BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Fibrinogen Pada manusia terdiri dari 3 pasang rantai polipeptida, yaitu Aα (BM 66.500 D) Bβ ( BM 52.000 D) dan γ (BM 46.500). Rantai α mengandung 610 macam asam amino, rantai Bβ mengandung 461 asam amino dan rantai γ mengandung 411 asam amino. Ketiga pasang rantai ini dihubungkan oleh ikatan disulfida untuk membentuk molekul yang simetris dan terbagi dua. Molekul fibrinogen ini terbagi atas 2 domain D yang letaknya dibagian ujung dan domain E yang terletak di bagian tengah atau diantara kedua domain D dari molekul fibrinogen tersebut yang diikat oleh ikatan disulfida yang berbentuk helik. Fibrinogen juga merupakan reaktan fase akut yang disintesa di liver dan sintesa rantainya dikoordinasi oleh ketiga lokasi gen pada kromosom 4 pada bagian Q 28.( 1,2,3,4) Fibrinogen terutama disintesa dihati dan merupakan suatu glikoprotein yang larut dalam plasma dengan BM 340.000 kilo dalton. Fibrinogen terdapat di dalam plasma dan trombosit α granul, dan merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pembekuan. Konsentrasinya di sirkulasi 150 - 450 mg/dl. Fibrinogen disamping Universitas Sumatera Utara memegang peranan penting pada proses trombosis, juga berperan dalam meningkatkan viskositas darah sehingga memacu proses terbentuknya plak ateromatous dan selanjutnya trombosis. Terbentuknya plak ini bersamaan dengan adanya pengendapan kolesterol LDL. Sintesa fibrinogen dapat meningkat sampai 20 kali bila terjadi inflamasi yang luas. Sitokin khususnya interleukin – 6 akan merangsang sel hati untuk menaikkan produksi fibrinogen. Pada reaksi inflamasi fibrinogen berfungsi sebagai jembatan molekul dalam interaksi sel –sel. Kadar fibrinogen dapat meningkat 2 sampai 4 kali lipat kadar basal setelah 3 -5 hari, kemudian dapat menurun secara perlahan mencapai kadar basal setelah resolusi peradangan. Akibat adanya peningkatan kadar fibrinogen di dalam plasma ini maka viskositas plasma juga akan meningkat, sehingga meningkatkan agregasi trombosit dan eritrosit.(2,3 4,5,6) Trombin yang terdapat pada Domain E akan menghasilkan 2 Fibrinopeptida A (Aα 1-16) dan 2 Fibrinopeptida B ( Bβ 1-14) dari molekul fibrinogen secara proteolitik. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan dari fibrinopeptida yang akan membuka ikatan pada Domain E untuk melepaskan fibrin monomer, aktivasi semacam ini juga terjadi pada Domain D yang akan melepaskan monomer yang lain selama proses polimerase ini terjadi protein-protein lain pada plasma akan terlihat pada permukaan fibrin monomer tersebut termasuk : sistem fibrinolitik dan protein lain yaitu fibronektin, dan von willebrand faktor, sehingga Universitas Sumatera Utara permukaan dari fibrin monomer ini akan mempengaruhi generasi, crosslinking dan lisis dari fibrin.(2,3,4,5,7) 2.2. Fungsi Fibrinogen Fungsi yang paling nyata adalah membentuk bekuan darah pada proses koagulasi dan meningkatkan viskositas darah. Mekanisme koagulasi dari jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik hasil akhirnya akan membentuk trombin dari protrombin. Trombin yang terbentuk akan memecah fibrinogen menjadi fibrin dan setelah fase agregasi trombosit akan terjadi proses pembekuan darah. Kemudian agar tidak terbentuk trombus maka fibrin dipecah oleh plasmin menjadi fibrinogen degradation product (FDP). Aktivasi plasmin dan plasminogen akan dirangsang oleh aktivator fibrinolisis, diantaranya adalah tissue plasminogen aktivator (tPA). FDP akan menghambat polimerasi fibrin dan kerja trombin melalui mekanisme umpan balik.( 2,3) 2.3. Faktor –Faktor yang mempengaruhi Kadar Plasma Fibrinogen Hipertensi Menurut Framingham study dan beberapa penelitian yang dilakukan dilaporkan bahwa pada penderita hipertensi selalu dijumpai adanya peningkatan kadar fibrinogen dalam plasma dibandingkan dengan normotensi. Pada penelitian ini definisi operasional menurut WHO untuk Universitas Sumatera Utara hipertensi jika tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg dan Tekanan Darah diastole ≥ 90 mmHg pada seseorang tanpa mengkonsumsi obat anti hipertensi.(2,3,4,7) Diabetes Melitus Pada penderita Diabetes Melitus dilaporkan juga terjadi peningkatan kadar fibrinogen baik pada laki-laki maupun perempuan dan sudah banyak dilaporkan. Pada framingham study juga menunjukkan adanya korelasi yang positif antara kadar fibrinogen plasma dengan kadar gula darah. Adanya peningkatan kadar fibrinogen ini juga akan meningkatkan resiko untuk terjadinya komplikasi vaskular pada penderita DM.(4,5,6) Dislipidemia Peningkatan kadar kolesterol LDL dan trigliserida yang tinggi diikuti dengan penurunan kolesterol HDL mengakibatkan terjadinya peningkatan juga pada fibrinogen, hal ini telah cukup lama diketahui, tetapi mekanismenya masih belum jelas sampai sekarang ini.(2,5) Infeksi Berhubungan dengan salah satu fungsi dari fibrinogen sebagai protein fase akut dan mempunyai korelasi yang positif dengan marker infeksi misalnya neutrofil, tetapi mekanismenya masih belum jelas.(2,5,6) Genetik Universitas Sumatera Utara Variasi – variasi genetik pada gen fibrinogen memiliki pengertian dalam prognosis pada pasien-pasien dengan gangguan kardiovaskular Etnis Dibandingkan dengan etnis lainnya etnis Asia memiliki kadar fibrinogen yang lebih redah Variasi Geografis Di negara- negara yang memiliki empat musim ternyata dilaporkan bahwa fibrinogen meningkat pada musim dingin Merokok Pada salah satu penelitian Framingham dilaporkan terjadi peningkatan fibrinogen pada prokok dibandingkan yang bukan perokok. ternyata bertambahnya setiap rokok yang dihisap maka/ hari maka akan meningkatkan rata – rata plasma fiobrinogen 35 mg/dl. Dan penyakit kardiovaskular yang merupakan efek dari merokok berperan dalam peningkatan kadar plasma fibrinogen. (16,18) Status Hormonal Terdapat peningkatan kadar fibrinogen pada wanita-wanita menopause, kehamilan dan pemakaian pil-pil kontrasepsi. Beberapa penelitian pernah melaporkan bahwa penggunaan pil kontrasepsi dapat memberikan hasil adanya peningkatan yang signifikan pada kadar Universitas Sumatera Utara plasma fibrinogen. Peningkatan fibrinogen dan kolesterol pada wanita menopause akan meningkatkan resiko dan kematian penyakit jantung iskemik dibandingkan dengan wanita premenopause. Secara keseluruhan bukti dari pengaruh menopause pada plasma fibrinogen sampai saat ini tidak begitu jelas. (2,3) Usia Secara umum peningkatan kadar plasma fibrinogen meningkat pada usia tua kemungkinan disebabkan oleh sangat lambatnya rata-rata pengeluaran dari fibrinogen sedangkan produksinya meningkat. (2,3,5,6) Latihan Fisik Pada individu yang sehat dan sakit yang melakukan latihan fisik selama lebih dari 4 minggu dapat menurunkan kadar plasma fibrinogen dan mencegah terjadinya resiko penyakit kardiovaskular. Pada pasien dengan hipertensi yang dilakukan latihan fisik selama 12 minggu akan menghasilkan penurunan kadar fibrinogen. (2,3) Obat-obatan yang dapat menurunkan kadar fibrinogen Beberapa penelitian melaporkan pengobatan terhadap dislipidemia dapat menurunkan kadar fibrinogen disamping menurunkan kadar lipid didalam darah sebanyak 17 – 45%. Pengobatan anti agregasi trombosit seperti tiklopidin dapat menurunkan kadar fibrinogen plasma sekitar 13%. Pada beberapa kasus dapat terjadi penurunan fibrinogen Universitas Sumatera Utara hingga 24 jam paska terapi trombolitik. Diet tinggi Omega 3 dan Omega 6 dapat menurunkan kadar fibrinogen, sementara pemakaian obat-obatan seperti steroid, androgen, phenobarbital, streptokinase, urobinase dan vaproic acid serta pemakaian estrogen dapat meningkatkan kadar fibrinogen.(11,28) 2.4. HIPERTENSI Hipertensi merupakan penyakit yang hampir mengenai 1 milyar penduduk dunia dan menjadi suatu masalah tersendiri yang harus dihadapi. Di Amerika Serikat, meskipun kewaspadaan terhadap hipertensi telah mencapai 79%, akan tetapi tekanan darah yang telah terkontrol baru mencapai 34%. Hipertensi merupakan faktor risiko yang amat besar dalam menimbulkan berbagai penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, stroke dan gagal ginjal pada usia dewasa muda maupun usia lanjut. Diketahui faktor genetik ternyata berperan sangat besar dalam terjadinya hipertensi yaitu 40-50% sedangkan faktor lingkungan 10-30%. ( 18,19,20) Batasan hipertensi yang ditentukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 1999 adalah 160/95 mmHg, yang kemudian diperketat menjadi 140/90 mmHg pada tahun 2003. Hal itu karena masih banyak risiko terjadinya stroke, PJK dan gagal jantung. Kriteria hipertensi tersebut sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment on High Blood Pressure (JNC) VII. Universitas Sumatera Utara Menurut Prospective Studies Collaborative yang melakukan meta analisis pada 61 penelitian menunjukkan pengaruh usia dan tekanan darah terhadap peningkatan mortalitas akibat stroke dan penyakit jantung sistemik. Data dari Framingham Study memperlihatkan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular pada kelompok tekanan darah tinggi menurut klasifikasi Joint National Commite. ( 18,19,20,25 ) 2.5. Patofisiologi Hipertensi Tekanan darah berfungsi mendorong darah melalui sistem pembuluh untuk memenuhi kebutuhan perfusi organ. Pengaturan tekanan darah dilakukan oleh suatu fungsi fisiologi kompleks yang melibatkan integrasi sistem kardiovaskular, ginjal, syaraf dan endkorin. Gangguan terhadap mengakibatkan pengaturan hipertensi. rerata Patofisiologi tekanan hipertensi darah akan mempelajari mekanisme regulasi tekanan darah normal dan mencari bukti gangguan yang menyebabkan hipertensi atau mendahului terjadinya peningkatan tekanan darah. Studi patofisiologik telah berhasil menguraikan berbagai faktor penyebab yang mendasari perbedaan antara normotensi dan hipertensi, akan tetapi gagal menelusuri akar penyebab hipertensi. ( 12,18,20) Secara klinis peningkatan tekanan darah yang kronik dapat menyebabkan kerusakan jantung, pembuluh darah dan ginjal, akan tetapi pada stadium awal tidak menimbulkan gangguan fungsi. Batas tingkat tekanan darah yang menyebabkan gangguan kardiovaskular tidak Universitas Sumatera Utara diketahui. Gangguan kardiovaskular muncul sebagai mekanisme kompensasi akibat peningkatan tekanan darah yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan hipertrofi ventrikel kiri atau pengaruh akibat kerusakan nefroasklerosis. pembuluh darah misalnya aterosklerosis atau ( 18,20,23 ) Mekanisme hipertensi jarang disebabkan faktor tunggal tetapi merupakan bagian dan interaksi dari berbagai faktor. Faktor genetik dan faktor lingkungan berperan dalam hipertensi.Terjadinya hipertensi dipengaruhi mekanisme terjadinya oleh ekspresi gen mayor individu yang berpengaruh terhadap tekanan darah. Faktor lain yang berperan dalam peningkatan tekanan darah misalnya obesitas, resistensi insulin, asupan alkohol atau garam yang tinggi, stres dan asupan kalium atau kalsium rendah. Dalam klinik selain patofisiologi penting dipahami patogenesis hipertensi yang mempelajari proses terjadinya dan faktor penyebab yang dikaitkan dengan hipertensi. Dalam menjalankan fungsinya tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung (Cardiac Output) dan resistensi vaskular perifer ( Peripheral vascular resistence). Tekanan darah digambarkan sebagai hasil perkalian antara curah jantung dan resistensi vaskular perifer. ( 18,19,23, 25) Setiap perubahan pada curah jantung atau resistensi vaskular perifer akan mempengaruhi tekanan darah. Perubahan tekanan pre-load dan kontraktilitas akan berpengaruh pada curah jantung sedangkan resistensi vaskular perifer dipengaruhi oleh vasokonstriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Kelebihan asupan garam, penurunan jumlah nefron, Universitas Sumatera Utara faktor stres, perubahan genetik dapat menganggu keseimbangan curah jantung dan resistensi vaskular perifer dan berpengaruh terhadap tekanan darah. Faktor yang berasal dari endothelium dan renin angiotensin aldosteron berpengaruh terhadap patogenesis hipertensi. (18 ) 2.6. Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi hipetensi dibedakan bedasarkan faktor penyebab dan klasifikasi klinik. Klasifikasi klinik lebih menekankan derajat tingginya tekanan darah dan kaitannya dengan prevensi, deteksi, evaluasi maupun pengobatan. Hipertensi dibedakan atas dua jenis yaitu Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi primer meliputi lebih dari 90% kasus sedangkan selebihnya hipertensi yang penyebabnya dapat diidentifikasi atau disebut hipertensi sekunder. Klasifikasi hipertensi menurut laporan terbaru dari Joint National Commite (JNC) VII hipertensi yang merupakan pedoman pengobatan tergolong baru. Klasifikasi ini berlaku bagi individu dewasa usia 18 tahun atau lebih berdasarkan rerata pengukuran tekanan darah minimal dua kali pada posisi duduk dan dalam dua kunjungan yang berbeda.(32) Klasifikasi Tekanan Sistolik Diastolik Darah mmHg mmHg Normal < 120 < 80 Pre hipertensi < 120 -139 80 - 89 Hipertensi std I 140 – 159 90 - 99 Universitas Sumatera Utara Hipertensi std II ≥ 160 ≥ 100 Pre hipertensi walaupun tidak dikatagorikan penyakit tetapi mempunyai resiko tinggi untuk menjadi hipertensi. Hal ini penting bagi individu dan dokter yang bersangkutan untuk berupaya mencegah terjadinya hipertensi. ( 18,19 ) 2.7. Dislipidemia Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL terutama jenis LDL kecil padat (small dense LDL), trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL. Dislipidemia berkaitan dengan sindroma metabolik dan merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskular. ( 21,22,24 ) 2.8. Fisiologi Lipid Lipid diangkut dalam plasma sebagai komponen dari lipoprotein kompleks. Lipoprotein adalah partikel kompleks yang berbentuk spherical yang terbuat dari ratusan molekul lipid dan protein. Protein yang dikenal dengan sebutan apolipoprotein menempati permukaan lipoprotein. Ada beberapa jenis lipoprotein berdasarkan densitas, komposisi, ukuran dan mobilitas elektroforesisnya, lipoprotein diklasifikasikan menjadi: Universitas Sumatera Utara 1. Kilomikron : merupakan lipoprotein yang mengangkut trigliserida yang berasal dari makanan serta akan menuju kedalam plasma melalui pembuluh limfe. 2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) : Lipoprotein yang mengangkut sintesis kolesterol dan trigliserida endogen. 3. LDL ( Low Density Lipoprotein) : Lipoprotein yang mengangkut kolesterol pada sel hepar dan jaringan perifer, sehingga kolesterol dapat digunakan untuk kepentingan sel-sel tersebut. 4. HDL : Lipoprotein yang mengangkut kolesterol dari jaringan perifer kembali ke hepar.(31) Terdapat 3 jalur utama yang bertanggung jawab dalam pembentukan dan pengangkutan lipid dalam tubuh. 1. Jalur Eksogen Lipid yang berasal dari makanan mengalami proses pencernaan dan penyerapan, kemudian diangkut dalam bentuk kilomikron dalam selsel epitel usus halus. Kilomikron masuk ke dalam darah melalui pembuluh limfa usus. Didalam pembuluh darah, trigiserida dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) yang berasal dari endothel menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserid kembali di jaringan lemak (adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan trigliserid hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar Universitas Sumatera Utara trigliserid akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester dan akan dibawa ke hepar. ( 22,24 ) 2. Jalur Endogen Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hepar akan diekskresikan ke dalam sirkulasi sebagai VLDL. Dalam sirkulasi, VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase ( LPL) menjadi asam lemak dan gliserol, kemudian VLDL menjadi IDL ( Intermediate Density Lipoprotein), suatu lipoprotein yang lebih kecil dan lebih padat. Sebagian dari IDL akan kembali ke hepar ditangkap oleh reseptor LDL, partikel IDL yang lainnya dihidrolisis menjadi LDL. Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hepar dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor LDL juga. LDL merupakan pembawa utama kolesterol dalam sirkulasi tubuh. 3. Jalur Reverse Cholesterol Transport Suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke hepar. HDL merupakan lipoprotein yang berperan pada jalur ini. ( 22,24,) 2.9. Tipe Dislipidemia 1. Dislipidemia primer Gangguan ini menyebabkan produksi lipoprotein berlebihan atau penurunan klirens lipoprotein. Keadaan- keadaan inin antara lain: Universitas Sumatera Utara hiperkolesterol familial, hipertrigliseridemia familial, hiperlipidemia kombinasi familial. Karakteristik dari Hiperkolesterol familial adalah: a. Peningkatan selektif kadar LDL plasma b. Deposisi LDL dalam tendon (xantoma) dan arteri (aterom) c. Diturunkan secara autosomal dominan 2. Dislipidemia Sekunder : berhubungan dengan kondisi tertentu. Penyebab Dislipidemia Sekunder 1. Hiperkolesterolnemia Hipotiroidisme, penyakit hepar obstruksi, sindrom nefrotik, anorexia nervosa, porfiria intermitten akut, obat-obatan: progesteron, siklosporin, thiazide, beta bloker, isotretionin. 2. Hipertrigiseridemia Obesitas, diabetes melitus, kehamilan, gagal ginjal kronik, lipodistropi, glikogen storage disease, alkohol, stress, hepatitus akut, SLE, monoklonal gammapati, obat-obatan: beta bloker, glukokortikoid, resin, thiazid. 3. HDL rendah Diabetes Melitus tipe 2, rhematoid artritis, malnutrisi, obesitas, merokok, beta bloker, progesteron. ( 14,15,16,17,18,22,24) 3.0. Kadar Fibrinogen pada Dislipidemia Pada penderita dislipidemia dimana terjadi hiperkolesterolemia, hipertrigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL, terjadi juga Universitas Sumatera Utara peerubahan pada kadar fibrinogen. Halle mengatakan bahwa kadar fibrinogen meningkat pada pasien dengan peninggian kadar trigliserida dan kolesterol LDL. Demikian juga halnya pada penderita dengan kadar kolesterol HDL yang menurun, dengan batas ambang kadar fibrinogen > 2,90 g/dl. Hubungan antara kedua hal ini telah lama diketahui, dan hampir selama 30 tahun terus dicari bagaimana mekanisme sebenarnya yang terjadi. Penelitian secara in vitro dan pada binatang percobaan memperlihatkan bahwa free fatty acid ( FFA) menekan kontrol biosintesa fibrinogen. Kecepatan sintesa fibrinogen di hati ditingkatkan oleh glukosa dan FFA, terutama oleh palmitat. Hipotesa lain mengatakan bahwa partikel LDL kolesterol disintesa dan disekresi secara langsung oleh hati. Pada hiperfibrinogenemia dimana dijumpai peningkatan FFA dan trigliserida mungkin menyebabkan stimulasi baik fibrinogen dan apolipoprotein secara bersamaan. ( 24,25,26,27) Universitas Sumatera Utara