BAB II PERSEPSI MASYARAKAT DAN KEGIATAN KEAGAMAAN

advertisement
BAB II
PERSEPSI MASYARAKAT
DAN KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA
A. Persepsi Masyarakat
1. Pengertian Persepsi
Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sejak individu dilahirkan,
sejak itu pula individu langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Sejak
itu pula individu menerima langsung stimuli atau rangsang dari luar
dirinya. Dalam rangka individu mengenali stimulus merupakan persoalan
yang berkaitan dengan persepsi. Mengenai persepsi itu sendiri seperti
halnya dengan pengertian-pengertiaan lain terdapat pandangan yang
bervariasi antara satu orang dengan orang yang lain.
Persepsi
merupakan
suatu
proses
yang
didahului
oleh
penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun
proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut
diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses
selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak
lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan
proses yang mendahului terjadinya persepsi.1 Proses penginderaan terjadi
1
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), hlm. 99-100
19
20
setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai
dirinya melalui alat indera. Stimulus yang mengenai individu itu kemudian
diorganisasikan, dinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang
apa yang diinderanya itu. Dengan persepsi individu dapat menyadari,
dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan
juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan.2
Persepsi dapat menentukan pola tingkah laku dan perbuatan
seseorang, sehingga persepsi berperan sangat penting dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Persepsi adalah proses mengetahui atau mengenali
objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.3
Menurut Jalaludin rahmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi
menyatakan bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek,
peristiwa-peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dengan persepsi, maka
seseorang dapat menginterpretasikan suatu hal yang ia lihat terhadap objek
yang sedang dikajinya.4
Sedangkan menurut Miftah Toha, persepsi pada hakikatnya
merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam
memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.
2
Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), hlm. 53-
54
3
James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999),
hlm. 358
4
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 51
21
Melihat dari beberapa pengertian persepsi
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa persepsi adalah kognitif yang dialami setiap orang atau
individu dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui panca
indera. Secara singkat persepsi disimpulkan sebagai cara pandang
seseorang terhadap segala sesuatu yang terkesan dalam panca inderanya.
2. Jenis-Jenis Persepsi
Proses persepsi merupakan stimulus yang diinderakan oleh
individu yang diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga
individu yang bersangkutan menyadari dan mengerti mengenai stimulus
yang diinderanya. Arie Arumwardhani menjelaskan bahwa manusia dapat
melakukan kegiatan persepsi melalui indera yang dimilikinya. Sedangkan
indera yang dimilki manusia ada beberapa jenis, seperti: indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan indera kulit atau
perasa. jadi manusia dapat melakukan kegiatan persepsi melalui inderainderanya. Sehingga indera yang dimiliki manusia ada beberapa jenis
persepsi, yaitu: persepsi melalui penginderaan penglihatan, persepsi
melalui penginderaaan pendengaran, persepsi melalui penginderaan
penciuman, persepsi melalui penginderaan pengecap dan persepsi melalui
penginderaan kulit peraba.5
Dari beberapa jenis persepsi yang dimiliki manusia yaitu: persepsi
melalui indera penciuman, pengecap, kulit, perabaan, auditori dan visual.
Sedangkan berdasarkan hasilnya ada beberapa persepsi yaitu:
5
Arie Arumwardhani, Psikologi Kesehatan (Yogyakarta: Percetakan Galang Press, 2011),
hlm. 192-194
22
a. Persepsi
positif,
yaitu
persepsi
yang
menggambarkan
segala
pengetahuan dan tanggapan yang selaras dengan objek persepsi yang
diteruskan dengan pemanfaatan.
b. Persepsi
negatif,
yaitu
persepsi
yang
menggambarkan
segala
pengetahuan dan tanggapan yang tidak selaras dengan objek persepsi.
Hal ini diteruskan dengan kepastian untuk menerima atau menolak dan
menentang segala objek yang dipersepsikan.
c. Persepsi netral, yaitu persepsi yang menganggap dan menggambarkan
keberadaan kedua belah pihak saling menguntungkan dan juga tidak
ada kerugiannya.
d. Persepsi ganda, adalah persepsi yang menganggap dan menggambarkan
bahwa keberadaan kedua belah pihak saling menguntungkan dan juga
tidak ada kerugiannya. 6
3. Faktor-faktor yang Berperan Dalam Persepsi
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan
adanya beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,
tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan
yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai
reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.
6
Bimo Walgito, op. cit., hlm. 61.
23
b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan
syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sabagai alat untuk
mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.7
d. Individu
Mengenai keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil
persepsi datang dari dua sumber, yaitu yang berhubungan dengan segi
kejasmanian, dan yang berhubungan dengan segi psikologis. Bila
sistem fisiologisnya terganggu, hal tersebut akn berpengaruh dalam
persepsi seseorang. Sedangkan segi psikologis seperti telah dipaparkan
di depan, yaitu antara lain mengenai pengalaman, perasaan,
kemampuan berpikir, kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh pada
seseorang dalam mengadakan persepsi.
7
Ibid., hlm. 101
24
e. Stimulus dan Lingkungan
Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup
kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan
stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran.,
sudah dapat dipersepsi oleh individu. Kejelasan stimulus akan banyak
berpengaruh dalam persepsi. Stimulus yang kurang jelas, stimulus yang
berwayuh arti, akan berpengaruh dalam ketepatan persepsi. Bila
stimulus itu berujud benda-benda bukan manusia, maka ketepatan
persepsi lebih terletak pada individu yang mengadakan persepsi, karena
benda-benda yang dipersepsi tersebut tidak ada usaha untuk
mempengaruhi yang mempersepsi. Hal tersebut akan berbeda bila yang
dipersepsi itu manusia.
Sedangkan
lingkungan
atau
situasi
khususnya
yang
melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi,
lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia. Objek dan lingkungan
yang melatarbelakangi objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang
sulit dipisahkan. Objek yang sama dengan situasi sosial yang berbeda,
dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.8
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya
dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
8
Ibid., hlm. 55
25
1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor
yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal
antara lain :
a. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya
informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi
usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya.
Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbedabeda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat
berbeda.
b. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan
untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan
fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang
berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu
obyek.
c. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada
seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan
untuk
mempersepsi.
Perceptual
vigilance
merupakan
kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari
stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
d. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana
kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang
dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
26
e. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung
pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat
kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang
dalam pengertian luas.
f. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang,
mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada
waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam
menerima, bereaksi dan mengingat.9
2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan
karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat
didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut
pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi
bagaimana
seseoarang
merasakannya
atau
menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi
adalah :
a. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini
menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka
semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi
persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek
individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
persepsi.
9
Jalaluddin Rakhmat, op. cit., hlm. 52
27
b. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya
lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived)
dibandingkan dengan yang sedikit.
c. Keunikan
dan
kekontrasan
stimulus.
Stimulus
luar
yang
penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama
sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik
perhatian.
d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan
memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan
dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus
merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi
persepsi.
e. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian
terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan
pandangan dibandingkan obyek yang diam.10
Menurut Robbins persepsi dapat dipengaruhi oleh karakter
seseorang. Karakter tersebut dipengaruhi oleh :
1.
Attitudes
Dua individu yang sama, tetapi mengartikan sesuatu yang
dilihat itu berbeda satu dengan yang lain.
10
Ibid., hlm. 53
28
2.
Motives
Kebutuhan yang tidak terpuaskan yang mendorong individu
dan mungkin memiliki pengaruh yang kuat terhadap persepsi
mereka.
3.
Interests
Fokus dari perhatian kita sepertinya dipengaruhi oleh minat
kita, karena minat seseorang berbeda satu dengan yang lain. Apa
yang diperhatikan oleh seseorang dalam suatu situasi bisa berbeda
satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang dalam suatu
situasi bisa berbeda dari apa yang dirasakan oleh orang lain.
4.
Experiences
Fokus dari karakter individu yang berhubungan dengan
pengalaman masa lalu seperti minat atau interest individu. Seseorang
individu merasakan pengalaman masa lalu pada sesuatu yang
individu tersebut hubungkan dengan hal yang terjadi sekarang.
5.
Expectations
Ekspektasi bisa mengubah persepsi individu dimana individu
tersebut bisa melihat apa yang mereka harapkan dari apa yang terjadi
sekarang.
Menurut Nugroho J. Setiadi, Faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah penglihatan dan sasaran yang diterima dan dimana
situasi persepsi terjadi penglihatan.
29
Tanggapan yang timbul atas rangsangan akan dipengaruhi
sifat-sifat individu yang melihatnya,, sifat yang dapat mempengaruhi
persepsi yaitu :
1. Sikap
Sikap yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya
tanggapan yang akan diberikan seseorang.
2. Motivasi
Motif
merupakan
hal
yang
mendorong
seseorang
mendasari sikap tindakan yang dilakukannya.
3. Minat
Merupakan faktor lain yang membedakan penilaian
seseorang terhadap suatu hal atau objek tertentu, yang mendasari
kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap objek tersebut.
4. Pengalaman masa lalu
Dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena kita
biasanya akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang
pernah dilihat dan didengar.
5. Harapan
Mempengaruhi
persepsi
seseorang
dalam
membuat
keputusan, kita akan cenderung menolak gagasan, ajakan, atau
tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
30
6. Sasaran
Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan yang akhirnhya
akan mempengaruhi persepsi.
7. Situasi
Situasi atau keadaan disekitar kita atau disekitar sasaran
yang kita lihat akan turut mempengaruhi persepsi. Sasaran atau
benda yang sama yang kita lihat dalam situasi yang berbeda
akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula.11
4. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dimulai dari suatu objek yang
menimbulkan stimulus, dan stimulus tersebut mengenai alat indera atau
reseptor. Objek dan stimulus adalah sesuatu yang berbeda, tetapi ada
kalanya objek dan stimulus itu menjadi satu.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman
atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh
syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang dinamakan dengan proses fisologis.
Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga
individu menyadari apa yang dilihat, atau apa apa yang didengar, atau apa
yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran
inilah yang desebut dengan proses psikologis. Kemudian pada taraf terakhir
dari proses terjadinya persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang
dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba yaitu stimulus yang
11
Nugroho J. Setiadi. “Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. http://vinariyanti.blogspot.com/2012/05/05/persepsi-konsumen-pengertianpersepsi.html/. (04 Mei 2012). Diakses 27 Oktober 2014.
31
diterima melalui alat indera. Proses tersebut merupakan proses terakhir dari
persepsi dan merupakan persepsi sebenarya. Respon sebagai akibat dari
persepsi yang diambil dari individu dalam berbagai macam bentuk.
Tidak semua stumulus akan direspon oleh organisme atau individu.
Respon yang diberikan oleh individu terhadap stimulus yang ada
persesuaian atau yang menarik perhatian individu. Dengan demikian terjadi
proses persepsi oleh individu tergantung kepada keadaan individu selain
tergantung stimulusnya atau juga tergantung kepada keadaan individu yang
bersangkutan.
5. Pengertian Masyarakat
Perkataan masyarakat berasal dari bahasa Arab, yang secara harfiah
artinya pergaulan. Dalam bahasa Latinnya adalah sosius. Perkataan ini
berubah bentuknya menjadi sosial yang berarti apa atau segala sesuatu yang
berhubungan pergaulan hidup. Dalam butir ini yang dimaksud dengan
masyarakat adalah pergaulan hidup manusia yang berinteraksi terusmenerus menurut sistem nilai atau norma tertentu yang terikat pada identitas
bersama.12
Masyarakat bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang hidup di
suatu wilayah yang memiliki aturan atau norma yang mengatur hubungan
satu sama lain.13
12
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1998), hlm. 183
13
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, (Bandung: Refika Aditama,
2009), hlm. 32
32
Masyarakat dimaknai juga sebagai kumpulan orang yang di
dalamnya hidup bersama dalam waktu yang cukup lama. Selanjutnya orangorang yang membentuk masyarakat harus memiliki kesadaran bahwa
mereka satu kesatuan, dimana masyarakat adalah suatu sistem hidup
bersama yang di dalamnya menciptakan nilai, norma dan kebudayaan bagi
kehidupan mereka.14
6. Fungsi dan Peran Masyarakat
Masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dan generasi ke
generasi salanjutnya secara dinamis sesuai situasi dan kondisi serta
kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi sosial yang
dilakukan oleh orang yang lebih dewasa kepada anak yang belum dewasa.
Masyarakat sering disebut sabagai tempat pendidikan, dan masyarakat juga
mewadahi apa yang disebut Community School (sekolah masyarakat).15
Tiap masyarakat mempunyai sesuatu yang khas, lain dari pada
yang lain, walaupun tampaknya sama dari luar, misalnya mengenal hal-hal
fisik seperti bentuk rumah, pakaian, bentuk rekreasi, dan sebagainya. Yang
memberi kekhasan pada suatu masyarakat adalah hubungan sosialnya.
Disamping itu mempunyai perbedaan lain seperti kota industri berbeda
dengan daerah pertambangan atau nelayan, kota universitas berbeda dengan
kampung pertanian, daerah perkotaan berbeda dengan pemukiman dan
14
Elly M. Setiadi, dkk. , Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi II, (Jakarta: Kencana, 2007),
hlm. 81-82.
15
Ari Gunawan, Sosiologi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 54-56.
33
sabagainya. Fungsi kota atau masyarakat turut menentukan sistem
sosialnya.16
Manusia adalah makhluk sosial, ia hidup dalam hubungannya
dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain. Karena itu
manusia tak mungkin hidup layak di luar masyarakat.
B. Kegiatan Keagamaan
1. Pengertian Kegiatan Keagamaan
Kegiatan keagamaan berasal dari tiga kata dasar yaitu giat, agama.
Giat berarti rajin, bergairah dan bersemangat tentang perbuatan atau usaha.
17
Agama berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan (Dewa dan
sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk beragama. Hal ini
berawal dari nalurinya untuk mengabdikan kepada suatu objek yang lebih
tinggi dari dirinya. “Naluri ini merupakan wujud dari adanya dorongan
untuk kembali kepada Tuhan akibat adanya perjanjian Illahiya”. 18 Dengan
demikian pengalaman tersebut sebagai pengalaman spiritual mengendap
dibawa sadar dan akan mempengaruhi manusia.
Mukti Ali memberikan pengertian agama sangat sulit. Hal ini
dikarenakan : “Pertama, pengalaman agama adalah bersifat subjektif dan
16
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 149-150.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), hlm. 10.
18
Nurcholis Madjid, Cendekiawan dan Religiuitas Masyarakat, (Jakarta: Para Madina dan
Tabloid Tekat, 1992), hlm. 92
17
34
batini, kedua, orang dalam pembicaraaan agama akan sangat bersemangat
dan emosional, ketiga, konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan
orang memberikan pengertian agama itu.19
Kegiatan agama merupakan hal yang sangat penting untuk bekal
dalam menghadapi masa depan, karena nasib suatu bangsa yang akan datang
ada ditangan generasi muda atau remaja. Apabila mereka rusak, maka
negara atau bangsa akan mengalami kehancuran atau pembinasaan.
Dalam pengertian umum kegiatan keagamaan di sini dapat
disamakan dengan Pendidikan Agama Islam yang sering diartikan sebagai
usaha pendewasaan manusia. Tetapi merujuk pada informasi Al-Quran
pendidikan mencakup segala aspek jagad raya ini, bukan hanya terbatas
pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai pendidik
yang maha agung.
Selain memelihara kondisi dan hubungan tetap dengan Allah dan
diri sendiri, dimensi taqwa yang ketiga adalah memelihara dan membina
hubungan baik dengan manusia. Hubungan antara manusia ini dapat dibina ,
dipelihara antara lain dengan “Mengembangkan cara gaya hidup yang
selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama dalam masyarakat
dan negara yang sesuai dengan nilai dan norma agama”.20
Masyarakat muslim di Indonesia dalam pendidikan atau perguruan
keagamaan sangat signifikan dan bahkan sangat dominan. Sepanjang sejarah
pendidikan Islam di kawasan ini, masyarakat muslim dalam skala yang tetap
19
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 29-30
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), hlm. 370
20
35
besar bukan hanya berperan serta tetapi bahkan mengambil posisi terdepan
dalam
pendirian,
pengembangan
dan
pemberdayaan
pendidikan
keagamaan.21
2. Dasar Kegiatan Keagamaan
Dasar adalah landasan tempat berpijak agar tegak kokoh berdiri.22
Agama Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya
menyelanggarakan pendidikan dan pengajaran.23
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di Indonesia mempunyai
dasar-dasar yang cukup kuat yaitu:
a.
Al-Quran
Umat Islam sebagai suatu umat yang dianugerahkan Tuhan
suatu kitab suci Al-Quran yang letak dengan segala petunjuk yang
meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang
tentu dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat
kehidupan ynag berdasarkan kepada Al-Quran.24
b.
Al-Hadist
Dasar yang kedua selain Al-Quran adalah sunah Rosulullah,
amalan yang dikerjakan oleh Rosulullah SAW. Dalam proses
perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam
karena Allah SWT. Menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi
umatnya.
21
Azyurmadi Azra, Pendidikan Islam tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: Logos wacana Ilmu, 2000), hlm. 149
22
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 19
23
Ibid., hlm. 19
24
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 24
36
Dalam visi religius, dalam hal ini terdapat ayat Al-Quran yang
menganjurkan arti penting kegiatan keagamaan Islam, Allah SWT
berfirman:
            
         
            
  
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman
mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata:
"Tuhan Kami hanyalah Allah". dan Sekiranya Allah tiada menolak
(keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah
telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah
ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak
disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang
menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat
lagi Maha perkasa”. (QS. Al-Hajj: 40).
Firman Allah SWT.
         
          
 
Artinya:
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
37
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. AtTahrim : 6)
Firman Allah di atas menunjukkan betapa pentingnya masalah
pendidikan, pemeliharaan, dan bimbingan bagi umat Islam. Allah Wa
Jalla menjelaskan sifat-sifat orang yang mau menolong agamanya. Dia
berfirman:
         
        
Artinya:
“Yaitu orang-orang yang kami tempatkan di muka bumi, mereka
mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh yang ma’ruf, dan
mencegah yang mungkar. Kepada Allahlah di kembalikan semua
urusan”. (QS. Al-Hajj: 41).
3. Tujuan Kegiatan Keagamaan
“Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang yang melakukan sesuatu.25 Kegiatan keagamaan bertujuan
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman remaja
(masyarakat) Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Peranan Keagamaan
Islam sebagai gerakan kultural pada dasarnya lebih menekankan
keterbukaan dan dialog untuk mencari bentuk sintetik baru yang lebih baik,
dan berbasis pada akhlakul karimah yaitu memperkuat dan mempertinggi
25
Djamaludin Abdullah Aly, Kapasita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: CV. Pustaka Setia,
1998), hlm. 14
38
budi pekerti, sehingga kelangsungan hidup masyarakat lebih terjaga.
Kekuatan masyarakat pada hakikatnya tergantung pada budi pekerti. Jika
budi pekerti itu jatuh, maka jatuhlah masyarakat itu.26 Allah SWT
berfirman:
             
           
Artinya:
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
5. Materi dan Metode Kegiatan Keagamaan
a. Materi Kegiatan Keagamaan
Materi atau bahan merupakan apa yang hendak diajarkan dalam
kegiatan remaja IPNU-IPPNU. Dengan sendirinya materi-materi yang
diajarkan tidak terlepas dari nuansa ke Islaman. Adapun materi yang
diajarkan adalah:
1) Tauhid
Tauhid
adalah
pemurnian
ibadah
kepada
Allah,
yaitu
menghambakan diri kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan
26
Musa Asy‟arie, Dialektika Agama untuk Pembebasan spiritual, (Yogyakarta: LESFI, 2002),
hlm. 60
39
mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh
rasa rendah diri, cinta dan takut kepada-Nya.27
Tauhid merupakan pegangan pokok yang sangat menentukan bagi
kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal ibadah
yang dilakukannya. Hanya amal yang dilandasi tauhidlah menurut tuntunan
Islam yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan
bahagia di dunia maupun di akhirat kelak.
Melihat pentingnya tauhid dalam kehidupan manusia, maka
sangatlah perlu materi ketauhidan di masukkan ke dalam kurikulum
pembelajaran yang ada dalam kegiatan ikatan remaja IPNU-IPPNU guna
membentengi dan memelihara kaimanan mereka dari sikap dan perbuatan
yang mengarah kepada kemusyrikan yang diakibatkan oleh perubahan yang
cepat disegala bidang.
2) Ilmu Tajwid
Ilmu tajwid adalah pengetahuan makhrij huruf atau bunyi-bunyi
huruf saat diucapkan. Juga merupakan ilmu bacaan seperti izhar (jelas) dan
ikhfa (samar), mad (bacaan panjang) yang lazim, wajib dan jaiz, dan ukuran
panjang suara saat membacanya, juga pengetahuan tentang wakaf (tanda
henti) yang wajib, yang tidak boleh atau yang jaiz (dibolehkan) dan
mustahsanah (disukai berhenti). Ilmu tajwid juga mencakup pengetahuan
tentang idghom dan huruf-hurufnya(lam, mim, nun, ya, ra, waw), iqlab dan
27
syaikh Muhammad At-Tamimi, Terjemah Kitab Tauhid, (Jakarta: Kantor Urusan Agama
Kedutaan Besar Saudi Arabia, 2003), hlm. 2.
40
hurufnya (baa‟) serta huruf-huruf halq (hamzah, ha, ha‟, kho, „ain, ghain)
dan dari kedua bibir dan lain-lain.
Manfaatnya adalah untuk mengetahui bacaan Al-qur‟an dan
membacanya dengan melafazhkan huruf-hurufnya sesuai dengan makna
yang dikehendaki sehingga maksud dari firman Allah dapat diketahui
dengan jelas.28 Diharapkan dengan mengajarkan ilmu tajwid kepada remaja
IPNU-IPPNU, mereka dapat membaca Al-qur‟an dengan benar sesuai
dengan kaidah yang ada dan dapat melagukan Al-qur‟an sehingga menjadi
lebih indah untuk didengar.
3) Fiqih
Fiqih menurut bahasa berarti paham terhadap tujuan seseorang
pembaca. Menurut istilah fiqih ialah mengetahui hukum-hukum syara‟
yang amaliah (mengenal perbuatan, perilaku) dengan melalui dalil-dalilNya yang terperinci. Adapun fiqih menurut istilah fuqoha seperti dalam
Tajudin As-Subki, adalah ilmu tentang hukum syara yang bersifat amali
diambil dari dalil-dalil yang tafsili.29
4) Akhlak
Dilihat dari segi bahasa (etimologi), kata akhlak berasal dari
bahasa arab yang terserap ke dalam bahasa indonesia. Dalam bahasa
arab, kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluqun yang
mempunyai beberapa arti yaitu tabiat, perangai adat kebiasaan, perwira
dan agama yang mengandung segi-segi persamaan dengan kata khalqun
28
Abu Bakar Jabir al-Jazziry, Ilmu dan Ulama, Pelita Kehidupan Dunia dan Akhirat,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), hlm. 87-88.
29
Syahrul Anwar, Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 13.
41
(kejadian) dan erat hubungannya dengan kata kholiq (pencipta) dan
makhluk (yang diciptakan). Oleh karena itu, dalam akhlak juga
membahas berbagai masalah yang menyangkut hubungan antar manusia
(sebagai makhluk) dengan Allah yang maha pencipta (kholik). Hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan sesama
manusia dan hubungan manusia dengan mahkluk yang lainnya.
Dilihat dari segi istilah (terminologi) akhlak adalah keadaan
jiwa yang mendorong timbulnya suatu perbuatan dengan mudah karena
dibiasakan sehingga tidak memerlukan pertimbangan dan pemikiran
terlebih dahulu.30 Kedudukan dan martabat orang dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat sangat ditentukan oleh kepribadian dan tingkah
lakunya (akhlaknya). Kepribadian dan tingkah laku seseorang bukan
merupakan suatu yang bersifat tetap tetapi suatu yang dapat berubah
karena terpengaruh oleh berbagai keadaan yang ada disekitarnya. Oleh
karena itu, apabila kepribadian dan tingkah laku tersebut tidak boleh
dibiarkan, tetapi harus dijaga dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.
Caranya dengan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari secara
terus-menerus.
Mempelajari ilmu akhlak memang tidak langsung menjadikan
seseorang berakhlak mulia, walaupun demikian seseorang yang
mempelajari ilmu akhlak akan lebih sadar lagi dalam tindak tanduknya.
30
Imam Suraji, Etika dalam Perspektif Al-qur’an dan Al-Hadist, (Jakarta: PT. Pustaka AlHusna Baru, 2006), hlm. 1.
42
Ia lebih mengerti dan memaklumi dengan sempurna apa faedah berlaku
baik dan apa pula bahaya jika ia berbuat salah.
Besar harapan seseorang mempelajari akhlak akan menjadi
orang yang baik, dan akan berbuat amal shaleh, berjuang untuk agama,
bangsa dan negaranya. Menjadi satu anggota masyarakat yang berarti dan
berjasa. Ia akan berbudi pekerti yang luhur dan mulia terhindar dari sifatsifat yang tercela dan berbahaya. Itulah yang menjadikan materi akhlak
sangat penting untuk
diberikan kepada remaja IPNU-IPPNU, karena
dengan ilmu akhlak diharapkan remaja akan senantiasa memiliki perilaku
yang baik, yang dapat dibanggakan dan menjadi contoh bagi masyaraat
dilingkungnya.
b. Metode Kegiatan Keagamaan
“Metode adalah salah satu alat untuk mencari tujuan yang telah
ditetapkan.31
Adapun bentuk metode yang digunakan dalam kegiatan
keagamaan antara lain:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan
metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didiknya
dalam proses belajar mengajar.
31
224
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.
43
Dalam hal ini menggunakan metode tersebut karena tokoh
masyarakat (penceramah) memberikan uraian atau penjelasan
kepada sejumlah para remaja IPNU-IPPNU
yang mengikuti
kegiatan pada waktu tertentu dan tempat tertentu pula. “Dalam
metode ceramah ini para remaja IPNU-IPPNU yang mengikuti,
melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang
diceramahkan oleh seorang tokoh itu adalah benar.
2) Metode Kisah Qurani dan Nabawi
Dalam pendidikan Islam, terutama pendidikan agama Islam
(sebagai suatu bidang studi), kisah sebagai metode pendidikan amat
penting, alasannya antara lain sebagai berikut:
a) “Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau
pendengar
untuk
mengikuti
peristiwanya,
merenungkan
maknanya. Selanjutnya, makna-makna itu akan menimbulkan
kesan dalam hati pembaca atau pendengar tersebut.
b) Kisah qurani dan nabawi dapat menyentuh hati manusia karena
kisah itu menampilkan tokoh dalam konteknya yang menyeluruh.
Karena
tokoh
cerita
ditampilkan
dalam
konteks
yang
menyeluruh, pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati atau
merasakan isi kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi
tokohnya.32
3) Metode Teladan
32
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), hlm. 142-143
44
Metode ini merupakan pedoman untuk bertunduk dalam
merealisasikan tujuan pendidikan. Pedoman itu memang diperlukan
karena pendidikan tidak dapat ditindak secara alamiah saja agar
pendidikan dapat dilakukan lebih aktif dan lebih efisien. Disinilah
teladan merupakan salah satu pedoman yang diakui oleh semua ahli
pendidikan, baik dari barat maupun dari timur. Seperi yang diakui
dalam Islam, umat meneladani Nabi, Nabi meneladani Al-Quran”.33
4) Metode Dialog (Hiwar)
Metode ini dilakukan dengan panyajian suatu topik masalah
yang dilakukan melalui dialog antara peserta didik dan peserta didik.
Metode ini dapat difungsikan dengan baik jika terjadi komunikasi
transaksi yang didukung oleh minat yang tinggi bagi pendidik dan
peserta didik untuk mengetahui dari masalah yang dihadapi.
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari
bahasa Latin adolescerei yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala
memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain
dalam rentang kehidupa. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah
mampu mengadakan reproduksi.
33
Ibid., hlm. 142-143
45
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya
memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial,
dan fisik. Secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu
menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak
tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
malainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat
dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia
pubertas.
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam
intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini
memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke
dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling
menonjol dari semua periode perkembangan.
Perkembangan intelektual yang terus-menerus menyebabkan remaja
mancapai tahap berpikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan
remaja mampu berpikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan
mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya dari pada sekadar
melihat apa adanya. Kemampuan intelektual seperti ini yang membedakan
fase remaja dari fase-fase sebelumnya.34
2. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan remaja
Pertumbuhan dan perkembangan bekerja dalam suatu proses
pertumbuhan yag berkaitan dengan aspek-aspek fisik dan psikis individu.
34
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
hlm. 9-10
46
Hal
ini
berarti
berkaitannya
antara
satu
fase
pertumbuhan
dan
perkembangan dengan fase berikutnya, yaitu fase sebelumnya menjadi dasar
fase selanjutnya. Berikut ini adalah pertumbuhan dan perkembangan remaja,
antara lain:
a. Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentang
kehidupan individu, dimana terjadi perumbuhan fisik yang sangat pesat.
Masa yang pertama terjadi pada fase pranatal dan bayi. Bagian-bagian
tubuh
tertentu
pada
tahun-tahun
permulaan
kehidupan
secara
proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya
menjadi terlalu besar, karena lebih dulu mencapai kematangan dari pada
bagian-bagian yang lain. Hal ini tampak jelas pada hidung, kaki dan
tangan.
Pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai
proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya.35
b. Perkembangan kognitif
Pada masa remaja mulai memiliki kemampuan memahami
pikirannya sendiri dan pemikiran orang lain, membayangkan apa yang
dipikirkan oleh orang tentang dirinya. Ketika kemampuan kognitif
mereka mencapai
kematangan, kebanyakan
anak remaja mulai
memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap
masyarakat, orang tua, bahkan terhadap kekurangan diri mereka sendiri.
Dengan penalaran yang dimilikinya, menjadikan remaja mampu
35
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 193.
47
membuat pertimbangan dan melakukan perdebatan sekitar topik-topik
abstrak.36
c. Perkembangan emosi
Masa
remaja
merupakan
puncak
emosionalitas
yaitu
perkembangan emosi yang tinggi. Walaupun emosi remaja sering
menguat, tidak terkendali dan tampak irasional, umumnya dari tahun
demi tahun mengalami perbaikan perilaku emosional.
d. Perkembangan sosial
Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin
dimasa depan sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial
secara matang, dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social
adjustment) yang tepat. Penyesuaian sosial ini dapaat diartikan sebagai
“kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial,
situasi, dan relasi”. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan
penyesuaian sosial ini baik dalam lingkungan luar, sekolah, maupun
masyarakat.
e. Perkembangan moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua,
guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja
sudah lebih matang dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih
mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti
kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Pada masa ini muncul
36
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 194.
48
dorongan untuk melakukan perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang
lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi
kepuasan
fisiknya tetapi psikologis. 37
f. Perkembangan kepribadian
Masa remaja merupakan masa berkembangnya identity (jati diri).
Perkembangan identity merupakan isu sentral pada masa remaja yang
memberikan dasar bagi masa dewasa. Dapat juga dikatakan sebagai
aspek sentral bagi kehidupan yang sehat yang merefleksikan kesadaran
diri, kemampuan mengidentifikasi orang lain dan mempelajari tujuantujuan agar dapat berpartisipasi dalam kebudayaannya.
g. Perkembangan kesadaran beragama
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka
agama pada para remaja turut dipengaruhi perkembangan itu.
Perkembangan pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor
perkembangan
rohani
dan
jasmaninya.
Menurut
W.
Starbuck
perkemangannnya antara lain:
1) Pertumbuhan pikiran dan mental
Agama yang ajarannya lebih konservatif lebih banyak
berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat pada ajaran agamanya.
Sebaliknya agama yang ajaran agamanya kurang konservatifdogmatif ada agak liberal akan mudah merangsang perkembangan
37
Op. Cit., hlm. 198-199.
49
pikiran dan mental
para remaja sehingga mereka banyak
meninggalkan ajaran agamanya.
2) Perkembangan perasaan
Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya
lebih dekat kearah hidup yang religius pula. Sebaliknya bagi remaja
yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan
lebih mudah didominasi dorongan seksual.
3) Pertimbangan sosial
Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara
pertimbangan moral dan material, remaja bingung menentukan
pikiran
itu.
Karena
kehidupan
duniawi
lebih
dipengaruhi
kepentingan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya
untuk bersifat materialistis
4) Perkembangan moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasi
berdosa dan usaha untuk mencari proteksi, tipe moral yang juga
terlihat pada para remaja yang mencakup: self-directive, adaptive,
submissive, unadjusted, deviant.
5) Sikap dan minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh
dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa
kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi merekaa (besar
kecil minatnya).
50
6) Ibadah
Sedikit dari remaja yang mengatakan bahwa ibadah
bermanfaat
untuk
berkomunikasi
dengan
Tuhan,
sebaliknya
kebanyakan remaja menganggap bahwa ibadah hanyalah merupakan
media untuk bermeditasi.38
38
Bambang Syamsul Arifin, Psikolog Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 68-70.
Download