfaat bagi para mahasiswa/i dan pembaca lainnya.
Banjarmasin, Agustus 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi
Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi
Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas
Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas
Bab 5 Kas dan Piutang
Bab 6 Persediaan
Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi
Bab 8 Aset Tak Berwujud
Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual
DAFTAR PUSTAKA
ii
i
ii
1
6
12
18
24
29
35
41
46
50
Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi
1
Bab 1
Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi
1.1 Akuntansi
Akuntansi didefinisikan sebagai suatu sistem dengan input data dan output
berupa informasi dan laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna internal
maupun ekternal entitas (Kieso, et al, 2010). Sebagai sistem, akuntansi terdiri atas
input, yaitu transaksi, proses yaitu kegiatan untuk merangkum transaksi, dan output
berupa laporan keuangan. Berdasarkan pengertian akuntansi tersebut, ada 4 hal
penting, yakni:
a. Input akuntansi adalah transaksi yaitu peristiwa bisnis yang bersifat keuangan.
b. Proses, merupakan serangkaian kegiatan untuk merangkum transaksi menjadi
laporan.
c. Output akuntansi adalah informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan.
d. Pengguna informasi keuangan adalah pihak yang memakai laporan keuangan
untuk pengambilan keputusan.
1.2 Akuntansi Keuangan
Bidang akuntansi dilihat dari sisi pengguna informasi dibagi menjadi dua
yakni, akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Bidang akuntansi yang
membahas penyusunan laporan keuangan untuk pengguna eksternal disebut sebagai
akuntansi keuangan. Sedangkan bidang akuntansi yang berfokus pada akuntansi
untuk tujuan internal entitas disebut akuntansi manajemen. Berikut adalah
perbedaan antara akuntansi keuangan dan manajemen:
Keuangan
Tujuan
Mengkomunikasikan
Manajemen
posisi Membantu manajer dalam
keuangan
pengambilan keputusan.
Pemakai
Pihak eksternal
Pihak internal/manajemen
Fokus
Berorientasi masa lalu
Berorientasi masa depan
Dasar pencatatan
Prinsip Akuntansi Berterima Umum
Cost-benefit
Rentang Waktu
Tahunan/kuartal/semester
Bervariasi
1.3 Standar Akuntansi Keuangan
Laporan keuangan untuk tujuan umum dibuat untuk memenuhi kebutuhan
sebagian besar pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan yang
STIE Indonesia Banjarmasin
Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi
beragam dengan kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, untuk menyusun laporan
keuangan diperlukan standar akuntansi. Standar berfungsi memberikan acuan dan
pedoman dalam penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan antarentitas menjadi lebih seragam.
Standar akuntansi berisikan pedoman penyusunan laporan keuangan.
Standar akuntansi terdiri dari kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan
dan penyataan standar akuntansi. Kerangka konseptual berisikan tujuan, komponen
laporan, karakteristik kualitatif, dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan.
Sedangkan, PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) berisikan pedoman
untuk penyusunan laporan, pengaturan transaksi atau kejadian, dan komponen
tertentu dalam laporan keuangan.
Saat ini, hanya dua standar akuntansi yang banyak dijadikan referensi atau
diadopsi di dunia, yaitu IFRS (International Financial Accounting Standard) dan
US GAAP (US Generally Accepted Accounting Principles). IFRS disusun oleh
International Accounting Standard Board (IASB) sedangkan US GAAP disusun
oleh Financial Accounting Standard Board (FASB).
Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia terdiri atas empat standar,
sering disebut sebagai 4 pilar standar akuntansi, yaitu;
a. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
SAK digunakan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik yaitu entitas
terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (yang
menggunakan dana masyarakat seperti asuransi, perbankan, dan dana pension).
SAK mulai mengadopsi IFRS penuh mulai tahun 2012.
b. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntantabilitas Publik (SAK
ETAP)
SAK ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntanbilitas publik
signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum. Standar ini
mengadopsi IFRS untuk SME (small medium enterprise) dengan beberapa
penyederhanaan.
c. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
SAK Syariah adalah standar yang digunakan untuk entitas yang memiliki
transaksi syariah atau entitas berbasis syariah.
STIE Indonesia Banjarmasin
2
Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi
d. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
SAP digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan baik
pusat maupun daerah.
1.4 Pengembangan SAK di Indonesia
Profesi akuntan di Indonesia terhimpun dalam Ikatan Akuntan Indonesia
yang berdiri pada 23 Desember 1957. Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) merupakan salah satu lembaga di bawah IAI yang bertugas menyusun dan
penetapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). DSAK dalam
menyusun standar mengikuti prosedur baku yang disebut due process. Proses
tersebut meliputi tahapan berikut:
a. Identifikasi permasalahan untuk dikembangkan menjadi standar.
b. Konsultasikan permasalahan dengan DKSAK (Dewan Konsultatif Standar
Akuntansi Keuangan).
c. Membentuk tim kecil dalam DSAK.
d. Melakukan riset terbatas.
e. Melakukan penulisan awal draft.
f. Pembahasan dalam DSAK.
g. Peluncuran draf sebagai ED (Exposure Draft) dan pengedarannya.
h. Public Hearing.
i. Pembahasan tanggapan atas ED dari masukan public hearing.
j. Final checking.
k. Persetujuan/pengesahan ED PSAK menjadi PSAK
l. Sosialisasi standar.
1.5 Kerangka Konseptual
Kerangka dasar penyajian dan penyusunan laporan keuangan, yang sering
disebut juga sebagai kerangka konseptual, merupakan konsep-konsep yang menjadi
dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum. Kerangka
konseptual digunakan sebagai pedoman penyusun standar dalam mengembangkan
standar di masa mendatang dan sebagai pedoman dalam menyelesaikan
STIE Indonesia Banjarmasin
3
Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi
permasalahan akuntansi yang belum diatur dalam standar yang telah ada. Kerangka
konseptual ditujukan untuk:
a. Penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya;
b. Penyusun laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan;
c. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku; dan
d. Para pemakai dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.
STIE Indonesia Banjarmasin
4
Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual IFRS (Sumber: Kieso, et al, 2010)
1.6 Latihan Soal
Yayasan Sejahtera merupakan yayasan pendidikan yang dimiliki oleh sebuah
organisasi masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap masyarakat terlantar.
Yayasan tersebut mengelola sebuah sekolah dari tingkat SD sampai SMA.
Yayasan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas menyusun laporan
keuangan kepada para pemangku kepentingan. Standar apa yang akan
digunakan dalam menyusun laporan keuangan Yayasan Sejahtera?
STIE Indonesia Banjarmasin
5
Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi
Bab 2
Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) membantu manajemen perusahaan untuk
mengumpulkan data-data keuangan, mengolahnya menjadi informasi yang
bermanfaat bagi pengguna, mengolahnya menjadi informasi yang bermanfaat bagi
pengguna, dan menghasilkan laporan keuangan.
SIA yang baik dan efektif memungkinkan manajemen perusahaan dan para
pihak yang berkepentingan mendapatkan informasi secara cepat dan akurat
mengenai perusahaan, seperti dalam hal:
a. Besarnya kas yang dimiliki perusahaan
b. Besar saldo utang yang harus dilunasi perusahaan
c. Banyaknya asset yang dimiliki perusahaan
d. Besarnya laba yang dihasilkan perusahaan
e. Besarnya dividen yang bisa dibagikan kepada perusahaan
f. Kinerja operasional perusahaan.
2.1.1 Persamaan Dasar Akuntansi
Persamaan dasar akuntansi adalah sebagai berikut:
Aset
=
Liabilitas + Ekuitas
Pencatatan dalam akuntansi menggunakan akun, yaitu klasifikasi umum yang
digunakan dalam sistem akuntansi untuk merujuk pada sifat yang sama. Akun-akun
tersebut bisa dikelompokkan menjadi lima bagian besar, yakni:
Debit
Kredit
Akun Aset
+
-
Akun Liabilitas
-
+
Akun Ekuitas
-
+
Akun Pendapatan
-
+
Akun Beban
+
-
2.1.2 Laporan Keuangan
STIE Indonesia Banjarmasin
6
Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi
Menurut PSAK 1, perusahaan minimal menerbitkan 5 jenis laporan
keuangan, yaitu:
a. Laporan Posisi Keuangan merupakan laporan akuntansi yang menunjukan
posisi asset, liabilitas, dan ekuitas pada akhir suatu periode.
b. Laporan Laba Rugi Komprehensif merupakan laporan akuntansi yang
menunjukkan kinerja opersaional perusahaan selama satu periode.
c. Laporan Perubahan Ekuitas menunjukkan perubahan ekuitas yang terjadi,
seperti setoran modal atau perolehan laba neto.
d. Laporan Arus Kas memperlihatkan sumber arus kas masuk dan penggunaan
arus kas keluar perusahaan, yang terpusat pada tiga aktivitas utama perusahaan,
yakni operasional, investasi, dan pendanaan.
e. Catatan atas laporan keuangan merupakan pengungkapan, baik yang bersifat
keuangan maupun non keuangan, dari akun-akun yang dilaporkan atau
peristiwa yang dihadapi oleh perusahaan yang dapat memengaruhi posisi dan
kinerja keuangan perusahaan, sehingga sering kali ditekankan bahwa catatan
atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
keuangan secara keseluruhan.
2.2 Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi merupakan keseluruhan proses yang dilakukan oleh entitas
untuk mengolah data-data keuangan hingga menjadi informasi yang bermanfaat
bagi pengguna untuk pengambilan keputusan. Seluruh siklus akuntansi bisa dilihat
melalui Gambar 2.1.
STIE Indonesia Banjarmasin
7
Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi (Sumber: Martani, et al, 2012)
2.2.1 Jurnal penyesuaian
Jurnal penyesuaian perlu dilakukan sebagai akibat dari penerapan prinsip akrual
dalam pembuatan laporan keuangan. Secara umum, ayat jurnal penyesuaian
dilakukan terhadap dua kategori akun, yakni:
1. Pembayaran di muka
a. Beban dibayarkan dimuka, yaitu seluruh beban yang telah dibayar
secara tunai, namun masih belum dimanfaatkan atau digunakan, dan
dicatat sebagai asset.
Contoh: Saldo akun perlengkapan kantor pada buku besar dan neraca
saldo per 31 Desember 2015 adalah Rp 25 juta. Namun berdasarkan
perhitungan fisik perlengkapan yang masih ada Rp 10 juta, maka jurnal
penyesuaian:
STIE Indonesia Banjarmasin
8
Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi
Beban perlengkapan
Rp 15 jt
Perlengkapan kantor
Rp 15jt
b. Pendapatan diterima dimuka, yaitu seluruh pendapatan yang telah
diterima secara tunai, namun jasa atau barang masih belum diserahkan,
dan dicatat sebagai liabilitas.
Contoh: Pada 1 Maret 2015 perusahaan menerima uang sebesar Rp 150
juta untuk jasa konsultasi yang dilakukan untuk periode 1 Maret 2015 –
1 Maret 2016, sampai dengan 31 Desember 2015 jasa konsultasi yang
dilakukan mencapai 80%, maka jurnal penyesuaian:
Pendapatan jasa diterima dimuka
Rp 120 jt
Pendapatan jasa
Rp 120jt
2. Akrual
a. Beban yang harus dibayar, yaitu seluruh beban yang sudah terjadi
(dimanfaatkan atau digunakan), namun belum dibayarkan secara tunai.
Contoh: PT XYZ memiliki 5 orang karyawan kontrak yang upahnya
dibayarkan upahnya setiap hari jumat untuk lima hari kerja. Besarnya
upah yang dibayarkan untuk kelima karyawan tersebut Rp 2.500.000 per
minggu. Pembayaran upah untuk kelima karyawan tersebut akan
dilakukan pada 1 Januari 2016, maka jurnal penyesuaian yang perlu
dibuat pada 31 Desember 2015 adalah:
Beban upah
Rp 2 jt
Utang upah
Rp 2 jt
b. Pendapatan yang belum diterima, yaitu seluruh pendapatan yang telah
diselesaikan penyerahan jasa atau barang terkait, namun belum diterima
pembayaran tunainya atau bahkan belum dicatat.
Contoh: Pada 31 Desember 2015 perusahaan telah menyelesaikan
pekerjaan konsultasi instalasi perangkat lunak kepada PT AB. Jasa
tersebut senilai Rp 3 juta, belum sempat ditagihkan/dikirimkan 31
Desember 2015, maka jurnal penyesuaian:
STIE Indonesia Banjarmasin
9
Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi
Piutang usaha
Rp 3 jt
Pendapatan jasa
Rp 3 jt
2.3 Latihan Soal
Berikut ini adalah neraca saldo PT Club untuk periode yang berakhir 31 Des
2015.
Akun
Debit
Kredit
Kas
18.000
Piutang usaha
60.000
Wesel tagih
10.500
Penyisihan piutang tak tertagih
2.700
Persediaan barang dagang
81.000
Asuransi dibayar dimuka
7.200
Peralatan
187.500
Akumulasi depresiasi-peralatan
22.500
Utang usaha
16.200
Saham
66.000
Saldo laba
82.500
Penjualan
465.000
Beban pokok penjualan
196.500
Beban gaji
75.000
Beban sewa
19.200
Total
654.900
654.900
Dari hasil pemeriksaan akhir tahun, ada beberapa pos yang masih belum
tercatat:
a. Asuransi yang sudah dibebankan adalah Rp 30.000.
b. Estimasi piutang yang tak tertagih adalah 1% dari penjualan bruto.
c. Masa manfaat peralatan perusahaan adalah 8 tahun.
d. Suku bunga untuk wesel tagih ditetapkan 8% per tahun yang dibayarkan
pada saat pelunasan.
e. Uang sewa gedung yang dibayarkan pada tanggal 31 Des 2015 untuk satu
tahun sebesar Rp 8.100 dicatat sebagai beban sewa pada saat pembayaran.
STIE Indonesia Banjarmasin
10
Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi
f. Gaji dan upah terutang pada tanggal 31 Des 2015 adalah Rp 8.000
Diminta:
a) Buatlah kertas kerja untuk membantu penyusunan laporan keuangan
b) Susunlah ayat jurnal penyesuaian
c) Susunlah laporan keuangan berupa laporan laba rugi komprehensif, laporan
perubahan modal, dan laporan posisi keuangan.
d) Buatlah ayat jurnal penutup.
STIE Indonesia Banjarmasin
11
Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas
Bab 3
Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan
Ekuitas
3.1 Laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang mengukur
keberhasilan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi
komprehensif berguna untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam
memprediksi arus kas masa depan, dalam rangka menentukan profitabilitas, nilai
investasi, dan kelayakan kredit. Laporan laba rugi komprehensif sering digunakan
oleh beberapa pengguna laporan keuangan, seperti:

Investor menggunakan informasi mengenai penghasilan perusahaan di masa
lalu sebagai input penting dalam memprediksi laba dan arus kas masa
depan, yang kemudian dijadikan dasar untuk memprediksi harga saham dan
dividen perusahaan dimasa depan.

Kreditor menggunakan informasi laba rugi masa lalu untuk mengetahui
kemampuan calon debitur dalam menghasilkan arus kas masa depan yang
diperlukan untuk membayar beban bunga dan pokok pinjaman.

Manajemen juga berkepentingan terhadap laporan laba rugi yang terkait
dengan bonus yang diberikan kepada manajer berdasarkan pencapaian
target laba.
Selain memiliki beberapa kegunaan, laporan laba rugi komprehensif juga
memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan laporan laba rugi komprehensif
antara lain:

Penghasilan atau beban yang tidak dapat diukur dengan andal, tidak
dimasukkan dalam laporan laba rugi komprehensif.

Laba yang dilaporkan dipengaruhi metode akuntansi yang digunakan.

Pengukuran penghasilan dan beban melibarkan pertimbangan manajemen.
STIE Indonesia Banjarmasin
12
Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas
3.1.1 Elemen laporan laba rugi komprehensif
Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode
yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang
dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Total
laba rugi komprehensif dibagi menjadi:

Komponen laba rugi : total pendapatan dikurangi beban, yang tidak termasuk
dalam komponen pendapatan komprehensif lain. Dalam komponen laba rugi ini
mencakup:
o Penghasilan: kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi,
yang menyebabkan kenaikan asset neto (ekuitas), dalam bentuk
penambahan atau pemasukan asset atau penurunan liabilitas, yang tidak
berasal dari kontribusi pemilik modal. Penghasilan dikelompokkan menjadi
dua unsur, yakni:

Pendapatan: penghasilan yang berasal dari aktivitas operasi utama
perusahaan.

Keuntungan: kenaikan asset neto yang berasal dari transaksi insidental
di luar transaksi utama perusahaan yang menghasilkan pendapatan.
o Beban: penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi, yang
menyebabkan penurunan asset neto (ekuitas), dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya asset atau bertambahnya liabilitas, yang bukan termasuk
distribusi kepada pemilik. Beban juga bisa dikelompokkan menjadi dua
unsur, yakni:


Beban: beban yang berasal dari aktivitas operasi utama perusahaan.

Kerugian: beban yang berasal dari transaksi insidental.
Komponen pendapatan komprehensif lain : pos-pos pendapatan dan beban yang
tidak diakui dalam laba rugi, sebagaimana disyaratkan dalam SAK lainnya.
Komponen pendapatan komprehensif lain, adalah:
o Perubahan dalam surplus revaluasi asset tetap dan asset tak berwujud.
Surplus revaluasi adalah selisih antaran nilai revaluasi dengan nilai tercatat
asset tetap dan asset tak berwujud yang diukur dengan menggunakan model
revaluasi.
STIE Indonesia Banjarmasin
13
Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas
o Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui.
Terdiri atas (i) penyesuaian akibat perbedaan antara asumsi aktuarial dan
kenyataan dan (ii) dampak perubahan asumsi aktuarial.
o Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan
dari entitas asing.
o Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali asset keuangan yang
dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual. Keuntungan dan kerugian ini
berasal dari keuntungan dan kerugian belum terealisasi berupa selisih antara
nilai tercatat asset keuangan tersedia untuk dijual dengan nilai wajarnya ada
tanggal pelaporan keuangan.
o Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrument lindung nilai dalam
rangka lindung nilai arus kas.
Contoh penyajian laporan laba rugi komprehensif:
STIE Indonesia Banjarmasin
14
Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas
3.2 Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi tentang perubahan
ekuitas perusahaan antara awal dan akhir periode pelaporan yang mencerminkan
naik turunnya asset neto selama periode, baik yang berasal dari setoran atau
distribusi kepada pemilik atau yang berasal dari hasil atau kinerja perusahaan
selama periode berjalan. Perubahan ekuitas yang berasal dari kinerja perusahaan
menggambarkan jumlah total penghasilan dan beban (termasuk keuntungan dan
kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan selama periode tersebut.
Menurut PSAK 1 (revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan, laporan
perubahan ekuitas untuk suatu periode tertentu berisi informasi sebagai berikut:

Total laba rugi komprehensif, dengan penyajian terpisah untuk jumlah yang
dialokasikan untuk pemilik induk perusahaan dan kepentingan non pengendali.

Dampak setiap perubahan penerapan retrospektif atau penyajian kembali untuk
setiap komponen ekuitas. Contoh: perubahan kebijakan akuntansi yang
memerlukan penerapan restrospektif adalah perubahan kebijakan asumsi arus
biaya persediaan dari metode FIFO menjadi metode rata-rata tertimbang.

Rekonsiliasi atas perubahan selama periode berjalan untuk setiap komponen
ekuitas yang dihasilkan dari laba atau rugi setiap pos dari pendapatan
STIE Indonesia Banjarmasin
15
Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas
komprehensif lain, serta transaksi dengan pemilik, seperti penambahan atau
penarikan modal.

Dividen yang diakui dan jumlah dividen per saham.
Contoh penyajian laporan perubahan ekuitas:
3.3 Latihan Soal
PT Indo telah mencatat informasi berikut sebagai dasar penyusunan laporan laba
rugi komprehensif satu tahun yang berakhir 31 Desember 2015.
Pendapatan sewa
Rp 58 juta
Beban bunga
Rp 36 juta
Pendapatan yang belum direalisasi dari Rp 62 juta
efek ekuitas, tersedia untuk dijual
setelah dipotong pajak
Beban penjualan
Rp 280 juta
Pajak penghasilan
Rp 0,612 juta
Biaya administrasi
Rp 362 juta
STIE Indonesia Banjarmasin
16
Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas
Beban pokok penjualan
Rp 362 juta
Penjualan neto
Rp 1.960 juta
Pembagian dividen tunai
Rp 32 juta
Kerugian atas penjualan pabrik
Rp 30 juta
Ada 20.000 saham biasa yang beredar
sepanjang tahun
Susunlah laporan laba rugi komprehensif PT Indo untuk tahun berakhir 31
Desember 2015?
STIE Indonesia Banjarmasin
17
Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas
Bab 4
Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas
4.1 Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan merupakan sumber informasi utama tentang posisi
keuangan entitas karena merangkum elemen-elemen yang berhubungan langsung
dengan pengukuran posisi keuangan. Elemen laporan posisi keuangan terdiri dari:
1. Asset
Asset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
akan diperoleh entitas.
2. Liabilitas
Liabilitas merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar sumber daya
entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
3. Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas setelah dikurangi semua liabilitas.
Laporan posisi keuangan bisa digunakan untuk berbagai macam tujuan,
seperti:

Mengevaluasi struktur pendanaan: membandingkan sumber pendanaan melalui
utang dengan ekuitas.

Menganalisis likuiditas: untuk mengetahui seberapa cepat waktu yang
diperlukan sampai suatu asset dapat dikonversi mejadi kas atau sampai suatu
liabilitas dapat terbayar.

Menilai solvabilitas: kemampuan entitas membayar utangnya pada saat jatuh
tempo.

Menilai fleksibilitas keuangan: mengukur kemampuan entitas mengambil
tindakan tertentu sebagai respon terhadap kebutuhan dan peluang yang ada.
Namun masih terdapat beberapa kritik terhadap laporan posisi keuangan,
karena adanya beberapa keterbatasan, seperti:
 Pilihan pengukuran beberapa asset tertentu berdasarkan biaya perolehan atau
biaya perolehan terdepresiasi, bukan pada nilai kininya. Hal ini banyak dikritik
karena kurang mencerminkan nilai wajar dari asset.
STIE Indonesia Banjarmasin
18
Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas
 Tidak diperkenankan mengakui asset tak berwujud yang mengandung nilai
manfaat, namun sulit diukur nilainya secara objektif karena dihasilkan secara
internal.
 Rekayasa keuangan memungkinkan pembiayaan off balance sheet.
 Beberapa pengukuran nilai untuk beberapa unsur di laporan posisi keuangan
melibatkan pertimbangan dan estimasi, misalnya penentuan masa manfaat asset
tetap dan estimasi kewajiban garansi.
4.1.1. Klasifikasi dalam Laporan Posisi Keuangan
Menurut PSAK 1 (revisi 2009), entitas menyajikan asset sebagai asset
lancar dan tidak lancar serta liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek dan jangka
panjang sebagai klasifikasi terpisah dalam laporan posisi keuangan, kecuali
penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan
dapat diandalkan.
Entitas mengklasifikasikan asset sebagai asset lancar, jika:
1. Asset diharapkan dapat direalisasikan, atau terjual, atau digunakan dalam siklus
operasi normal;
2. Asset yang dimiliki dengan tujuan untuk diperdagangkan;
3. Asset yang diharapkan akan terealisasi dalam jangka waktu dua belas bulan
setelah periode pelaporan; atau
4. Berupa kas atau setara kas, kecuali yang dibatasi pertukaran atau
penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas
bulan setelah periode pelaporan.
Siklus operasi normal entitas merupakan jangka waktu antara perolehan
asset untuk pemprosesan dan realisasinya menjadi kas atau setara kas. Ketika siklus
operasi normal entitas tidak diidentifikasikan secara jelas, maka diasumsikan
selama 12 bulan.
Semua asset yang tidak memenuhi definisi asset lancar, akan dikategorikan
sebagai asset tidak lancar. Asset tidak lancar adalah sebagai berikut:
1. Investasi jangka panjang: investasi jangka panjang dalam obligasi dan saham,
atau investasi dalam bentuk dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu.
STIE Indonesia Banjarmasin
19
Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas
2. Asset tetap: asset berwujud yang digunakan dalam operasi entitas, misalnya
tanah, bangunan, mesin, dan furniture.
3. Asset tak berwujud: asset tanpa wujud fisik yang bukan berbentuk instrumen
keuangan, seperti hak paten, hak cipta, franchise, dan goodwill.
4. Asset lain yang bersifat tidak lancar: piutang jangka panjang dan biaya dibayar
dimuka jangka panjang.
Selanjutnya, entitas mengklasifikasikan liabilitas sebagai liabilitas jangka
pendek, jika:
1. Liabilitas diharapkan akan diselesaikan dalam siklus operasi normal;
2. Liabilitas yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan;
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan; atau
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Liabilitas yang tidak termasuk kategori di atas, diklasifikasikan sebagai liabilitas
jangka panjang. Liabilitas jangka panjang mencakup:

Liabilitas yang berasal dari pembiayaan, seperti penerbitan obligasi, utang sewa
guna usaha, dan utang bank jangka panjang;

Liabilitas yang berasal dari kegiatan operasi entitas, seperti kewajiban pension,
dan kewajiban pajak tangguhan.

Liabilitas yang bergantung pada terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa di
masa depan, seperti provisi untuk kewajiban garansi.
4.2 Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi tentang
arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas suatu entitas untuk suatu periode
tertentu. Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi tentang
perubahan arus kas dan setara kas entitas selama satu periode yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi ini berguna bagi
investor, kreditur, dan pengguna lain laporan keuangan, yang bertujuan sebagai
berikut:
STIE Indonesia Banjarmasin
20
Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas
a. Mengevaluasi kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas,
waktu dan kepastian dalam menghasilkannya.
b. Mengevaluasi struktur keuangan entitas dan kemampuannya dalam mememuhi
kewajiban dan membayar dividen.
c. Memahami pos yang menjadi selisih antara laba rugi periode berjalan dengan
arus kas neto dari kegiatan operasi (akrual). Analisis perbedaan ini sering kali
dapat membantu dalam mengevaluasi kualitas laba entitas.
d. Membandingkan kinerja operasi antar-entitas yang berbeda.
e. Memudahkan pengguna laporan untuk mengembangkan model untuk menilai
dan membandingkan nilai kini arus kas masa depan antar-entitas yang berbeda.
Berikut adalah penjelasan klasifikasi dalam laporan arus kas:
Aktivitas Operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan
aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan.
Arus Kas Masuk:
Arus Kas Keluar:
Penjualan barang dan jasa, penerimaan Pembayaran pemasok, pegawai, pajak,
royalty atau komis, pendapatan bunga dan bunga pinjaman (bisa masuk
(bisa masuk aktivitas investasi), dan aktivitas pendanaan)
dividen yang diterima (bisa masuk
aktivitas pendanaan)
Aktivitas Investasi adalah aktivitas berupa perolehan dan pelepasan asset
jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
Arus Kas Masuk:
Arus Kas Keluar:
Penjualan asset tetap, penjualan asset Pembelian asset tetap, pembelian asset
tak berwujud, penjualan saham atau tak berwujud, pembelian investasi
instrumen
utang
entitas
lain, saham atau instrumen utang entitas
penerimaan dari pembayaran pinjaman lain, pengeluaran untuk pemberian
kepada entitas lain.
pinjaman kepada entitas lain.
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas.
Arus Kas Masuk:
Menerbitkan
saham,
instrumen utang.
Arus Kas Keluar:
menerbitkan Membeli
treasuri),
kembali
saham
membayar
utang
(saham
atau
STIE Indonesia Banjarmasin
21
Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas
pinjaman, membayar dividen kepada
pemegang saham (bisa masuk aktivitas
operasi).
Contoh penyajian laporan arus kas:
4.3 Latihan Soal
PT ABC
Neraca Saldo Penyesuaian
Per 31 Desember 2015
Kas
Piutang usaha
Asuransi dibayar dimuka
Persediaan
Debet
41,000
163,500
5,900
208,500
Kredit
STIE Indonesia Banjarmasin
22
Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas
Investasi jangka panjang
Tanah
Konstruksi dalam pengerjaan
Paten
Peralatan
Utang usaha
Beban yang harus dibayar
Wesel bayar
Obligasi
Akumulasi penyusutan peralatan
Penyisihan piutang tak tertagih
Modal saham
Agio saham
Saldo laba
Total
339,000
85,000
124,000
36,000
400,000
148,000
49,200
94,000
180,000
240,000
8,700
500,000
45,000
138,000
1,402,900 1,402,900
Susunlah laporan posisi keuangan PT ABC per 31 Desember 2015.
STIE Indonesia Banjarmasin
23
Bab 5 Kas dan Piutang
Bab 5
Kas dan Piutang
5.1 Kas
Kas adalah asset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional
perusahaan. Kas merupakan asset paling likuid karena dapat digunakan untuk
membayar kewajiban perusahaan. Kas terdiri dari uang kartal yang tersimpan dalam
entitas, uang tersimpan dalam rekening bank, dan setara kas. Setara kas adalah
investasi jangka pendek yang sangat likuid. Agar dapat diklasifikasikan dalam
setara kas harus memenuhi karakteristik dapat dikonversi menjadi kas pada jumlah
tertentu tanpa risiko perubahan nilai dan jatuh temponya sangat dekat. Ukuran jatuh
tempo untuk dapat dikategorikan dalam setara kas biasanya tiga bulan.
5.1.1. Sistem Kas Kecil
Untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran kas dalam jumlah kecil entitas
membentuk dana kas kecil. Terdapat dua sistem kas kecil, yaitu:
1. Sistem imprest kas kecil : mekanisme kas kecil dimana dana dipertahankan
tetap. Pada awal dibentuk dana kas kecil dalam jumlah tertentu. Setiap ada
pengeluaran akan dibuat bukti pengeluaran tetapi tidak dibuat jurnal. Jika
jumlah kas kecil akan habis, maka akan dilakukan penggantian sejumlah dana
yang telah dipakai.
2. Fluctuating system: dana kas kecil tidak ditetapkan sejumlah tertentu sehingga
saldonya bervariasi dari waktu ke waktu.
Contoh:
PT Kirim Cepat menetapkan kas kecil Rp 5.000.000 pada 1 Desember 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan fisik kas kecil oleh kasir pada tanggal 31 Desember
2015, kas kecil yang tersisa adalah Rp 1.000.000. Berikut adalah bukti pengeluaran
yang terjadi:

Membayar penggantian biaya perjalanan dinas sebesar 1.400.000

Membayar honor kurir tidak tetap sebesar 750.000

Membayar biaya konsumsi rapat senilai 1.850.000
Sampai dengan akhir periode belum dilakukan penggantian dana kas kecil.
Penggantian baru dilakukan pada 16 Januari 2016 sebesar 4.000.000.
Jurnal:
STIE Indonesia Banjarmasin
24
Bab 5 Kas dan Piutang
1 Des 15
Kas Kecil
Kas di Bank
31 Des 15
16 Jan 16
Rp 5.000.000
Beban perjalanan dinas
Rp 1.400.000
Beban honor
Rp 750.000
Beban konsumsi
Rp 1.850.000
Kas Kecil
1 Jan 16
Rp 5.000.000
Kas Kecil
Rp 4.000.000
Rp 4.000.000
Beban perjalanan dinas
Rp 1.400.000
Beban honor
Rp 750.000
Beban konsumsi
Rp 1.850.000
Beban perjalanan dinas
Rp 1.400.000
Beban honor
Rp 750.000
Beban konsumsi
Rp 1.850.000
Kas di Bank
Rp 4.000.000
5.1.2. Rekonsiliasi Bank
Untuk kas di bank setiap akhir periode dibuat rekonsiliasi antara rekening
bank dan saldo kas menurut pencatatan entitas. Tujuan rekonsiliasi adalah untuk
mencocokkan antara pencatatan di perusahaan dan pencatatan kas yang dilakukan
oleh bank yang mengelola uang perusahaan. Rekonsiliasi ini dapat mengurangi
potensi timbulnya kesalahan pencatatan dan juga potensi hilangnya uang
perusahaan.
Secara umum penyebab perbedaan saldo dalam rekening bank dengan saldo
kas menurut pencatatan entitas adalah sebagai berikut:

Penerimaan yang dilakukan oleh bank namun belum diketahui oleh entitas.

Penerimaan yang dilakukan oleh entitas namun belum disetorkan oleh entitas
atau sudah disetorkan namun belum terlihat dalam rekening koran di bank.

Pengeluaran yang dilakukan oleh bank namun belum diketahui oleh entitas.

Pengeluaran yang dilakukan oleh entitas namun belum diambil oleh pemegang
cek.

Kesalahan mencatat dapat terjadi baik oleh bank maupun entitas.
STIE Indonesia Banjarmasin
25
26
Bab 5 Kas dan Piutang
Contoh:
Pada 31 Desember 2015, PT X mencatat saldo kas sebesar 3.969,45, sedangkan
saldo rekening koran di bank menunjukkan saldo sebesar 4.150. Berikut adalah item
yang berbeda antara pencatatan bank dan PT X
•
Bank mengenakan biaya administrasi sebesar 25 dan belum dicatat PT X
•
Bank menerima pembayaran wesel tagih dari pelanggan PT X, pokok wesel
1.200 dan bunga 36. Atas transaksi tersebut bank mengenakan biaya sebesar
5,5. Transaksi ini belum diketahui oleh entitas.
•
Setoran sebesar 3.390 yang dilakukan pada 31 Des 2015 belum muncul pada
laporan bank.
•
Cek yang dikeluarkan namun belum dicairkan sebesar 2.136,05
•
Cek dari pelanggan sebesar 253,20 belum dapat diuangkan karena dananya
tidak cukup.
•
Perusahaan melakukan kesalahan pencatatan cek pembayaran dari pelanggan
yang seharusnya 90 namun dicatat 60.
•
Perusahaan melakukan kesalahan pencatatan cek untuk pembayaran hutang, cek
#742 senilai 491 dicatat sebesar 419 dan cek #747 senilai 58,2 dicatat sebesar
582.
saldo per laporan bank
deposit dalam transit
cek masih beredar
Saldo
PT X
Rekonsiliasi Bank
31 Des 2015
4150 saldo per laporan entitas
3390 administrasi bank
-2136.05 pembayaran wesel tagih
administrasi bank
Non sufficient fund
kesalahan pencatatan penerimaan cek
kesalahan cek#742
kesalahan cek#747
5403.95 Saldo
3969.85
-25
1236
-5.5
-253.2
30
-72
523.8
5403.95
5.2 Piutang
Piutang merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak lain. Bentuk klaim
pada pihak lain dapat didasarkan pada perjanjian atau komitmen tertulis. Klain yang
didasarkan pada perjanjian tertulis disebut wesel tagih (promissory notes) atau
STIE Indonesia Banjarmasin
Bab 5 Kas dan Piutang
notes receivable. Piutang dapat juga didasarkan pada faktur (invoice) dari transaksi
penjualan, yang disebut piutang dagang atau account receivable.
Sesuai dengan PSAK 55, piutang diakui oleh entitas sebesar nilai wajar.
Nilai wajar merupakan harga perolehan atau nilai pertukaran antara kedua belah
pihak pada tanggal transaksi. Pada saat perolehan, entitas seharusnya mengukur
piutang sebesar nilai kini dari kas yang akan diterima di masa depan (present value
of future cash flow).
Contoh:
PT Matahari menerima wesel tagih dari PT Edelwais untuk melunasi penjualan
mesin sebesar Rp 300.000.000. Harga pokok mesin tersebut Rp 250 juta. Wesel
tagih tersebut berbunga 12%. Wesel tersebut diterbitkan tanggal 31 Desember 2014
dan jangka waktu 12 bulan. Pokok akan diangsur selama 3 kali dengan jumlah
angsuran yang sama. Pembayaran dilakukan setiap akhir tahun.
Nilai angsuran (300 jt, 3, 13%) = Rp 124.904.690
Jurnal
31 Des 14
Wesel Tagih
Penjualan
HPP
Rp 300 jt
Rp 250 jt
Persediaan
31 Des 15
Rp 300 jt
Kas
Rp 250 jt
Rp 124,90 jt
Pendapatan Bunga
Rp 36 jt
Wesel Tagih
Rp 88,90 jt
Setelah perolehan, piutang diukur berdasarkan biaya perolehan yang
diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif. Setiap tanggal pelaporan
entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa piutang mengalami
penurunan nilai. Jika terdapat bukti objektif makan akan diakui kerugian penurunan
nilai. Beberapa contoh peristiwa yang menyebabkan penurunan nilai, seperti:

Piutang tidak dilunasi pada saat jatuh tempo.

Bunga dan pokok tertunggak dalam beberapa kali termin pembayaran.

Pihak pemberi pinjaman memberikan kelonggaran akibat kesulitan keuangan
yang dialami pihak peminjam.
STIE Indonesia Banjarmasin
27
Bab 5 Kas dan Piutang

Peminjam dinyatakan pailit oleh pengadilan.

Memburuknya kondisi ekonomi yang menyebabkan kemampuan membayar
pihak peminjam akan menurun.
Jika terdapat bukti objektif, jumlah kerugian diukur berdasarkan selisih antara nilai
tercatat piutang dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan.
5.3 Latihan Soal
1. Dalam menyiapkan laporan rekonsiliasi bank untuk bulan Juli 2016, PT Indah
memiliki informasi sebagai berikut:
Saldo per bank, 31 Juli 2016
Rp 139.140.000
NSF cek
Rp 45.000.000
Deposit dalam transit, 31 Juli 2016
Rp 50.000.000
Cek masih beredar
Rp 52.000.000
Biaya administrasi bank bulan Juli 2016
Rp
200.000
Hitunglah, berapa saldo kas yang benar pada tanggal 31 Juli 2016?
2. PT Mitra memiliki piutang dagang dari beberapa pelanggan pada 31 Desember
2014 sebagai berikut:
PT Dahlia 30 jt
PT Kenanga 26 jt
PT Aster 25 jt
PT Angrek 15 jt
PT Kamboja 5 jt
PT Tulip 3 jt
Piutang lain tidak signifikan 25 jt
Informasi lain:

PT Tulip dinyatakan pailit.

Piutang PT Angrek telah berumur 3 bulan. Jangka waktu piutang tersebut 1
tahun. PT Mitra mengestimasi piutang tersebut baru bisa dibayar pada 31
Desember 2015 (suku bunga efektif 6%).
Berdasarkan data historis piutang tidak tertagih diestimasi 2% dari nilai piutang.
Hitung berapa penurunan nilai yang terjadi?
STIE Indonesia Banjarmasin
28
Bab 6 Persediaan
Bab 6
Persediaan
6.1 Pengertian
PSAK 14 (revisi 2008) mendefinisikan persediaan sebagai asset yang;
i. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
ii. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut;
iii. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
Klasifikasi persediaan antara satu entitas dengan entitas lain dapat berbedabeda. Entitas perdagangan baik perusahaan ritel maupun perusahaa grosir mencatat
persediaan sebagai persediaan barang dagang (merchandise inventory). Sedangkan
perusahaan manufaktur memiliki 3 jenis persediaan, yakni persediaan barang jadi,
persediaan barang dalam penyelesaian, dan persediaan bahan baku. Namun bagi
entitas jasa, biaya jasa yang belum diakui pendapatannya diklasifikasikan sebagai
persediaan.
Secara teknis, seharusnya suatu entitas mencatat pembelian atau penjualan
atas persediaan ketika telah mendapatkan atau melepaskan hak kepemilikan atas
barang tersebut. Namun, sering kali penentuan atas perpindahan hak kepemilikan
tersebut relative sulit untuk dilakukan, seperti dalam kasus berikut:

Barang dalam transit
Dalam proses pembelian barang, dapat saja terjadi di mana barang masih berada
pada posisi transit pada akhir periode fiskal. Apabila barang dikirim dengan
pengiriman FOB destination, maka biaya transportasi akan dibayar oleh penjual
dan hak kepemilikan tidak beralih hingga pembeli menerima barang tersebut,
sehingga pengakuan persediaan tetap berada pada penjual selama periode
transit. Sedangkan, apabila FOB shipping point, maka biaya transportasi akan
dikirim oleh pembeli dan hak kepemilikan beralih ketika barang dikirimkan,
sehingga pengakuan persediaan berada pada pembeli ketika periode transit.

Penjualan konsinyasi
Pada kerja sama penjualan konsinyasi ini pemilik barang (consignor)
mengirimkan barang kepada penjual (consignee), dimana penjual setuju untuk
menerima barang tanpa ada kewajiban apa pun, kecuali perawatan dan
STIE Indonesia Banjarmasin
29
Bab 6 Persediaan
penjagaan terhadap kehilangan dan kerusakan, hingga barang tersebut terjual
kepada pihak lain. Barang konsinyasi akan tetap menjadi milik pemilik barang
dan pemilik barang tetap akan mencatat barang tersebut pada persediaannya.
Pihak penjual yang dititipkan barang tersebut tidak mengakui barang itu dalam
persediaannya. Pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan
dilakukan oleh pemilik barang dengan mengungkapkan jumlah barang yang
dikonsinyasikan.

Barang atas penjualan dengan perjanjian khusus
Ketika transaksi penjualan dilakukan dan hak kepemilikan telah beralih, maka
seharusnya risiko dan manfaat dari kepemilikan juga beralih dari penjual
kepada pembeli. Namun demikian, dapat terjadi dimana penjual masih
memegang risiko dan manfaat dari kepemilikan atas barang tersebut. Dalam
kondisi tersebut maka penjual masih harus mengakui kepemilikannya atas
barang tersebut dan tidak terjadi pengurangan atas persediaan. Pada penjualan
dengan perjanjian pembelian kembali maka penjual tidak dapat mengakui
perjanjian tersebut sebagai penjualan dan tidak mengurangi barang tersebut dari
persediaannya. Untuk penjualan dengan tingkat pengembalian tinggi maka
penjual memiliki dua pilihan, pertama adalah mencatat penjualan pada nilai
penuh dan membentuk akun penyisihan atas estimasi pengembalian penjualan,
kedua adalah tidak mencatat adanya penjualan hingga dapat diperkirakan
tingkat pengembalian oleh pembeli. Sedangkan untuk penjualan dengan cicilan
maka penjual akan mengakui adanya penjualan dan mengeluarkan persediaan
apabila dapat diestimasikan secara baik nilai persentase kemungkinan penjualan
tidak tertagih.
6.2 Pengukuran
Berdasarkan PSAK 14 (revisi 2008) menyatakan bahwa persediaan diukur
berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. Biaya
persediaan meliputi:
1. Biaya pembelian, meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya, biaya
pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
STIE Indonesia Banjarmasin
30
Bab 6 Persediaan
diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat,
dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian
2. Biaya konversi, mencakup biaya yang timbul untuk memproduksi bahan baku
menjadi barang jadi atau barang dalam produksi.
3. Biaya lainnya, mencakup semua biaya yang timbul agar persediaan tersebut
berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Dalam melakukan pencatatan persediaan, entitas dapat menggunakan
sistem:

Sistem periodik merupakan sistem pencatatan persediaan dimana kuantitas
persediaan ditentukan secara periodic yaitu hanya pada saat perhitungan fisik
yang biasanya dilakukan secara stock opname.

Sistem perpertual merupakan sistem pencatatan persediaan diman pencatatan
yang up to date terhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi
perubahan nilai persediaan.
Contoh:
Asumsi arus biaya yang digunakan oleh suatu entitas ini dapat saja berbeda
dengan asumsi arus fisik dari barang persediaannya. Standar akuntansi tidak
mengatur bahwa suatu entitas harus memilih asumsi arus biaya yang sesuai dengan
STIE Indonesia Banjarmasin
31
Bab 6 Persediaan
arus fisik persediaan. Terdapat 3 alternatif arus biaya yang bisa digunakan entitas,
yakni:
a. Metode Identifikasi Khusus
Berdasarkan metode ini maka suatu entitas harus mengidentifikasikan barang
yang dijual dengan tiap jenis dalam persediaan spesifik. Metode ini merupakan
metode yang paling ideal karena terdapat kecocokan antara biaya dan
pendapatan (matching cost against revenue). Metode ini hanya diterapkan pada
entitas yang memiliki persediaan sedikit, nilainya tinggi, dan dapat dibedakan
satu sama lain.
b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau FIFO
MPKP mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau
digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir
adalah barang yang dibeli atau diproduksi kemudian. Kelebihan metode ini
adalah relevansi nilai persediaan yang disajikan dalam laporan posisi keuangan
perusahaan. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah tidak merefleksikan
nilai laba yang paling akurat karena metode ini kurang cocok antara biaya dan
pendapatan.
c. Metode Rata-rata Tertimbang
Metode rata-rata tertimbang digunakan dengan menghitung biaya setiap unit
berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode
dan biaya unit serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode.
Perusahaan dapat menghitung rata-rata biaya secara berkala atau pada saat
penerimaan kiriman.
Nilai realisasi neto merupakan estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa
dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk
membuat penjualan. Persediaan akan dinilai pada nilai realisasi netonya apabila
nilai persediaan (yang didapat dari metode identifikasi khusus/MPKP/rata-rata)
lebih tinggi dari estimasi nilai yang akan diperoleh kembali. Penurunan nilai
menjadi nilai realisasi neto mungkin saja terjadi apabila barang persediaan
mengalami kerusakan, seluruh atau sebagian persediaan telah usang, atau harga
jualnya telah turun. Ketika suatu entitas memiliki kelompok produk yang sejenis,
STIE Indonesia Banjarmasin
32
Bab 6 Persediaan
penerapan penilaian persediaan dengan menggunakan metode nilai yang lebih
rendah antara biaya dan nilai realisasi neto dapat diterapkan untuk barang secara
individual maupun kelompok.
Penilaian terhadap nilai realisasi neto suatu entitas harus dilakukan secara
berkala. Apabila suatu entitas telah melakukan penurunan nilai persediaan, dan
pada periode selanjutnya terdapat peningkatan nilai realisasi neto, maka jumlah
penurunan nilai harus dibalik (jumlah pemulihan yang dapat dilakukan adalah
sebatas jumlah penurunan nilai awal) sehingga jumlah tercatat baru bagi persediaan
adalah nilai yang terendah dari biaya atau nilai realisasi neto yang telah direvisi.
Pembalikan nilai penurunan tersebut dicatat dengan mendebit akun penyisihan dan
mengkredit akun pembalik kerugian persediaan.
Contoh:
STIE Indonesia Banjarmasin
33
Bab 6 Persediaan
6.3 Latihan Soal
1. PT ABC mencatat transaksi berikut selama bulan September 2015:
Pembelian
Penjualan
Tanggal Kuantitas Harga/unit Tanggal Kuantitas Harga/unit
1
600
600
3
500
1.000
4
1.500
608
9
1.300
1.000
8
800
640
11
600
1.100
13
1.200
650
23
1.200
1.100
21
700
660
27
900
1.200
29
500
679
5.300
4.500
Pertanyaan:
a) Dengan menggunakan sistem periodik, hitunglah nilai persediaan
pada 30 September 2015 dengan menggunakan metode FIFO dan
rata-rata tertimbang
b) Dengan menggunakan sistem perpetual, hitunglah nilai persediaan
pada 30 September 2015 dengan menggunakan metode FIFO dan
rata-rata tertimbang
c) Manakah yang menunjukan nilai persedian yang lebih tinggi,
metode FIFO atau rata-rata tertimbang
2. Berikut adalah informasi yang terkait dengan persediaan di PT XXX (dalam
ribuan rupiah)
Produk A1 Produk A2 Produk A3
Biaya
190
106
53
Harga jual
212
145
73.75
Biaya untuk menjual
19
8
2.5
Biaya untuk menyelesaikan
25
20
21.25
Diminta:
a) Hitunglah NRV untuk setiap produk di atas (Untuk setiap produk
dan Total)
b) Hitunglah nilai persediaan PT XXX
c) Buatlah jurnal penyesuaian untuk nilai persediaan PT XXX
STIE Indonesia Banjarmasin
34
Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi
Bab 7
Aset Tetap dan Properti Investasi
7.1 Aset Tetap
Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2007), asset tetap adalah asset berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Dari definisi di atas, terdapat beberapa hal penting terkait asset tetap, yaitu:

Asset tetap adalah asset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik (seperti tanah,
bangunan, mesin)

Asset tetap mempunyai tujuan penggunaan khusus, yaitu digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain,
atau untuk tujuan administratif.

Asset tetap termasuk ke dalam asset tidak lancar, karena diharapkan akan
digunakan untuk lebih dari 1 periode akuntansi.
Suatu asset tetap yang memenuhi klasifikasi untuk diakui sebagai asset pada
awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan asset tetap meliputi:
1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain.
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa asset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar asset siap digunakan sesuai dengan
keinginan dan maksud manajemen.
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorasi
lokasi asset.
Ada kalanya entitas membangun sendiri asset tetapnya. Untuk pendanaan
pembangunan tersebut, perusahaan dapat memperoleh pinjaman dan dari pinjaman
tersebut terdapat biaya pinjaman yang harus ditanggung entitas. Berdasarkan PSAK
26, biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan,
konstruksi, atau produksi asset kualifikasian adalah bagian dari biaya perolehan
asset tersebut. Asset kualifikasian adalah asset yang membutuhkan suatu periode
waktu yang substansial agar siap untuk digunakan atau dijual sesuai dengan
maksudnya.
STIE Indonesia Banjarmasin
35
Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi
Awal tanggal kapitalisasi bunga pinjaman adalah tanggal ketika entitas
pertama kali memenuhi semua kondisi tersebut:

Terjadinya pengeluaran asset

Terjadinya biaya pinjaman

Entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan asset
untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.
Terkait pinjaman untuk pembangunan asset tetap tersebut, entitas dapat
memperoleh pinjaman yang secara spesifik untuk tujuan pembangunan asset tetap
dan pinjaman dana secara umum. Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dari dua
jenis sumber pinjaman tersebut adalah:

Dana yang secara spesifik untuk tujuan pembangunan asset tetap: jumlah biaya
pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar biaya pinjaman actual yang
terjadi atas pinjaman tersebut selama periode berjalan.

Dana secara umum yang digunakan untuk tujuan penggunaan asset tetap, maka
jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah dengan menggunakan
tingkat kapitalisasi untuk pengeluaran atas asset tersebut.
Tingkat kapitalisasi adalah rata-rata tertimbang biaya pinjaman atas saldo pinjaman
periode berjalan dari dana secara umum tersebut.
Contoh:
PT Nortel membuat sebuah gedung kantor baru. Pembangunan tersebut dimulai
pada 1 Jan 2014 dan akan selesai selama 1 tahun. Total biaya pembangunan adalah
Rp 1 M. Untuk pembangunan gedung tersebut PT Nortel mendapat pinjaman
khusus untuk pembangunan gedung dari Bank ICBS sebesar Rp 500 juta rupiah
(bunga 10% p.a.). Selain itu PT Nortel juga menggunakan pinjaman umum lainnya
untuk biaya pembangunan gedung, pinjaman tersebut terdiri dari:
 Wesel bayar sebesar 400 juta (bunga 12% p.a.)
 Utang Bank sebesar 800 juta (bunga 13.5% p.a.)
Pengeluaran yang terjadi selama konstruksi:
1 Januari 2014  300 juta
1 April 2014  300 juta
1 Juli 2014  250 juta
1 Desember 2014  150 juta
STIE Indonesia Banjarmasin
36
Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi
Hitunglah bunga yang boleh dikapitalisasi atas pembangunan gedung tersebut dan
buatlah jurnalnya?
Setelah pengakuan awal entitas harus memilih model biaya atau model
revaluasi. Model yang dipilih oleh entitas harus diterapkan terhadap seluruh asset
tetap dalam kelompok yang sama.
Dalam model biaya, setelah diakui sebagai asset maka suatu asset tetap
dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai asset.
Sedangkan dengan model revaluasi, setelah pengakuan awal, asset tetap
yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah
revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi. Berdasarkan PSAK 16, nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk
mempertukarkan suatu asset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s length
transaction). Berikut adalah berbagai kondisi terkait dengan perubahan jumlah
tercatat akibat penerapan metode revaluasi:

Kondisi 1: jika jumlah tercatat asset meningkat akibat revaluasi, kenaikan
tersebut langsung dikreditkan ke surplus revaluasi.

Kondisi 2: jika sebelumnya asset tersebut telah mengalami penurunan nilai
yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif, maka kenaikan revaluasi
harus diakui dalam laporan laba rugi komprehensif hingga sebesar jumlah
penurunan tersebut.

Kondisi 3: jika jumlah tercatat asset turun akibat revaluasi, maka penurunan
tersebut diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.

Kondisi 4: penurunan nilai akibat revaluasi langsung didebet ke surplus
revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus
revaluasi untuk asset tersebut.
Terdapat dua alternative perlakuan saldo surplus revaluasi, yakni:
1. Surplus revaluasi asset tetap yang disajikan dalam pendapatan komprehensif
lain dapat dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat asset tersebut
dihentikan pengakuannya.
STIE Indonesia Banjarmasin
37
Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi
2. Sebagian surplus revaluasi dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan asset
oleh entitas, yaitu dipindahkan ke saldo laba sebesar perbedaan antara jumlah
penyusutan berdasarkan nilai revaluasian asset dengan jumlah penyusutan
berdasarkan biaya perolehan asset tersebut.
7.1.1. Penyusutan
Setiap bagian dari asset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup
signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh asset harus disusutkan secara
terpisah. Entitas harus mengestimasi nilai residu dan umur manfaat dari asset tetap
untuk menentukan besaran penyusutan tiap periode. Umur manfaat adalah (i) suatu
periode dimana asset diharapkan akan digunakan oleh entitas; atau (ii) jumlah
produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari asset tersebut oleh
entitas. Berikut adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan umur manfaat dari asset:
a. Prakiraan daya pakai dari asset yang bersangkutan.
b. Prakiraan tingkat keusangan fisik, yang pergantung pada factor pengoperasian
asset tersebut.
c. Keusangan teknis dan keusangan komersial.
d. Pembatasan pengunaan asset karena aspek hukum atau peraturan tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai residu asset adalah jumlah yang
diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan asset, setelah dikurangi
taksiran biaya pelepasan, jika asset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang
diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Terdapat beberapa alternatif metode penyusutan, yaitu:
1. Metode garis lurus
2. Metode saldo menurun
3. Metode jumlah unit.
7.1.2. Penurunan Nilai
Entitas harus melakukan review setiap akhir periode untuk menentukan
apakah terjadi penurunan nilai atas asset tetapnya. Berdasarkan PSAK 48 tentang
penurunan nilai, suatu asset mengalami penurunan nilai jika nilai tercatatnya lebih
besar dibandingkan nilai terpulihkan (recoverable amount). Nilai terpulihkan
STIE Indonesia Banjarmasin
38
Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi
adalah nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya menjual (fair value less cost
to sell) dan nilai pakai (value in use). Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah
jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu asset atau unit penghasil kas
dalam transaksi antar pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan,
dikurangi biaya pelepasan asset. Sedangkan nilai pakai adalah nilai kini dari
taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima. Dalam mempertimbangkan ada
tidaknya
indikasi
penurunan
nilai
asset
tetap,
maka
entitas
harus
mempertimbangkan informasi dari sumber eksternal dan internal.
7.2 Properti Investasi
Berdasarkan PSAK 13 (revisi 2007), properti investasi adalah properti
(tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang
dikuasai (oleh pemilik atau penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk
menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk: (i)
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif, dan (ii) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Pada saat pengukuran awal, properti investasi yang memenuhi kualifikasi
untuk diakui sebagai asset harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan
tersebut meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan
secara langsung, seperti: biaya jasa hukum, pajak penjualan, dan biaya transaksi
lainnya.
Setelah pengukuran awal, entitas harus memilih model nilai wajar atau
model biaya sebagai kebijakan akuntansi pengukuran setelah perolehan. Model
yang dipilih harus diterapkan pada seluruh properti investasinya. Model biaya
dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai asset. Sedangkan dengan menggunakan model wajar, properti
investasi diukur berdasarkan nilai wajar. Perbedaan model nilai wajar dan model
revaluasi adalah dengan model nilai wajar, selisih yang timbul dari penyesuaian ke
nilai wajar langsung yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif dan tidak
dilakukan penyusutan apabila entitas memilih menggunakan model nilai wajar.
STIE Indonesia Banjarmasin
39
Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi
7.3 Latihan Soal
Pada tanggal 1 Februari 2015, PT XX membeli sebidang tanah untuk
membangun gedung kantor entitas seharga Rp 710.000.000 tunai. PT XX
memulai konstruksi gedung kantor barunya pada tanggal 1 Februari 2015.
Berikut adalah pengeluaran yang terjadi untuk konstruksi tersebut
Tanggal
Pengeluaran
1 Mar 2015
Rp 540 jt
1 Apr 2015
Rp 648 jt
1 Mei 2015
Rp 900 jt
1 Jul 2015
Rp 1.800 jt
Gedung kantor tersebut selesai dibangun dan siap untuk digunakan pada tanggal
1 Agustus 2015. Untuk mendanai konstruksi tersebut, entitas meminjam dari
bank sebesar Rp 1M dengan tingkat bunga 9% dan jangka waktu pinjaman
selama 3 tahun. Selain dari pinjaman khusus, untuk melakukan konstruksi
tersebut, entitas juga melakukan pinjaman lain (yang timbul pada tanggal 2
Januari 2013) sebesar Rp 400 juta dengan tingkat bunga 12% dan jangka waktu
5 tahun.
Diminta:

Berapa biaya bunga yang dapat dikapitalisasi?

Hitung berapa biaya perolehan dari gedung kantor tersebut?
STIE Indonesia Banjarmasin
40
Bab 8 Aset Tak Berwujud
Bab 8
Aset Tak Berwujud
8.1 Definisi
PSAK 19 (revisi 2010) mendefinisikan asset tak berwujud sebagai asset non
moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Karakteristik utama asset tak
berwujud, antara lain:
1. Dapat diidentifikasi, suatu asset dapat dikatakan memenuhi kriteria ini jika:
a. Dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dipindahkan,
dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara tersendiri atau
bersama-sama dengan kontrak terkait, asset atau liabilitas teridentifikasi,
terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal tersebut.
b. Timbul dari kontrak atau hal legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut
dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan
kewajiban-kewajiban lainnya.
2. Kendali, entitas mengendalikan suatu asset jika entitas memiliki kemampuan
untuk memperoleh manfaat ekonomis dari asset tersebut dan dapat membatasi
akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomi tersebut.
3. Tidak mempunyai wujud fisik.
8.2 Pengakuan Awal
Asset tak berwujud diakui sebagai asset jika:
a. Memenuhi definisi asset tak berwujud
b. Memenuhi kriteria pengakuan, yakni (i) kemungkinan besar entitas akan
memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut dan (ii) biaya
perolehan asset tersebut dapat diukur secara andal.
Asset tak berwujud pada pengakuan awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan.
Pengukuran biaya perolehan asset tak berwujud tergantung dari kondisi asset tak
berwujud tersebut. Berikut adalah beberapa kemungkinan cara perolehan asset tak
berwujud, yakni:
1. Perolehan Terpisah
Biaya perolehannya meliputi:
STIE Indonesia Banjarmasin
41
Bab 8 Aset Tak Berwujud

Harga pembelian, termasuk bea impor dan pajak yang tidak dapat
dikembalikan, dikurangi diskon dan rabat;

Biaya yang secara langsung dapat diatribusikan yang terjadi dalam
menyiapkan asset tersebut sehingga siap untuk digunakan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
2. Akuisisi sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis
Biaya perolehan asset tak berwujud yang diakuisisi sebagai bagian dari
kombinasi bisnis adalah nilai wajarnya pada tanggal akuisisi.
3. Akuisisi dengan Hibah Pemerintah
Pemerintah dapat memindahkan atau mengalokasikan asset tak berwujud,
seperti hak untuk mendarat di bandara udara, hak beroperasi pada stasion
televise atau radio, hak impor atau hak quota atau hak untuk mengakses sumber
terbatas lainnya, kepada entitas tertentu. Terdapat beberapa pilihan dalam
menentukan biaya perolehannya, seperti:

Mengakui sebesar nilai wajar; atau

Mengakui asset tak berwujud dan hibah dengan nilai nominal ditambah
dengan segala pengeluaran yang berhubungan secara langsung untuk
menyiapkan asset tersebut agar bisa digunakan sesuai dengan maksud
penggunaannya.
4. Pertukaran Aset
Biaya perolehan dari asset tak berwujud yang diperoleh dari pertukaran diukur
pada nilai wajar, kecuali transaksi pertukaran tersebut kurang memiliki
substansi komersial atau nilai wajar asset baik yang diterima maupun yang
dilepaskan tidak dapat diukur dengan andal. Jika asset yang diperoleh tidak
diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehan asset tak berwujud diukur
sesuai dengan jumlah tercatat dari asset yang dilepaskan.
5. Aset Tak Berwujud yang Dihasilkan secara internal
Goodwill hanya boleh diakui sebagai akibat dari kombinasi bisnis. Goodwill
yang timbul internal tidak diakui sebagai asset tak berwujud karena tidak
memenuhi kriteria pengakuan. Untuk menentukan apakah asset tak berwujud
yang dihasilkan secara internal (selain goodwill) dapat diakui sebagai asset tak
berwujud, maka perlu dibedakan antara tahap penelitian dan pengembangan.
STIE Indonesia Banjarmasin
42
Bab 8 Aset Tak Berwujud
Penelitian adalah penelitian orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan
harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu
yang baru. Seluruh biaya penelitian harus dibebankan pada periode yang
bersangkutan.
Pengembangan adalah tahapan temuan penelitian atau pengetahuan lainnya
pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses,
sistem, atau jasa yag sifarnya baru atau yang mengalami perbaikan substansial,
sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian. Biaya dalam tahap
pengembangan dapat dikapitalisasi jika manfaat ekonomi masa depan
kemungkinan besar akan diterima oleh entitas yang bersangkutan.
8.3 Pengukuran Setelah Perolehan
Setelah pengakuan awal, entitas harus memilih salah satu dari 2 dasar
pengukuran asset tak berwujud, yakni model biaya perolehan dan model revaluasi.
Jika entitas memilih menggunakan model revaluasi maka semua asset dalam kelas
yang sama harus diperlakukan sama, kecuali tidak ada pasar aktif untuk asset
tersebut.
Jika entitas memilih menggunakan model biaya maka setelah pengukuran
awal asset tak berwujud dinilai berdasarkan biaya perolehannya dikurangi dengan
akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Apabila model revaluasi
dipilih oleh entitas, maka nilai asset setelah pengukuran awal dinilai berdasarkan
nilai wajar dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan
nilai. Penerapan model revaluasi, sama seperti yang telah dijelaskan pada bab
mengenai asset tetap.
8.3.1. Amortisasi
Setelah pengakuan awal, maka entitas perlu melakukan amortisasi atas asset tak
berwujud. Amortisasi sama halnya dengan depresiasi yang dilakukan atas asset
tetap. Untuk melakukan amortisasi, entitas perlu menentukan masa manfaat dari
asset tak berwujud. Asset tak berwujud dengan masa manfaat terbatas harus
diamortisasi. Jumlah yang diamortisasi adalah harga perolehan asset dikurangi nilai
sisanya. Amortisasi dimulai pada saat asset tersebut siap untuk digunakan dan
STIE Indonesia Banjarmasin
43
Bab 8 Aset Tak Berwujud
dihentikan pada saat asset tersebut dihentikan penggunaannya atau direklasifikasi
menjadi asset tidak lancar dimiliki untuk dijual sesuai PSAK 58. Sedangkan apabila
asset tak berwujud tersebut memiliki masa manfaat yang tidak terbatas, maka
entitas tidak perlu melakukan amortisasi, tapi entitas perlu melakukan pengujian
penurunan nilai secara tahunan untuk mengetahui apakah nilai terpulihkan dari
asset tak berwujud tersebut lebih rendah dari nilai tercatatnya.
8.4 Penyajian
Dalam laporan posisi keuangan, asset tak berwujud termasuk dalam asset tak lancar.
Dalam laporan laba rugi komprehensif, penyajian beban amortisasi dan kerugian
dari penurunan nilai sebagai bagian dari laba operasi berkelanjutan. Berikut adalah
controh penyajian asset tak berwujud dalam laporan posisi keuangan:
8.5 Latihan Soal
Pada tanggal 1 Januari 2014, PT ABC membeli paten dengan harga perolehan Rp
350 juta. Paten tersebut mempunyai masa manfaat 5 tahun dan diamortisasi
menggunakan metode garis lurus. Pada tanggal 31 Desember 2015, entitas
memutuskan adanya indikasi penurunan nilai atas paten tersebut. Estimasi nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual paten tersebut adalah Rp 180 juta dan estimasi
nilai pakainya adalah Rp 195 juta. Selain itu, masa manfaat paten tersebut
diestimasi sisa 2 tahun lagi.
Diminta:
STIE Indonesia Banjarmasin
44
Bab 8 Aset Tak Berwujud
-
Berapa kerugian dari penurunan nilai paten yang diakui di laporan laba rugi
komprehensif 2015?
-
Hitunglah beban amortisasi paten untuk tahun 2016?
STIE Indonesia Banjarmasin
45
Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual
Bab 9
Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual
9.1 Pengertian
Asset tidak lancar adalah asset yang tidak memenuhi definisi asset lancar,
misalnya asset tetap atau asset tak berwujud. Dimiliki untuk dijual artinya nilai
tercatat asset akan dipulihkan melalui penjualan, bukan digunakan dalam kegiatan
usaha. Suatu asset yang dimiliki untuk dijual adalah ketika entitas berniat untuk
tidak menggunakan asset tersebut dalam kegiatan operasionalnya, namun berniat
untuk menjualnya. Asset ini diidentifikasi secara terpisah agar pengguna laporan
keuangan mendapat informasi mengenai kinerja entitas di masa depan. Asset tidak
lancar yang dimiliki untuk dijual diatur tersendiri dalam PSAK 58 (revisi 2009).
9.2 Pengakuan Awal
Untuk dapat diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, asset tersebut
harus memenuhi 2 syarat, yaitu:
1. Berada dalam keadaan dapat dijual
Hal ini berarti bahwa asset ini sudah dalam kondisi siap dijual dengan syaratsyarat yang biasa dan umum diperlukan dalam penjualan asset tersebut.
Misalnya, suatu entitas yang telah mendapatkan pembeli, bermaksud
mengalihkan gedung kepada pembeli setelah mengosongkan gedung tersebut.
2. Penjualannya harus sangat mungkin terjadi
Penjualan dikatakan sangat mungkin terjadi, jika:

Manajemen berkomitmen terhadap rencana penjualan asset;

Memulai suatu program aktif untuk mencari pembeli dan menyelesaikan
rencana tersebut;

Asset harus dipasarkan secara aktif pada harga yang pantas sesuai dengan
nilai wajar kininya;

Penjualan diperkirakan memenuhi ketentuan pengakuan sebagai penjualan
dalam waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi asset. Namun, sangat
mungkin kondisi yang terjadi akan menyebabkan penjualan tersebut dapat
melampaui periode lebih dari 1 tahun. Kondisi yang diperbolehkan terjadi
STIE Indonesia Banjarmasin
46
Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual
agar asset tersebut tetap diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual
walaupun kemungkinan realisasi penjualan lebih dari 1 tahun, yaitu:
o Penundaan tersebut disebabkan oleh situasi dan kondisi yang berada
diluar kendali entitas.
o Terdapat cukup bukti bahwa entitas tetap berkomitmen untuk menjual
asset tersebut.

Tidak mungkin terjadi perubahan signifikan atau pembatalan atas rencana
penjualan.
9.3 Pengukuran
Pada saat asset diklasifikasikan menjadi asset tidak lancar yang dimiliki
untuk dijual, asset tersebut diukur pada nilai yang lebih rendah antara nilai
tercatat atau nilai wajar neto. Nilai tercatat adalah nilai terakhir yang diakui pada
laporan posisi keuangan. Nilai wajar neto adalah nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual. Biaya untuk menjual adalah biaya yang akan terjadi ketika entitas melepas
asetnya. Misalnya biaya transportasi untuk mengantar asset sampai ke tempat
pembeli atau biaya untuk membuat iklan penjualan asset.
Jika pada saat awal pengakuan, nilai wajar neto asset lebih rendah dari nilai
tercatatnya, maka entitas harus mengakui sebesar nilai wajar netonya, sehingga rugi
penurunan nilai asset tersebut langsung diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif pada saat awal pengakuan.
Asset tidak lancar yang telah diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual tidak
didepresiasikan lagi. Jadi, depresiasinya dihentikan sampai sesaat asset tersebut
diklasifikasi sebagai asset dimiliki untuk dijual.
Contoh:
PT Sun membeli mesin yang diakui sebagai asset tetap pada 1 Januari 2012 dengan
biaya perolehan Rp 50 juta. Asset ini diestimasi mempunyai nilai residu Rp 5 juta
dan masa manfaat 5 tahun. Pada tanggal 1 Januari 2015 aset tersebut
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual. Nilai wajarnya adalah Rp 20 juta dan
diperkirakan akan mengeluarkan biaya ongkos angkus ke tempat pembeli sebesar
Rp 1 juta.
Nilai tercatat asset = Rp 50 juta – Rp 27 juta = Rp 23 juta
STIE Indonesia Banjarmasin
47
Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual
Nilai wajar neto = Rp 20 juta – Rp 1 juta = Rp 19 juta
Rugi penurunan nilai = Rp 4 juta
Jurnal
Rugi penurunan nilai
Rp 4 juta
Mesin
Mesin dimiliki untuk dijual
Rp 4 juta
Rp 19 juta
Mesin
Rp 19 juta
9.4 Pengukuran Selanjutnya
Dalam pengukuran selanjutnya, entitas mereview nilai tercatat asset
dibandingkan dengan nilai wajar netonya. Jika nilai wajar neto kemudian
mengalami penurunan lagi dibandingkan dengan nilai tercatat terakhir maka entitas
harus kembali mengakui rugi penurunan nilai tersebut. Namun, jika pada
pengukuran selanjutnya nilai wajar neto mengalami kenaikan, maka entitas dapat
mengakui pemulihan penurunan nilai tersebut namun tidak melebihi akumulasi
penurunan nilai yang telah dicatat sejak klasifikasi asset sebagai asset tidak lancar
dimiliki untuk dijual. Pemulihan atas penurunan nilai tersebut diakui sebagai
keuntungan laba rugi.
Ketika perusahaan menggunakan model revaluasi dalam mengukur asset
tidak lancar yang kemudian diklasifikasi sebagai asset dimiliki untuk dijual, maka
asset tersebut harus direvaluasi ke nilai wajarnya sesaat sebelum direklasifikasi.
Setelah reklasifikasi, biaya menjual dikurangkan dan diakui sebagai rugi penurunai
nilai sebagai bagian dari laba rugi periode berjalan.
9.5 Penghentian Pengakuan dan Perubahan Rencana
Ketika entitas telah mengklasifikasi asset tidak lancar sebagai dimiliki untuk
dijual, namun kemudian kriteria pengakuan asset ini tidak lagi terpenuhi atau
perusahaan mengubah rencana untuk tidak menjual asset ini, maka entitas harus
menghentikan pengklasifikasian asset tersebut sebagai dimiliki untuk dijual.aset
tidak lancar yang dihentikan pengklasifikasiannya sebagai dimiliki untuk dijual,
maka selanjutnya harus diukur pada nilai yang lebih rendah antara:
STIE Indonesia Banjarmasin
48
Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual

Nilai tercatat asset tersebut sebelum diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual, disesuaikan dengan penyusutan, amortisasi atau penilaian kembali yang
telah diakui jika asset tersebut tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual; atau

Nilai terpulihkan pada saat tanggal keputusan untuk tidak menjual.
9.6 Penyajian
Asset yang diklasifikasikan sebagai asset tidak lancar dimiliki untuk dijual
harus disajikan secara terpisah dengan kelompok asset lainnya pada laporan posisi
keuangan. Asset semacam ini disajikan sebagai kelompok asset terpisah dalam
kelompok asset tidak lancar dimiliki untuk dijual dalam kelompok asset lancar.
Asset ini disajikan dalam kelompok asset lancar karena akan direalisasikan melalui
penjualan dalam jangka waktu 1 tahun.
9.7 Latihan Soal
Pada tanggal 20 Desember 2015, perusahaan mengklasifikasikan dua asset sebagai
dimiliki untuk dijual dan terjual pada 31 Maret 2016. Rincian asset tersebut adalah
sebagai berikut:
Nilai tercatat
Nilai wajar – biaya Harga jual netto
(20 Des 15)
menjual (20 Des 15)
(31 Maret 2016)
Mesin
Rp 500 jt
Rp 600 jt
Rp 620 jt
Kendaraan
Rp 400 jt
Rp 350 jt
Rp 360 jt
Asset
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi di atas?
STIE Indonesia Banjarmasin
49
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009.
Jakarta: Salemba Empat.
Kieso, Donald. E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2010. Intermediate
Accounting: IFRS Edition. Edisi 1. Volume 1. John Wiley & Sons.
Martani, Dwi., et. al. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK.
Edisi 1. Buku 1. Salemba Empat.
50
Download
Study collections