MODUL AKUNTANSI KEUANGAN 1 Penulis: Drs. Abdul Kadir, M.Si., Ak., CA Drs. H. Safriansyah, M.Si., Ak. Nur Astri Sari, M.Ak, Ak., CA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIE INDONESIA) BANJARMASIN 2016 KATA PENGANTAR Tujuan utama penulisan modul ini adalah untuk membantu mahasiswa memahami materi kuliah Akuntansi Keuangan 1 yang sesuai dengan penerapan PSAK yang berbasis IFRS. Dalam penulisan modul ini melibatkan bantuan dari banyak pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan modul ini. Penulis menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangan. Kami sangat menghargai apabila ada masukan dari para pembaca kepada kami. Penulis berharap semoga modul ini bermanfaat bagi para mahasiswa/i dan pembaca lainnya. Banjarmasin, Agustus 2016 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas Bab 5 Kas dan Piutang Bab 6 Persediaan Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi Bab 8 Aset Tak Berwujud Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual DAFTAR PUSTAKA ii i ii 1 6 12 18 24 29 35 41 46 50 Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi 1 Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi 1.1 Akuntansi Akuntansi didefinisikan sebagai suatu sistem dengan input data dan output berupa informasi dan laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna internal maupun ekternal entitas (Kieso, et al, 2010). Sebagai sistem, akuntansi terdiri atas input, yaitu transaksi, proses yaitu kegiatan untuk merangkum transaksi, dan output berupa laporan keuangan. Berdasarkan pengertian akuntansi tersebut, ada 4 hal penting, yakni: a. Input akuntansi adalah transaksi yaitu peristiwa bisnis yang bersifat keuangan. b. Proses, merupakan serangkaian kegiatan untuk merangkum transaksi menjadi laporan. c. Output akuntansi adalah informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan. d. Pengguna informasi keuangan adalah pihak yang memakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. 1.2 Akuntansi Keuangan Bidang akuntansi dilihat dari sisi pengguna informasi dibagi menjadi dua yakni, akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Bidang akuntansi yang membahas penyusunan laporan keuangan untuk pengguna eksternal disebut sebagai akuntansi keuangan. Sedangkan bidang akuntansi yang berfokus pada akuntansi untuk tujuan internal entitas disebut akuntansi manajemen. Berikut adalah perbedaan antara akuntansi keuangan dan manajemen: Keuangan Tujuan Mengkomunikasikan Manajemen posisi Membantu manajer dalam keuangan pengambilan keputusan. Pemakai Pihak eksternal Pihak internal/manajemen Fokus Berorientasi masa lalu Berorientasi masa depan Dasar pencatatan Prinsip Akuntansi Berterima Umum Cost-benefit Rentang Waktu Tahunan/kuartal/semester Bervariasi 1.3 Standar Akuntansi Keuangan Laporan keuangan untuk tujuan umum dibuat untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan yang STIE Indonesia Banjarmasin Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi beragam dengan kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, untuk menyusun laporan keuangan diperlukan standar akuntansi. Standar berfungsi memberikan acuan dan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan antarentitas menjadi lebih seragam. Standar akuntansi berisikan pedoman penyusunan laporan keuangan. Standar akuntansi terdiri dari kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan dan penyataan standar akuntansi. Kerangka konseptual berisikan tujuan, komponen laporan, karakteristik kualitatif, dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan. Sedangkan, PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) berisikan pedoman untuk penyusunan laporan, pengaturan transaksi atau kejadian, dan komponen tertentu dalam laporan keuangan. Saat ini, hanya dua standar akuntansi yang banyak dijadikan referensi atau diadopsi di dunia, yaitu IFRS (International Financial Accounting Standard) dan US GAAP (US Generally Accepted Accounting Principles). IFRS disusun oleh International Accounting Standard Board (IASB) sedangkan US GAAP disusun oleh Financial Accounting Standard Board (FASB). Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia terdiri atas empat standar, sering disebut sebagai 4 pilar standar akuntansi, yaitu; a. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) SAK digunakan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik yaitu entitas terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (yang menggunakan dana masyarakat seperti asuransi, perbankan, dan dana pension). SAK mulai mengadopsi IFRS penuh mulai tahun 2012. b. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntantabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntanbilitas publik signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum. Standar ini mengadopsi IFRS untuk SME (small medium enterprise) dengan beberapa penyederhanaan. c. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) SAK Syariah adalah standar yang digunakan untuk entitas yang memiliki transaksi syariah atau entitas berbasis syariah. STIE Indonesia Banjarmasin 2 Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi d. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) SAP digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan baik pusat maupun daerah. 1.4 Pengembangan SAK di Indonesia Profesi akuntan di Indonesia terhimpun dalam Ikatan Akuntan Indonesia yang berdiri pada 23 Desember 1957. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) merupakan salah satu lembaga di bawah IAI yang bertugas menyusun dan penetapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). DSAK dalam menyusun standar mengikuti prosedur baku yang disebut due process. Proses tersebut meliputi tahapan berikut: a. Identifikasi permasalahan untuk dikembangkan menjadi standar. b. Konsultasikan permasalahan dengan DKSAK (Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan). c. Membentuk tim kecil dalam DSAK. d. Melakukan riset terbatas. e. Melakukan penulisan awal draft. f. Pembahasan dalam DSAK. g. Peluncuran draf sebagai ED (Exposure Draft) dan pengedarannya. h. Public Hearing. i. Pembahasan tanggapan atas ED dari masukan public hearing. j. Final checking. k. Persetujuan/pengesahan ED PSAK menjadi PSAK l. Sosialisasi standar. 1.5 Kerangka Konseptual Kerangka dasar penyajian dan penyusunan laporan keuangan, yang sering disebut juga sebagai kerangka konseptual, merupakan konsep-konsep yang menjadi dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum. Kerangka konseptual digunakan sebagai pedoman penyusun standar dalam mengembangkan standar di masa mendatang dan sebagai pedoman dalam menyelesaikan STIE Indonesia Banjarmasin 3 Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi permasalahan akuntansi yang belum diatur dalam standar yang telah ada. Kerangka konseptual ditujukan untuk: a. Penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya; b. Penyusun laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan; c. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku; dan d. Para pemakai dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. STIE Indonesia Banjarmasin 4 Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi Gambar 1.1 Kerangka Konseptual IFRS (Sumber: Kieso, et al, 2010) 1.6 Latihan Soal Yayasan Sejahtera merupakan yayasan pendidikan yang dimiliki oleh sebuah organisasi masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap masyarakat terlantar. Yayasan tersebut mengelola sebuah sekolah dari tingkat SD sampai SMA. Yayasan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas menyusun laporan keuangan kepada para pemangku kepentingan. Standar apa yang akan digunakan dalam menyusun laporan keuangan Yayasan Sejahtera? STIE Indonesia Banjarmasin 5 Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) membantu manajemen perusahaan untuk mengumpulkan data-data keuangan, mengolahnya menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengguna, mengolahnya menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengguna, dan menghasilkan laporan keuangan. SIA yang baik dan efektif memungkinkan manajemen perusahaan dan para pihak yang berkepentingan mendapatkan informasi secara cepat dan akurat mengenai perusahaan, seperti dalam hal: a. Besarnya kas yang dimiliki perusahaan b. Besar saldo utang yang harus dilunasi perusahaan c. Banyaknya asset yang dimiliki perusahaan d. Besarnya laba yang dihasilkan perusahaan e. Besarnya dividen yang bisa dibagikan kepada perusahaan f. Kinerja operasional perusahaan. 2.1.1 Persamaan Dasar Akuntansi Persamaan dasar akuntansi adalah sebagai berikut: Aset = Liabilitas + Ekuitas Pencatatan dalam akuntansi menggunakan akun, yaitu klasifikasi umum yang digunakan dalam sistem akuntansi untuk merujuk pada sifat yang sama. Akun-akun tersebut bisa dikelompokkan menjadi lima bagian besar, yakni: Debit Kredit Akun Aset + - Akun Liabilitas - + Akun Ekuitas - + Akun Pendapatan - + Akun Beban + - 2.1.2 Laporan Keuangan STIE Indonesia Banjarmasin 6 Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi Menurut PSAK 1, perusahaan minimal menerbitkan 5 jenis laporan keuangan, yaitu: a. Laporan Posisi Keuangan merupakan laporan akuntansi yang menunjukan posisi asset, liabilitas, dan ekuitas pada akhir suatu periode. b. Laporan Laba Rugi Komprehensif merupakan laporan akuntansi yang menunjukkan kinerja opersaional perusahaan selama satu periode. c. Laporan Perubahan Ekuitas menunjukkan perubahan ekuitas yang terjadi, seperti setoran modal atau perolehan laba neto. d. Laporan Arus Kas memperlihatkan sumber arus kas masuk dan penggunaan arus kas keluar perusahaan, yang terpusat pada tiga aktivitas utama perusahaan, yakni operasional, investasi, dan pendanaan. e. Catatan atas laporan keuangan merupakan pengungkapan, baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan, dari akun-akun yang dilaporkan atau peristiwa yang dihadapi oleh perusahaan yang dapat memengaruhi posisi dan kinerja keuangan perusahaan, sehingga sering kali ditekankan bahwa catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan. 2.2 Siklus Akuntansi Siklus akuntansi merupakan keseluruhan proses yang dilakukan oleh entitas untuk mengolah data-data keuangan hingga menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengguna untuk pengambilan keputusan. Seluruh siklus akuntansi bisa dilihat melalui Gambar 2.1. STIE Indonesia Banjarmasin 7 Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi Gambar 2.1 Siklus Akuntansi (Sumber: Martani, et al, 2012) 2.2.1 Jurnal penyesuaian Jurnal penyesuaian perlu dilakukan sebagai akibat dari penerapan prinsip akrual dalam pembuatan laporan keuangan. Secara umum, ayat jurnal penyesuaian dilakukan terhadap dua kategori akun, yakni: 1. Pembayaran di muka a. Beban dibayarkan dimuka, yaitu seluruh beban yang telah dibayar secara tunai, namun masih belum dimanfaatkan atau digunakan, dan dicatat sebagai asset. Contoh: Saldo akun perlengkapan kantor pada buku besar dan neraca saldo per 31 Desember 2015 adalah Rp 25 juta. Namun berdasarkan perhitungan fisik perlengkapan yang masih ada Rp 10 juta, maka jurnal penyesuaian: STIE Indonesia Banjarmasin 8 Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi Beban perlengkapan Rp 15 jt Perlengkapan kantor Rp 15jt b. Pendapatan diterima dimuka, yaitu seluruh pendapatan yang telah diterima secara tunai, namun jasa atau barang masih belum diserahkan, dan dicatat sebagai liabilitas. Contoh: Pada 1 Maret 2015 perusahaan menerima uang sebesar Rp 150 juta untuk jasa konsultasi yang dilakukan untuk periode 1 Maret 2015 – 1 Maret 2016, sampai dengan 31 Desember 2015 jasa konsultasi yang dilakukan mencapai 80%, maka jurnal penyesuaian: Pendapatan jasa diterima dimuka Rp 120 jt Pendapatan jasa Rp 120jt 2. Akrual a. Beban yang harus dibayar, yaitu seluruh beban yang sudah terjadi (dimanfaatkan atau digunakan), namun belum dibayarkan secara tunai. Contoh: PT XYZ memiliki 5 orang karyawan kontrak yang upahnya dibayarkan upahnya setiap hari jumat untuk lima hari kerja. Besarnya upah yang dibayarkan untuk kelima karyawan tersebut Rp 2.500.000 per minggu. Pembayaran upah untuk kelima karyawan tersebut akan dilakukan pada 1 Januari 2016, maka jurnal penyesuaian yang perlu dibuat pada 31 Desember 2015 adalah: Beban upah Rp 2 jt Utang upah Rp 2 jt b. Pendapatan yang belum diterima, yaitu seluruh pendapatan yang telah diselesaikan penyerahan jasa atau barang terkait, namun belum diterima pembayaran tunainya atau bahkan belum dicatat. Contoh: Pada 31 Desember 2015 perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan konsultasi instalasi perangkat lunak kepada PT AB. Jasa tersebut senilai Rp 3 juta, belum sempat ditagihkan/dikirimkan 31 Desember 2015, maka jurnal penyesuaian: STIE Indonesia Banjarmasin 9 Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi Piutang usaha Rp 3 jt Pendapatan jasa Rp 3 jt 2.3 Latihan Soal Berikut ini adalah neraca saldo PT Club untuk periode yang berakhir 31 Des 2015. Akun Debit Kredit Kas 18.000 Piutang usaha 60.000 Wesel tagih 10.500 Penyisihan piutang tak tertagih 2.700 Persediaan barang dagang 81.000 Asuransi dibayar dimuka 7.200 Peralatan 187.500 Akumulasi depresiasi-peralatan 22.500 Utang usaha 16.200 Saham 66.000 Saldo laba 82.500 Penjualan 465.000 Beban pokok penjualan 196.500 Beban gaji 75.000 Beban sewa 19.200 Total 654.900 654.900 Dari hasil pemeriksaan akhir tahun, ada beberapa pos yang masih belum tercatat: a. Asuransi yang sudah dibebankan adalah Rp 30.000. b. Estimasi piutang yang tak tertagih adalah 1% dari penjualan bruto. c. Masa manfaat peralatan perusahaan adalah 8 tahun. d. Suku bunga untuk wesel tagih ditetapkan 8% per tahun yang dibayarkan pada saat pelunasan. e. Uang sewa gedung yang dibayarkan pada tanggal 31 Des 2015 untuk satu tahun sebesar Rp 8.100 dicatat sebagai beban sewa pada saat pembayaran. STIE Indonesia Banjarmasin 10 Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi f. Gaji dan upah terutang pada tanggal 31 Des 2015 adalah Rp 8.000 Diminta: a) Buatlah kertas kerja untuk membantu penyusunan laporan keuangan b) Susunlah ayat jurnal penyesuaian c) Susunlah laporan keuangan berupa laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan modal, dan laporan posisi keuangan. d) Buatlah ayat jurnal penutup. STIE Indonesia Banjarmasin 11 Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas 3.1 Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang mengukur keberhasilan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi komprehensif berguna untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam memprediksi arus kas masa depan, dalam rangka menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit. Laporan laba rugi komprehensif sering digunakan oleh beberapa pengguna laporan keuangan, seperti: Investor menggunakan informasi mengenai penghasilan perusahaan di masa lalu sebagai input penting dalam memprediksi laba dan arus kas masa depan, yang kemudian dijadikan dasar untuk memprediksi harga saham dan dividen perusahaan dimasa depan. Kreditor menggunakan informasi laba rugi masa lalu untuk mengetahui kemampuan calon debitur dalam menghasilkan arus kas masa depan yang diperlukan untuk membayar beban bunga dan pokok pinjaman. Manajemen juga berkepentingan terhadap laporan laba rugi yang terkait dengan bonus yang diberikan kepada manajer berdasarkan pencapaian target laba. Selain memiliki beberapa kegunaan, laporan laba rugi komprehensif juga memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan laporan laba rugi komprehensif antara lain: Penghasilan atau beban yang tidak dapat diukur dengan andal, tidak dimasukkan dalam laporan laba rugi komprehensif. Laba yang dilaporkan dipengaruhi metode akuntansi yang digunakan. Pengukuran penghasilan dan beban melibarkan pertimbangan manajemen. STIE Indonesia Banjarmasin 12 Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas 3.1.1 Elemen laporan laba rugi komprehensif Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Total laba rugi komprehensif dibagi menjadi: Komponen laba rugi : total pendapatan dikurangi beban, yang tidak termasuk dalam komponen pendapatan komprehensif lain. Dalam komponen laba rugi ini mencakup: o Penghasilan: kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi, yang menyebabkan kenaikan asset neto (ekuitas), dalam bentuk penambahan atau pemasukan asset atau penurunan liabilitas, yang tidak berasal dari kontribusi pemilik modal. Penghasilan dikelompokkan menjadi dua unsur, yakni: Pendapatan: penghasilan yang berasal dari aktivitas operasi utama perusahaan. Keuntungan: kenaikan asset neto yang berasal dari transaksi insidental di luar transaksi utama perusahaan yang menghasilkan pendapatan. o Beban: penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi, yang menyebabkan penurunan asset neto (ekuitas), dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya asset atau bertambahnya liabilitas, yang bukan termasuk distribusi kepada pemilik. Beban juga bisa dikelompokkan menjadi dua unsur, yakni: Beban: beban yang berasal dari aktivitas operasi utama perusahaan. Kerugian: beban yang berasal dari transaksi insidental. Komponen pendapatan komprehensif lain : pos-pos pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam laba rugi, sebagaimana disyaratkan dalam SAK lainnya. Komponen pendapatan komprehensif lain, adalah: o Perubahan dalam surplus revaluasi asset tetap dan asset tak berwujud. Surplus revaluasi adalah selisih antaran nilai revaluasi dengan nilai tercatat asset tetap dan asset tak berwujud yang diukur dengan menggunakan model revaluasi. STIE Indonesia Banjarmasin 13 Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas o Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui. Terdiri atas (i) penyesuaian akibat perbedaan antara asumsi aktuarial dan kenyataan dan (ii) dampak perubahan asumsi aktuarial. o Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing. o Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali asset keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual. Keuntungan dan kerugian ini berasal dari keuntungan dan kerugian belum terealisasi berupa selisih antara nilai tercatat asset keuangan tersedia untuk dijual dengan nilai wajarnya ada tanggal pelaporan keuangan. o Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrument lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas. Contoh penyajian laporan laba rugi komprehensif: STIE Indonesia Banjarmasin 14 Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas 3.2 Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi tentang perubahan ekuitas perusahaan antara awal dan akhir periode pelaporan yang mencerminkan naik turunnya asset neto selama periode, baik yang berasal dari setoran atau distribusi kepada pemilik atau yang berasal dari hasil atau kinerja perusahaan selama periode berjalan. Perubahan ekuitas yang berasal dari kinerja perusahaan menggambarkan jumlah total penghasilan dan beban (termasuk keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan selama periode tersebut. Menurut PSAK 1 (revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan, laporan perubahan ekuitas untuk suatu periode tertentu berisi informasi sebagai berikut: Total laba rugi komprehensif, dengan penyajian terpisah untuk jumlah yang dialokasikan untuk pemilik induk perusahaan dan kepentingan non pengendali. Dampak setiap perubahan penerapan retrospektif atau penyajian kembali untuk setiap komponen ekuitas. Contoh: perubahan kebijakan akuntansi yang memerlukan penerapan restrospektif adalah perubahan kebijakan asumsi arus biaya persediaan dari metode FIFO menjadi metode rata-rata tertimbang. Rekonsiliasi atas perubahan selama periode berjalan untuk setiap komponen ekuitas yang dihasilkan dari laba atau rugi setiap pos dari pendapatan STIE Indonesia Banjarmasin 15 Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas komprehensif lain, serta transaksi dengan pemilik, seperti penambahan atau penarikan modal. Dividen yang diakui dan jumlah dividen per saham. Contoh penyajian laporan perubahan ekuitas: 3.3 Latihan Soal PT Indo telah mencatat informasi berikut sebagai dasar penyusunan laporan laba rugi komprehensif satu tahun yang berakhir 31 Desember 2015. Pendapatan sewa Rp 58 juta Beban bunga Rp 36 juta Pendapatan yang belum direalisasi dari Rp 62 juta efek ekuitas, tersedia untuk dijual setelah dipotong pajak Beban penjualan Rp 280 juta Pajak penghasilan Rp 0,612 juta Biaya administrasi Rp 362 juta STIE Indonesia Banjarmasin 16 Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas Beban pokok penjualan Rp 362 juta Penjualan neto Rp 1.960 juta Pembagian dividen tunai Rp 32 juta Kerugian atas penjualan pabrik Rp 30 juta Ada 20.000 saham biasa yang beredar sepanjang tahun Susunlah laporan laba rugi komprehensif PT Indo untuk tahun berakhir 31 Desember 2015? STIE Indonesia Banjarmasin 17 Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas 4.1 Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan merupakan sumber informasi utama tentang posisi keuangan entitas karena merangkum elemen-elemen yang berhubungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan. Elemen laporan posisi keuangan terdiri dari: 1. Asset Asset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. 2. Liabilitas Liabilitas merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. 3. Ekuitas Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas setelah dikurangi semua liabilitas. Laporan posisi keuangan bisa digunakan untuk berbagai macam tujuan, seperti: Mengevaluasi struktur pendanaan: membandingkan sumber pendanaan melalui utang dengan ekuitas. Menganalisis likuiditas: untuk mengetahui seberapa cepat waktu yang diperlukan sampai suatu asset dapat dikonversi mejadi kas atau sampai suatu liabilitas dapat terbayar. Menilai solvabilitas: kemampuan entitas membayar utangnya pada saat jatuh tempo. Menilai fleksibilitas keuangan: mengukur kemampuan entitas mengambil tindakan tertentu sebagai respon terhadap kebutuhan dan peluang yang ada. Namun masih terdapat beberapa kritik terhadap laporan posisi keuangan, karena adanya beberapa keterbatasan, seperti: Pilihan pengukuran beberapa asset tertentu berdasarkan biaya perolehan atau biaya perolehan terdepresiasi, bukan pada nilai kininya. Hal ini banyak dikritik karena kurang mencerminkan nilai wajar dari asset. STIE Indonesia Banjarmasin 18 Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas Tidak diperkenankan mengakui asset tak berwujud yang mengandung nilai manfaat, namun sulit diukur nilainya secara objektif karena dihasilkan secara internal. Rekayasa keuangan memungkinkan pembiayaan off balance sheet. Beberapa pengukuran nilai untuk beberapa unsur di laporan posisi keuangan melibatkan pertimbangan dan estimasi, misalnya penentuan masa manfaat asset tetap dan estimasi kewajiban garansi. 4.1.1. Klasifikasi dalam Laporan Posisi Keuangan Menurut PSAK 1 (revisi 2009), entitas menyajikan asset sebagai asset lancar dan tidak lancar serta liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi terpisah dalam laporan posisi keuangan, kecuali penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan. Entitas mengklasifikasikan asset sebagai asset lancar, jika: 1. Asset diharapkan dapat direalisasikan, atau terjual, atau digunakan dalam siklus operasi normal; 2. Asset yang dimiliki dengan tujuan untuk diperdagangkan; 3. Asset yang diharapkan akan terealisasi dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan; atau 4. Berupa kas atau setara kas, kecuali yang dibatasi pertukaran atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan. Siklus operasi normal entitas merupakan jangka waktu antara perolehan asset untuk pemprosesan dan realisasinya menjadi kas atau setara kas. Ketika siklus operasi normal entitas tidak diidentifikasikan secara jelas, maka diasumsikan selama 12 bulan. Semua asset yang tidak memenuhi definisi asset lancar, akan dikategorikan sebagai asset tidak lancar. Asset tidak lancar adalah sebagai berikut: 1. Investasi jangka panjang: investasi jangka panjang dalam obligasi dan saham, atau investasi dalam bentuk dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu. STIE Indonesia Banjarmasin 19 Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas 2. Asset tetap: asset berwujud yang digunakan dalam operasi entitas, misalnya tanah, bangunan, mesin, dan furniture. 3. Asset tak berwujud: asset tanpa wujud fisik yang bukan berbentuk instrumen keuangan, seperti hak paten, hak cipta, franchise, dan goodwill. 4. Asset lain yang bersifat tidak lancar: piutang jangka panjang dan biaya dibayar dimuka jangka panjang. Selanjutnya, entitas mengklasifikasikan liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek, jika: 1. Liabilitas diharapkan akan diselesaikan dalam siklus operasi normal; 2. Liabilitas yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan; 3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan; atau 4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Liabilitas yang tidak termasuk kategori di atas, diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang. Liabilitas jangka panjang mencakup: Liabilitas yang berasal dari pembiayaan, seperti penerbitan obligasi, utang sewa guna usaha, dan utang bank jangka panjang; Liabilitas yang berasal dari kegiatan operasi entitas, seperti kewajiban pension, dan kewajiban pajak tangguhan. Liabilitas yang bergantung pada terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa di masa depan, seperti provisi untuk kewajiban garansi. 4.2 Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas suatu entitas untuk suatu periode tertentu. Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi tentang perubahan arus kas dan setara kas entitas selama satu periode yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi ini berguna bagi investor, kreditur, dan pengguna lain laporan keuangan, yang bertujuan sebagai berikut: STIE Indonesia Banjarmasin 20 Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas a. Mengevaluasi kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas, waktu dan kepastian dalam menghasilkannya. b. Mengevaluasi struktur keuangan entitas dan kemampuannya dalam mememuhi kewajiban dan membayar dividen. c. Memahami pos yang menjadi selisih antara laba rugi periode berjalan dengan arus kas neto dari kegiatan operasi (akrual). Analisis perbedaan ini sering kali dapat membantu dalam mengevaluasi kualitas laba entitas. d. Membandingkan kinerja operasi antar-entitas yang berbeda. e. Memudahkan pengguna laporan untuk mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai kini arus kas masa depan antar-entitas yang berbeda. Berikut adalah penjelasan klasifikasi dalam laporan arus kas: Aktivitas Operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Arus Kas Masuk: Arus Kas Keluar: Penjualan barang dan jasa, penerimaan Pembayaran pemasok, pegawai, pajak, royalty atau komis, pendapatan bunga dan bunga pinjaman (bisa masuk (bisa masuk aktivitas investasi), dan aktivitas pendanaan) dividen yang diterima (bisa masuk aktivitas pendanaan) Aktivitas Investasi adalah aktivitas berupa perolehan dan pelepasan asset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Arus Kas Masuk: Arus Kas Keluar: Penjualan asset tetap, penjualan asset Pembelian asset tetap, pembelian asset tak berwujud, penjualan saham atau tak berwujud, pembelian investasi instrumen utang entitas lain, saham atau instrumen utang entitas penerimaan dari pembayaran pinjaman lain, pengeluaran untuk pemberian kepada entitas lain. pinjaman kepada entitas lain. Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Arus Kas Masuk: Menerbitkan saham, instrumen utang. Arus Kas Keluar: menerbitkan Membeli treasuri), kembali saham membayar utang (saham atau STIE Indonesia Banjarmasin 21 Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas pinjaman, membayar dividen kepada pemegang saham (bisa masuk aktivitas operasi). Contoh penyajian laporan arus kas: 4.3 Latihan Soal PT ABC Neraca Saldo Penyesuaian Per 31 Desember 2015 Kas Piutang usaha Asuransi dibayar dimuka Persediaan Debet 41,000 163,500 5,900 208,500 Kredit STIE Indonesia Banjarmasin 22 Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas Investasi jangka panjang Tanah Konstruksi dalam pengerjaan Paten Peralatan Utang usaha Beban yang harus dibayar Wesel bayar Obligasi Akumulasi penyusutan peralatan Penyisihan piutang tak tertagih Modal saham Agio saham Saldo laba Total 339,000 85,000 124,000 36,000 400,000 148,000 49,200 94,000 180,000 240,000 8,700 500,000 45,000 138,000 1,402,900 1,402,900 Susunlah laporan posisi keuangan PT ABC per 31 Desember 2015. STIE Indonesia Banjarmasin 23 Bab 5 Kas dan Piutang Bab 5 Kas dan Piutang 5.1 Kas Kas adalah asset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Kas merupakan asset paling likuid karena dapat digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan. Kas terdiri dari uang kartal yang tersimpan dalam entitas, uang tersimpan dalam rekening bank, dan setara kas. Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid. Agar dapat diklasifikasikan dalam setara kas harus memenuhi karakteristik dapat dikonversi menjadi kas pada jumlah tertentu tanpa risiko perubahan nilai dan jatuh temponya sangat dekat. Ukuran jatuh tempo untuk dapat dikategorikan dalam setara kas biasanya tiga bulan. 5.1.1. Sistem Kas Kecil Untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran kas dalam jumlah kecil entitas membentuk dana kas kecil. Terdapat dua sistem kas kecil, yaitu: 1. Sistem imprest kas kecil : mekanisme kas kecil dimana dana dipertahankan tetap. Pada awal dibentuk dana kas kecil dalam jumlah tertentu. Setiap ada pengeluaran akan dibuat bukti pengeluaran tetapi tidak dibuat jurnal. Jika jumlah kas kecil akan habis, maka akan dilakukan penggantian sejumlah dana yang telah dipakai. 2. Fluctuating system: dana kas kecil tidak ditetapkan sejumlah tertentu sehingga saldonya bervariasi dari waktu ke waktu. Contoh: PT Kirim Cepat menetapkan kas kecil Rp 5.000.000 pada 1 Desember 2015. Berdasarkan hasil perhitungan fisik kas kecil oleh kasir pada tanggal 31 Desember 2015, kas kecil yang tersisa adalah Rp 1.000.000. Berikut adalah bukti pengeluaran yang terjadi: Membayar penggantian biaya perjalanan dinas sebesar 1.400.000 Membayar honor kurir tidak tetap sebesar 750.000 Membayar biaya konsumsi rapat senilai 1.850.000 Sampai dengan akhir periode belum dilakukan penggantian dana kas kecil. Penggantian baru dilakukan pada 16 Januari 2016 sebesar 4.000.000. Jurnal: STIE Indonesia Banjarmasin 24 Bab 5 Kas dan Piutang 1 Des 15 Kas Kecil Kas di Bank 31 Des 15 16 Jan 16 Rp 5.000.000 Beban perjalanan dinas Rp 1.400.000 Beban honor Rp 750.000 Beban konsumsi Rp 1.850.000 Kas Kecil 1 Jan 16 Rp 5.000.000 Kas Kecil Rp 4.000.000 Rp 4.000.000 Beban perjalanan dinas Rp 1.400.000 Beban honor Rp 750.000 Beban konsumsi Rp 1.850.000 Beban perjalanan dinas Rp 1.400.000 Beban honor Rp 750.000 Beban konsumsi Rp 1.850.000 Kas di Bank Rp 4.000.000 5.1.2. Rekonsiliasi Bank Untuk kas di bank setiap akhir periode dibuat rekonsiliasi antara rekening bank dan saldo kas menurut pencatatan entitas. Tujuan rekonsiliasi adalah untuk mencocokkan antara pencatatan di perusahaan dan pencatatan kas yang dilakukan oleh bank yang mengelola uang perusahaan. Rekonsiliasi ini dapat mengurangi potensi timbulnya kesalahan pencatatan dan juga potensi hilangnya uang perusahaan. Secara umum penyebab perbedaan saldo dalam rekening bank dengan saldo kas menurut pencatatan entitas adalah sebagai berikut: Penerimaan yang dilakukan oleh bank namun belum diketahui oleh entitas. Penerimaan yang dilakukan oleh entitas namun belum disetorkan oleh entitas atau sudah disetorkan namun belum terlihat dalam rekening koran di bank. Pengeluaran yang dilakukan oleh bank namun belum diketahui oleh entitas. Pengeluaran yang dilakukan oleh entitas namun belum diambil oleh pemegang cek. Kesalahan mencatat dapat terjadi baik oleh bank maupun entitas. STIE Indonesia Banjarmasin 25 26 Bab 5 Kas dan Piutang Contoh: Pada 31 Desember 2015, PT X mencatat saldo kas sebesar 3.969,45, sedangkan saldo rekening koran di bank menunjukkan saldo sebesar 4.150. Berikut adalah item yang berbeda antara pencatatan bank dan PT X • Bank mengenakan biaya administrasi sebesar 25 dan belum dicatat PT X • Bank menerima pembayaran wesel tagih dari pelanggan PT X, pokok wesel 1.200 dan bunga 36. Atas transaksi tersebut bank mengenakan biaya sebesar 5,5. Transaksi ini belum diketahui oleh entitas. • Setoran sebesar 3.390 yang dilakukan pada 31 Des 2015 belum muncul pada laporan bank. • Cek yang dikeluarkan namun belum dicairkan sebesar 2.136,05 • Cek dari pelanggan sebesar 253,20 belum dapat diuangkan karena dananya tidak cukup. • Perusahaan melakukan kesalahan pencatatan cek pembayaran dari pelanggan yang seharusnya 90 namun dicatat 60. • Perusahaan melakukan kesalahan pencatatan cek untuk pembayaran hutang, cek #742 senilai 491 dicatat sebesar 419 dan cek #747 senilai 58,2 dicatat sebesar 582. saldo per laporan bank deposit dalam transit cek masih beredar Saldo PT X Rekonsiliasi Bank 31 Des 2015 4150 saldo per laporan entitas 3390 administrasi bank -2136.05 pembayaran wesel tagih administrasi bank Non sufficient fund kesalahan pencatatan penerimaan cek kesalahan cek#742 kesalahan cek#747 5403.95 Saldo 3969.85 -25 1236 -5.5 -253.2 30 -72 523.8 5403.95 5.2 Piutang Piutang merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak lain. Bentuk klaim pada pihak lain dapat didasarkan pada perjanjian atau komitmen tertulis. Klain yang didasarkan pada perjanjian tertulis disebut wesel tagih (promissory notes) atau STIE Indonesia Banjarmasin Bab 5 Kas dan Piutang notes receivable. Piutang dapat juga didasarkan pada faktur (invoice) dari transaksi penjualan, yang disebut piutang dagang atau account receivable. Sesuai dengan PSAK 55, piutang diakui oleh entitas sebesar nilai wajar. Nilai wajar merupakan harga perolehan atau nilai pertukaran antara kedua belah pihak pada tanggal transaksi. Pada saat perolehan, entitas seharusnya mengukur piutang sebesar nilai kini dari kas yang akan diterima di masa depan (present value of future cash flow). Contoh: PT Matahari menerima wesel tagih dari PT Edelwais untuk melunasi penjualan mesin sebesar Rp 300.000.000. Harga pokok mesin tersebut Rp 250 juta. Wesel tagih tersebut berbunga 12%. Wesel tersebut diterbitkan tanggal 31 Desember 2014 dan jangka waktu 12 bulan. Pokok akan diangsur selama 3 kali dengan jumlah angsuran yang sama. Pembayaran dilakukan setiap akhir tahun. Nilai angsuran (300 jt, 3, 13%) = Rp 124.904.690 Jurnal 31 Des 14 Wesel Tagih Penjualan HPP Rp 300 jt Rp 250 jt Persediaan 31 Des 15 Rp 300 jt Kas Rp 250 jt Rp 124,90 jt Pendapatan Bunga Rp 36 jt Wesel Tagih Rp 88,90 jt Setelah perolehan, piutang diukur berdasarkan biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif. Setiap tanggal pelaporan entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa piutang mengalami penurunan nilai. Jika terdapat bukti objektif makan akan diakui kerugian penurunan nilai. Beberapa contoh peristiwa yang menyebabkan penurunan nilai, seperti: Piutang tidak dilunasi pada saat jatuh tempo. Bunga dan pokok tertunggak dalam beberapa kali termin pembayaran. Pihak pemberi pinjaman memberikan kelonggaran akibat kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam. STIE Indonesia Banjarmasin 27 Bab 5 Kas dan Piutang Peminjam dinyatakan pailit oleh pengadilan. Memburuknya kondisi ekonomi yang menyebabkan kemampuan membayar pihak peminjam akan menurun. Jika terdapat bukti objektif, jumlah kerugian diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat piutang dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan. 5.3 Latihan Soal 1. Dalam menyiapkan laporan rekonsiliasi bank untuk bulan Juli 2016, PT Indah memiliki informasi sebagai berikut: Saldo per bank, 31 Juli 2016 Rp 139.140.000 NSF cek Rp 45.000.000 Deposit dalam transit, 31 Juli 2016 Rp 50.000.000 Cek masih beredar Rp 52.000.000 Biaya administrasi bank bulan Juli 2016 Rp 200.000 Hitunglah, berapa saldo kas yang benar pada tanggal 31 Juli 2016? 2. PT Mitra memiliki piutang dagang dari beberapa pelanggan pada 31 Desember 2014 sebagai berikut: PT Dahlia 30 jt PT Kenanga 26 jt PT Aster 25 jt PT Angrek 15 jt PT Kamboja 5 jt PT Tulip 3 jt Piutang lain tidak signifikan 25 jt Informasi lain: PT Tulip dinyatakan pailit. Piutang PT Angrek telah berumur 3 bulan. Jangka waktu piutang tersebut 1 tahun. PT Mitra mengestimasi piutang tersebut baru bisa dibayar pada 31 Desember 2015 (suku bunga efektif 6%). Berdasarkan data historis piutang tidak tertagih diestimasi 2% dari nilai piutang. Hitung berapa penurunan nilai yang terjadi? STIE Indonesia Banjarmasin 28 Bab 6 Persediaan Bab 6 Persediaan 6.1 Pengertian PSAK 14 (revisi 2008) mendefinisikan persediaan sebagai asset yang; i. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; ii. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; iii. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Klasifikasi persediaan antara satu entitas dengan entitas lain dapat berbedabeda. Entitas perdagangan baik perusahaan ritel maupun perusahaa grosir mencatat persediaan sebagai persediaan barang dagang (merchandise inventory). Sedangkan perusahaan manufaktur memiliki 3 jenis persediaan, yakni persediaan barang jadi, persediaan barang dalam penyelesaian, dan persediaan bahan baku. Namun bagi entitas jasa, biaya jasa yang belum diakui pendapatannya diklasifikasikan sebagai persediaan. Secara teknis, seharusnya suatu entitas mencatat pembelian atau penjualan atas persediaan ketika telah mendapatkan atau melepaskan hak kepemilikan atas barang tersebut. Namun, sering kali penentuan atas perpindahan hak kepemilikan tersebut relative sulit untuk dilakukan, seperti dalam kasus berikut: Barang dalam transit Dalam proses pembelian barang, dapat saja terjadi di mana barang masih berada pada posisi transit pada akhir periode fiskal. Apabila barang dikirim dengan pengiriman FOB destination, maka biaya transportasi akan dibayar oleh penjual dan hak kepemilikan tidak beralih hingga pembeli menerima barang tersebut, sehingga pengakuan persediaan tetap berada pada penjual selama periode transit. Sedangkan, apabila FOB shipping point, maka biaya transportasi akan dikirim oleh pembeli dan hak kepemilikan beralih ketika barang dikirimkan, sehingga pengakuan persediaan berada pada pembeli ketika periode transit. Penjualan konsinyasi Pada kerja sama penjualan konsinyasi ini pemilik barang (consignor) mengirimkan barang kepada penjual (consignee), dimana penjual setuju untuk menerima barang tanpa ada kewajiban apa pun, kecuali perawatan dan STIE Indonesia Banjarmasin 29 Bab 6 Persediaan penjagaan terhadap kehilangan dan kerusakan, hingga barang tersebut terjual kepada pihak lain. Barang konsinyasi akan tetap menjadi milik pemilik barang dan pemilik barang tetap akan mencatat barang tersebut pada persediaannya. Pihak penjual yang dititipkan barang tersebut tidak mengakui barang itu dalam persediaannya. Pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan dilakukan oleh pemilik barang dengan mengungkapkan jumlah barang yang dikonsinyasikan. Barang atas penjualan dengan perjanjian khusus Ketika transaksi penjualan dilakukan dan hak kepemilikan telah beralih, maka seharusnya risiko dan manfaat dari kepemilikan juga beralih dari penjual kepada pembeli. Namun demikian, dapat terjadi dimana penjual masih memegang risiko dan manfaat dari kepemilikan atas barang tersebut. Dalam kondisi tersebut maka penjual masih harus mengakui kepemilikannya atas barang tersebut dan tidak terjadi pengurangan atas persediaan. Pada penjualan dengan perjanjian pembelian kembali maka penjual tidak dapat mengakui perjanjian tersebut sebagai penjualan dan tidak mengurangi barang tersebut dari persediaannya. Untuk penjualan dengan tingkat pengembalian tinggi maka penjual memiliki dua pilihan, pertama adalah mencatat penjualan pada nilai penuh dan membentuk akun penyisihan atas estimasi pengembalian penjualan, kedua adalah tidak mencatat adanya penjualan hingga dapat diperkirakan tingkat pengembalian oleh pembeli. Sedangkan untuk penjualan dengan cicilan maka penjual akan mengakui adanya penjualan dan mengeluarkan persediaan apabila dapat diestimasikan secara baik nilai persentase kemungkinan penjualan tidak tertagih. 6.2 Pengukuran Berdasarkan PSAK 14 (revisi 2008) menyatakan bahwa persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. Biaya persediaan meliputi: 1. Biaya pembelian, meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat STIE Indonesia Banjarmasin 30 Bab 6 Persediaan diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat, dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian 2. Biaya konversi, mencakup biaya yang timbul untuk memproduksi bahan baku menjadi barang jadi atau barang dalam produksi. 3. Biaya lainnya, mencakup semua biaya yang timbul agar persediaan tersebut berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Dalam melakukan pencatatan persediaan, entitas dapat menggunakan sistem: Sistem periodik merupakan sistem pencatatan persediaan dimana kuantitas persediaan ditentukan secara periodic yaitu hanya pada saat perhitungan fisik yang biasanya dilakukan secara stock opname. Sistem perpertual merupakan sistem pencatatan persediaan diman pencatatan yang up to date terhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi perubahan nilai persediaan. Contoh: Asumsi arus biaya yang digunakan oleh suatu entitas ini dapat saja berbeda dengan asumsi arus fisik dari barang persediaannya. Standar akuntansi tidak mengatur bahwa suatu entitas harus memilih asumsi arus biaya yang sesuai dengan STIE Indonesia Banjarmasin 31 Bab 6 Persediaan arus fisik persediaan. Terdapat 3 alternatif arus biaya yang bisa digunakan entitas, yakni: a. Metode Identifikasi Khusus Berdasarkan metode ini maka suatu entitas harus mengidentifikasikan barang yang dijual dengan tiap jenis dalam persediaan spesifik. Metode ini merupakan metode yang paling ideal karena terdapat kecocokan antara biaya dan pendapatan (matching cost against revenue). Metode ini hanya diterapkan pada entitas yang memiliki persediaan sedikit, nilainya tinggi, dan dapat dibedakan satu sama lain. b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau FIFO MPKP mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah barang yang dibeli atau diproduksi kemudian. Kelebihan metode ini adalah relevansi nilai persediaan yang disajikan dalam laporan posisi keuangan perusahaan. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah tidak merefleksikan nilai laba yang paling akurat karena metode ini kurang cocok antara biaya dan pendapatan. c. Metode Rata-rata Tertimbang Metode rata-rata tertimbang digunakan dengan menghitung biaya setiap unit berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode dan biaya unit serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode. Perusahaan dapat menghitung rata-rata biaya secara berkala atau pada saat penerimaan kiriman. Nilai realisasi neto merupakan estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan. Persediaan akan dinilai pada nilai realisasi netonya apabila nilai persediaan (yang didapat dari metode identifikasi khusus/MPKP/rata-rata) lebih tinggi dari estimasi nilai yang akan diperoleh kembali. Penurunan nilai menjadi nilai realisasi neto mungkin saja terjadi apabila barang persediaan mengalami kerusakan, seluruh atau sebagian persediaan telah usang, atau harga jualnya telah turun. Ketika suatu entitas memiliki kelompok produk yang sejenis, STIE Indonesia Banjarmasin 32 Bab 6 Persediaan penerapan penilaian persediaan dengan menggunakan metode nilai yang lebih rendah antara biaya dan nilai realisasi neto dapat diterapkan untuk barang secara individual maupun kelompok. Penilaian terhadap nilai realisasi neto suatu entitas harus dilakukan secara berkala. Apabila suatu entitas telah melakukan penurunan nilai persediaan, dan pada periode selanjutnya terdapat peningkatan nilai realisasi neto, maka jumlah penurunan nilai harus dibalik (jumlah pemulihan yang dapat dilakukan adalah sebatas jumlah penurunan nilai awal) sehingga jumlah tercatat baru bagi persediaan adalah nilai yang terendah dari biaya atau nilai realisasi neto yang telah direvisi. Pembalikan nilai penurunan tersebut dicatat dengan mendebit akun penyisihan dan mengkredit akun pembalik kerugian persediaan. Contoh: STIE Indonesia Banjarmasin 33 Bab 6 Persediaan 6.3 Latihan Soal 1. PT ABC mencatat transaksi berikut selama bulan September 2015: Pembelian Penjualan Tanggal Kuantitas Harga/unit Tanggal Kuantitas Harga/unit 1 600 600 3 500 1.000 4 1.500 608 9 1.300 1.000 8 800 640 11 600 1.100 13 1.200 650 23 1.200 1.100 21 700 660 27 900 1.200 29 500 679 5.300 4.500 Pertanyaan: a) Dengan menggunakan sistem periodik, hitunglah nilai persediaan pada 30 September 2015 dengan menggunakan metode FIFO dan rata-rata tertimbang b) Dengan menggunakan sistem perpetual, hitunglah nilai persediaan pada 30 September 2015 dengan menggunakan metode FIFO dan rata-rata tertimbang c) Manakah yang menunjukan nilai persedian yang lebih tinggi, metode FIFO atau rata-rata tertimbang 2. Berikut adalah informasi yang terkait dengan persediaan di PT XXX (dalam ribuan rupiah) Produk A1 Produk A2 Produk A3 Biaya 190 106 53 Harga jual 212 145 73.75 Biaya untuk menjual 19 8 2.5 Biaya untuk menyelesaikan 25 20 21.25 Diminta: a) Hitunglah NRV untuk setiap produk di atas (Untuk setiap produk dan Total) b) Hitunglah nilai persediaan PT XXX c) Buatlah jurnal penyesuaian untuk nilai persediaan PT XXX STIE Indonesia Banjarmasin 34 Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi 7.1 Aset Tetap Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2007), asset tetap adalah asset berwujud yang: 1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. 2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Dari definisi di atas, terdapat beberapa hal penting terkait asset tetap, yaitu: Asset tetap adalah asset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik (seperti tanah, bangunan, mesin) Asset tetap mempunyai tujuan penggunaan khusus, yaitu digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. Asset tetap termasuk ke dalam asset tidak lancar, karena diharapkan akan digunakan untuk lebih dari 1 periode akuntansi. Suatu asset tetap yang memenuhi klasifikasi untuk diakui sebagai asset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan asset tetap meliputi: 1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain. 2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa asset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar asset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. 3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorasi lokasi asset. Ada kalanya entitas membangun sendiri asset tetapnya. Untuk pendanaan pembangunan tersebut, perusahaan dapat memperoleh pinjaman dan dari pinjaman tersebut terdapat biaya pinjaman yang harus ditanggung entitas. Berdasarkan PSAK 26, biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi, atau produksi asset kualifikasian adalah bagian dari biaya perolehan asset tersebut. Asset kualifikasian adalah asset yang membutuhkan suatu periode waktu yang substansial agar siap untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya. STIE Indonesia Banjarmasin 35 Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi Awal tanggal kapitalisasi bunga pinjaman adalah tanggal ketika entitas pertama kali memenuhi semua kondisi tersebut: Terjadinya pengeluaran asset Terjadinya biaya pinjaman Entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan asset untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya. Terkait pinjaman untuk pembangunan asset tetap tersebut, entitas dapat memperoleh pinjaman yang secara spesifik untuk tujuan pembangunan asset tetap dan pinjaman dana secara umum. Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dari dua jenis sumber pinjaman tersebut adalah: Dana yang secara spesifik untuk tujuan pembangunan asset tetap: jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar biaya pinjaman actual yang terjadi atas pinjaman tersebut selama periode berjalan. Dana secara umum yang digunakan untuk tujuan penggunaan asset tetap, maka jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah dengan menggunakan tingkat kapitalisasi untuk pengeluaran atas asset tersebut. Tingkat kapitalisasi adalah rata-rata tertimbang biaya pinjaman atas saldo pinjaman periode berjalan dari dana secara umum tersebut. Contoh: PT Nortel membuat sebuah gedung kantor baru. Pembangunan tersebut dimulai pada 1 Jan 2014 dan akan selesai selama 1 tahun. Total biaya pembangunan adalah Rp 1 M. Untuk pembangunan gedung tersebut PT Nortel mendapat pinjaman khusus untuk pembangunan gedung dari Bank ICBS sebesar Rp 500 juta rupiah (bunga 10% p.a.). Selain itu PT Nortel juga menggunakan pinjaman umum lainnya untuk biaya pembangunan gedung, pinjaman tersebut terdiri dari: Wesel bayar sebesar 400 juta (bunga 12% p.a.) Utang Bank sebesar 800 juta (bunga 13.5% p.a.) Pengeluaran yang terjadi selama konstruksi: 1 Januari 2014 300 juta 1 April 2014 300 juta 1 Juli 2014 250 juta 1 Desember 2014 150 juta STIE Indonesia Banjarmasin 36 Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi Hitunglah bunga yang boleh dikapitalisasi atas pembangunan gedung tersebut dan buatlah jurnalnya? Setelah pengakuan awal entitas harus memilih model biaya atau model revaluasi. Model yang dipilih oleh entitas harus diterapkan terhadap seluruh asset tetap dalam kelompok yang sama. Dalam model biaya, setelah diakui sebagai asset maka suatu asset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai asset. Sedangkan dengan model revaluasi, setelah pengakuan awal, asset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Berdasarkan PSAK 16, nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu asset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s length transaction). Berikut adalah berbagai kondisi terkait dengan perubahan jumlah tercatat akibat penerapan metode revaluasi: Kondisi 1: jika jumlah tercatat asset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikreditkan ke surplus revaluasi. Kondisi 2: jika sebelumnya asset tersebut telah mengalami penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif, maka kenaikan revaluasi harus diakui dalam laporan laba rugi komprehensif hingga sebesar jumlah penurunan tersebut. Kondisi 3: jika jumlah tercatat asset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Kondisi 4: penurunan nilai akibat revaluasi langsung didebet ke surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk asset tersebut. Terdapat dua alternative perlakuan saldo surplus revaluasi, yakni: 1. Surplus revaluasi asset tetap yang disajikan dalam pendapatan komprehensif lain dapat dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat asset tersebut dihentikan pengakuannya. STIE Indonesia Banjarmasin 37 Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi 2. Sebagian surplus revaluasi dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan asset oleh entitas, yaitu dipindahkan ke saldo laba sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian asset dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan asset tersebut. 7.1.1. Penyusutan Setiap bagian dari asset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh asset harus disusutkan secara terpisah. Entitas harus mengestimasi nilai residu dan umur manfaat dari asset tetap untuk menentukan besaran penyusutan tiap periode. Umur manfaat adalah (i) suatu periode dimana asset diharapkan akan digunakan oleh entitas; atau (ii) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari asset tersebut oleh entitas. Berikut adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan umur manfaat dari asset: a. Prakiraan daya pakai dari asset yang bersangkutan. b. Prakiraan tingkat keusangan fisik, yang pergantung pada factor pengoperasian asset tersebut. c. Keusangan teknis dan keusangan komersial. d. Pembatasan pengunaan asset karena aspek hukum atau peraturan tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai residu asset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan asset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika asset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya. Terdapat beberapa alternatif metode penyusutan, yaitu: 1. Metode garis lurus 2. Metode saldo menurun 3. Metode jumlah unit. 7.1.2. Penurunan Nilai Entitas harus melakukan review setiap akhir periode untuk menentukan apakah terjadi penurunan nilai atas asset tetapnya. Berdasarkan PSAK 48 tentang penurunan nilai, suatu asset mengalami penurunan nilai jika nilai tercatatnya lebih besar dibandingkan nilai terpulihkan (recoverable amount). Nilai terpulihkan STIE Indonesia Banjarmasin 38 Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi adalah nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya menjual (fair value less cost to sell) dan nilai pakai (value in use). Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu asset atau unit penghasil kas dalam transaksi antar pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan asset. Sedangkan nilai pakai adalah nilai kini dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima. Dalam mempertimbangkan ada tidaknya indikasi penurunan nilai asset tetap, maka entitas harus mempertimbangkan informasi dari sumber eksternal dan internal. 7.2 Properti Investasi Berdasarkan PSAK 13 (revisi 2007), properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk: (i) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif, dan (ii) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Pada saat pengukuran awal, properti investasi yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai asset harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan tersebut meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung, seperti: biaya jasa hukum, pajak penjualan, dan biaya transaksi lainnya. Setelah pengukuran awal, entitas harus memilih model nilai wajar atau model biaya sebagai kebijakan akuntansi pengukuran setelah perolehan. Model yang dipilih harus diterapkan pada seluruh properti investasinya. Model biaya dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai asset. Sedangkan dengan menggunakan model wajar, properti investasi diukur berdasarkan nilai wajar. Perbedaan model nilai wajar dan model revaluasi adalah dengan model nilai wajar, selisih yang timbul dari penyesuaian ke nilai wajar langsung yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif dan tidak dilakukan penyusutan apabila entitas memilih menggunakan model nilai wajar. STIE Indonesia Banjarmasin 39 Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi 7.3 Latihan Soal Pada tanggal 1 Februari 2015, PT XX membeli sebidang tanah untuk membangun gedung kantor entitas seharga Rp 710.000.000 tunai. PT XX memulai konstruksi gedung kantor barunya pada tanggal 1 Februari 2015. Berikut adalah pengeluaran yang terjadi untuk konstruksi tersebut Tanggal Pengeluaran 1 Mar 2015 Rp 540 jt 1 Apr 2015 Rp 648 jt 1 Mei 2015 Rp 900 jt 1 Jul 2015 Rp 1.800 jt Gedung kantor tersebut selesai dibangun dan siap untuk digunakan pada tanggal 1 Agustus 2015. Untuk mendanai konstruksi tersebut, entitas meminjam dari bank sebesar Rp 1M dengan tingkat bunga 9% dan jangka waktu pinjaman selama 3 tahun. Selain dari pinjaman khusus, untuk melakukan konstruksi tersebut, entitas juga melakukan pinjaman lain (yang timbul pada tanggal 2 Januari 2013) sebesar Rp 400 juta dengan tingkat bunga 12% dan jangka waktu 5 tahun. Diminta: Berapa biaya bunga yang dapat dikapitalisasi? Hitung berapa biaya perolehan dari gedung kantor tersebut? STIE Indonesia Banjarmasin 40 Bab 8 Aset Tak Berwujud Bab 8 Aset Tak Berwujud 8.1 Definisi PSAK 19 (revisi 2010) mendefinisikan asset tak berwujud sebagai asset non moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Karakteristik utama asset tak berwujud, antara lain: 1. Dapat diidentifikasi, suatu asset dapat dikatakan memenuhi kriteria ini jika: a. Dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dipindahkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara tersendiri atau bersama-sama dengan kontrak terkait, asset atau liabilitas teridentifikasi, terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal tersebut. b. Timbul dari kontrak atau hal legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban lainnya. 2. Kendali, entitas mengendalikan suatu asset jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomis dari asset tersebut dan dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomi tersebut. 3. Tidak mempunyai wujud fisik. 8.2 Pengakuan Awal Asset tak berwujud diakui sebagai asset jika: a. Memenuhi definisi asset tak berwujud b. Memenuhi kriteria pengakuan, yakni (i) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut dan (ii) biaya perolehan asset tersebut dapat diukur secara andal. Asset tak berwujud pada pengakuan awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan. Pengukuran biaya perolehan asset tak berwujud tergantung dari kondisi asset tak berwujud tersebut. Berikut adalah beberapa kemungkinan cara perolehan asset tak berwujud, yakni: 1. Perolehan Terpisah Biaya perolehannya meliputi: STIE Indonesia Banjarmasin 41 Bab 8 Aset Tak Berwujud Harga pembelian, termasuk bea impor dan pajak yang tidak dapat dikembalikan, dikurangi diskon dan rabat; Biaya yang secara langsung dapat diatribusikan yang terjadi dalam menyiapkan asset tersebut sehingga siap untuk digunakan sesuai dengan tujuan penggunaannya. 2. Akuisisi sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis Biaya perolehan asset tak berwujud yang diakuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis adalah nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. 3. Akuisisi dengan Hibah Pemerintah Pemerintah dapat memindahkan atau mengalokasikan asset tak berwujud, seperti hak untuk mendarat di bandara udara, hak beroperasi pada stasion televise atau radio, hak impor atau hak quota atau hak untuk mengakses sumber terbatas lainnya, kepada entitas tertentu. Terdapat beberapa pilihan dalam menentukan biaya perolehannya, seperti: Mengakui sebesar nilai wajar; atau Mengakui asset tak berwujud dan hibah dengan nilai nominal ditambah dengan segala pengeluaran yang berhubungan secara langsung untuk menyiapkan asset tersebut agar bisa digunakan sesuai dengan maksud penggunaannya. 4. Pertukaran Aset Biaya perolehan dari asset tak berwujud yang diperoleh dari pertukaran diukur pada nilai wajar, kecuali transaksi pertukaran tersebut kurang memiliki substansi komersial atau nilai wajar asset baik yang diterima maupun yang dilepaskan tidak dapat diukur dengan andal. Jika asset yang diperoleh tidak diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehan asset tak berwujud diukur sesuai dengan jumlah tercatat dari asset yang dilepaskan. 5. Aset Tak Berwujud yang Dihasilkan secara internal Goodwill hanya boleh diakui sebagai akibat dari kombinasi bisnis. Goodwill yang timbul internal tidak diakui sebagai asset tak berwujud karena tidak memenuhi kriteria pengakuan. Untuk menentukan apakah asset tak berwujud yang dihasilkan secara internal (selain goodwill) dapat diakui sebagai asset tak berwujud, maka perlu dibedakan antara tahap penelitian dan pengembangan. STIE Indonesia Banjarmasin 42 Bab 8 Aset Tak Berwujud Penelitian adalah penelitian orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru. Seluruh biaya penelitian harus dibebankan pada periode yang bersangkutan. Pengembangan adalah tahapan temuan penelitian atau pengetahuan lainnya pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau jasa yag sifarnya baru atau yang mengalami perbaikan substansial, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian. Biaya dalam tahap pengembangan dapat dikapitalisasi jika manfaat ekonomi masa depan kemungkinan besar akan diterima oleh entitas yang bersangkutan. 8.3 Pengukuran Setelah Perolehan Setelah pengakuan awal, entitas harus memilih salah satu dari 2 dasar pengukuran asset tak berwujud, yakni model biaya perolehan dan model revaluasi. Jika entitas memilih menggunakan model revaluasi maka semua asset dalam kelas yang sama harus diperlakukan sama, kecuali tidak ada pasar aktif untuk asset tersebut. Jika entitas memilih menggunakan model biaya maka setelah pengukuran awal asset tak berwujud dinilai berdasarkan biaya perolehannya dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Apabila model revaluasi dipilih oleh entitas, maka nilai asset setelah pengukuran awal dinilai berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Penerapan model revaluasi, sama seperti yang telah dijelaskan pada bab mengenai asset tetap. 8.3.1. Amortisasi Setelah pengakuan awal, maka entitas perlu melakukan amortisasi atas asset tak berwujud. Amortisasi sama halnya dengan depresiasi yang dilakukan atas asset tetap. Untuk melakukan amortisasi, entitas perlu menentukan masa manfaat dari asset tak berwujud. Asset tak berwujud dengan masa manfaat terbatas harus diamortisasi. Jumlah yang diamortisasi adalah harga perolehan asset dikurangi nilai sisanya. Amortisasi dimulai pada saat asset tersebut siap untuk digunakan dan STIE Indonesia Banjarmasin 43 Bab 8 Aset Tak Berwujud dihentikan pada saat asset tersebut dihentikan penggunaannya atau direklasifikasi menjadi asset tidak lancar dimiliki untuk dijual sesuai PSAK 58. Sedangkan apabila asset tak berwujud tersebut memiliki masa manfaat yang tidak terbatas, maka entitas tidak perlu melakukan amortisasi, tapi entitas perlu melakukan pengujian penurunan nilai secara tahunan untuk mengetahui apakah nilai terpulihkan dari asset tak berwujud tersebut lebih rendah dari nilai tercatatnya. 8.4 Penyajian Dalam laporan posisi keuangan, asset tak berwujud termasuk dalam asset tak lancar. Dalam laporan laba rugi komprehensif, penyajian beban amortisasi dan kerugian dari penurunan nilai sebagai bagian dari laba operasi berkelanjutan. Berikut adalah controh penyajian asset tak berwujud dalam laporan posisi keuangan: 8.5 Latihan Soal Pada tanggal 1 Januari 2014, PT ABC membeli paten dengan harga perolehan Rp 350 juta. Paten tersebut mempunyai masa manfaat 5 tahun dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus. Pada tanggal 31 Desember 2015, entitas memutuskan adanya indikasi penurunan nilai atas paten tersebut. Estimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual paten tersebut adalah Rp 180 juta dan estimasi nilai pakainya adalah Rp 195 juta. Selain itu, masa manfaat paten tersebut diestimasi sisa 2 tahun lagi. Diminta: STIE Indonesia Banjarmasin 44 Bab 8 Aset Tak Berwujud - Berapa kerugian dari penurunan nilai paten yang diakui di laporan laba rugi komprehensif 2015? - Hitunglah beban amortisasi paten untuk tahun 2016? STIE Indonesia Banjarmasin 45 Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual 9.1 Pengertian Asset tidak lancar adalah asset yang tidak memenuhi definisi asset lancar, misalnya asset tetap atau asset tak berwujud. Dimiliki untuk dijual artinya nilai tercatat asset akan dipulihkan melalui penjualan, bukan digunakan dalam kegiatan usaha. Suatu asset yang dimiliki untuk dijual adalah ketika entitas berniat untuk tidak menggunakan asset tersebut dalam kegiatan operasionalnya, namun berniat untuk menjualnya. Asset ini diidentifikasi secara terpisah agar pengguna laporan keuangan mendapat informasi mengenai kinerja entitas di masa depan. Asset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual diatur tersendiri dalam PSAK 58 (revisi 2009). 9.2 Pengakuan Awal Untuk dapat diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, asset tersebut harus memenuhi 2 syarat, yaitu: 1. Berada dalam keadaan dapat dijual Hal ini berarti bahwa asset ini sudah dalam kondisi siap dijual dengan syaratsyarat yang biasa dan umum diperlukan dalam penjualan asset tersebut. Misalnya, suatu entitas yang telah mendapatkan pembeli, bermaksud mengalihkan gedung kepada pembeli setelah mengosongkan gedung tersebut. 2. Penjualannya harus sangat mungkin terjadi Penjualan dikatakan sangat mungkin terjadi, jika: Manajemen berkomitmen terhadap rencana penjualan asset; Memulai suatu program aktif untuk mencari pembeli dan menyelesaikan rencana tersebut; Asset harus dipasarkan secara aktif pada harga yang pantas sesuai dengan nilai wajar kininya; Penjualan diperkirakan memenuhi ketentuan pengakuan sebagai penjualan dalam waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi asset. Namun, sangat mungkin kondisi yang terjadi akan menyebabkan penjualan tersebut dapat melampaui periode lebih dari 1 tahun. Kondisi yang diperbolehkan terjadi STIE Indonesia Banjarmasin 46 Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual agar asset tersebut tetap diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual walaupun kemungkinan realisasi penjualan lebih dari 1 tahun, yaitu: o Penundaan tersebut disebabkan oleh situasi dan kondisi yang berada diluar kendali entitas. o Terdapat cukup bukti bahwa entitas tetap berkomitmen untuk menjual asset tersebut. Tidak mungkin terjadi perubahan signifikan atau pembatalan atas rencana penjualan. 9.3 Pengukuran Pada saat asset diklasifikasikan menjadi asset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, asset tersebut diukur pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat atau nilai wajar neto. Nilai tercatat adalah nilai terakhir yang diakui pada laporan posisi keuangan. Nilai wajar neto adalah nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Biaya untuk menjual adalah biaya yang akan terjadi ketika entitas melepas asetnya. Misalnya biaya transportasi untuk mengantar asset sampai ke tempat pembeli atau biaya untuk membuat iklan penjualan asset. Jika pada saat awal pengakuan, nilai wajar neto asset lebih rendah dari nilai tercatatnya, maka entitas harus mengakui sebesar nilai wajar netonya, sehingga rugi penurunan nilai asset tersebut langsung diakui dalam laporan laba rugi komprehensif pada saat awal pengakuan. Asset tidak lancar yang telah diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual tidak didepresiasikan lagi. Jadi, depresiasinya dihentikan sampai sesaat asset tersebut diklasifikasi sebagai asset dimiliki untuk dijual. Contoh: PT Sun membeli mesin yang diakui sebagai asset tetap pada 1 Januari 2012 dengan biaya perolehan Rp 50 juta. Asset ini diestimasi mempunyai nilai residu Rp 5 juta dan masa manfaat 5 tahun. Pada tanggal 1 Januari 2015 aset tersebut diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual. Nilai wajarnya adalah Rp 20 juta dan diperkirakan akan mengeluarkan biaya ongkos angkus ke tempat pembeli sebesar Rp 1 juta. Nilai tercatat asset = Rp 50 juta – Rp 27 juta = Rp 23 juta STIE Indonesia Banjarmasin 47 Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual Nilai wajar neto = Rp 20 juta – Rp 1 juta = Rp 19 juta Rugi penurunan nilai = Rp 4 juta Jurnal Rugi penurunan nilai Rp 4 juta Mesin Mesin dimiliki untuk dijual Rp 4 juta Rp 19 juta Mesin Rp 19 juta 9.4 Pengukuran Selanjutnya Dalam pengukuran selanjutnya, entitas mereview nilai tercatat asset dibandingkan dengan nilai wajar netonya. Jika nilai wajar neto kemudian mengalami penurunan lagi dibandingkan dengan nilai tercatat terakhir maka entitas harus kembali mengakui rugi penurunan nilai tersebut. Namun, jika pada pengukuran selanjutnya nilai wajar neto mengalami kenaikan, maka entitas dapat mengakui pemulihan penurunan nilai tersebut namun tidak melebihi akumulasi penurunan nilai yang telah dicatat sejak klasifikasi asset sebagai asset tidak lancar dimiliki untuk dijual. Pemulihan atas penurunan nilai tersebut diakui sebagai keuntungan laba rugi. Ketika perusahaan menggunakan model revaluasi dalam mengukur asset tidak lancar yang kemudian diklasifikasi sebagai asset dimiliki untuk dijual, maka asset tersebut harus direvaluasi ke nilai wajarnya sesaat sebelum direklasifikasi. Setelah reklasifikasi, biaya menjual dikurangkan dan diakui sebagai rugi penurunai nilai sebagai bagian dari laba rugi periode berjalan. 9.5 Penghentian Pengakuan dan Perubahan Rencana Ketika entitas telah mengklasifikasi asset tidak lancar sebagai dimiliki untuk dijual, namun kemudian kriteria pengakuan asset ini tidak lagi terpenuhi atau perusahaan mengubah rencana untuk tidak menjual asset ini, maka entitas harus menghentikan pengklasifikasian asset tersebut sebagai dimiliki untuk dijual.aset tidak lancar yang dihentikan pengklasifikasiannya sebagai dimiliki untuk dijual, maka selanjutnya harus diukur pada nilai yang lebih rendah antara: STIE Indonesia Banjarmasin 48 Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual Nilai tercatat asset tersebut sebelum diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, disesuaikan dengan penyusutan, amortisasi atau penilaian kembali yang telah diakui jika asset tersebut tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual; atau Nilai terpulihkan pada saat tanggal keputusan untuk tidak menjual. 9.6 Penyajian Asset yang diklasifikasikan sebagai asset tidak lancar dimiliki untuk dijual harus disajikan secara terpisah dengan kelompok asset lainnya pada laporan posisi keuangan. Asset semacam ini disajikan sebagai kelompok asset terpisah dalam kelompok asset tidak lancar dimiliki untuk dijual dalam kelompok asset lancar. Asset ini disajikan dalam kelompok asset lancar karena akan direalisasikan melalui penjualan dalam jangka waktu 1 tahun. 9.7 Latihan Soal Pada tanggal 20 Desember 2015, perusahaan mengklasifikasikan dua asset sebagai dimiliki untuk dijual dan terjual pada 31 Maret 2016. Rincian asset tersebut adalah sebagai berikut: Nilai tercatat Nilai wajar – biaya Harga jual netto (20 Des 15) menjual (20 Des 15) (31 Maret 2016) Mesin Rp 500 jt Rp 600 jt Rp 620 jt Kendaraan Rp 400 jt Rp 350 jt Rp 360 jt Asset Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi di atas? STIE Indonesia Banjarmasin 49 DAFTAR PUSTAKA Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009. Jakarta: Salemba Empat. Kieso, Donald. E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2010. Intermediate Accounting: IFRS Edition. Edisi 1. Volume 1. John Wiley & Sons. Martani, Dwi., et. al. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Edisi 1. Buku 1. Salemba Empat. 50