BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jhosnon and Jhosnon (Iru dan Ode, 2012 : 47) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasarkan pada belajar dalam kelompok kecil yang menekankan baik secara individual siswa maupun kelompok”. Slavin (2005 : 8 ) menjelaskan bahwa : Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan para siswa duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk manguasai materi yang disampaikan oleh guru. Sebagai contoh misalnya dalam metode yang disebut Student Team-Achievement Division atau STAD. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembela jaran yang telah dirumuskan. Arihi,L.S (Iru dan Ode, 2012 : 47) menyatakan bahwa : Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dalam kelompok- kelompok kecil, dengan anggota kelompok 3-5 orang, yang dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi, sehingga setiap siswa selain mempunyai tanggung jawab individu, tanggung jawab berpasangan, juga mempunyai tanggung jawab kelompok. Dari definisi- definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok- kelompok kecil dengan beranggotakan siswa yang heterogen mulai dari kemampuan akademik, jenis kelamin, suku/ras dan di dalam kelompok tadi terjadi kerjasama dan pembelajaran yang positif serta saling membelajarkan satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya, dan agama, strata sosial, 6 7 kemampuan dan ketidak mampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas- tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman- temannya di Universitas John Hopkins merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok- kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok,tes kecil, dan penghargaan kelompok. Slavin (Iru dan Ode ( 2012 : 55) menyatakan bahwa: Pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Team Achievement Division ) siswa belajar dan membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan kerja sama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka sedangkan guru pada model pembelajaran ini berperan sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses belajar. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang menunut siswa belajar dalam kelompoknya. 8 Bertukar informasi, materi, pengalaman tentang pembelajaran, dan bukan hanya itu siswa harus bekerja sama dan saling memotivasi satu sama lain untuk menguasai materi serta mencapai tujuan pembelajaran. Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan- persiapan tersebut antara lain : a. Perangkat pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta jawabannya. b. Membentuk kelompok kooperatif Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok yang lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik, yaitu: a) Siswa dalam kelas terlebih dahulu diperingkat sesuai dengan nilai ulangan IPA terakhir. Tujuannya adalah untuk membagi kelompok siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. b) Menentukan skor awal Skor awal yang digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan IPA terakhir. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. c) Pengaturan tempat duduk Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, posisi duduk masing- masing kelompok diatur melingkar dan tidak saling berdekatan, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif. 9 d) Kerja kelompok Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk jauh mengenalkan masing- masing individu dalam kelompok. Langkah- langkah pembelajaran tipe STAD ini didasarkan pada langkahlangkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase- fase dalam pembelajaran ini dapat dilihat pada Tabel 2.1. Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan- tahapan sebagai berikut : a. Menghitung skor individu Menurut Slavin ( Ibrahim,2000), untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti Tabel 2.2. b. Menghitung skor kelompok Skor kelompok ini disesuaikan dengan rata- rata yang diperoleh oleh setiap kelompok, dan dihitung dengan membuat rata- rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan yang telah diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata- rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada Tabel 2.3. 10 Tabel 2.1 Fase- Fase Pelajaran Kooperatif Tipe STAD Kegiatan Guru Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang Fase 1 Menyampaikan tujuan ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan dan memotivasi siswa memotivasi siswa belajar. Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan Fase 2 Menyajikan/ mendemosntrasikan atau lewat bahan bacaan. menyampaikan informasi Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya Fase 3 Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dan membantu setiap dalam kelompok- kelompok agar melakukan transisi secara efisien kelompok belajar Fase Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberikan Penghargaan Membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Mencari cara- cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan Nilai Tes Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor awal Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal Nilai sempurna ( tanpa memperhatikan skor awal) Skor Perkembangan 0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok Rata- rata tim Predikat 15 Tim baik 16 Tim sangat baik 17 Tim super 11 c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing- memberikan masing kelompok memperoleh predikat, guru hadiah/ penghargaan kepada masing- masing kelompok sesuai dengan predikatnya. 2.1.2.1 Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD menurut Davidson (Asma, 2006 : 26) : a. Meningkatkan kecakapan individu b. Meningkatkan kecakapan kelompok c Meningkatkan kerja sama antar anggota kelompok d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya e. Tidak bersifat kompetitif f. Tidak memiliki rasa dendam antara siswa Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin yaitu : a. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang. b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan. 2.1.2.2 Sintaks Model Pembelajaran STAD Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain : a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-6 orang secara heterogen. b. Guru menjelaskan materi pembelajaran. c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggotaanggota kelompok. d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/ soal menjelaskan kepada anggota lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti. e. Guru memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/ pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu. f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/ poin tinggi. g. Guru memberikan evaluasi. h. Penutup. 12 2.1.3 Hasil Belajar Hasil Belajar menurut Sudjana (2000 : 7), merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu. “Lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, kognitif, sikap, dan motorik” Sudjana (Wahab, 2009 : 24). 2.1.4. Hakekat Pembelajaran IPA 2.1.4.1 Pengertian IPA Suyoso (2001) menyatakan bahwa ” Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) berasal dari kata sain yang berarti alam. Sain merupakan ilmu pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti- hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal”. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep- konsep atau prinsip- prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sulistyorini, 2007 : 39). Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan hasil dari kegiatan manusia yang bersifat dinamis dalam mempelajari peristiwa- perisistiwa yang terjadi di alam baik yang berada di sekitar tempat tinggal kita ataupun alam yang bersifat global. 2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa pembelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari 13 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk menentukan pendidikan ke SMP/ MTs. 2.1.4.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD Ruang lingkup kajian IPA di SD menurut BSNP ( 2006 : 485 ) meliputi aspek- aspek : 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda/ materi, sifat – sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, gas 3. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi : tata surya, dan benda- benda langit lainnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD adalah makhluk hidup beserta proses kehidupan, benda/ materi, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. 2.2 Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Titin Prihatiningsih pada tahun 2006 tentang “ Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student team Achievement Division)pada pokok bahasan bilangan bulat kelas 7 A SMP Negeri 5 Depok Yogyakarta”. Penelitian tersebut 14 menyimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Suastri (2012) dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif STAD dan Penggunaan Alat Peraga Konkret Tentang Energi Siswa Kelas 4 SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Sulastri mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal siswa yang nilanya memenuhi KKM sebanyak 10 siswa (33,33%) dari total 30 siswa. Pada siklus 1 meningkat menjadi 21 siswa (70%) yang nilainya memenuhi KKM. Pada siklus 2 siswa yang nilainya memenuhi KKM menjadi 26 siswa (86,67%). Iknasius (2012) dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terharap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”, pada materi kenampakan bumi dan benda langit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata- rata hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperaatif tipe STAD yaitu 83,49 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ratarata hasil belajar siswa secara konvensinal yaitu 71,46. Dari hasil uji hipotesis diperoleh signifikansi (0,000>0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan hasil belajar model konvensional, maka treatment yang diberikan dapat berpengaruh signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (2013) dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif STAD Pada Siswa Kelas 4 SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang Semester II Tahun pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal yang berdasarkan nilai ulangan IPA semseter I siswa memenuhi KKM sebanyak 10 siswa (43,47%) dari total 23 siswa. Hasil belajar 15 siswa pada siklus I siswa yang memenuhi KKM sebanyak 14 siswa (66,67%) dari total 21 siswa. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus II yang memenuhi KKM sebanyak 22 siswa (100%) dari total 22 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Dadapayam 02 Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.Penelitian yang dilakukan oleh Sholeh (2009) yaitu meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Devision (STAD) pada kelas V SD Negeri Kiyaran 1 Cangkringan Sleman. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart. Pada setiap siklus terdapat kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data hasil penelitian diperoleh dari observasi, dokumentasi, dan hasil tes belajar. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Kiyaran 1 yang berjumlah 21 siswa, yang terdiri atas 8 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif dan deskripsi kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Devision (STAD). Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar IPS pada siklus I sebesar 8,05 (dari kondisi awal 60,14 menjadi 68,57) dengan peningkatan persentase ketuntasan sebesar 24% (dari kondisi awal 38% menjadi 62%) kemudian pada siklus II meningkat sebesar 10,19 (siklus I 6 8 , 5 7 menjadi 78,76) dengan peningkatan persentase ketuntasannya sebesar 33% (siklus I 62% menjadi 95%). Penelitian yang peneliti lakukan mengarah kepada sintaks model pembelajaran STAD milik Chotimah (2007) yang peneliti ubah dalam pelaksanaannya yaitu sintaks milik Chotimah tahap pertama adalah membentuk kelompok dengan anggota 4-6 orang secara heterogen baru setelah itu guru menyajikan pembelajaran, namun dalam penelitian yang peneliti lakukan, tahapan pertama yaitu guru menjelaskan mata pelajaran terlebih dahulu setelah itu dilanjutkan dengan pembagian kelompok. Karena menurut observasi yang 16 dilakukan jika siswa dibagi kelompok terlebih dahulu setelah itu dijelaskan materi, siswa justru tidak mendengarkan penjelasan guru dan asyik bermain dengan teman satu kelompoknya. 2.3 Kerangka Pikir Kondisi Awal Tindakan Dengan STAD Kondisi Akhir 2.4 GURU : Model pembelajaran kurang inovatif SISWA : Hasil Belajar Siswa Rendah GURU : Model pembelajaran kurang inovatif Siklus 1 Siklus 2 HIPOTESIS : Penerapan model STAD meningkatkan hasil belajar siswa Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian kajian teoritis dan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitiannya adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas V Semester II di SD N Rejowinangun Utara 03 Kota Magelang Tahun Ajaran 2013/2014.