BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terapi Musik 1. Definisi Terapi Musik

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Terapi Musik
1. Definisi Terapi Musik Klasik
Terapi musik merupakan intervensi alami non invasif yang dapat
diterapkan secara sederhana tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli
terapi, harga terjangkau dan tidak menimbulkan efek samping
(Samuel, 2007 dalam Pratiwi 2014).
Terapi musik adalah suatu terapi kesehatan menggunakan musik
dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki
kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai
kalangan usia (Suhartini, 2008).
Musik klasik adalah komposisi musik yang lahir dari budaya Eropa
sekitar tahun 1750-1825. Musik klasik bermanfaat untuk membuat
seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera,
melepaskan rasa gembira dan sedih, menurunkan tingkat kecemasan
pasien pra operasi dan melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat
stress (Musbikin, 2009 dalam Pratiwi 2014).
Musik klasik adalah sebuah musik yang dibuat dan ditampilkan
oleh orang yang terlatih secara professional melalui pendidikan musik.
Musik klasik juga merupakan suatu tradisi dalam menulis musik, yaitu
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
ditulis dalam bentuk notasi musik dan dimainkan sesuai dengan notasi
yang ditulis. Musik klasik adalah musik yang komposisinya lahir dari
budaya Eropa dan digolongkan melalui periodisasi tertentu (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2008).
2. Manfaat Terapi Musik
Manfaat terapi musik antara lain (Djohan, 2006) :
a. Mampu menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan
b. Mempengaruhi pernafasan
c. Mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah manusia
d.
Bisa mempengaruhi suhu tubuh manusia
e. Bisa menimbulkan rasa aman dan sejahtera
f. Bisa mempengaruhi rasa sakit.
Terapi musik dapat menyembuhkan warga frankfurt yang
menderita penyakit keturunan yang menyakitkan dan sampai saat
ini belum ada obatnya. Jaringan ikatnya melemah hingga
menggangu organ dalam lainnya termasuk jantung. Sudah tiga kali
mengalami serangan jantung ringan, pada mulanya musik dari
handphone selama 15 menit untuk membebaskan dari keadaan
stress, berdasarkan perantauan aktivitas ototnya. Setelah tiga
minggu
dirawat
dengan
terapi
musik,
cuman
5
menit
mendengarkan musik sudah bisa tenang (Faradisi, 2012).
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
3. Jenis Terapi Musik
Jenis terapi musik antara lain musik instrumental dan musik klasik.
Musik instrumental bermanfaat menjadikan badan, pikiran, dan mental
menjadi lebih sehat. Musik klasik bermanfaat untuk membuat
seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera,
melepaskan rasa gembira dan sedih menurunkan tingkat kecemasan
pasien pra operasi dan melepaskan rasa sakit dan menurunkan stress
(Aditia, 2012).
4. Mekanisme Musik Klasik Sebagai Terapi
Setelah mendengarkan musik klasik implus atau rangsangan suara
akan diterima oleh daun telinga pembacanya. Kemudian telinga
memulai
proses
mendengarkan.
Secara
fisiologi
pendengaran
merupakan proses dimana telinga menerima gelombang suara,
membedakan frekuensi dan mengirim informasi kesusunan saraf pusat.
Setiap bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi atau getaran udara
akan diterima oleh telinga. Getaran tesebut diubah menjadi implus
mekanik ditelinga tengah dan diubah menjadi implus elektrik ditelinga
dalam yang diteruskan melalui saraf pendengaran menuju ke korteks
pendengaran diotak. Disamping menerima sinyal dari talamus (salah
satu bagian otak yang berfungsi menerima pesan dari indara dan
diteruskan kebagian otak lain). Amigdala juga menerima sinyal dari
semua bagian korteks limbic (emosi /prilaku) seperti juga neokorteks
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
lobus temporal (korteks atau lapisan otak yang hanya ada pada
manusia) parietal (bagaian otak tengah) dan oksipital (otak belakang)
terutama diarea asosiasi auditorik dan area asosiasi visual.
Talamus juga menjalankan sinyal ke neokorteks (area otak yang
berfungsi untuk berfikir atau mengolah data serta infomasi yang masuk
ke otak). Di neokorteks sinyal disusun menjadi benda yang difahami
dan dipilah-pilah menurut maknanya, sehingga otak mengenali masing
masing objek dan arti kehadirannya. Kemudian amigdala menjalankan
sinyal ke hipokampus. Hipokampus sangat penting untuk membantu
otak
dalam menyimpan ingatan yang baru. Hal ini dimungkinkan
karena hipokampus merupakan salah satu dari sekian banyak jalur
keluar penting yang berasal dari area “ganjaran” dan “hukuman”.
Diantara motivasi-motivasi itu terdapat dorongan dalam otak untuk
mengingat
pengalaman-pengalaman,
pikiran-pikiran
yang
menyenangkan, dan tidak menyenagkan . walaupun demikian
mendengarkan musik klasik tanpa mengetahui maknanya juga tetap
bermanfaat apabila mendengarkan dengan keikhlasan dan kerendahan
hati. Sebab musik klasik akan memberikan kesan positif pada
hipokampus dan amigdala sehingga menimbulkan suasana hati yang
positif. Selain dengan mendengarkan musik klasik kita juga dapat
memperoleh manfaat dengan hanya mendengarkan nya.
Hipotalamus juga dinamakan pusat stress otak karena fungsi
gandanya dalam keadaan darurat. Fungsi pertamanya mengaktifkan
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
cabang simpatis dan sistem otonom. Hipotalamus menghantarkan
implus saraf ke nukleus-nukleus dibatang otak yang mengendalikan
fungsi sistem saraf otonom cabang simpatis saraf otonom bereaksi
langsung pada otot polos dan organ internal yang menghasilkan
beberapa perubahan tubuh seperti peningkatan denyut jantung dan
peningkatan tekanan darah (Primadita, 2011).
Musik
Klasik
Daun
Telingga
Telingga
Tengah
Hipotalamus
Amigdala
Pelepasan
Endorfin
Hipokampus
Kokhlea
Talamus
Gambar 2.1 Bagan Mekanisme Musik Klasik Sebagai Terapi
5. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Kecemasan
Musik diyakini dapat digunakan untuk relaksasi, meringankan
stress, dan mengurangi kecemasan karena musik merupakan sebuah
rangsangan pendengaran yang terorganisasi, yang terdiri atas melodi,
ritme, harmoni, bentuk, dan gaya. Ada salah satu cara dalam
mengurangi kecemasan, salah satunya dengan mendengarkan musik
mozart/musik klasik. Musik klasik adalah musik yang mampu
memperbaiki konsentrasi, ingatan dan persepsi social.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
Musik dapat meningkatan kreativitas, membangun kepercayaan
diri,
mengembangkan
keterampilan
sosial,
dan
meningkatan
keterampilan motorik, persepsi, serta perkembangan psikomotorik,
musik juga bisa dijadikan terapi untuk berbagai kebutuhan, seperti
pengganti obat depresan bagi mereka yang akan menghadapi meja
operasi di rumah sakit (Haruman, 2013).
B. Relaksasi Nafas Dalam
1. Definisi Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas
secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Teknik relaksasi (relaxation) adalah kebebasan mental dan fisik
dari ketegangan dan stres. Relaksasi nafas dalam merupakan teknik
relaksasi termudah dan paling sederhana, dengan bernafas yang pelan,
sadar dan dalam serta dapat dilakukan secara normal tanpa perlu
berfikir atau merasa ragu (Alfarini, 2012).
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
2. Tujuan Relaksasi Nafas Dalam
Tujuan teknik nafas dalam (Smeltzer dan Bare, 2002) :
Tujuan relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
merilekskan tegangan otot, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi
stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas
nyeri
(mengontrol
atau
mengurangi
nyeri)
dan
menurunkan
kecemasan. Selain itu tujuan nafas dalam adalah untuk mencapai
ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi
kerja bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan
relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas
otot-otot pernafasan
melambatkan
yang tidak berguna, tidak terkoordinasi,
frekuensi
pernafasan,
mengurangi
udara
yang
terperangkap serta mengurangi kerja bernafas (Suddarth dan Brunner,
2002).
3. Penatalaksanaan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Ada beberapa posisi relaksasi nafas dalam yang dapat dilakukan
(Smeltzer & Bare,2002) :
a. Posisi relaksasi dengan terlentang
Berbaring terlentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka
sedikit, kedua tangan rileks disamping bawah lutut dan kepala
diberi bantal.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
b. Posisi relaksasi dengan berbaring miring
Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, dibawah kepala diberi
bantal dan dibawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut
tidak menggantung.
c. Posisi relaksasi dalam keadaan berbaring terlentang
Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk,
kedua lengan disamping telinga.
d. Posisi relaksasi dengan duduk
Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau
diatas tempat tidur, kedua kaki tidak boleh menggantung.
4. Langkah-langkah Teknik Relaksasi
1. Atur pasien pada posisi yang nyaman
2. Minta pasien untuk menempatkan tangannya ke perut
3. Minta pasien untuk bernafas secara pelan, dalam, dan merasakan
kembang-kempisnya perut.
4. Minta pasien untuk menahan nafas selama beberapa detik,
kemudian keluarkan nafas secara perlahan melalui mulut
5. Beritahukan pasien bahwa pada saat mengeluarkan nafas, mulut
pada posisi mencucu (pursed lip)
6. Minta pasien untuk mengeluarkan nafas sampai perut mengempis
7. Lakukan latihan nafas dalam hingga 3-4 kali (Depkes, 2009).
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
C. Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan merupakan keadaan yang menggambarkan adanya rasa
khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik.
Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai berbagai kondisi atau situasi
kehidupan dan berbagai gangguan sakit (Depkes. R.I. 2004).
Kecemasan merupakan respons individu terhadap suatu keadaan
yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari
individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan
suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan pada individu
dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan
sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup.
Kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang
secara
subjektif
dialami
dan
dikomunikasi
secara
interpersonal.
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan
terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan
perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, dkk, 2005).
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi
dialami
secara
subyektif
dan
dikomunikasikan
dalam
hubungan
interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
penilaian intelektual terhadap suatu yang berbahaya (Stuart dan Sundeen,
2007).
Perasaan tidak menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan
dan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis (misal gemetar,
berkeringat, detak jantung meningkat) dan psikologis (misalnya panik,
tegang, bingung, tidak bisa berkonsentrasi).
kecemasan adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf
otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman yang tidak
spesifik (Carpenito, 2002).
Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kecemasan adalah suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental
yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan tidak
menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan dan menimbulkan atau
disertai perubahan fisiologis (misal gemetar, berkeringat, detak jantung
meningkat) dan psikologis (misalnya panik, tegang, bingung, tidak bisa
berkonsentrasi).
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
2. Tingkat Kecemasan
Peplau dalam Suliswati (2005) menggolongkan tingkat kecemasan
menjadi empat tingkatan yang dialami oleh individu, yaitu kecemasan
ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik.
a. Kecemasan Ringan (mild anxiety)
Kecemasan ringan, erat hubunganya dengan ketegangan yang
dialami sehari-hari. Seseorang masih waspada serta lapang persepsinya
meluas, menajamkan indera. Hal ini, dapat mendorong individu tersebut
untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan timbal
baliknya menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas, contohnya ketika
mahasiswa akan mempresentasikan hasil kerja individunya di depan para
dosen dan teman sekelasnya.
b. Kecemasan Sedang (moderat anxiety)
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya,
lapangan persepsi terjadi penyempitan, individu masih mampu melakukan
sesuatu sesuai arahan orang lain. Contohnya, seserorang yang mengetahui
bahwa dirinya terdiagnosa terkena penyakit kronis.
c. Kecemasan Berat (severe anxiety)
Persepsi individu sangat sempit. Perhatiannya berpusat pada halhal kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Berusaha
keras untuk mengurangi kecemasan dan memerlukan banyak arahan untuk
terfokus pada area lain. Contohnya, seseorang yang mengalami putus
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
hubungan kerja (PHK) dengan perusahaannya, dimana dirinya sebagai
tulang punggung keluarga.
d. Panik (disorganisasi personality)
Individu tidak dapat mengendalikan dirinya dan perhatian pada
hal-hal yang detail hilang. Karena hilangnya kontrol, maka meskipun
dengan arahan tidak mampu melakukan apapun. Aktivitas motori
meningkat, kemampuan berhubungan dengan orang lain berkurang, terjadi
penyimpangan persepsi dan pikiran rasional seseorang akan menghilang,
tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan
disorganisasi kepribadian.
Skema kecemasan :
Ringan
Sedang
Panik
Berat
Gambar 2.2 Intensitas Kecemasan
Sumber: Hawari (2001)
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
3. Karakteristik Tingkat Kecemasan
Karakteristik kecemasan menurut Stuart and Sundeen (1991)
adalah:
a. Kecemasan ringan
Fisik: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
gejala ringan berkeringat.
Kognitif: Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah
aktual.
Perilaku dan emosi: Tidak dapat duduk dengan tenang, tremor
halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan sedang
Fisik: Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah
meningkat, mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi, gelisah.
Kognitif: Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima
rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatianya.
Perilaku dan emosi: Gerakan tersentak-sentak, meremas tangan,
bicara lebih banyak dan cepat, susah tidur dan perasaan tidak
aman.
c. Kecemasan berat
Fisik: Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat
dan sakit kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
Kognitif: Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
Perilaku dan emosi: Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi
cepat.
4. Faktor Pencetus Kecemasan
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat
berasal dari diri sendiri (factor internal) maupun dari luar dirinya
(factor eksternal). Namun demikian pencetus kecemasan dapat
dikelompokkan kedalam dua katagori yaitu:
a. Ancaman terhadap intregritas diri, meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas-aktivitas
sehari hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.
b. Ancaman terhadap system diri yaitu adanya Sesuatu yang dapat
mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan
status/peran diri dan hubunga interpersonal (Asmadi, 2008).
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
5. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Stuart dan Sundeen (1998) mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi kecemasan antara lain:
a. Usia dan tingkat perkembangan
Semakin tua usia seseorang, tingkat kecemasan dan kekuatan
seseorang semakin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi.
b. Jenis kelamin
Menurut
jenis
kelamin,
laki-laki
lebih
tinggi
kecemasannya
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dibuktikan dari hasil
pemeriksaan asam lemak bebas menunjukan nilai yang tinggi pada
laki-laki dibandingkan dengan wanita.
c. Pengalaman individu
Pengalaman individu sangat mempengaruhi respon kecemasan karena
pengalaman dapat dijadikan suatu pembelajaran dalam menghadapi
suatu stressor atau masalah. Jika respon kecemasan yang semakin
berkurang bila dibandingkan dengan seseorang yang baru pertama kali
menghadapi masalah tersebut.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
6. Teori Kecemasan
Kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu dan
tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan
emosi tanpa obyek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat
memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber
penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup. Kecemasan
berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah obyek atau
sumber yang spesifik dan dapat didenfikasi serta dapat dijelaskan oleh
individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan
penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan
disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis ketika individu
dapat mengidentifikasi dan menggambarkannya (Suliswati dkk, 2005).
a. Teori Psikoanalitik
Terjadi reaksi psikologis individu sebagai akibat munculnya
kecemasan
pada
seseorang
dikarenakan
dalam
hubungan
seksualnya tubuh tidak mampu mencapai orgasme. Rasa cemas
dapat terjadi
akibat energi seksual yang tidak terekspresikan.
Secara otomatis, kecemasan akan muncul akibat stimulus internal
dan ekternal yang berlebihan. Akibat stimulus yang berlebihan
sehingga melampaui kemampuan individu untuk menanganinya.
Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan
subsekuen.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
1. Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya
stimulasi tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian
berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat
kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah
keadaan ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor
eksternal.
2. Kecemasan subsekuen
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat
ada jenis kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen
kepribadian yaitu id dan superego. Freud menjelaskan bila terjadi
kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan superego
berada pada kondisi bahaya.
b. Teori Interpersonal
Kecemasan adalah akibat ketidakmampuan individu untuk
berinteraksi dnegan interpersonal dan sebagai akibat penolakan.
Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan
lingkungan. Pertama kali kecemasan terjadi ditentukan oleh
hubungan ibu dengan bayinya pada awal kehidupannya, bayi
berespon seolah-olah ia dan ibunya adalah satu unit. Dengan
bertambahnya usia, anak melihat ketidaknyamanan yang timbul
akibat tindakannya sendiri dan diyakini bahwa ibunya setuju atau
tidak setuju dengan perilaku itu.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
c. Teori Perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan
hasil frustasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu
dalam mencapai tujuan yang diinginkan, misalnya mendapatkan
ranking pertama dikelasnya, menjadi juara perlombaan, kesuksesan
dalam karier. Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman
yang pernah dialami. Kecemasan dapat juga muncul melalui
konflik antara dua pilihan yang saling berlawanan dan individu
harus memilih salah satu. Kecemasan ditimbulkan oleh konflik dan
kecemasan itu sendiri akan mengakibatkan pandangan terhadap
konflik dengan timbulnya perasaan ketidakberdayaan. Konflik
muncul dari dua kecenderungan yaitu approach dan avoidance.
Approach merupakan kecenderungan untuk melakukan atau
menggerakkan sesuatu. Avoidance adalah kebalikannya yaitu tidak
melakukan atau menggerakkan sesuatu melalui sesuatu.
d. Teori Keluarga
Studi yang dilakukan pada keluarga dan epidemiologi
memperlihatkan bahwa kecemasan selalu ada pada setiap keluarga
dalam berbagai bentuk dan bersifat heterogen.
e. Teori Biologik
Reseptor
khusus
yang
dimiliki
otak
terhadap
benzodiazepin, fungsi reseptor tersebut adalah membantu regulasi
kecemasan. Regulasi tersebut berhubungan dengan aktivitas
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) dimana
fungsi neurotransmitter ini adalah mengontrol aktivitas neuron di
bagian otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
Bila GABA bersentuhan dengan sinaps dan berikatan dengan
reseptor GABA pada membran post-sinaps akan membuka saluan
pintu reseptor sehingga terjadi perpindahan ion. Perubahan ini akan
mengkibatkan eksitasi sel dan memperlambat aktivitas sel. Teori
ini menjelaskan bahwa masalah proses neurotransmitter ini dapat
menjadi indikator bahwa individu sering mengalami kecemasan.
Mekanisme koping juga dapat terganggu akibat pengaruh toksik,
kekurangan nutrsi, suplai darah menurun, hormon mengalami
perubahan dan penyebab fisik lainnya. Kelelahan juga dapat
meningkatkan iritabilitas dan perasaan cemas.
7. Penyebab/Etiologi Kecemasan
Kusmawati dan Hartono (2010) mengemukakan beberapa
penyebab kecemasan antara lain:
a. Factor presdisposisi (pendukung)
1) Peristiwa traumatic
2) Konflik emosional
3) Gangguan konsep diri
4) Frustasi Gangguan fisik
5) Pola mekanisme koping keluarga
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
6) Riwayat gangguan kecemasan
7) Medikasi
b. Factor presipitasi
1) Ancaman terhadap intregritas fisik
a) Sumber internal
b) Sumber eksternal
2) Ancaman terhadap harga diri
a) Sumber internal
b) Sumber eksternal
8. Respon Kecemasan
Ada 2 macam respon yang dialami seseorang ketika mengalami
kecemasan (Stuart, 2007) :
1. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan.
a. Kardio vaskuler
Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut
nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
b. Respirasi
Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa
tercekik.
c. Kulit
Perasaan panas atau dingin pada kulit, seluruh tubuh, rasa
terbakar pada berkeringat, gatal- gatal.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
d. Gastrointestinal
Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di
epigastrium, nausea, diare.
e. Neuromuskuler
Reflek meningkat, reaksi kejutan, insomnia, tremor, kejang,
wajah tegang,
2. Respon Psikologis terhadap Kecemasan
a. Perilaku
Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada
koordinasi, menarik diri, menghindar.
b. Kognitif
Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah
tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran
diri yang berlebihan, khawatir yang berlebihan, obyektifitas
menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
c. Afektif
Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar
biasa, sangat gelisah.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
9. Penatalaksanaan Kecemasan
Penatalaksanaan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan
kecemasan adalah sebagai berikut:
A. Farmakologi
Dua jenis obat utama yang harus dipertimbangkan dalam
pengobatan
gangguan
kecemasan
adalah
buspirone
dan
benzodiazepin. Obat lain yang mungkin berguna adalah obat
trisiklik (imipramin), anti histamine, dan antagonis adrenergik beta
(propanol) (Kaplan & Sadock, 2002).
B. Non farmakologi
1. Relaksasi
Pendekatan utama psikoterapetik untuk gangguan kecemasan
adalah kognitif-perilaku, suportif, teknik relaksasi yang dapat
diberikan antara lain adalah terapi musik, nafas dalam, dan
guidance
imagenary.
Psikoterapi
berorientasi
untuk
memusatkan dan mengungkapkan konflik bawah sadar dan
kekuatan ego. Terapi suportif menawarkan ketentraman dan
kenyamanan pada pasien. Salah satu tehnik relaksasi terutama
latihan nafas dalam selama 3-4 kali sering dilakukan di rumah
sakit dan dapat dilakukan dimana saja baik dengan posisi
duduk atau berbaring dalam posisi yang menyenangkan
sehingga dapat mengurangi kecemasan.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
2. Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan
dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga
pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus
sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin
yang bias menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan
lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter,
2005).
Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan mendengarkan
musik klasik. Musik klasik bermanfaat untuk membuat
seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan
sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, menurunkan
tingkat kecemasan pasien pra operasi dan melepaskan rasa sakit
dan menurunkan tingkat stress (Musbikin, 2009 dalam Pratiwi
2014).
10. Pengukuran Skala Kecemasan
Kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan
dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan,
seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan
dengan aspek subyektif emosi. Ketika seseorang yang sedang
mengalami kecemasan, seseorang akan memperlihatkan raut muka
atau ekspresi muka yang memperlihatkan dirinya sedang dalam
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
kondisi cemas. Faces Anxiety Scale (McMurtry et al., 2010) dan
digunakan untuk menilai kecemasan yang terlihat dari ekspresi
wajahnya.
0
1
2
3
4
Gambar 2.3 Faces Anxiety Scale
(McMurtry et al., 2010 )
Dari ke lima ekspresi wajah tersebut dapat diketahui kecemasan
yang dialami oleh seseorang. Ekspresi wajah pertama menunjukkan
tidak ada kecemasan pada seseorang, ekspresi wajah kedua
menunjukkan kecemasan ringan, ekspresi ketiga menunjukkan
kecemasan sedang, ekspresi ke empat menunjukkan kecemasan berat,
dan ekspresi ke lima menunjukkan panik.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
D. High Care Unit (HCU)
High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi
pasien dengan kondisi stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan
kesadaran namun masih memerlukan pengobatan, perawatan dan
pemantauan secara ketat.
Pelayanan HCU adalah pelayanan medik pasien dengan kebutuhan
memerlukan pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat dengan
tingkat pelayanan yang berada di antara ICU dan ruang rawat inap
(tidak perlu perawatan ICU namun belum dapat dirawat di ruang rawat
biasa karena memerlukan observasi ketat) (Kemenkes RI, 2010).
Tindakan medik dan asuhan keperawatan yang dilakukan adalah:
1. Bantuan Hidup Dasar/ Basic Life Support (BHD/ BLS) dan Bantuan
Hidup lanjut Advanced Life Support( BHD/A LS)
a. Jalan nafas(Airway): Membebaskan jalan nafas, bila perlu
menggunakan alat bantu jalan nafas, seperti pipa oropharingeal
atau pipa nasopharingeal. Dokter HCU juga harus mampu
melakukan intubasi endotrakea bila diindikasikan dan segera
memindahkan/ merujukan ke ICU.
b. Pernafasan/ ventilasi (Breathing): Mampu melakukan bantuan
nafas (breathing support) dengan bag-mask-valve.
c. Sirkulasi (Circulation): resusitasi cairan, tindakan defibrilasi,
tindakan kompresi jantung luar.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
2. Terapi Oksigen
Memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien dengan berbagai
alat pengalir oksigen, seperti: kanul nasal, sungkup muka sederhana,
sungkup muka dengan reservoir, sungkup muka dengan katup dan
sebagainya.
3. Penggunanaa
obat-obatan
untuk
pemeliharaan/stabilisasi
(obat
inotropik, obat anti nyeri, obat aritmia jantung, obat-obatan yang
bersifat vasoaktif dan lain-lain).
4. Nutrisi enteral atau nutrisi parenteral campuran.
5. Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien.
6. Evaluasi sesuai tindakan dan pengobatan yang telah diberikan.
Tenaga yang terlibat dalam pelayanan HCU terdiri dari tenaga
dokter spesialis, dokter dan perawat. Tenaga tersebut melaksanakan
pelayanan HCU sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diatur
oleh masing-masing RS. Adapun susunan tim pelayanan HCU adalah
sebagai berikut :
1. Koordinator: Dokter spesialis yang telah mengikuti pelatihan dasardasar ICU, yang meliputi:
a. Pelatihan pemantauan
b. Pelatihan penatalaksanaan jalan nafas dan terapi oksigen
c. Pelatihan terapi cairan, elektrolit, dan asam basa
d. Pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi
e. Pelatihan manajemen HCU.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
2. Anggota
a. Dokter spesialis/dokter yang telah mengikuti Basic dan
Advanced Life Support.
b. Perawat yang telah mengikuti pelatihan Basic Life Support dan
melakukan pemantauan menggunakan monitor.
E. Kerangka Teori
Istilah kerangka teori secara sederhana berarti penggunaan salah
satu teori atau teori-teori yang terkait untuk mendukung rasional (alasan)
dilakukannya studi dan memberikan pedoman untuk menganalisis
hasilnya.
Suatu kerangka disebut dengan kerangka teoritis jika variabel-variabel
yang telah dipelajari dan telah didapatkan sebelumnya dan didapatkan
berhubungan satu sama lain (Brink & Wood, 2000).
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
Kerangka Teori
Teori Kecemasan
Faktor Pencetus
a. Ancaman terhadap
intergritas diri
b. Ancaman terhadap
system diri
Faktor-faktor
mempengaruhi
kecemasan
1. Teori psikoanalisis
2. Teori interpersonal
3. Teori prilaku
(Stuart & sundeen,
1991)
KECEMASAN
yang
1. Usia dan tingkat
perkembangan
2. Jenis kelamin
3. Pengalaman individu
Stuart & Sundeen
(1998)
Non Farmakologi
• Musik klasik
• Relaksasi nafas dalam
Farmakologi
Penatalaksanaan
kecemasan
Gambar 2.4 Kerangka Teori
(Stuart & sundeen 1998, Stuart & Sundeen 1991)
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Terapi Musik Klasik
Penurunan Tingkat
Kecemasan
Relaksasi Nafas Dalam
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
G. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah pernyataan sederhana mengenai perkiraan
hubungan antar variabel-variabel yang sedang dipelajari. Hal tersebut
sering kali disebut sebagai dugaan yang diperhitungkan atau dipikirkan
seperti untuk jawaban pertanyaan studi. Dugaan tersebut harus didukung
dengan teori yang ada dan temuan riset terdahulu. Didalam pernyataan
hipotesis, suatu kondisi pendahuluan disebut sebagai variabel independen
dikaitkan dengan terjadinya kondisi efek lain, disebut variable dependen (
Patricia & Arthur, 2002).
Ha
: Ada perbedaan efektifitas terapi musik klasik dan relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien di ruang HCU.
Ho
: Tidak ada perbedaan efektifitas terapi musik klasik dan relaksasi
nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien di ruang HCU.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, S1 Keperawatan UMP, 2015
Download