pembelajaran tematik terpadu pada jenjang sd/mi

advertisement
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA
JENJANG SD/MI
Qumruin Nurul Laila
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah NU Al Hikmah Mojokerto
e-mail: [email protected]
Abstrak: Pada dasarnya pendidikan adalah percobaan yang tidak pernah
selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini,
karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban
manusia yang terus berkembang. Ada beberapa prinsip dalam pendidikan,
diantaranya adalah proses pembudayaan dan pembelajaran peserta didik
yang berlangsung sepanjang hidup atas dasar kasih sayang. Kasih sayang ini
merupakan modal pokok bagi guru yang mempunyai peran dan fungsi ganda
dalam proses pendidikan, yaitu sebagai pendidik dan sekaligus sebagai orang
tua kedua di sekolah. Sebagai pendidik, guru harus menggunakan
profesionalismenya dalam mendidik, mengajar, membimbing dan
mengarahkan peserta didiknya. Sebagai orang tua, guru harus menunjukkan
rasa kasih sayang kepada peserta didik seperti halnya terhadap anak sendiri.
Hal tersebut memerlukan proses dan upaya maksimal yang dilakukan guru
sebagai agen perubahan (agent of change). Kurikulum merupakan salah satu
komponen pokok dari proses pendidikan. Kurikulum SD/MI 2013
menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran
tematik
terpadu
merupakan
pendekatan
pembelajaran
yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke
dalam berbagai tema. Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan
kehidupan manusia serta dekat dengan kehidupan anak. Maka dari itu,
pembelajaran tematik mengangkat tema-tema yang dekat dengan kehidupan
peserta didik dan lingkungannya supaya memberikan makna bagi peserta
didik karena menarik minat dan bakat peserta didik sehingga membantu
dalam menyelesaikan pekerjaan atau bagi masa depan peserta didik itu
sendiri.
Kata Kunci: Pembelajaran Tematik Terpadu
PENDAHULUAN
Artikel ini akan mengulas tentang pembelajaran tematik terpadu mulai dari
kosep dasar teori sampai pada aplikasi pengembangannya dengan merujuk pada
pedoman pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013. Pembelajaran merupakan
kegiatan untuk mewujudkan kurikulum tertulis (rencana) menjadi tindakan nyata
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Dalam
MODELING: Jurnal Program Studi PGMI
Volume 3, Nomor 2, September 2016
P-ISSN: 2442-3661 E-ISSN: 2477-667X
Pembelajaran Tematik Terpadu
pembelajaran yang baik, seorang guru mengajar sekaligus belajar, para peserta didik
belajar sekaligus mengajar, mengajari sesama temannya. Istilah pembelajaran sering
diidentikkan dengan pengajaran juga terlihat dalam redaksi Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (tetntang Standar Proses) dinyatakan:
"Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil
belajar."1 Masa depan dengan berbagai tantangan yang akan dihadapi oleh umat
manusia, mempunyai dampak yang luas terhadap bermacam-macam rancangan dan
teknik pembelajaran. Hal itu tidak hanya terkait dengan kewajiban moral seorang
guru untuk mendorong dan memotivasi peserta didik agar belajar pengetahuan dan
ketrampilan yang signifikan, tetapi juga terkait dengan tugas guru untuk memotivasi
peserta didik agar bersikap inovatif, kreatif, adaptif, dan fleksibel dalam menghadapi
kehidupannya sehari-hari. Hal ini membawa konsekuensi bagi guru, untuk mampu
menjadi model mental, suatu panutan tentang bagaimana untuk menjadi inovatif,
kreatif, adaptif, dan fleksibel. Pada gilirannya tentu para guru akan menjadi semakin
menyadari bahwa konsep dasar, tahapan, metode dan strategi pembelajaran yang
konvensional tidak akan mampu membantu peserta didik. Guru sendiri dituntut
inovatif, adaptif, dan kreatif serta mampu membawa suasana pembelajaran yang
menyenangkan ke dalam kelas proses pembelajaran, dimana terjadi interaksi belajar
mengajar yang intensif dan berlangsung dari berbagai arah.2
Pembelajaran tematik terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam
berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi
sikap, ketrampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi
berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar
sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara terpisah-pisah. Dengan
demikian, pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik
seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
Dalam pembelajaran tematik terpadu, tema yang dipilih berkenaan dengan
alam dan kehidupan manusia serta dekat dengan kehidupan anak. Untuk kelas I, II,
dan III, merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn,
Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya, dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari IPA dan IPS yang
diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran penting sebagai pengikat
dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang
psikologi, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten
mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI yang sudah mulai mampu
berpikir abstrak. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar
1
2
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, 2011. hal 4
Ibid hal 5
Volume 3, Nomor 2, September 2016
236
Qumruin Nurul Laila
yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorgansasikan dalam
pembelajaran tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity, pengotakan konten
kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan
berpikir selanjutnya (Kurikulum 2013: 9).3 Oleh karena itu, pembelajaran tematik
dengan mengambil tema-tema yang dekat dengan kehidupan peserta didik dan
lingkungnnya akan memberikan makna bagi peserta didik karena memenuhi
kebutuhan, menarik minat dan bakat peserta didik sehingga membantu dalam
menyelesaikan pekerjaan atau bagi masa depannya.
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Pembelajaran Tematik
Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah akan selalu mendapatkan
perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan. Perbaikan dan penyempurnaan
pembelajaran di sekolah itu dilakukan melalui perubahan kurikulum oleh
pemerintah. Kurikulum itu memang bersifat dinamis, harus selalu menyesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu, melalui berbagai observasi
dan evaluasi pendidikan, masukan dari ahli pendidik serta masukan dari masyarakat
yang peduli pendidikan, pemerintah berusaha untuk memperbaiki kurikulum yang
mereka pandang perlu untuk diadakan perbaikan dan penyempurnaan. Meskipun
masyarakat banyak yang mengasumsikan bahwa ganti menteri mesti ganti
kurikulum, sebagai seorang guru yang profesional seharusnya cepat merespon
perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum yang terjadi merupakan hal yang biasa
dan merupakan suatu keniscayaan dalam rangka mengikuti perkembangan
masyarakat yang begitu cepat (Kusnandar, 2007;107). 4
Pemerintah (Kemdikbud) mulai tahun ajaran baru (2013) akan menerapkan
kurikulum baru di semua jenjang pendidikan sekolah, termasuk jenjang sekolah
tingkat SD/MI. Terutama di sekolah jenjang SD/MI akan mendapatkan porsi
perubahan yang cukup banyak. Salah satu ciri kurikulum tahun 2013 adalah bersifat
tematik integratif pada level pendidikan dasar (SD).
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). 5 Pembelajaran tematik
merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik
3
4
5
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, 2014. hal iv
Ibid hal 79
Ibid hal 80
237 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI
Pembelajaran Tematik Terpadu
secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta
prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tidak lepas dari perkembangan akan konsep
dari pendekatan terpadu itu sendiri. Melihat perkembangan konsep pendekatan
terpadu di Indonesia, pada saat ini model pembelajaran yang dipelajari dan
berkembang adalah model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty
(1990). Model pembelajaran yang dikemukakan oleh Fogarty ini berawal dari konsep
pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989).
Dalam bukunya, Interdisciplinary Curriculum: Design and Implementation, Jacob
(1989) menjelaskan bahwa tumbuh kembangnya minat dan kebutuhan atas
kurikulum terpadu (integrative curriculum) dipicu oleh sejumlah hal berikut ini,
a. Perkembangan pengetahuan
Kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhan pengetahuan yang sangat
pesat dalam berbagai bidang. Kemajuan pengetahuan itu tidak langsung bisa diadopsi
dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang sedang dan telah dipelajari peserta didik
sering kadaluarsa karena telah tertinggal jauh oleh perkembangan yang terjadi.
b. Fragmentasi jadwal pembelajaran (fragmented shcedule)
Merancang dan melaksanakan pembelajaran di sekolah dibatasi oleh satuan waktu
yang disebut menit. Karena waktunya sudah habis, kegiatan pembelajaran yang
sedang berlangsung terpaksa harus diputus, dan segera berpindah pada pelajaran
yang baru. Para peserta didik belajar dengan terpisah-pisah dan terputus-putus tanpa
memedulikan ketuntasan dan keutuhan.
c. Relevansi kurikulum
Kegiatan pembelajaran yang dialami anak menjadi membosankan dan kurang
berguna, ketika mereka tidak mengerti untuk apa mempelajari Matematika, Sejarah,
IPS, IPA, dan sebagainya. Pembelajaran hanya dilakukan demi pelajaran itu sendiri,
atau sekadar menghadapi tes dan ujian. Padahal ketika bangun di pagi hari atau
begitu menamatkan sekolah, anak dihadapkan pada berbagai masalah kehidupan
nyata yang membutuhkan pemecahan secara baik dan dari berbagai sudut pandang.
Persoalan itu juga yang sering menimbulkan perdebatan tentang apa tujuan
pendidikan sekolah, apa yang harus dialami dan dipelajari peserta didik, dan
bagaimana semestinya pendidikan itu dilaksanakan. Kurikulum menjadi relevan dan
bermakna ketika pelajaran-pelajaran yang harus dikuasai peserta didik terkait satu
sama lain.
Volume 3, Nomor 2, September 2016
238
Qumruin Nurul Laila
d. Respon masyarakat terhadap fragmentasi pembelajaran
Ketika seorang calon dokter dididik menjadi dokter, ia tidak hanya diajar tentang halhal yang bersifat fisik, biologis, dan medis, ia pun dipelajari pula tentang filosofi
manusia, psikologi, etika dan komunikasi yang dapat membekalinya dengan
penyikapan teradap manusia secara utuh. Karena itu pula, interdisiplin akan
membantu peserta didik untuk dapat lebih baik dalam mengintegrasikan
pengetahuan dan strategi belajarnya guna menghadapi kompleksitas dunia.
Menurut Jacob (1989), keempat hal itu merupakan pemicu meluasnya wacana
dan penerapan pendekatan intedisiplin di sekolah-sekolah. Berdasarkan
pengalamannya selama lima belas tahun berkecimpung dengan pendekatan tersebut,
Jacob menemukan bermacam-macam model penerapan pendekatan interdisipliner.
Perbedaan itu disebabkan oleh pemahaman, kepercayaan diri, dan kreativitas dalam
menerapkan pendekatan interdisiplin.
Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan pembelajaran tematik mencakup:
a. Landasan filosofis
Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu:
progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme memandang
proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian
sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman
peserta didik. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik
(direct experience) sebagai kunci dalam suatu pembelajaran. Menurut aliran ini,
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, femomena, pengalaman, dan
lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru
kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing peserta
didik. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus-menerus . Keaktifan peserta didik yang diwujudkan oleh rasa ingin
tahunya sangat berperan dalam pengetahuannya. Aliran humanisme melihat peserta
didik dari segi keunikan/kekhasannya , potensinya dan motivasi yang dimilikinya.
b. Landasan psikologis
Pembelajaran tematik terutama berkaitan psikologi perkembangan peserta
didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan untuk menentukan
isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta didik agar tingkat
keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi
239 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI
Pembelajaran Tematik Terpadu
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta didik bagaimana pula
peserta didik harus mempelajarinya.
c. Landasan yuridis
Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan bermacam-macam kebijakan
atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar.
Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan
minat dan bakatnya (pasal 9). UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Penddikan
Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya (Bab V Pasal1-b).
Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif
Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif
sebagai berikut:
a. Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan
dunia peserta didik dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat
pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.
b. Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa pelajaran yang
mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat
mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan
horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi.
Namun ingat, penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan
mengacu pada tujuan pembelajaran.
c. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan
kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus
mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam
kurikulum.
d. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu
mempertimbagkan karakteristik peserta didik seperti minat, kemampuan,
kebutuhan, dan pengetahuan awal.
e. Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang
tidak mungkin dipadukan tidak perlu dipadukan.
Volume 3, Nomor 2, September 2016
240
Qumruin Nurul Laila
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a.
Berpusat pada peserta didik
b.
Memberikan pengalaman langsung
c.
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
d.
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
e
Bersifat fleksibel
f.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered). Hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik
sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator
yaitu memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik untuk melakukan
aktivitas belajar.
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik
(direct experience). Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada
sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak.
Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu
jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling
dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik.
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu
peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan
ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan di mana
sekolah dan peserta didik berada.
Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut TIM Pengembang PGSD,
1997 (Hesty, 2008) adalah:
1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa mata pelajaran
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
241 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI
Pembelajaran Tematik Terpadu
2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek,
memungkin terbentuknya semacam hubungan antar skemata yang dimiliki
oleh peserta didik, yang pada gilirannya nanti akan memberikan dampak
kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik memahami secara
langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.
4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berpijak pada pendekatan
inquiry discovery dimana peserta didik terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembelajaran Tematik
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik adalah
sebagai berikut:
a. Tidak semua mata pelajaran harus disatukan.
b. Ada kemungkinan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.
c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak harus dipadukan.
Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan
baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
e. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik,
lingkungan, dan daerah setempat.
Tahapan Pembelajaran Tematik
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang
meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar,
pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
1. Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh
dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indkator dari berbagai
mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.
Volume 3, Nomor 2, September 2016
242
Qumruin Nurul Laila
Dalam melakukan pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai
berikut:
1. Mempelajari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masingmasing mata pelajaran, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar
dari beberapa mata pelajaran yang dapat dipadukan. Setelah itu melakukan
penetapan tema pemersatu.
Berikut adalah contoh format pemetaan.
Bahasa Indonesia
Pelajaran
Kompetensi Dasar Indikator Tema
Matematika
IPA
IPS
Pendidikan Kewarganegaraan
Senibudaya dan Ketrampilan
Pendidikan jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
orkes
2. Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan
mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok
dengan tema yang ada.
Dari kedua cara pemetaan yang dilakukan, terdapat kegiatan yang harus
dilakukan, yaitu menentukan tema sebagai alat atau wahan pemersatu dari
kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran yang dipadukan.
Dalam penentuan tema, dapat ditentukan sendiri oleh guru dan atau bersama
peserta didik. Dengan demikian, untuk menetapkan tema perlu memperhatikan
beberapa prinsip yaitu:
 Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik;
 Memulai dari yang termudah ke yang kompleks;
 Dari yang konkret menuju ke yang abstrak;
 Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada peserta
didik;
 Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta didik,
termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.
243 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI
Pembelajaran Tematik Terpadu
Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu
sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema
yang sifatnya lebih spesifik dan lebih konkret. Subtema tersebut selanjutnya dapat
dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi pelajaran. Jika digambarkan akan
tampak sebagai berikut.
Tema
Sub/ Anak tema
Sub/ Anak tema
Sub/ Anak tema
Sebagai contoh adalah:
 Tema "ALAT TRANSPORTASI" dapat dikembangkan menjdadi anak tema: 1) alat
transportasi darat, 2) alat transportasi laut, 3) alat transportasi udara.
 Tema "PERISTIWA ALAM" dapat dikembangkan menjadi anak tema: 1) banjir,
2) gempa bumi, 3) gunung meletus, 4) tanah longsor, 5) terjadinya tsunami, dan
sebagainya.
2. Menetapkan Jaringan Tema KD/Indikator
Setelah melakukan pemetaan, dapat dibuat jaringan tema, yaitu
menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu, dan mengembangkan
indikator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang dipilih. Dengan
jaringan tema tersebut, akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar, dan
indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema itu dapat dikembangkan sesuai
dengan alokasi waktu setiap tema.
Secara umum dalam merencanakan pembelajaran terpadu, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, diantaranya profil peserta didik yang akan diharapkan,
kebijakan-kebijakan kurikulum, kerangka kerja dan silabus. Lonnng mengungkapkan
bahwa untuk merancang pembelajaran terpadu model webbed hendaknya
memperhatikan langkah-langkah berikut:
 menemukan atau memilih tema sentral;
 mengidentifikasi konsep-konsep yang akan dibahas;
 memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai; dan
 menyusun jadwal kegiatan secara sistematis.
Menetapkan tema sentral hendaknya berorientasi pada kondisi fisik lingkungan
peserta didik dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat (Konvalik, 1994).
Volume 3, Nomor 2, September 2016
244
Qumruin Nurul Laila
Diharapkan peserta didik mengenal dan mencintai masyarakatnya sehingga tidak
terisolasi dari kehidupan asalnya.
Untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran terpadu, guru merencanakan
penjelajahan tema dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
berbicara, bertanya, membaca, dan menulis sehingga mereka dapat mengembangkan
kreativitasnya.
Penyusunan Silabus
Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata
pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus disusun berdasarkan
Standar Isi. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahanpermasalahan sebagai berikut.
1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai peserta didik sesuai dengan yang
dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
2. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari peserta
didik untuk mencapai Standar Isi.
3. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru sehingga
peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.
4. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian KD dan
SK.
5. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator
sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
7. Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi
tertentu.
Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata pelajaran secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah (MGMPS) atau beberapa sekolah,
kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), di bawah koordinasi dan
supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Propinsi.
a) Sekolah dan Komite Sekolah
245 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI
Pembelajaran Tematik Terpadu
Pengembangan silabus adalah tugas sekolah bersama komite sekolah. Untuk
menghasilkan silabus yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah dapat
meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait
seperti Balitbang Depdiknas.
b) Kelompok Sekolah
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat
melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat
mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran
untuk mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah tersebut.
c) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan dapat bergabung
untuk menyusun silabus. Hal ini dimungkinkan karena sekolah dan komite
sekolah karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan penyusunan silabus.
Kelompok sekolah ini juga dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi,
LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus.
d) Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan
membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalamanan di
bidangnya masing-masing. Dalam pengembangan silabus ini, sekolah, kelompok
kerja guru, atau dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari
perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama terkait yang ada di Departemen
Pendidikan Nasional.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Pengertian
Pembelajaran merupakan implementasi dari rencana yang telah dibuat, dan
merupakan indikator utama yang sangat mempengaruhi efektif tidaknya rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).6 Rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) adalah
rencana pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu KD tertentu di
dalam kurikulum atau silabus. RPP dibuat dalam rangka pedoman guru dalam
mengajar sehingga pelaksanaannya biar lebih terarah, sesuai dengan KD yang telah
ditetapkan. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan atau lebih.
Adapun RPP dikembangkan oleh guru, secara mandiri ataupun kelompok, di
setiap sekolah masing-masing,. Hal itu dimaksudkan agar pengembangannya itu
6
Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, 2014. hal 72
Volume 3, Nomor 2, September 2016
246
Qumruin Nurul Laila
sesuai dengan tuntutan dan kondisi para peserta didiknya. Pengembangan RPP
sebaiknya dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran dengan
maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan
pembelajaran.7
Prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai
berikut:
1) Disusun berdasarkan kurikulum atau silabus yang telah disusun di tingkat
nasional. Oleh karena itu, setiap RPP harus memiliki kejelasan rujukan KI/KD-nya.
Setiap KD (KI-3/KI-4) dikembangkan ke dalam satu RPP yang di dalamnya
mencakup satu ataupun beberapa pertemuan.
2) Menyesuaikan dalam pengembangannya dengan kondisi di sekolah dan
karakteristik para peserta didiknya. Oleh karena itu, RPP idealnya berlaku untuk
per kelas dengan asumsi bahwa para peserta didik di setiap kelas memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.
3) Mendorong partisipasi aktif peserta didik. Oleh karena itu, di dalam langkahlangkah pembelajarannya, peserta didik selalu berperan sebagai pusat belajar,
yakni dengan mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, serta ketrampilan dan
kebiasaan belajar. Dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dalam
Kurikulum 2013, hal tersebut sudah bisa terakomodasi.
4) Mengembangkan kegemaran peserta didik dalam membaca beragam referensi
(sumber belajar) sehingga peserta didik terbiasa dalam berpendapat dengan
rujukan yang jelas. Hal itu tercermin di dalam langkah-langkah pembelajaran di
dalam RPP.
5) Memberikan banyak peluang kepada peserta didik untuk berekspresi dalam
berbagai bentuk tulisan, lisan, dan dalam bentuk karya-karya lainnya. Diharapkan
setiap proses pembelajaran, para peserta didik dapat menghasilkan suatu produk
yang bermanfaat. Sebagai wujud penghargaan atas minat dan kreativitas, mereka
berkenaan dengan KD yang sedang dipelajarinya.
6) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, antara lain, dengan
menghadirkan beragam media dan sarana belajar untuk menumbuhkan minat
dan motivasi belajar peserta didik, termasuk dengan menerapkan metode belajar
yang variatif.
7) Memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara komponen pembelajaran
yang satu dengan komponen pembelajaran yang lainnya sehingga bisa
7
Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013, 2014. hal 144
247 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI
Pembelajaran Tematik Terpadu
memberikan kebutuhan pengalaman belajar kepada para peserta didik. Keutuhan
pengalaman jika memungkinkan juga terjadi hubungan antar mata pelajaran.
Dengan demikian, penyusunan RPP dalam satu mata pelajaran tertentu harus pula
memperhatikan pengalaman belajar peserta didik yang diperoleh dari pelajaran
lainnya.8
Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
a. Kegiatan awal
Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran adalah pertama, untuk menarik
perhatian peserta didik, yang dapat dilakukan dengan cara misalnya meyakinkan
peserta didik bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan
berguna untuk dirinya; melakukan interaksi yang menyenangkan. Kedua,
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, yang dapat dilakukaan cara seperti
membangun suasana akrab sehingga peserta didik merasa dekat, menimbulkan
rasa ingin tahu, misalnya mengajak peserta didik untuk mempelajari suatu kasus
yang sedang hangat dibicarakan. Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambu
tentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan cara
seperti mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus
dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan (Sanjaya, W., 2006:41). 9
b. Kegiatan inti
8
9
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalam kegiatan inti
dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan
belajar dengan menggunakan multimetode dan media sehingga peserta didik
mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan
pembahasan tema, guru dalam penyajiannya hendaknya lebih berperan sebagai
fasilitator (Alwasilah:1988). Selain itu guru harus pula mampu berperan sebagaia
model pembelajaran yang baik bagi peserta didik. Artinya guru secara aktif dalam
kegiatan belajar berkolaborasi dan berdiskusi dengan peserta didik dalam
mempelajari tema atau subtema yang sedang dipelajari. Untuk itu maka selama
proses pembelajaran peserta didik mengamati obyek nyata berupa benda nyata
atau lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan, melakukan permainan,
berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber bacaan, bertanya dan
menjawab pertanyaan, serta bermain peran. Selama proses pembelajaran
hendaknya guru memberikan umpan agar anak berusaha mencari jawaban dari
permasalahan yang dipelajari. Umpan dapat diberikan guru melalui pertanyaanpertanyaan menantang yang membangkitkan anak untuk berpikir dan mencari
solusi melalui kegiatan belajar.
Ibid hal 144-145
Ibid hal 129
Volume 3, Nomor 2, September 2016
248
Qumruin Nurul Laila
c. Kegiatan akhir
Kegiatan akhir dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari peserta didik serta keterkaitannya dengan
pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik serta
keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Cara yang dapat
dilakukan guru dalm menutup pembelajaran, adalah meninjau kembali dan
mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Dalam kegiatan meninjau kembali
dapat dilakukan dengan merangkum inti pelajaran atau membuat ringkasan.
Dalam kegiatan evaluasi, guru dapat menggunakan bentuk-bentuk
mendemonstrasikan ketrampilan, menerapkan ide-ide baru pada situasi lain,
mengekspresikan pendapat murid sendiri atau mengerjakan soal-soal tertulis
(Hadisubroto dan Herawati; 1998;517).
Metode Pembelajaran Tematik
Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh
setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan
tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru atau pun peserta didik. Guru
biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak
melakukan ceramah. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan salah satu metode yang cukup efektif, sebab membantu
peserta didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau
data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
Metode Diskusi
Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan
peserta didik, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Oleh karena itu,
diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
1. Metode Simulasi
249 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI
Pembelajaran Tematik Terpadu
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua
proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,
prinsip, atau ketrampilan tertentu. Metode simulasi bertujuan untuk: 1) melatih
ketrampilan tertentu, baik bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-hari;
2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip; 3) melatih
memecahkan masalah; 4) meningkatkan keaktifan belajar; 5) memberikan motivasi
belajar kepada peserta didik; 6) melatih peserta didik untuk mengadakan kerja sama
dalam situasi kelompok; 7) menumbuhkan daya kreatif peserta didik, dan 8) melatih
peserta didik untuk mengembangkan sikap toleransi (Depdiknas: 2004).
Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari
itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau
kelompok. Tugas dan resitasi bias dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan
dan tempat lainnya.
Uraian diatas menggambarkan bahwa resitasi sebagai metode (belajar) dan atau
mengajar merupakan sebuah upaya membelajarkan peserta didik dengan cara
memberikan tugas penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian, dan
pemeriksaan atas diri sendiri, atau menampilkan diri dalam menyampaikan suatu
(puisi, syair, drama) atau melakukan kajian maupun uji coba sesuai dengan tuntutan
kualifikasi atau kompetensi yang ingin dicapai. Resitasi dilakukan dalam rangka
untuk merangsang peserta didik agar lebih aktif belajar baik secara perorangan
maupun kelompok, menumbuhkan kebiasaan untuk belajar mencari dan
menemukan, mengembangkan keberanian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri,
dan memunginkan untuk memperoleh hasil yang permanen.
Metode Tanya Jawab
Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi
langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog
antara guru dan peserta didik. Guru bertanya peserta didik menjawab atau peserta
didik bertanya guru menjawab. Metode Tanya jawab dimaksudkan untuk
merangsang berpikir peserta didik dan membimbingnya dalam mencapai atau
mendapatkan pengetahuan. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbale
balik secara langsung antara guru dan peserta didik.
Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung
pengertian bahwa peserta didik dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan
(kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub
kelompok).
Volume 3, Nomor 2, September 2016
250
Qumruin Nurul Laila
Untuk mencapai hasil yang baik, factor yang harus diperhatikan dalam kerja
kelompok adalah:




Perlu adanya motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota.
Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai satu unit dipecahkan bersama, atau
masalah dibagi-bagi untuk dikerjakan masing-masing secara individual. Hal ini
bergantung kepada kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan.
Persaingan yang sehat antar kelompok biasanya mendorong anak untuk belajar.
Situasi yang menyenangkana antar anggota banyak menentukan berhasil tidaknya
kerja kelompok.
Metode Problem Solving
Problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir sebab dalam problem solving
dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.
Pembelajaran ini merupakan pembelajaran berbasis masalah, yakni
pembelajaran yang berorientasi “learner centered” berpusat pada pemecahan suatu
masalahan oleh peserta didik melalui kerja kelompok. Metode problem solving sering
disebut “metode ilmiah” (scientific method) karena langkah-langkah yang digunakan
adalah langkah ilmiah yang dimulai dari: merumuskan masalah, merumuskan
jawaban sementara (hipotesis), mengumpulkan dan mencari data atau fakta, menarik
kesimpulan atau melakukan generalisasi, dan mengaplikasikan temuan ke dalam
situasi baru.
Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari. Sebagai sebuah metode,
drill adalah cara membelajarkan peserta didik untuk mengembangkan kemahiran
dan ketrampilan serta dapat pula mengembangkan sikap dan kebiasaan. Latihan atau
berlatih merupakan proses belajardan membiasakan diri agar mampu melakukan
sesuatu. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif peserta didik
untuk berpikir, hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari
metode Drill:


Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis,
permainan, pembuatan, dan lain-lain.
Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumusrumus, dan lain-lain.
251 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI

Pembelajaran Tematik Terpadu
Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul
peta, dan lain-lain.
Metode Karyawisata (Field-Trip)
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan
karyawisata dalam arti umum, karyawisata disini berarti kunjungan ke luar kelas
dalam rangka belajar. Contoh: Mengajak peserta didik ke gedung pengadilan untuk
menegtahui system peradilan dan proses pengadilan, selama satu jam pelajaran. Jadi,
karyawisata diatas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak
memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu lama dan tempat yang jauh
disebut study tour.
Inkuiri
Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan
menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik
dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materipelajaran,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk
belajar.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir
itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan peserta didik.
Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu heriskien yang berarti saya menemukan.
PENUTUP
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
dating (UU No 2 Tahun1989).10 Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan telah menetapkan bahwa tahun ajaran 2014 semua sekolah pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah harus mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Kurikulum yang menekankan pada pembentukan sikap spiritual (KI-1) dan sikap
social (KI-2) ini, dipersiapkan terutama dalam rangka mengantisipasi era globalisasi
dan pasar bebas. Kurikulum ini juga dipersiapkan untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang prodektif, kreatif, inovatif, dan berkarakter, sehingga pada hari ulang
tahun kemerdekaannya yang ke 100 (tahun 2045) sebagai masa keemasan, mampu
menjadi Negara maju dan menyejajarkan diri dengan negara-negara maju lainnya
dalam tatanan global internasional. Kurikulum 2013 tersebut terutama diterapkan di
10
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, 2012. hal 4
Volume 3, Nomor 2, September 2016
252
Qumruin Nurul Laila
sekolah jenjang SD/MI, yang mendapatkan porsi perubahan yang cukup banyak.
Salah satu cirri kurikulum tahun 2013 adalah bersifat tematik integratif pada level
pendidikan dasar (SD/MI). Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan
pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik
integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Pengertian secara luas, tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan
berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan
dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh,
memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih
bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai
konsep secara mudah dan jelas. Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Keterpaduan pembelajaran ini
dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajarmengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran
sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang
digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang berasal
dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi
yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan
perkembangan anak.
3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan anak secara
simultan.
4. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan
harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema mata pelajaran. Dalam
pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema
“Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, kimia, biologi, dan matematika. Lebih
luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, agama, dan
seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi
kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk
memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran. Unit yang tematik adalah
epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk
253 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI
Pembelajaran Tematik Terpadu
secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan
rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.
DAFTAR RUJUKAN
Hasbullah. (2012). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Majid, Abdul. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. (2014). Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Kosasih. (2014). Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung. PT Penerbit Yrama Widya.
Volume 3, Nomor 2, September 2016
254
Download