PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA JENJANG SD/MI Qumruin Nurul Laila Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah NU Al Hikmah Mojokerto e-mail: [email protected] Abstrak: Pada dasarnya pendidikan adalah percobaan yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Ada beberapa prinsip dalam pendidikan, diantaranya adalah proses pembudayaan dan pembelajaran peserta didik yang berlangsung sepanjang hidup atas dasar kasih sayang. Kasih sayang ini merupakan modal pokok bagi guru yang mempunyai peran dan fungsi ganda dalam proses pendidikan, yaitu sebagai pendidik dan sekaligus sebagai orang tua kedua di sekolah. Sebagai pendidik, guru harus menggunakan profesionalismenya dalam mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan peserta didiknya. Sebagai orang tua, guru harus menunjukkan rasa kasih sayang kepada peserta didik seperti halnya terhadap anak sendiri. Hal tersebut memerlukan proses dan upaya maksimal yang dilakukan guru sebagai agen perubahan (agent of change). Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dari proses pendidikan. Kurikulum SD/MI 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia serta dekat dengan kehidupan anak. Maka dari itu, pembelajaran tematik mengangkat tema-tema yang dekat dengan kehidupan peserta didik dan lingkungannya supaya memberikan makna bagi peserta didik karena menarik minat dan bakat peserta didik sehingga membantu dalam menyelesaikan pekerjaan atau bagi masa depan peserta didik itu sendiri. Kata Kunci: Pembelajaran Tematik Terpadu PENDAHULUAN Artikel ini akan mengulas tentang pembelajaran tematik terpadu mulai dari kosep dasar teori sampai pada aplikasi pengembangannya dengan merujuk pada pedoman pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013. Pembelajaran merupakan kegiatan untuk mewujudkan kurikulum tertulis (rencana) menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Dalam MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Volume 3, Nomor 2, September 2016 P-ISSN: 2442-3661 E-ISSN: 2477-667X Pembelajaran Tematik Terpadu pembelajaran yang baik, seorang guru mengajar sekaligus belajar, para peserta didik belajar sekaligus mengajar, mengajari sesama temannya. Istilah pembelajaran sering diidentikkan dengan pengajaran juga terlihat dalam redaksi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (tetntang Standar Proses) dinyatakan: "Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar."1 Masa depan dengan berbagai tantangan yang akan dihadapi oleh umat manusia, mempunyai dampak yang luas terhadap bermacam-macam rancangan dan teknik pembelajaran. Hal itu tidak hanya terkait dengan kewajiban moral seorang guru untuk mendorong dan memotivasi peserta didik agar belajar pengetahuan dan ketrampilan yang signifikan, tetapi juga terkait dengan tugas guru untuk memotivasi peserta didik agar bersikap inovatif, kreatif, adaptif, dan fleksibel dalam menghadapi kehidupannya sehari-hari. Hal ini membawa konsekuensi bagi guru, untuk mampu menjadi model mental, suatu panutan tentang bagaimana untuk menjadi inovatif, kreatif, adaptif, dan fleksibel. Pada gilirannya tentu para guru akan menjadi semakin menyadari bahwa konsep dasar, tahapan, metode dan strategi pembelajaran yang konvensional tidak akan mampu membantu peserta didik. Guru sendiri dituntut inovatif, adaptif, dan kreatif serta mampu membawa suasana pembelajaran yang menyenangkan ke dalam kelas proses pembelajaran, dimana terjadi interaksi belajar mengajar yang intensif dan berlangsung dari berbagai arah.2 Pembelajaran tematik terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, ketrampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara terpisah-pisah. Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik terpadu, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia serta dekat dengan kehidupan anak. Untuk kelas I, II, dan III, merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya, dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang psikologi, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI yang sudah mulai mampu berpikir abstrak. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar 1 2 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, 2011. hal 4 Ibid hal 5 Volume 3, Nomor 2, September 2016 236 Qumruin Nurul Laila yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorgansasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity, pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya (Kurikulum 2013: 9).3 Oleh karena itu, pembelajaran tematik dengan mengambil tema-tema yang dekat dengan kehidupan peserta didik dan lingkungnnya akan memberikan makna bagi peserta didik karena memenuhi kebutuhan, menarik minat dan bakat peserta didik sehingga membantu dalam menyelesaikan pekerjaan atau bagi masa depannya. PEMBAHASAN Konsep Dasar Pembelajaran Tematik Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah akan selalu mendapatkan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan. Perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran di sekolah itu dilakukan melalui perubahan kurikulum oleh pemerintah. Kurikulum itu memang bersifat dinamis, harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu, melalui berbagai observasi dan evaluasi pendidikan, masukan dari ahli pendidik serta masukan dari masyarakat yang peduli pendidikan, pemerintah berusaha untuk memperbaiki kurikulum yang mereka pandang perlu untuk diadakan perbaikan dan penyempurnaan. Meskipun masyarakat banyak yang mengasumsikan bahwa ganti menteri mesti ganti kurikulum, sebagai seorang guru yang profesional seharusnya cepat merespon perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum yang terjadi merupakan hal yang biasa dan merupakan suatu keniscayaan dalam rangka mengikuti perkembangan masyarakat yang begitu cepat (Kusnandar, 2007;107). 4 Pemerintah (Kemdikbud) mulai tahun ajaran baru (2013) akan menerapkan kurikulum baru di semua jenjang pendidikan sekolah, termasuk jenjang sekolah tingkat SD/MI. Terutama di sekolah jenjang SD/MI akan mendapatkan porsi perubahan yang cukup banyak. Salah satu ciri kurikulum tahun 2013 adalah bersifat tematik integratif pada level pendidikan dasar (SD). Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). 5 Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik 3 4 5 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, 2014. hal iv Ibid hal 79 Ibid hal 80 237 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Pembelajaran Tematik Terpadu secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tidak lepas dari perkembangan akan konsep dari pendekatan terpadu itu sendiri. Melihat perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia, pada saat ini model pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model pembelajaran yang dikemukakan oleh Fogarty ini berawal dari konsep pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989). Dalam bukunya, Interdisciplinary Curriculum: Design and Implementation, Jacob (1989) menjelaskan bahwa tumbuh kembangnya minat dan kebutuhan atas kurikulum terpadu (integrative curriculum) dipicu oleh sejumlah hal berikut ini, a. Perkembangan pengetahuan Kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhan pengetahuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuan pengetahuan itu tidak langsung bisa diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang sedang dan telah dipelajari peserta didik sering kadaluarsa karena telah tertinggal jauh oleh perkembangan yang terjadi. b. Fragmentasi jadwal pembelajaran (fragmented shcedule) Merancang dan melaksanakan pembelajaran di sekolah dibatasi oleh satuan waktu yang disebut menit. Karena waktunya sudah habis, kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung terpaksa harus diputus, dan segera berpindah pada pelajaran yang baru. Para peserta didik belajar dengan terpisah-pisah dan terputus-putus tanpa memedulikan ketuntasan dan keutuhan. c. Relevansi kurikulum Kegiatan pembelajaran yang dialami anak menjadi membosankan dan kurang berguna, ketika mereka tidak mengerti untuk apa mempelajari Matematika, Sejarah, IPS, IPA, dan sebagainya. Pembelajaran hanya dilakukan demi pelajaran itu sendiri, atau sekadar menghadapi tes dan ujian. Padahal ketika bangun di pagi hari atau begitu menamatkan sekolah, anak dihadapkan pada berbagai masalah kehidupan nyata yang membutuhkan pemecahan secara baik dan dari berbagai sudut pandang. Persoalan itu juga yang sering menimbulkan perdebatan tentang apa tujuan pendidikan sekolah, apa yang harus dialami dan dipelajari peserta didik, dan bagaimana semestinya pendidikan itu dilaksanakan. Kurikulum menjadi relevan dan bermakna ketika pelajaran-pelajaran yang harus dikuasai peserta didik terkait satu sama lain. Volume 3, Nomor 2, September 2016 238 Qumruin Nurul Laila d. Respon masyarakat terhadap fragmentasi pembelajaran Ketika seorang calon dokter dididik menjadi dokter, ia tidak hanya diajar tentang halhal yang bersifat fisik, biologis, dan medis, ia pun dipelajari pula tentang filosofi manusia, psikologi, etika dan komunikasi yang dapat membekalinya dengan penyikapan teradap manusia secara utuh. Karena itu pula, interdisiplin akan membantu peserta didik untuk dapat lebih baik dalam mengintegrasikan pengetahuan dan strategi belajarnya guna menghadapi kompleksitas dunia. Menurut Jacob (1989), keempat hal itu merupakan pemicu meluasnya wacana dan penerapan pendekatan intedisiplin di sekolah-sekolah. Berdasarkan pengalamannya selama lima belas tahun berkecimpung dengan pendekatan tersebut, Jacob menemukan bermacam-macam model penerapan pendekatan interdisipliner. Perbedaan itu disebabkan oleh pemahaman, kepercayaan diri, dan kreativitas dalam menerapkan pendekatan interdisiplin. Landasan Pembelajaran Tematik Landasan pembelajaran tematik mencakup: a. Landasan filosofis Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman peserta didik. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik (direct experience) sebagai kunci dalam suatu pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, femomena, pengalaman, dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing peserta didik. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus . Keaktifan peserta didik yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam pengetahuannya. Aliran humanisme melihat peserta didik dari segi keunikan/kekhasannya , potensinya dan motivasi yang dimilikinya. b. Landasan psikologis Pembelajaran tematik terutama berkaitan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan untuk menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi 239 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Pembelajaran Tematik Terpadu pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta didik bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya. c. Landasan yuridis Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan bermacam-macam kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Penddikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal1-b). Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut: a. Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia peserta didik dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran. b. Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi. Namun ingat, penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran. c. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. d. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbagkan karakteristik peserta didik seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. e. Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak perlu dipadukan. Volume 3, Nomor 2, September 2016 240 Qumruin Nurul Laila Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a. Berpusat pada peserta didik b. Memberikan pengalaman langsung c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran e Bersifat fleksibel f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experience). Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan peserta didik berada. Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut TIM Pengembang PGSD, 1997 (Hesty, 2008) adalah: 1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. 241 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Pembelajaran Tematik Terpadu 2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkin terbentuknya semacam hubungan antar skemata yang dimiliki oleh peserta didik, yang pada gilirannya nanti akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari. 3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. 4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berpijak pada pendekatan inquiry discovery dimana peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembelajaran Tematik Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: a. Tidak semua mata pelajaran harus disatukan. b. Ada kemungkinan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester. c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak harus dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri. d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri. e. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral. f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, lingkungan, dan daerah setempat. Tahapan Pembelajaran Tematik Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. 1. Pemetaan Kompetensi Dasar Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indkator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Volume 3, Nomor 2, September 2016 242 Qumruin Nurul Laila Dalam melakukan pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut: 1. Mempelajari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masingmasing mata pelajaran, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dapat dipadukan. Setelah itu melakukan penetapan tema pemersatu. Berikut adalah contoh format pemetaan. Bahasa Indonesia Pelajaran Kompetensi Dasar Indikator Tema Matematika IPA IPS Pendidikan Kewarganegaraan Senibudaya dan Ketrampilan Pendidikan jasmani, Olahraga, dan Kesehatan orkes 2. Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema yang ada. Dari kedua cara pemetaan yang dilakukan, terdapat kegiatan yang harus dilakukan, yaitu menentukan tema sebagai alat atau wahan pemersatu dari kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran yang dipadukan. Dalam penentuan tema, dapat ditentukan sendiri oleh guru dan atau bersama peserta didik. Dengan demikian, untuk menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu: Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik; Memulai dari yang termudah ke yang kompleks; Dari yang konkret menuju ke yang abstrak; Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada peserta didik; Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya. 243 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Pembelajaran Tematik Terpadu Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih konkret. Subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi pelajaran. Jika digambarkan akan tampak sebagai berikut. Tema Sub/ Anak tema Sub/ Anak tema Sub/ Anak tema Sebagai contoh adalah: Tema "ALAT TRANSPORTASI" dapat dikembangkan menjdadi anak tema: 1) alat transportasi darat, 2) alat transportasi laut, 3) alat transportasi udara. Tema "PERISTIWA ALAM" dapat dikembangkan menjadi anak tema: 1) banjir, 2) gempa bumi, 3) gunung meletus, 4) tanah longsor, 5) terjadinya tsunami, dan sebagainya. 2. Menetapkan Jaringan Tema KD/Indikator Setelah melakukan pemetaan, dapat dibuat jaringan tema, yaitu menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu, dan mengembangkan indikator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang dipilih. Dengan jaringan tema tersebut, akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar, dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema itu dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema. Secara umum dalam merencanakan pembelajaran terpadu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya profil peserta didik yang akan diharapkan, kebijakan-kebijakan kurikulum, kerangka kerja dan silabus. Lonnng mengungkapkan bahwa untuk merancang pembelajaran terpadu model webbed hendaknya memperhatikan langkah-langkah berikut: menemukan atau memilih tema sentral; mengidentifikasi konsep-konsep yang akan dibahas; memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai; dan menyusun jadwal kegiatan secara sistematis. Menetapkan tema sentral hendaknya berorientasi pada kondisi fisik lingkungan peserta didik dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat (Konvalik, 1994). Volume 3, Nomor 2, September 2016 244 Qumruin Nurul Laila Diharapkan peserta didik mengenal dan mencintai masyarakatnya sehingga tidak terisolasi dari kehidupan asalnya. Untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran terpadu, guru merencanakan penjelajahan tema dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbicara, bertanya, membaca, dan menulis sehingga mereka dapat mengembangkan kreativitasnya. Penyusunan Silabus Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus disusun berdasarkan Standar Isi. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahanpermasalahan sebagai berikut. 1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai peserta didik sesuai dengan yang dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar). 2. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk mencapai Standar Isi. 3. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar. 4. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian KD dan SK. 5. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai. 6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu. 7. Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi tertentu. Pengembangan Silabus Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata pelajaran secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah (MGMPS) atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Propinsi. a) Sekolah dan Komite Sekolah 245 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Pembelajaran Tematik Terpadu Pengembangan silabus adalah tugas sekolah bersama komite sekolah. Untuk menghasilkan silabus yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas. b) Kelompok Sekolah Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah tersebut. c) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan dapat bergabung untuk menyusun silabus. Hal ini dimungkinkan karena sekolah dan komite sekolah karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok sekolah ini juga dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus. d) Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalamanan di bidangnya masing-masing. Dalam pengembangan silabus ini, sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama terkait yang ada di Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pengertian Pembelajaran merupakan implementasi dari rencana yang telah dibuat, dan merupakan indikator utama yang sangat mempengaruhi efektif tidaknya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).6 Rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu KD tertentu di dalam kurikulum atau silabus. RPP dibuat dalam rangka pedoman guru dalam mengajar sehingga pelaksanaannya biar lebih terarah, sesuai dengan KD yang telah ditetapkan. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Adapun RPP dikembangkan oleh guru, secara mandiri ataupun kelompok, di setiap sekolah masing-masing,. Hal itu dimaksudkan agar pengembangannya itu 6 Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, 2014. hal 72 Volume 3, Nomor 2, September 2016 246 Qumruin Nurul Laila sesuai dengan tuntutan dan kondisi para peserta didiknya. Pengembangan RPP sebaiknya dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran.7 Prinsip Pengembangan RPP Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut: 1) Disusun berdasarkan kurikulum atau silabus yang telah disusun di tingkat nasional. Oleh karena itu, setiap RPP harus memiliki kejelasan rujukan KI/KD-nya. Setiap KD (KI-3/KI-4) dikembangkan ke dalam satu RPP yang di dalamnya mencakup satu ataupun beberapa pertemuan. 2) Menyesuaikan dalam pengembangannya dengan kondisi di sekolah dan karakteristik para peserta didiknya. Oleh karena itu, RPP idealnya berlaku untuk per kelas dengan asumsi bahwa para peserta didik di setiap kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda. 3) Mendorong partisipasi aktif peserta didik. Oleh karena itu, di dalam langkahlangkah pembelajarannya, peserta didik selalu berperan sebagai pusat belajar, yakni dengan mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, serta ketrampilan dan kebiasaan belajar. Dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013, hal tersebut sudah bisa terakomodasi. 4) Mengembangkan kegemaran peserta didik dalam membaca beragam referensi (sumber belajar) sehingga peserta didik terbiasa dalam berpendapat dengan rujukan yang jelas. Hal itu tercermin di dalam langkah-langkah pembelajaran di dalam RPP. 5) Memberikan banyak peluang kepada peserta didik untuk berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan, lisan, dan dalam bentuk karya-karya lainnya. Diharapkan setiap proses pembelajaran, para peserta didik dapat menghasilkan suatu produk yang bermanfaat. Sebagai wujud penghargaan atas minat dan kreativitas, mereka berkenaan dengan KD yang sedang dipelajarinya. 6) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, antara lain, dengan menghadirkan beragam media dan sarana belajar untuk menumbuhkan minat dan motivasi belajar peserta didik, termasuk dengan menerapkan metode belajar yang variatif. 7) Memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara komponen pembelajaran yang satu dengan komponen pembelajaran yang lainnya sehingga bisa 7 Kosasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013, 2014. hal 144 247 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Pembelajaran Tematik Terpadu memberikan kebutuhan pengalaman belajar kepada para peserta didik. Keutuhan pengalaman jika memungkinkan juga terjadi hubungan antar mata pelajaran. Dengan demikian, penyusunan RPP dalam satu mata pelajaran tertentu harus pula memperhatikan pengalaman belajar peserta didik yang diperoleh dari pelajaran lainnya.8 Pelaksanaan Pembelajaran Tematik a. Kegiatan awal Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran adalah pertama, untuk menarik perhatian peserta didik, yang dapat dilakukan dengan cara misalnya meyakinkan peserta didik bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya; melakukan interaksi yang menyenangkan. Kedua, menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, yang dapat dilakukaan cara seperti membangun suasana akrab sehingga peserta didik merasa dekat, menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak peserta didik untuk mempelajari suatu kasus yang sedang hangat dibicarakan. Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan cara seperti mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan (Sanjaya, W., 2006:41). 9 b. Kegiatan inti 8 9 Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalam kegiatan inti dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan multimetode dan media sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru dalam penyajiannya hendaknya lebih berperan sebagai fasilitator (Alwasilah:1988). Selain itu guru harus pula mampu berperan sebagaia model pembelajaran yang baik bagi peserta didik. Artinya guru secara aktif dalam kegiatan belajar berkolaborasi dan berdiskusi dengan peserta didik dalam mempelajari tema atau subtema yang sedang dipelajari. Untuk itu maka selama proses pembelajaran peserta didik mengamati obyek nyata berupa benda nyata atau lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan, melakukan permainan, berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber bacaan, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta bermain peran. Selama proses pembelajaran hendaknya guru memberikan umpan agar anak berusaha mencari jawaban dari permasalahan yang dipelajari. Umpan dapat diberikan guru melalui pertanyaanpertanyaan menantang yang membangkitkan anak untuk berpikir dan mencari solusi melalui kegiatan belajar. Ibid hal 144-145 Ibid hal 129 Volume 3, Nomor 2, September 2016 248 Qumruin Nurul Laila c. Kegiatan akhir Kegiatan akhir dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta didik serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Cara yang dapat dilakukan guru dalm menutup pembelajaran, adalah meninjau kembali dan mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Dalam kegiatan meninjau kembali dapat dilakukan dengan merangkum inti pelajaran atau membuat ringkasan. Dalam kegiatan evaluasi, guru dapat menggunakan bentuk-bentuk mendemonstrasikan ketrampilan, menerapkan ide-ide baru pada situasi lain, mengekspresikan pendapat murid sendiri atau mengerjakan soal-soal tertulis (Hadisubroto dan Herawati; 1998;517). Metode Pembelajaran Tematik Metode Ceramah Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru atau pun peserta didik. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori. Metode Demonstrasi Demonstrasi merupakan salah satu metode yang cukup efektif, sebab membantu peserta didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Metode Diskusi Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan peserta didik, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. 1. Metode Simulasi 249 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Pembelajaran Tematik Terpadu Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau ketrampilan tertentu. Metode simulasi bertujuan untuk: 1) melatih ketrampilan tertentu, baik bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-hari; 2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip; 3) melatih memecahkan masalah; 4) meningkatkan keaktifan belajar; 5) memberikan motivasi belajar kepada peserta didik; 6) melatih peserta didik untuk mengadakan kerja sama dalam situasi kelompok; 7) menumbuhkan daya kreatif peserta didik, dan 8) melatih peserta didik untuk mengembangkan sikap toleransi (Depdiknas: 2004). Metode Tugas dan Resitasi Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bias dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan tempat lainnya. Uraian diatas menggambarkan bahwa resitasi sebagai metode (belajar) dan atau mengajar merupakan sebuah upaya membelajarkan peserta didik dengan cara memberikan tugas penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri, atau menampilkan diri dalam menyampaikan suatu (puisi, syair, drama) atau melakukan kajian maupun uji coba sesuai dengan tuntutan kualifikasi atau kompetensi yang ingin dicapai. Resitasi dilakukan dalam rangka untuk merangsang peserta didik agar lebih aktif belajar baik secara perorangan maupun kelompok, menumbuhkan kebiasaan untuk belajar mencari dan menemukan, mengembangkan keberanian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri, dan memunginkan untuk memperoleh hasil yang permanen. Metode Tanya Jawab Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik. Guru bertanya peserta didik menjawab atau peserta didik bertanya guru menjawab. Metode Tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang berpikir peserta didik dan membimbingnya dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbale balik secara langsung antara guru dan peserta didik. Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa peserta didik dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok). Volume 3, Nomor 2, September 2016 250 Qumruin Nurul Laila Untuk mencapai hasil yang baik, factor yang harus diperhatikan dalam kerja kelompok adalah: Perlu adanya motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota. Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai satu unit dipecahkan bersama, atau masalah dibagi-bagi untuk dikerjakan masing-masing secara individual. Hal ini bergantung kepada kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan. Persaingan yang sehat antar kelompok biasanya mendorong anak untuk belajar. Situasi yang menyenangkana antar anggota banyak menentukan berhasil tidaknya kerja kelompok. Metode Problem Solving Problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran berbasis masalah, yakni pembelajaran yang berorientasi “learner centered” berpusat pada pemecahan suatu masalahan oleh peserta didik melalui kerja kelompok. Metode problem solving sering disebut “metode ilmiah” (scientific method) karena langkah-langkah yang digunakan adalah langkah ilmiah yang dimulai dari: merumuskan masalah, merumuskan jawaban sementara (hipotesis), mengumpulkan dan mencari data atau fakta, menarik kesimpulan atau melakukan generalisasi, dan mengaplikasikan temuan ke dalam situasi baru. Metode Latihan (Drill) Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari. Sebagai sebuah metode, drill adalah cara membelajarkan peserta didik untuk mengembangkan kemahiran dan ketrampilan serta dapat pula mengembangkan sikap dan kebiasaan. Latihan atau berlatih merupakan proses belajardan membiasakan diri agar mampu melakukan sesuatu. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif peserta didik untuk berpikir, hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill: Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain. Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumusrumus, dan lain-lain. 251 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Pembelajaran Tematik Terpadu Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain. Metode Karyawisata (Field-Trip) Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam arti umum, karyawisata disini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Contoh: Mengajak peserta didik ke gedung pengadilan untuk menegtahui system peradilan dan proses pengadilan, selama satu jam pelajaran. Jadi, karyawisata diatas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu lama dan tempat yang jauh disebut study tour. Inkuiri Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materipelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan peserta didik. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heriskien yang berarti saya menemukan. PENUTUP Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan dating (UU No 2 Tahun1989).10 Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan bahwa tahun ajaran 2014 semua sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kurikulum yang menekankan pada pembentukan sikap spiritual (KI-1) dan sikap social (KI-2) ini, dipersiapkan terutama dalam rangka mengantisipasi era globalisasi dan pasar bebas. Kurikulum ini juga dipersiapkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang prodektif, kreatif, inovatif, dan berkarakter, sehingga pada hari ulang tahun kemerdekaannya yang ke 100 (tahun 2045) sebagai masa keemasan, mampu menjadi Negara maju dan menyejajarkan diri dengan negara-negara maju lainnya dalam tatanan global internasional. Kurikulum 2013 tersebut terutama diterapkan di 10 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, 2012. hal 4 Volume 3, Nomor 2, September 2016 252 Qumruin Nurul Laila sekolah jenjang SD/MI, yang mendapatkan porsi perubahan yang cukup banyak. Salah satu cirri kurikulum tahun 2013 adalah bersifat tematik integratif pada level pendidikan dasar (SD/MI). Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengertian secara luas, tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajarmengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. Pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya. 2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak. 3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan anak secara simultan. 4. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema mata pelajaran. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, kimia, biologi, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, agama, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk 253 MODELING: Jurnal Program Studi PGMI Pembelajaran Tematik Terpadu secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka. DAFTAR RUJUKAN Hasbullah. (2012). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Majid, Abdul. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa. (2014). Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Kosasih. (2014). Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung. PT Penerbit Yrama Widya. Volume 3, Nomor 2, September 2016 254