BERITA TERKINI Manfaat Susu Kedelai untuk Pasien Nefropati Diabetik S usu kedelai merupakan salah satu jenis susu alternatif untuk populasi yang mengalami kendala mengkonsumsi susu sapi. Salah satunya pada penderita nefropati diabetik.1 Ada dua pertimbangan utama yang mendasari preferensi sebagian ahli gizi terhadap susu kedelai ketimbang susu sapi untuk pasien nefropati diabetik. Yang pertama adalah karena susu sapi mengandung kadar fosfor lebih tinggi daripada susu kedelai.1 Telah diketahui bahwa asupan fosfor harus dibatasi pada pasien-pasien gangguan ginjal kronis;2 termasuk pada pasien nefropati diabetik.1 Di samping itu, susu kedelai memiliki kandungan isoflavon, yang merupakan suatu zat fitoestrogen. Isoflavon susu kedelai lebih mudah diserap tubuh karena tersedia dalam bentuk cair.1 Fitoestrogen pernah diteliti manfaatnya pada kasus nefropati diabetik; mekanisme kerjanya diduga melalui reaktivitas endotel arteriol ginjal (efek vasodilatasi), aktivitas nitrit oksida (efek vasodilatasi), serta efek antioksidan terhadap oksidasi LDL.3 Di samping dua kelebihan tersebut, beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengonfirmasi manfaat klinis susu kedelai pada nefropati diabetik. Miraghajani dkk (2012) menguji manfaat susu kedelai sebagai modulator terhadap beberapa parameter inflamasi, koagulasi, dan stres oksidatif pada pasien-pasien nefropati diabetik; dibandingkan dengan susu sapi. Penelitian ini melibatkan 25 pasien diabetes tipe 2 yang disertai nefropati. Parameter yang diuji antara lain interleukin (IL)-6, tumor necrosis factor (TNF)-alfa, high-sensitivity C-reactive protein (hs-CRP), malondialdehyde (MDA), dan D-dimer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diet susu kedelai selama 4 minggu menurunkan D-dimer (-3,77% vs 16,13%, p<0,05); namun efeknya terhadap parameter lain tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok. Hasil lain studi ini yang juga belum sesuai harapan yaitu tidak ada perbedaan bermakna HbA1c antara kelompok susu kedelai susu sapi (p=0,14). Namun perlu digarisbawahi bahwa studi ini memiliki kelemahan; selain jumlah subjek yang sedikit, kadar isoflavon sama sekali tidak diukur, dan satu-satunya parameter stres oksidatif yang diukur adalah MDA (malondialdehid), padahal MDA bukanlah produk reaksi peroksidasi lipid yang spesifik.1 Penelitian lain risiko kardiovaskular dan biomarker fungsi ginjal pada 29 penderita nefropati diabetik berusia rata-rata 51 tahun, juga membandingkan diet susu kedelai dan diet susu sapi. Ternyata diet susu kedelai berkaitan dengan penurunan tekanan darah sistolik lebih nyata daripada diet susu sapi (-4,50% vs 5,89%, p=0,03). Trigliserida serum juga mengalami perbaikan lebih optimal dengan diet susu kedelai (-15,22% vs 2,37%, p=0,02), namun kemaknaan ini hilang setelah dilakukan penyesuaian terhadap faktor asupan karbohidrat sebagai perancu. Ditinjau dari dampak klinis, tidak ada perbedaan efek bermakna antara diet susu kedelai dan susu sapi terhadap risiko kardiovaskular dan biomarker fungsi ginjal; tetapi disimpulkan susu kedelai berpengaruh positif terhadap tekanan darah pasien nefropati diabetik.4 Masih diperlukan studi lebih lanjut dengan skala lebih besar dan metode studi lebih baik untuk mengkonfirmasi manfaat susu kedelai secara spesifik pada kelompok pasien diabetes tipe 2 dengan nefropati. (HLM) REFERENSI: 1. Miraghajani MS, Esmaillzadeh A, Najafabadi MM, Mirlohi M, Azadbakht L. Soy milk consumption, inflammation, coagulation, and oxidative stress among type 2 diabetic patients With nephropathy. Diabetes Care 2012; 35: 1981-1985. 2. National Kidney Disease Education Program. Phosphorus: Tips for people with chronic kidney disease (CKD). NIH Publication No. 10-7407 [internet] 2010 (cited 2013 Jul 11). Available from: nkdep.nih.gov/resources/nutrition-phosphorus-508.pdf 3. Gilani GS, Anderson JJB (eds). Phytoestrogens and Health. Maryland: AOCS Press, 2002; 26: p.488-95. 4. Miraghajani MS, Najafabadi MM, Surkan PJ, Esmaillzadeh A, Mirlohi M, Azadbakht L. Soy milk consumption and blood pressure among type 2 diabetic patients with nephropathy. J Renal Nutrition 2013; 23 (4): 277-82.e1. CDK-215/ vol. 41 no. 4, th. 2014 291