ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada bab - bab sebelumnya baik dari sumber yang diperoleh melalui studi kepustakaan maupun peraturan perundang-undangan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis maka Badan Penyelesaian Sengeketa Konsumen tidak lagi memiliki kewenangan dalam penyelesaian sengketa asuransi jiwa karena dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian Juncto Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan telah mengatur secara khusus mengenai penyelesaian sengketa alternatif harus dikoordinasikan oleh asosiasi masingmasing sektor jasa keuangan. Selain itu juga, dapat ditinjau dari isi polis asuransi jiwa pasca berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 bahwa dalam klausula tentang penyelesaian sengketa alternatif adalah BMAI karena polis asuransi merupakan suatu perjanjian maka berlaku asas pacta sunt servanda atau asas daya mengikat. 2. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian Juncto Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan mengatur bahwa penyelesaian sengketa alternatif harus dikoordinasikan oleh asosiasi masingmasing sektor jasa keuangan yang dalam hal ini asuransi jiwa memiliki Skripsi 64 DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA LANNY ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 65 Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia sudah membentuk badan penyelesaian sengketa alternatif yaitu BMAI. Namun, dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 belum mencantumkan bahwa yang berwenang menyelesaiakan sengketa alternatif dalam sengketa asuransi jiwa adalah Badan Mediasi Indonesia (BMAI) 4.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka dapat disampaikan saran sebagai berikut: 1. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan maka perlu diperjelas mengenai kewenangan BMAI sebagai satu-satunya lembaga penyelesaian sengketa alternatif yang diakui pemerintah, sehingga terdapatnya kepastian hukum serta tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai lembaga penyelesaian sengketa yang akan digunakan. 2. Terkait dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan masih baru maka diperlukan sosialisasi dan kejelasan dari pihak Otoritas Jasa Keuangan kepada masyarakat maupun perusahan asuransi jiwa bahwa yang berwenang menyelesaian sengketa asuransi jiwa adalah BMAI sehingga tidak ada ketidakpastian mengenai pemilihan forum. . Skripsi DUALISME PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF DALAM SENGKETA ASURANSI JIWA LANNY