Membandingkan dan Menganalisis Teks Ulasan

advertisement
K-13
bahasa indonesia
MEMBANDINGKAN DAN MENGANALISIS TEKS ULASAN
Semester 2 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK – Kurikulum 2013
Standar Kompetensi
5.
Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
Kompetensi Dasar
5.1
Membandingkan
dan
menganalisis teks ulasan film
atau drama.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1.
Memahami konsep dasar membandingkan teks ulasan drama atau film.
2.
Memahami konsep dasar menganalisis teks ulasan drama atau film.
3.
Membandingkan teks ulasan drama atau film.
4.
Menganalisis teks ulasan drama atau film.
K
e
l
a
s
XI
A. Membandingkan Teks Ulasan Drama atau Film
1. Pengertian Membandingkan Teks Ulasan
Membandingkan adalah kegiatan mencari persamaan dan perbedaan terhadap benda
atau sesuatu (KBBI). Membandingkan teks artinya mencari persamaan dan perbedaan
terhadap dua atau lebih teks yang berjenis sama atau berbeda. Hal-hal yang dibandingkan
dalam teks adalah tujuan, sifat, ciri umum, struktur, dan unsur kebahasaan teks.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam membandingkan teks adalah
sebagai berikut.
2.
a.
Membaca dengan cermat dua atau lebih teks yang dibandingkan.
b.
Memerhatikan tujuan dan ciri umum teks yang dibandingkan.
c.
Memerhatikan kesesuaian urutan struktur teks yang dibandingkan.
d.
Meneliti unsur kebahasaan teks yang dibandingkan.
e.
Menulis atau membacakan hasil dari teks yang dibandingkan.
Membandingkan Teks Ulasan
Teks yang dibandingkan bisa sama atau berbeda jenis teksnya. Apabila kita
membandingkan teks ulasan, hal menarik untuk dibandingkan adalah objeknya yang
berbeda, misalnya film dengan drama atau buku bahkan perbandingan ketiga-tiganya.
Membandingkan teks ulasan berarti menentukan persamaan dan perbedaannya. Dalam
pembelajaran ini, kita akan membandingkan teks ulasan film Sokola Rimba dengan teks
ulasan buku nonfiksi Sekolah Rimba (Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba).
a.
Teks Ulasan Film
Sokola Rimba
Belajar di Rimba, Belajar Suara Warga
Orientasi 1
Kalau mau cari inspirasi, jangan tonton
Sokola Rimba. Film terbaru Riri Riza ini bukan
soal kisah sukses, bukan pula roman tentang
kepahlawanan. Berbeda dengan sosoknya
yang begitu menjulang dalam poster film,
sosok Butet Manurung (diperankan Prisia
Nasution) terlihat begitu kecil dan remeh
selama 90 menit durasi film. Tak sedetik pun
2
ia berbagi tentang mimpi-mimpi revolusioner, tak juga berhambur sajak-sajak magis
tentang suatu model kebajikan.
Orientasi 2
Ketika ditanya oleh seorang peneliti, "Mengapa ia menjadi pengajar?" Butet
melanturkan sebuah jawaban yang teramat ‘biasa’. Lulus kuliah, tidak tahu mau
apa, lihat ada lowongan pekerjaan sebagai guru di pedalaman, menganggapnya
sebagai petualangan yang eksotis lalu mendaftar. Ada pun sekelumit kisah tentang
orang tuanya, “Kalau Bapak masih hidup, saya mungkin tidak berada di sini. Ibu
yang mendukung saya mengambil pekerjaan ini.” Jadilah, ia mengajar baca, tulis,
dan berhitung untuk masyarakat suku Kubu. Masyarakat yang dikenal juga sebagai
Orang Rimba yang bermukim di hulu dan hilir Sungai Makekal, Taman Nasional Bukit
Dua Belas, Jambi.
Butet juga tidak pernah benar-benar ‘menang’ dalam Sokola Rimba. Sampai
dengan kredit film bergulir, tak sekalipun kita melihat adanya perubahan yang
signifikan dalam kehidupan Orang Rimba—apalagi kepastian dan suku pedalaman ini
bisa lepas dari tirani kepentingan pengurus taman nasional dan pemilik perkebunan
kelapa sawit. Tak juga kita melihat Butet mendapat timbal balik yang setimpal untuk
upayanya bersusah-susah memperjuangkan pendidikan dan hak Orang Rimba.
Tafsiran 1
Di lingkungan kerjanya, sebuah lembaga konservasi alam bernama Wanaraya, Butet
dicibir oleh atasannya karena terlalu jatuh hati dan terlalu peduli dengan khalayak
Orang Rimba yang selama ini ia temui— di awal film, Butet diselamatkan seorang
anak dari hilir Sungai Makekal ketika ia jatuh pingsan akibat malaria yang mendorong
Butet untuk memperluas wilayah kerjanya. Di kalangan Orang Rimba sendiri, Butet
sempat diusir karena dianggap menyebarkan kutukan lewat ilmu pengetahuan—tak
lama setelah Butet mengajar di kawasan hilir Sungai Makekal, pemimpin kelompok
setempat tutup usia.
Pencapaian tertinggi Butet dalam Sokola Rimba, yaitu beberapa anak yang bisa
membaca. Tidak lebih, tidak kurang. Menariknya, justru karena penyikapan yang
bersahaja ini, Sokola Rimba menjadi begitu mencuat. Dalam film ini, pendidikan tidak
hadir sebagai batu loncatan atau solusi instan menuju kemakmuran. Ia hadir sebagai
alat yang Orang Rimba bisa pakai pada hari-hari mendatang untuk kebutuhan
mereka. Hasil akhir itu masalah nanti. Yang penting prosesnya dulu.
3
Tafsiran 2
Penggambaran pendidikan macam ini yang kerap absen dalam sinema Indonesia
belakangan ini. Semenjak Laskar Pelangi pada 2008 (yang kebetulan juga disutradarai
Riri Riza), film-film bioskop kita giat menyiarkan iming-iming luar biasa yang menanti
seseorang di ujung jenjang pendidikan, baik itu kekayaan maupun kesempatan ke
luar negeri. Gambaran iming-iming semacam itu seperti tertuturkan dalam Negeri 5
Menara, Semesta Mendukung hingga 9 Summers 10 Autumns.
Evaluasi 1
Kesan pertama yang muncul adalah sineas kita sungguh tidak kreatif. Satu film sukses
lantas formula yang sama difotokopi terus-menerus sampai buram jadinya. Namun,
pada tingkatan yang lebih dalam, masyarakat kita memang sedang kecanduan
kebajikan siap saji. Cerita anak-miskin-sekolah-lalu-kaya banyak meramaikan toko
buku di seantero Nusantara—beberapa di antaranya sudah dan akan diadaptasi
ke layar lebar. Belum lagi belakangan ini motivator menjadi profesi yang luar biasa
menguntungkan secara finansial—tak sedikit dari mereka yang menekankan
pentingnya pendidikan bagi kemakmuran pribadi.
Pendidikan memang penting bagi kemaslahatan umat, tetapi perkembanganperkembangan ini berpotensi men-generalisasi guna pendidikan di benak warga.
Lulus sekolah, menumpuk kekayaan. Lulus kuliah, ke luar negeri. Apa iya sesempit itu
kemungkinannya? Dan, apa iya kebutuhan semua warga itu sama, yakni kekayaan
melimpah atau melanglang buana? Bagaimana dengan kalangan warga yang tak
mengenal konsep “kaya” atau “pelesir” dalam khazanah kehidupan mereka?
Sokola Rimba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini untuk konteks Orang Rimba.
Di sini, kita patut menghargai usaha (serta ketelatenan) pembuat film mengurai halhal apa saja yang mengisi kerutinan Orang Rimba—lahan bermukim, kesempatan
berburu hewan, hukum adat, kebersamaan dalam kelompok—dan mengaitkan
semuanya dengan hal-hal yang mengisi kerja Butet Manurung sebagai pengajar di
daerah mereka.
Evaluasi 2
Di satu sisi, lahan bermukim dan kesempatan berburu hewan bertautan dengan
kepentingan pengurus taman nasional yang juga berkaitan dengan politik tempat
4
kerja Butet yang lebih mementingkan publisitas (supaya punya reputasi baik di mata
pemodal) daripada menyokong keinginan Butet untuk memperluas wilayah ajar. Di
sisi lain, hukum adat dan kebersamaan dalam kelompok Orang Rimba berlawanan
dengan pendidikan yang Butet tawarkan. Sejumlah tetua Orang Rimba yang Butet
temui curiga kalau pendidikan yang ditawarkan akan mendorong generasi penerus
untuk pergi meninggalkan mereka walau anak-anak dan remaja dari kelompok yang
sama menerima keberadaan Butet.
Adapun seiring berjalannya cerita, muncul fakta para penebang hutan dan
pemilik taman nasional mengeksploitasi para Orang Rimba. Kelompok-kelompok
Orang Rimba ini diminta menandatangani kontrak yang sesungguhnya merugikan
mereka, tapi mereka tidak sadar kalau mereka sedang dirugikan karena tidak tahu
sebenarnya yang tertera dalam kontrak itu.
Berdasarkan silang sengkarut kebutuhan dan kepentingan inilah, cerita
Sokola Rimba berjalan. Tak heran kalau kemudian Butet Manurung terasa menjadi
sosok yang begitu kecil dalam film. Setiap langkah yang ia ambil bergantung pada
kepentingan dua kalangan, baik tempat kerjanya maupun para Orang Rimba.
Beberapa kali ia mau tidak mau ikut aturan, beberapa kali ia terpaksa bersiasat—
dan ia tidak selamanya berhasil.
Bentuk penuturan macam ini baik adanya. Berbeda dengan film-film biografi
kita belakangan, terutama yang beredar sepanjang 2013, Sokola Rimba tidak
terjebak pada penyederhanaan seorang tokoh menjadi sosok yang serba bisa
dan serba ada. Ia hanyalah seorang pemain dalam suatu konstelasi yang besar,
di tengah rimba yang tak melulu berpihak padanya. Bentuk penuturan macam
ini memungkinkan Sokola Rimba mencapai kedalaman-kedalaman yang jarang
ditemui dalam film-film kita.
Evaluasi 3
Pada tingkatan tertentu, Sokola Rimba menjadi pelajaran yang realistis tentang
anatomi suatu gerakan sosial. Apa yang Butet ingin capai itu mulia, yaitu berbagi
keterampilan untuk menghadapi kehidupan yang berubah. Namun, sebagaimana
yang atasannya tekankan, semua itu butuh modal dan modal tidak berserakan begitu
saja di halaman belakang rumah. Dan itu benar adanya—hanya karena atasan Butet
menghalangi langkah protagonis kita, ia tidak bisa kita salahkan begitu saja.
5
Pada tingkatan lainnya, Sokola Rimba menjadi kritik halus terhadap pemerintah
yang titip absen dalam mencerdaskan warganya. Perhatikan dalam film, di luar rekanrekan Butet sesama pengajar, siapa yang benar-benar peduli, dan mau membantu
program pendidikannya secara konkret? Orang asing.
Rangkuman
Hal yang terpenting dari semua ini, bentuk penuturan Sokola Rimba memberi kita
kesempatan untuk tidak saja mengenal Butet, tapi juga para Orang Rimba. Suara
mereka mendapat tempat dalam film dan dalam posisi yang krusial pula. Dari
awal, kita mendengar narasi suara Butet menjelaskan pandangannya, apa yang ia
temui sepanjang berinteraksi dengan Orang Rimba, dan apa yang ia pelajari selama
mengajar mereka baca tulis. Pada sebuah momen klimaks, salah seorang anak didik
Butet menggantikan narasi suara gurunya, bercerita tentang suatu ritual pengambilan
madu yang penting di kalangan Orang Rimba. Sepanjang film kita melihat mereka
belajar mengenal aksara dan pada akhirnya mereka “bersuara”. Puitis sekali.
Sumber: filmindonesia.or.id
b.
Teks Ulasan Buku Nonfiksi
Sokola Rimba
Wujudkan Impian
ORIENTASI
Judul Buku
: Sokola Rimba (Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba)
Pengarang
: Butet Manurung
Penerbit
: Insist Press
Tahun Terbit
: 2007
Tebal halaman : 250 halaman
“Eh, siapa bilang kamu gak boleh berpihak? Pendidikan harus berpihak! Kamu harus
berpihak ke anak-anak itu. Kamu kan pendidik, bukan guru kursus!”
Kalimat di atas menjadi penegas atas kebimbangan Butet Manurung pada
model pendidikan yang selama ini ia jalankan bersama WARSI. Lembaga tempat
Butet menjadi tenaga pendidik bagi Orang Rimba (selanjutnya OR). Selama ini,
model pendidikan yang dibawanya masih mengusung isu konservasi hutan, tanpa
memedulikan apakah konteksnya sesuai dengan kebutuhan OR. Kegelisahan ini
6
akhirnya memunculkan ide tentang model pendidikan yang kontekstual dan mampu
mengakomodasi kebutuhan OR. Ini juga yang menjadi langkah awal lahirnya Sokola
Rimba.
Tafsiran 1
Berawal dari kecintaannya pada
alam, Butet memilih meninggalkan
gemerlap kehidupan kota dan masuk
pada belantara hutan Bukit Dua Belas
yang terletak di Provinsi Jambi. Kondisi
fisik dan penampilannya yang tidak
meyakinkan sempat menuai sikap
pesimis dari rekan-rekannya di WARSI,
tetapi itu semua terpatahkan dengan
semangatnya yang tinggi. Butet
berangkat dari ketidaktahuan mencoba
mengenal OR secara lebih dalam dengan
cara tinggal dan hidup di tengah-tengah
mereka.
Besudu (15 tahun), Batu (13 tahun), dan Linca (14 tahun) adalah tiga anak
OR yang menjadi murid pertama Butet. Jumlah ini bertambah menjadi tujuh
orang pada hari kedua dan berkurang kembali menjadi tiga orang anak pada
hari ketiga. Daya tangkap masing-masing anak berbeda, ada yang unggul di
pelajaran berhitung dan ada yang di pelajaran mengenal huruf. Butet harus
menciptakan metode belajar sendiri yang mampu mengatasi kesulitan-kesulitan
anak OR terutama dari segi kemampuan pengucapan dan pengejaan huruf
yang berbeda dari suku lainnya. Berbagai metode belajar ditemukan dari proses
belajar dan mengajar sehingga hubungan yang muncul adalah timbal balik. Guru
tidak hanya sebatas guru dan murid tidak hanya sebatas murid, tetapi guru dan
murid menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi. Hal ini yang tidak pernah
ditemukan di sekolah-sekolah lainnya. Sekolah lebih cenderung mendiskreditnya
siswa sebagai objek yang harus menerima seluruh ilmu pengetahuan yang
diberikan oleh guru dan menerima hukuman apabila mereka tidak mampu
menerimanya. Alasan ini juga mengapa anak-anak OR tidak mau bersekolah di
desa, hukuman yang diberikan oleh guru kepada murid yang tidak patuh telah
mencetak gambaran buruk tentang sekolah dibenak anak-anak OR.
7
Ketidakmampuan mereka membaca dan menulis menjadi sebuah titik
kelemahan yang jika tidak segera mereka sadari akan menghapus keberadaan
mereka. Eksistensi mereka sebagai orang rimba akan hilang dengan perluasan
proyek perkebunan dan penebangan hutan. Kehadiran WARSI sebagai lembaga
yang peduli pada konservasi hutan membuka peluang pengenalan pada dunia
pendidikan bagi OR. Hanya saja apa yang harus dilakukan dan konsep pendidikan
seperti apa yang paling tepat untuk OR secara jelas belum ditemukan oleh
Butet hingga beberapa bulan keberadaannya di sana. Adanya anggapan OR,
mereka tidak butuh baca tulis mempersulit proses pendekatan Butet terhadap
OR. Belum lagi adat istiadat yang tidak memperbolehkan mereka diajar oleh
perempuan. Di awal-awal perjuangannya, Butet dituntut kreatif menggunakan
segala cara agar bisa mendekati mereka, misalnya mengajar mereka bersepeda,
mengusahakan pengobatan hingga memberikan pelajaran baca tulis secara
sembunyi-sembunyi.
Tafsiran 2
Sokola Rimba mirip dengan serial Ancient Darkness-nya Torak, kemiripan terletak
pada nuansa mistisnya. Gentar dalam Sokola Rimba serupa dengan Lintang di Laskar
Pelangi, Gentar dan Linca seolah hidup dan bersinar di buku ini. Buku ini sepertinya
lebih dahsyat daripada Laskar Pelangi atau Denias.
Evaluasi 1
Tulisannya mencerminkan sosok Butet sebagai seorang perempuan pemberani.
Dengan rela dan ikhlas, ia masuk ke pedalaman. Keberanian lain adalah suara
lantang Butet yang mengkritisi upaya pemerataan pendidikan bagi OR. Butet
berani memprotes soal lembaga WARSI yang notabene adalah mantan tempatnya
bekerja, tetapi ia bersikap rasional karena di bagian awal dia juga bersyukur bisa
diterima di WARSI sehingga bisa masuk ke kawasan OR yang akhirnya dicintainya.
Buku ini merupakan transformasi dari catatan harian Butet, jadi setiap penggal
kisahnya bercerita apa adanya. Komentar-komentar menggelitik dan pikiran-pikiran
nakal Butet berlompatan secara natural. Begitu lugas dan terpercaya. Buku ini
juga penuh inspirasi. Segala daya tarik perjuangan dan petualangan Butet dengan
mudah mengobarkan semangat berbagi yang terpendam di dasar sanubari. Minimal
berempati dan menghidupkan spirit untuk menolong sesama di sekitar kita. Pada
beberapa bagian, Butet menyampaikan beragam pemikiran yang dianggapnya
8
mampu membawa perubahan yang berarti bagi kehidupan OR (bukan dengan
mengubah OR-nya) meskipun dengan kejujurannya pula ia mengakui kelemahan
yang dimilikinya untuk mewujudkan pemikiran-pemikiran kritisnya.
Sifat netral Butet menjadi sifat dasar yang mampu membawanya masuk dan
diterima pada masyarakat OR. Tujuannya hanya satu, memeratakan pendidikan bagi
semua kalangan. Tujuan utama Butet menyalakan semangat belajar kepada OR agar
dapat memahami dan menjaga hak OR sebagai sesama WNI.
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku tulisan Butet ini. Pelajaran
tentang alam, sosial, keamanan, hingga kemampuan hidup di alam bebas dapat
memercikkan hikmah bagi pembacanya bahkan beberapa informasi berguna bagi
pemerintah, misalnya soal isu illegal logging yang merajalela dan seyogyanya segera
dicarikan cara menanggulanginya.
Evaluasi 2
Pemilihan judul Sokola Rimba dengan nuansa lokal dan kesamaan bunyi dengan kata
sekolah dalam Bahasa Indonesia pasti sudah dapat menebak garis besar buku ini.
Daya pikat kata sekolah dengan kata rimba menampilkan imajinasi pembaca akan
keasrian pepohonan hijau yang membentang luas dan tak terjamah.
Dalam buku Sokola Rimba, beberapa salah ketik, inkonsistensi (miring, tak
miring), dan pemenggalan kata ditemukan tidak tepat. Kurang tepat, misalnya
ranting dipenggal menjadi rant-ing seharusnya ran-ting (hlm: 24), orang dipenggal
menjadi or-ang seharusnya o-rang (hlm: 7, 41, 57, 71, 141, 193). Penulisan kata tidak
baku dan nama majalah juga terdapat pada buku ini, misalnya resiko seharusnya
risiko (di beberapa halaman). Nama majalah yang disebutkan pada halaman 208209, yang benar Gerbang atau Gebang.
Rangkuman
Buku Sokola Rimba merupakan salah satu buku yang mampu menginspirasi dan
menggugah ketersadaran kita untuk lebih memaknai hidup. Memberi sesuatu
dengan tulus tanpa mengharapkan keuntungan adalah hal terberat yang coba
diterjemahkan oleh penulis. Mimpi untuk melakukan sesuatu mestinya tidak boleh
berhenti sebelum terwujud menjadi sebuah kenyataan. Tak terpenting berapa
9
banyak uang, waktu, dan pengorbanan yang telah dihabiskan untuk mengejarnya.
Teruslah bermimpi karena dengan bermimpi kebaikan demi kebaikan akan hadir di
muka bumi.
Sumber: kompasiana.com. dalam resensi.co.id dengan pengubahan.
c.
Persamaan Teks Ulasan Film Sokola Rimba dengan Teks Ulasan Sokola Rimba
(Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba)
Dalam sebuah teks ulasan film ataupun buku, berikut adalah bagian yang umumnya
menjadi persamaan.
Tujuan sama, yaitu memberikan penilaian mengenai keunggulan dan kelemahan
karya tersebut agar para penonton film atau drama serta pembaca buku dapat
menimbang apakah karya tersebut patut ditonton atau dibaca.
Struktur teks yang sama, yaitu orientasi^interpretasi^evaluasi^ rangkuman.
Unsur-unsur kebahasaan yang sama, yakni pemakaian istilah, adjektiva, kalimat
persuasif, preposisi perbandingan (menyatakan persamaan dan perbedaan), dan
verba relasional.
1.)
Tujuan yang Sama
•
Memberikan penilaian, kritik, saran, dan komentar terhadap film Sokola
Rimba dan buku Sokola Rimba (Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba)
dengan memberikan deskripsi dan pendapat mengenai karya tersebut
agar calon penonton atau calon pembaca tertarik menyaksikan film atau
membaca buku tersebut.
•
Memberikan informasi atau pemahaman yang menyeluruh tentang hal
yang tampak dan terungkap dalam film dan buku Sokola Rimba.
•
Mengajak calon penonton atau calon pembaca Sokola Rimba untuk
merenungkan, memikirkan, dan mendiskusikan fenomena atau problema
yang muncul dalam Sokola Rimba.
•
Memberikan pertimbangan kepada calon penonton atau pembaca Sokola
Rimba. Apakah film Sokola Rimba dan buku Sokola Rimba layak mendapat
sambutan atau tidak?
10
2.)
3.)
Struktur Teks yang Sama
•
Orientasi, yaitu bagian yang berisi gambaran umum, identitas, dan latar
belakang film Sokola Rimba dan buku Sokola Rimba.
•
Tafsiran, yaitu interpretasi atau pandangan penulis yang berisi gambaran
rinci suatu karya yang sedang diulas. Bagian ini berisi sinopsis, nilai, dan
perbandingan dengan film dan buku sejenis Sokola Rimba.
•
Evaluasi, yaitu bagian yang berisi keunggulan dan kelemahan dari film
dan buku Sokola Rimba.
•
Rangkuman, yaitu simpulan dan pendapat dari pengulas tentang film dan
buku Sokola Rimba.
Unsur Kebahasaan yang Sama
Unsur
Teks Ulasan Film
Teks Ulasan Buku
Istilah
Poster
film,
sinema Pengarang, penerbit, tebal
Indonesia, sineas, film-film halaman.
biografi.
Contoh
Penggambaran pendidikan Pengarang : Butet Manurung
macam ini yang kerap absen Penerbit : Insist Press
dalam sinema Indonesia
belakangan ini.
Adjektiva
Sukses,
kecil,
remeh, Sikap, buruk, gemerlap, kreatif,
eksotis, drastis, kreatif, ikhlas, tulus.
kaya, konkret, besar, miskin,
realistis, krusial, puitis.
Contoh
Kesan
pertama
yang Butet memilih meninggalkan
muncul, yaitu sineas kita gemerlap kehidupan kota
sungguh tidak kreatif.
Preposisi
daripada, seperti
perbandingan
Contoh
daripada
Pengurus taman nasional, Buku ini sepertinya lebih
lebih mementingkan publisi- dahsyat daripada Laskar
tas daripada menyokong Pelangi atau Denias.
keinginan Butet untuk
memperluas wilayah ajar.
11
Verba
relasional
Kopulatif adalah kata bantu
seperti pasti, harus, perlu,
wajib, jadi, mungkin, boleh,
harap, bisa, hendak, ingin,
mau, akan, dapat, bisa, dan
ada.
Contoh
•
•
d.
Pencapaian tertinggi •
Butet dalam Sokola
Rimba, yaitu beberapa
anak
yang
bisa
membaca.
Kalau mau cari inspirasi,
jangan tonton Sokola •
Rimba.
Bentuk penuturan Sokola
Rimba
memberi
kita
kesempatan untuk tidak
saja mengenal Butet, tapi
juga para Orang Rimba.
Kalimat
persuasif
Kopulatif merupakan kata
bantu seperti pasti, harus,
perlu, wajib, jadi, mungkin,
boleh, harap, bisa, hendak,
ingin, mau, akan, dapat, bisa,
dan ada.
Sokola Rimba merupakan salah satu buku yang
mampu menginspirasi
dan menggugah ketersadaran kita agar lebih
memaknai hidup.
Banyak pelajaran yang
bisa diambil dari buku
tulisan Butet ini
Teruslah bermimpi karena
dengan bermimpi, kebaikan
demi kebaikan akan hadir di
muka bumi.
Perbedaan Teks Ulasan Film Sokola Rimba dengan Teks Ulasan Sokola Rimba
(Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba)
1.)
2.)
Judul
•
Film yang diangkat dari buku nonfiksi karya Butet Manurung ini
memakai judul yang tidak sama dengan sumbernya Sokola Rimba
(Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba)
•
Judul pada teks ulasan film “Belajar di Rimba, Belajar Suara Warga”,
sedangkan judul teks ulasan buku “Wujudkan Impian”.
Orientasi
•
Memuat poster film pada teks ulasan film, sedangkan teks ulasan
buku memuat sampul buku.
•
Identitas film tidak dibuat, seperti identitas buku dengan
kalimat rincian (pakai tanda baca titik dua), tetapi diuraikan
dalam bentuk paragraf.
12
3.)
4.)
Tafsiran
•
Sinopsis pada teks ulasan film tidak lengkap sehingga pembaca
tidak mengetahui alur cerita secara lengkap dan dicampur dengan
pandangan penulis, sedangkan ringkasan buku pada teks ulasan
buku ditulis secara lengkap.
•
Pada teks ulasan film, selain tokoh Butet tidak dicantumkam nama
tokoh lain, sedangkan pada teks ulasan buku dicantumkan seperti
Besudu (15 tahun), Batu (13 tahun), dan Linca (14 tahun).
•
Tempat bekerja Butet dalam teks ulasan film adalah Waranaya (fiktif ),
sedangkan pada teks ulasan buku WARSI (seharusnya Warsi – Warung
informasi konservasi).
•
Perbandingan film Sokola Rimba dengan film Negeri 5 Menara,
Semesta Mendukung, hingga 9 Summers 10 Autumns, sedangkan
teks ulasan buku perbandingannya dengan serial karya Torak, yakni
Ancient Darkness, serta novel yang difilmkan, yakni Laskar Pelangi.
Evaluasi
Evaluasi pada teks ulasan film tidak bicara sedikit pun tentang teknik
pengambilan gambar, visual effect, tata setting, tata suara, tata cahaya,
tata kostum, dan tata rias yang semestinya juga dievaluasi. Akan tetapi,
lebih kepada isi film dan penampilan karakter pemeran utama, sedangkan
evaluasi pada teks ulasan buku pada isi tulisan tentang karakter penulis
(Butet) dan kesalahan pada penulisan kata.
5.)
Rangkuman
•
Teks ulasan film terdapat seruan jika menonton film ini penonton
dapat mengenal Butet dan Orang Rimba, sedangkan teks ulasan
buku untuk melakukan sesuatu mestinya tidak boleh berhenti
sebelum mewujud mimpi menjadi sebuah kenyataan.
•
Pada teks ulasan film, terdapat inti cerita, yaitu sepanjang film kita
melihat mereka belajar mengenal aksara dan akhirnya, mereka
“bersuara”, sedangkan teks ulasan buku adalah rekomendasi buku
ini salah satu buku yang mampu menginspirasi dan menggugah
ketersadaran kita lebih memaknai hidup.
13
B. Menganalisis Teks Ulasan Drama atau Film
1. Pengertian Menganalisis Teks Ulasan
Analisis adalah (1) penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan
sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk
perkaranya, dan sebagainya), (2) penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya
dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (KBBI). Menganalisis teks
ulasan adalah mengkaji teks ulasan sesuai dengan struktur, kaidah kebahasaan, dan
kandungan teks ulasan.
2.
Analisis Teks Ulasan
Pada bagian ini, akan dibahas analisis teks ulasan film Sokola Rimba.
a.
Judul Teks Ulasan
Judul teks ulasan “Sokola Rimba: Belajar di Rimba, Belajar Suara Warga”. Judul yang
sangat menarik dengan diksi, repetisi, dan asonansi. Dari judul yang dibuat, kita
sudah mengetahui secara keseluruhan isi teks ulasan tentang tokoh dalam film
yang belajar di rimba bersama Orang Rimba dan calon penonton akan coba belajar
mendengarkan suara warga (segala pikiran dan perasaan Orang Rimba). Repetisi
kata rimba dan asonansi vokal /a/ membuat judul enak didengar.
b.
Orientasi
Penulis ulasan (reviewer) pada bagian pembuka teks ulasan menulis rangkaian
kalimat dengan sangat mengejutkan, yang menjadi magnet bagi pembaca untuk
segera menonton filmnya.
Kalau mau cari inspirasi, jangan tonton Sokola Rimba. Film terbaru Riri Riza ini
bukan soal kisah sukses, bukan pula roman tentang kepahlawanan. Berbeda dengan
sosoknya yang begitu menjulang dalam poster film, sosok Butet Manurung (diperankan
Prisia Nasution) terlihat begitu kecil dan remeh selama 90 menit durasi film. Tak sedetik
pun ia berbagi tentang mimpi-mimpi revolusioner, tak juga berhambur sajak-sajak
magis tentang suatu model kebajikan.
Pilihan kata melanturkan semakin membuat penasaran pembaca, apakah
Butet serius berkata begitu atau hanya candaan Butet saja ketika ditanya alasan dia
menjadi guru di pedalaman?
14
Butet melanturkan sebuah jawaban yang teramat ‘biasa’, lulus kuliah, tidak tahu
mau apa, lihat ada lowongan pekerjaan sebagai guru di pedalaman, menganggapnya
sebagai petualangan yang eksotis, lalu mendaftar.
Penulis teks ulasan sekadar menginformasikan kepada pembaca, kondisi
Orang Rimba sampai film ini ditayangkan di bioskop-bioskop, tidak ada perubahan
yang signifikan. Butet walaupun telah berjuang penuh pengorbanan menjadi guru
di pedalaman tidak dapat penghargaan. Tak apalah, justru diangkatnya film ini
merupakan penghargaan yang spesial buat perjuangan Butet di dunia pendidikan.
c.
Tafsiran
Hal yang paling mengenaskan dalam film ini, Butet dicibir dan diusir. Sikap Butet yang
bersahaja adalah keunggulannya. Tak jadi masalah walaupun prestasinya sebatas
membuat beberapa anak rimba bisa baca. Pendidikan hadir sebagai alat Orang Rimba
pada masa mendatang, tidak instan untuk menjadikan mereka sejahtera sekarang.
Butet dicibir oleh atasannya karena terlalu jatuh hati dan terlalu peduli dengan
khalayak Orang Rimba …. Di kalangan Orang Rimba sendiri, Butet sempat diusir karena
dianggap menyebarkan kutukan lewat ilmu pengetahuan …. Dalam film ini, pendidikan
tidak hadir sebagai batu loncatan atau solusi instan menuju kemakmuran. Ia hadir
sebagai alat yang Orang Rimba bisa pakai pada hari-hari mendatang untuk kebutuhan
mereka.
Penulis membandingkannya dengan film Laskar Pelangi yang memiliki kesamaan
dengan Sokola Rimba yang tidak menceritakan iming-iming, melalui sekolah bisa
berhasil dan dapat melanjutkan pendidikan di luar negeri. Penulis mungkin lupa,
dalam film Laskar Pelangi tokoh Ikal pada akhir cerita melanjutkan pendidikannya di
Paris dan beberapa tokohnya menjadi orang yang membanggakan Belitung.
Penggambaran pendidikan macam ini yang kerap absen dalam sinema Indonesia
belakangan ini. Semenjak Laskar Pelangi pada 2008 (yang kebetulan juga disutradarai
Riri Riza), film-film bioskop kita giat menyiarkan iming-iming luar biasa yang menanti
seseorang di ujung jenjang pendidikan—baik itu kekayaan maupun kesempatan ke luar
negeri. Gambaran iming-iming semacam itu seperti tertuturkan dalam Negeri 5 Menara,
Semesta Mendukung, hingga 9 Summers 10 Autumns.
15
d.
Evaluasi
Reviewer memberikan penilaian, film-film seperti Negeri 5 Menara, Semesta Mendukung,
dan 9 summers 10 Autumn tidak seperti Sokola rimba dan Laskar Pelangi. Hal itu
menunjukkan sineas kita tidak kreatif. Namun, penilaian tersebut tidak ajeg karena
terdapat kata kesan, ya, hanya kesan. Kreativitas para sineas tentunya patut dihargai.
Mereka menyampaikan pesan, pendidikan itu perlu sebagai bekal kesuksesan.
Kesan pertama yang muncul adalah sineas kita sungguh tidak kreatif. Satu film
sukses, lantas formula yang sama difotokopi terus-menerus sampai buram jadinya.
Namun, pada tingkatan yang lebih dalam, masyarakat kita memang sedang kecanduan
kebajikan siap saji.
Reviewer menilai Orang Rimba tidak mengenal konsep kaya atau pelesir. Jadi,
pendidikan bukan untuk menjadi kaya dan dapat kuliah ke luar negeri (tidak seperti
Negeri 5 Menara). Reviewer juga menilai kita patut memberikan penghargaan pada
pembuat film atas ketelatenan mengurai rutinitas Orang Rimba.
Bagaimana dengan kalangan warga yang tak mengenal konsep “kaya” atau
“pelesir” dalam khazanah kehidupan mereka? Sokola Rimba menjawab pertanyaanpertanyaan ini untuk konteks Orang Rimba. Di sini, kita patut menghargai usaha (serta
ketelatenan) pembuat film mengurai hal-hal apa saja yang mengisi kerutinan Orang
Rimba.
Butet dalam Sokola Rimba digambarkan sosok yang tidak serba bisa dan tidak
serba ada. Sosok dia begitu kecil karena setiap langkah yang dia ambil bergantung
pada kepentingan tempatnya bekerja dan Orang Rimba.
Tak heran kalau kemudian Butet Manurung terasa menjadi sosok yang begitu kecil
dalam film. Setiap langkah yang ia ambil bergantung pada kepentingan dua kalangan,
baik tempat kerjanya maupun para Orang Rimba. … Sokola Rimba tidak terjebak
pada penyederhanaan seorang tokoh menjadi sosok yang serba bisa dan serba ada. Ia
hanyalah seorang pemain dalam suatu konstelasi yang besar, di tengah rimba yang tak
melulu berpihak padanya. Bentuk penuturan macam ini memungkinkan Sokola Rimba
mencapai kedalaman-kedalaman yang jarang ditemui dalam film-film kita.
16
Sokola Rimba menjadi pelajaran yang realistis tentang anatomi gerakan sosial
bahwa untuk mengubah kehidupan Orang Rimba butuh modal dan menjadi kritik
halus terhadap pemerintah agar memerhatikan pendidikan sampai ke pedalaman.
Sokola Rimba menjadi pelajaran yang realistis tentang anatomi suatu gerakan
sosial. Apa yang Butet ingin capai itu mulia: berbagi keterampilan untuk menghadapi
kehidupan yang berubah. Namun, sebagaimana yang atasannya tekankan, semua itu
butuh modal dan modal tidak berserakan begitu saja di halaman belakang rumah.
… Sokola Rimba menjadi kritik halus terhadap pemerintah yang titip absen dalam
mencerdaskan warganya.
Sayangnya reviewer tidak mengevaluasi kelemahan film tersebut, semuanya
tentang keunggulan. Semestinya ditulis kelemahannya, dia hanya membandingkan
dengan film lainnya dan justru menilai kelemahan film-film pembanding tersebut
dan mengkritisi sineas film Indonesia yang tidak kreatif.
e.
Rangkuman
Reviewer memberikan pandangan, film ini memberi kesempatan untuk mengenal
sosok Butet juga sosok Orang Rimba. Kata suara dan “bersuara” bukan berarti bersuara
‘mengeluarkan bunyi', melainkan segala ungkapan pikiran dan perasaan mereka.
… bentuk penuturan Sokola Rimba memberi kita kesempatan untuk tidak saja
mengenal Butet, tapi juga para Orang Rimba. Suara mereka mendapat tempat dalam
film, dalam posisi yang krusial pula. Sepanjang film kita melihat mereka belajar
mengenal aksara dan pada akhirnya mereka “bersuara”. Puitis sekali.
17
LATIHAN SOAL
Bacalah kedua teks ulasan berikut dengan cermat untuk menjawab soal No. 1 – 3!
Teks Ulasan 1
Teks Ulasan 2
Sampai di titik ini, kerja Ifa dan kawan-kawan
boleh dibilang selesai dengan cukup baik
meski ada catatan tentang hasil sinematografi
yang tidak konsisten warnanya di sana-sini
dan editing yang terkadang mengganggu
ritme. Ifa berhasil mengemukakan dengan
cukup utuh yang menjadi gagasannya. Dan
tampak sekali, Ifa dan kawan-kawan bekerja
keras untuk itu.
Hari Ini Pasti Menang memenuhi banyak
syarat untuk menjadi film yang luar
biasa. Pengerjaannya begitu mendetail,
kedalaman ceritanya pun tak main-main.
Sayangnya, para tokoh dan garis ceritanya
terasa setengah matang, serba disempilkan,
dan diburu-buru. Andai saja keduanya ditata
dengan lebih strategis, Hari Ini Pasti Menang
yang sejatinya sudah baik bisa jauh lebih
baik lagi.
1.
Pernyataan di bawah ini yang tidak sesuai dengan kedua teks ulasan tersebut adalah ….
A. Kedua teks ulasan merupakan bagian evaluasi pada struktur teks ulasan.
B. Terdapat kelemahan dan keunggulan pada kedua teks ulasan.
C. Teks ulasan 1 tidak menyebutkan judul karyanya, sedangkan teks ulasan 2 judul
disebutkan.
D. Keunggulan teks ulasan 1 adalah gagasan dikemukakan dengan baik, sedangkan
teks ulasan 2 adalah kedalaman cerita tidak main-main.
E. Disebutkan dua kelemahan pada masing-masing teks ulasan.
2.
Istilah film yang terdapat di kedua teks tersebut adalah ….
A. sinematografi, editing, film
B. ritme, strategis, konsisten
C. detail, sejatinya, gagasan
D. garis cerita, strategis, sempil
E. film, ritme, editing
3.
Analisis yang tidak tepat atas teks ulasan 1 dan 2 adalah ….
A. Hari Ini Pasti Menang yang sejatinya sudah baik bisa jauh lebih baik lagi jika para tokoh
dan garis ceritanya digarap dengan sangat matang.
B. Pengerjaan Hari Ini Pasti Menang dilakukan sangat detail tidak ada satu pun dari
proses pembuatan film yang terlewatkan.
18
Para tokoh dalam Hari Ini Pasti Menang hanya disisipkan pada setiap adegan dan jalan
ceritanya terlalu terburu-buru.
D. Hasil kerja para sineas film untuk film pada teks ulasan 1 sangat baik dan untuk Hari Ini Pasti
Menang cukup baik walaupun sama-sama ada dua kelemahan yang harus diperbaiki.
E. Film pada teks ulasan 1 dapat dikatakan baik jika hasil editing atau pemotogan
gambar dilakukan dengan baik sehinggatidak mengganggu ritme.
C.
Bacalah teks ulasan di bawah ini untuk menjawab soal No. 4 – 6!
Teks A
Lawakan yang dilontarkan antara si Tuan Rumah dan pemusik membawa angin segar bagi
penonton yang mulai dihinggapi rasa bosan. Apa yang dilakonkan oleh Teater Zat adalah
sebuah representasi dari fenomena ‘siklus’ lahirnya guru-guru di Indonesia. Gugum pun
cukup piawai mengemas dialog-dialog yang begitu pragmatis dalam mengkritisi tabiat para
pendidik. Konsep pemanggungan pun tak banyak menggunakan properti. Namun, terlihat
para tokoh berusaha menempati ruang kosong di atas panggung.
Teks B
Andibachtiar Yusuf mempermainkan calon penontonnya. Judul film terbarunya, Hari Ini Pasti
Menang, menyiratkan akan sebuah kisah perjuangan nan heroik. Perhatikan juga materi
promosi filmnya. Posternya berlatar pada Gelora Bung Karno yang dikitari kerumunan orang.
Menonjol paling depan ada dua orang berbalutkan seragam merah, warna seragam timnas
sepakbola kita, di antara sejumlah orang berwajah serius.
4.
Pernyataan yang tidak tepat dari kedua teks ulasan di atas adalah ….
A. Kedua teks menyebutkan nama orang yang sangat berperan dalam produksi
karya tersebut.
B. Teks A memberikan penilaian kelemahan dan keunggulan drama, sedangkan teks B
membicarakan gambaran umum dari sebuah produksi film.
C. Tema guru yang diulas pada teks A, sedangkan teks B bertema sepak bola.
D. Teks A membicarakan penonton yang mulai bosan, sedangkan teks B membicarakan
penonton dipermainkan.
E. Teks A merupakan bagian evaluasi pada struktur teks ulasan drama, sedangkan teks
B bagian orientasi pada struktur teks ulasan film.
5.
Pernyataan kebahasaan pada teks ulasan A dan B yang tidak tepat adalah ….
A. Verba relasional kategoriverba kopulatif terdapat pada teks ulasan A.
B. Istilah-istilah penonton, tokoh, dialog, properti, dan poster merupakan istilah yang
digunakan dalam drama dan film.
19
C. Penulisan judul film Hari Ini Pasti Menang sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia.
D. Kata-kata mengemas, mengkritisi, dan menyiratkan seharusnya mengkemas, mengeritisi,
dan mensiratkan.
E. Gelora dan timnas merupakan akronim dari gelanggang olahraga dan tim nasional.
6.
Maksud dari reviewer yang tepat pada kalimat (1) dan (2) Teks B adalah ….
A. Andibachtiar Yusuf memperolok-olok calon penonton dengan memberikan judul
filmnya yang berkesan heroik.
B. Hal yang dipermainkan oleh Andibachtiar Yusuf dalam film Hari Ini Pasti Menang
yang menyiratkan kisah perjuangan heroik ini adalah perasaan atau emosi calon
penonton.
C. Hari Ini Pasti Menang, film yang disutradarai Andibachtiar Yusuf, bercerita tentang
pahlawan kemerdekaan yang heroik.
D. Hari Ini Pasti Menang, besok, lusa, dan akan datang pasti kalah merupakan satire dari
Andibactiar Yusuf kepada persepakbolaan Indonesia.
E. Sutradara mengajak bermain bola calon penonton pada filmnya yang bertema
perjuangan heroik ini.
Bacalah teks ulasan di bawah ini dengan saksama untuk No. 7 – 9!
(1) Masih banyak kontribusi lain yang lebih konkret ketimbang menghormati bendera
semata. (2) Hal ini penting, mengingat dua tahun belakangan ini tema nasionalisme
lebih banyak berkembang di film anak-anak. (3) Kalau memang ingin menginspirasi tunas
bangsa, marilah berhenti menengadah ke angkasa yang mana sang saka berkibar dan
mulai melihat lingkungan sekitar dengan apa adanya. (4) Orde Baru sudah lewat. (5) Sudah
bukan zamannya bermain propaganda.
7.
Kata yang bercetak miring mempunyai makna ….
A. sumbangan, nyata, memberikan ilham
B. dukungan, asbstrak, memberi tahu
C. ukuran, riil, memberikan motivasi
D. sumbangsih, ambigu, memberi dana
E. amal, maya, memberikan penghargaan
8.
Kalimat persuasif yang terdapat pada teks ulasan tersebut adalah ….
A. kalimat (1)
B. kalimat (2)
C. kalimat (3)
D. kalimat (4)
E. kalimat (5)
20
9.
Maksud dari kalimat (2) adalah ….
A. Film yang tokoh figurannya anak-anak dengan tema nasionalisme banyak sekali
jumlahnya dan berkembang mulai dua tahun sebelumnya.
B. Film anak-anak dengan tema nasionalisme berkembang dua tahun sebelumnya lebih
sedikit dibanding film lainnya
C. Film dengan tema nasionalisme mulai dua tahun yang lalu sampai sekarang lebih
banyak berkembang di film anak-anak daripada film genre yang lain.
D. Tema anak-anak dalam film nasionalisme banyak berkembang dua tahun belakangan
ini.
E. Nasionalisme dalam film anak-anak dua tahun cukup berkembang di masyarakat
penikmat film daripada tema lainnya.
10.
Langkah-langkah membandingkan teks ulasan sebagai berikut ini.
1) Membaca dengan cermat dua atau lebih teks yang dibandingkan.
2) Memerhatikan tujuan dan ciri umum teks yang dibandingkan.
3) Memerhatikan kesesuaian urutan struktur teks yang dibandingkan.
4) ….
5) Menulis atau membacakan teks perbandingan.
Bagian yang rumpang diisi dengan kalimat yang tepat, yaitu ….
A. Meneliti unsur kebahasaan teks yang dibandingkan.
B. Menyimak satu persatu paragraf untuk mencari istilah tidak dikenal.
C. Menyiapkan kamus bahasa, kamus istilah, dan ensiklopedia.
D. Mempelajari jenis struktur teks.
E. Mendiskusikan dengan teman tentang unsur kebahasaan teks.
21
Download