KECEMASAN KOMUNIKASI DALAM RELASI ANTAR ETNIS (STUDI PADA MAHASISWA ETNIS PAPUA DI UNIVERSITAS HALU OLEO) Asfiah Endang Kasim Marewa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari 93232 082189448713 [email protected] Tujuan dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk kecemasan komunikasi dan faktor apa yang melahirkan kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antra Etnis di Universitas Halu Oleo. Tujuan penelitian ini yaitu : 1) untuk mengetahui bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo, 2) untuk mengetahui faktor apa yang melahirkan kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo. Penelitian ini menggunakan Teori Pengelolaan Kecemasan / Ketidakpastian yang dikembangkan oleh William Gudykunst pada tahun 1988. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan teknik purposive sampling. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Universitas Halu Oleo Kendari. Dengan jumlah informan sebanyak 10 orang, yakni mahasiswa Etnis Papua yang tersebar dibeberapa Fakultas yang ada di Universitas Halu Oleo. Data yang digunakan menggunakan metode deksriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dari Kecemasan Komunikasi Mahasiswa Etnis Papua Dalam Relasi Antar Etnis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bentuk yakni pertama bentuk Ketidakpastian dalam berkomunikasi mahasiswa Etnis Papua memperlihatkan keraguan pada awal mereka menjalin hubungan dengan mahasiswa lainnya, mereka lebih cenderung menghindar untuk berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya yang belum dikenalnya, namun yang terlihat adalah pada saat komunikasi di awali oleh orang. Ketedakpastian yang mereka perlihatkan dalam proses komunikasi dalam relasinya dengan mahasiswa lainnya muncul karena ada keraguan dan kurang percaya diri untuk diterima baik oleh orang lain disekelilingnya. Ketidakpastian terdiri empat hal diantaranya adalah menyangkut ketidakpastian pada awal hubungan, menyangkut Proses mengurangi ketidakpastian menyangkut identifikasi diri, dan tentang kepercayaan diri dari para mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis. Kedua adalah Kecemasan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan ketakutan, keraguan, kekhawatiran berupa perasaan negatif yang dirasakan mahasiswa Etnis Papua dalam melakukan komunikasi. Faktor yang melahirkan kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni yang pertama, situasional lingkungan dan yang kedua, stuasional gaya hidup Beberapa dari mahasiswa Etnis Papua merasakan adanya perbedaan individu yang menyebabkan mereka merasakan adanya kecemasan saat akan memulai hubungan komunikasi dengan mahasiswa lokal lainnya. Kata kunci : Kecemasan Komunikasi, Relasi Antar Etnis Mahasiswa Etnis Papua. Abstract The purpose of this research is how type of anxiousness communication and what kind of element make something to come to the surface anxiousness communication of ethnic students of Papua on relation among ethnic in Halu Oleo University. This research aimed to identify and analyze: (1) anxiousnees communication form of ethnic students of Papua on relation among ethnic in Halu Oleo Universty, (2) what make something to come to the surface factor of anxiousness communication. The approach used in this research is anxiety/uncertainty management theory by William Gudykunst 1988, with qualitative research, this research apply purposive sampling as culling informant in a intentional manner grounded on aim and researcher’s requirement, with consideration that informant could hand over official statement concerning the problems that for perusal. The location of research carried on Halu Oleo University accompanying ten people from the students of Papua’s ethnic in Halu Oleo University. The data used in this research descriptive qualitative. The research findings showed that the form of anxiousness communication ethnic students of Papua on relation among ethnic on this research divide two shape: (1) indeterminancy on communicating the ethnic students of Papua exhibit hesitancy at the first time they braid connection with the others student, they disposed to cleared the track to do communicated to the others student whom they didn’t knew previously, as conciseness can we said that the indeterminancy turn up because the hesitancy. Interdeteminancy composed four matter one other thing: interdeteminancy at the early connection, alleviate process interdeteminancy, self identification, and self reliance the students of the ethnic students of Papua on relation among ethnic. (2) anxiousness communication be intended on this research is anxiety, hesitancy, afraid by perceived ethnic students of Papua on communicated. At this point divide on two shape: (a) surroundings situation, and (b) style of life some ethnic students of Papua cause something to be experienced disparity bringing on them to feel anxiousness when they initiate a communicating to the others student. Key word: Anxiousness Communication, Relation among ethnic, The Ethnic Students of Papua. PENDAHULUAN Universitas Halu Oleo sebagai Universitas Negeri terbesar di Sulawesi Tenggara, menjadi penerima mahasiswa Afirmasi Dikti dimana mahasiswanya tersebar diberbagai Fakultas, diantaranya ada pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2 orang, Fakultas Kedokteran sebanyak 15 orang, Fakultas Perikanan sebanyak 4 orang, Fakultas Kesehatan Masyarakat 2 orang, Fakultas Farmasi sebanyak 5 orang, Fakultas Tehnik sebanyak 10 orang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sebanyak 6 orang, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan sebanyak 6 orang, Fakultas Peternakan 1 orang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebanyak 29 orang. Fakultas Ekonomi Bisnis sebanyak 16 orang. Berdasarkan hasil pengamatan awal penulis dilapangan diperoleh bahwa persebaran mahasiswa penerima program beasiswa Afirmasi Dikti tersebut memperlihatkan beberapa keunikan yang menggambarkan cara merespon tiap tiap bentuk komunikasi yang mereka tampilkan diantaranya, cara mereka berkomunikasi dengan mahasiswa lokal yang ada di Universitas Halu Oleo berbeda dengan jika mereka berkomunikasi dengan sesama mahasiswa Etnis Papua. Cara berinteraksi yang mahasiswa Etnis Papua tampilkan memperlihatkan bahwa mereka merasa memasuki suatu dunia baru dengan segala sesuatu yang terasa asing, para mahasiswa Etnis Papua terlihat berusaha untuk bagaimana harus berkomunikasi yang baik serta dapat dimengerti oleh orang-orang disekitarnya. Selain itu tidak jarang diantar mereka mengalami kesulitan bahkan tekanan mental karena telah terbiasa dengan hal-hal yang ada di daerah asal mereka di Papua. Ketidaknyamanan pun terjadi. Gambaran tersebut secara tidak langsung memperlihatkan adanya kecemasan komunikasi. Kecemasan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketidakefektifan dan kelemahan mahasiswa Etnis Papua dalam beradaptasi dilingkungan kampus, dimana mahasiswa Etnis Papua seringkali merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam berinteraksi. Selain itu mahasiswa Etnis Papua merasa memasuki suatu lingkungan budaya baru yang jauh berbeda sehingga membuat mereka menjadi merasa asing dan sulit berkomunikasi. Semua itu berimbas pada terkendalanya proses komunikasi yang setara antara mahasiswa Etnis Papua dan mahasiswa lokal pada umumnya. Hasil Observasi selanjutnya yang terlihat adalah mahasiswa Etnis Papua selalu membentuk komunitas sendiri dan kurang berbaur dengan mahasiswa lokal lainnya, dalam keseharian mahasiswa Etnis Papua sangat langkah melakukan aktivitas komunikasi yang melibatkan mahasiswa Etnis Papua dan mahasiswa lokal. Fenomena ini menunjukkan adanya permasalahan komunikasi diantara mereka, sehingga memperlihatkan bentuk relasi antar Etnis yang kurang akrab.Sehubungan dengan hal tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo dan faktor apa yang melahirkan kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo. Dalam penelitian ini menggunakan Teori Pengelolaan Kecemasan/Ketidakpastian yang dikembangkan oleh William Guddykunst pada tahun 1988. Teori ini membahas proses dasar tentang bagaimana kita mengenal orang lain. Ketika kita bertemu dengan orang asing, kita mungkin memiliki sebuah keinginan yang kuat untuk mengurangi ketidakpastian tentang orang tersebut. Dalam situasi seperti ini, kita cenderung tidak yakin akan kemampuan orang lain untuk menyampaikan tujuan dan rencana, perasaan pada saat itu, dan sebagainya. Berger menyatakan bahwa manusia sering kali kesulitan dengan ketidakpastian, mereka ingin dapat menebak perilaku, sehingga mereka terdorong untuk mencari informasi tentang orang lain. Sebenarnya, jenis pengurangan ketidakpastian ini merupakan salah satu dimensi utama dalam mengembangkan hubungan. (Littlejohn, 2009: 218). Kecemasan dapat terjadi dalam berbagai situasi, salah satunya adalah kecemasan yang dialami dalam lingkup komunikasi. Kecemasan dalam melakukan komunikasi diungkapkan oleh West & Turner (2008:18) sebagai kecemasan komunikasi yaitu ketakutan berupa perasan negatif yang dirasakan individu dalam melakukan komunikasi, biasanya berupa perasaan tegang, gugup atau pun panik ketika melakukan komunikasi. METODE PENELITIAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan bentuk analisis kualitatif. Analisis ini akan mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan temuan di lapangan dan selanjutnya diberi penafsiran dan kesimpulan. Data secara kualitatif ini diuraikan dengan menggunakan kalimat secara logis yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara. Penelitian ini dilakukan di Universitas Halu Oleo - Kota Kendari, dengan pertimbangan bahwa Universitas Halu Oleo adalah salah satu Universitas yang menerima m ahasiswa Afirmasi Dikti asal Papua yang memiliki kecenderungan unik pada kegiatan komunikasi dengan mahasiswa lokal lainnya. Adapun informan berjumlah 10 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Kecemasan Komunikasi Mahasiswa Etnis Papua Dalam Relasi Antar Etnis di Univesitas Halu Oleo Bentuk dari Kecemasan Komunikasi Mahasiswa Etnis Papua Dalam Relasi Antar Etnis di Univesitas Halu Oleo dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bentuk yakni bentuk Ketidakpastian dan bentuk kecemasan. Untuk lebih jelasnya akan dibahas secara sistematis pada uraian berikut ini : 1. Ketidakpastian Ketidakpastian komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan yang dimiliki oleh mahasiswa Etnis Papua berupa hilangnya kepercayaan diri mereka. Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan pada tanggal 20 Februari 2016 bahwa bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo salah satunya dilihat dari ketidak pastian dimana pengamatan penulis melihat bahwa dalam keseharian dalam berkomunikasi mahasiswa Etnis Papua memperlihatkan keraguan pada awal mereka menjalin hubungan dengan mahasiswa lainnya, mereka lebih cenderung menghindar untuk berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya yang belum dikenalnya. Bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo untuk ketidak pastiannya akan membahas empat hal diantaranya adalah berikut ini : a. Ketidakpastian Pada Awal Hubungan Bentuk kecemasan pada ketidakpastian yang pertama yakni ketidakpastian pada awal hubungan. Ketidakpastian pada awal hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah situasi komunikasi yang terjadi karena individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan orang lain. Hasil observasi yang penulis lakukan dilapangan pada tanggal 20 Februari 2016 memperlihatkan bahwa ketidak pastian pada awal hubungaan yang mereka alami adalah salah satu masalah tersulit yang dihadapi oleh mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo terutama bagi i mereka yang memiliki rasa percaya diri yang kurang atau pas-pasan sehingga ketidak pastian pada awal hubungan lebih besar dibanding setelah terjadinya hubungan komunikasi yang intens. Menurut Risani Aini Isman, usia 22 tahun, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Alam angkatan 2012 bahwa: “Menurut saya, saya sebagai salah satu mahasiswa angkatan 2012 dimana angkatan pertama yang menerima beasiswa afirmasi dikti. Kami kan saat itu terlambat masuk sehingga terlambat ikut proses belajar mengajar juga, sudah mau mid baru masuk. Jadi rasanya bagaimana ya, teman-teman yang lain sudah akrab sementara kami baru masuk. Ada sih rasa tidak percaya diri juga, ragu buat menegur. Tapi itu hanya saya rasakan diawal saja, semakin kesini sudah santai dan tidak ada rasa ragu lagi mau mulai komunikasi dengan teman-teman.” (Hasil wawancara, Februari 2016) Berdasarkan hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo tentang ketidakpastian pada awal hubungan mahasiswa Etnis Papua dengan mahasiswa lokal lainnya terdapat rasa tidak percaya diri. b. Proses Mengurangi Ketidakpastian Proses mengurangi ketidakpastian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kejadian komunikasi yang dialami oleh mahasiswa Etnis Papua dengan mahsiswa lainnya setelah mereka mengalami ketidakpastian pada awal hubungan. Menurut Jesi Lusiana Kambu, usia 22 tahun mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan angkatan 2012 bahwa: “Saat pertama kali yah mahasiswa Papua kan baru ada, mereka melihat kita rasa lain begitu tidak ada yang rambutnya keriting atau kulitnya hitam dan mungkin mereka pikir Papua itu bukan bagian dari Indonesia kan banyak yang seperti itu jadi agak kaku juga sih sebenarnya pertama kali mau berkomunikasi tapi lama-lama berjalan dengan baik. Saya berusaha menyesesuaikan diri saja bagaimana cara teman-teman disini berkomunikasi.” (Hasil wawancara, Februari 2016) Berdasarkan hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis tentang proses mengurangi ketidakpastian dalam berkomunikasi mahasiswa Etnis Papua dengan mahasiswa lokal lainnya memperlihatkan bahwa kesamaan akan mengurangi ketidakpastian sedangkan perbedaan akan meningkatkan ketidakpastian. c. Identifikasi Diri Hasil observasi yang penulis lakukan dilapangan pada tanggal 20 Februari 2016 memperlihatkan bahwa ada beberapa mahasiswa Etnis Papua mahasiswa yang memang memeprlihatkan kecemasan dalam bergaulan kesehariannya dilingkungan kampus, mereka memperlihatkan diri yang ingin selalu mecoba meniru atau mempraktekan simbol-simbol komunikasi atau lambang – lambang komunikasi yang mereka saksikan dan mereka terima dari berbagai lingkungannya, contoh- contoh prilaku identifikasi diri mahasiswa Etnis Papua dalam menghadapi kecemasan dalam berkomunikasi dilingkungannya antara lain yang pertama, beberapa mahasiswa Etnis Papua mengikuti cara berpakaain mahaiswa lokal lainnya meski terlihat kecemasan ketidak percayaan diri mereka menggunakan pakaian tersebut. Kedua, Ada kecenderungan mahasiswa Etnis Papua mempresentasekan diri dalam bergaul sama dengan cara bergaul mahasiswa lokal lainnya meskipun mereka memperlihatkan kecemasan dan keraguan akan diterima dalam bergaul. Ketiga, Terdapat beberapa mahasiswa menirukan bahasa-bahasa atau dialeg mahasiswa lokal pada umumnya, namun tetap memerlihatkan kecanggungan untuk menggunakan bahasa tersebut yang berakibat dan berpotensi menghasilkan kecemasan berkomunikasi. Keempat, Terdapat beberapa mahasiswa yang mencontoh pola belajar mahasiswa lokal lainnya yang berkelompok dengan latar belakang yang heterogen dari berbagai budaya lokal di Sulawesi Tenggara namun tetap memperlihatkan kecemasan didalam menjalin komunikasi kelompok tersebut. d. Kepercayaan Diri Berdasarkan contoh hasil observasi yang memperlihatkan bahwa bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo dari kepercayaan diri yang kurang terlihat pada saat melakukan proses komunikasi diantaranya seperti yang pertama, canggung diawal melakukan hubungan komunikasi. Kedua, memiliki rasa malu untuk membuka komunikasi di awal pertemuan. Ketiga, menjaga jarak komunikasi dengan mahasiswa lokal lainnya. Keempat, berbicara seperlunya. Kelima, tidak terlalu membuka diri dengan orang lain dan yang keenam, lebih memilih hidup berkelompok sesama mahasiswa Papua karena merasa nyaman dan adanya persamaan sehingga kepercayaan dirinya sangat baik. 2. Kecemasan Kecemasan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan ketakutan, keraguan, kekhawatiran berupa perasaan negatif yang dirasakan mahasiswa Etnis Papua dalam melakukan komunikasi, biasanya berupa perasaan tegang, gugup, atau pun panik ketika berada didalam lingkungan baru. Bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo untuk poin kecemasan membahas dua hal yakni menyangkut pengalaman dan persahabatan dari para mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo, untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan satu persatu berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang diperoleh dari data primer di lapangan berikut ini : a. Pengalaman Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan dilapangan pada tanggal 20 Februari 2016 memperlihatkan bahwa beberapa mahasiswa Etnis Papua mengalami kecenderungan ragu terhadap penerimaaan mahasiswa lainnya pada diri mereka dalam hal berkomunikasi dan menjadi pengalaman yang terus menerus menjadi unsur kecemasan dan ketidakpastian. Menurut Angela Sweety Gloria S., usia 20 tahun, mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2013 bahwa: “Iya saya pernah ada pengalaman, karena beberapa teman di kampus yang saya melakukan komunikasi dengan mereka, mereka rasa kalau saya terlalu kasar berkomunikasi, padahal tujuan saya baik, cuman karena nada suara yang kedengaran kasar jadi terkadang agak sedikit ragu juga tapi tidak sering.” (Hasil wawancara, Februari 2016) Berdasarkan hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo adalah kecemasan yang terbentuk dari pengalaman memperlihatkan bahwa ada beberapa kejadian yang mahasiswa Etnis Papua rasakan membuat mereka merasa sedikit ragu untuk melakukan komunikasi, contohnya seperti nada suara saat berbicara. Mahasiswa Etnis Papua berbicara dengan nada yang sedikit lebih tinggi sehingga terkadang mahasiswa lokal lainnya merasa bahwa mahasiswa Etnis Papua sedang marah saat melakukan komunikasi dengan mereka. Pengalaman tersebut membuat mahasiswa Etnis Papua merasa ada keraguan. b. Persahabatan Bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo adalah kecemasan yang terbentuk dari persahabatan Menurut Jesi Lusiana Kambu, usia 22 tahun, mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan angkatan 2012 bahwa : “Saat akan jalin persahabatan yang saya rasakan itu sulit karena berbeda kesamaan kalau teman banyak tapi kalau sahabat saya hanya jalin persahabatan dengan teman-teman saya dari Papua bukan tidak mau bersahabat dengan mahasiswa lain tapi lebih sepaham lebih rasa nyaman dengan teman-teman dari Papua saja kalau persahabatan. Itu saja kalau menurut saya.” (Hasil wawancara, Februari 2016) Berdasarkan hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo adalah kecemasan yang terbentuk dari persahabatan memperlihatkan bahwa mahasiswa Etnis Papua merasa ada ketidaknyamanan menjalin persahabatan dengan mahasiswa lokal lainnya yang ada di Universitas Halu Oleo. Mahasiswa Etnis Papua merasa meliki kesamaan dan merasa lebih bisa menjalin komunikasi yang terbuka dengan sesama mahasiswa Etnis Papua. Kecemasan dalam berkomunikasi yang mahasiswa Etnis Papua rasakan yakni merasa raguragu untuk berkomunikasi dengan mahasiswa lokal lainnya yang ada di Universitas Halu Oleo yang berasal dari anggota Etnis mayoritas. Mahasiswa lokal lainnya akan mengkritik penggunaan bahasa yang dipakai oleh mahasiswa Etnis Papua dari Etnis minoritas di Universitas Halu Oleo. Keengganan mahasiswa Etnis Papua untuk berkomunikasi tersebut disebabkan oleh rasa kecemasan yang mereka rasakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dari Kecemasan Komunikasi Mahasiswa Etnis Papua Dalam Relasi Antar Etnis di Univesitas Halu Oleo dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bentuk yakni pertama bentuk Ketidakpastian dalam keseharian dalam berkomunikasi mahasiswa Etnis Papua memperlihatkan keraguan pada awal mereka menjalin hubungan dengan mahasiswa lainnya, mereka lebih cenderung menghindar untuk berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya yang belum dikenalnya, namun yang terlihat adalah pada saat komunikasi di awali oleh orang lain maka mereka membuka ruang komunikasi dengan tetap memperlihatkan keraguan yang mereka sembunyikan. Ketedak pastian yang mereka perlihatkan dalam proses komunikasi dalam relasinya dengan mahasiswa lainnya muncul karena ada keraguan dan kurang percaya diri untuk diterima baik oleh orang lain disekelilingnya. Ketidak pastian terdiri empat hal diantaranya adalah menyangkut ketidakpastian pada awal hubungan, menyangkut Proses mengurangi ketidakpastian menyangkut identifikasi diri, dan tentang kepercayaan diri dari para mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo. Kedua adalah Kecemasan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan ketakutan, keraguan, kekhawatiran berupa perasaan negatif yang dirasakan mahasiswa Etnis Papua dalam melakukan komunikasi, biasanya berupa perasaan tegang, gugup, atau pun panik ketika berada didalam lingkungan baru. Bentuk kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo dilihat dari ketidakpastian serta kecemasan dimana pengamatan penulis dilapangan didapatkan bahwa kecemasan yang paling mahasiswa Etnis Papua rasakan adalah pada saat mereka berbicara dengan mahasiswa lainnya. Faktor Yang Melahirkan Kecemasan Komunikasi Mahasiswa Etnis Papua Dalam Relasi Antar Etnis di Universitas Halu Oleo Beberapa faktor yang melahirkan kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo diantaranya adalah : 1. Situasional Lingkungan Faktor yang melahirkan kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo untuk situasional lingkungan akan membahas dua hal diantaranya adalah menyangkut perbedaan individu dan perbedaan tingkatan atau level dari para mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo, untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan satu persatu berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang diperoleh dari data primer di lapangan berikut ini: a. Perbedaan Individu Perbedaan individu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal yang dimiliki oleh mahasiswa Etnis Papua yang tidak dimiliki oleh mahasiswa lokal lainnya. Hasil observasi yang penulis lakukan dilapangan pada tanggal 20 Februari 2016 memperlihatkan bahwa beberap karateristik unik yang dimiliki oleh mahasiswa Etnis Papua menjadikan mereka terlihat berbeda dari mahasiswa lainnya dilihat dari beberapa hal dintaranya adalah yang pertama cara mereka menggunakan aksesoris pakaian. Kedua, cara mereka berbicara dengan suara yang lebih keras. Ketiga, cara mereka bergaul dan hidup berkelompok hanya sesama mahasiswa Papua. Keempat, ketidak terbukaanya mereka pada mahasiswa lainnya dan Kelima, mahasiswa Etnis Papua cenderung memiliki sifat diam ketika mahasiswa lokal mendekati. Berdasarkan contoh hasil observasi yang memperlihatkan faktor yang melahirkan kecemasan berkomunikasi pada poin perbedaan individu tersebut, didapatkan juga pemahaman bahwa mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo cenderung merasa berbeda dalam hal individu mereka sehingga menjadi potensi untuk menjadikan mereka berperassan cemas atas lingkungannya. b. Perbedaan Tingkatan Atau Level Berdasarkan contoh hasil observasi yang memperlihatkan faktor yang melahirkan kecemasan berkomunikasi pada poin perbedaan tingkatan atau level tersebut diantaranya ada dua. Pertama, mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis merasakan perbedaan level akan penggunaan teknologi dan kedua, mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis merasakan perbedaan level pada penggunaan bahasa gaul yang trend sehingga menyebabkan mereka enggan untuk berbicara banyak didepan umum. 2. Situasional Gaya Hidup Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan satu persatu berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang diperoleh dari data primer dantaranya : a. Perbedaan Motivasi Perbedaan motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu dorongan yang hanya dimiliki mahasiswa Etnis Papua dan tidak dimiliki oleh mahasiswa lainnya untuk berkomunikasi, yang menyebabkan mahasiswa Etnis Papua melakukan suatu perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Angela Sweety Gloria S., usia 20 tahun, mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2013 bahwa : “Perbedaan motivasi yang saya rasakan hanya pada motivasi saat belajar, saya liat disini mahasiswa lainnya sangat tinggi motivasi belajarnya, mereka sering membentuk kelompok belajar, sementara kami hanya memiliki motivasi belajar karena melihat mereka belajar. Saya rasa sih sama saja antara saya dengan mahasiswa lainnya disni untuk komunikasi satu sama lain. Tidak ada perbedaan motivasi yah, sama saja. Temanteman dan saya sama-sama punya keinginan untuk saling berbicara satu sama lain.” (Hasil wawancara, Februari 2016) Berdasarkan hasil wawancara tersebut memberikan pemahaman bahwa Mereka merasakan bahwa mahasiswa lokal sama hal dengan mereka yang samasama tertarik atau termotivasi untuk melakukan hubungan komunikasi. b. Perbedaan Bahasa Hasil observasi yang penulis lakukan dilapangan pada tanggal 20 Februari 2016 memperlihatkan bahwa mahasiswa Etnis Papua sesekali menggunakan bahasa daerah mereka dilingkungan mahasiswa lainnya, sehingga terkadang menjadi faktor kecemasana akan ketersinggungan dari mahasiswa lainnya pula. Persoalan kecemasan komunikasi sebagai sebuah kelaziman tidak dapat dielakan oleh siapapun termasuk mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo. Dalam situasi cemas, mahasiswa Etnis Papua cenderung melakukan mekanisme pertahanan diri atau sebagai upaya bentuk penyesuaian diri pada kecemasan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang melahirkan kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo adalah bahwa Beberapa faktor yang melahirkan kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo diantaranya adalah Situasional Lingkungan dan Situasional Gaya Hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situasional Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu aspek yang mempengaruhi kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua. situasional lingkungan adalah menjadi salah satu dari faktor yang menjadikan mahasiswa mengalami kecemasan dilingkungan mereka, terutama diawal mejalin hubungan komunikasi dengan mahasiswa lainnya di Universitas Haluoleo. menyangkut perbedaan individu dan perbedaan tingkatan atau level dari para mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo Beberapa karateristik unik dari perbedaan individu yang dimiliki oleh mahasiswa Etnis Papua menjadikan mereka terlihat berbeda dari mahasiswa lainnya misalnya cara berdialog, intonasi saat berbicara, warna kulit, rambut, menjadikan itu sebagai beberapa perbedaan yang cukup terlihat antara mereka dan mahasiswa lokal lainnya serta hal tersebut menjadi fakor yang melahirkan kecemasan pada awal akan melakukan proses komunikasi dengan mahasiswa lainnya di Universitas Halu Oleo. Akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, mahasiswa Etnis Papua berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk perbedaan tingkatan atau level salah satunya adalah penggunaan bahasa – bahasa yang mereka tidak terlalu paham namun banyak digunakan oleh para mahasiswa lainnya sehingga menjadikan kecemasan bagi mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situasional gaya hidup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara mahasiswa entik Papua mempertunjukkan atau mempresentasekan dirinya.mahasiswa entik Papua memeiliki gaya hidup yang masih terbawa dari daerah mereka, misalanya penggunaan bahasa yang sedikit bersuara keras, penggunaan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang masih kental dengan Etnis mereka. Faktor yang melahirkan kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo pada situasional gaya hidup dapat dilihat dari perbedaan motivasi namun mahasiswa Etnis Papua tidak terlalu banyak memliki motivasi hidup yang berbeda dengan mahasiswa lainnya Faktor yang melahirkan kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis pada situasional gaya hidup selain perbedaan motivasi selanjutnya menghasilkan faktor yang kedua yakni perbedaan bahasa. mahasiswa Etnis Papua sesekali menggunakan bahasa daerah mereka dilingkungan mahasiswa lainnya, sehingga terkadang menjadi faktor kecemasana akan ketersinggungan dari mahasiswa lainnya pula. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dari Kecemasan Komunikasi Mahasiswa Etnis Papua Dalam Relasi Antar Etnis di Univesitas Halu Oleo dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bentuk yakni pertama bentuk Ketidakpastian dalam keseharian dalam berkomunikasi mahasiswa Etnis Papua memperlihatkan keraguan pada awal mereka menjalin hubungan dengan mahasiswa lainnya, mereka lebih cenderung menghindar untuk berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya yang belum dikenalnya, namun yang terlihat adalah pada saat komunikasi di awali oleh orang lain maka mereka membuka ruang komunikasi dengan tetap memperlihatkan keraguan yang mereka sembunyikan. Ketedak pastian yang mereka perlihatkan dalam proses komunikasi dalam relasinya dengan mahasiswa lainnya muncul karena ada keraguan dan kurang percaya diri untuk diterima baik oleh orang lain disekelilingnya. Ketidak pastian terdiri empat hal diantaranya adalah menyangkut ketidakpastian pada awal hubungan, menyangkut Proses mengurangi ketidakpastian menyangkut identifikasi diri, dan tentang kepercayaan diri dari para mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo. Kedua adalah Kecemasan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perasaan ketakutan, keraguan, kekhawatiran berupa perasaan negatif yang dirasakan mahasiswa Etnis Papua dalam melakukan komunikasi, berupa perasaan tegang, gugup, atau pun panik ketika berada didalam lingkungan baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang melahirkan kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Universitas Halu Oleo dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni yang pertama, situasional lingkungan. Beberapa dari mahasiswa Etnis Papua merasakan adanya perbedaan individu yang menyebabkan mereka merasakan adanya kecemasan saat akan memulai hubungan komunikasi dengan mahasiswa lokal lainnya. Seperti misalnya perbedaan suku diantara mereka hingga perbedaan fisik yang terlihat berbeda antara mahasiswa Etnis Papua dan mahasiswa lokal lainnya di Universitas Halu Oleo. Kedua, situasional gaya hidup. Mahasiswa Etnis Papua merasakan pada awal hubungan berkomunikasi dengan mahasiswa lokal lainnya bahwa perbedaan bahasa adalah faktor yang menyebabkan mereka cemas saat akan melakukan proses komunikasi. 2. Saran Adapun saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kepada mahasiswa Etnis Papua dan mahasiswa lokal di universitas Halu Oleo untuk tetap menjaga hubungan relasi antar Etnis yang harmonis tanpa rasa kecemasan komunikasi yang berpotensi mengurangi efektifitas human relations yang ingin dicapai. 2. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama menyangkut kecemasan komunikasi mahasiswa Etnis Papua dalam relasi antar Etnis di Univesitas Halu Oleo untuk mengkaji penelitian dengan metode kuantitatif untuk melihat yang mempengaruhinya. DAFTAR PUSTAKA Littlejohn, Stephen W. & Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika. West, Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika