Modul Kimia B Fast Load

advertisement
MODUL GURU PEMBELAJAR
MATA PELAJARA
PELAJARAN
RAN KIMIA
RA
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
A)
KELOMPOK KOMPETENSI B
PEDAGOGI:
TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM PEMBELAJARAN IPA
Penulis
Dr. Indrawati, M.Pd.
PROFESIONAL:
IKATAN KIMIA, STOIKIOMETRI 2, REDOKS 2,
DAN pH
Penulis:
Dra. Rella Turella, M.Pd, dkk
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2016
MODUL GURU PEMBELAJAR
MATA PELAJARA
PELAJARAN
RAN KIMIA
RA
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
A)
KELOMPOK KOMPETENSI B
TEORI BELAJAR DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN IPA
Penulis:
Dr. Indrawati, M.Pd.
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2016
MODUL GURU PEMBELAJAR
MATA PELAJARAN KIMIA
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
KELOMPOK KOMPETENSI B
TEORI BELAJAR DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN IPA
Penulis:
Dr. Indrawati, M.Pd.
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2016
11
MODUL GURU PEMBELAJAR
MATA PELAJARAN KIMIA
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
KELOMPOK KOMPETENSI B
TEORI BELAJAR DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN IPA
Penanggung Jawab
Dr. Sediono Abdullah
Penyusun
Dr. Indrawati, M.P. , 08122045151 , [email protected]
Penyunting
Dr. Poppy Kamalia Devi, M.Pd.
Penelaah
Dr. Sri Mulyani, M.Si.
Dr. I Nyoman Marsih, M.Si.
Dr. Suharti, M.Si.
Dra. Lubna, M.Si
Angga Yudha, S.Si
Penata Letak
Dea Alvicha Putri, S.Pd
Retzy Noer Azizah, S.Si, M.Pd
Copyright © 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA),
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KATA SAMBUTAN
Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan
pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen
yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam
peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.
Pengembangan profesionalitas guru melalui program Guru Pembelajar (GP)
merupakan upaya peningkatan kompetensi untuk semua guru. Sejalan dengan hal
tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui uji kompetensi guru
(UKG) untuk kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Hasil
UKG menunjukkan peta kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam
penguasaan pengetahuan. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi
10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan
dalam bentuk pelatihan guru paska UKG melalui program Guru Pembelajar.
Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan
sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Guru Pembelajar dilaksanakan
melalui pola tatap muka, daring (dalam jaringan), dan campuran (daring
kombinasi) tatap muka dengan dalam jaringan.
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Kelautan dan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(LP3TK KPTK), dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala
Sekolah (LP2KS) merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam
mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru
sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut
KATA SAMBUTAN
iii
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
adalah modul untuk program Guru Pembelajar (GP) tatap muka dan GP online
untuk semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini
diharapkan program GP memberikan sumbangan yang sangat besar dalam
peningkatan kualitas kompetensi guru.
Mari kita sukseskan program GP ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.
Jakarta, Februari 2016
Direktur Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D
NIP. 195908011985032001
iv
KATA SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Guru
Pembelajar Mata Pelajaran IPA SMP, Fisika SMA, Kimia SMA dan Biologi SMA.
Modul ini merupakan model bahan belajar (Learning Material) yang dapat
digunakan guru untuk belajar lebih mandiri dan aktif.
Modul Guru Pembelajar disusun dalam rangka fasilitasi program peningkatan
kompetensi guru pasca UKG yang telah diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan.
Materi modul dikembangkan berdasarkan
Standar Kompetensi Guru sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang
dijabarkan menjadi Indikator Pencapaian Kompetensi Guru.
Modul Guru Pembelajar untuk masing-masing mata pelajaran dijabarkan
ke
dalam 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Materi pada masing-masing modul
kelompok kompetensi berisi materi kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional guru mata pelajaran, uraian materi, tugas, dan kegiatan pembelajaran,
serta diakhiri dengan evaluasi dan uji diri untuk mengetahui ketuntasan belajar.
Bahan pengayaan dan pendalaman materi dimasukkan pada beberapa modul
untuk mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kegunaan dan aplikasinya dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari hari.
Modul ini telah ditelaah dan direvisi oleh tim, baik internal maupun eksternal
(praktisi, pakar, dan para pengguna). Namun demikian, kami masih berharap
kepada para penelaah dan pengguna untuk selalu memberikan masukan dan
penyempurnaan sesuai kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi terkini.
Besar
harapan kami kiranya kritik,
saran,
dan masukan untuk
lebih
menyempurnakan isi materi serta sistematika modul dapat disampaikan ke
KATA PENGANTAR
v
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
PPPPTK IPA untuk perbaikan edisi yang akan datang. Masukan-masukan dapat
dikirimkan melalui email para penyusun modul atau email [email protected].
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada para
pengarah dari jajaran Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Manajemen, Widyaiswara, dan Staf PPPPTK IPA, Dosen, Guru, Kepala Sekolah
serta Pengawas Sekolah yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian modul ini.
Semoga peran serta dan kontribusi Bapak dan Ibu semuanya dapat memberikan
nilai tambah dan manfaat dalam peningkatan Kompetensi Guru IPA di Indonesia.
Bandung, April
Bandung,
April 2016
2016
Kepala PPPPTK
PPPPTK IPA,
IPA,
Kepala
Dr. Sediono,
Sediono, M.Si.
M.Si.
Dr.
N2qIP. 195909021983031002
vi
KATA PENGANTAR
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
DAFTAR ISI
Hal
KATA SAMBUTAN
iii
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. TUJUAN
2
C. PETA KOMPETENSI
2
D. RUANG LINGKUP
3
E. CARA PENGGUNAAN MODUL
3
KEGIATAN PEMBELAJARAN
I. TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN IPA
A. TUJUAN
5
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
6
C. URAIAN MATERI
6
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
39
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS
41
F. RANGKUMAN
41
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
41
KUNCI JAWABAN LATIHAN/KASUS/TUGAS
43
EVALUASI
45
PENUTUP
49
DAFTAR PUSTAKA
51
GLOSARIUM
53
DAFTAR ISI, DAFTAR GAMBAR, DAFTAR TABEL
z
5
KELOMPOK KOMPETENSI B
vii
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1
Jenis Keterampilan dan Deskripsinya
35
Tabel 2
Perbandingan Teori Belajar Piaget, Bruner, Ausubel
37
DAFTAR GAMBAR
Hal
viii
Gambar 1
The Nature of Science Education
Gambar 2
Siklus hasil dan proses ilmiah
11
Gambar 3
Kontinum Belajar hafalan bermakna, belajar
penerimaan dan penemuan
30
Gambar 4
Subsumer A, B, C
31
DAFTAR ISI, DAFTAR GAMBAR, DAFTAR TABEL
KELOMPOK KOMPETENSI B
9
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk menyiapkan anak didik kita yang akan terjun menjadi anggota masyarakat,
sesuai tuntutan karakteristik masyarakat abad 21, guru IPA harus memahami
tujuan pengajaran sains. Dewasa ini tujuan pengajaran sains mengalami
perubahan dari penekanan pada kemampuan warganegara agar sadar sains
(scientific literacy) kepada sadar sains dan teknologi (scientific and technological
literacy). Sadar sains dan sadar teknologi adalah dua tujuan yang berbeda. Pada
hakikatnya pelajaran kimia yang merupakan bagian dari pelajaran IPA
menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir melalui proses dan
produk. Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga
diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang
berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk
(pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori)
temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Untuk meningkatkan
hasil pembelajaran yang optimal sesuai dengan hakikat pendidikan IPA, seorang
guru sebaiknya menggunakan teori, strategi, pendekatan, atau model-model
pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan topik yang akan disajikan dan
dipelajari Guru Pembelajar didik. Beberapa strategi atau model pembelajaran
yang dikemukakan pakar pendidikan, didasari oleh teori belajar tertentu dan
digunakan untuk tujuan tertentu pula. Ada tiga kategori utama atau kerangka
filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori
belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori ini dapat diterapkan
pada pembelajaran kimia sesuai dengan karakteristik konsep kimianya. Mengacu
pada Permendiknas nomor 16 tahun 2007, kompetensi guru dalam penguasaan
teori belajar termasuk dalam kompetensi inti pedagogik 2. Menguasai teori
PENDAHULUAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
1
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Untuk memenuhi
kompetensi ini pada modul pedagogik kelompok kompetensi B Anda dapat
mempelajarinya mulai dari hakekat IPA dan pendidikan IPA, pengertian belajar,
teori belajar berdasarkan karakteristiknya dan penerapan
teori-teori belajar
dalam kegiatan pembelajaran Kimia. Di dalam modul, sajian materi diawali
dengan uraian pendahuluan, kegiatan pembelajaran dan diakhiri dengan
evaluasi agar guru melakukan self-assessment
sebagai tolak ukur untuk
mengetahui keberhasilan diri sendiri.
B. Tujuan
Setelah Anda belajar dengan modul ini, Anda diharapkan memahami teori-teori
belajar yang sesuai dengan pembelajaran IPA (Kimia).
C. Peta Kompetensi
Kompetensi inti yang diharapkan setelah belajar menggunakan modul ini adalah
menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran dan Indikator Pencapaian Kompetensi yang
diharapkan tercapai melalui belajar dengan modul ini tercantum pada tabel 1
berikut:
Tabel 1. Kompetensi Guru Mapel dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Guru Mata
Indikator Pencapaian
Pelajaran
Kompetensi
2.1. Memahami berbagai
teori belajar dan
prinsip-prinsip
pembelajaran yang
mendidik terkait
dengan mata
pelajaran yang
diampu
2.1.1 Mendeskripsikan
hakikat
IPA
dan
pendidikan IPA
2.1.2 Menjelaskan dimensi atau komponenkomponen IPA
2.1.3 Menjelaskan pengertian belajar dan
teori-teori belajar
2.1.4 mendeskripsikan
teori
belajar
berdasarkan karakteristiknya
2.1.5 menerapkan teori-teori belajar dalam
kegiatan pembelajaran Kimia
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi pada Modul Kelompok Kompetensi B
disusun dalam
empat bagian, yaitu bagian Pendahuluan, Kegiatan Pembelajaran, Evaluasi dan
2
PENDAHULUAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
Penutup. Bagian pendahuluan berisi paparan tentang latar belakang modul
kelompok kompetensi B, tujuan belajar, kompetensi guru yang diharapkan
dicapai setelah pembelajaran, ruang lingkup dan saran penggunaan modul.
Bagian kegiatan pembelajaran berisi Tujuan, Indikator Pencapaian Kompetensi,
Uraian Materi, Aktivitas Pembelajaran, Latihan/Kasus/Tugas, Rangkuman,
Umpan Balik dan Tindak Lanjut Bagian akhir terdiri dari Kunci Jawaban
Latihan/Kasus/Tugas, Evaluasi dan Penutup.
Rincian materi pada modul adalah sebagai berikut:
1.
Hakikat IPA dan Pendidikan IPA
2. Teori-teori belajar dan karakteristiknya
E. Cara Penggunaan Modul
Cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran
sesuai dengan skenario setiap penyajian materi.
secara umum
Langkah-langkah belajar
secara umum adalah sebagai berikut:
Pendahuluan
Mengkaji materi
modul
Melakukan
aktivitas
pembelajaran
(diskusi/
ekperimen/latihan)
Review
Kegiatan
Presentasi
dan
Konfirmasi
Gambar 1. Langkah-langkah belajar menggunakan modul
Deskripsi Kegiatan
1.
Pendahuluan
PENDAHULUAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
3
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada Guru
Pembelajar untuk mempelajari:
a. latar belakang yang memuat gambaran materi pada modul;
b. tujuan
penyusunan
modul
mencakup
tujuan
semua
kegiatan
pembelajaran setiap materi pada modul;
c. kompetensi atau indikator yang akan dicapai atau ditingkatkan melalui
modul;
d. ruang lingkup kegiatan pembelajaran;
e. langkah-langkah penggunaan modul;
2.
Mengkaji materi pada modul
Pada kegiatan ini fasilitator memberi kesempatan kepada guru pembelajar
untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan
indikator pencapaian hasil belajar. Guru Pembelajar dapat mempelajari
materi secara individual atau kelompok.
3.
Melakukan aktivitas pembelajaran
Pada kegiatan ini Guru Pembelajar melakukan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan rambu-rambu/intruksi yang tertera pada modul baik berupa
diskusi materi, melakukan eksperimen, latihan, dan sebagainya. Pada
kegiatan
ini
Guru
Pembelajar
secara
aktif
menggali
informasi,
mengumpulkan data dan mengolah data sampai membuat kesimpulan
kegiatan.
4. Presentasi dan Konfirmasi
Pada kegiatan ini Guru Pembelajar melakukan presentasi hasil kegiatan
sedangkan fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dibahas
bersama.
5. Reviu Kegiatan
Pada kegiatan ini Guru Pembelajar dan penyaji mereviu materi.
4
PENDAHULUAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
KEGIATAN PEMBELAJARAN:
TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN IPA
Belajar sebagai salah satu bentuk aktivitas manusia telah dipelajari oleh para ahli
sejak lama. Berbagai upaya untuk menjelaskan prinsip-prinsip belajar telah
melahirkan teori belajar. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik
mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta
didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Hal ini menunjukan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Untuk meningkatkan hasil pembelajaran yang optimal seorang guru sebaiknya
menerapkan suatu teori pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan topik yang
akan disajikan dan dipelajari peserta didik. Teori belajar mendasari beberapa
strategi/model pembelajaran yang dikemukakan pakar pendidikan. Teori belajar
merupakan kerangka kerja konseptual yang menggambarkan bagaimana
informasi diserap, diproses, dan ditahan selama belajar. Penerapan teori
pembelajaran hendaknya disesuaikan pula dengan karakteristik mata pelajaran
yang diajarkan.
A. Tujuan
Setelah belajar dengan modul ini diharapkan Anda dapat memahami hakikat IPA
dan pendidikan IPA serta teori-teori belajar dan karakteristiknya.
KEGIATAN PEMBELAJARAN : TEORI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
5
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi yang diharapkan dicapai melalui diklat ini
adalah:
1.
mendeskripsikan hakikat IPA dan pendidikan IPA;
2.
menjelaskan dimensi atau komponen-komponen IPA;
3.
menjelaskan pengertian belajar dan teori-teori belajar;
4.
mendeskripsikan teori belajar berdasarkan karakteristiknya;
5.
menerapkan teori-teori belajar dalam kegiatan pembelajaran Kimia;
C. Uraian Materi
1. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA
Pada uraian berikut Anda dapat mempelajari hakikat IPA dan beberapa
pendapat mengenai sains atau IPA, sikap ilmiah, nilai nilai IPA dan hakekat
pendidikan IPA.
a. Hakikat IPA
Sejak ada peradaban manusia, orang telah dapat mengadakan upaya untuk
mendapatkan sesuatu dari alam sekitarnya. Manusia telah dapat membedakan
hewan atau tumbuhan mana yang dimakan. Mereka telah dapat menggunakan
alat untuk mencapai kebutuhannya. Dengan menggunakan alat, mereka telah
merasakan manfaat dan kemudahan-kemudahan untuk mencapai suatu tujuan.
Semua itu menandakan bahwa mereka memperoleh pengetahuan dari
pengalaman dan atas dorongan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Berkat
pengalaman pula, mereka mengenal beberapa macam tumbuhan yang dapat
dijadikan obat dan bagaimana cara pengobatannya.
Ilmu pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam, dan kompleks sejalan
dengan perkembangan peradaban manusia. Oleh karena ilmu pengetahuan
berkembang menjadi dua bagian yaitu natural science (Ilmu Pengetahuan Alam,
IPA) dan social science (Ilmu Pengetahuan Sosial, IPS). Meskipun demikian
penggunaan istilah science masih tetap digunakan sebagai Ilmu Pengetahuan
Alam, yang di Indonesiakan menjadi sains. Tetapi ingat ketika dunia international
mengatakan science maka yang
dimaksud ilmu pengetahuan alam, beda
dengan di Indonesia, masih ada saja orang yang mengartikan sains sebagai ilmu
pengetahuan secara umum.
6
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
Dalam perkembangannya, IPA atau sains (Inggris: sciences) terbagi menjadi
beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk dan cara memandang gejala
alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut Biologi. Ilmu yang mempelajari
gejala fisik dari alam disebut Fisika, dan khusu untuk bumi dan antariksa disebut
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Sedangkan ilmu yang mempelajari sifat
materi benda disebut Ilmu Kimia. Kadang-kadang pada tingkat pembahasan atau
gejala tertentu, perbedaan ini sudah tidak nampak lagi.
Pertanyaan klasik yang muncul apabila kita akan membahas mengenai sains,
adalah apakah sains itu? Sains sebagai ilmu pengetahuan alam yang meliputi:
fisika, kimia, dan biologi.
Secara etimologi, Fisher (1975:5) menyatakan kata sains berasal dari bahasa
Latin, yaitu scientia yang artinya secara sederhana adalah pengetahuan
(knowledge). Kata sains mungkin juga berasal dari bahasa Jerman, yaitu
Wissenchaft yang artinya sistematis, pengetahuan yang terorganisasi. Sains
diartikan sebagai pengetahuan yang secara sistematis tersusun (assembled) dan
bersama-sama dalam suatu urutan terorganisasi. Misalnya, pengetahuan tentang
fisika, biologi, dan kimia.
Istilah sains secara umum mengacu kepada masalah alam (nature) yang dapat
diinterpretasikan dan diuji. Dengan demikian keadaan alam merupakan keadaan
materi yaitu atom, molekul dan senyawa, segala sesuatu yang mempunyai ruang
dan massa, sepanjang menyangkut 'natural law' yang memperlihatkan
'behaviour' materi, merupakan pengertian dari sains, yaitu: fisika, kimia, dan
biologi.
Menelusuri definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai sains atau
IPA, ditemukan beragam bentuk dan penekanannya. Misalnya definisi sains,
yaitu sains merupakan rangkaian konsep dan skema konseptual yang saling
berhubungan yang dikembangkan dari hasil eksperimentasi dan observasi serta
sesuai
untuk
eksperimentasi
dan
observasi
berikutnya
(Jenkins
&
Whitefield:1974; Conant: 1975).
Davis dalam bukunya On the Scientific Methods yang dikutip oleh Chalmers
menyatakan sains sebagai suatu struktur yang dibangun dari fakta-fakta.
Bronowski, seorang saintis dan juga filosof tentang sains, menyatakan sains
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
7
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
merupakan organisasi pengetahuan dengan suatu cara tertentu berupa
penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang tersembunyi yang ada di alam.
Batasan yang dikemukakan oleh Jenkins dan Whitefield, dan Bronowski tentang
sains sepertinya masih hanya berkisar kepada kumpulan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang diperoleh oleh para saintis atau ahli Sains (Jenkins &
Whitefield:1974; Conant: 1975). Tetapi cara atau metode yang digunakan untuk
memperoleh konsep-konsep itu belum secara jelas-jelas dikatakan sebagai
sains, hanya dinyatakan sebagai cara-cara terstruktur dan sistematis. Dengan
demikian, lingkupnya hanya sebatas pada kumpulan konsep-konsep atau
prinsip-prinsip. Proses kreatif untuk memperoleh kumpulan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip itu, tampak belum masuk di dalam batasan di atas.
Fisher (1975:6) menyatakan batasan sains adalah body of knowledge obtained
by methods based upon observation. Suatu batang tubuh pengetahuan yang
diperoleh melalui suatu metode yang berdasarkan observasi. Cambbell (dalam
Fisher, 1975:7) menyatakan sains sebagai sesuatu yang memiliki dua bentuk,
yaitu (1) sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan yang berguna,
pengetahuan praktis, metode memperolehnya; dan (2) sains sebagai hal yang
murni aktifitas intelektual. Bube (dalam Fisher, 1975:9) menyatakan sains
sebagai pengetahuan tentang alam yang diperoleh melalui interaksi antara akal
dengan dunia.
Suatu batasan tentang sains yang lebih lengkap dikemukakan oleh Sund. Sund,
dkk (1981:40) menyatakan sains sebagai tubuh dari pengetahuan (body of
knowledge) yang dibentuk melalui proses inkuari yang terus-menerus, yang
diarahkan oleh masyarakat yang bergerak dalam bidang sains. Sains lebih dari
sekedar pengetahuan (knowledge). Sains merupakan suatu upaya manusia yang
meliputi
operasi
mental,
keterampilan
dan
strategi
memanipulasi
dan
menghitung, keingintahuan (curiosity), keteguhan hati (courage), ketekunan
(persistence) yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam
semesta. Sains juga dapat dikatakan sebagai hal-hal yang dilakukan ahli sains
ketika melakukan kegiatan penyelidikan ilmiah.
8
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
NORM
VALUE
CONCEPT,
PRINCIP,
THEORY
INDUCTIVE
CONTEX at
DAILY LIFE
SCIENTIFIC
PROCESS
DEDUCTIVE
Gambar 1. The Nature of Science Education
Gambar di atas merupakan batasan yang dikemukakan oleh Sund ini paling
lengkap jika dibandingkan dengan definisi yang lain. Sund tidak hanya
melibatkan kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan metode inkuari, tetapi
memasukkan unsur operasi mental yang dilakukan oleh individu (nilai dan
norma) untuk memperoleh penjelasan tentang fenomena alam (melalui proses
sains) baik secara induktif maupun secara deduktif.
Berdasarkan penelurusan dari berbagai pandangan para ahli dalam bidang sains
dan memperhatikan hakikat sains, dapat kita rumuskan:
Sains adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan
teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuari yang
dilanjutkan dengan proses observasi (empiris) secara terus-menerus;
merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan,
dan strategi memanipulasi dan menghitung, yang dapat diuji kembali
kebenarannya yang dilandasi dengan sikap keingintahuan (curiousity),
keteguhan hati (courage), ketekunan (persistence) yang dilakukan oleh
individu untuk menyingkap rahasia alam semesta.
Dengan demikian paling sedikit ada tiga komponen dalam rumusan atau batasan
tentang sains, yaitu (1) kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori, (2) proses
ilmiah dapat fisik dan mental dalam mencermati fenomena alam, termasuk juga
penerapannya, dan (3) sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dan
menyingkap rahasia alam. Ketiga syarat tersebut dapat kita katakan sebagai
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
9
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
syarat kumulatif, artinya harus ketiga-tiganya dimiliki oleh seseorang untuk dapat
dikatakan sebagai saintis.
Untuk selanjutnya, langkah-langkah atau proses yang ditempuh para ilmuwan
dalam mengembangkan ilmu menjadi cara atau metode yang digunakan secara
umum,
kemudian
disebut
metode
ilmiah.
Metode
ini
memungkinkan
berkembangnya pengetahuan dengan pesat, jelas adanya hubungan timbal balik
antara fakta dan gagasan.Fakta yang didapat melalui pengamatan diolah dan
disajikan oleh ilmuwan dan disebut data.
Siklus proses ilmiah (Gambar 2.1) dapat dimulai dari adanya fokus masalah,
ditunjang dengan data yang ada dan teori yang ada, maka rumusan masalah
dapat dibuat. Teori yang ada digunakan melalui perumusan hipotesis, definisi
operasional, dan membuat model untuk membuat prediksi terhadap penjelasan
masalah yang dirumuskan. Penerapan teori yang proporsional membimbing
pendekatan
dalam
mengobservasi
dan
meneliti
serta
alat
ukur
yang
digunakannya untuk proses pengambilan data. Data yang diperoleh dibuat
klaifikasinya berdasarkan persamaan dan perbedaannya, melalui proses
pengorganisasian data. Data yang telah diorganisasikan, digunakan dengan
cara membuat analogi, generalisasi, teori, dan kaedah-kaedah (sebagai
panambahan atau revolusi terhadap teori sebelumnya), melalui proses
penggunaan data sehingga berulang siklus berikutnya.
10
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
SIKLUS HASIL DAN PROSES ILMIAH
DATA
PROSES PENGAMBILAN DATA
PROSES ORGANISASI
DATA
OBSERVASI,
MENGUKUR,
EXPERIMEN, MENELITI
MENCATAT,
MENGURUTKAN,
MEMBANDINGKAN,
MENGKLASIFIKASI
FOKUS
MASA
LAH
PROSES
PENGGUNAAN DATA
PROSES
PENERAPAN TEORI
MEMBUAT ANALOGI,
MENGINFER, MEMBUAT
TEORI,
MENGGENERALISASI
BERHIPOTESIS, DEFINISI
OPERASIONAL,
MEMBUAT MODEL,
MEMPREDIKSI
TEORI
(Costa, A.L., et al.,1985: 167)
Gambar 2.1 Siklus hasil dan proses ilmiah (Costa, A.L. et al., 1985: 167)
Berdasarkan pengertian sains seperti tersebut di atas, seringkali kita saksikan
suatu pembelajaran IPA yang hanya memungkinkan peserta didik mengartikan
IPA hanya sebagai tubuh dari ilmu tanpa memahami proses dan kualitas
manusia yang melakukan inkuari ilmiah. Jadi sains hanya diapresiasikan sebagai
kumpulan fakta, konsep, dan prinsip ilmiah belaka.
Konsep adalah suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman
yang relevan.
Prinsip adalah generalisasi meliputi konsep-konsep yang bertautan atau adanya
hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya.
Teori adalah generalisasi prinsip-prinsip yang berkaitan dan dapat digunakan
untuk menjelaskan gejala-gejala alam.
Pemikiran yang lebih umum dan telah terbukti kebenarannya melalui percobaan
disebut hukum.
Dari beberapa pandangan ahli filsuf tentang IPA berdasarkan sudut pandang
bagaimana cara ahli sains memperoleh ilmu pengetahuan yang disebut
epistemologi, dapat disimpulkan bahwa IPA dalam bentuk kumpulan konsep,
prinsip, teori, dan hukum sebagai produk yang diperoleh para ilmuwan atau IPA
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
11
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
sebagai produk. Sedangkan memandang IPA dari sudut pola berpikir atau
metode berpikirnya disebut IPA sebagai proses.
Secara operasional IPA memiliki makna:
1) sekumpulan pengetahuan;
2) suatu proses pencarian;
3) suatu sarana pengembangan nilai-nilai;
4) suatu sarana untuk mengenal dunia;
5) suatu sarana untuk mengembangkan hubngan sosial;
6) suatu hasil konstruksi manusia;
7) bagian dari kehidupan manusia.
Dari makna-makna tersebut, sering kita menyimpulkan bahwa IPA pada
hakikatnya terdiri atas aspek produk dan proses:
Produk, merujuk pada sekumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip,
teori, hukum.
Proses, proses sains merujuk pada proses-proses pencarian sains yang
dilakukan para ahli disebut science as the process of inquiry.
IPA memiliki sesuatu metode, yang dikenal dengan scientific method atau
metode ilmiah, yang meliputi kegiatan-kegiatan seperti:
1)
mengenal dan merumuskan masalah;
2)
mengumpulkan data;
3)
melakukan percobaan atau penelitian;
4)
melakukan pengamatan;
5)
melakukan pengukuran;
6)
menyimpulkan;
7)
mengkomunikasikan pegetahuan atau melaporkan hasil penemuan.
Untuk melakukan metode ilmiah diperlukan sejumlah keterampilan IPA yang
sering disebut science processes skills. Proses IPA meliputi mengamati,
mengklasifikasi,
menginfer,
memprediksi,
mencari
hubungan,
mengukur,
mengkomunikasikan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengontrol
variabel, menginterpretasikan data, menyimpulkan.
12
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
b. Sikap Ilmiah
Didalam melakukan metode ilmiah, para ilmuwan IPA
memiliki sifat ilmiah
(scientific attittudes), agar hasil yang dicapainya itu sesuai dengan
harapannya. Sikap-sikap ilmiah tersebut antara lain:
1) obyektif terhadap fakta atau kenyataan, artinya bila sebuah benda menurut
kenyataan berbentuk bulat telur, maka dia secara jujur akan melaporkan
bahwa bentuk benda itu bulat telur. Dia berusaha untuk tidak dipengaruhi
oleh perasaannya;
2) tidak tergesa-gesa di dalam mengambil kesimpulan atau keputusan;
3) bila belum cukup data yang dikumpulkan untuk menunjang kesimpulan atau
keputusan.
kesimpulan.
Seorang
Ia
akan
ilmuwan
IPA
mengulangi
percobaan-percobaannya,
tidak
lagi
akan
tergesa-gesa
menarik
pengamatan-pengamatan
dan
sehingga datany cukup dan kesimpulannya
mantap, karena didukung oleh data-data yang cukup dan akurat;
4) berhati
terbuka,
artinya
bersedia
mempertimbangkan
pendapat
atau
penemuan orang lain, sekalipun pendapat atau penemuan orang lain itu
bertentangan dengan pendapatnya sendiri;
5) dapat membedakan antara fakta dan pendapat;
6) fakta dan pendapat adalah hal yang berbeda. Fakta adalah sesuatu yang ada,
terjadi dan dapat dilihat atau diamati. Sedangkan pendapat adalah hasil
proses berfikir yang tidak didukung fakta;
7) bersikap tidak memihak suatu pendapat tertentu tanpa alasan yang
didasarkan atas fakta;
8) tidak mendasarkan kesimpulan atas prasangka;
9) tidak percaya akan takhayul;
10) tekun dan sabar dalam memecahkan masalah;
11) bersedia mengkomunikasikan dan mengumumkan hasil penemuannya untuk
diselidiki, dikritik dan disempurnakan;
12) dapat bekerjasama dengan orang lain;
13) selalu ingin tahu tentang apa, mengapa, dan bagaimana dari suatu masalah
atau gejala yang dijumpainya.
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
13
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
c.
Nilai-nilai IPA
Bila kita meninjau kembali tentang hakekat IPA yang dipaparkan di atas ternyata
bahwa IPA mempunyai nilai-nilai kehidupan dan pendidikan. Nilai-nilai IPA dalam
berbagai segi kehidupan itu adalah:
1) Nilai praktis
Tidak diragukan lagi bahwa IPA mempunyai nilai praktis, dimana hasil-hasil
penemuan IPA, baik secara langsung atau tidak langsung dapat digunakan dan
dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: komputer,
robot, mesin cuci, televisi, dan sebagainya. Teknologi yang merupakan hasilhasil penemuan IPA telah banyak sekali mengasilkan benda-benda yang sangat
bermanfaat bagi manusia.
Perkembangan
dan
kemajuan
teknologi
mengandalkan
hasil
teknologi
mengandalkan hasil penemuan IPA. Demikian pula IPA, memanfaatkan hasil
teknologi untuk memecahkan masalah-masalah dan memperoleh penemuanpenemuan baru (contoh: komputer, mikroskop elektron, dan sebagainya). Tidak
disangsikan lagi bahwa IPA dan teknologi saling membutuhkan, saling mengisi
dan saling membantu untuk bisa terus berkembang.
2) Nilai intelektual
IPA dengan metode ilmiahnya banyak sekali digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah, bukan saja masalah yan berkaitan dengan IPA, tetapi
masalah-masalah lain yang berkaitan dengan sosial dan ekonomi. Ilmu sosial
dan ekonomi banyak menggunakan metode ilmiah dalam mmecahkan masalahmasalahnya. Metode ilmiah memberikan kemampuan dan keterampilan kepada
manusia untuk dapat memecahkan masalah.
Kemampuan ini ternyata
memberikan kepuasaa khusus kepada manusia. Oleh karena itu IPA dengan
metode ilmiahnya mempunyai nilai intelektual.
3) Nilai sosial politik-ekonomi
Negara yang IPA dan Teknologinya maju akan mendapat tempat khusus dalam
kedudukan sosial, politik, dan ekonominya. Negara-negara maju seperti Amerika,
Inggris, Jerman, Jepang dsb mendapat kedudukan penting dalam percaturan
dunia. Indonesia pernah merintis penggunaan teknologi canggih dengan
14
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
pembuatan pessawat terbang di IPTN, dan pada waktu itu, negara kita pun mulai
diperhitungkan oleh dunia dan membawa dampak terhadap nilai sosial, politik,
dan ekonomi.
4) Nilai keagamaan
Ada yang berpendapat bahwa apabila seseorang belajar IPA dan Teknologi
terlalu mendalam, maka orang itu akan melakukan hal-hal yang menjurus ke
arah negatif, misalnya ingkar kepada Alla SWT. Pendapat ini nampaknya tidak
semua benar, karena banyak para ilmuwan IPA yang dahulunya kurang percaya
terhadap Agama, sedikit demi sedikit bahkan ada yang sangat mendalami
Agama. Mereka ilmuwan masih belum bisa mengungkapkan semua fenomena
alam yang ada di Bumi dan Jagad Raya ini, mereka manusia memiliki
kemampuan terbatas. Mereka menyadari bahwa ada yang menciptakan dan
mengatur segala keteraturan yang ada di Jagad Raya ini, dan mereka ilmuwan
pun semakin yakin dan percaya bahwa ada yang mengatur semua itu yakni Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Seorang ilmuwan yang beragama akan semakin
tebal keimannya, karena kepercayaan terhadap agama tidak hanya didukung leh
dogma-dogma, melainkan juga oleh rasio yang ditunjang oleh segala
pengamatan yang merupakan manisfestasi kebesaran Allah. Pernyataan yang
terkenal yang diungkap oleh ilmuwan besar, seperti Albert Einstein adalah
“Science without religious is blind and religious without science is limp”.
5) Nilai pendidikan.
Dalam abad kemajuan IPA dan teknologi ini diperlukan warganegarawarganegara yang melek IPA dan Teknologi Namun sangat disayangkan,
masyarakat kita masih banyak yang belum melek IPA dan Teknologi ini. Untuk
memecahkan masalah ini merupakan salah tugas pendidik IPA. Guru IPA
memiliki tugas untuk membelajarkan siswa dengan baik untuk mencapai tujuan
pendidikan IPA saat ini, yaitu menciptakan warganegara yan sadar akan IPA dan
Teknologi.
Menurut De Boer (1991:177) orang yang sadar sains adalah “orang yang dapat
menggunakan konsep-konsep sains, keterampilan proses sains dan nilai dalam
membuat keputusan sehari-hari bila ia berinteraksi dengan orang lain atau
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
15
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
lingkungannya dan ia juga memahami hubungan antara sains, teknologi, dan
masyarakat, termasuk aspek aspek perkembangan sosial dan ekonomi”.
Orang yang sadar teknologi menurut M.J. Dyrenfurth (1971) dalam Benny
Karyadi (1997:1) dan Poedjiadi (1996:7) mempunyai ciri-ciri: (1) tahu
menggunakan dan memelihara produk teknologi; (2) sadar tentang proses
teknologi; (3) sadar akan dampak yang ditimbulkan oleh teknologi terhadap
manusia dan masyarakat; (4) mampu mengadakan penilaian tentang proses dan
produk teknologi; (5) serta mampu menghasilkan teknologi alternatif yang
sederhana. Lebih lanjut lagi Poedjiadi (1997:4) merumuskan bahwa sadar sains
dan teknologi adalah orang yang memiliki karakteristik: (1) menguasai konsepkonsep sains dan teknologi yang akan meningkatkan kemampuan orang tersebut
untuk berpartisipasi secara efektif di masyarakatnya; (2) mampu berpartisipasi,
memelihara, dan peduli terhadap kemungkinan dampak negatif dari produk
teknologi; (3) kreatif dalam menghasilkan dan memodifikasi produk-produk yang
dibutuhkan masyarakat; dan (4) sensitif serta peduli terhadap masalah-masalah
lingkungan dan dapat membuat keputusan sehubungan dengan nilai-nilai.
Dari uraian di atas, diharapkan melalui pendidikan IPA diharapkan masyarakat
dapat mehami IPA dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan. Persoalan banjir, erosi, gizi rendah,
kesehatan, dan lain-lain adalah contoh dari ketidakpedulian terhadap IPA dan
Teknologi. Oleh karena itu IPA memiliki peranan yang sangat penting dalam
pendidikan.
d. Hakikat pendidikan IPA
Pendidikan
dimaknai
mengembangkan
sebagai
semua
aspek
proses
yang
kepribadian
di
dalamnya
manusia,
yang
seseorang
mencakup
pengetahuan, kemampuan, sikap, nilai, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
di masyarakat di mana ia hidup.
Pendidika IPA adalah suatu upaya atau proses untuk membelajarkan siswa
untuk memahami hakikat IPA: produk, proses, dan mengembangkan sikap ilmiah
serta sadar akan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat untuk pengembangan
sikap dan tindakan berupa aplikasi IPA yang positif.
16
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
Kaitannya dengan keseluruhan kurikulum, bahwa terjadinya belajar pada peserta
didik merupakan faktor utama yang paling penting dan harus diperhatikan dalam
pembelajaran sains. Agar hal ini dapat tercapai, bahasa yang digunakan
hendaknya dapat dimengerti oleh peserta didik dan berkesesuaian dengan
teknologi yang ada, karena di sekitar kita penuh dengan hasil teknologi; dan
memperhatikan tingkat perkembangan kemampuan peserta didik itu sendiri.
Batasan yang dikemukakan Kirkham lebih tepat untuk pendidikan sains, sebab
memasukkan unsur sikap, yaitu pada elemen konteks individu dan masyarakat,
di samping unsur konten dan proses dari sains. Dalam pendidikan sains unsur
sikap sangat penting dikembangkan selain unsur konsep dan proses.
DeBoer (1991, 69-70) menyatakan bahwa Komisi Sains yang dipimpin oleh Otis
W. Caldwell beranggotakan 47 orang, profesor dalam bidang pendidikan dan
kepala sekolah Lincoln School memberikan rasional dalam kurikulum dan arah
sains dalam pendidikan sesuai dengan yang diinginkan oleh sains agar
pencapaian peserta didik seperti yang diharapkan, yaitu sebagai berikut:
1) sains merupakan sesuatu yang bernilai dalam ‘hidup sehat’ karena
pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan kesehatan
individu dapat mencegah mewabahnya penyakit dan mengendalikan
berjangkitnya suatu penyakit;
2) meskipun sains terus melaju ke arah kemajuan, tetapi sains tetap peduli
dengan ‘worthy home membership’ melalui pembelajaran tentang fungsi dan
keterbatasan listrik, sistem ventilasi, pengoperasian dari berbagai alat di
rumah yang digunakan dalam sehari-hari;
3) pelajaran sains bermanfaat untuk keperluan pekerjaan khusus dalam
kehidupan yang umum (misalnya, biologi, fisika, kimia, fisiologi, kesehatan);
4) berkaitan dengan tujuan ‘kemasyarakatan’ sains memberikan penghargaan
yang lebih terhadap kerja dan kontribusinya dalam memberikan masyarakat
kemampuan untuk mengambil peran dalam masyarakat;
5) kontribusi sains dalam pemanfaatan waktu luang, misalnya melalui
pemahaman tentang optik, dan prinsip kimia dalam fotografi, dan pembuatan
observasi yang lebih mendalam tentang alam sambil menjelajahi kawasan
atau wilayah atau negara atau pantai;
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
17
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
6) studi tentang sains memberikan kontribusi dalam pengembangan etika dan
karakter melalui pemahaman yang mendalam tentang konsep kebenaran
dan kepercayaan terhadap hukum sebab akibat.
Tujuan yang direkomendasikan oleh komisi tersebut, antara lain, sebagai berikut:
1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum melalui pendidikan, dengan
penyebaran informasi tentang kehidupan sehari-hari, meliputi: kesehatan
masyarakat dan personal, pendidikan seks, pengetahuan sanitasi, dan
pengetahuan yang membantu masyarakat dalam menggunakan secara
benar teknologi modern di rumah dan dalam kehidupan sehari-hari;
2) mengembangkan hubungan sains dan keindahan alam;
3) menarik minat peserta didik untuk melakukan studi lanjutan tentang sains
dalam mengantisipasi bagi mereka yang memilih karir yang berkaitan
dengan sains, sebagai saintis atau ahli lain yang memerlukan pengetahuan
sains;
4) mengembangkan kemampuan peserta didik mengobservasi, membuat
pengukuran yang teliti terhadap suatu fenomena, mengklasifikasikan
pengamatan, dan membuat penalaran secara jelas terhadap hasil
pengamatan;
5) pemahaman yang jelas tentang prinsip-prinsip masing-masing cabang sains,
meliputi: fisika, kimia, dan biologi. Masing-masing cabang ini dikembangkan
oleh ahlinya masing-masing.
(Sumber: A new Taxosomy of Science Education)
Jadi dapat kita katakan bahwa, pendidikan sains pada hakikatnya adalah
membelajarkan peserta didik untuk memahami hakikat sains (proses dan produk
serta aplikasinya) mengembangkan sikap ingin tahu, keteguhan hati, dan
ketekunan, serta sadar akan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat serta
terjadi pengembangan ke arah sikap yang positif.
18
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
2.
Teori-Teori Belajar
a.
Belajar
Banyak definisi tentang belajar, salah satunya adalah seperti yang disampaikan
oleh Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Learning
may be defined as the process where by an organism changes its behaviour as a
result of experience (Gagne 1984: 256).
Dari definisi belajar tersebut, ada dua kata kunci, yaitu perilaku dan pengalaman.
Perilaku, menyangkut aksi atau tindakan, yang menjadi perhatian utama adalah
perilaku verbal dari manusia, sebab dari tindakan-tindakan menulis dan berbicara
manusia dapat kita tentukan apakah terjadi perubahan perilaku atau tidak.
Perubahan dari ”ba-ba” menjadi ”bapak”, perubahan dari menuliskan sesuatu
dengan cara yang salah menjadi benar, memungkinkan kita untuk menyimpulkan
bahwa belajar telah terjadi.
Komponen kedua dalam definisi belajar adalah pengalaman, hal ini membatasi
macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar.
Pengalaman yang dimaksud sebagai proses belajar adalah pengalaman yang
dialami oleh siswa, bukan yang merupakan pengalaman fisiologis, seperti pada
saat kita masuk ke dalam ruang yang gelap, lambat laun kita akan melihat
dengan jelas, hal tersebut adalah akibat perubahan pupil mata dan perubahan
perubahan fotokimia dalam retina, hal ini merupakan sesuatu yang fisiologis dan
tidak mewakili belajar.
Berikut ini lima macam perilaku perubahan pengalaman, yaitu:
1) pada tingkat emosional paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan
dari pasangan stimulus tak terkondisi dengan stimulus terkondisi. Bentuk
belajar seperti ini disebut belajar dan menolong kita bagaimana memahami
bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau
mata pelajaran yang diajarkan;
2) belajar kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan
yang lainnya pada satu waktu. Kita dapat melihat bagaimana asosiasi ini
dapat
menyebabkan
belajar
dari
latihan
dan
belajar
stereotip
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
19
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
(menggambarkan seorang ilmuwan itu berkacamata, seorang ibu tiri kejam
dll);
3) belajar operant, yaitu kita belajar bahwa konsekuensi perilaku mempengaruhi
apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan
itu;
4) belajar observasional, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia
dan kejadian-kejadian, kita belajar dari model-model , dan mungkin
kita
menjadi model bagi orang lain;
5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita bila kita melihat dan memahami
peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita.
b.
Teori Belajar
Teori belajar adalah kerangka kerja konseptual yang menggambarkan
bagaimana informasi diserap, diproses, dan ditahan selama belajar. Aspek
kognitif, emosional, pengaruh lingkungan, dan pengalaman sebelumnya,
semuanya berperan dalam bagaimana memahami, bagaimana pengetahuan
dan keterampilan diperoleh, diubah dan dipertahankan.
Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar mengajar. Dalam konteks
pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan siswa yang saling
berinteraksi.
Dengan
demikian,
pembelajaran
didefinisikan
sebagai
pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan
yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada siswa.
T. Raka Joni (1991) menunjukan keragaman khas dalam mengaplikasikan suatu
metode sesuai dengan latar (setting) tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan
guru, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, kemampuan dan kesiapan
peserta didik, dan sebagainya. Contoh, dengan menggunakan metode ceramah,
maka dapat disebutkan rentangan teknik berceramah mulai dari yang diibaratkan
tape recorder dalam menyampaikan bahan ajar pelajaran sampai dengan
menampilkan berbagai alat bantu/media untuk menyampaikan isi pelajaran yang
dirancang berdasarkan teori pembelajaran mutakhir.
20
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
c. Teori Belajar dan Karakteristiknya
Belajar sebagai salah satu bentuk aktivitas manusia telah dipelajari oleh para ahli
sejak lama. Berbagai upaya untuk menjelaskan prinsip-prinsip belajar telah
melahirkan teori belajar. Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis
mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar
kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya
berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat
perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Sedangkan teori
konstruktivisme atau pandangan konstruktivisme, belajar sebagai sebuah proses
di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
1) Teori Belajar Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati
pembelajaran. Teori behaviorisme mendefinisikan belajar tidak lebih dari
memperoleh perilaku baru. Ada beberapa pendapat mengenai Teori belajar
behaviorisme
a)
Teori E.L. Thorndike (Teori Koneksionisme)
Teori koneksionisme dikemukakan oleh Thorndike. Dalam eksperimennya
Thorndike
menggunakan
kucing
sebagai
obyek
penelitiannya,
kucing
ditempatkan dalam kotak. Dari kotak-kotak ini kucing itu harus keluar untuk
memperoleh makanan. Ia mengamati bahwa setelah selang beberapa waktu,
kucing tadi mempelajari cara tercepat dalam memperoleh makanan melalui
perilaku-perilaku yang efektif dan tidak mengulang perilaku yang tidak efektif.
Dari eksperimen ini Thorndike mengembangkan hukumnya yang dikenal dengan
Hukum Pengaruh atau Law of Effect, yang mengemukakan, bahwa jika suatu
tindakan
diikuti
oleh
perubahan
yang
memuaskan
dalam
lingkungan,
kemungkinan bahwa tindakan itu akan diulangi menjadi lebih besar. Tetapi bila
hasil yang diperoleh tidak memuaskan maka kemungkinan tindakan tersebut
tidak akan diulangi.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus, yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
21
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar,
dapat berupa pikiran, perasaan atau tindakan/gerakan.
Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku
akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit yaitu yang dapat diamati atau
tidak konkrit atau yang tidak dapat diamati.
b) Teori Watson (Teori Conditioning)
Teori
conditioning
mula-mula
dipelopori
oleh
Ivan
Pavlov,
kemudian
dikembangkan oleh Watson. Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon yang berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
dapat diukur. Ia tetap mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar, namun semua itu tidak dapat menjelaskan
apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.
Asumsinya bahwa, hanya dengan cara tersebut dapat diramalkan perubahanperubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar.
Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar
disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik yaitu sejauh dapat diamati dan dapat
diukur.
c)
Teori B.F. Skinner (Operant Conditioning)
Penelitian Skinner terpusat pada hubungan antara perilaku dan konsekuensikonsekuensinya. Sebagai contoh misalnya, bila perilaku seseorang segera diikuti
dengan konsekuensi yang menyenangkan, orang itu akan mengulang perilaku
tersebut
lebih
sering.
Penggunaan
konsekuensi-konsekuensi
yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku seseorang
disebut operant conditioning. Konsekuensi yang menyenangkan pada umumnya
disebut
reinforser
(penguatan),
sedangkan
konsekuensi
yang
tidak
menyenangkan disebut punisher (hukuman).
22
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
2)
Teori Belajar Kognitif
Kognitivisme berfokus pada "otak". Bagaimana proses dan penyimpanan
informasi menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran. Teori kognitif
melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak.
Teori Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, artinya
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem
syaraf. Makin bertambah umur seseorang, maka makin kompleks susunan sel
syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya (Travers, 1976 ). Menurut
Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi,
akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara proses asimilasi dan
akomodasi).
Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi
biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahanperubahan kualiatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget menyimpulkan bahwa
daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula
secara kualitatif.
Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Adaptasi akan terjadi jika telah terdapat keseimbangan
di dalam struktur kognitif. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami
sesuai dengan struktur kognitif yang telah ada, sedangkan akomodasi adalah
proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Jadi apabila
individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut
akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah
dipunyainya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur kognitif
yang sudah dimilikinya harus disesuaikan dengan informasi yang diterima, maka
hal ini disebut akomodasi. Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila
seseorang mengalami konflik kognitif atau ketidakseimbangan antara apa yang
telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Contoh:
Seorang
anak
sudah
memahami
prinsip-prinsip
pengurangan.
Ketika
mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses penginteggrasian antara
prinsip pengurangan yang telah dikuasai dengan prinsip pembagian sebagai
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
23
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
infomasi baru. Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan
soal tentang pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya anak
tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip-prinsip pembagian
dalam situasi yang baru dan spesifik.
Tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah menyajikan materi yang harus
dipelajari siswa sedemikian rupa sehingga menyebabkan adanya ketidak
seimbangan kognitif pada diri siswa. Dengan demikian ia akan berusaha untuk
mengadaptasi informasi baru ke struktur kognitif yang telah ada (Worell and
Stilwell, 1981).
Sebagaimana dijelaskan di atas, proses asmilasi dan akomodasi mempengaruhi
struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman,
dan kedewasaan anak terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu.
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangan
sesuai
dengan
umurnya,
dimana
pola
atau
tahapan
perkembangan ini bersifat hierarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan
tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahap
kognitifnya.
Tahap-tahap perkembangan Intelektual
Piaget mengemukakan bahwa perubahan kognitif merupakan hasil proses
perkembangan. Piaget dan kawan-kawannya menemukan bahwa :
(1) kemampuan intelektual anak berkembang melalui tahap-tahap tertentu;
(2) tahap-tahap ini terjadi dalam suatu urutan tertentu;
(3) ada beberapa rentangan secara umum yang berkaitan dengan tahap-tahap
ini, tetapi anak itu dapat dan sering bergerak melalui tahap-tahap ini pada
umur yang berlainan;
(4) perkembangan intelektual tidak sama untuk semua bidang keilmuan.
Untuk keperluan dan konseptualisasi pertumbuhan kognitif atau perkembangan
intelektual. Piaget membagi perkembangan ini kedalam empat periode, yaitu
sebagai berikut:
24
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
a)
Periode Sensori Motor (0-2,0 tahun)
Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan
sistem penginderaan untuk mengenal lingkungannya untuk mengenal objek.
Pada waktu lahir anak hanya melakukan kegiatan-kegiatan refleks. Gunarsa
(1982:153) merinci periode ini kedalam enam sub masa perkembangan, yaitu
sebagai berikut:
(1) aktifitas refleks atau modifikasi dari refleks-refleks: 0-1 bulan;
(2) reaksi pengulangan pertama (koordinasi tangan dan mulut): 1-4 bulan;
(3) reaksi pengulangan kedua (koordinasi tangan-mata): 4-10 bulan;
(4) koordinasi reaksi-reaksi sekunder (pengkoordinasian dua skema): 0-12
bulan;
(5) reaksi pengulangan ketiga (cara-cara baru melalui eksperimen yang dapat
diikuti): 12-18 bulan;
(6) permulaan berpikir (perkembangan internal, cara-cara baru melakukan
kombinasi-kombinasi mental): 18-24 bulan.
Perubahan utama pada sensori motor ini adalah perkembangan bergerak dari
kegiatan refleks ke perlambangan.
b)
Periode Pra Operasional (2,0 – 7,0 tahun)
Pada periode ini secara kualitatif, pemikiran anak merupakan kemajuan dari
periode sensori motor. Pemikiran anak tidak lagi dibatasi oleh kejadian-kejadian
perseptual dan motorik langsung. Pemikiran anak telah sungguh-sungguh
simbolik dan urutan-urutan tingkah laku dapat dimunculkan dalam pikiran anak
tidak terbatas pada kejadian-kejadian fisis dan nyata. Periode ini ditandai dengan
perkembangan bahasa yang pesat (2-4 tahun), tingkah laku bersifat egosentrik
dan non sosial (Gredler, 1992).
Pada periode ini anak dapat melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau
mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
Perhatian pada dua dimensi belum dapat dilakukan anak. Hal ini oleh Piaget
diistilahkan dengan konsentrasi/memusat.
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
25
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
c)
Periode Operasi Kongkrit (7,0 -11,0 tahun)
Pada periode ini, anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak
tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah
kongkrit secara logis. Anak tidak lagi egosentris, ia dapat menerima pandangan
orang lain dan bahasanya sudah komunikatif dan sosial. Pada periode ini, anak
sudah dapat memecahkan masalah yang menyangkut konservasi dan
kemampuan
reversibility,
mampu
mengklasifikasi,
tetapi
belum
dapat
memecahkan masalah yang bersifat hipotetis.
d)
Periode Operasi Formal ( 11,0 - > 15 tahun )
Periode operasi formal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur
kognitif. Anak remaja berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotetis, masalah
verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima
pandangan orang lain.
Aspek-aspek yang Berhubungan dengan Perkembangan Kognitif
Piaget dalam Dahar (1989:156) mengemukakan ada empat aspek yang besar
yang ada hubungannya dengan perkembangan kognitif. Keempat aspek
tersebut, yaitu: (1) Pendewasaan; (2) Pengalaman fisik; (3) Interaksi sosial; dan
(4) Ekuilibrasi.
Pendewasaan merupakan pengembangan dari susunan syaraf, misalnya
kemampuan mengepal dan menendang disebabkan oleh kematangan yang
sudah dicapai oleh susunan syaraf dari individu.
Anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan stimulus-stimulus
dalam lingkungan tempat ia bereaksi terhadap benda-benda itu. Akomodasi dan
asimilasi tidak dapat berlangsung kalau tidak ada interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Anak tidak hanya harus mempunyai pengalaman
berinteraksi, tetapi juga ia harus mengadakan aksi kepada lingkungannya.
Interaksi sosial dalam pengertian disini adalah pertukaran ide (gagasan) antara
individu dengan individu (teman sebaya, orangtua, guru, atau orang dewasa
lainnya). Interaksi sosial ini penting dalam perkembangan konsep yang tidak
mempunyai acuan fisik, misalnya konsep kejujuran sangat dipengaruhi oleh
penerimaan orang lain.
26
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
Keseimbangan
pengaturan
atau
diri
penyeimbangan
(internal)
yang
dipandang
bekerja
untuk
sebagai
suatu
menyelaraskan
sistem
peranan
pendewasaan/kematangan, pengalaman fisik, dan interaksi sosial.
Teori Jerome Bruner: Belajar Penemuan (Discovery Learning)
Jerome Bruner (1915) adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli
psikologi belajar kognitif. Menurut Bruner belajar adalah cara-cara bagaimana
orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara aktif.
Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia
dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang dilakukannya sesudah
memperoleh
infomasi
untuk
mencapai
pemahaman
yang
memberikan
kemampuan kepadanya.
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yag berlangsung
hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah: (1) memperoleh informasi baru, (2)
transformasi informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Pandangannya terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme
instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu: (1) pengetahuan orang
tentang
alam
didasarkan
pada
model-model
tentang
kenyataan
yang
dibangunnya, dan (2) model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari
kebudayaan
seseorang,
kemudian
model-model
itu
diadaptasikan
pada
kegunaan bagi orang bersangkutan.
Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh
bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu
tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa
menjadi suatu sistem simpan yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu
menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada
dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan
dilakukannya.
J. Bruner mengemukakan teori belajar model instruksional kognitif yang sangat
berpengaruh yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning),
yaitu belajar melalui pengalaman sendiri, berusaha untuk mencari pemecahan
masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan
yang benar-benar bermakna. Siswa hendaknya berpartisipasi aktif dengan
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
27
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, mereka dianjurkan memperoleh pengalaman
dan
melakukan
eksperimen-eksperimen
yang
memungkinkan
mereka
menemukan konsep/prinsip sendiri.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu :
(1) tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya
untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia
sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui
gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya;
(2) tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal. Artinya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan dan perbandingan (komparasi);
(3) tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasangagasan abstrak yanng sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar
melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan
cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap
perkembangan orang tersebut. Penataan materi dari umum ke rinci
dikemukakan dalam model kurikulum spiral, merupakan bentuk penyesuaian
antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang yang
belajar.
Dengan
kata
lain
perkembangan
kognitif
seseorang
dapat
ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan
menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Beberapa keunggulan belajar penemuan (Discovery Learning) :
(1) pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lama dan lebih mudah diingat;
(2) hasil belajar mempunyai efek transfer yang lebih baik, dengan kata lain
konsep dan prinsip yang diperoleh lebih mudah diterapkan pada situasisituasi baru;
(3) meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara
bebas, melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa utuk menemukan
dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
28
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
Bagaimana cara menerapkan belajar penemuan di kelas sehingga diperoleh
hasil yang maksimal, tentu tidak lepas dari peranan guru. Jika kita mengajarkan
sains berarti kita ingin membuat anak kita berpikir secara sistematis, berperan
serta dalam proses perolehan pengetahuan.
Peranan guru dalam belajar penemuan adalah sebagai berikut:
(1) Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat
pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh siswa.
(2) Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa
untuk memecahkan masalah.
(3) Cara penyajian disesuaikan dengan taraf perkembagan kognitif siswa.
(4) Bila siswa memecahlan masalahnya di laboratorium atau secara teoritis,
hendaknya guru berperan sebagai pembimbing.
(5) Penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsipprinsip dasar mengenai suatu bidang studi, dan kemampuan siswa untuk
menerapkan prinsip-prinsip dasar itu pada situasi baru.
Teori David Ausubel: Belajar Bermakna
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel,
belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu:
Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran
disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan.
Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi
itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif yang dimaksud adalah
fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari
dan diingat oleh siswa (Dahar,1989:110).
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada
siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu
dalam bentuk
final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang
mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi
yang akan diajarkan.
Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada
pengetahuan (berupa konsep atau lainnya) yang telah dimiliki sebelumya, dalam
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
29
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi siswa juga dapat mencoba-coba
menghafalkan informasi baru itu, tanpa menghubungkannya pada konsepkonsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar
hafalan.
Pada saat guru menjelaskan materi, dapat terjadi dua dimensi, pertama dapat
terjadi belajar bermakna, yaitu apabila siswa menghubungkan atau mengaitkan
informasi yang diterima dengan konsep-konsep yang telah ada/ yang telah
dimiliki sebelumnya. Dapat pula hanya penerimaan informasi saja tanpa
mengaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada atau yang dikenal dengan
belajar hafalan.
Walaupun demikian, belajar hafalan dapat pula menjadi bermakna yaitu dengan
cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan bagan dibawah ini :
BELAJAR
BERMAKNA
Menjelaskan
hubungan antar
konsep
Pengajaran
audio-tutorial
yang baik
Penelitian ilmiah
Sebagian besar
penelitian rutin atau
produksi intelektual
Penyajian melalui
ceramah atau buku
pelajaran
Kegiatandi
Laboratorium
Sekolah
BELAJAR
HAPALAN
Daftar
Perkalian
BELAJAR
PENERIMAAN
Menerapkan
rumus-rumus
untuk
memecahkan
masalah
BELAJAR PENEMUAN
TERPIMPIN
Pemecahan
dengan
coba-coba
BELAJAR PENEMUAN
MANDIRI
Gambar 3. Kontinum belajar hafalan bermakna, belajar penerimaan dan penemuan
(Novak,1980)
30
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
Sepanjang garis mendatar, dari kiri ke kanan terdapat berkurangnya belajar
penerimaan, dan bertambahnya belajar penemuan, sedangkan sepanjang garis
vertikal dari bawah ke atas terjadi berkurangnya belajar hafalan dan
bertambahnya belajar bermakna.
Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna yang merupakan
suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Pada seorang anak, pembentukan
konsep merupakan proses utama untuk membentuk konsep-konsep. Telah kita
ketahui, bahwa pembentukan konsep adalah semacam belajar penemuan yang
menyangkut baik pembentukan hipotesis dan pengujian hipotesis maupun
pembentukan generalisasi dari hal-hal yang khusus.
Pada saat usia masuk sekolah tiba, pada umumnya anak telah mempunyai
kerangka konsep-konsep yang mengijinkan terjadinya belajar bermakna. Bila
dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan, maka
informasi baru dipelajari secara hafalan, dan bila tidak dilakukan usaha untuk
mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep relevan yang sudah
ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan.
Proses Belajar Bermakna
Pada

A
B
C

a

b  
c 
 

gambar
di
samping,
informasi baru a, b, c, dikaitkan
pada konsep yang relevan dalam
struktur kognitif (subsumer) A, B,
C. Subsumer A lebih banyak
mengalami
diferensiasi
lebih
banyak daripada subsumer B
Gambar 4. Subsumer A, B, C
atau
C
(Novak,
1977
dalam
Dahar,1989: 113)
Selama belajar bermakna berlangsung, informasi baru a, b, b, terkait pada
konsep-konsep dalam struktur kognitif (subsumer) A, B, C. Untuk menekankan
pada fenomena pengaitan itu Ausubel mengemukakan istilah subsumer.
Subsumer memegang peranan dalam proses perolehan informasi baru. Dalam
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
31
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
belajar bermakna subsumer mempunyai peranan interaktif, memperlancar
gerakan informasi yang relevan melalui penghalang-penghalang perseptual dan
menyediakan suatu kaitan antara informasi yang baru diterima dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Proses interaktif antara materi
yang baru dipelajari dengan subsumer-subsumer inilah yang menjadi inti teori
belajar asimilasi Ausubel. Proses ini disebut proses subsumsi.
Selama belajar bermakna, subsumer mengalami modifikasi dan terdiferensiasi
lebih
lanjut.
Diferensiasi
subsumer-subsumer
diakibatkan
oleh
asimilasi
pengetahuan baru selama belajar bermakna berlangsung. Informasi yang
dipelajari secara bermakna biasanya lebih lama diingat dari pada informasi yang
dipelajari secara hafalan.
Menurut Ausubel dan juga Novak (1977), ada tiga kebaikan belajar bermakna,
yaitu:
(1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
(2) Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari
subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk
materi pelajaran yang mirip.
(3) Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif (subsumsi yang telah
rusak), meninggalkan efek residual pada subsumer, sehingga mempermudah
belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
Pengembangan konsep berlangsung paling baik bila unsur-unsur yang paling
umum, paling inklusif dari suatu konsep diperkenalkan terlebih dahulu, dan
kemudian baru diberikan hal-hal yang lebih rinci dan khusus dari konsep
tersebut. Dengan perkataan lain model belajar menurut Ausubel umumnya
berlangsung dari umum ke khusus. Ausubel berkeyakinan bahwa belajar
merupakan proses deduktif.
Dalam strategi mengajar deduktif, guru mengajarkan konsep-konsep yang paling
inklusif dahulu, kemudian konsep-konsep yang kurang inklusif dan seterusnya.
Proses penyusunan konsep semacam ini disebut diferensial progresif atau
konsep-konsep disusun secara hierarki, hal ini diterjemahkan oleh Novak
sebagai peta konsep.
32
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
Gagasan/pandangan belajar dari Ausubel yang menekankan pada belajar terjadi
melalui penerimaan memberikan konsekuensi pada cara/metode penyajian
dalam mengajar. Ausubel memberikan sebutan pada cara penyajian itu dengan
pengajaran expository.
Pada pengajaran expository terdapat 4 ciri utama, yaitu:
(1) Interaksi guru-siswa, walaupun guru lebih dominan dalam meyajikan materi,
ide-ide/gagasan awal siswa harus menjadi bahan pertimbangan utama
dalam pembahasan selanjutnya dalam setiap pengajaran.
(2) Buatlah contoh-contoh untuk setiap konsep, walaupun penekanan belajar
pada belajar bermakna secara verbal, pemberian contoh-contoh seperti
dalam gambar dan diagram sangatlah diperlukan.
(3) Penyajian
bentuk
deduktif.
Dalam
penyajian
materi
hendaknya
diperkenalkan terlebih dahulu konsep-konsep umum dan inklusif, baru
kemudian contoh-contoh yang lebih khusus.
(4) Penyajian secara hierarkis. Penyajian bentuk ini menekankan penyajian
materi secara hierarkis, misalnya sebelum menguraikan materi secara rinci,
terlebih dahulu kita uraikan materi secara keseluruhan, sehingga siswa
mampu menangkap struktur atau kedudukan sesuatu pada batang tubuh
materi yang sedang dibahasnya.
Untuk menerapkan ciri-ciri pembelajaran seperti disarankan oleh Ausubel,
strategi penyajian materi haruslah berbentuk Advance Organizer (pengaturan
awal). Advance Organizer akan berfungsi sebagai suatu Cognitive Bridge
(jembatan pengetahuan) yang akan menguatkan struktur kognitif siswa yang
dapat menjadikan informasi-informasi baru dapat dengan mudah diasimilasikan.
Advance Organizer akan mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajari dan
menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan, yang
dapat digunakan membantu menanamkan pengetahuan baru.
Variabel-variabel yang mempengaruhi belajar bermakna
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna ialah: (1) struktur
kognitif yang ada, (2) stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
studi tertentu dan (3) pada waktu tertentu.
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
33
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang
timbul waktu informasi itu masuk ke dalam struktur kognitif itu, jika struktur
kognitif itu stabil, jelas dan diatur dengan baik, maka akan timbul arti-arti yang
jelas, sahih atau tidak meragukan dan cenderung akan bertahan. Tetapi
sebaliknya, jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan dan tidak teratur,
maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar.
Prasyarat-prasyarat dari belajar bermakna adalah sebagai berikut:
(1) Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial.
(2) Anak yang akan belajar harus bertujuan untuk melakukan belajar bermakna,
mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna.
Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua faktor,
yaitu:
(1) Materi harus memiliki kebermaknaan logis yaitu materi yang konsisten, ajeg
dan substantif yaitu dapat dinyatakan dalam berbagai cara, tanpa mengubah
arti,
(2) Gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa.
Teori Gagne
Teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne (1985) merupakan
perpaduan antara konsep behaviorisme dan kognitivisme, yang berpangkal pada
teori proses informasi. Menurut Gagne, cara berpikir seseorang tergantung pada:
(1) keterampilan apa yang telah dipunyainya, (2) keterampilan serta hirearki apa
yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas.
Selanjutnya Gagne berpendapat bahwa di dalam proses belajar terdapat dua
fenomena, yaitu: (1) keterampilan intelektual yang meningkat sejalan dengan
meningkatnya umur serta latihan yang diperoleh individu, dan (2) belajar akan
lebih cepat apabila strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah
secara lebih efisien.
Gagne (1985),
menyebutkan adanya lima
macam
hasil belajar
yaitu:
Keterampilan intelektual, Strategi kognitif, Informasi verbal, Keterampilan motorik
dan Sikap.
34
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
(1) Keterampilan Intelektual
Keterampilan Inteektual atau pengetahuan prosedural yang mencakupbelajar
diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah, yang kesemuanya
diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah.
Menurut Gagne (1985), terdapat hierarki keterampilan intelektual yang berbeda.
Setiap keterampilan pada hierarki tersebut merupakan prasyarat yang harus
dikuasai
siswa
untuk
mempelajari
keterampilan-keterampilan
berikutnya.
Keterampilan intelektual sederhana ke kompleks tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Keterampilan dan Deskripsinya
Jenis Keterampilan
1. Belajar
diskriminasi
Deskripsi
Siswa merespon perbedaan dan persamaan dari
objek. Misalnya bentuk, warna, ukuran dari objek
tersebut.
2. Belajar konsep
Siswa mengidentifikasi objek atau peristiwa sebagai
a. Konsep konkrit
suatu anggota dari kelompok suatu objek, misalnya
suatu objek berbentuk bulat, contohnya uang logam,
ban mobil. Kemudian siswa dapat menunjukkan dua
atau lebih dari anggota objek yang berbentuk bulat.
b. Konsep terdefinisi
Konsep ini dapat dipebelajari siswa melalui aturan,
contohnya siswa belajar konsep basa. Bila ia
menetesi kertas lakmus merah dengan zat bersifat
basa itu, dan ia melihat perubahan pada kertas
lakmus merah yang berubah menjadi biru.
3. Belajar aturan
Siswa dapat merespon pada suatu kelompok situasi
dengan sejumlah penampilan yang menggambarkan
suatu hubungan, contohnya siswa menghitung
massa rumus senyawa yang dihitung dengan
menjumlahkan massa atom relatif dari atom-atom
yang menyusun molekul senyawa itu.
Belajar
aturan Siswa mengkombinasikan aturan-aturan yang
tingkat tinggi
menjadi sub ordinat untuk memecahkan masalah.
(2) Strategi kognitif
Strategi Kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru
dengan
jalan
mengatur
proses
internal
masing-masing
individu
dalam
memperhatikan, belajar, mengingat dan berpikir.
Sebagai contoh apabila siswa menggunakan metode kata kunci untuk mengingat
arti dari istilah-istilah dalam biologi, maka siswa akan menggunakan strategi
kognitif untuk pengkodean informasi tersebut.
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
35
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Kondisi belajar yang harus diperhatikan ketika proses belajar adalah sebagai
berikut.
-
Siswa harus memiliki beberapa materi atau masalah untuk dapat bekerja
sehingga dapat dilatihkan.
-
Siswa harus mendapat kejelasan dari deskripsi strategi yang memungkinkan
dipilih.
-
Siswa harus berlatih strategi kognitif dalam berbagai situasi dan dengan
permasalahan baru.
(3) Informasi verbal
Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan
kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. Kondisi
internal yang harus diperhatikan guru adalah bahwa siswa harus memiliki suatu
kumpulan pengetahuan yang terorganisasi (struktur kognitif) dan strategi-strategi
untuk memroses (encoding) informasi baru. Sedangkan kondisi eksternal yang
harus diperhatikan guru antara lain adalah tujuan belajar informasi verbal harus
jelas dan materi baru harus disajikan secara bermakna, sehingga siswa dapat
memrosesnya.
(4) Informasi verbal
Keterampilan
motorik,
yaitu
kemampuan
untuk
melaksanakan
dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
Dalam keterampilan motorik, terdapat dua komponen, yaitu komponen pertama
adalah aturan yang menggambarkan bagaimana membuat gerakan, sedangkan
komponen kedua adalah memperagakan gerakan itu sendiri, misalnya
menggunakan mikroskop.
Kondisi belajar yang harus diperhatikan guru, adalah:
- memberikan arahan, seringkali dalam bentuk verbal, penjelasan urutan dari
langkah-langkah suatu kegiatan/gerakan.
- memberikan umpan balik yang segera terhadap penampilan yang tepat yang
telah diperagakan siswa.
- memberikan latihan sesering mungkin untuk menanggulangi gerakan.
36
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
(5) Sikap
Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor
intelektual. Belajar menurut Gagne tidak merupakan sesuatu yang terjadi
secara alamiah, tetapi hanya akan terjadi dengan adanya kondisi tertentu, yaitu
kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal,
antara lain yang
menyangkut kesiapan siswa dan apa yang telah dipelajari sebelumnya
(prerekuisit), sedangkan kondisi eksternal merupakan situasi belajar dan
penyajian stimulus yang secara sengaja diatur oleh guru dengan tujuan
memperlancar proses belajar. Tiap-tiap jenis hasil belajar tersebut di atas
memerlukan
kondisi-kondisi
tertentu
yang
perlu
diatur
dan
dikontrol.
Perbandingan teori belajar Piaget, Bruner, Ausubel tertera pada tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan Teori Belajar Piaget, Bruner, Ausubel
PIAGET
Proses belajar terjadi
menurut pola tahaptahap perkembangan
tertentu sesuai umur
pebelajar
BRUNER
AUSUBEL
Proses belajar terjadi
Proses belajar terjadi
lebih ditentukan oleh
bila pebelajar mampu
cara kita mengatur
mengasimilasikan
materi pelajaran, dan
pengetahuan yang dia
bukan ditentukan oleh
miliki dengan
umur pebelajar
pengatahuan yang baru
Proses belajar terjadi
Proses belajar terjadi
melalui tahap-tahap
melalui tahap-tahap
 Enaktif (aktivitas
 Memperhatikan
pebelajar untuk
stimulus yang diberikan
memahami lingkungan)
Proses belajar terjadi
melalui tahap-tahap
 Asimilasi (proses
penyesuaian
pengetauan baru
dengan struktur kognitif
pebelajar)
 Akomodasi (proses

penyesuaian struktur
kognitif pebelajar
dengan pengetahuan
baru)
 Equilibrasi (proses

penyeimbangan mental
setelah ter-jadi proses
asimilasi/akomodasi)
Ionik (pebelajar melihat  Memahami makna
dunia melalui gambarstimulus
gambar dan visualisasi
verbal)
Simbolik (pebelajar
memahami gagasangaga-san abstrak
 Menyimpan dan
menggunakan informasi
yang sudah dipahami
3) Teori Konstruktivisme.
Menurut pandangan konstruktivisme pengetahuan yang dimiliki oleh setiap
individu adalah hasil konstruksi secara aktif dari individu itu sendiri. Individu tidak
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
37
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
sekedar mengimitasi dan membentuk bayangan dari apa yang diamati atau
diajarkan guru, tetapi secara aktif individu itu menyeleksi, menyaring, memberi
arti dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya (Indrawati, 2000:
34).
Pengetahuan yang dikonstruksi individu merupakan hasil interpretasi yang
bersangkutan terhadap peristiwa atau informasi yang diterimanya. Para
pendukung kontruktivisme berpendapat bahwa pengertian yang dibangun setiap
individu siswa) dapat berbeda dari apa yang diajarkan guru (Bodner, 1987 dalam
Indrawati,
2000:
34).
Lain
halnya
dengan
Paul
Suparno
(1997:
6)
mengemukakan bahwa menurut konstruktivis, belajar itu merupakan proses aktif
pembelajar mengkonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain).
Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman
atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang
sehingga pengertiannya dikembangkan (Indrawati, 2000: 34).
Beberapa ciri proses belajar konstruktivisme:
(1) Belajar berarti membentuk makna.
(2) Konstruksi artinya adalah proses yang terus menerus.
(3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih dari itu, yaitu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.
(4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan
adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
(5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pembelajar dengan dunia fisik
lingkungannya.
(6) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si
pembelajar (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi dengan
bahan yang pelajari (Paul Suparno, 1997: 61) dalam Indrawati, 2000: 34-35)
Dengan memahami pandangan konstruktivisme, maka karakteristik iklim
pembelajaran yang sesuai adalah :
-
Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan individu
yang memiliki tujuan serta dapat merespon situasi pembelajaran
berdasarkan konsepsi awal yang dimilikinya.
38
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
-
Guru hendaknya melibatkan proses aktif dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya.
-
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan melalui
seleksi secara personal dan sosial.
Iklim pembelajaran di atas menuntut para guru untuk:
(1) Mengetahui dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (apersepsi),
(2) Melibatkan siswa dalam kegiatan aktif (student center),
(3) Memperhatikan interaksi sosial dengan melibatkan siswa dalam diskusi
kelas maupun kelompok.
D. Aktivitas Pembelajaran
Untuk lebih memahami tentang hakikat IPA dan pendidikan IPA serta teori-teori
belajar,
Anda dapat membaca berbagai artikel, handout atau sumber bacaan
ang lebih lengkap . Setelah itu kerjakan kegiatan berikut sesuai lembar kegiatan
yang tersedia.
Lembar Kegiatan 1.
Hakikat IPA dan Pendidikan IPA
Diskusikan dalam kelompok perbedaan antara prinsip. konsep, teori dan
hukum, carilah contoh prinsip. konsep, teori dan hukum di dalam pembelajaran
kimia baik di kelas X, XII atau XII. Anda dapat mencari dari buku pelajaran, atau
sumber lainnya. Catat hasinya pada kolom berikut ini
Materi Kimia Prinsip
Kelas X
...................
Teori
...................
Konsep
Hukum
........................ Hukum
Dalton
Kelas XI
...................
...................
........................ ......................
Kelas XII
...................
...................
........................ ......................
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
39
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Lembar Kegiatan 2.
Teori-Teori Belajar
Tujuan Kegiatan: Melalui diskusi kelompok peserta mampu mendeskripsikan
jenis-jenis teori belajar sesuai dengan pembelajaran IPA.
Langkah Kegiatan:
1.
Pelajari handout tentang teori belajar, RPP dan buku kimia.
2.
Isilah lembar kerja yang tersedia sesuai intruksi kerjanya.
3.
Identifikasi langkah pembelajaran yang tertera pada RPP Kimia.
4.
Isilah format kajian materi pada modul seperti contoh.
5.
Setelah selesai, presentasikan hasil diskusi kelompok Anda!
6.
Perbaiki hasil kerja kelompok Anda jika ada masukan dari kelompok lain!
Format Kajian
No
Nama Teori
Uraian
Contoh Konsep
Belajar
Singkat
Kimia
Penjelasan
1
2
3
40
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
E. Latihan/Kasus/Tugas
Carilah informasi tentang teori konstruktivisme dalam pembelajaran.
1. Identifikasi contoh prinsip, konsep, fakta dan hukum pada materi subyek
kimia SMA. Jelaskan masing-masing .
2. Buatlah deskripsi teori konstruktivisme dalam pembelajaran kimia, berikan
contohnya.
F. Rangkuman
Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar mengajar. Dalam konteks
pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan siswa yang saling
berinteraksi. Sains adalah sekumpulan pengetahuan kealaman (konsep, prinsip,
hukum, teori) dimana suatu pengetahuan dengan pengetahuan lainnya memiliki
hubungan sebab akibat yang tumbuh sebagai hasil eksperimen dan observasi
yang dapat dilakukan melalui metode tertentu yang dapat diuji kebenarannya
dengan kondisi dan syarat-syarat batas yang sama bila dilakukan di tempat lain
oleh orang lain yang ingin mengujinya.
Belajar sebagai salah satu bentuk aktivitas manusia telah dipelajari oleh para ahli
sejak lama. Berbagai upaya untuk menjelaskan prinsip-prinsip belajar telah
melahirkan teori belajar. Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis
mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar
kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.
Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati
pembelajaran. Teori kognitif melihat perilaku untuk menjelaskan pembelajaran
berbasis otak. Sedangkan teori konstruktivisme atau pandangan konstruktivisme,
belajar sebagai sebuah proses dimana pelajar aktif membangun atau
membangun ide-ide baru atau konsep.
G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Setelah menyelesaikan soal latihan ini, Anda dapat memperkirakan tingkat
keberhasilan Anda dengan melihat kunci / rambu-rambu jawaban yang terdapat
pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda
sudah melebihi 80%, silakan Anda terus mempelajari Kegiatan Pembelajaran
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
41
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
berikutnya, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari
80%, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan Pembelajaran ini.
42
KEGIATAN PEMBELAJARAN: TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELOMPOK KOMPETENSI B
KUNCI JAWABAN LATIHAN/KASUS/TUGAS
RAMBU-RAMBU
No 1. Untuk menghasilkan tugas menentukan contoh prinsip. konsep, teori dan
hukum pada pembelajaran kimia, pelajari uraian materi pada modul dan buku
kimia dan pelajari juga rubrik berikut.
NILAI
PERINGKAT
Amat Baik
90 < AB ≤
100
(AB)
Rubrik
KRITERIA
1. Memuat contoh prinsip kimia di kelas X, XI, XII yang
benar
2. Memuat contoh teori kimia di kelas X, XI, XII yang
benar
3. Memuat contoh konsep kimia di kelas X, XI, XII yang
benar
4. Memuat contoh hukum kimia di kelas X, XI, XII yang
benar
Baik (B)
80 < B ≤ 90
Cukup (C)
70 < C ≤ 80
Kurang (K)
≤ 70
Ada 3 aspek sesuai dengan kriteria, 1 aspek kurang
sesuai
Ada 2 aspek sesuai dengan kriteria, 2 aspek kurang
sesuai
Ada 1 aspek sesuai dengan kriteria, 3 aspek kurang
sesuai
No 2. Untuk menghasilkan tugas mendeskripsikan jenis-jenis teori belajar
sesuai dengan pembelajaran IPA pelajari uraian materi pada modul, RPP
dan buku kimia dan pelajari juga rubrik berikut.
NILAI
PERINGKAT
Amat Baik
90 < AB ≤
100
(AB)
Baik (B)
80 < B ≤ 90
Cukup (C)
70 < C ≤ 80
Kurang (K)
≤ 70
Rubrik
KRITERIA
1. Memuat tiga macam teori belajar
2. Uraian teori belajar diuraikan dengan singkat dan
benar
3. Contoh konsep kimia sesai dengan teori belajar
4. Penjelasan keterkaitan contoh dengan teori
Ada 3 aspek sesuai dengan kriteria, 1 aspek kurang
sesuai
Ada 2 aspek sesuai dengan kriteria, 2 aspek kurang
sesuai
Ada 1 aspek sesuai dengan kriteria, 3 aspek kurang
sesuai
KUNCI JAWABAN LATIHAN/KASUS/TUGAS
KELOMPOK KOMPETENSI B
43
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
44
KUNCI JAWABAN LATIHAN/KASUS/TUGAS
KELOMPOK KOMPETENSI B
EVALUASI
1.
Hakekat ilmu kimia merupakan salah satu topik pada mata pelajaran kimia di
SMA/MA. Pernyataan yang tepat tentang ilmu kimia adalah ilmu yang ….
A. mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi
sifat, perubahan,
dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan
penalaran.
B. mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur
dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat penalaran.
C. mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur
dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan
keterampilan dan penalaran.
D. mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur
dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan
keterampilan dan sikap ilmiah.
2.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu ....
A. sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah
B. inkuiri ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah
C. inkuiri ilmiah, sikap ilmiah, dan produk ilmiah
D. sikap ilmiah, proses ilmiah dan fakta ilmiah
3.
Laju reaksi dalam kimia, dapat dikategorikan sebagai ....
A. konsep
B. prinsip
C. teori
D. hukum
4.
Dalam kimia dikemukakan pernyataan bahwa energi tidak dapat diciptakan
maupun dimusnahkan. Pernyataan ini merupakan ....
A. konsep
B. prinsip
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
45
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
C. teori
D. hukum
5.
Penyajian materi pada pembelajaran konstruktivisme biasanya diawali
dengan mengetahui ....
A. prasyarat pengetahuan siswa
B. pekerjaan rumah siswa
C. konsepsi awal siswa
D. hasil diskusi siswa
6.
Salah satu teori belajar yang dirujuk saat ini adalah teori konstruktivisme.
Prinsip pembelajaran konstrukivisme, siswa ….
A. membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman
baru berdasarkan pada pengalaman sebelumnya
B. bekerjasama dengan orang lain untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dan kerja sama
C. belajar bertanggungjawab melalui kegiatan eksplorasi dan sosialisasi
D. bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran
adalah lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.
7.
Dalam teori belajar menurut Piaget ada suaru proses yaitu proses
penyesuaian struktur kognitif pebelajar dengan pengetahuan baru. Nama
proses tersebut adalah....
A. Enaktif
B. Asimilasi
C. Akomodasi
D. Equilibrasi
8.
Periode Operasi Kongkrit tedapat pada anak pada rentang usia....
A. 11,0 - > 15 tahun
B. 7,0 -11,0 tahun
C. 2,0 – 7,0 tahun
D. 0 – 2,0 tahun
48
46
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
9.
Banyak definisi belajar yang dikemukakan pada pakar pendididikan, salah
satunya adalah proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap
asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara proses asimilasi
dan akomodasi). Teori tersebut adalah pendapat …
A. Gagne
B. Piaget
C. Ausuble
D. Bandura
10. Berikut
ini
iklim
pembelajaran
yang
sesuai
dengan
pandangan
konstruktivisme kecuali …
A. Siswa dipandang sebagai individu yang memiliki tujuan serta dapat
merespon situasi pembelajaran berdasarkan konsepsi awal yang
dimilikinya.
B. Guru hendaknya melibatkan proses aktif dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa mengkonstruksi pengetahuannya.
C. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan melalui
seleksi secara personal dan sosial.
D. tidak perlu interaksi sosial dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelas
maupun kelompok
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
47
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
48
48
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
PENUTUP
Modul Pedagogik Guru Pembelajar Mata Pelajaran Kimia Kelompok Kompetensi
B yang berjudul Teori Belajar dan Implementasinya pada Pembelajaran IPA
disiapkan untuk guru pada kegiatan diklat baik secara mandiri maupun tatap
muka di lembaga pelatihan atau di MGMP. Materi modul disusun sesuai dengan
kompetensi pedagogik yang harus dicapai guru pada Kelompok Kompetensi B.
Guru dapat belajar dan melakukan kegiatan diklat ini sesuai dengan ramburambu/instruksi
yang
tertera
pada
modul
baik
berupa
diskusi
materi,
mengidentifikasi konsep kimia yang sesuai dengan teori belajar tertentu dan
latihan dsb. Modul ini juga mengarahkan dan membimbing peserta diklat dan
para widyaiswara/fasilitator untuk menciptakan proses kolaborasi belajar dan
berlatih dalam pelaksanaan diklat.
Untuk pencapaian kompetensi pada Kelompok Kompetensi B ini, guru
diharapkan secara aktif menggali informasi, memecahkan masalah dan berlatih
soal-soal evaluasi yang tersedia pada modul.
Isi modul ini masih dalam penyempurnaan, masukan-masukan atau perbaikan
terhadap isi modul sangat kami harapkan.
PENUTUP
KELOMPOK KOMPETENSI B
49
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
50
PENUTUP
KELOMPOK KOMPETENSI B
DAFTAR PUSTAKA
Friedl, Alfred E., 1986, Teaching Science to Children: An Integrated Approach,
New York: Random House
Joyce and Weil, 1986, Models of Teaching, Second Edition, New Jersey:
Prentice Hall, Inc.
-------------, 1992, Models of Teaching, Fourt Edition, Boston: Allyb and Bacon.
Kemdiknas. 2007. Permendikas No. 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
Kemdikbud. 2014. Permendikbud No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Jakarta: Puskurbuk
Poppy K. Devi. 2015. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Mata
Pelajaran Kimia tahun 2015. Pusbangprodik, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Pengembang. 2013. Modul Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran
Kimia. Jakarta. Pusbangprodik
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK KOMPETENSI B
C
51
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
52
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK KOMPETENSI B
GLOSARIUM
IPA
:
pengetahuan yang telah mengalami pengujian kebenarannya
melalui metode ilmiah, dengan ciri objektif, metodik, sistematik,
universal, dan tentatif
Kompetensi
:
Dasar
kemampuan dan muatan pembelajaran untuk
suatu mata
pelajaran pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah yang
mengacu pada Kompetensi Inti.
Kompetensi Inti
:
Merupakan
tingkat
kemampuan
untuk
mencapai
Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik
SMA/MA pada setiap tingkat kelas.
Kurikulum
:
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu
Pembelajaran
:
proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan
tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
Peserta didik:
:
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu.
Prinsip
:
suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun
individual yang dijadikan oleh seseorang /kelompok sebagai
sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak
Science Literacy
:
memahami IPA (sains) dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan
masyarakat
GLOSARIUM
KELOMPOK KOMPETENSI B
53
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
54
GLOSARIUM
KELOMPOK KOMPETENSI B
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2016
MODUL GURU PEMBELAJAR
MATA PELAJARA
PELAJARAN
RAN KIMIA
RA
SEKOLAH
S
EKOLAH M
MENENGAH
ENENGA ATAS (SMA)
KELOMPOK KOMPETENSI B
IKATAN KIMIA,
STOIKIOMETRI 2, REDOKS 2,
DAN pH
Penulis :
Dra. Rella Turella, M.Pd, dkk
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2016
MODUL GURU PEMBELAJAR
MATA PELAJARAN KIMIA
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
KELOMPOK KOMPETENSI B
IKATAN KIMIA, STOIKIOMETRI
2, REDOKS 2 DAN pH
Penulis:
Dra. Rella Turella, M.Pd, dkk
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2016
11
MODUL GURU PEMBELAJAR
MATA PELAJARAN KIMIA
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
KELOMPOK KOMPETENSI B
IKATAN KIMIA, STOIKIOMETRI
2, REDOKS 2, DAN pH
Penanggung Jawab
Dr. Sediono Abdullah
Penyusun
Dra. Rella Turella, M.Pd, 082118662595 , email: [email protected]
Yayu Sri Rahayu, S.Si, M.Pkim., 082115756436, email: [email protected]
Sumarni Setiasih, S.Si, M.Pkim., 081320436021 , email: [email protected]
Penyunting
Dr. Indrawati, M.Pd
Penelaah
Dr. Sri Mulyani, M.Si.
Dr. I Nyoman Marsih, M.Si.
Dr. Suharti, M.Si.
Dra. Lubna, M.Si
Angga Yudha, S.Si
Penata Letak
Retzy Noer Azizah, S.Si, M.Pd
Copyright © 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA),
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KATA SAMBUTAN
Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten membangun
proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang
berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus
perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu
pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.
Pengembangan profesionalitas guru melalui program Guru Pembelajar (GP) merupakan
upaya peningkatan kompetensi untuk semua guru. Sejalan dengan hal tersebut,
pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui uji kompetensi guru (UKG) untuk
kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Hasil UKG menunjukkan
peta kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan. Peta
kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi.
Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG
melalui program Guru Pembelajar. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru
sebagai agen perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Guru
Pembelajar dilaksanakan melalui pola tatap muka, daring (dalam jaringan), dan
campuran (daring kombinasi) tatap muka dengan dalam jaringan.
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Kelautan dan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK
KPTK), dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS)
merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan
melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai bidangnya. Adapun perangkat
pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul untuk program Guru
Pembelajar (GP) tatap muka dan GP online untuk semua mata pelajaran dan kelompok
kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program GP memberikan sumbangan yang
sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru.
KATA SAMBUTAN
iii
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Mari kita sukseskan program GP ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.
Jakarta, Februari 2016
Direktur Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D
NIP. 195908011985032001
iv
KATA SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas selesainya Modul
Guru Pembelajar Mata Pelajaran IPA SMP, Fisika SMA, Kimia SMA dan Biologi
SMA. Modul ini merupakan model bahan belajar (Learning Material) yang dapat
digunakan guru untuk belajar lebih mandiri dan aktif.
Modul Guru Pembelajar disusun dalam rangka fasilitasi program peningkatan
kompetensi guru pasca UKG yang telah diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Materi modul dikembangkan
berdasarkan Standar Kompetensi Guru sesuai Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru yang dijabarkan menjadi Indikator Pencapaian Kompetensi
Guru.
Modul Guru Pembelajar untuk masing-masing mata pelajaran dijabarkan ke
dalam 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Materi pada masing-masing modul
kelompok kompetensi berisi materi kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional
guru
mata
pelajaran,
uraian
materi,
tugas,
dan
kegiatan
pembelajaran, serta diakhiri dengan evaluasi dan uji diri untuk mengetahui
ketuntasan belajar. Bahan pengayaan dan pendalaman materi dimasukkan pada
beberapa modul untuk mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kegunaan dan aplikasinya dalam pembelajaran maupun
kehidupan sehari hari.
Modul ini telah ditelaah dan direvisi oleh tim, baik internal maupun eksternal
(praktisi, pakar, dan para pengguna). Namun demikian, kami masih berharap
kepada para penelaah dan pengguna untuk selalu memberikan masukan dan
penyempurnaan sesuai kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi terkini.
KATA PENGANTAR
v
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Besar
harapan kami kiranya
kritik,
saran,
dan masukan untuk
lebih
menyempurnakan isi materi serta sistematika modul dapat disampaikan ke
PPPPTK IPA untuk perbaikan edisi yang akan datang. Masukan-masukan dapat
dikirimkan melalui email para penyusun modul atau email [email protected].
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada para
pengarah dari jajaran Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Manajemen, Widyaiswara, dan Staf PPPPTK IPA, Dosen, Guru, Kepala Sekolah
serta Pengawas Sekolah yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian modul ini.
Semoga peran serta dan kontribusi Bapak dan Ibu semuanya dapat memberikan
nilai tambah dan manfaat dalam peningkatan Kompetensi Guru IPA di Indonesia.
Bandung, April
Bandung,
April 2016
2016
Kepala PPPPTK
PPPPTK IPA,
IPA,
Kepala
Dr. Sediono,
Sediono, M.Si.
M.Si.
Dr.
NIP. 195909021983031002
vi
KATA PENGANTAR
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
DAFTAR ISI
Hal
KATA SAMBUTAN
iii
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
PENDAHULUAN
1
A. LATAR BELAKANG
1
B. TUJUAN
2
C. PETA KOMPETENSI
2
D. RUANG LINGKUP
3
E. CARA PENGGUNAAN MODUL
3
KEGIATAN PEMBELAJARAN
I.
II.
III.
IKATAN KIMIA
7
A. TUJUAN
7
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
8
C. URAIAN MATERI
8
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
23
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS
27
F. RANGKUMAN
27
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
28
STOIKIOMETRI 2
29
A. TUJUAN
30
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
30
C. URAIAN MATERI
30
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
46
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS
48
F. RANGKUMAN
50
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
50
REDOKS 2
51
A. TUJUAN
51
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
51
C. URAIAN MATERI
52
DAFTAR ISI, DAFTAR GAMBAR, DAFTAR TABEL
z
KELOMPOK KOMPETENSI B
vii
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
IV.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
66
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS
77
F. RANGKUMAN
81
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
81
PH LARUTAN
83
A. TUJUAN
83
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
84
C. URAIAN MATERI
84
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
107
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS
111
F. RANGKUMAN
113
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
113
KUNCI JAWABAN LATIHAN/KASUS/TUGAS
115
EVALUASI
117
PENUTUP
125
DAFTAR PUSTAKA
127
GLOSARIUM
133
DAFTAR TABEL
Hal
viii
Tabel 1.1
Perbedaan utama antara senyawa ion dengan senyawa
kovalen
19
Tabel 1.2
Perbandingan sifat-sifat fisis logam dengan non logam
21
Tabel 2.1
Volum beberapa gas untuk setiap 1 mol gas
35
Tabel 3.1
Daftar Potensial Reduksi pada 25 °C Standar
60
Tabel 4.1
Kw pada beberapa suhu
85
Tabel 4.2
Konstanta ionisasi beberapa asam lemah
87
Tabel 4.3
pH beberapa bahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari
89
Tabel 4.4
Hubungan [H3O+] atau [H+], pH, [OH-], dan pOH
92
DAFTAR ISI, DAFTAR GAMBAR, DAFTAR TABEL
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Mata Pelajaran Kimia SMA
Tabel 4.5
Komponen Indikator Universal
97
Tabel 4.6
Contoh indikator alam dan perubahan warnanya
99
Tabel 4.7
Harga pKind beberapa indikator
100
Tabel 4.8
Trayek pH beberapa indikator
101
Table 4.9
Perubahan Warna Indikator dan Trayek pH
101
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1
Pembentukan ikatan ion pada NaCl
10
Gambar 1.2
Pembentukan ikatan kovalen pada H2
11
Gambar 1.3
Ikatan kovalen koordinasi pada ion hidronium
11
Gambar 1.4
Ikatan kovalen koordinasi pada ion ammonium
12
Gambar 1.5
Ikatan ion dan kovalen pada natrium asetat
12
Gambar 1.6
Ikatan kovalen nonpolar pada Br2 serta ikatan kovalen
polar pada HCl, dan CO
13
Gambar 1.7
Struktur Lewis CH4, NH3, H2O, dan CO2
14
Gambar 1.8
Struktur Logam menurut Teori “Lautan Elektron”
20
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 3.1
Satu mol dari beberapa unsur berlawanan arah jarum
jam dari kiri bawah: Tembaga, besi belerang, merkuri
dan karbon
Interkonversi massa zat, jumlah mol, dan jumlah
partikel
Hubungan antar massa (dalam gram) suatu unsur dan
jumlah mol unsur tersebut, serta antara jumlah mol
suatu unsur dan jumlah atom unsur tersebut
Interkonversi massa zat, jumlah mol, dan jumlah
partikel dan volume molar
Percobaan reaksi redoks
31
34
36
52
DAFTAR ISI, DAFTAR GAMBAR, DAFTAR TABEL
z
31
KELOMPOK KOMPETENSI B
ix
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Gambar 3.2
Gambar 3.3
x
(a) Sel Galvani Jembatan garam (tabung U terbalik)
berisi larutan Na2SO4 berfungsi sebagai medium
penghantar listrik di antara kedua larutan.
Arus
elektron mengalir keluar dari elektroda Zn (anoda)
menuju elektroda Cu (katoda), (b) keadaan anoda Zn
dan Katoda Cu setelah terjadi reaksi.
Sel Galvani. Jembatan garam (tabung U terbalik) yang
berisi larutan KCl sebagai media penghantar antara
dua larutan. Ujung pada tabung U ditutup kapas untuk
mencegah larutan KCl mengalir ke dalam wadah ketika
anion dan kation bergerak. Elektron mengalir dari
elektroda Zn (anoda) ke elektroda Cu (katoda)
54
55
Gambar 3.4
Sel volta berdasarkan persamaan reaksi (1)
57
Gambar 3.5
Mengukur potensial standar elektroda Zn2+/Zn (a) dan
Cu2+/Cu (b)
58
Gambar 3.6
Meramalkan apakah suatu reaksi redoks berlangsung
spontan atau tidak spontan.
64
Gambar 3.7
Korosi Besi. A) tampilan dekat dari permukaan besi.
Korosi biasanya terjadi pada permukaan yang tidak
teratur. B) Sebuah gambaran skematis dari area kecil
permukaan, menunjukkan langkah-langkah dalam
proses korosi.
65
Gambar 4.1
Pengukuran pH bahan kimia dirumah berupa asam
lemah dengan indikator universal
83
Gambar 4.2
pH minuman ringan diukur dengan pH meter modern
88
Gambar 4.3
Macam-macan pH meter digital
91
Gambar 4.4
Lakmus merah dan biru
94
Gambar 4.5
Perubahan struktur molekul fenolftalein
96
Gambar 4.6
Perubahan warna indikator fenolftalein
97
Gambar 4.7
Kertas indikator universal
98
Gambar 4.8
Larutan Indikator Universal
98
Gambar 4.9
Contoh bahan alam yang dapat dijadikan indikator
99
Gambar 4.10
Pengujian indikator alam
99
DAFTAR ISI, DAFTAR GAMBAR, DAFTAR TABEL
KELOMPOK KOMPETENSI B
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, guru dituntut
mempunyai empat kompetensi yang mumpuni, yaitu kompetensi pedagogik,
profesional, sosial dan kepribadian. Agar kompetensi guru tetap terjaga dan
meningkat. Guru mempunyai kewajiban untuk selalu memperbaharui dan
meningkatkan kompetensinya melalui kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan sebagai esensi pembelajar seumur hidup. Untuk bahan belajar
(learning material) guru, dikembangkan modul yang menuntut guru belajar lebih
mandiri dan aktif.
Modul Guru Pembelajar yang berjudul “Ikatan Kimia, Stoikiometri 2, Redoks 2,
dan pH” merupakan modul untuk kompetensi profesional guru pada kelompok
kompetensi B. Materi pada modul dikembangkan berdasarkan kompetensi
profesional guru pada Permendiknas nomor 16 tahun 2007. Setiap materi
bahasan dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang memuat tujuan, indikator
pencapaian kompetensi, uraian materi, aktivitas pembelajaran, latihan/tugas,
rangkuman, umpan balik dan tindak lanjut.
Pada modul B ini, pada bagian pendahuluan diinformasikan tujuan secara umum
yang harus dicapai oleh guru pembelajar setelah mengikuti pembelajaran. Peta
kompetensi yang harus dikuasai guru pada modul B, ruang lingkup, dan saran
penggunaan modul. Setelah guru mempelajari modul ini diakhiri dengan evaluasi
untuk pengujian diri.
PENDAHULUAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
1
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
B. Tujuan
Setelah guru belajar dengan modul ini diharapkan: Memahami materi kompetensi
profesional meliputi Ikatan Kimia, Stoikiometri 2, Redoks 2, dan pH.
C. Peta Kompetensi
Kompetensi inti yang diharapkan setelah guru belajar dengan modul ini adalah
menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu. Kompetensi Guru Mata Pelajaran dan Indikator
Pencapaian Kompetensi yang diharapkan tercapai melalui belajar dengan modul
ini adalah:
Tabel 1. Kompetensi Guru Mapel dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Guru Mapel
20.1 memahami konsepkonsep, hukum-hukum,
dan teori-teori kimia
meliputi struktur,
dinamika, energetika
dan kinetika serta
penerapannya secara
fleksibel.
20.1 memahami konsepkonsep, hukum-hukum,
dan teori-teori kimia
meliputi struktur,
dinamika, energetika
dan kinetika serta
penerapannya secara
fleksibel.
20.1 memahami konsepkonsep, hukum-hukum,
dan teori-teori kimia
meliputi struktur,
dinamika, energetika
dan kinetika serta
penerapannya secara
fleksibel.
2
PENDAHULUAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
Indikator Pencapaian Kompetensi
20.1.1 menjelaskan proses pembentukan ikatan
ion dan ikatan kovalen.
20.1.2 menentukan senyawa yang memiliki ikatan
ion, kovalen dan kovalen koordinasi.
20.1.3 mengidentifikasi hubungan ikatan kimia
dengan sifat fisik senyawa.
20.1.4 menjelaskan ikatan logam serta interaksi
antar partikel.
20.1.1 menentukan kadar unsur dalam suatu
senyawa
20.1.2 menentukan massa zat atau volum gas
menggunakan konsep massa
molar
dan volume molar gas
20.1.3 menentukan rumus molekul dan rumus
empiris suatu senyawa
20.1.4 menentukan rumus senyawa anhidrat
yang
dihasilkan
suatu
proses
pemanasan
20.1.5
menghitung kadar zat (persentase
massa, persentase volume, bagian per
juta atau part per million, molaritas,
molalitas, fraksi mol).
20.1.6 menjelaskan konsep sel volta
20.1.7 mendeskripsikan diagram sel volta
20.1.8 menjelaskan reaksi redoks pada sel volta
20.1.9 mengurutkan unsur-unsur pada deret
volta
20.1.10 menentukan potensial sel volta
berdasarkan data potensial reduksi
standar
20.1.11 mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
korosi
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
20.1 memahami konsepkonsep, hukum-hukum,
dan teori-teori kimia
meliputi struktur,
dinamika, energetika
dan kinetika serta
penerapannya secara
fleksibel.
20.1.12 menuliskan reaksi redoks dalam proses
korosi.
20.1.13 menerapkan harga kw, ka dan kb pada
perhitungan konsentrasi larutan asam
basa
20.1.14 menentukan jenis larutan sesuai dengan
data harga pH beberapa larutan
20.1.15 menghtung pH larutan asam dan basa
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi pada Modul ini disusun dalam empat bagian, yaitu bagian
Pendahuluan,
Kegiatan
Pembelajaran,
Evaluasi
dan
Penutup.
Bagian
pendahuluan berisi paparan tentang latar belakang modul B, tujuan belajar,
kompetensi guru yang diharapkan dicapai setelah pembelajaran, ruang lingkup
dan saran penggunaan modul. Bagian kegiatan pembelajaran berisi Tujuan,
Indikator Pencapaian Kompetensi, Uraian Materi, Aktivitas Pembelajaran,
Latihan/Kasus/Tugas, Rangkuman, Umpan Balik dan Tindak Lanjut Bagian akhir
terdiri dari Kunci Jawaban Latihan/Kasus/Tugas, Evaluasi dan Penutup.
Rincian materi pada modul adalah sebagai berikut:
1. Ikatan Kimia
2.
Stoikiometri 2
3.
Redoks 2
4.
pH
PENDAHULUAN
1
KELOMPOK KOMPETENSI B
3
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
E. Cara Penggunaan Modul
Cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran secara umum
sesuai dengan skenario setiap penyajian pembelajaran. Langkah-langkah belajar
secara umum adalah:
Pendahuluan
Mengkaji materi
pada modul
Melakukan aktivitas
pembelajaran
( diskusi/ eksperimen/
latihan)
Reviu Kegiatan
Presentasi dan
Konfirmasi
Gambar 1. Langkah-langkah belajar
Deskripsi Kegiatan
1.
Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta
untuk mempelajari:
a. latar belakang yang memuat gambaran materi pada modul;
b. tujuan
penyusunan
modul
mencakup
tujuan
semua
kegiatan
pembelajaran setiap materi pada modul;
c. kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul;
d. ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran;
e. langkah-langkah penggunaan modul.
2.
Mengkaji materi pada modul
Pada kegiatan ini, fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk
mempelajari materi pada modul yang diuraikan secara singkat sesuai
dengan indikator pencapaian hasil belajar. Peserta dapat mempelajari materi
secara individual atau kelompok.
3.
Melakukan aktivitas pembelajaran
Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rambu-rambu / instruksi yang tertera pada modul baik berupa diskusi materi,
4
PENDAHULUAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
melakukan eksperimen, latihan dan sebagainya. Pada kegiatan ini peserta
secara aktif menggali informasi, mengumpulkan data dan mengolah data
sampai membuat kesimpulan kegiatan.
4. Presentasi dan Konfirmasi
Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan sedangkan
fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dibahas bersama.
5. Reviu Kegiatan
Pada kegiatan ini peserta dan penyaji mereviu materi.
PENDAHULUAN
1
KELOMPOK KOMPETENSI B
5
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
6
PENDAHULUAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1:
IKATAN KIMIA
Senyawa-senyawa mempunyai sifat yang berbeda-beda, ada yang titik lelehnya
tinggi, ada yang rendah, ada yang dapat menghantarkan listrik, dan tidak
menghantarkan arus listrik. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cara bergabung
antara unsur-unsur pembentuknya, dapat melalui ikatan ion atau ikatan kovalen.
Ikatan-ikatan tersebut dinamakan ikatan kimia. Materi ikatan kimia di SMA
disajikan di kelas X dengan sub topik pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen,
ikatan kovalen koordinasi, sifat-sifat fisis senyawa ion, sifat-sifat fisis senyawa
kovalen dan ikatan logam dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.5. Membandingkan
proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan
ikatan logam serta interaksi antar partikel (atom, ion, molekul) materi dan
hubungannya dengan sifat fisik materi dan KD 4.7. Mengolah dan menganalisis
perbandingan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen
koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar partikel (atom, ion, molekul)
materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi. Kompetensi Guru pada
program guru pembelajar Modul B untuk materi ini adalah “20.1 Memahami
konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori kimia meliputi struktur, dinamika,
energetika dan kinetika serta penerapannya secara fleksibel”.
N RP
A. Tujuan
Setelah belajar dengan modul ini diharapkan peserta dapat:
1. memahami konsep ikatan ion,
ikatan kovalen, dan
ikatan kovalen
koordinasi.
2. memahami hubungan ikatan kimia dengan sifat fisik senyawa melalui
pengamatan.
3. menjelaskan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan
sifat fisis logam.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
7
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Berikut ini adalah beberapa indikator pencapaian kompetensi yang akan
diperoleh:
1.
menjelaskan proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen.
2.
menentukan senyawa yang memiliki ikatan ion, kovalen dan kovalen
koordinasi.
3.
menghubungkan ikatan kimia dengan sifat fisik senyawa.
4.
menjelaskan ikatan logam dan sifat-sifatnya.
C. Uraian Materi
Pada umumnya atom tidak dalam keadaan bebas tetapi bergabung dengan atom
lain membentuk Senyawa/Molekul. Atom-atom memiliki kecenderungan saling
bereaksi untuk mencapai konfigurasi elektron stabil yang menyerupai konfigurasi
elektron atom-atom gas mulia, yaitu 8 elektron pada kulit terluar. Kecenderungan
inilah yang menyebabkan atom-atom berikatan satu dengan lainnya. Ikatan yang
terjadi mengakibatkan terjadinya gaya tarik antar atom. Gaya tarik yang mengikat
atom-atom disebut ikatan kimia. Pembentukan ikatan bergantung pada keadaan
elektron valensi dari atom-atom yang berikatan untuk bergabung membentuk
molekul. Pembentukan molekul dapat terjadi dengan cara transfer elektron atau
pemakaian elektron secara bersama-sama pada kulit terluar. Jenis dan kekuatan
ikatan
yang
terjadi
sangat
menentukan
sifat
molekul
yang
terbentuk.
Senyawa/molekul ion terbentuk melalui ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara
ion positif (atom yang melepaskan elektron) dan ion negatif (atom yang
menerima elektron) sehingga senyawa ion yang terbentuk bersifat polar. Seorang
ahli kimia dari Amerika serikat, yaitu Gilbert Newton Lewis (1875 – 1946) dan
Albrecht Kosel dari Jerman (1853 – 1972) menerangkan tentang konsep ikatan
kimia.
 Unsur-unsur gas mulia (golongan VIIA) sukar membentuk senyawa karena
konfigurasi elektronnya memiliki susunan elektron yang stabil.
 Setiap unsur berusaha memiliki konfigurasi elektron seperti yang dimiliki oleh
unsur gas mulia, yaitu dengan cara melepaskan elektron atau menangkap
elektron.
 Jika suatu unsur melepaskan elektron, artinya unsur itu melepaskan elektron
pada unsur lain. Sebaliknya, jika unsur itu menangkap elektron, artinya
8
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
menerima elektron dari unsur lain. Jadi susunan yang stabil tercapai jika
berikatan dengan atom unsur lain.
 Kecenderungan atom-atom unsur untuk memiliki delapan elektron di kulit
terluar disebut kaidah oktet.
1.
Jenis ikatan kimia:
Ikatan kimia terbentuk karena unsur-unsur cenderung membentuk struktur
elektron stabil. Ikatan kimia digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
a.
Ikatan Antar Atom
1) Ikatan Ion
Ikatan ion terbentuk jika terjadi transfer elektron antar atom-atom yang berikatan.
Atom yang kehilangan elektron menjadi ion positif. Atom yang mendapat elektron
menjadi ion negatif. Muatan yang berlawanan ini menyebabkan ion-ion tersebut
saling tarik menarik. Ikatan ion juga dikenal sebagai ikatan elektrovalen.
Contohnya garam dapur atau natrium klorida (NaCl). NaCl tersusun atas ion
natrium (Na+) yang sangat reaktif, dan ion klor (Cl-) yang saling tarik menarik
secara elektrostatik. Bagaimana ion Na+ dan Cl- terbentuk? Untuk mencapai
konfigurasi elektron stabil, atom natrium memberikan satu elektronnya kepada
atom klor, sehingga atom natrium membentuk ion yang bermuatan positif, karena
memiliki jumlah proton yang lebih banyak dibandingkan dengan elektronnya.
Sebaliknya, atom klor menerima satu elektron untuk membentuk konfigurasi
elektron yang stabil. Akibatnya, atom klor membentuk ion yang bermuatan
negatif karena memiliki jumlah proton yang lebih sedikit dibandingkan dengan
elektronnya. Jadi, masing-masing ion memiliki muatan yang berlawanan
sehingga saling menarik satu sama lain membentuk suatu molekul natrium
klorida.
Gambar 1 Pembentukan ikatan ion pada NaCl
(sumber: chemistry.org)
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
9
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Pembentukan NaCl dengan lambang Lewis
Gambar 2. Susunan Ion dalam Kristal Natrium Klorida, NaCl
Ikatan ion hanya dapat terbentuk apabila unsur-unsur yang berikatan mempunyai
perbedaan daya tarik elektron (keeelektronegatifan) cukup besar.
Perbedaan keelektronegatifan yang besar ini memungkinkan terjadinya serahterima elektron. Sifat-Sifat ikatan ionik adalah:
(a) Bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar
(b) Memiliki titik leleh yang tinggi
(c) Baik larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit
2) Ikatan Kovalen dan Jenis ikatan kovalen
Gas-gas yang kita temukan di alam, seperti hidrogen, nitrogen, oksigen, berada
dalam bentuk molekulnya: H2, N2, dan O2. Mengapa demikian? Sebagai atom
tunggal, unsur-unsur ini sangat reaktif, sehingga membentuk molekul untuk
mencapai konfigurasi elektron yang stabil. Contohnya adalah molekul hidrogen
(H2). Atom H hanya mempunyai 1 e-, perlu tambahan 1 e- agar menjadi seperti
He. Jika 2 atom H berdekatan, keduanya dapat menggunakan 2 e- yang ada
secara bersama, sehingga masing-masing atom H menjadi seperti He. 2 etersebut menarik kedua atom H untuk berikatan menjadi molekul H2. Ikatan yang
terbentuk adalah ikatan kovalen. Pada ikatan kovalen tidak terjadi transfer
elektron, tetapi atom-atomnya menggunakan pasangan elektron valensinya
bersama-sama. Ikatan kovalen biasanya digambarkan dengan titik-titik yang
mewakili pasangan elektron yang digunakan bersama, atau dengan suatu garis.
Ikatan kovalen yang terbentuk pada molekul hidrogen hanya melibatkan satu
pasangan elektron atau dua buah elektron, sehingga disebut juga sebagai ikatan
kovalen tunggal. Ikatan kovalen tunggal juga terjadi pada gas fluor dan gas klor.
10
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Gambar 3.
Pembentukan ikatan kovalen pada H2
(sumber: mp-sma.blogspot.com)
Ikatan kovalen pada oksigen dan nitrogen sedikit berbeda. Oksigen memiliki
enam elektron pada kulit terluarnya sehingga memerlukan dua elektron
tambahan untuk mencapai konfigurasi yang stabil. Dua atom oksigen akan
menggunakan dua pasangan elektronnya bersama-sama untuk membentuk
ikatan kovalen rangkap dua. Nitrogen memerlukan tiga elektron untuk mencapai
konfigurasi elektron yang stabil. Dua atom nitrogen harus menggunakan tiga
pasangan elektronnya besama-sama dan membentuk ikatan kovalen rangkap
tiga. Ikatan kovalen juga terjadi antar unsur-unsur yang berbeda. Contohnya HCl
dan air, (H2O).
a)
Ikatan Kovalen Koordinasi
Pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan berasal dari salah satu
pihak. Jika pasangan elektron yang digunakan bersama hanya berasal dari salah
satu atom saja, maka ikatan yang terbentuk disebut ikatan kovalen koordinasi.
Ion ammonium dan ion hidronium masing-masing mengandung satu ikatan
kovalen koordinasi. Ion hidronium, H3O+ dibentuk dari molekul air yang mengikat
ion hidrogen melalui reaksi: H2O + H+  H3O+. Struktur Lewisnya ditulis sebagai
berikut.
Gambar 4. Ikatan kovalen koordinasi pada ion hidronium
Pada molekul H2O, atom oksigen mempunyai dua pasang elektron bebas. H+
tidak mempunyai elektron. Untuk membentuk ikatan digunakan salah satu
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
11
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
pasangan elektron bebas dari oksigen sehingga terbentuk ikatan kovalen
koordinat. Ikatan ini bisa dituliskan sebagai berikut.
Tanda panah () menunjukkan pasangan elektron ikatan kovalen koordinat
berasal dari atom oksigen. Ion amonium, NH4+ dibentuk dari NH3 dan ion H+
melalui reaksi: NH3 + H+  NH4+.
Struktur Lewisnya ditulis sebagai berikut
Gambar 5. Ikatan kovalen koordinasi pada ion ammonium
Pasangan elektron ikatan kovalen koordinat berasal dari atom nitrogen.
Suatu senyawa dapat sekaligus mengandung ikatan ion dan/atau ikatan kovalen.
Contoh: senyawa natrium asetat. Ikatan antara natrium dan ion asetat adalah
ikatan ion, sedangkan ikatan yang terjadi antara karbon, hidrogen, dan oksigen
dalam gugus asetat adalah ikatan kovalen.
H O
H H H O
H
Na+
Ket.
Ikatan Kovalen
Ikatan Ion
Gambar 6. Ikatan ion dan kovalen pada natrium asetat
(sumber: dokumentasi P4TK IPA)
12
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Ikatan kovalen terdiri atas ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen non polar.
Berikut ini akan diuraikan mengenai kedua ikatan tersebut.
b) Ikatan Kovalen Polar dan Nonpolar
Suatu senyawa mempunyai jenis ikatan: ionik, kovalen polar, atau kovalen
nonpolar, ditentukan oleh selisih harga keelektronegatifan antar unsur yang
berikatan. Atom dengan keelektronegatifan yang sama atau hampir sama
membentuk ikatan kovalen nonpolar. Molekul-molekul organik, ikatan C-C dan
ikatan C-H adalah jenis ikatan nonpolar. Contoh lainnya adalah ikatan pada
molekul Br2. Senyawa kovalen seperti HCl, CO, H2O CH3OH, atau H2C=O, salah
satu atomnya mempunyai keelektronegatifan yang lebih besar daripada yang
lainnya. Akibatnya, ikatan yang terbentuk memiliki distribusi rapat elektron yang
tidak merata. Ikatan ini disebut ikatan kovalen polar.
Gambar 7. Ikatan kovalen nonpolar pada Br2, serta ikatan kovalen polar pada
HCl, dan CO
(sumber: dokumentasi P4TK IPA)
2. Struktur Lewis dan Muatan Formal
Keadaan elektron valensi suatu unsur dapat digambarkan dengan menggunakan
notasi khusus yang disebut struktur Lewis. Struktur ini dikembangkan oleh G.N.
Lewis. Struktur Lewis suatu unsur digambarkan sebagai simbol atomnya yang
dikelilingi oleh sejumlah titik, lingkaran, atau tanda silang yang melambangkan
elekron valensinya. Contohnya, hidrogen, dengan satu elektron valensi,
digambarkan sebagai H. Pembentukan ikatan yang terjadi antar atom dapat
lebih mudah dipahami dengan menggunakan struktur Lewisnya. Contoh struktur
Lewis untuk beberapa senyawa disajikan di bawah ini.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
13
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Jika sepasang elektron yang digunakan bersama ditulis sebagai  , maka
CH4
NH3
H2O
CO2
Gambar 8. Struktur Lewis CH4, NH3, H2O, dan CO2
(sumber: dokumentasi P4TK IPA)
Tahap pertama yang harus dilakukan untuk menggambar struktur Lewis adalah
menentukan atom-atom mana yang saling berikatan. Contohnya, pada CO2,
kedua atom oksigen terikat pada atom karbon sebagai pusat molekulnya,
sehingga strukturnya tidak mungkin berupa O-O-C. Sesungguhnya, satu-satunya
cara yang pasti untuk menentukan bagaimana atom-atom ini berikatan adalah
melalui percobaan. Pada senyawa biner sederhana dan ion-ion poliatom, seperti
CO2 dan CO32-, atom pusat biasanya disebutkan pertama kali. Contohnya,
karbon adalah atom pusat dalam CO2 dan CO32-; nitrogen adalah atom pusat
dalam NH3, NO2, dan NO3-; sulfur adalah atom pusat dalam SO3 dan SO42-.
Tetapi hal ini tidak berlaku untuk H2O dan H2S dan untuk molekul-molekul seperti
HClO atau SCN.
Perkiraan yang tepat memang tidak mungkin dibuat dengan cara ini. Setelah
susunan atom dalam molekul diketahui, dapat dilanjutkan dengan menempatkan
elektron-elektron valensinya. Hal ini dapat dilakukan dalam beberapa tahap
berikut.
1. Hitung jumlah seluruh elektron valensi yang dimiliki oleh seluruh atom dalam
molekul atau ion poliatom. Untuk ion poliatom yang bermuatan negatif,
tambahkan elektron sesuai besar muatannya. Sebaliknya, untuk ion poliatom
yang bermuatan positif, kurangi jumlah elektron sesuai besar muatannya.
2. Letakan sepasang elektron diantara dua atom yang berikatan.
3. Lengkapi konfigurasi oktet atom-atom (ingatlah bahwa kulit valensi atom
hidrogen hanya dapat diisi dua elektron
14
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
)
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Konfigurasi oktet atom
Jika atom pusat masih belum memenuhi aturan oktet, bentuklah ikatan rangkap
sehingga aturan ini dipenuhi oleh setiap atom yang berikatan.
Contoh:
Harus diperhatikan pula bahwa hal ini tidak berlaku untuk senyawa-senyawa
yang menyimpang dari aturan oktet, seperti BCl3 dan BeCl2.
Contoh: Struktur Lewis untuk formaldehida, CH2O, dapat digambarkan
sebagai berikut.
a. Tentukan atom-atom mana yang berikatan. Gambarkan kerangka struktur
Lewisnya. Pada molekul ini, atom karbon adalah atom pusatnya.
b. Kedua atom hidrogen masing-
masing memiliki 1 elektron
valensi, sedangkan karbon dan oksigen masing-masing memiliki 4 dan 6
elektron. Jadi jumlah keseluruhannya 12.
c. Ada 3 ikatan tunggal yang telah digambarkan. Jadi, ada 3 pasang elektron
yang digunakan untuk berikatan. Sisa elektron valensi yang belum
digunakan adalah 12 - (3x2) = 6.
d. Setiap hidrogen sudah lengkap dikelilingi oleh 2 elektron. Atom karbon
hanya dikelilingi 6 elektron, padahal seharusnya 8. Oksigen hanya dikelilingi
2 elektron, padahal seharusnya 8. Delapan elektron tambahan diperlukan
agar karbon dan oksigen dapat memenuhi aturan oktet. Sisa elektron valensi
yang belum digunakan hanya 6. Dengan demikian, ikatan rangkap harus
dimasukkan ke dalam struktur ini. Satu-satunya tempat dimana hal ini bisa
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
15
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
dilakukan adalah di antara karbon dan oksigen. Dengan ikatan rangkap ini, 2
dari 6 sisa elektron valensi tadi telah digunakan.
Atom karbon sekarang sudah dikelilingi 8 elektron sesuai dengan aturan oktet.
Oksigen sekarang memiliki 4 elektron, masih ada kekurangan sebanyak 4
elektron.
Untuk mengisi kekurangan ini, digunakan 4 elektron valensi yang
tersisa sehingga strukturnya menjadi:
Kadang-kadang, ada dua struktur Lewis atau lebih yang dapat digambarkan
untuk satu senyawa. Contohnya molekul H2SO4. Kita dapat menggambarkan
struktur Lewis untuk senyawa ini sebagai berikut.
(struktur I)
(struktur II)
Melalui percobaan, dapat ditentukan struktur mana yang lebih sesuai untuk
H2SO4. Struktur I nampaknya sesuai karena telah mengikuti aturan oktet. Tetapi,
hasil percobaan menunjukkan bahwa panjang ikatan antara sulfur dan oksigen
yang tidak berikatan dengan hidrogen lebih pendek dibandingkan panjang ikatan
yang seharusnya untuk suatu ikatan tunggal S-O. Ikatan rangkap dalam struktur
II memiliki panjang ikatan S-O yang sesuai dengan hasil percobaan. Dengan
demikian, struktur yang kedua ini adalah struktur yang lebih sesuai untuk H2SO4.
Cara lain untuk menentukan struktur Lewis mana yang lebih sesuai adalah
dengan menghitung muatan formalnya. Pada struktur I, sulfur membentuk empat
ikatan tunggal dengan oksigen. Jika elekron-elektron dalam ikatan tersebut
dibagi bersama oleh S dan O, maka masing-masing atom memiliki setengah dari
pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan, atau sebanyak satu elektron
untuk setiap ikatan. Dengan perkataan lain, keempat ikatan ini menunjukkan
16
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
bahwa ada empat elektron dalam kulit valensi sulfur. Atom sulfur seharusnya
memiliki enam elektron valensi. Hal ini berarti bahwa dalam struktur I, sulfur
kekurangan dua elektron valensi, atau bermuatan 2+. Muatan ini dinamakan
muatan formal. Secara umum, muatan formal suatu atom dalam suatu struktur
Lewis dapat dihitung sesuai rumus:
Jadi, untuk struktur Lewis pertama,
Muatan formal sulfur
= 6 - 4 - 0 = +2
Muatan formal hidrogen
= 1- 1 - 0 = 0
Muatan formal oksigen yang tidak berikatan dengan hidrogen
= 6 - 1 - 6 = -1
Muatan formal oksigen yang berikatan dengan hidrogen
=6-2-4=0
Untuk struktur Lewis kedua,
Muatan formal sulfur
=6-6-0=0
Muatan formal hidrogen
= 1- 1 - 0 = 0
Muatan formal oksigen yang tidak berikatan dengan hidrogen
=6-2-4=0
Muatan formal oksigen yang juga berikatan dengan hidrogen
=6-2-4=0
Perhatikan bahwa jumlah total muatan formal H2SO4 adalah nol sesuai dengan
kenyataan bahwa molekul ini netral. Suatu ion poliatom, jumlah muatan formal
atom-atomnya harus sama dengan muatan ionnya. Untuk menentukan struktur
Lewis mana yang lebih sesuai, ada aturan yang dapat kita ikuti. Jika ada
beberapa struktur Lewis yang mungkin, struktur yang muatan formal atomatomnya mendekati nol adalah struktur yang paling stabil dan lebih disukai. Pada
struktur kedua, seluruh atomnya memiliki muatan formal nol. Dengan demikian,
struktur inilah yang lebih disukai.
3. Sifat Fisis Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen
a. Titih Didih
Air, H2O merupakan senyawa kovalen. Ikatan kovalen yang mengikat antara
atom hidrogen dan atom oksigen dalam molekul air cukup kuat, sedangkan gaya
yang mengikat antar molekul-molekul air cukup lemah. Keadaan inilah yang
menyebabkan air yang cair itu mudah berubah menjadi uap air bila dipanasi
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
17
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
sampai sekitar 100o C, akan tetapi pada suhu ini ikatan kovalen yang ada di
dalam molekul H2O tidak putus.
Gambar 9. Dengan pemanasan sampai 100oC, molekul-molekul air dalam
ketel diputus
Garam dapur, NaCl adalah senyawa ionik yang meleleh pada suhu 801oC dan
mendidih pada suhu 1517oC. NaCl mempunyai titik didih tinggi karena
mengandung ikatan ion yang sangat kuat, sehingga untuk memutuskan ikatan
tersebut dibutuhkan panas yang sangat besar.
Hampir semua senyawa kovalen mempunyai titik didih yang rendah (rata-rata di
bawah suhu 200oC), sedang senyawa ion mempunyai titik didih yang tinggi (ratarata di atas suhu 900oC).
b. Kemudahan Menguap
Banyak sekali berbagai bahan yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
merupakan senyawa kovalen seperti ditunjukkan pada gambar 8. Sebagian
besar senyawa kovalen berupa cairan yang mudah menguap dan berupa gas.
Molekul-molekul senyawa kovalen yang mudah menguap sering menghasilkan
bau yang khas. Parfum dan bahan pemberi aroma merupakan senyawa kovalen.
Hal ini tidak diperoleh pada sifat senyawa ionik.
c.
Daya hantar Listrik
Senyawa ion dalam keadaan padatan tidak dapat menghantar arus listrik, tetapi
bila padatan ionik dipanaskan sampai suhu tinggi sehingga diperoleh lelehannya
maka dapat menghantar arus listrik. Larutan senyawa ionik yang dilarutkan ke
dalam air juga dapat menghantar arus listrik. Pada keadaan lelehan atau larutan
ion-ionnya dapat bebas bergerak. Senyawa kovalen pada berbagai wujud tidak
dapat menghantar arus listrik. Hal ini disebabkan senyawa kovalen tidak
mengandung ion-ion sehingga posisi molekulnya tidak berubah.
18
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
d.
Kelarutan
Banyak senyawa ion yang dapat melarut dalam air. Misalnya, natrium klorida
banyak diperoleh dalam air laut. Kebanyakan senyawa kovalen tidak dapat
melarut dalam air, tetapi mudah melarut dalam pelarut organik. Pelarut organik
merupakan senyawa karbon, misalnya bensin, minyak tanah, alkohol, dan
aseton. Senyawa ionik tidak dapat melarut dalam pelarut organik. Namun ada
beberapa senyawa kovalen yang dapat melarut dalam air karena terjadi reaksi
dengan air dan membentuk ion-ion. Misalnya, asam sulfat bila dilarutkan ke
dalam air akan membentuk ion hidrogen dan ion sulfat. Perbedaan utama antara
senyawa ion dengan senyawa kovalen disimpulkan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Perbedaan utama antara senyawa ion dengan senyawa kovalen
Sifat
Titik Didih
Ikatan Ion
Titik Didih mempunyai
titik leleh yang tinggi
Sulit menguap
Ikatan Kovalen
mempunyai titik leleh yang
rendah
Kemudahan
Mudah menguap dan
menguap
memberikan bau yang khas
Daya Hantar Listrik
Lelehan
maupun Tidak menghantar listrik
larutannya dalam air pada berbagai wujud
dapat menghantar arus
listrik
Kelarutan dalam air
Pada umumnya melarut Sulit larut dalam air
dalam air
Kelarutan
dalam Tidak dapat melarut
Dapat melarut
pelarut organik
4. Ikatan Logam dan Sifat-sifatnya
Elektron-elektron valensi logam tidak terikat erat (karena energi ionisasinya
rendah), sehingga relatif bebas bergerak. Hal ini menjadikan logam bersifat
sebagai penghantar panas dan listrik yang baik, dan juga mengkilat. Gambar 11
berikut
mengilustrasikan
suatu
model
logam
dengan
elektron-elektron
membentuk suatu “lautan” muatan negatif.
Gambar 11. Struktur Logam menurut Teori “Lautan Elektron
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
19
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Model lautan elektron ini sesuai dengan sifat-sifat logam, seperti: dapat ditempa
menjadi lempengan tipis, ulet karena dapat direntang menjadi kawat, memiliki
titik leleh dan kerapatan yang tinggi. Logam dapat dimampatkan dan
direntangkan tanpa patah, karena atom-atom dalam struktur kristal harus
berkedudukan sedemikian rupa sehingga atom-atom yang bergeser akan tetap
pada kedudukan yang sama. Hal ini disebabkan mobilitas lautan elektron di
antara ion-ion positif merupakan penyangga (Gambar 11). Keadaan yang
demikian ini berbeda dengan kristal ionik. Dalam kristal ionik, misalnya NaCl,
gaya pengikatnya adalah gaya tarik menarik antar ion-ion yang muatannya
berlawanan dengan elektron valensi yang menempati kedudukan tertentu di
sekitar inti atom. Bila kristal ionik ini ditekan, maka akan terjadi keretakan atau
pecah. Hal ini disebabkan adanya pergeseran ion positif dan negatif sedemikian
rupa sehingga ion positif berdekatan dengan ion positif dan ion negatif dengan
ion negatif, keadaan yang demikian ini mengakibatkan terjadi tolak-menolak
sehingga kristal ionik menjadi retak (gambar 12).
Gambar 12. Adanya Tekanan terhadap kristal ionic
Gambar 13. Struktur Logam yang ditempa
20
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Elektron yang bebas bergerak pada lautan elektron menyebabkan logam dapat
menghantarkan listrik, sehingga logam banyak digunakan sebagai penghantar
listrik dalam kabel. Seperti kawat tembaga digunakan sebagai penghantar listrik
dalam kabel, besi digunakan untuk setrika sebagai penghantar panas, dan emas
atau perak digunakan untuk perhiasan dalam bentuk yang indah. Perbandingan
sifat-sifat fisis logam dengan non logam ditabulasikan berikut.
Tabel 2. Perbandingan sifat-sifat fisis logam dengan non logam
1
2
3
4
5
6
7
LOGAM
Padatan logam merupakan
penghantar listrik yang baik.
Mempunyai kilap logam
Kuat dan keras (bila digunakan
sebagai logam paduan atau alloy)
Dapat dibengkokkan dan diulur.
Penghantar panas yang baik
Kebanyakan logam mempunyai
kerapatan yang besar
Kebanyakan logam mempunyai
titik leleh dan titk didih yang
tinggi.
NON LOGAM
1 Padatan non-logam biasanya
bukan penghantar listrik.
2 Tidak mengkilap.
3 Kebanyakan non-logam tidak kuat
dan lunak
4 Biasanya rapuh dan patah bila
dibengkokkan atau diulur.
5 Sukar menghantar panas
6 Kebanyakan logam kerapatannya
rendah
7 Kebanyakan non-logam titik
leleh dan titik didihnya rendah
b. Ikatan Antar Molekul
1) Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain
yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang
sama. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan
ikatan antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih lemah dibandingkan
dengan ikatan kovalen maupun ikatan ion. Ikatan hidrogen ini terjadi pada ikatan
antara atom H dengan atom N, O, dan F yang memiliki pasangan elektron bebas.
Hidrogen dari molekul lain akan bereaksi dengan pasangan elektron bebas ini
membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi. Kekuatan
ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh beda keelektronegatifan dari atom-atom
penyusunnya. Semakin besar perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen
yang dibentuknya.
Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari senyawa
tersebut. Semakin besar perbedaan keelektronegatifannya maka akan semakin
besar titik didih dari senyawa tersebut. Namun, terdapat pengecualian untuk H2O
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
21
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
yang memiliki dua ikatan hidrogen tiap molekulnya. Akibatnya, titik didihnya
paling besar dibanding senyawa dengan ikatan hidrogen lain, bahkan lebih tinggi
dari HF yang memiliki beda keelektronegatifan terbesar.
2)
Ikatan van der walls
Gaya Van Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis gaya tarik
menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari
polarisasi molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini merupakan jenis ikatan antar
molekul yang terlemah, namun sering dijumpai diantara semua zat kimia
terutama gas. Pada saat tertentu, molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol
seketika ketika salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Dalam keadaan
dipol ini, molekul dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan
atom lain menjadi dipol. Gaya tarik menarik yang muncul sesaat ini merupakan
gaya Van der Walls.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Lembar Kegiatan 1
KEPOLARAN SENYAWA
1. Tujuan
: Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dalam
larutan
2. Alat dan Bahan
Alat
:
:
-
buret
1 buah
klem dan statif masing – masing 1 buah
penggaris (politena) 1 buah
-
larutan CCl 4
larutan aseton
alkohol
air murni
Bahan:
3. Cara Kerja
:
a. Pasanglah buret pada statif
b. Masukkan larutan CCl4 ke dalam buret sampai hampir penuh.
c. Gosoklah penggaris pada kain atau meja sehingga terasa hangat.
Untuk membuktikan bahwa penggaris sudah bermuatan atau
belum, dekatkan pada potongan-potongan kertas kecil. Jika
22
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
potongan kertas kecil sudah tertarik pada penggaris, berarti
penggaris sudah bermuatan listrik.
d. Alirkan larutan CCl4 pada buret. Pada saat yang sama dekatkan
penggaris yang bermuatan listrik pada aliran CCl4 tersebut. Amati
apa yang terjadi. Catatlah pada buku data pengamatanmu.
e. Ulangi percobaan 3 dan 4 dengan mengganti larutan CCl4
menggunakan larutan alkohol, aseton dan air.
4. Hasil Pengamatan :
No
Cairan Aliran zat
cair
1
CCl4
2
Aseton
3
Alkohol
4
Air
5
HCl
dibelokkan
Tidak dibelokkan
5. Pertanyaan :
a. Manakah di antara cairan tersebut termasuk senyawa polar.
Jelaskan !
b. Mengapa senyawa-senyawa tersebut polar?
c. Apakah CHCl3, CH4, O2 dan HCl bersifat polar? Jelaskan!
Catatan :
Buret harus bersih dan kering, maka hendaknya buret setelah dibersihkan
2 – 3 hari sebelum percobaan, sehingga buret dapat dibiarkan mengering
pada standar.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
23
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Lembar Kegiatan 2
SENYAWA KOORDINASI
1. Pendahuluan
Senyawa koordinasi atau biasa juga disebut senyawa kompleks, molekulmolekulnya tersusun dari gabungan dua atau lebih molekul yang sudah jenuh.
Contoh senyawa koordinasi: [Ag(NH3)2]+, [Zn(NH3)4]2+ dan [Cu(NH3)4]2+.
Senyawa koordinasi terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi. Molekul
atau ion yang memberikan pasangan elektron disebut ligan, sedangkan ion-ion
yang menerima pasangan elektron tersebut disebut atom pusat. Banyaknya ligan
yang berikatan dengan atom pusat disebut bilangan oksidasi.
Contoh : [Ag(NH3)2]+
Atom pusat
: Ag+
Ligan
: NH3
Bil. Koordinasi
:2
2. Tujuan
Pada percobaan ini Anda dapat mempelajari pembentukan beberapa senyawa
koordinasi.
3.
Alat dan Bahan
Alat :
Tabung reaksi
Rak tabung
Pipet tetes
Gelas ukur 10 mL
24
Bahan :
Lar. Perak nitrt 0,05 M
Lar. Amonia 0,2 M
Lar. Tembaga sulfat 0,05 M
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
4. Cara Kerja dan Pengamatan
Cara Kerja
1
a.
Masukkan
1
Pengamatan
cm 3
larutan
a. Warna larutan
AgNO3 0,05 M ke dalam
tabung reaksi.
Teteskan
b.
……………………….....
b. Setelah ditetesi larutan NH4OH
5
tetes
NH4OH
0,2
M
tabung
reaksi
larutan
ke
dalam
yang
berisi
terbentuk …………… warna
………………..
c. Penambahan NH4OH berlebih
larutan AgNO3.
2
mengakibatkan ………………
Berikutnya teteskan lagi 10
c.
d. Warna larutan
tetes larutan NH4OH
a.
Masukkan
cm 3
larutan
e. Setelah ditetesi larutan NH4OH
CuSO4 0,05 M ke dalam
terbentuk
tabung reaksi.
……………………………..............
Teteskan
b.
1
………………………..
5
tetes
NH4OH
0,2
M
tabung
reaksi
larutan
ke
dalam
yang
berisi
…………………………………
NH4OH
f. Penambahan
berlebih
mengakibatkan
CuSO4 tersebut.
……………………….................
Berikutnya teteskan 15 tetes
c.
larutan NH4OH 0,2 M.
3
a. Masukkan
1
cm3
larutan
a. Warna larutan ………………………..
ZnSO4 0,05 M ke dalam
tabung reaksi.
b. Teteskan
5
tetes
NH4OH
0,2
M
tabung
reaksi
larutan
ke
dalam
yang
berisi
CuSO4 tersebut.
c.
Berikutnya teteskan 15 tetes
larutan NH4OH 0,2 M.
b. Setelah ditetesi larutan NH4OH erbentuk
terbentuk .……………..........
c.
Penambahan
NH4OH
berlebih
mengakibatkan
………………………
4. Pertanyaan
1. Apakah yang disebut dengan ikatan kovalen koordinasi?
2. Tentukan nama atom pusat dan ligan serta beberapa bilangan
koordinasi pada senyawa koordinasi di bawah ini!
3. [Ag(NH3)2]+ [Zn(NH3)4]2+
[Cu(NH3)4]2+
[Ni(CN)4]2- [Cu(CN)4]3-
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
25
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
4. Hibridisasi apakah yang terjadi pada pembentukan senyawa koordinasi
[Ag(NH3)2]+, [Zn(NH3)4]2+, dan [Cu(NH3)4]2+ ?
5. Tuliskan nama-nama senyawa koordinasi pada soal no. b!
E. Latihan/Kasus/Tugas
1. Himpunan tiga senyawa berikut yang memiliki ikatan kovalen adalah …
A. HCl, SCl2, BaCl2
B. HBr, BeCl2, LiI
C. ICl3, SO2, OF2
D. H2SO4, BH3, PbSO4
2. Nomor atom unsur P, Q, R, dan S masing-masing 6, 9, 11, 18. Pasangan
unsur-unsur diharapkan membentuk ikatan ion adalah …
A. P dan Q
B. R dan Q
C. S dan R
D. P dan S
3. Diantara senyawa berikut yang memiliki kepolaran paling besar adalah …
A. CH3F
B. CH3Cl
C. CH3Br
D. CH3I
4. Manakah dari ketiga senyawa berikut yang semuanya berikatan ionik?
A. NaCl, NCl3, CCl4
B. CsBr, BaBr2, SrO
C. Al2O3, CaO, SO2
D. CsF, BF3, NH3
F. Rangkuman
1. Untuk mencapai kestabilannya unsur-unsur akan berikatan.
2. Pada suatu senyawa unsur akan stabil bila memenuhi aturan oktet atau
duplet.
3. Ikatan terdiri dari ikatan antar atom yang terdiri dari ikatan ion, kovalen,
kovalen koordiasi, dan ikatan antar molekul yaitu ikatan hidrogen dan Gaya
van der Waals.
26
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
4. Ikatan ion terjadi dengan cara serah terima elektron dari masing-masing
atom yang berikatan.
5. Ikatan kovalen terjadi dengan cara menggunakan pasangan elektron
secara bersama-sama oleh atom-atom yang berikatan.
3. Ikatan kovalen koordinasi terjadi bila pasangan elektron yang digunakan
secara bersama berasal dari salah satu atom saja.
4. Kepolaran suatu senyawa tergantung pada besarnya perbedaan ke
elektronegatifan unsur-unsur yang berikatan.
5. Ikatan logam adalah tarik-menarik dari kation di dalam lautan elektron yang
bertindak sebagai perekat dan menggabungkan kation-kation.
6. Ikatan hidrogen adalah jenis ikatan khusus yaitu interaksi dipol-dipol antara
hidrogen dalam ikatan polar, dengan atom elektronegatif seperti O, N dan F
dari molekul lainnya
Ikatan hidrogen menyebabkan titik didih senyawa
tinggi.
7. Gaya van der Waals terdiri atas: gaya antardipol, yang terjadi dalam
senyawa kovalen polar; dan gaya London yang terjadi dalam senyawa
kovalen nonpolar.
G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Setelah menyelesaikan soal latihan ini, Anda dapat memperkirakan tingkat
keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat
pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda
sudah melebihi 85%, silakan Anda terus mempelajari Kegiatan Pembelajaran
berikutnya, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari
80%, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan Pembelajaran ini.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
27
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
28
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: IKATAN KIMIA
KELOMPOK KOMPETENSI B
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2:
STOIKIOMETRI 2
Salah satu aspek penting dari reaksi kimia adalah hubungan kuantitatif antara
zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai
hasil reaksi. Stoikiometri (stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu
kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam
reaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri
juga menyangkut perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus
kimia, misalnya perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O. Kata
stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan
metron yang berarti mengukur. Seorang ahli Kimia Perancis, Jeremias Benjamin
Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip
dasar stoikiometri. Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran
perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang
satu dengan yang lain dinyatakan dalam hukum-hukum dasar kimia.
Semua reaksi yang terjadi tergantung kepada jumlah zat yang terlibat di
dalamnya, dengan stoikiometri dapat dihitung berapa banyak zat yang
dibutuhkan dan juga dapat menghitung berapa banyak zat yang akan dihasilkan
dari suatu reaksi. Untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan kimia digunakan
konsep stoikiometri yaitu antara lain: konsep massa atom relatif, massa molekul
relatif, persamaan reaksi kimia, hukum dasar perhitungan kimia, massa reaktan,
massa produk hasil reaksi kimia, rumus molekul dan rumus empiris serta konsep
mol.
Materi Stoikiometri pada Kurikulum 2013 disajikan di kelas X semester 2 dengan
Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:
3.11 Menerapkan konsep massa atom relatif dan massa molekul relatif,
persamaan reaksi, hukum-hukum dasar kimia, dan konsep mol untuk
menyelesaikan perhitungan kimia.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
29
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
4.11 Mengolah dan menganalisis data terkait massa atom relatif dan massa
molekul relatif, persamaan reaksi, hukum-hukum dasar kimia, dan konsep
mol untuk menyelesaikan perhitungan kimia Kompetensi guru pada diklat
PKB untuk materi ini adalah “Memahami konsep-konsep, hukum-hukum,
dan teori-teori kimia meliputi struktur, dinamika, energetika dan kinetika
serta penerapannya secara fleksibel” dengan sub kompetensi “Memahami
hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia”.
A. Tujuan
Setelah belajar dengan modul ini diharapkan peserta diklat dapat memahami
konsep mol, konsep massa molar, volume molar gas, rumus molekul, rumus
empiris, rumus senyawa hidrat, kadar suatu zat serta dapat menyelesaikan
perhitungan kimia dengan menggunakan konsep mol dan hukum dasar kimia.
B. Indikator Ketercapaian Kompetensi
Kompetensi yang diharapkan dicapai melalui diklat ini adalah:
1.
menjelaskan pengertian mol sebagai satuan jumlah zat;
2.
mengkonversikan jumlah mol dengan jumlah partikel, massa dan volume
suatu zat;
3.
menjelaskan konsep massa molar;
4.
menjelaskan konsep volume molar gas;
5.
menentukan massa zat atau volum gas menggunakan konsep massa molar
dan volume molar gas;
6.
menentukan rumus molekul dan rumus empiris suatu senyawa melalui data
percobaan;
7.
menentukan rumus senyawa hidrat berdasarkan data percobaan;
8.
menghitung Kadar zat (persentase massa, persentase volume, bagian per
Juta atau part per million, molaritas, molalitas, fraksi mol).
C. Uraian Materi
Pada modul B ini dibahas mengenai konsep mol, massa molar, volume molar
gas, rumus empiris dan rumus molekul, senyawa hidrat, serta perhitungan kadar
zat.
30
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul guru pembelajar
Mata pelajaran Kimia SMA
1. Konsep Mol
Dalam mempelajari ilmu kimia perlu diketahui suatu kuantitas yang berkaitan
dengan jumlah atom, molekul, ion atau elektron dalam suatu cuplikan zat. Dalam
satuan sistem internasional (SI), satuan dasar dari kuantitas ini disebut mol.
Mol adalah jumlah zat suatu sistem yang mengandung sejumlah besaran
elementer (atom, molekul dsb) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram
tepat isotop karbon-12 (12C). Jumlah besaran elementer ini disebut tetapan
Avogadro (dahulu disebut bilangan Avogadro) dengan lambang L (dahulu N).
Dengan demikian, yang dimaksud satu mol suatu zat adalah banyaknya zat
tersebut yang mengandung 6,022 x 1023 partikel, molekul, ion, atau gabungan
partikel-partikel. Satu mol suatu zat dinyatakan dalam rumus kimia zat tersebut.
Maka massa satu mol suatu zat adalah massa zat tersebut yang sesuai dengan
Ar nya atau Mr nya dinyatakan dalam gram.
a gram suatu senyawa X =
𝑎
𝐴𝑟 𝑋
mol
n mol suatu unsur X, massanya =
n x Ar (X)
gram
n mol suatu unsur X mengandung n x 6,022 X
1023 atom unsur X
Gambar 2.1 Satu mol dari
beberapa unsur berlawanan arah
jarum jam dari kiri bawah:
Tembaga, besi belerang, meekuri
dan karbon (sumber Chang 2005)
𝑏
6,022 𝑋1023
b atom suatu unsur X =
mol unsur X
Untuk lebih memahami tentang hubungan antara
mol, dengan massa zat, jumlah mol, dan jumlah
partikel ditunjukkan interkonversi
pada gambar
2.2.
𝑋
𝐴𝑟
atau
𝑋
𝑀𝑟
𝑌
6,022 𝑋 1023
X gram
Y Partikel
n mol
(𝑛)(𝐴𝑟) atau
(𝑛)(𝑀𝑟)
(n) (6,022 x1023 )
Gambar 2..2. Interkonversi massa zat, jumlah mol, danjumlah
partikel
KEGIATAN PEMBELAJARAN: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
31
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Contoh Soal 1 :
Jika diketahui Ar Ca = 40, maka hitunglah :
a. berapa gram massa 2 mol Ca
b. berapa mol 10 gram Ca
c. berapa atom Ca yang terdapat dalam 10 gram Ca
d. berapa mol 6 atom Ca
e. berapa gram massa 3x1023 atom Ca ?
Penyelesaian :
Untuk menyelesaikan soal-soal tersebut, lihat konversi massa zat, jumlah mol,
dan jumlah partikel pada gambar 2.
a. Massa 1 mol Ca = 40 gram
Maka massa 2 mol Ca = (n) x Ar = 2 x 40 g = 80 gram
b. 40 g Ca = 1 mol
10 g Ca =
10
40
mol = 0,25 mol
c. 1 mol Ca mengandung 6,022 x 1023 atom Ca maka :
0,25 mol Ca mengandung = (0,25) x 6,022 x 10 23 atom Ca = 1,5055 x 1023
atom Ca
d. 6 atom Ca =
6
6,022 𝑥 1023
mol = 0,996 x 10 -23 mol
3 𝑥 1023
e. Massa 3 x 1023 atom Ca = 6,022 𝑥 1023 mol x Ar Ca
= (0,498) (40) g
= 19,92 gram
2. Massa Molar
Berdasarkan definisi SI tentang mol, Tetapan Avogadro dari atom-atom karbon12 akan diperoleh jika kita menimbang secara tepat 12 g isotop C-12. Karena
karbon terdapat di alam dalam campuran dua isotop C-12 dan C-13 maka
massanya merupakan massa rata-rata kedua isotop tersebut, yaitu sebesar
12,011 sma, sehingga sejumlah tetapan Avogadro atom C akan diperoleh jika
kita mengambil 12,011 g karbon-12. Jadi, 1 mol karbon memiliki massa 12,011 g.
Massa dari karbon – 12 ini adalah massa molar (M) didefinisikan sebagai massa
(dalam gram atau kilogram) dari 1 mol entitas (seperti atom atau molekul) zat.
32
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul guru pembelajar
Mata pelajaran Kimia SMA
Perhatikan bahwa angka massa molar karbon-12 (dalam gram) sama dengan
angka massa atomnya dalam sma. Demikian juga, massa atom dari natrium
(Na) adalah 22,99 sma dan massa molarnya adalah 22,99 gram. Massa atom
fosfor adalah 30,97 sma dan massa molarnya adalah 30,97 gram.
Jika kita
mengetahui massa atom dari suatu unsur, maka kita mengetahui juga massa
molarnya.
Dengan menggunakan massa atom dan massa molar, kita dapat menghitung
massa (dalam gram) dari satu atom karbon-12. Dari pembahasan di atas kita
tahu bahwa 1 mol atom karbon-12 beratnya tepat 12 gram. Kita dapat
menuliskan kedalam persamaan :
12,00 g karbon -12 = 1 mol atom karbon – 12
Karena itu kita dapat menuliskan faktor satuannya :
12,00 𝑔 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛−12
1 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛−12
=1
Perhatikan bahwa kita menggunakan satuan mol untuk menggambarkan mol
dalam perhitungan. Sama halnya, karena ada 6,022X 1023 atom dalam 1 mol
atom karbon -12 kita dapatkan :
1 mol atom karbon -12 = 6,022X 1023atom karbon -12
Dan faktor satuannya adalah :
1 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛−12
6,022 𝑥 1023 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛−12
=1
Sekarang kita dapat menghitung massa (dalam gram) satu atom karbon -12
sebagai berikut :
1 atom karbon-12 x
1 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛−12
6,022 𝑥 1023 1 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛−12
x
12,00 𝑔 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛−12
1 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛−12
= 1,993 x 10-23 g karbon -12
Kita dapat mengunakan hasil ini untuk menentukan hubungan antara satuan
massa atom dan gram. Karena massa tiap atom karbon-12 adalah tepat 12 sma,
jumlah dalam gram yang setara dengan 1 sma adalah :
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑠𝑚𝑎
=
1,993 x 10−23g
1 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛−12
x
1 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑘𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛−12
12 𝑠𝑚𝑎
= 1,661x 10-24 g/sma
KEGIATAN PEMBELAJARAN: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
33
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Jadi 1 sma = 1,661x 10-24 g
dan 1 g
= 6,022 x1023 sma
Contoh ini menunjukkan bahwa bilangan
Avogadro dapat digunakan untuk
mengubah satuan massa atom menjadi massa dalam gram dan sebaliknya.
Konsep bilangan Avogadro dan dan massa molar memungkinkan kita untuk
melakukan konversi antara massa dan mol atom, dan antara jumlah atom dan
massa serta menghitung massa dari satu atom. Kita akan menggunakan faktorfaktor satuan ini dalam perhitungan sebagai berikut :
1 mol X
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑋
= 1
1 mol X
6,022 𝑥 101023 atom X
=1
Dimana X melambangkan unsur. Gambar 3 meringkas hubungan antara massa
suatu unsur dan jumlah mol dari unsur tersebut serta antara mol suatu unsur
dan jumlah atom unsur tersebut. Dengan menggunakan faktor satuan yang
benar kita dapat mengubah suatu kuantitas menjadi kuantitas yang lain.
Contoh soal 2 :
Seng (Zn)
adalah logam berwarna perak yang digunakan untuk membuat
kuningan (bersama tembaga) dan melapisi besi untuk mencegah korosi. Ada
berapa gram Zn dalam 0,356 mol Zn?
Penyelesaian :
Untuk mengubah mol menjadi gram kita memerlukan faktor satuan :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑍𝑛
1 𝑚𝑜𝑙 𝑍𝑛
=1
Karena massa molar zn adalah 65,39 g, maka massa Zn adalah 0,356 mol
adalah :
0,356 mol Zn x
65,39 𝑔 𝑍𝑛
1 𝑚𝑜𝑙 𝑍𝑛
= 23,3 gram Zn.
Jadi terdapat 23,3 gram Zn dalam 0,356 mol Zn.
n.NA
m/M
Massa suatu
unsur (m)
Jumlah mol
suatu unsur (n)
n.M
Jumlah atom
suatu unsur (N)
N/NA
Gambar 2. 3. Hubungan antar massa (dalam gram) suatu unsur dan jumlah
mol unsur tersebut, serta antara jumlah mol suatu unsur dan jumlah atom unsur
tersebut.
34
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul guru pembelajar
Mata pelajaran Kimia SMA
Untuk zat yang tersusun dari kumpulan atom (molekul) atau merupakan
pasangan ion-ion maka massa 1 mol zat tersebut sama dengan massa molekul
relatif atau massa rumus relatif zat tersebut dalam gram. Massa molekul relatif
dan massa rumus relatif suatu senyawa dapat diketahui dari penjumlahan massa
atom relatif unsur-unsur penyusun senyawanya. Menurut Anda, berapakah
massa molar dari H2O dan NaCl?
3. Volume Molar
Menurut
Amedeo
Avogadro:
pada
suhu
dan
tekanan
tertentu,
setiap
gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama. Artinya,
gas apapun selama volumenya sama dan diukur pada P dan T yang sama
akan mengandung jumlah molekul yang sama. Jika jumlah molekul gas
sebanyak tetapan Avogadro (L=6,02×1023 molekul) maka dapat dikatakan jumlah
gas tersebut adalah satu mol.
Volume yang ditempati oleh 1 mol suatu gas bervariasi bergantung pada
tekanan dan temperatur. Sebaliknya, banyaknya gas yang terdapat pada suatu
volume tertentu
bervariasi bergantung
pada keadaan
(tekanan dan
temperatur). Oleh karena itu, berkaitan dengan gas diperlukan kondisi tekanan
dan temperatur standar. Berdasarkan perhitungan yang mengacu pada Hukum
Avogadro, pada 0°C dan 1 atm (STP, Standard Temperature and Pressure),
volume satu mol gas adalah 22,4 liter. Volume satu mol gas ini dikenal dengan
volume molar gas, disingkat Vm.
Bagaimana menentukan volum gas yang terlibat dalam suatu reaksi, jika
diketahui massanya? Untuk perhitungan ini harus diketahui dulu hubungan mol
dengan volum pada suhu dan tekanan tertentu. Data percobaan di bawah ini
menunjukkan volum dari beberapa gas pada 273 oK (0oC) dan tekanan 76 cmHg
(1 atm) untuk setiap 1 mol gas.
Tabel 2.1. Volum beberapa gas untuk setiap 1 mol gas
Nama
Oksigen
Nitrogen
Hidrogen
Helium
Karbon Dioksida
Rumus Gas
O2
N2
H2
He
CO2
Massa Molar
(gram)
32
28,02
2,02
4,003
44
Volume Molar
Gas (liter)
22,397
22,402
22,433
22,434
22,260
KEGIATAN PEMBELAJARAN: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
35
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Dari data ini dapat diambil rata-rata volum setiap 1 mol gas pada suhu 0oC dan
tekanan 76 cmHg adalah 22,4 liter. Volume itu disebut volum molar gas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa : Volum molar gas menunjukkan volum satu
mol gas pada keadaan standar. Interkonversi massa zat, jumlah mol, jumlah
partikel dan volume molar ditunjukkan pada gambar 2. 4.
𝑋
𝐴𝑟
atau
𝑋
𝑌
𝑀𝑟
6,02 𝑋 1023
X gram
Y Partikel
n mol
(𝑛)(𝐴𝑟) atau
(𝑛)(𝑀𝑟)
(n) (6,02 x1023
Untuk gas
pada T 0oC
dan p 1 atm
𝑧
22,4
n x 22,4
Z liter
Gambar 2. 4. Interkonversi massa zat, jumlah mol, dan jumlah
partikel dan volume molar
Contoh soal 3 :
Diketahui : suatu gas diukur pada keadaan standar (0oC , 1 atm) :
1) Berapa volume 4,4 g gas CO2 (Mr = 44)
2) Berapa massa dan banyaknya molekul gas SO3 ( Mr= 80) yang terdapat
dalam 11,2 liter gas SO3 ;
3) Berapa liter volume 3,01 x 1022 molekul gas NH3 ?
Penyelesaian :
1) 4,4 g gas CO2 =
4,4
44
mol = 0,1 mol
Volume (STP) 4,4 gram gas CO2 = 0,1 mol x22,4 L mol -1
= 2,24 L
2) 11,2 L gas SO3 =
36
11,2 𝐿
22,4 𝐿 𝑚𝑜𝑙 −1
= 0,5 mol
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul guru pembelajar
Mata pelajaran Kimia SMA
Massa 11,2 L gas SO3 = 0,5 mol x 80 g mol-1 = 40 gram
Banyaknya molekul dalam 11,2 liter gas SO3 = mol x bil. Avogadro
= (0,5 mol) x (6,02 x 1023 molekul mol -1)
= 3,01 x 1023 molekul
3,01 𝑥 1022 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
3) 3,01 x 1022 molekul gas NH3 = 6,02 𝑥1023 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑚𝑜𝑙−1
Volume 3,01 x 1022 molekul gas NH3 = 0,05 mol x 22,4 L mol -1
= 1,12 L
Bagaimana menentukan volume suatu gas pada keadaan tidak standar? Untuk
menentukan volume gas pada suhu dan tekanan tertentu dapat dihitung
menggunakan persamaan gas ideal. Persamaan gas ideal adalah suatu
persamaan yang diturunkan berdasarkan asumsi para pakar kimia dengan
mengacu pada hasil-hasil percobaan seperti Charles, Amonton, Boyle, dan GayLussac.
Hukum Charles menyatakan bahwa: pada tekanan tetap, volume gas
berbanding lurus dengan suhu mutlaknya. Secara matematis dirumuskan
sebagai:
V≈T
Hukum Amonton menyatakan bahwa: pada volume tetap, tekanan gas
berbanding lurus dengan suhu mutlaknya. Secara matematis dirumuskan
sebagai:
P≈T
Boyle dan Gay-Lussac menggabungkan ketiga besaran gas (tekanan,suhu, dan
volume) menghasilkan persamaan berikut:
PV ≈ T
Menurut
Avogadro,
persamaan
tersebut
dapat
ditulis
sebagai:
PV = RT
PV=nRT
R adalah tetapan molar gas yang tidak bergantung pada P, T, dan V,tetapi hanya
bergantung pada jumlah mol gas. Menurut percobaan, nilai R = 0,082 L atm mol–
K–1. Berdasarkan uraian tersebut, persamaan gas ideal dapat ditulis sebagai
1
berikut :
KEGIATAN PEMBELAJARAN: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
37
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Dimana :
P = tekanan gas (atm),
n = mol gas=
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝐴𝑟
V
atau
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
,
𝑀𝑟
= volume gas (L)
T= Temperatur (K)
R= Tetapan gas umum = 0,082 L atm mol-1 K-1
Contoh Soal 4 :
Berapa liter volume 4 g gas metana (CH4) yang diukur pada temperature 37oC
dan tekanan 750 mmHg?
Penyelesaian :
P = 750 mmHg = (
n=
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝐻4
𝑀𝑟 𝐶𝐻4
mol =
750
)
760
4
16
atm;
T = 37oC = (37 +273) K = 310 K
mol = 0,25 mol;
R = 0,082 L atm mol-1 K-1
PV= n R T
V=
𝑛𝑅𝑇
𝑃
0,25 𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,082 𝐿 𝑎𝑡𝑚 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐾−1 𝑥 310 𝐾
=
750
𝑎𝑡𝑚
760
= 6,44 L
Apabila temperatur dan tekanan tidak diketahui dengan bilangan, akan tetapi
diketahui suatu keadaaan yang lain pada temperature dan tekanan yang sama
maka digunakan hipotesis Avogadro.
“Pada temperature dan tekanan yang sama, gas-gas yang bervolume sama
mengandung jumlah mol yang sama”
Contoh Soal 5 :
Pada temperatur dan tekanan tertentu, 0,34 g gas ammonia (NH3), Mr = 17.
bervolume 0,46 L. Pada temperatur dan tekanan yang sama, berapa liter volume
0,28 g gas nitrogen ?
Penyelesaian :
NH3 = 0,34 g =
0,34
17
mol = 0,02 mol
N2 = 0,28 g =
0,28
28
mol = 0,01 mol
Maka pada temperatur dan tekanan yang sama : 0,02 mol gas NH3 bervolume
0,46 L, maka 0,02 mol gas N2 juga bervolume 0,46 L.
Maka 0,01 mol gas N2 bervolume =
38
0,01
0,02
x 0,46 L = 0,23 Liter
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul guru pembelajar
Mata pelajaran Kimia SMA
4. Rumus Empiris, Rumus molekul dan Senyawa Hidrat
Hukum perbandingan tetap merupakan hukum yang mengendalikan penulisan
rumus kimia baik berupa rumus empiris maupun rumus molekul. Jika orang
berhasil menemukan atau membuat
suatu senyawa
maka perlu
dianalisis
unsur-unsur yang terkandung dalam senyawa itu secara kualitatif dan kuantitatif,
atau ditentukan persen komposisi unsurnya secara eksperimen. Sehingga dari
data ini dapat ditentukan rumus empiris dan rumus molekul senyawa tersebut.
a. Rumus Empiris
Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan
perbandingan atom-atom dari berbagai unsur pada senyawa. Kita dapat
menentukan
rumus
empiris
senyawa
jika
kita
mengetahui
persen
komposisinya yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi senyawa
melalui percobaan. Rumus empiris dapat ditentukan dari data:
1) Macam unsur dari senyawa (analisis kualitatif)
2) Persen komposisi unsur (analisis kuantitatif) dan
3) Massa atom relatif unsur-unsur yang bersangkutan.
Cara menentukan rumus empiris suatu senyawa dapat dilakukan dalam
tahap-tahap berikut:
1) Tentukan massa setiap unsur dalam sejumlah massa tertentu senyawa
atau persen massa setiap unsur. Dari data ini dapat diperoleh massa
relatif unsur yang terdapat dalam senyawa.
2) Membagi massa setiap unsur dengan massa atom relatif, sehingga
memperoleh perbandingan mol setiap unsur atau perbandingan atom.
3) Mengubah perbandingan yang diperoleh pada point 2) menjadi bilangan
sederhana dengan cara membagi dengan bilangan bulat terkecil.
Contoh soal 6:
Pada pembakaran 11,5 g etanol dihasilkan 22,0 g gas karbon dioksida (CO2)
dan 13,5 g uap air (H2O). Tentukan rumus empiris dari senyawa etanol
tersebut!
Penyelesaian:
Langkah awal kita hitung massa karbon dan hidrogen dari 11,5 g sampel
awal etanol sebagai berikut:
KEGIATAN PEMBELAJARAN: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
39
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Massa C = 22,0 g CO2 x
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2
44,01 𝑔 𝐶𝑂2
x
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2
x
12,01 𝑔 𝐶
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶
= 6,00 g C
Massa H = 13,5 g H2O x
1 𝑚𝑜𝑙 𝐻2𝑂
18,02 𝑔 𝐻2𝑂
x
2 𝑚𝑜𝑙 𝐻
1 𝑚𝑜𝑙 𝐻2𝑂
x
1,008 𝑔 𝐻
1 𝑚𝑜𝑙 𝐻
= 1,51 g H
Jadi dalam 11,5 g etanol terdapat 6 g karbon dan 1,51 g hidrogen, sisanya
tentulah oksigen yang massanya adalah :
Massa O = massa sampel - (massa C + massa H)
= 11,5 g - (6,00 g + 1,51 g)
= 4,0 gram
Jumlah mol dari tiap unsur dalam 11,5 g etanol adalah :
Massa C = 6,00 g C x
1 𝑚𝑜𝑙 𝐶
12,01 𝑔 𝐶
= 0,500 mol C
1 𝑚𝑜𝑙 𝐻
1,008 𝑔 𝐻
Massa H = 1,51 g H x
= 1,50 g H
Massa O = 4,0 g O x
1 𝑚𝑜𝑙 𝑂
16,00 𝑔 𝑂
= 0,25 mol O
Jadi rumus etanol adalah C0,50 H1,5O0,25.
Karena jumlah atom haruslah berupa bilangan bulat, maka kita bagi dengan
0,25 sehingga kita dapatkan rumus empiris untuk senyawa etanol adalah
C2H6O
b. Rumus Molekul
Rumus molekul yaitu rumus yang menyatakan jenis unsur dan banyaknya
masing-masing unsur yang terkandung dalam satu molekul suatu zat, dimana
harus diketahui terlebih dahulu massa molekul relatifnya.
Rumus molekul menggambarkan jumlah atom sebenarnya dari tiap unsur
dalam molekul suatu senyawa. Rumus molekul merupakan kelipatan bulat
(kelipatan satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya) dari rumus empiris. Oleh
karena itu, rumus molekul suatu senyawa dapat dituliskan sebagai (RE)n,
dengan RE sebagai rumus empiris dan n sebagai bilangan bulat. Rumus
40
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul guru pembelajar
Mata pelajaran Kimia SMA
molekul senyawa baru dapat ditentukan apabila nilai n diketahui. Penentuan
nilai n memerlukan data massa molekul relatif senyawa yang diperoleh dari
percobaan.
Contoh soal 7:
1) Dari hasil analisis kimia yang dilakukan ditemukan bahwa cuplikan
(contoh) senyawa yang bernama Hidrazin terdiri atas 87,42 % massa N
dan 12,58 % massa H. Bagaimanakah rumus empiris dan rumus
molekulnya?
Penyelesaian :
Massa atom N =14, dan H=1
Mol N =
Mol H =
87,42 g N
× 1 mol = 6,24 mol
14 g N
12, 58 g H
× 1 mol = 12, 58 mol
1gH
mol atom N : mol atom H = 6,24 : 12,58. = 1: 2
Rumus empiris hidrazin adalah (NH2)n.
Bagaimana menentukan rumus molekul hidrazin?
Hasil percobaan menunjukkan bahwa Mr(Hidrazin) = 32.
Mr(Hidrazin)
= n [Ar(N) + 2Ar(H)]
32
= 16 n
n
=2
Maka Rumus empiris hidrazin (NH2)n dimana n=2.
Dengan demikian, rumus molekul hidrazin merupakan kelipatan dua dari
rumus empiris hidrazin NH2. Jadi rumus molekul hidrazin adalah N2H4.
2) Suatu senyawa C dan H mengandung 6 gram C dan 1 gram H.
Tentukanlah rumus empiris dan rumus molekul senyawa tersebut bila
diketahui Mr nya = 28!
Penyelesaian
mol C : mol H = 6/12 : 1/1 = 1/2 : 1 = 1 : 2
Jadi rumus empirisnya: (CH2)n
Bila Mr senyawa tersebut = 28, maka:
(CH2)n
= 28
KEGIATAN PEMBELAJARAN: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
41
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
12 n +2 n
= 28
14 n
= 28
n
=2
Jadi rumus molekulnya: (CH2)2 = C2H4
3) Untuk mengoksidasi 20 ml suatu hidrokarbon (CxHy) dalam keadaan gas
diperlukan oksigen sebanyak 100 ml dan dihasilkan CO2 sebanyak 60 ml.
Tentukan rumus molekul hidrokarbon tersebut!
Penyelesaian :
Persamaan reaksi pembakaran hidrokarbon secara umum :
CxHy (g) + (x + 1/4 y) O2 (g)
x CO2 (g) +
1/2 y H2O (l)
Koefisien reaksi menunjukkan perbandingan mol zat-zat yang terlibat
dalam reaksi. Menurut Gay Lussac gas-gas pada P, t yang sama, jumlah
mol berbanding lurus dengan volumenya. Maka:
Mol CxHy
:
mol O2
:
mol CO2
1
:
(x + 1/4 y)
:
x
20
:
100
:
60
1
:
5
:
3
Atau
1:3=1:x
x=3
1 : 5 = 1 : (x + 1/4y)
y=8
Jadi rumus senyawa hidrokarbon tersebut adalah: C3H8
c.
Rumus Senyawa Hidrat
Selain rumus empiris dan rumus molekul kita juga mengenal senyawa
hidrat.
Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengandung sejumlah tertentu
molekul air. Biasanya molekul air yang terikat dalam senyawa tersebut
disebut dengan senyawa air kristal.
Senyawa air Kristal adalah senyawa yang mengandung sejumlah tertentu
molekul air yang terdapat dalam suatu kristal yang dinyatakan dalam
rumus kimianya.
42
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul guru pembelajar
Mata pelajaran Kimia SMA
Contoh Soal 8:
1) Untuk menentukan air kristal yang dibuat dari CuSO4 menjadi CuSO4.
X H2O, maka 4,99 g CuSO4. X H2O dipanaskan hingga membentuk
CuSO4 anhidrat (CuSO4 tidak mengandung air) sebanyak 3,19 g.
Berapa jumlah air kristal dalam CuSO4. X H2O ?
Penyelesaian:
Massa H2O
= massa CuSO4. X H2O - massa CuSO4 anhidrat
= (5,99 – 3,19) g
= 1,8 gram
Perbandingan mol CuSO4 : mol H2O
=
3,19
𝑀𝑟 𝐶𝑢𝑆𝑂4
:
=
3,19
159,5
1,8
18
:
1,8
𝑀𝑟 𝐻2𝑂
=0,02 : 0,1
=1:5
Maka rumus molekul garam CuSO4. X H2O adalah CuSO4. 5 H2O
2) Sebanyak 24,0 gram magnesium sulfat anhidrat bergabung dengan
25,2 gram air membentuk senyawa magnesium sulfat hidrat.
Tentukan rumus senyawa hidrat tersebut. (Mr MgSO 4 = 120, H2O =
18)
Penyelesaian :
Mr MgSO4 = 120
Mr H2O
= 18
Perbandingan mol MgSO4 : mol H2O
=
24,0
𝑀𝑟 MgSO4
=
24,0
120
:
:
25,2
𝑀𝑟 𝐻2𝑂
25,2
18
= 0,2 : 1,4
=1:7
Maka rumus molekul garam MgSO4. X H2O adalah MgSO4. 7 H2O
KEGIATAN PEMBELAJARAN: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
43
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
5. Kadar Zat
Pada umumnya zat yang tersedia dalam kehidupan sehari-hari tidak dalam
keadaan murni tetapi selalu bercampur dengan zat lain. Untuk menyatakan
jumlah zat dalam campuran maka digunakan kemurnian (kadar). Kemurnian
suatu zat dapat ditentukan sebagai berikut:
a. Kemurnian berdasarkan perhitungan % zat
Kemurnian suatu zat =
% 𝑧𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
% 𝑧𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
x 100%
b. Kemurnian berdasarkan perbandingan massa
Kemurnian suatu zat =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
x 100%
Contoh soal 9:
Suatu sampel garam nitrat (AgNO3) mengandung 60,35% perak. Berapa persen
kemurnian perak dalam sampel?
Penyelesaian:
Persentase Ag dalam AgNO3 =
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝐴𝑔 𝑋 𝐴𝑟 𝐴𝑔
𝑀𝑟 𝐴𝑔𝑁𝑂3
1 𝑋 108
170
x 100%
x 100%
= 63,35%
Jika sampel murni AgNO3 maka sampel akan mengandung Ag = 63,35%
Kenyataannya sampel hanya mengandung = 60,35% Ag
Maka kemurnian Ag dalam sampel =
60,35%
63,35%
x 100% = 95%
6. Konsentrasi Larutan
Di laboratorium banyak kita temukan larutan dalam botol yang berlabel, dimana
tertera nama larutan dan konsentrasinya. Misalnya HCl 1 M, NaOH 0,1 M dan
H2SO5 0,5 M. Dalam pembuatan larutan di laboratorium, kita kenal istilah
“konsentrasi”. Bila larutan pekat berarti konsentrasinya tinggi, dan bila larutan
encer berarti larutan tersebut mempunyai konsentrasi rendah. Larutan dengan
konsentrasi tinggi berarti memerlukan lebih banyak zat terlarut daripada larutan
dengan konsentrasi rendah.
Konsentrasi adalah jumlah relatif zat terlarut dan pelarut dalam satuan tertentu
pelarut. Konsentrasi larutan ada yang dinyatakan sebagai kuantitas setiap satuan
44
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul guru pembelajar
Mata pelajaran Kimia SMA
volume dan satuan konsentrasi yang berbeda bergantung pada satuan dari
kuantitas dan volume.
Jenis-jenis konsentrasi adalah:
a. Konsentrasi dalam persen
Persen konsentrasi dapat dinyatakan dengan persen berat (%W/W), persen
volume (%V/V), dan persen berat-volume (%W/V).
1) Persen berat ( %W/W )
Persen berat ( %W/W ) =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡+𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
x 100
2) Persen volume ( %V/V )
Persen berat ( %V/V ) =
𝑚𝐿 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
x 100
3) Persen berat / volume (% W/V )
Persen berat-volume ( %W/V ) =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
x 100
b. Fraksi mol (x)
Fraksi mol A = xA =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝐴
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
Fraksi mol zat terlarut =
Fraksi mol pelarut =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡+𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡+𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
c. Kemolaran (M)
Kemolaran atau konsentrasi Molar (M), Suatu larutan menyatakan jumlah mol
spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan atau jumlah milimol dalam 1 mL larutan.
Kemolaran (M) =
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
d. Kemolalan ( m )
Kemolalan (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram (1 kg)
pelarut.
Kemolalan (m) =
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
1000 𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑘𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
=
KEGIATAN PEMBELAJARAN: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
45
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
D.
Aktivitas Pembelajaran
Setelah mengkaji materi Stoikiometri 2 (konsep mol, volume molar gas, rumus
empiris dan rumus molekul, senyawa hidrat, kadar zat) Anda dapat mempelajari
kegiatan eksperimen yang dalam modul ini disajikan petunjuknya dalam lembar
kegiatan. Untuk kegiatan eksperimen, Anda dapat mencobanya mulai dari
persiapan alat bahan, melakukan percobaan dan membuat laporannya.
Sebaiknya Anda mencatat hal-hal penting untuk keberhasilan percobaan. Ini
sangat berguna bagi Anda sebagai catatan untuk mengimplementasikan di
sekolah.
Lembar Kerja 1.
VOLUM MOLAR GAS
I.
Pendahuluan
Hipotesis Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolum sama mengandung jumlah
molekul yang sama pula, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama. Hal itu berarti
bahwa gas-gas dengan jumlah molekul sama akan mempunyai volum yang sama pula,
jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama. Oleh karena 1 mol setiap gas mempunyai
jumlah molekul sama (yaitu 6,02 x 1023 molekul), maka pada suhu dan tekanan yang
sama. Bagaimana dengan volume gas pada suhu dan tekanan tertentu? Untuk
menentukannya cobalah lakukan percobaan berikut.
II.
Tujuan Percobaan
Menentukan volum molar gas hidrogen
III. Alat dan bahan
Alat-alat:
- Bejana air
- Gelas ukur
- Pipa bengkok
- Corong pisah
- Labu dasar rata bertutup
Bahan:
- Pita magnesium
- HCl 1 M
- Ampelas
IV. Cara kerja
1. Ampelaslah pita magnesium sepanjang 50 cm hingga bersih, kemudian timbang
dengan teliti. Potonglah pita magnesium sepanjang 4 cm. Tentukan massa potongan
pita magnesium tersebut.
2. Masukkan potongan pita magnesium kedalam labu dasar datar. Siapkan air di dalam
gelas ukur terbalik dalam bejana air seperti pada gambar (dalam gelas ukur jangan
ada gelembung gas).
3. Susun peralatan seperti pada gambar di bawah.
46
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul guru pembelajar
Mata pelajaran Kimia SMA
4. Teteskan larutan HCl 1 M ke dalam labu. Biarkan reaksi berlangsung sampai seluruh
pita magnesium habis bereaksi. Segera tutup corong bila semua magnesium telah
bereaksi.
5. Amati perubahan volum air dalam silinder ukur.
6. Catat volume gas H2 yang terbentuk dengan menghitung perubahan volum air dalam
silinder ukur dari volum awalnya.
7. Ukur suhu air dalam bejana dan tekanan udara.
Perhatian: HCl adalah zat yang bersifat asam, jika terkena kulit
segera siram dengan air sebanyak-banyaknya dan laporkan kepada
gurumu.
V.
Tabel Pengamatan
Massa 50 cm pita Magnesium
Panjang potongan pita magnesium
Massa potongan pita magnesium
Volum gas H2 yang terbentuk
Suhu air dalam bejana
Tekanan Udara
......................... gram
.......................... cm
......................... gram
......................... ml
......................... ºC
......................... mmHg
VI. Pertanyaan
Berdasarkan hasil pengamatan di atas jawablah pertanyaan berikut:
1. Mengapa pita magnesium yang digunakan harus diampelas terlebih dahulu?
........................................................................................................................................
2. Gas apa yang terbentuk dalam silinder ukur?
........................................................................................................................................
3. Tuliskan reaksi yang terjadi antara pita magnesium dengan asam klorida tersebut!
........................................................................................................................................
4. Dengan data volum gas hidrogen yang terbentuk, hitung volum molar gas pada suhu
dan tekanan percobaan!
........................................................................................................................................
5. Berapakah volum 1 mol gas O2 pada suhu dan tekanan yang sama dengan suhu dan
tekanan udara dalam percobaan ini?
........................................................................................................................................
Catatan:
-
Alat-alat untuk percobaan ini dapat pula hanya menggunakan gelas ukur 100 mL
dan bejana air. Caranya gelas ukur isi dengan HCl setengahnya kemudian
tambahkan air sampai penuh, tutup dengan kertas dan balikkan didalam bejana air.
Jangan sampai ada udara pada gelas ukur. Selanjutnya masukkan logam Mg yang
sudah dibentuk spiral dari bawah gelas ukur. Ukur volume gas yang dihasilkan.
KEGIATAN PEMBELAJARAN: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
47
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
E. Latihan/Kasus/Tugas
Soal Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Jumlah molekul didalam 128 gram kristal belerang rombic (Ar S= 32, L= 6 x
1023) adalah ...
A. 0,25 x 6 x 1023
B. 0,50 x 6 x 1023
C. 1 x 6 x 1023
D. 2 x 6 x 1023
2. Pada suhu dan tekanan tertentu terjadi pembakaran sempurna gas C2H6
oleh 3,5 liter gas O2 dengan persamaan reaksi:
C2H6 (g) + O2 (g)
CO2 (g) + H2O
Volume gas CO2 yang dihasilkan adalah …
A. 2 liter
B. 3,5 liter
C. 5 liter
D. 6 liter
3. Vitamin C memiliki rumus struktur sebagai berikut.
H
O
H O C C
H C O
C O
H O C H
H C O H
H
Manakah di bawah ini yang merupakan rumus empiris dari vitamin C?
A. C2H3O2
B. C3H4O3
C. C4H5O4
D. C5H8O5
4. Senyawa hidrokarbon terdiri dari 80% karbon dan sisanya hidrogen, jika
massa molekul relatif senyawa tersebut sama dengan 30 maka rumus
senyawa tersebut adalah...
A. CH4
B. C2H6
C. C2H4
D. C3H8
5. Untuk menentukan air kristal dalam senyawa natrium fosfat berhidrat, 38
gram garam ini dipanaskan hingga semua air kristalnya menguap, massa
yang tersisa sebanyak 16,4 gram, menurut reaksi:
Na3PO4 xH2O → Na3PO4 + xH2O
Rumus senyawa Natirum fosfat berhidrat adalah...
A. Na3PO4 . 5 H2O
B. Na3PO4. 7 H2O
48
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul guru pembelajar
Mata pelajaran Kimia SMA
C. Na3PO4. 10 H2O
D. Na3PO4. 12 H2O
Soal Uraian
1.
Reaksi di bawah ini diukur pada suhu dan tekanan yang sama.
C3H6(g) + O2(g)  CO2(g) + H2O(l)
Jika telah bereaksi 36 liter gas O2, maka tentukan:
a. koefisien reaksi
b. Volume gas C3H6 yang bereaksi
c. Volume CO2 dan H2O yang dihasilkan
2.
Sejumlah logam aluminium direaksikan dengan 300 mL larutan asam sulfat
0,1 M, menurut reaksi:
Al(s) + H2SO4(aq  Al2(SO4)3(aq) + H2(g)
Jika Ar Al=27; H=1; S=32; O= 16, tentukan:
a. massa logam aluminium yang bereaksi
b. volume gas hidrogen yang terjadi pada keadaan standar
c. massa aluminium sulfat yang dihasilkan
3.
Satu liter gas CxHy dibakar menurut reaksi:
CxHy(g) + O2(g)  CO2(g) + H2O(l)
Pada pembakaran ini diperlukan 4 liter gas oksigen dan dihasilkan 3 liter
gas karbondioksida. Volume gas-gas ini diukur pada suhu dan tekanan
yang sama., tentukan rumus CxHy !
4.
Pirimidin tersusun dari 60% karbon, 5% hidrogen, dan sisanya nitrogen.
Tentukan:
a. rumus empirisnya
b. rumus molekulnya jika diketahui 1 gram pirimidin mengandung 7,5 x
1021 molekul
5.
Sebanyak 3,8 gram magnesium klorida dilarutkan dalam air dan volume
larutan dijadikan tepat 200 mL (Ar Mg = 24; Cl = 35,5)
a. Tentukan kemolaran larutan.
b. Berapa ml air harus ditambahkan ke dalam 20 mL larutan
sehingga konsentrasinya menjadi 0,05 M.
c. Sebanyak 50 mL larutan itu dicampurkan dengan 150 mL larutan
magnesium klorida 0,4 M, tentukan molaritas campuran ini.
F.
Rangkuman
Mol adalah jumlah zat suatu sistem yang mengandung sejumlah besaran
elementer (atom, molekul dsb) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram
tepat isotop karbon-12 (12C). Satu mol unsur mempunyai massa yang besarnya
sama dengan massa atom unsur tersebut dalam gram. Massa 1 mol zat disebut
dengan massa molar. Pada keadaan standar (0oC, 1 atm), 1 mol gas bervolume
22,4 L dan mengandung jumlah partikel yang sama (6,02 x 1023 molekul).
KEGIATAN PEMBELAJARAN: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
49
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan
perbandingan atom-atom dari pelbagai unsur pada senyawa. Rumus molekul
yaitu rumus yang menyatakan jenis unsur dan banyaknya masing-masing unsur
yang terkandung dalam satu molekul suatu zat, dimana harus diketahui terlebih
dahulu massa molekul relatifnya.
Selain rumus empiris dan rumus molekul kita juga mengenal senyawa hidrat
yaitu senyawa yang mengandung sejumlah tertentu molekul air. Biasanya
molekul air yang terikat dalam senyawa tersebut disebut dengan senyawa air
kristal adalah banyaknya molekul air yang terdapat dalam suatu kristal yang
dinyatakan dalam rumus kimianya.
Konsentrasi adalah jumlah relatif zat terlarut dan pelarut dalam satuan tertentu
pelarut. Konsentrasi larutan ada yang dinyatakan sebagai kuantitas setiap satuan
volume dan satuan konsentrasi yang berbeda bergantung pada satuan dari
kuantitas dan volume.
G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Setelah menyelesaikan tes formatif 1 ini, Anda dapat memperkirakan tingkat
keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat
pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda
sudah melebihi 80%, silakan Anda terus mempelajari Kegiatan Belajar
selanjutnya. Namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari
80%, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan belajar ini.
50
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: STOIKIOMETRI 2
KELOMPOK KOMPETENSI B
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3:
REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
Beberapa reaksi kimia dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi reduksioksidasi (reaksi redoks), contohnya reaksi yang terjadi pada aki dan baterai
sebagai sumber energi, penyepuhan logam-logam dan perkaratan besi. Materi
sel elektrolisis merupakan bagian dari Elektrokimia merupakan materi kimia
SMA/MA, di dalam kurikulum termasuk bahan kajian Kelas XII Semester 1
dengan Kompetensi inti ”Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah”.
Kompetensi
dasar
yang
harus
dicapai
siswa
adalah:
3.3)
Mengevaluasi gejala atau proses yang terjadi dalam contoh sel elektrokimia (sel
volta dan sel elektrolisis) yang digunakan dalam kehidupan; 4.3) Menciptakan
ide/gagasan/produk sel elektrokimia; 4.4) Mengajukan ide/gagasan untuk
mencegah dan mengatasi terjadinya korosi; 4.5) Memecahkan masalah terkait
dengan perhitungan sel elektrokimia.
A. Tujuan
Setelah belajar dengan modul ini diharapkan Guru Pembelajar dapat:
1. memahami konsep sel volta;
2. memahami diagram sel volta;
3. memahami reaksi redoks pada sel volta;
4. memahami konsep korosi.
B. Indikator Ketercapaian Kompetensi
1. menjelaskan konsep sel volta melalui percobaan;
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
51
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
2. mendeskripsikan diagram sel volta melalui gambar;
3. mengurutkan unsur-unsur pada deret volta berdasarkan percobaaan reaksi
spontan;
4. menjelaskan reaksi redoks pada sel volta melalui percobaan;
5. menghitung potensial sel berdasarkan data potensial standar;
6. mengidentifikasi faktor-faktor penyebab korosi;
7. menuliskan reaksi redoks dalam proses korosi.
C. Uraian Materi
Sel volta (atau sel Galvani) adalah sel elektrokimia yang melibatkan reaksi
redoks spontan dan menghasilkan arus listrik.
1. Reaksi Spontan
Reaksi reduksi oksidasi dapat dipecah menjadi dua setengah sel reaksi yaitu
reaksi oksidasi dan reduksi yang dapat memberi penjelasan tentang reaksi
spontan, dan reaksi spontan yang terjadi pada suatu batre dapat digunakan
sebagai sumber arus listrik. Reaksi redoks akan terjadi jika ke dalam larutan
tembaga sulfat ditambahkan logam seng, di mana warna biru larutan semakin
pudar dan logam tembaga akan menempel pada seng. Suhu larutan akan naik,
karena reaksi ini reaksi eksoterm, persamaan reaksinya dapat di tulis sebagai
berikut.
2+
2+
Zn(s) + Cu (aq) Zn (aq) + Cu(s)
(1)
Pada Gambar 3.1 menjelaskan tentang proses terjadinya reaksi reduksi-oksidasi
a. Logam seng dicelupkan kedalam larutan CuSO4 yang berwarna biru.
b. Logam seng larut dengan memberi elektron pada ion Cu2+ dari
CuSO4(aq), ion Cu2+ berubah menjadi tembaga yang berupa endapan.
c. Pada akhirnya larutan menjadi tidak berwarna yang mengandung ion Zn2+
dan ion Cu2+ mengendap sebagai logam Cu.
52
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Larutan tembaga sulfat CuSO4 (aq) terdiri atas larutan ion tembaga dan ion sulfat,
demikian juga seng sulfat terdiri dari larutan ion seng dan ion sulfat, karena
dalam reaksi ini ion sulfat tidak berperan, maka dapat dituliskan persamaan
reaksi ion, yang melibatkan spesi yang terlibat pada reaksi tersebut, yaitu:
2+
2+
Zn(s) + Cu (aq)  Zn (aq) + Cu(s)
Persamaan ini dapat dipecah menjadi dua setengah reaksi yaitu:
2+
Zn(s)  Zn (aq) + 2e reaksi melepaskan elektron
2+
Cu (aq) + 2e
 Cu(s) Reaksi menerima elektron
2+
Pada reaksi ini elektron berpindah secara langsung dari seng ke ion Cu .
Sebaliknya jika logam tembaga dicelupkan dalam larutan ZnSO4 (seng sulfat)
yang tidak berwarna tidak terjadi perubahan apapun, hal ini dapat dijelaskan
bahwa seng lebih mudah melepaskan elektron dari pada tembaga, atau seng
reduktor lebih kuat dari tembaga. Pada sistem reaksi yaitu reaksi pada tembaga
dan seng. Jika sistem tersebut dibuat terpisah, perpindahan elekron akan terjadi
tidak langsung atau tidak spontan.
2. Sel Galvani atau Sel Volta
Sel Galvani atau disebut juga dengan sel Volta adalah sel elektrokimia yang
dapat menyebabkan terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang
spontan. Reaksi redoks spontan yang dapat mengakibatkan terjadinya energi
listrik
ini
ditemukan
oleh Luigi
Galvani dan Alessandro
Guiseppe
Volta.
Perhatikan Gambar 3.2 memperlihatkan komponen penting dari sel Volta.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
53
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
(a)
(b)
Gambar 3.2 (a) Sel Galvani Jembatan garam (tabung U terbalik)
berisi larutan Na2SO4 berfungsi sebagai medium penghantar listrik di
antara kedua larutan. Arus elektron mengalir keluar dari elektroda Zn
(anoda) menuju elektroda Cu (katoda), (b) keadaan anoda Zn dan
Katoda Cu setelah terjadi reaksi.
(Sumber: Siberberg, 2007, Principles of General Chemistry)
Sel Volta terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
1.
voltmeter, untuk menentukan besarnya potensial sel.
2.
jembatan garam (salt bridge), untuk menjaga kenetralan muatan listrik pada
larutan.
3.
anode, elektrode negatif, tempat terjadinya reaksi oksidasi. pada gambar,
yang bertindak sebagai anode adalah elektrode Zn/seng (zink electrode).
4.
katode, elektrode positif, tempat terjadinya reaksi reduksi. pada gambar,
yang bertindak sebagai katode adalah elektrode Cu/tembaga (copper
electrode).
Proses Pada Sel Volta
Pada bagian 1. Reaksi Spontan, kita melihat bahwa ketika sepotong logam seng
ditempatkan dalam larutan CuSO4, Zn teroksidasi menjadi ion Zn2+ sedangkan
ion Cu2+ direduksi menjadi logam tembaga (lihat Gambar 2):
2+
2+
Zn(s) + Cu (aq)  Zn (aq) + Cu (s)
54
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
(1)
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Elektron ditransfer langsung dari zat pereduksi (Zn) ke zat pengoksidasi (Cu 2+)
dalam larutan. Namun, jika kita melihat bahwa zat pengoksidasi terpisah dari zat
pereduksi, transfer elektron dapat dilakukan melalui media penghantar (kawat
logam). Saat reaksi berlangsung, ditetapkan aliran elektron yang konstan dan
dikarenakan menghasilkan listrik (yaitu menghasilkan kerja listrik, seperti
mengendarai sebuah motor listrik).
Pada Gambar 3.3 terlihat logam Zn dalam keadaan kontak dengan salah satu
larutan garamnya yaitu larutan ZnSO4 dihubungkan dengan logam Cu yang juga
dalam keadaan kontak dengan salah satu larutan garamnya yaitu larutan CuSO 4
melalui kawat penghantar listrik dan antara kedua larutan tersebut dihubungka
dengan jembatan garam (berisi larutan elektrolit).
Gambar 3.3. Sel Galvani. Jembatan garam (tabung U terbalik) yang berisi larutan
KCl sebagai media penghantar antara dua larutan. Ujung pada tabung U ditutup
kapas untuk mencegah larutan KCl mengalir ke dalam wadah ketika anion dan
kation bergerak. Elektron mengalir dari elektroda Zn (anoda) ke elektroda Cu
(katoda)
(Sumber: Chang Raymond, 2008, General Chemistry The Essential Concepts Fifth
Edition)
Pada reaksi tersebut, Zn melepaskan elektron. Elektron yang dilepas mengalir ke
katoda Cu yang berhubungan langsung dengan ion Cu2+ (hasil ionisasi
CuSO4(aq) 
Cu2+(aq)
+
SO42-(aq)) melalui kawat penghantar sehingga
mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu. Perubahan ion Cu2+ menjadi Cu mengakibatkan
larutan pada katoda kelebihan ion SO42-(aq). Kelebihan ion SO42- ini mengalir ke
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
55
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
anoda melalui jembatan garam (suatu tabung yang berisi larutan elektrolit,
biasanya NaNO3 atau KCl) untuk mengimbangi kelebihan ion Zn2+ yang terdapat
dalam larutan anoda. Kedua proses tersebut membantu kelistrikan setengah sel
tetap netral.
Tanpa adanya jembatan garam, netralisasi kelistrikannya tidak
dapat dipertahankan. Akibatnya sel tidak dapat menghasilkan arus listrik.
Menurut konvensi, dalam sel Volta, bagian anoda (bagian yang mengalami
oksidasi) disebut elektroda negatif dan katoda disebut elektroda positif.
Reaksi yang terjad :
Pada anoda, logam Zn melepaskan elektron dan menjadi Zn2+ yang larut.
Zn(s) → Zn2+ (aq) + 2ePada katoda, ion Cu2+ menangkap elektron dan mengendap menjadi logam
Cu.
Cu2+ (aq) + 2e- → Cu(s)
hal ini dapat diketahui dari berkurangnya massa logam Zn setelah reaksi,
sedangkan massa logam Cu bertambah. Reaksi total yang terjadi pada sel
galvani tersebut adalah:
Zn(s) + Cu 2+(aq) → Zn2+ (aq) + Cu(s)
Penulisan diagram selnya adalah sebagai berikut :
Zn(s), Zn2+(aq)Cu2+ (aq) + Cu(s), Eo = 1,1 volt
Sel Volta dinotasikan dengan cara yang telah disepakati (untuk sel Zn/Cu2+)
Zn(s)|Zn2+(aq)║Cu2+(aq)|Cu(s)
Bagian anoda (setengah sel oksidasi) dituliskan disebelah kiri bagian katoda.
Garis lurus menunjukkan batas fasa yaitu adanya fasa yang berbeda
(aqueous vs solid) jika fasanya sama maka digunakan tanda koma.
3. Potensial Sel (Esel)
Arus listrik mengalir dari anoda ke katoda karena ada selisih energi potensial
listrik di antara kedua elektroda. Dalam percobaan selisih potensial listrik di
antara anoda dan katoda diukur dengan voltmeter (Gambar 3.4) dan angkanya
(dalam volt) disebut Potensial Sel (Esel).
56
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Gambar 3.4 Sel volta berdasarkan persamaan reaksi (1)
(Sumber: Brown, Chemistry The Central Science 11E, 2009)
Perbedaan kecenderungan teroksidasi menghasilkan perbedaan muatan antara
elektroda Zn dan elektroda Cu.
Perbedaan muatan itu menyebabkan beda
potensial listrik antara Zn dan dan Cu yang mendorong elektron mengalir. Selisih
potensial itu disebut potensial sel dan diberi lambang Esel. Potensial sel disebut
juga gaya gerak listrik (ggl = emf atau elektromotive force). Apabila konsentrasi
ion Zn2+ dan Cu2+ masing-masing 1 M, maka sel volta pada Gambar 3.2 itu
mempunyai potensial 1,1 volt. Potensial sel yang diukur pada 25 °C dengan
konsentrasi ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm disebut potensial sel standar
dan diberi lambang E°sel.
1) Potensial Elektroda
Pengukuran
potensial
sel
kecenderungan logam-logam
reduksi.
dapat
digunakan
untuk
membandingkan
atau spesi lain untuk mengalami oksidasi atau
Misalnya, jika elektroda ZnZn2+ pada Gambar 3.2 diganti dengan
elektroda AgAg+, ternyata elektron mengalir dari elektroda Cu ke elektroda Ag
menghsilkan potensial standar (E°sel) = 0,45 volt. Jadi, tembaga lebih mudah
teroksidasi daripada perak. Berdasarkan data di atas, urutan kecenderungan
teroksidasi dari logam-logam Zn, Cu, dan Ag adalah Zn > Cu > Ag. Untuk
membandingkan kecenderungan oksidasi atau reduksi dari suatu elektroda, telah
ditetapkan suatu elektroda pembanding, yaitu elektroda pembanding hidrogen
standar (SHE-Standard Hydrogen Electroda) (lihat Gambar 3.4).
Elektroda
hidrogen standar terdiri atas gas H2 dengan tekanan 1 atmosfer yang dialirkan ke
dalam larutan asam (H+) 1 M melalui logam inert, yaitu platina pada temperatur
25 °C.
Serbuk platina digunakan agar diperoleh luas permukaan sebesar
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
57
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
mungkin untuk mengadsorpsi gas H2. Ditetapkan elektrode hidrogen (E°hidrogen)
mempunyai harga potensial = 0,00 volt.
Penentuan E° untuk Zn dan Cu dapat di lihat pada Gambar 8.
(a)
(b)
Gambar 3.5 Mengukur potensial standar elektroda Zn2+/Zn (a) dan Cu2+/Cu (b)
(Sumber: General Chemistry, Petrucci)

Cu2+ tereduksi menjadi Cu dalam reaksinya dengan H2, maka
notasi selnya:
PtH2(g, 1 atm) H+(1 M) ‖Cu2+(1 M)Cu(s) E°sel
=
+0,340 V
elektroda potensial standar untuk pasangan Cu / Cu2+ dapat
ditulis sebagai berikut:
𝑜
𝐸𝑠𝑒𝑙
= 𝐸 𝑜 (𝑟𝑖𝑔ℎ𝑡) − 𝐸 𝑜 (𝑙𝑒𝑓𝑡) =
(katoda
)
(anoda)
𝑜
𝑜
𝑜
𝐸𝑠𝑒𝑙
= 𝐸𝐶𝑢
= 0,340 𝑉
2+ /𝐶𝑢 − 𝐸𝐻 2+ /𝐻
2
𝑜
= 𝐸𝐶𝑢
2+ /𝐶𝑢 − 0 𝑉 = 0,340 𝑉
𝑜
𝐸𝐶𝑢
2+ /𝐶𝑢 = 0,340 𝑉
dengan demikian, standar reduksi setengah - reaksi adalah
Cu2+ (1M)
+ 2e-
Cu(s)
E° Cu2+Cu = +
0,340 V

Zn teroksidasi menjadi Zn2+ dalam reaksinya dengan H2,
maka notasi selnya:
Pt H2(g, 1 atm)  H+(1 M)  Zn2+( 1 M) Zn(s)
58
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
E°sel = -0,76 V
elektroda potensial standar untuk pasangan Zn2+ / Zn dapat
ditulis sebagai berikut:
𝑜
𝐸𝑠𝑒𝑙
= 𝐸 𝑜 (𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛) − 𝐸 𝑜 (𝑘𝑖𝑟𝑖)
𝑜
= 𝐸𝑍𝑛
2+ /𝑍𝑛 − 0 𝑉 = −0,763 𝑉
𝑜
𝐸𝑍𝑛
2+ /𝑍𝑛 = −0,763 𝑉
dengan demikian, standar reduksi setengah - reaksi adalah
Zn2+ (1M)
+ 2e-
→
Zn(s)
E° ZnZn2+ = - 0,763 V
Pada penentuan E° untuk Zn dan Cu di atas, kita juga dapat melihat bahwa
elektroda pembanding hidrogen dapat tereduksi di katoda, atau teroksidasi di
anoda.
Reaksi reduksi untuk elektroda H2 :
2 H+ (aq) + 2e-
→
H2 (g)
Reaksi oksidasi untuk elektroda H2 :
H2(g)
→
2 H+ (aq) + 2e-
Karena potensial reduksi standar H+  H2 ditetapkan 0, maka :
-
Elektroda yang lebih mudah mengadakan reaksi reduksi dibandingkan
dengan elektroda H2 memiliki harga potensial reduksi positif.
-
Elektroda yang lebih sukar mengadakan reaksi reduksi dibandingkan
dengan elektroda H2 memiliki harga potensial reduksi negatif.
Maka jika elektroda Zn dihubungkan dengan elektroda H2, besarnya
potensial yang terukur ialah potensial elektroda Zn itu sendiri.
Potensial
reduksi
(E°reduksi)
:
menyatakan
besarnya
kecenderungan
(kemampuan) untuk menerima elektron.
Potensial oksidasi (E°oksidasi) : menyatakan besarnya kecenderungan
(kemampuan) untuk melepaskan elektron.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
59
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Menurut kesepakatan (konvensi), potensial elektroda dikaitkan dengan
reaksi reduksi. Jadi, potensial elektroda sama dengan potensial reduksi.
Adapun potensial oksidasi sama nilainya dengan potensial reduksi, tetapi
tandanya berlawanan.
E°oksidasi = - E°reduksi
Harga potensial elektroda standar (E°) dari berbagai elektroda diberikan
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Daftar Potensial Reduksi pada 25 °C Standar
(Sumber: General Chemistry, Petrucci)
60
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
2) Deret Volta
Susunan unsur-unsur berdasarkan potensial elektrode standarnya disebut deret
elektrokimia atau deret volta. Umumnya deret volta yang sering dipakai adalah
adalah:
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt Au
Pada Deret Volta, unsur logam dengan potensial elektrode lebih negatif
ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial elektrode yang
lebih positif ditempatkan di bagian kanan.
Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka

Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron)

Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin mudah mengalami
oksidasi)
Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam dalam deret tersebut,
maka

Logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas elektron)

Ion logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin mudah
tereduksi)
Fungsi dari deret logam volta adalah untuk mengetahui apakah reaksi tersebut
bisa berlangsung spontan atau tidak, jadi unsur yang berada di kiri mampu
mereduksi unsur yang berada disebelah kanannya.
Deret logam semacam ini bisanya disebut deret keaktifan logam dengan
Hidrogen sebagai pembanding. Logam di sebelah kiri H bereaksi dengan air
sedangkan di sebelah kanan tidak bereaksi dengan air. K, Na, Ca, dan Mg dapat
bereaksi dengan air, kalium lebih kuat bereaksi dengan air. Al, Zn, dan Fe
bereaksi dengan uap air, dan tidak bereaksi dengan air dingin. Logam lain mulai
dengan Pb ke kanan tidak bereaksi dengan uap air maupun air dingin.
Ada hal yang perlu diperhatikan pada tabel potensial elektroda. Natrium
mempunyai potensial yang kurang nergatif dibandingkan dengan kalsium tetapi
natrium lebih kuat berekasi dengan air dibandingkan dengan kalsium. Hal yang
lain yaitu harga potensial pada tabel hanya berlaku pada keadaan standard.
Potensial Sel (Esel)
Telah dijelaskan bahwa adanya beda potensial antara elektroda Zn dan
elektroda Cu pada sel volta memungkinkan elektron mengalir dari Zn ke Cu pada
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
61
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
rangkaian luar. Kemampuan suatu sel elektrokimia untuk mendorong elektron
mengalir melalui rangkaian luar ini disebut Potensial Sel (Esel). Nilai Esel dapat
diukur menggunakan voltmeter atau multimeter.
Nilai Esel bergantung pada suhu dan konsentrasi zat.
Suatu nilai potensial sel standar (E°sel) telah ditetapkan sebagai nilai E yang
diukur pada suhu 25 °C dan zat dalam larutan sebesar 1,0 M.
(Untuk gas,
konsentrasi dinyatakan sebagai tekanan gas dengan tekanan standar sebesar 1
atm). Sebagai contoh,
Zn(s)Zn2+(aq, 1 M)‖Cu2+(aq, 1 M)Cu(s)
E°sel = + 1,1 V
Suatu sel elektrokimia dua setengah sel, yakni setengah sel oksidasi dan
setengah sel reduksi. Dalam setengah sel oksidasi, kemampuan setengah sel
untuk melepaskan elektron disebut potensial oksidasi.
Sedangkan dalam
setengah sel reduksi, kemampuan setengah sel untuk menyerap elektron disebut
potensial reduksi. Keduanya disebut potensial elektroda (E) dan dilambangkan
dengan Eoksidasi dan Ereduksi. Nilai potensial sel dari suatu elektrokimia merupakan
gabungan Eoksidasi dan Ereduksi.
Esel
Ereduksi - Eoksidasi
=
(katoda)
(anoda)
atau
Esel
=
Eoksidasi + Ereduksi
(anoda)
Pada kondisi standar, persamaan reaksi ini dapat ditulis sebagai :
E°sel
=
E° oksidasi + E° reduksi
(anoda)
(katoda)
Kegunaan potensial reduksi standar, E°, pada tabel
Data E° di tabel mempunyai kegunaan, tiga di antaranya adalah:
(i)
Meramalkan kemampuan oksidasi dan reduksi dari zat
Semakin positif nilai E°, semakin bertambah daya oksidasi zat, atau zat merupakan
oksidator yang baik. Sebaliknya, semakin negatif nilai E°, semakin bertambah daya
reduksi zat, atau zat merupakan reduktor yang baik
62
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
(ii)
Menghitung E°sel
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menghitung E°sel menggunakan data E°
setengah sel di tabel, yakni:
-
Menghitung E°sel berdasarkan selisih potensial elektroda di katoda dan
anoda
Rumus yang digunakan adalah Esel
=
Ekatoda - Eanoda
Di mana:
Ekatoda = potensial reduksi standar (E°) dari unsur tereduksi di katoda.
Eanoda = potensial reduksi standar (E°) dari unsur teroksidasi di anoda.
-
Menggunakan persamaan reaksi sel
Tulis persamaan setengah reaksi oksidasi di anoda dan setengah reaksi
reduksi di katoda. Lalu, sertakan nilai E° masing-masing.
Tanda E° di anoda harus berlawanan dengan tanda yang diberikan pada
tabel. Sedangkan tanda E° di katoda sesuai dengan tabel.
Nilai E°sel adalah jumlah E° di anoda dan di katoda.
(iii)
Anoda :
Katoda :
.............. →
.............. + nē
Sel
...................
:
→
.............. + nē
→
..............
...................
E° = (E di tabel)
E° = (E di tabel)
E°sel = ............
+
Meramalkan reaksi redoks spontan
Apakah semua anoda dan katoda yang dipasangkan akan menghasilkan reaksi
redoks? Suatu reaksi redoks dapat berlangsung jika ada perbedaan potensial
positif di antara kedua setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi.
Jadi, reaksi redoks dalam sel akan berlansung dengan sendirinya atau
berlangsung spontan jika potensial sel yang dihasilkannya bertanda positif.
Jika E°sel > 0 atau E°sel (+), reaksi berlangsung spontan.
Jika E°sel < 0 atau E°sel (-), reaksi berlangsung tidak spontan.
Hal ini dapat dipahami dengan lebih jelas melalui contoh pada Gambar 9
berikut.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
63
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Gambar 3.6 Meramalkan apakah suatu reaksi redoks berlangsung spontan
atau tidak spontan.
5. Sel Volta dalam kehidupan Sehari-hari
Sel Volta yang banyak digunakan sebagai sumber energi primer yang mudah
digunakan. Rangkaian sel volta dengan jembatan garam di atas jarang ditemui
dalam kehidupan sehari-hari.
Sel volta yang digunakan saat ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni sel primer, sel sekunder, dan sel
bahan bakar.
1) Sel primer
Pada sel primer, reaksi redoks yang terjadi tidak dapat balik. Sel primer hanya
sekali pakai dan tidak dapat diisi ulang. Contoh baterai yang tergolong sel primer
adalah
baterai kering seng-karbon, alkaline, merkuri, perak oksida, dan
Li/SOCl2.
2)
Sel sekunder
Pada sel sekunder, sel dapat diisi ulang dengan proses elektrolisis untuk
mengembalikan
anoda dan katoda ke kondisi awal.
Contoh baterai yang
tergolong sel sekunder adalah baterai Pb (aki), baterai Ni-Cd, NiMH, dan baterai
ion lithium.
Korosi Besi
Bentuk yang paling umum dari korosi adalah karat besi. Fakta-fakta korosi besi:
1. Harus ada kelembaban dan oksigen
2. Besi berkarat lebih cepat pada pH rendah ([H+] tinggi).
3. Besi berkarat lebih cepat jika bersentuhan dengan larutan ion.
64
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
4. Besi berkarat lebih cepat jika bersentuhan dengan logam yang kurang aktif
(seperti Cu) dan lebih lambat bersentuhan dengan logam yang lebih aktif
(seperti Zn).
Contoh:
Fe(s)
 Fe2+ (aq) + 2e- [daerah anodik; oksidasi]
Pada daerah katodik ini, elektron dilepaskan dari atom besi mereduksi molekul
O2:
O2 (g) + 4H+ (aq) + 4e-
 2H2O (l) [daerah katodik; reduksi]
A
B
Gambar 3.7
Korosi Besi. A, A tampilan dekat dari permukaan besi. Korosi
biasanya terjadi pada permukaan yang tidak teratur. B, Sebuah gambaran
skematis dari area kecil permukaan, menunjukkan langkah-langkah dalam
proses korosi.
(Sumber : Petrucci, R.H. 2007. General Chemistry; Principles and Modern Application.
Jilid 1-3. Edisi kesembilan)
Terlihat proses redoks selesai secara keseluruhan; dengan demikian, hilangnya
besi terjadi tanpa pembentukan karat:
2Fe(s) + O2 (g) + 4H+ (aq)  2Fe2+ (aq) + 2H2O (l)
Karat yang terbentuk melalui reaksi redoks lain di mana reaktan berhubungan
langsung. Ion Fe2+ yang terbentuk awalnya di daerah anodik yang di sekitarnya
ada air dan bereaksi dengan O2, sering agak jauh dari lubang. Reaksi
keseluruhan untuk tahap ini adalah
2Fe2+ (aq) + ½ O2 (g) + (2+n)H2O (l)  Fe2O3.nH2O (s) + 4H+ (aq)
[Koefisien n untuk H2O dalam persamaan di atas muncul karena karat,
Fe2O3.nH2O, merupakan suatu bentuk besi(III)oksida dengan sejumlah hidrat.]
Persamaan keseluruhan untuk karat besi :
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
65
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
2Fe(s) + 3/2 O2 (g) + nH2O (l) + 4H+ (aq)
 Fe2O3.nH2O (s) + 4H+ (aq)
Ion H+ yang terbentuk bertindak sebagai katalis; yaitu, mempercepat proses
seperti yang digunakan dalam satu langkah dari reaksi keseluruhan. Sebagai
hasil akhir, karat lebih cepat pada pH rendah (tinggi [H+]). Larutan ionik
mempercepat perkaratan dengan meningkatkan konduktivitas media berair dekat
daerah anoda dan katodik. Pengaruh ion terutama terlihat pada kapal laut dan
pada bagian bawah roda mobil yang digunakan di daerah beriklim dingin, di
mana adanya garam yang digunakan untuk mencairkan es di jalanan yang licin.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Setelah mengkaji materi tentang Sel Volta dan Korosi Anda dapat mempelajari
kegiatan eksperimen yang dalam modul ini disajikan petunjuknya dalam lembar
kegiatan. Untuk kegiatan eksperimen, Anda dapat mencobanya mulai dari
persiapan alat bahan, melakukan percobaan dan membuat laporannya.
Sebaiknya Anda mencatat hal-hal penting untuk keberhasilan percobaan, Ini
sangat berguna bagi Anda sebagai catatan untuk mengimplementasikan di
sekolah.
66
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Lembar Kerja 1
I.
KEREAKTIFAN LOGAM
Pendahuluan :
Deret kereaktifan logam yang dikenal dengan deret volta adalah deretan
logam-logam yang tersusun berdasarkan daya oksidasinya terhadap logam
lain. Berdasarkan deret ini dapat diramalkan apakah reaksi redoks dapat
berlangsung spontan atau tidak.
II. Tujuan
Meneliti deret pendesakan logam
III. Alat dan Bahan
Tabung reaksi
Pinset
Ampelas
Pelat logam Zincum (Zn)
Pelat logam Magnesium (Mg)
Pelat logam Tembaga (Cu)
Pelat logam Besi (Fe)
30 buah
5 buah
1 lembar
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Pelat logam timbal 1 buah
Larutan CuSO4 0,1 M
Larutan ZnSO4 0,1 M
Larutan MgSO4 0,1 M
Larutan FeSO4 0,1 M
Larutan Pb(NO3)2 0,1 M
IV. Langkah Kerja
1. Reaksikan zat-zat seperti pada gambar di bawah ini !
Pengamatan :
(1)…………………………………………..
………………………………………….
(2)………………………………………….
…………………………………………..
ZnSO4
CuSO4
0,1 M
(1)
0,1 M
(2)
Reaksi itu secara umum ditulis sebagai berikut : L (s) + MX(aq)
LX(aq) + M (s)
Jelaskan reaksi tersebut berdasarkan daya oksidasi logam-logamnya !
→
…………………………………………………………………………………………………
…
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
67
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
2. Gambar di bawah ini menunjukkan percobaan reaksi
pendesakan logam terhadap ion logam lain dalam larutan menurut
reaksi :
L (s) + MX(aq)
→
LX(aq) + M (s)
Catatan : A terjadi reaksi (+)
B tidak terjadi reaksi (-)
Larutan yang digunakan :
Larutan
Larutan
Larutan
Larutan
Larutan
CuSO4 0,1 M
ZnSO4 0,1 M
MgSO4 0,1 M
FeSO4 0,1 M
Pb(NO3)2 0,1 M
3. Tentukan ion logam yang didesak dan yang tidak didesak pada
data berikut ini :
Logam
MX (aq)
Zn2+
Cu2+
Zn
Mg2+
Fe2+
Pb2+
Kesimpulan :
a. Ion logam yang didesak
b. Ion logam yang tidak didesak
a……………………………………
……………………………………..
b……………………………………
+/Mg
a……………………………………
b…………………………………….
+/Fe
a……………………………………
……………………………………..
b……………………………………
……………………………………..
+/Cu
a……………………………………
……………………………………..
b……………………………………
……………………………………..
+/Pb
a……………………………………
……………………………………..
b……………………………………
……………………………………..
+/-
68
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
4. Dari data di atas urutkan logam tersebut mulai dari
reduktor terkuat sampai yang terlemah !
Deretan logam tersebut adalah bagian dari deret volta yang
merupakan urutan kereaktifan logam dari reduktor kuat ke
reduktor lemah.
V. Pertanyaan
1. Tuliskan deret volta dengan lengkap !
2. Sebutkan unsur bukan logam yang ada dalam dalam deret
volta !
3. Mengapa unsur-unsur itu dimasukkan ke dalam deret
volta !
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
69
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Lembar Kerja 2.
SEL VOLTA
I.
Pendahuluan :
Mengapa batu baterai dan aki dapat mengalirkan arus listrik?
Rangkaian yang tersusun pada saat keduanya mengalirkan arus
listrik disebut Sel Volta. Pada suatu percobaan sel Volta, kita
dapat
mengukur
potensial
sel
yang
diuji
kemudian
membandingkan hasil pengukuran berdasarkan perhitungan.
II.
Tujuan
Merangkai sel Volta untuk mengukur potensial sel yang terjadi
pada suatu reaksi, dan membandingkan hasil pengukuran
berdasarkan hasil perhitungan.
III.
Alat dan Bahan
Gelas kimia 100 mL
buah
Voltmeter
buah
Kabel dengan capit buaya
buah
Kertas Ampelas
Kertas saring
IV.
1.
2
1
2
Larutan CuSO4 0,1 M
Larutan MgSO4 0,1 M
Larutan ZnSO4 0,1 M
Logam seng
Logam tembaga
Pita magnesium
Cara Kerja
Masukkan 75 mL larutan CuSO4 0,1 M ke dalam gelas kimia I
dan celupkan lempeng logam tembaga sebagai elektroda ke
dalam larutan tersebut.
2.
Masukkan 75 mL larutan ZnSO4 0,1 M ke dalam gelas kimia
II dan celupkan
lempeng logam seng ke dalam larutan
tersebut.
3.
Hubungkan kedua larutan dengan memasang jembatan
garam (caranya dengan merendam kertas saring ke dalam
larutan KCl 1,0 M, kemudian dicelupkan ujung yang satu ke
dalam gelas kimia I dan ujung yang satunya ke gelas kimia
II).
70
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
1. Pasangkan voltmeter di antara kedua lempeng logam dengan
rangkaian seperti
ada gambar di bawah ini. Amati hasil pengukuran
voltmeter. Jika jarum voltmeter bergerak ke arah negatif, putuskan
rangkaian dengan segera. Sebaliknya jika jarum voltmeter bergerak
ke arah positif, catat hasilnya.
2. Hitung Eº sel dari sel Volta berdasarkan data dari literatur dan
bandingkan dengan hasil percobaan.
3. Ulangi langkah 1 s.d 6 untuk larutan CuSO4 0,1 M dan MgSO4 0,1 M
(logam yang dicelupkan sesuaikan dengan larutannya).
4. Hasil Pengamatan
Eº sel hasil pengamatan yang tertera pada voltmeter untuk reaksi
Zn(s) +CuSO4(aq) →
Cu2+ + 2eZn
→
→
Cu
Zn2+ + 2e-
Cu(s) + ZnSO4( aq) adalah …………. Volt
Eº = . . . . volt
Eº = . . . . volt
Eº = . . . . volt
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
71
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Eº sel hasil pengamatan yang tertera pada voltmeter untuk reaksi
Mg(s) + CuSO4(aq)
→
Cu(s) + MgSO4( aq)
adalah
………………….Volt
Eº sel berdasar data literatur:
Cu2+ + 2e →
Mg
→
Cu
Eº = . . . . volt
Mg2+ + 2e
Eº = . . . . volt
Eº = . . . . volt
Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan sel Volta itu ?
2. Tentukan reaksi yang terkadi di anoda dan katoda pada sel
Volta!
3. Gambarkan
rangkaian
sel
Volta
lengkap
dengan
keterangannya!
4. Apa fungsi jembatan garam?
5. Apa yang harus dilakukan jika pada percobaan didapat
potensial negative?
72
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Sel Volta (Buah-buahan)
Untuk menguji potensial sel dapat pula dilakukan dengan mencelupkan
dua macam logam kedalam buah-buahan yang mengandung larutan
asam, kemudian hubungkan kedua logam tersebut dengan Voltmeter
seperti pada gambar berikut.
Lakukan percobaan untuk sel dengan elektrode seperti pada tabel:
Logam yang
digunakan
Potensial Sel
Cu dengan Zn
………………………………………………
…………...................................
Cu dengan Mg
………………………………………………
…………...................................
Cu dengan Fe
………………………………………………
…………...................................
Mg dengan Fe
………………………………………………
…………...................................
Zn dengan Fe
………………………………………………
…………...................................
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
73
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Lembar Kerja 3
Proteksi katodik
I.
Pendahuluan :
Proteksi katodik (cathodik protection) adalah teknik yang digunakan untuk
mengendalikan korosi pada permukaan logam dengan menjadikan permukaan
logam tersebut sebagai katoda dari sel elektrokimia.
Proteksi katodik ini merupakan metode
yang
umum
digunakan
untuk
melindungi struktur logam dari korosi.
Cara ini efektif mencegah
keretakan
logam akibat korosi (stress corrosion
cracking).
Sistem proteksi katodik biasa
digunakan untuk melindungi baja, jalur
pipa, tangki, tiang pancang, kapal,
anjungan lepas pantai, dan selubung
(casing) sumur minyak di darat.
II.
Tujuan
Mengetahui pengaruh logam-logam lain pada proses korosi besi (paku).
III.
Alat dan Bahan
Cawan petri
Paku reng
Pelat logam Zincum (Zn)
Pelat logam Magnesium (Mg)
Pelat logam Tembaga (Cu)
Pelat logam Timah (Sn)
Gelas kimia 1 L
Ampelas
74
5 buah
5 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Pembakar spiritus
Korek api
Agar-agar putih
K3Fe(CN)6 5 %
Fenolftalein
Akuades
NaCl
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
1 buah
1 buah
3 gram
10 mL
2 mL
250 mL
7,5 gram
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
IV.
Langkah Kerja
1. Masukkan agar-agar bubuk dan NaCl ke dalam gelas
kimia.tambahkan akuades, lalu aduk rata.
2. Didihkan campuran agar-agar dan air sambil diaduk-aduk hingga
semua agar-agar larut.
3. Matikan api dan biarkan uap air dari larutan menghilang.
4. Tambahkan 10 mL larutan K3Fe(CN)6 5% dan 2 mL larutan
fenolftalein.
5. Hangat-hangat kuku, tuangkan larutan agar-aagar ke dalam cawan
hingga cawan terisi kira-kira setengah volumenya.
6. Siapkan paku dan logam-logam lain yang akan diuji. Ampelas
permukaan logam-logam tersebut hingga bersih.
7. Ke dalam cawan berisi agar, masukkan logam berikut :
8. Amati gejala yang terjadi !
V.
Pengamatan
No.
Logam
1.
Paku
2.
Paku + Zn
3.
Paku + Mg
4.
Paku + Cu
5.
Paku + Sn
Hasil Pengamatan Pada Paku
Titik a
Titik b
Titik c
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
75
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Pertanyaan
1. Pada cawan petri manakah paku paling banyak mengalami korosi ?
Jelaskan !
2. Sebutkan logam yang bertindak sebagai anoda dan katoda ! Jelaskan !
3. Logam mana yang dapat melindungi besi dari proses perkaratan ?
Mengapa demikian ?
4. Ion apakah yang menyebabkan perubahan warna pada titik (a) dan (b)
?
5. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi pada titik (a) dan (b) ?
6. Ion apakah yang menyebabkan perubahan warna pada titik (c) ?
7. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi pada titik (c)?
8. Tentukan pada titik mana terjadi oksidasi dan reduksi!
76
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS
Soal Pilihan Ganda
1. Diketahui data potensial elektroda standar :
Ag+(aq) + e-
Ag(s) E° = +0,80 volt
Zn2+(aq) + 2eIn3+(aq) + 3eMn2+(aq) + 2e-
Zn(s) E° = -0,76 volt
In(s) E° = -0,34 volt
Mn(s) E° = -1,20 volt
Reaksi redoks yang berlangsung spontan adalah ....
A. Zn(s) + Mn2+(aq)  Mn(s) + Zn2+(aq)
B. 3Ag(s) + In3+(aq)  In(s) + 3Ag+(aq)
C. 2In(s) + 3Mn2+(aq)  3Mn(s) + 2In3+(aq)
D. 3Zn(s) + 2In3+(aq)  3Zn2+(aq) + 2In(s)
2. Diketahui potensial reduksi :
Fe2+(aq) + 2e-
Fe(s) E° = -0,44 volt
Al (aq) + 3e
Al(s) E° = -1,66 volt
3+
-
Potensial sel untuk reaksi :
3Fe2+(aq) + 2Al(s)  3Fe(s) + 2Al3+(aq) adalah ....
A. -1,22 volt
B. +1,22 volt
C. +2,0 volt
D. -2,0 volt
3. Bila diketahui potensial elektroda standar :
Al3+ (aq) + 3e
Al
Al (s)
(s) E°
E° =
= -1,76 volt
Zn2+ (aq) + 2e
Zn (s) E° = -0,76 volt
Fe
+
2+
(aq)
Cu2+ (aq) + 2e
2e
Fe
(s)
E° =
-0.44
volt
Cu (s) E° = +0,34 volt
Notasi sel volta yang E° selnya paling besar adalah ….
A. Al/Al3+//Zn2+/Zn
B. Fe/Fe2+//Al3+/Al
C. Zn/Zn2+//Cu2+ /Cu
D. Al/Al3+//Cu2+/Cu
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
77
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
4. Diketahui data potensial standar berikut :
Zn2+ (aq) + 2e
Zn (s)
Cu2+ (aq) + 2e
Cu (s) Eo = + 0,34 volt
Mg2+ (aq) + 2e
Mg (s) Eo = - 2,34 volt
Cr3+(aq) + 3e
Cr (s)
Eo = -0,76 volt
Eo = - 0,74 volt
Harga potensial sel (E° sel) yang paling kecil terdapat pada ….
A. Zn / Zn2+ (aq) // Cu2+(aq) / Cu
B. Zn / Zn2+ (aq) // Cr3+(aq) / Cr
C. Mg / Mg2+ (aq) // Cr3+ (aq) / Cr
D. Mg / Mg2+(aq) // Cu2+(aq) / Cu
5. Notasi sel yang benar sesuai gambar berikut adalah ….
A. Zn(s) / Zn2+(aq) // Ag+(aq) / Ag(s)
B. Zn2+(aq) / Zn(s) // Ag(aq) / Ag+(s)
C. Ag(s) / Ag+(aq) // Zn2+(aq) / Zn(s)
D. Ag(s) / Ag+(aq) // Zn(s) / Zn2+(aq)
6. Jika diketahui :
Zn(s) + Cu2+(aq)
Sn2+(aq) + 2eCu2+(aq) + e-

Zn2+(aq) + Cu(s)
Sn(s)
E° = +1,1 volt
E° = -0,14 volt
Cu(s)
E° = +0,34 volt
Potensial standar bagi reaksi:
Zn(s) + Sn2+(aq)

Zn2+(aq) + Sns)
adalah ....
A. +1,24 volt
B. +0,96volt
C. +0,76 volt
D. +0,62 volt
78
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
7. Logam kadmium dimasukkan ke dalam larutan CuSO4 1,0 M. Pada suhu
25oC, 𝐸 𝑜 𝐶𝑑2+/𝐶𝑑 = -0,40 V dan 𝐸 𝑜 𝐶𝑢2+/𝐶𝑢 = +0,34 V. Pernyataan yang benar
adalah ....
A. Tidak terjadi reaksi antara ion Cd2+ dan larutan CuSO4
B. Cd mereduksi ion Cu2+
C. Cu mereduksi ion Cd2+ yang terbentuk
D. Ion Cu2+ mereduksi Cd
8. Berikut ini yang merupakan kegunaan dari sel volta adalah ....
A. Penyepuhan
B. Pemurnian logam
C. Pembuatan baterai
D. Pembuatan natrium
9. Diantara gambar percobaan berikut perkaratan paling lambat terjadi pada
tabung ….
A.
B.
minyak
Air suling yang
dididihkan
Air suling yang
dididihkan
C.
D.
Kain wol
Kalsium hidrosida
anhidrat
Kain wol
Kalsium hidrosida
anhidrat
10. Data dari reaksi setengah sel dengan E° sebagai berikut:
Pb2+(aq) / Pb(s) = -0,13 volt
Cu2+(aq) / Cu(s) = +0,34 volt
Sn2+(aq) / Sn(s) = -0.14 volt
Ni2+(aq) / Ni(s) = -0,23 volt
Mg2+(aq) / Mg(s) = -2,38 volt
Fe2+(aq) / Fe(s) = -0,41 volt
Logam yang dapat mencegah korosi pipa besi yang ditanam di dalam tanah
adalah ....
A. Ni
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
79
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
B. Sn
C. Mg
D. Cu
Soal Uraian
1. Suatu sel volta terdiri dari logam Pb dalam larutan PbCl2 1 M dam logam Cu
dalam larutan CuSO4 1 M.
a. Gambarkan sel volta dengan jembatan garam.
b. Apa fungsi jembatan garam dalam suatu sel elektrokimia?
c. Apa yang dimaksud anoda dan katoda pada sel?
d. Tulis setengah reaksinya pada anoda dan katoda
e. Tulis arah aliran elektron pada rangkaian luar dan dalam larutan
elektrolit.
2. Dari data potensial reduksi berikut, tentukan reaksi sel, diagram sel,
potensial selnya, dan notasi selnya.
a. Mg2+(aq) + 2ePb (aq) + 2e
2+
-
b. Bi3+(aq) + 3eFe2+(aq) + 2e-
Mg(s)
E° = -2,37 volt
Pb(s)
E° = -0,13 volt
Bi(s)
E° = +0,30 volt
Fe(s)
E° = -0,44 volt
3. Perhatikan notasi sel volta berikut.
Mn(s)Mn2+(aq) ‖ Cl2 (g)  Cl-(aq)  Pt(s)
E°sel = + 2,54 V
Jika diketahui 𝐸 𝑜 𝐶𝑙2 /𝐶𝑙− = +1,36 V, berapa 𝐸 𝑜 𝑀𝑛2+/𝑀𝑛 ?
4. Simak persamaan reaksi redoks berikut.
MnO4-(aq) + 8H+(aq) + Fe2+(aq)  Mn2+(aq) + 4H2O (l) + Fe3+(aq)
Berapa E°sel reaksi ? apakah reaksi akan berlangsung spontan atau tidak
spontan
5. Sel volta dikelompokkan menjadi sel primer, sel sekunder, dan sel bahan
bakar.
a. Apa yang dimaksud dengan sel primer, sel sekunder, dan sel bahan
bakar?
b. Mengapa baterai seng-karbon alkaline lebih tahan lama dibanding
baterai seng-karbon biasa?
80
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
c. Aki termasuk sel sekunder. Apa fungsi utama aki pada mobil ?
bagaimana prinsip pengisian ulang aki?
d. Mengapa sel bahan bakar disebut sebagai sel masa depan?
6. Perhatikan setengah reaksi berikut ini.
Fe2+(aq) + 2e-
Fe(s)
E° = -0,44 volt
Al3+(aq) + 3e-
Al(s)
E° = -1,66 volt
Au (aq) + 3e
3+
-
Au(s)
E° = +1,42 volt
a. Mana yang lebih mudah terkorosi, Fe atau Au?
b. Mengapa Al pada kenyataannya lebih tahan korosi dibandingkan Fe?
F. RANGKUMAN
Sel volta (atau sel Galvani) adalah sel elektrokimia yang melibatkan reaksi
redoks spontan dan menghasilkan arus listrik. Elektroda dimana terjadi oksidasi
dinamakan anoda; sedangkan reduksi dinamakan katoda.
Persyaratan ini
terpenuhi oleh jembatan garam, yang dalam bentuk sederhananya berupa
tabung U terbalik yang berisi larutan elektrolit inert, seperti KCl atau NH4NO3 atau
Na2SO4. Prinsip elektrokimia membantu kita memahami korosi, reaksi redoks
yang tidak diinginkan di mana logam diserang oleh beberapa substansi dalam
lingkungannya. Korosi besi menjadi karat disebabkan oleh adanya air dan
oksigen, dan dipercepat oleh adanya zat elektrolit, seperti garam. Perlindungan
logam dengan menempatkan logam lain yang lebih mudah mengalami oksidasi
dinamakan perlindungan katodik (cathodic protection).
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Setelah menyelesaikan tes formatif ini, Anda dapat memperkirakan tingkat
keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat
pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda
sudah melebihi 80%, silakan Anda terus mempelajari Kegiatan Belajar
selanjutnya, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari
80%, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan belajar ini.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
81
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
82
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REDOKS 2 (SEL VOLTA DAN KOROSI)
KELOMPOK KOMPETENSI B
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4:
pH (KONSTANTA ION ASAM BASA DAN INDIKATOR
ASAM BASA, TRAYEK pH)
Pada modul sebelumnya telah dibahas
senyawa yang
larut dalam air dapat diklasifikasikan sebagai elektrolit
atau nonelektrolit. Senyawa elektrolit dalam larutannya
menghasilkan ion-ion yang dapat menghantar listrik,
contohnya asam dan basa. Konsentrasi ion dalam
Gambar 4.1.
Pengukuran pH
bahan kimia
dirumah berupa
asam lemah dengan
indikator universal
larutan elektrolit kuat dapat dihitung langsung dari
molaritas larutan tersebut. Untuk larutan elektrolit lemah
perhitungan ion-ion dalam larutannya menggunakan
konstanta ionisasi asam dan basa.
Materi Konstanta ionisasi asam basa dan pH larutan merupakan materi kimia
SMA, pada Kurikulum 2013 disajikan di kelas XI semester 2 dengan Kompetensi
Dasar (KD) sebagai berikut KD dari Kompetensi Inti 3 (KI 3) Aspek Pengetahuan:
3.10. Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH
larutan. KD dari KI 4 aspek Keterampilan: 4.10 Mengajukan ide/gagasan tentang
penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa atau
titrasi asam/basa. Kompetensi guru pada program guru pembelajar Modul B ini
untuk materi ini adalah “20.1 Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan
teori-teori kimia meliputi struktur, dinamika, energetika dan kinetika serta
penerapannya secara fleksibel”.
A. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda dapat:
1. memahami konstanta ionisasi air dan asam basa
2. memahami skala pH dan pOH larutan dan bagaimana menggunakannya
3. menentukan trayek pH berbagai macam indikator asam basa.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
83
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
4. memahami pH larutan berdasarkan trayek pH indikator.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi yang diharapkan dicapai adalah:
1. menerapkan harga kw, ka dan kb pada perhitungan konsentrasi larutan asam
basa;
2. menentukan jenis larutan sesuai dengan data harga ph beberapa larutan;
3. menghtung pH larutan asam dan basa;
4. membedakan trayek pH indikator asam basa.;
5. memperkirakan pH larutan berdasarkan trayek pH indikator;
C. Uraian Materi
1. Konstanta Ionisasi Asam Basa
Pada uraian materi ini Anda dapat mengkaji kembali tentang tetapan
kesetimbangan air, tetapan ionisasi asam dan basa serta pH larutan.
a. Tetapan Keseimbangan Air (Kw)
Penelitian mengenai daya hantar listrik yang sangat akurat menunjukkan bahwa
air mengalami ionisasi. Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:
H2O (l) + H2O (l)
H3O+ (aq) + OH- (aq)
(1)
Ion H3O lebih umum dinyatakan sebagai ion H , sehingga reaksi ionisasi air di
+
+
atas juga dapat ditulis menjadi:
H2O (aq)
H+ (aq) + OH- (aq)
Berdasarkan persamaan reaksi di atas, kita dapat menuliskan rumusan tetapan
keseimbangan untuk reaksi ionisasi air, yaitu:
K=
[H3 O+ ][OH − ]
[H2 O]
Konstanta kesetimbangan air diketahui sebagai produk ionisasi dari air biasa
dinyatakan dengan lambang Kw.
Kw [H2O] = [H3O+][OH- ]
Pembentukan ion H3O+ dari ionisasi air selalu disertai oleh pembentukan ion OH-.
Dengan demikian, di dalam air murni konsentrasi H3O+ selalu sama dengan
konsentrasi OH- . Pengukuran yang cermat menunjukkan bahwa dalam air murni
pada 25 °C, [H3O+] = [OH-] = 1,0 x 10-7 mol/L
Jika konsentrasi ini dimasukan ke rumus Kw maka
Kw = [H3O+][OH-] = (1,0 x 10-7)(1,0 x 10-7)
84
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
= 1,0 x 10-14 (pada suhu 25oC)
Meskipun harga Kw = [H3O+][OH-] = 1,0 x 10-14 diperoleh untuk air murni, akan
tetapi hal tersebut juga untuk berlaku untuk larutan dalam air yang encer pada
25 °C. Ini adalah salah satu temuan paling berguna dari ahli kimia. Ini
memberikan hubungan sederhana antara konsentrasi ion H3O+ dan OH- untuk
semua larutan encer dalam air.
Nilai Kw akan berbeda pada temperatur yang berbeda seperti yang tertera pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kw pada beberapa suhu
Suhu ( oC)
Kw
0
1,1 x10-15
10
2,9 x10-15
23
1,0 x10-14
37*
2,4 x10-14
45
4,0 x10-14
60
9,6 x10-14
*Suhu normal tubuh manusia
b. Hubungan [H+] dan [OH-]
Untuk air murni, konsentrasi ion H+ dan OH- adalah sama, sehingga berdasarkan
persamaan: Kw = [H3O+][OH-] =1,0 x 10-14
atau biasa ditulis Kw=[H+][OH-]= 1,0 x 10-14
Kw = [H+]2 atau Kw= [OH-]2
maka = [H+] = [OH-]= √1,00.10−14
Pada suhu 25 oC, nilai Kw = 1,00 x 10-14, maka:
[H + ] = [OH− ] = √1,00.10−14
= 1,0 . 10−7 mol L−1
= 10−7 M
Jika ke dalam air ditambahkan asam, maka [H+] akan meningkat ini sama saja
artinya telah terjadi pergeseran keseimbangan pada reaksi (1) ke kiri yang
menyebabkan konsentrasi ion OH- berkurang. Akibatnya larutan akan bersifat
asam, dan sebaliknya jika ke dalam air ditambahkan basa maka konsentrasi ion
OH- akan meningkat. Jadi, larutan akan bersifat basa. Secara definisi larutan
“netral” pada suhu 25oC adalah larutan dimana [H3O+] = [OH-] yakni 1,0 x 10-7 M
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
85
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Contoh perhitungan ion [H3O+] dan [OH-] dalam larutan asam kuat dan basa kuat:
1)
Tentukan ion [H3O+] dan [OH-] dalam larutan 2,5 mol/L asam nitrat
Jawaban:
Asam nitrat merupakan asam kuat, terionisasi sempurna
HNO3 + H2O
→
H3O+ + NO3-
Pada [HNO3] = 2,5 mol/L, terdapat [H3O+] = 2,5 mol/L
[OH−] = 1,0 × 10−14 mol/L [OH − ] =
1,0 × 10−14 mol/L
2,5
= 4,0 × 10−15 mol/L
2)
Tentukan ion [H3O+] dan [OH-] dalam larutan 0,16 mol/L barium hidroksida
Jawab:
Barium hidroksida terionisasi dengan sempurna dalam air dengan
persamaan reaksi:
Ba(OH)2 (aq) →
Ba2+(aq) + 2OH− (aq)
Satu mol Ba(OH)2 dalam larutan membentuk dua mol ion OH−
Maka [OH−] = 2 × 0,16 = 0.32 mol/L
[H3O+] =
1,0 × 10−14 mol/L
0,32
= 3,1 × 10−14 mol/L
c. Konstanta Ionisasi Asam Lemah dan basa lemah
1) Konstanta Ionisasi Asam Lemah
Asam lemah [HA] akan terionisasi dengan reaksi kesetimbangan.
HA(aq)
86
H+(aq) + A–(aq)
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Konstanta kesetimbangan asam untuk HA dapat dinyatakan dengan
[H+] dari asam lemah dapat ditentukan jika harga Ka nya diketahui. Jika Ka besar
maka [H+] juga besar atau asam makin kuat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
makin besar Ka suatu asam, sifat asam makin kuat. Harga konstanta ionisasi
asam dari beberapa asam lemah pada suhu 25 oC, dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 4.2 Konstanta ionisasi beberapa asam lemah
Nama Asam
Rumus Kimia
Nilai Ka
Asam asetat
CH3COOH
1,7 x 10–5
Asam karbonat
H2CO3
4,3 x 10–7
Asam formiat
HCOOH
1,7 x 10–4
Asam fluorida
HF
6,8 x 10–4
Asam oksalat
H2C2O4
5,6 x 10–2
Asam hipoklorit
HClO
3,5 x 10–8
Asam sulfit
H2SO3
1,3 x 10–2
Ebbing, General Chemistry
Contoh penentuan jumlah ion pada asam lemah
Tentukan [H+] yang terdapat dalam asam formiat 0,01 M. Jika diketahui
Ka HCOOH = 1,7 x 10–4.
Penyelesaian:
Persamaan reaksi ionisasi HCOOH
HCOOH(aq)
H+(aq) + HCOO–(aq)
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
87
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
[H+] = √𝐾a. 𝐶a
= √1,7.10−14 𝑥 0,01
= 1,30 x 10-3 M
Jadi, konsentrasi ion H+ dalam larutan HCOOH 0,01 M adalah 1,34 x 10–3 M.
d. Konstanta Ionisasi Asam Lemah
Seperti halnya asam lemah, suatu basa lemah tidak terionisasi sempurna di
dalam larutan. Spesi yang ada di dalam larutan tidak hanya ion-ionnya melainkan
molekularnya juga.
Seperti juga asam lemah, konsentrasi OH- dari basa lemah ini tidak dapat
dihitung langsung secara stoikiometri dari larutan sebab tidak terurai semua. Mari
kita tinjau reaksi di bawah ini:
LOH(aq)
L+(aq) + OH-(aq)
Kc = Kb =
[L+ ][OH− ]
[LOH]
Dari persamaan [L ] = [OH-] maka:
+
Kb =
[OH− ]2
[LOH]
[OH− ] = √kb [LOH]
e. Derajat Ionisasi (𝛂)
Derajat ionisasi dapat didefinisikan sebagai konsentrasi zat yang terionisasi
dibagi konsentrasi awaldengan rumus
α=
f.
konsentrasi zat terionisasi
x 100%
konsentrasi awal
Derajat Keasaman (pH)
pH minuman ringan seperti pada gambar adalah
3,12. Beberapa minuman ringan bersifat asam
karena didalamnya larut CO2 dan bahan tambahan
lainnya. Beberapa bahan kimia di rumah atau
Gambar 4.2. pH minuman
ringan diukur dengan pH
meter modern
“Household Chemistry” memiliki pH tinggi.
Keasaman larutan dapat digambarkan secara kuantitatif dengan menyatakan
konsentrasi ion hidronium atau ion hidrogen yang ada dalam larutan, namun
88
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
umumnya jumlah ion ini sangat kecil. Ahli biokimia Denmark bernama Søren
Sørensen telah menghasilkan ide yang cemerlang dalam menyederhanakan
penulisan derajat keasaman ini (dan kebasaan) dengan skala logaritma
berdasarkan 10. The pH of a solution is the exponential power of hydrogen (or
hydronium) ions, in moles per litre. Oleh karena itu pH dapat dinyatakan sebagai
berikut:
pH = -log [H3O+] atau pH = -log [H+]
Perhatikan bahwa pH adalah berdimensi kuantitas, dengan kata lain, pH tidak
memiliki satuan.
Sejalan dengan rumus pH, harga pOH (kekuatan ion hidroksida) dapat dihitung
dengan rumus:
pOH = -log [OH-]
Jika Kw = [H3O +] [OH-] = 1,0 × 10-14 pada 25 ° C
Maka pH + pOH = 14
Skala pH beberapa bahan dalam kehidupan sehari-hari tertera pada tabel.
Tabel 4.3. pH beberapa bahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Bahan
Skala pH
Asam lambung
1,6-3,0
Minuman ringan
2,0-4,0
lemon
2,2-2,4
cuka
2,4-3,4
tomat
4,0-5,0
Urine manusia
4,8-8,4
Susu sapi
6,3-6,6
saliva
6,5-7,5
Darah manusia
7,3-7,5
Putih telur
7,6-8,0
Milk of magnesia
Household ammonia
Derajat Keasaman
Makin Asam
10,5
11-12
Makin Basa
(Sumber: Chemistry, Witthen 2010)
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
89
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
g. Pengujian pH dengan Indikator Universal
Pengujian pH larutan dapat dilakukan menggunakan berbagai cara dan
bahan, seperti menggunakan kertas indikator universal, indikator universal
cair dan pH meter. Indikator universal, umumnya berbentuk pita kertas
berwarna kuning. Jika dicelupkan ke dalam larutan asam atau basa, warna
kertas akan berubah sesuai keasaman dan kebasaan larutan tersebut.
Untuk menentukan pH larutan yang diuji, bandingkan warna yang timbul
dengan warna-warna pada skala pH indikator seperti berikut:
NETRAL
ASAM
1
2
MERAH
3
5
4
7
6
BASA
8
9
10
11
JINGGA
HIJAU
BIRU
Kertas Indikator universal dan warnanya sesuai pH
Indikator universal ada yang memiliki skala pH dari 1 sampai 11, 1 sampai 14,
juga yang sangat akurat dengan harga pH pecahan.
Skala pH digambarkan sebagai berikut :
1
2
3
4
5
6
asam
7
netral
8
9
10
11
12 13
14
basa
Larutan yang bersifat asam mempunyai harga pH < 7
Larutan yang bersifat netral mempunyai harga pH = 7
Larutan yang bersifat basa mempunyai harga pH > 7
h.
Pengujian dengan pH meter
Untuk menguji sifat larutan asam, basa larutan dapat pula menggunakan
pH meter. Alat ini tinggal dicelupkan pada larutan yang akan diuji
selanjutnya pada alat akan muncul angka skala pH dari larutan tersebut.
Dari harga pH inilah larutan dapat ditentukan sifat asam basanya.
90
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Gambar 4.3 Macam-macan pH meter digital
i.
Perhitungan pH dan pOH
Perhitungan pH dan pOH asam dan basa kuat
Berikut ini beberpa contoh perhitungan pH dan pOH larutan
1) Tentukan [H+] , [OH-], harga pH dan pOH dari HNO3 0,015 M
Jawaban:
HNO3 + H2O
→
H3O+ + NO3-
Asam nitrat merupakan asam kuat atau terionisasi sempurna maka
[H3O+] atau [H+] = 0,015 M
pH= - log [H+] = - log 0,015 = -(-1,82) = 1,82
pOH = 14,00 - 1,82 = 12,18
Karena [H3O+] [OH-] = 1,0 x 10-14
Maka [OH-] =
1,0 x 10−14
0,015
[OH-] = 6,7 x 10-13 M
2) Tentukan pH larutan yang mengandung 1,48 gram Ca(OH)2 dalam 1 L air?
Jawaban:
Persamaan reaksi
Ca(OH)2(aq)
→
Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
Jumlah mol semua spesi dalam larutan
Ca(OH)2(aq)
1.48 𝑔𝑟𝑎𝑚
74 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
→
=0,02 mol
Ca2+(aq) +
0,02 mol
2OH-(aq)
2 x 0,02 mol = 0,04 mol
Konsentrasi OH- di dalam larutan adalah =
0,04 mol
1L
= 0,04 mol/L
pOH = -log [OH-]
= - log 0,04 mol/L = 2 - log 4
pH = 14 – (2 - log 4)
= 12 + log 4 maka pH 1,48 gram Ca(OH)2 adalah 12 + log 4
Hubungan antara [H3O+] atau [H+], pH, [OH-], dan pOH dalam larutan asam dan
basa tertera pada tabel berikut.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
91
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Tabel 4.4 Hubungan [H3O+] atau [H+], pH, [OH-], dan pOH
(Sumber: Chemistry, Whitten 2010)
j.
Perhitungan pH Asam Lemah
Jika diketahui Ka dari asam asetat adalah 2 x 10-5, tentukan pH larutan yang
mengandung 0,2 mol asam asetat dalam 1 L larutan.
Persamaan reaksi
CH3COOH(aq)
H+(aq) + CH3COO-(aq)
[H + ] = √Ka [CH3 COOH]
[H + = √2x 10−5 x 2 x10−1 M
= √4 x 10−6
[H+] = 2 x 10-3
Maka pH asam asetat 0,2 mol adalah :
pH = - log [H+]
= - log 2 x 10-3
= 3 – log 2
k. Menghitung pH Basa Lemah

Jika kita memiliki Larutan NH3 0,004 M, berapakah pH yang dimiliki jika
diketahui kb NH3 adalah 1 x 10-5)
[OH − ] = √Kb x [NH4 OH]
[OH − ] = √1 x 10−5 x 4 x 10−3
[𝑂𝐻 − ] = 2 𝑥 10−4
pOH= - Log [OH-]
92
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
= - log 2 x 10-4
= 4 – log 2
pH = pKw – pOH
= 14 - (4 – log 2)
= 10 + log 2
l.
Menghitung pH Campuran
Berikut ini contoh perhitungan pH campuran yang terdiri dari asam dan basa kuat
Contoh soal:
Tentukan pH campuran dari larutan 50 mL HCl 0,1 M dengan 50 mL larutan
Ca(OH)2 0,1 M
Jawaban:
Pada reaksi asam kuat dengan basa kuat reaksi yang terjadi adalah:
H+ (aq) +
Mula
OH- (aq)
H2O(l)
50 x 0,1 M
2 x 50 x 0,1 M
5 mmol
10 mmol
Reaksi 5 mmol
Akhir
--
5 mmol
5 mmol
Dari stoikiometri ini, kita melihat bahwa yang bersisa dalam pencampuran
tersebut adalah [OH-]:
5 mmol
[OH-] sisa = 50+50 mL = 5 x 10-2 M
pOH = - log [OH-] = - log 5 x 10-2 M = 2 – log 5
pH
= pKw – pOH = 14 – (2 – log 5)
= 12 + log 5
 Untuk menghitung pH campuran yang lainnya akan dibahas di bab hidrolisis
dan larutan penyangga.
2. Indikator Asam Basa Dan Trayek pH
Untuk menentukan suatu larutan termasuk asam, basa atau garam, dapat
digunakan indikator asam basa. Indikator asam basa adalah petunjuk tentang
derajat keasaman suatu larutan berdasarkan perubahan warna indikator akibat
perubahan pH larutan.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
93
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
a. Indikator Asam Basa
Indikator asam basa biasanya merupakan asam atau basa organik lemah.
Senyawa indikator yang tak terdisosiasi akan mempunyai warna berbeda
dibanding dengan indikator yang terionisasi. Sebuah indikator asam basa tidak
mengubah warna dari larutan murni asam ke murni basa pada konsentrasi ion
hidrogen yang spesifik, melainkan hanya pada kisaran konsentrasi ion hidrogen.
Kisaran ini merupakan suatu interval perubahan warna,
yang disebut
rentang/trayek pH.
b. Indikator Buatan
1)
Lakmus
Lakmus merupakan indikator asam basa yang sering digunakan, sifatnya asam
lemah. Lakmus berasal dari kata litmus yaitu sejenis tanaman yang dapat
menghasilkan warna jika ada asam atau basa. Lakmus memiliki molekul yang
sangat rumit, biasa disederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat
diberikan kepada yang lain. "Lit" adalah molekul asam lemah.
Gambar 4.4. Lakmus merah dan biru
(Sumber: Tokopedia)
Reaksi kesetimbangan pada lakmus adalah:
Lakmus yang tidak terionisasi (HLit) adalah merah, ketika terionisasi Lit- adalah
biru. Berdasarkan Prinsip Le Chatelier, jika ditambahkan ion hidroksida atau
beberapa ion hidrogen pada kesetimbangan ini terjadi pergeseran
94
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Prinsip Le Chatelier dapat dijelaskan dalam diagram berikut:
Penambahan ion hidroksida:
Penambahan ion hidrogen:
Ion hiroksida bereaksi dan
menyingkirkan ion hidrogen ini
Kesetimbangan
bergeser ke kanan
karena ion H+ tidak
ada
Penambahan ion
hidrogen
Warna lakmus
mejadi biru
Kesetimbangan bergeser ke
kiri karena kelebihan ion H+
Warna lakmus
menjadi merah
sumber: http://www.chemguide.co.uk/physical/acidbaseeqia/indicators.html
Jika konsentrasi HLit dan Lit- sebanding: Warna yang terlihat merupakan
pencampuran dari keduanya.
warna netral
2)
Metil jingga (Methyl orange)
Metil jingga adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi.
Pada larutan yang bersifat basa, metil jingga berwarna kuning dan strukturnya
adalah:
Bentuk molekul metil jingga ketika berwarna
kuning
Pada metil jingga, jika ion hidrogen tidak terikat oleh ion oksigen yang negatif,
tetapi kenyataannya ion hidrogen tertarik pada salah satu nitrogen pada ikatan
rangkap nitrogen-nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat dituliskan
seperti berikut ini:
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
95
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Bentuk molekul metil jingga ketika
berwarna merah
Ion hidrogen terikat
disini
Perhatikan bahwa nitrogen
bermuatan positif
Kesetimbangan yang terjadi pada metil jingga adalah:
Pada metil jingga, campuran merah dan kuning menghasilkan warna jingga
terjadi pada pH 3,7 hingga mendekati netral.
3)
Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan
fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain. Perubahan warna pada
fenolftalein karena perubahan pada struktur molekulnya. Dalam larutan asam,
fenolftalein berada dalam bentuk molekul HIn-nya. Struktur ini berisi lima cincin
yang terikat. Dalam larutan basa, struktur In- menjadi terbuka dan datar. Hal ini
menyebabkan elektron lebih bebas, dan spektrum absorpsi molekulnya
memancarkan warna merah. Hal inilah yang menyebabkan perubahan warna
pada indikator fenolftalein.
Struktur molekul
fenolftalein dalam
larutan basa
Struktur molekul
fenolftalein dalam
larutan asam
Gambar 4.5 Perubahan struktur molekul fenolftalein
(Sumber: www.digipac.ca)
96
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Reaksi kesetimbangan yang terjadi pada fenolftalein adalah sebagai berikut:
Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah
kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida
menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk
menggantikannya – mengubah indikator menjadi merah muda.
Gambar 4.6 Perubahan warna indikator fenolftalein
(Sumber: https://chemistryholic.wordpress.com)
4)
Indikator Universal
Indikator universal adalah indikator asam basa yang terdiri dari beberapa
senyawa yang warnanya berubah dalam rentang pH 1 – 14. Formula indikator
universal yang sering dipakai adalah formula yang dipatenkan oleh Yamada
pada tahun 1933. Komposisi indikator universal biasanya terdiri dari air, propan1-ol, garam natrium fenolptalein, natrium hidroksida, metil merah, garam
mononatrium bromtimol biru, dan garam mononatrium timol biru. Perubahan
warna pada indikator universal adalah:
Tabel 4.5 Komponen Indikator Universal
Indikator
Warna pada
pH rendah
Trayek pH
Warna pada
pH tinggi
Timol Biru (transisi pertama)
Merah
1,2-2,8
Kuning
Metil Merah
Merah
4,4-6,2
Kuning
Bromtimol Biru
Kuning
6,0-7,6
Biru
Timol Biru (Transisi kedua)
Kuning
8,0-9,6
Biru
Fenolptalein
Tidak berwarna
8,3-10,0
Fuchsia
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
97
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Indikator universal di pasaran dijual dalam dua bentuk, yaitu berupa kertas dan
larutan.
1.
Kertas Indikator Universal
Berbeda
dengan
kertas
lakmus, yang hanya dapat
mendeteksi suatu larutan
itu termasuk asam atau
basa,
maka
indikator
universal dapat mengukur
Gambar 4.7 Kertas indikator Universal
pH dari larutan tersebut.
(Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/pH_indicator)
2.
Larutan Indikator Universal
Gambar 4.8 Larutan Indikator Universal
(Sumber: http://chemsitewebsite.weebly.com/acid-andbase-indicators.html)
5)
pH larutan dapat ditentukan
dengan cara meneteskan
larutan yang akan kita ukur
pHnya ke atas kertas
indikator
universal.
Perubahan warna setelah
ditetesi larutan kita cocokan
ke warna standar pH yang
ada dalam pembungkus
kemasannya. Berdasarkan
kecocokan warna tersebut
kita dapatkan pHnya.
Indikator Alam
Banyak bunga, buah-buahan, dan sayur berwarna yang dapat dijadikan indikator
asam basa. Bahan-bahan ini memberikan warna yang berbeda pada rentang pH
yang berbeda.
98
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Contohnya adalah seperti gambar di bawah ini:
Gambar 4.9 Contoh bahan alam yang dapat dijadikan indikator
Indikator alam yang biasa digunakan untuk pengujian asam basa adalah bungabungaan, umbi, kulit buah dan daun yang berwarna. Warna ungu pada kol dan
bunga, serta warna merah pada kulit buah naga disebabkan karena bahanbahan tersebut mengandung antosianin. Antosianin adalah pigmen larut air yang
secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Pigmen ini memberikan
warna pada bunga, buah, dan daun.
Perubahan
warna
bergantung
pada
tanamannya,
indikator
warna
misalnya
alam
jenis
kembang
sepatu yang berwarna merah di dalam
larutan asam berwarna merah dan di
Gambar 4.10 Pengujian Indikator alam
Kol merah yang berwarna ungu
dalam larutan basa berwarna hijau.
dalam larutan asam berwarna merah ungu
dalam larutan basa berwarna hijau. Warna yang dihasilkan dicatat dan gunakan
sebagai warna standar jika indikator tersebut akan digunakan untuk menguji
larutan lain yang akan diuji sifatnya. Contoh warna indikator alam yang terdiri dari
kelopak bunga, umbi dan kulit buah tertera pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Contoh indikator alam dan perubahan warnanya
Warna dalam
Bahan dan warna
ekstrak bunga
Mawar merah
Cuka
Air murni
Air kapur
merah
merah
hijau
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
99
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Warna dalam
Bahan dan warna
ekstrak bunga
Cuka
Air murni
Air kapur
Kunyit
kuning
kuning
coklat
Kembang sepatu
merah
merah
hijau
Kulit Manggis
merah
merah
hijau
2. Trayek pH
Indikator yang biasa digunakan merupakan asam lemah atau basa lemah.
Misalkan kita memiliki indikator asam lemah yang kita lambangkan dengan HInd
– dimana "Ind" adalah bagian indikator yang terlepas dari ion hidrogen:
Karena bersifat asam lemah, maka indikator memiliki Ka untuk indikator disebut
Kind.
Pikirkanlah apa yang terjadi pada setengah reaksi selama terjadinya perubahan
warna. Pada titik ini konsentrasi asam dan ionnya adalah sebanding. Pada kasus
tersebut, keduanya akan menghapuskan ungkapan Kind.
Anda dapat menggunakan hal ini untuk menentukan pH pada titik reaksi searah.
Jika anda menyusun ulang persamaan yang terakhir pada bagian sebelah kiri,
dan kemudian mengubahnya pada pH dan pKind, Anda akan memperoleh:
Hal itu berarti bahwa pH dimana indikator berubah warna sama dengan harga
pKind. Titik akhir untuk indikator bergantung seluruhnya pada harga pKind seperti
pada tabel berikut:
100
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Tabel 4.7 Harga pKind beberapa indikator
Indikator
pKind
Metil Jingga
3,7
Bromoserol Hijau
4,7
Metil Merah
5,1
Bromtimol Biru
7,0
Fenol Merah
7,9
Fenolptalein
9,4
Tabel 4.8 Trayek pH beberapa indikator
Indikator
Warna
pKind
Trayek pH
kuning
3,7
3,2 – 4,4
kuning
biru
4,7
3,8 – 5,4
Metil Merah
kuning
merah
5,1
4,8 – 6,0
Bromtimol Biru
kuning
biru
7,0
6,0 – 7,6
Fenol Merah
kuning
merah
7,9
6,8 – 8,4
Fenolptalein
Tidak
berwarna
pink
9,4
8,2 – 10,0
Asam
Basa
Metil Jingga
merah
Bromoserol Hijau
Berikut ini perubahan warna indikator pada setiap pH disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.9 Perubahan Warna Indikator dan Trayek pH
Indikator
Perubahan Warna
Fenolftalein





Tipe: HIn + H2O
In- + H3O+
pK: 9,5
Trayek pH: 8,0 – 9,8
Warna pada pH rendah : tidak berwarna
Warna pada pH tinggi : merah-violet




Tipe : InH+ + H2O
In + H3O+
pK: 3.46
Trayek pH: 3,1 – 4,4
Warna pada pH rendah : merah
Metil Jingga
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
101
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Indikator
Perubahan Warna
 Warna pada pH tinggi : oranye-kuning
Metil Merah





Tipe: InH+ + H2O
In + H3O+
pK: 5,00
Trayek pH: 4,4 – 6,2
Warna pada pH rendah : merah
Warna pada pH tinggi : kuning
Bromfenol Biru
 Nama Lain: 3',3'',5',5''-tetrabromophenolsulfonephthalein





In- + H3O+
Tipe : HIn + H2O
pK : 4,10
Trayek pH: 3,0 – 4,6
Warna pada pH rendah : kuning
Warna pada pH tinggi : ungu
Bromtimol Biru
 Nama Lain: 3',3''-dibromothymolsulfonephtalein





In- + H3O+
Tipe : HIn + H2O
pK : 7,30
Trayek pH: 6,0 – 7,6
Warna pada pH rendah : kuning
Warna pada pH tinggi : biru
Alizarin Merah S
 Trayek pH: 4.6 - 6.0
 Warna pada pH rendah : kuning
 Warna pada pH tinggi : merah
Alizarin
GG
Kuning





Tipe: In + H2O
InH+ + OHpK : 11
Trayek pH: 10,0 – 12,0
Warna pada pH rendah : tidak berwarna
Warna pada pH tinggi : kuning




Nama lain: sodium 5-(p-nitrophenylazo) benzenesulfonate
Trayek pH: 10,1 – 12,0
Warna pada pH rendah : kuning
Warna pada pH tinggi : merah
Alizarin Kuning R
102
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Indikator
Perubahan Warna
Kuning Brilliant
 Trayek pH: 6,6 – 7,8
 Warna pada pH rendah : kuning
 Warna pada pH tinggi : oranye
Bromokresol
Hijau
 Nama Lain: 3',3'',5',5''-tetrabromo-m-cresol-sulfonephthalein





Tipe : HIn + H2O
In- + H3O+
pK : 4,9
Trayek pH: 3,8 – 5,4
Warna pada pH rendah : kuning
Warna pada pH tinggi : biru
Klorofenol Merah
 Nama Lain: 3',3''-dichlorophenolsulfonephthalein





In- + H3O+
Tipe : HIn + H2O
pK : 6,25
Trayek pH: 4,8 – 6,4
Warna pada pH rendah : kuning
Warna pada pH tinggi : merah
Clayton Kuning
 Trayek pH: 12,2 – 13,2
 Warna pada pH rendah : kuning
 Warna pada pH tinggi : amber
Kongo Merah
 Trayek pH: 3,0 – 5,0
 Warna pada pH rendah : biru
 Warna pada pH tinggi : merah
Kresol
(dalam
asam)
Merah
larutan




Kresol
(dalam
basa)
Nama Lain: o-cresolsulfonephthalein
Trayek pH: 0,0 – 1,0
Warna pada pH rendah : merah
Warna pada pH tinggi : kuning
Merah
larutan
 Nama Lain: o-cresolsulfonephthalein
 Trayek pH: 7,0 – 8,8
 Warna pada pH rendah : kuning
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
103
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Indikator
Perubahan Warna
 Warna pada pH tinggi : merah
Kristal Violet





Tipe: HIn + H2O
In- + H3O+
pK : Trayek pH: 0,0 – 1,8
Warna pada pH rendah : kuning
Warna pada pH tinggi : biru





Tipe: In + H2O
InH+ + OHpK : 3,25
Trayek pH: 2,9 – 4,0
Warna pada pH rendah : merah
Warna pada pH tinggi : kuning
Dimetil Kuning
Erithrosin (garam
natrium)
 Trayek pH: 2,2 – 3,6
 Warna pada pH rendah : oranye
 Warna pada pH tinggi : merah
Malasit Hijau




pK : 1,0
Trayek pH: 0,2 – 1,8
Warna pada pH rendah : kuning
Warna pada pH tinggi : biru-hijau





Nama Lain: m-cresol purple, cresol purple, m-cresolsulfonephthalein
pK: ~2.0
Trayek pH: 1,2 – 2,8
Warna pada pH rendah : merah
Warna pada pH tinggi : kuning
Metakresol Ungu
(dalam
larutan
asam)
Metakresol Ungu
(dalam
larutan
basa)
 Nama Lain: m-cresol purple, cresol purple, m-cresolsulfonephthalein





104
In- + H3O+
Tipe : HIn + H2O
pK: 8,32
Trayek pH: 7,6 – 9,2
Warna pada pH rendah : kuning
Warna pada pH tinggi : ungu-merah
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Indikator
Perubahan Warna
Metanil Kuning




Nama Lain: m-(p-anilinophenylazo)benzene sulfonate
Trayek pH: 1,2 – 2,4
Warna pada pH rendah : merah
Warna pada pH tinggi : kuning
Metil Hijau
 Trayek pH: 0,2 – 1,8
 Warna pada pH rendah : kuning
 Warna pada pH tinggi : biru
Fenol Merah
 Nama lain: phenolsulfonephthalein





In- + H3O+
Tipe : HIn + H2O
pK: 8,0
Trayek pH: 6,4 – 8,2
Warna pada pH rendah : kuning
Warna pada pH tinggi : merah
Timol Biru (dalam
larutan asam)
 Nama lain: thymolsulfonephthalein





Thimol
(dalam
basa)
Tipe : HIn + H2O
In- + H3O+
pK: 1,65
Trayek pH: 1,2 – 2,8
Warna pada pH rendah : merah
Warna pada pH tinggi : kuning
Biru
larutan
 Nama lain: thymolsulfonephthalein





In- + H3O+
Tipe : HIn + H2O
pK: 9,20
Trayek pH: 8,0 – 9,6
Warna pada pH rendah : kuning
Warna pada pH tinggi : biru
(Sumber: http://antoine.frostburg.edu/chem.shtml)
Dari semua indikator-indikator tersebut, hanya beberapa indikator yang biasa
digunakan untuk menentukan larutan termasuk asam, basa, atau netral, seperti
fenolftalein, metil jingga, metil merah, dan fenol merah. Hal ini disebabkan karena
kemudahan mendapatkannya, ekonomis, dan akurat.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
105
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
3.
Memperkirakan pH Larutan
Untuk memperkirakan pH larutan, kita akan langsung mendapatkan harga pHnya
jika menggunakan indikator universal. Tetapi apabila kita menggunakan indikator
yang lain, kita harus menggunakan beberapa indikator dengan trayek pH yang
berbeda, misalnya penggabungan lakmus, metil jingga, dan bromtimol biru.
Berikut kami berikan contoh cara memperkirakan pH larutan.
Contoh Soal:
Suatu larutan diuji dengan indikator metil jingga, bromtimol biru, dan lakmus.
Data perubahan warna pada indikator adalah sebagai berikut:
Indikator
Warna
Lakmus merah
Merah
Lakmus biru
Merah
Metil jingga
Kuning
Bromtimol biru
Kuning
Perkirakan trayek pH larutan tersebut!
Penyelesaian:
Perhatikan tabel trayek pH indikator:
Lakmus merah warnanya merah maka pH < 7
Lakmus biru warnanya merah maka pH < 7
Metil jingga warnanya kuning, trayek pH > 4,4
Bromtimol biru warnanya kuning, trayek pH < 6
Maka trayek pH larutan yang diuji adalah 4,4 – 6,0.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Setelah mengkaji materi tentang konstanta ionisasi air dan asam, basa, serta pH
larutan Anda dapat mempelajari kegiatan eksperimen yang dalam modul ini
disajikan petunjuknya dalam lembar kegiatan. Untuk kegiatan eksperimen, Anda
dapat mencobanya mulai dari persiapan alat bahan, melakukan percobaan dan
membuat laporannya. Sebaiknya Anda mencatat hal-hal penting untuk
106
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
keberhasilan percobaan. Ini sangat berguna bagi Anda sebagai catatan untuk
mengimplementasikan di sekolah.
Lembar Kegiatan 1
Hubungan pH dengan ion H+
Pada eksperimen ini Anda dapat menyelidiki bagaimana hubungan pH dengan ion H+
dan menentukan harga Ka
I.
Alat dan Bahan
Bahan
- HCl
- CH3COOH
- Indikator Universal
II.
0,1 M
0,1 M
Alat:
-
Gelas Kimia
Batang Pengaduk
Pipet Tetes
Gelas Ukur
100 mL
Langkah Percobaan
Kerjakan percobaan seperti gambar, gunakan indikator stik untuk menguji pH larutan!
No
Cara Kerja
Pengamatan
Konsentrasi larutan A ………………M
1
2
3
Siapkan larutan A (100 mL larutan HCl 0,1
[H+] = ………………………mol.dm-3
M). Hitung [H+] dan ukur pH-nya
pH
Buatlah larutan B dengan cara ambil 10 mL
Konsentrasi larutan B ………………M
larutan A tersebut, tambahkan air sampai
[H+] = ………………………mol.dm-3
volum 100 mL. Hitung [H+] dan ukur pH-nya
pH
Buatlah larutan C dengan cara ambil 10 mL
Konsentrasi larutan C ………………M
larutan B tersebut, tambahkan air sampai
[H+] = ………………………mol.dm-3
volum 100 mL. Hitung [H+] dan ukur pH-nya
pH
= ………………………………
= ………………………………
= ………………………………
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
107
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Kerjakan seperti percobaan di atas untuk larutan CH3COOH 0,1 M, pengenceran cukup
sekali saja! Berdasarkan data isilah tabel berikut!
Larutan
A
Tabel Pengamatan
pH larutan
HCl
CH3COOH
3
Konsentrasi asam
(mol.dm-3)
[H+] pada larutan
HCl
CH3COOH
B
C
III. Pertanyaan
Berdasarkan kegiatan di atas, jawablah pertanyaan berikut!
Soal
Penyelesaian
1. Jelaskan hubungan pH dengan [H+]?
2. Bagaimana
pengaruh
pengenceran
terhadap pH larutan HCl?
3. Hitung pH:

Larutan HCl 0,0001 M

Larutan HCl 0,00001 M
4. Bandingkan
pH
HCl
0,1
M
dan
0,1
M,
CH3COOH 0,1 M?
Jelaskan mengapa berbeda?
5. Dalam
CH3COOH
larutan
berapakah konsentrasi :
a. H+
b. CH3COOc.
6. Hitung
CH3COOH
berapa
%
CH3COOH
yang
terdisosiasi pada larutan tersebut?
7. Tentukan harga Ka untuk CH3COOH!
8. Bagaimana hubungan H+ dengan Ka
pada larutan asam lemah?
108
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Lembar Kegiatan 2
Menguji pH beberapa Larutan
Pada percobaan ini akan diselidiki harga pH beberapa larutan untuk menentukan sifat
keasaman atau kebasaannya menggunakan kertas indikator universal.
I.
II.
Alat dan bahan :

Kertas indikator universal

Pipet tetes

Cuka, air sabun, air mineral, air jeruk, air kapur, dan minuman ringan
Langkah kerja :
1. Teteskan larutan cuka kepada kertas indikator universal. Bandingkan warna
yang muncul dengan warna-warna pada skala pH indikator universal.
2. Tentukan harga pH larutan cuka.
3. Lakukan percobaan dengan menggunakan larutan yang lain.
4. Catat hasil percobaan pada tabel seperti berikut.
Larutan
Warna Indikator
pada Larutan
Harga pH
Sifat Larutan
3
Asam
1. Cuka 0,1 M
________________
2. Air sabun
________________
________________
________________
3. __________
________________
________________
________________
4. __________
________________
________________
________________
5. __________
________________
________________
________________
6. __________
________________
________________
________________
dst.
III. Pertanyaan
1. Larutan apa yang paling asam dan yang paling basa pada percobaan ini?
2. Urutkan keasamaan dan kebasaannya dari yang lemah ke yang kuat
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
109
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Lembar Kerja 3
Perubahan Warna Indikator
Tujuan
Mengamati pH suatu indikator berubah warna.
Alat
Tabung reaksi
Bahan
1)
Indikator fenolftalein, metil jingga, bromtimol biru, kol ungu.
2)
Larutan pH 1 sampai dengan 14.
3)
Larutan yang akan diuji (air hujan, softdrink yang tidak berwarna, air aki, dan
pemutih kain)
4)
Aquadest
Langkah Kerja

Menentukan Trayek pH Indikator
1)
Isilah 14 tabung reaksi masing-masing dengan 2 mL larutan pH=1 sampai dengan
pH=14 (beri label reaksi dan urutkan dari pH=1 sampai dengan pH=14).
2)
Tambahkan 3 - 4 tetes indikator pada setiap tabung reaksi (setiap kelompok kerja
menggunakan indikator yang berbeda).
3)
Amati dan fotolah setiap tabung reaksi dari pH 1 sampai dengan 14.
4)
Catatlah pada pH berapa indikator tersebut berubah warna.
5)
Hasil fotonya diprint dan tempelkan dalam tabel pita warna berikut:
Hasil Pengamatan:
Tabel Pita Warna
Perubahan warna larutan dengan menggunakan indikator: ........................
pH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Warna

Memperkirakan pH larutan
1)
Siapkan tabung reaksi. Setiap empat tabung reaksi diisi dengan 2 mL air hujan,
softdrink yang tidak berwarna, air aki, dan pemutih kain.
2)
Tambahkan 1 tetes indikator yang berbeda pada empat tabung reaksi dari satu
larutan yang akan diprediksi pHnya. Amati dan catatlah perubahan warnanya.
Tentukan pH dari masing-masing larutan tersebut!
110
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
E. Latihan/Kasus/Tugas
1.
Perhatikan tabel Ka dari beberapa asam berikut.
No
1
2
3
4
5
6
7
Asam
HA
HB
HC
HD
HE
HF
HG
Ka
6,2 x
7,5 x
1,2 x
1,8 x 10–
1,8 x
7 x 10–
6,7 x
10–8
10–2
10–2
12
10–5
4
10–5
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan asam adalah …
A. HA > HF > HC
B. HF < HG < HC
C. HB < HE < HD
D. HF > HE < HB
2. Di antara larutan-larutan di bawah ini yang mempunyai harga [H+] paling
besar adalah …
A. HCl 1 mol L–1
B. HCl 0,1 mol L–1
C. CH3COOH 1 mol L–1
D. CH3COOH 0,1 mol L–1
3.
Larutan asam metanoat 0,01 M memiliki Ka = 10–8. Derajat ionisasi asam
Adalah …
A. 0,001
B. 0, 01
C. 0,10
D. 1,00
4. Lima larutan berikut (P, Q, R, S, dan T) yang konsentrasinya sama
mempunyai pH seperti pada diagram berikut.
P
Q
1
R
7
S
T
14
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
111
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Pernyataan berikut yang benar adalah ...
Amonia
Asam
Asam
Natrium
asetat
sulfat
klorida
A.
Q
S
T
R
Lithium
hidroksida
P
B.
R
P
Q
S
T
C.
S
Q
P
R
T
D.
T
Q
P
S
R
5. Larutan asam asetat (Ka = 2 x 10–5) mempunyai harga pH yang sama
dengan larutan HCl 2 x 10-3 M. Konsentrasi larutan asam asetat adalah ...
A. 0,10 M
B. 0,20 M
C. 0,25 M
D. 0,40 M
6. Suatu obat baru yang diperoleh dari biji tanaman ternyata berupa basa
organik lemah. Bila 0,100 M larutan obat tersebut dalam air mempunyai pH =
11, maka Kb obat tersebut adalah …
A.
10-2
B.
10-3
C.
10-4
D.
10-5
7. Larutan di bawah ini yang memiliki harga pH terkecil adalah …
A. HCl 0,1 M
B. H2SO4 0,1 M
C. H2SO4 0,05 M
D. CH3COOH 0,1 M
8.
Harga pH suatu larutan adalah X. Bila larutan tersebut diencerkan hingga
volumnya 1000 kali volum semula, maka pH larutan menjadi 6. Besarnya X
adalah …
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
112
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
F. RANGKUMAN
- Lambang tetapan keseimbangan air adalah Kw. Pada suhu 25 oC
Kw = [H3O+][OH-] = 1,0 x 10-14
- pH larutan menunjukkan derajat keasaman
- pH larutan dapat ditentukan dengan menggunakan alat ukur pH seperti
pH-meter dan indikator asam-basa.
- Perhitungan konsentrasi ion H+ dan OH– dalam asam lemah dan basa
lemah adalah: [H+] = √𝐾a x Ca , [OH–] = √𝐾b x Cb
- Hubungan ion H+ dan OH– dengan pH atau pOH dinyatakan:
pH = –log [H+], pOH = –log[OH–], pH + pOH = 14.
- Makin besar Ka suatu asam, sifat asam makin kuat, makin besar Kb, sifat
basa makin kuat.
-
Pada konsentrasi yang sama, asam kuat mempunyai pH yang lebih kecil
daripada asam lemah, pada konsentrasi yang sama, basa kuat
mempunyai pH yang lebih besar daripada basa lemah.
-
Makin kecil harga α sifat asam atau basa makin lemah.
G. UMPAN BALIK
Setelah menyelesaikan soal latihan ini, Anda dapat memperkirakan tingkat
keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat
pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda
sudah melebihi 80%, silakan Anda terus mempelajari Kegiatan Pembelajaran
berikutnya, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari
80%, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan Pembelajaran ini.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
113
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
114
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: pH LARUTAN
KELOMPOK KOMPETENSI B
KUNCI JAWABAN LATIHAN/KASUS/TUGAS
Kegiatan Pembelajaran 1
1.
C.( ICl3, SO2, OF2 )
2.
B. (R dan Q)
3.
A. (CH3F)
4.
B. (CsBr, BaBr2, SrO)
Kegiatan Pembelajaran 2
1. B
2. A
3. B
4. B
5. E
Kegiatan Pembelajaran 3
1.
D
2.
B
3.
D
4.
B
5.
A
6.
D
7.
B
8.
C
9.
A
10. C
Kegiatan Pembelajaran 4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kunci D
A
A
C
B
D
B
C
KUNCI JAWABAN LATIHAN/KASUS/TUGAS
KELOMPOK KOMPETENSI B
115
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
116
KUNCI JAWABAN LATIHAN/KASUS/TUGAS
KELOMPOK KOMPETENSI B
EVALUASI
Soal ikatan kimia
1. Urutan senyawa yang mengandung ikatan kovalen koordinat, kovalen polar,
dan kovalen adalah …
A. CO2, H2O, HCl
B. SO2, HF, CO2
C. HF, H2O, SO2
D. SO2, CO2, HF
2. Perhatikan struktur Lewis pada senyawa berikut.
Ikatan kovalen koordinasi pada senyawa
berikut ditunjukkan oleh nomor …
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
3. Himpunan tiga senyawa berikut yang memiliki ikatan kovalen adalah …
A. HCl, SCl2, BaCl2
B. HBr, BeCl2, LiI
C. ICl3, SO2, OF2
D. H2SO4, BH3, PbSO4
4. Nomor atom unsur P, Q, R, dan S masing-masing 6, 9, 11, 18. Pasangan
unsur-unsur diharapkan membentuk ikatan ion adalah …
A. P dan Q
B. R dan Q
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
117
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
C. S dan R
D. P dan S
5. Diantara senyawa berikut yang memiliki kepolaran paling besar adalah …
A. CH3F
B. CH3Cl
C. CH3Br
D. CH3I
Stoikiometri
6. Pada suhu dan tekanan tertentu terjadi pembakaran sempurna gas C2H6
oleh 3,5 liter gas O2 dengan persamaan reaksi:
C2H6 (g) + O2 (g)
CO2 (g) + H2O
Volume gas CO2 yang dihasilkan adalah ...
A. 2 liter
B. 3,5 liter
C. 6 liter
D. 8,5 liter
7. Vitamin C memiliki rumus struktur sebagai berikut.
H
O
H O C C
H C O
C O
H O C H
H C O H
H
Manakah di bawah ini yang merupakan rumus empiris dari vitamin C?
A. C2H3O2
B. C3H4O3
C. C4H5O4
D. C6H8O6
118
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
8. Untuk menentukan air kristal dalam senyawa natrium fosfat berhidrat, 38
gram garam ini dipanaskan hingga semua air kristalnya menguap, massa
yang tersisa sebanyak 16,4 gram, menurut reaksi:
Na3PO4. xH2O → Na3PO4 + xH2O
Rumus senyawa natrium fosfat berhidrat adalah ...
A. Na3PO4 . 2 H2O
B. Na3PO4. 7 H2O
C. Na3PO4. 10 H2O
D. Na3PO4. 12 H2O
9. Suatu gas dapat diperoleh dengan cara mereaksikan padatan karbid dengan
air sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
CaC2 (s) + 2 H2O (l) → C2H2 (g) + Ca(OH)2 (aq)
Nama senyawa pereaksi dan hasil reaksi yang diperoleh adalah …
A. kalsium (II) karbida dan etana
B. kalsium dikarbida dan etana
C. kalsium karbida dan etuna
D. kalsium dikarbida dan etuna
10. Pupuk yang banyak mengandung nitrogen adalah … (Ar N = 14)
A. (NH4)2SO4 (Mr = 142)
B. (NH4)3PO4 (Mr = 150)
C. (NH2)2CO (Mr = 60)
D. NH4NO3 (Mr = 80)
Sel volta dan korosi
11. Diketahui potensial standar untuk reaksi sel berikut.
𝑍𝑛 (𝑠) + 𝐹𝑒 2+ (𝑎𝑞) → 𝑍𝑛2+ (𝑎𝑞) + 𝐹𝑒 (𝑠); 𝐸𝑠𝑒𝑙 = 0,32 𝑉
𝑍𝑛 (𝑠) + 𝐴𝑔+ (𝑎𝑞) → 𝑍𝑛2+ (𝑎𝑞) + 𝐴𝑔 (𝑠); 𝐸𝑠𝑒𝑙 = 1,56 𝑉
𝐹𝑒 (𝑠) + 𝐴𝑔2+ (𝑎𝑞) → 𝐹𝑒 2+ (𝑎𝑞) + 𝐴𝑔 (𝑠); 𝐸𝑠𝑒𝑙 = 0,24 𝑉
Berdasarkan data potensial tersebut, dapat disimpulkan bahwa urutan ketiga
logam tersebut berdasarkan kekuatan pereduksi yang semakin menurun
adalah …
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
119
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
A. Ag, Fe, Zn
B. Ag, Zn, Fe
C. Fe, Zn, Ag
D. Zn, Fe, Ag
12. Diketahui potensial reduksi standar:
Mg2+ I Mg
Eo = -2,37 volt
Sn2+ I Sn
Eo = -0,14 volt
Diantara pernyataan berikut yang menunjukan proses pada sel volta dengan
elektroda Sn yang dicelupkan ke dalam larutan Sn2+ 1 M, dan elektroda Mg
yang dicelupkan ke dalam larutan Mg2+ 1 M adalah …
A. Pada sel tersebut logam Mg sebagai katoda
B. Reaksi: Sn + Mg2+  Mg + Sn2+ berlangsung spontan
C. Potensial sel yang terjadi +2,57 volt
D. Logam Sn bertindak sebagai elektroda positif
13. Diketahui potensial reduksi standar:
𝐹𝑒 3+ 𝐹𝑒 2+ = +0,77 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝐶𝑢3+ Cu = +0,34 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝑍𝑛3+ Zn = −0,76 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝑀𝑔3+ Mg = −2,37 𝑣𝑜𝑙𝑡
Diantara reaksi berikut yang memiliki potensial sel terbesar adalah ...
A. 𝑍𝑛 (𝑠) + 2𝐹𝑒 3+ (𝑎𝑞) → 𝑍𝑛2+ (𝑎𝑞) + 2𝐹𝑒 2+ (𝑎𝑞)
B. 𝑀𝑔 (𝑠) + 2𝐹𝑒 3+ (𝑎𝑞) → 𝑀𝑔2+ (𝑎𝑞) + 2𝐹𝑒 2+ (𝑎𝑞)
C. 𝐶𝑢 (𝑠) + 𝑀𝑔2+ (𝑎𝑞) → 𝐶𝑢2+ (𝑎𝑞) + 𝑀𝑔 (𝑠)
D. 2𝐹𝑒 2+ (𝑎𝑞) + 𝐶𝑢3+ (𝑎𝑞) → 2𝐹𝑒 3+ (𝑎𝑞) + 𝐶𝑢 (𝑠)
14. Pada sel elektrokimia dengan elektroda Pb dan Zn, manakah reaksi dibawah
ini yang tidak dapat berlangsung?
A. Zn(s) + Pb2+(aq)  Zn2+(aq) + Pb(s)
B. Cu(s) + 2Fe3+(aq)  Cu2+(aq) + 2Fe2+(s)
C. 3 Sn2+(s) + Cr2O72+(aq)  3 Sn4+(aq) + 2 Cr3+(s)
D. Zn2+(s) + Cu(aq)  Zn(aq) + Cu2+(s)
120
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
15. Data dari reaksi setengah sel dengan E° sebagai berikut:
Pb2+(aq) / Pb(s) = -0,13 volt
Cu2+(aq) / Cu(s) = +0,34 volt
Sn2+(aq) / Sn(s) = -0.14 volt
Ni2+(aq) / Ni(s) = -0,23 volt
Mg2+(aq) / Mg(s) = -2,38 volt
Fe2+(aq) / Fe(s) = -0,41 volt
Logam yang dapat mencegah korosi pipa besi yang ditanam di dalam tanah
adalah …
A. Ni
B. Sn
C. Mg
D. Cu
Konsentrasi ionisasi asam basa
16. Trayek pH indikator brom timol biru, fenolphtalein dan metil jingga adalah
sebagai berikut.
Larutan Indikator
Trayek
Warna Perubahan
pH
Indikator
Brom timol biru
6,0 - 7,6
Kuning ke biru
Fenolftalein
8,2 - 10
Tidak berwarna
Metil jingga
3,2 - 4,4
Merah ke kuning
Jika larutan X diuji dengan metil jingga menghasilkan warna kuning, dengan
brom timol biru menghasilkan warna biru dan dengan fenolftalein tidak
berwarna, maka harga pH larutan X adalah diantara …
A. 7,6 - 8,2
B. 4,4 - 8,2
C. 4,4 - 7,6
D. 3,2 - 7,6
17. pH larutan dari campuran 100 mL HCl 0,10 M dengan dengan 200 mL
larutan NH3 (aq) 0,2 M (Kb= 1,8.10-5) adalah …
A. 5 – log 3,6
C. 9 – log 3,6
B. 5 – log 5,4
D. 9 + log 5,4
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
121
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
18. Lima larutan berikut (P, Q, R, S, dan T) yang konsentrasinya sama
mempunyai pH seperti pada diagram berikut.
P
Q
R
1
S
7
T
14
Pernyataan berikut yang benar adalah ...
Amonia
Asam
Asam
asetat
sulfat
Natrium
Lithium
klorida
hidroksida
A.
Q
S
T
R
P
B.
R
P
Q
S
T
C.
S
Q
P
R
T
D.
T
Q
P
S
R
19. Sekelompok siswa menguji air sungai yang melewati beberapa tempat yang
diduga mengandung limbah industri dengan berbagai indikator asam basa
yang diketahui trayek pH-nya. Data yang diperoleh dicatat pada tabel
berikut:
Air sungai
X
Metil Jingga
(3,0-4,4)
kuning
Metil merah
(4,2- 6,2)
jingga
Brom timol biru
(6,0-7,8)
kuning
Fenolftalin
(8,0-9,2)
Tak berwarna
Y
kuning
kuning
biru
merah
Z
merah
merah
kuning
Tak berwarna
Mana kesimpulan siswa yang benar terhadap pH air sungai berdasarkan
hasil percobaannya?
A.
X =  5 , Y=9, Z > 3
B.
X =  5 , Y >9, Z< 3
C.
X = > 6, Y < 9, Z =3
D.
X = > 6, Y < 9, Z =3
20. Trayek pH indikator brom timol biru, fenolphtalein dan metil jingga adalah
sebagai berikut:
Larutan Indikator
122
Trayek pH
Warna Perubahan Indikator
Brom timol biru
6,0 - 7,6
Kuning ke biru
Fenolftalein
8,2 - 10
Tidak berwarna
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Metil jingga
3,2 - 4,4
Merah ke kuning
Jika larutan X diuji dengan metil jingga menghasilkan warna kuning, dengan
brom timol biru menghasilkan warna biru dan dengan fenolftalein tidak
berwarna. Maka harga pH larutan X adalah diantara ...
A. 7,6 - 8,2
B. 4,4 - 8,2
C. 4,4 - 7,6
D. 3,2 - 7,6
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
123
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
124
EVALUASI
KELOMPOK KOMPETENSI B
PENUTUP
Modul Guru Pembelajar Kimia SMA-Modul B ini disiapkan untuk
guru pada
kegiatan program guru pembelajar baik secara mandiri maupun tatap muka di
lembaga pelatihan atau di MGMP. Materi modu ldisusun sesuai dengan
kompetensi pedagogik dan profesional yang harus dicapai guru. Guru dapat
belajar dan melakukan kegiatan Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan
sesuai dengan rambu-rambu/instruksi yang tertera pada modul baik berupa
diskusi materi,
eksperimen, latihan dsb. Modul Guru Pembelajar ini juga
mengarahkan dan membimbing peserta diklat dan para widyaiswara/fasilitator
untuk menciptakan proses kolaborasi belajar dan berlatih dalam pelaksanaan
program guru pembelajar, baik secara moda tatap muka, dalam jaringan
kombinasi maupun penuh.
Untuk pencapaian kompetensip ada Modul B ini, guru diharapkan secara aktif
menggali informasi, memecahkan masalah dan berlatih soal-soal evaluasi yang
tersedia pada modul. Isi modul ini masih dalam penyempurnaan, masukanmasukan atau perbaikan terhadap isi modul sangat kami harapkan.
PENUTUP
KELOMPOK KOMPETENSI B
125
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
126
PENUTUP
KELOMPOK KOMPETENSI B
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Haris Watoni.2002. Menyongsong OSN Kimia SMA. Yogyakarta.
Intersolusi Pressindo.
Ahmad Mutamakkin 2008. Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Organik
SMA Berbasis Multimedia Komputer.Malang: Universitas Negeri Malang
Ali, M., dan Asrori,M. (2014). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara
American Association for the Advancement of Science. (1969)."Science A
Process Approach" USA : AAAS / Xerox Corporation.
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Hilgard, E.R. (1996), Pengantar Psikologi,
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bambang Sugiarto, 2004, Ikatan Kimia, Jakarta: Dikmenjur Departemen
Pendidikan Nasional
Bligh, D., et al. 1980. Methods and Techniques of Teaching in Post-Secondary
Education. UNESCO.
Brady, James and Humiston, 1986, General Chemistry 4/E Principle and
Structure, SI Version. New York: John Wiley & Sons.
Brown, Theodore L. 1977. CHEMISTRY, The Central Science. Seventh , USA
:Edition,Prentice-Hall International, Inc.
Chang, Raymond,2003. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti, edisi ketiga, jilid 1,
Jakarta:Erlangga
Chang Raymond.2006. General Chemistry : The Essensial Concepts. Fourth
Edition, New York : Mc Graw- Hill
Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti.Jakarta:Erlangga.
Collete, A. T. dan Chiappetta E.L. 1994. Science Instruction in The Middle and
Secondary Schools (3rd edition). New York: Macmillan Publishing
Company.
Dalilia,
Sadila,
Teori
Dasar
Komunikasi
Visual,
https://sadidadalila.wordpress.com/2010/03/21/teori-dasar-komunikasivisual. Diakses 13 September 2015
Davis, Peck. 2010. The Foundation of Chemistry. USA: Brooks/Cole Cengage
Learning.
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK KOMPETENSI B
127
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA.
DePorter, B. dan Hernacks, M. (2001) Quantum Learning, Bandung : Kaifa.
DePorter, B., Reardon, M., Nouri, S.S. (2001) Quantum Teaching, Bandung :
Kaifa.
Devi, Poppy, K., Siti Kalsum., dkk. 2009.Kimia 1, Kelas X SMA dan MA. Edisi
BSE. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Dikmenum. 1999. Pengelolaan Laboratorium
Pendidikan dan kebudayaan
IPA.
Jakarta
Departemen
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah. 2011. Buku Katalog Alat Pendidikan
IPA untuk SMA. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Domingo. Cristina MA. 2005. CHEMISTRY (Science & Technology III Skills
Builder & Exercices. Philippines : Great Minds Book Sales, Inc.
Ebbing. 2012. General Chemstry, Tenth Editiion. USA: Houghton Miffl in Co.
Haryati (2006). Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta. PT Gaung
Persada
Herliawatie, Lenny. 2007. Pengenalan dan Penggunaan Bahan Kimia. Modul
PPPPTK IPA. Bandung
Hiskia Achmad, Tupamahu. 1996. Stoikiometri dan Energetika Kimia. Penuntun
Belajar Kimia Dasar. Bandung . Citra Aditya Bakti.
http://acehlook.com/hukum-konservasi-massa-dan-mol/
tanggal 02 September 2015, jam 13.45 WIB
diunduh
hari
Rabu
http://akademi-pendidikan.blogspot.com/2012/02/media-visual-dua-dimensi.html.
Diakses 9 September 2015
http://ceva24chandra.blogspot.com/2011/06/makalah-media-visual.html. Diakses
20 September 2015
https://esdikimia.wordpress.com/2009/09/26/massa-atommolekul-relatif-armrisotop-dan-kelimpahannya/ diunduh hari selasa tanggal 25 Agustus 2015,
jam 10.50 WIB
https://ian43.wordpress.com/2010/11/03/perbedaan-media-dan-alatperaga/#more-754. Diakses 20 September 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Stoikiometri , diunduh hari selasa tanggal 25 Agustus
2015, jam 10.48 WIB
http://mcholieq.blogspot.com/2013/12/makalah-karakteristik-media-duadimensi.html. Diakses 9 September 2015
http://septimartiana.blogspot.com/2014/01/contoh-makalah-media-visual.html.
Diakses 20 September 2015
http://www.webelements.com/shop/product-category/posters/
http://www.answers.com/topic/lewis-acid
http://www.intox.org/databank/documents/chemical/cobaltcl/ukpid50.htm
128
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Hurlock, E.B. (1980) Perkembangan Anak, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Hurlock, E.B. (1980) Psikologi Perkembangan, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Indrawati, dkk. 2007. Pengenalan Laboratorium Kimia. Sekolah Menengah Atas.
Jakarta. Direktur Pembinaan SMA.
Joyce and Weil, 1986, Models of Teaching, Second Edition, New Jersey:
Prentice Hall, Inc.
-------------, 1992, Models of Teaching, Fourt Edition, Boston: Allyb and Bacon.
Kemdiknas. 2006. Permendikas No. 41 tentang Standar Proses. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional
Kemdiknas. 2007. Permendikas No. 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
Kemdikbud. 2014. Permendikbud No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah.
Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Kemdikbud. 2013. Permendikbud 64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemdikbud. 2014. Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
pada Dikdasmen.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kertiasa, Nyoman.2006. Laboratorium Sekolah & Pengelolaannya. Bandung.
Pudak.
Laird, Brian B, 2009, University Chemistry, New York: McGraw- Hill
Lewis, Michael & Guy Waller.1997. Thinking Chemistry. London: Great Britain,
Oxford University Press.
LN. Yusuf,S. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja RosdaKarya
Loree, M.R. (1970) Psychology of Education, New York : The Ronald Press.
Makmun, A., S., (2002) Psikologi Kependidikan, Bandung : C.V. Rosda Karya.
McKeachie, Wilbert J., et al. 1994. Teaching Tips: Strategies, Research and
Theory for College and University Teachers (9th edition). Lexington,
Massachusetts: D.C. Heath and Company.
Michael and Guy. 1997. Thinking Chemistry.
Oxford, Scotprint Ltd.
GCSE Edition Great Britain,
Modul Online SMA » Kelas X » Kimia » Hukum Dasar Kimia Dan Perhitungan
Kimia
Natawijaya,R., Psikologi Perkembangan, Jakarta : Dep.Dik.Bud.
Nuryani&Rustaman.(2003).Peranan Pertanyaan Produktif dalam Pengembangan
KPS dan LKS.. Bandung :Depdiknas
Parlan dan Wahjudi. 2003. Kimia Organik I. Malang: Universitas Negeri Malang.
Peck. 2010. The Foundation of Chemistry. USA: Brooks/Cole Cengage Learning.
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK KOMPETENSI B
129
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
Permendiknas No. 2004 Tahun 2007. Standar Sarana dan Prasarana untuk
Sekolah
Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah
(SD/MI),Sekolah
Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah(Smp/Mts), Dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah(SMA/MA)
Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah.
Popham,W.J. (1995). Clasroom Assessment, What teacher Need it Know.
Oxford: Pergamon Press.
Poppy K, dkk...., Kimia 2 kelas XI SMA/MA, Pusat Perbukuan Depdiknas
Poppy dkk. (2007). Kimia 1, Kelas XI SMA dan MA,. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Poppy.(2010)Larutan Asam basa, Modul Diklat Peningkatan Kompetensi Guru
Kimia. Bandung: PPPPTK I PA
Poppy K. Devi. 2015. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Mata
Pelajaran Kimia tahun 2015. Pusbangprodik,
Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Poppy K.Devi.(2010). Keterampilan Proses pada pembelajaran IPA.Modul
Program BERMUTU. Bandung:P4TK IPA
Purwanto.N (2002). Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran, bandung: Rosda Karya
Ramsdeen, Eileen.2001. Key Science: Chemistry. Third edition. London: Nelson
Thornes Ltd.
Ratnawulan.( 2011). Pengertian dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes dan
Pengukuran ( Artikel) : FPMIPA, UPI
Rosbiono, Momo. 2004. Modul Pengadministrasian
Jakarta. Dikmenjur. Depdiknas.
Alat dan Bahan Kimia.
Ryan, Lawrie. 2001. Chemistry for You. London: Nelson Thornes.
Sadiman, Arief S., dkk. Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006
Sanaky, Hujair AH., Media Pembelajaran, Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2011
Santrock, J.,W. (2012). Life-Span Development. Edisi ke 13, Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Santrock, J.W. (1995) Life-Span Development, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Setiawati,Tati. Yayu Sri Rahayu. 2007. Stoikiometri. Modul Guru Kimia SMA/MA.
Bandung. PPPPTK IPA
Sentot Budi Raharjo, Ispriyanto. 2013. Kimia Berbasis Eksperimen untuk Kelas
X SMA/MA. Sola Tiga Serangkai.
Silberberg. 2011. Chemistry. NewYork: Mc Graw Hill Companies. Inc.
Stokes, Suzane, Visual Literacy in Teaching and Learning: A Literature
Perspective, dalam Electronic Journal for the Integration of Technology in
Education, vol. 1. http://ejite.isu.edu/Volume1No1/pdfs/stokes.pdf. Diakses
tanggal 10 Oktober 2015
130
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Sukarmin.2009.Kimia Organik.[Online]. Forum.Php09-02-2010 [14 April 2010]
Sumantri, Mulyani dan H. Johar Permana, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:
CV Maulana, 2001
Sunarto, dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka
Putra, 2002
Sunarya, Yayan., Setiabudi, Agus. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Untuk
kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Edisi BSE.
Jakarta.Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjana.N.& Ibrahim. ( 2001) Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algosindo.
Sudijono, Anas, Prof. (2006). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT
Grafindo Persada
Sunarto, H., Hartono,A.,B., (2002) Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : P.T.
Asdi Mahasatya.
Surya, (2003), Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung : Yayasan
Bhakti Winaya.
Syaiful Sagala, 2005, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Tim Kimia, 2012, 2012, Modul Struktur Atom dan Ikatan Kimia, Bandung:
PPPPTK IPA
Whitten, Kenneth W., Davis, Raymond E., Peck, M. Larry., Stanley, George G.
2010. Chemistry. Ninth Edition. International Edition. USA. Brooks/Cole
Cengange Learning.
Yeon, Weinstein, (1996) A Teachers World, Psychology in the Classroom : Mc.
Graw-Hill, Inc.
Yusuf, Pawit M., Komunikasi Instruksional, Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Zaini, Hisayam, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD, 2007
-.......... 2005. Encarta Encyclopedia.
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK KOMPETENSI B
131
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
132
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK KOMPETENSI B
GLOSARIUM
Anoda
:
Elektoda positif dalam sel elektrolisis atau elektoda
negatif pada sel volta. Tempat terjadinya oksidasi dalam
sel elektrokimia.
Asam kuat
:
asam yang terionisasi 100% dalam air.
Asam lemah
:
asam yang terionisasi lebih kecil dari 100%
dalam air.
Avogadro,
:
tetapan
jumlah partikel (atom, molekul, ion) dalam satu mol. Satu
mol = 6,02 x 1023 buah.
Aturan duplet
:
suatu atom stabil dengan elektron valensi dua.
Aturan oktet
:
suatu atom cenderung mempunyai elektron valensi
delapan seperti gas mulia (kecuali helium = 2).
Basa kuat
:
basa yang terionisasi 100% dalam air.
Basa lemah
:
basa yang terionisasi lebih kecil dari 100% dalam air.
Derajat ionisasi
:
perbandingan mol elektron lemah yang terion dengan mol
mula-mula.
Elektrokimia
:
Ilmu yang mempelajari hubungan antara energi listrik dan
reaksi kimia.
Gay Lussac,
:
bila volum tetap, tekanan gas dengan massa tertentu
GLOSARIUM
KELOMPOK KOMPETENSI B
133
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
hukum
Golongan transisi
berbanding lurus dengan suhu mutlak.
:
unsur yang terletak antara golongan IIA dan IIIA atau blok
d dalam tabel periodik.
Ikatan ion
:
gaya tarik elektrostatik antara ion positif dan negatif dalam
kristal.
Ikatan logam
:
gaya tarik listrik antara ion positif dengan elektron dalam
kisi logam.
Ikatan kovalen
:
koordinat
Ikatan kovalen
ikatan kovalen antara dua tom, tetapi pasangan elektron
yang dipakai bersama berasal dari salah satu atom.
:
ikatan antara dua atom dengan pemakaian bersama
sepasang elektron atau lebih.
Indikator
:
zat yang mempunyai warna tertentu dalam suatu daerah
pH.
Indikator
:
universal
Jembatan garam
campuran beberapa indikator yang berwarna
spesifik pada setiap pH larutan.
:
Suatu tabung berisi campuran agar-agar dan larutan
elektrolit yang dipakai untuk menghubungkan kedua
elektroda dalam sel volta.
Katoda
:
Elektoda negatif dalam sel elektrolisis atau elektoda
positif dalam sel volta. Tempat terjadinya reaksi reduksi
dalam sel elektrokimia.
Korosi
:
Kerusakan logam oleh zat kimia yang terdapat di sekitar
lingkungannya.
Mol
:
kuantitas zat yang mempunyai massa (dalam gram)
sebanyak massa atom molekul relatifnya.
Pereaksi
:
reaksi yang salah satu pereaksinya tersisa.
pembatas
134
GLOSARIUM
KELOMPOK KOMPETENSI B
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar
Kimia SMA
Perlindungan
:
Katodik
Potensial reduksi
Melindungi logam dari korosi dengan dilapisi logam lain
yang lebih mudah dioksidasi
:
standar
Potensial reduksi suatu elektroda dalam keadaan standar
(25oC, 1 atm, konsentrasi larutan 1M) yang dibandingkan
terhadap elektroda hidrogen standar.
Volta, sel
:
Sel elektrokimia yang mengubah reaksi kimia menjadi
energi listrik
Indikator
:
zat yang mempunyai warna tertentu dalam
suatu daerah pH
Indikator
Universal
:
zat yang mempunyai warna tertentu dalam
suatu daerah pH
GLOSARIUM
KELOMPOK KOMPETENSI B
135
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
136
GLOSARIUM
KELOMPOK KOMPETENSI B
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2016
Download