17 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Kota Padang Kota Padang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat dengan batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah timur dengan Kabupaten Solok, sebelah Selatan dengan Kabupaten Pesisir Selatan, dan sebelah Barat dengan Samudera Hindia. Secara geografis Kota Padang terletak antara 00°44’00” LS - 1°08’35” LS dan 100°05’05” BT - 100°34’09” BT. Luas wilayah administrasi Kota Padang adalah 1.414,96 km2, yang terdiri dari 694,96 km2 wilayah darat dan 720 km2 wilayah laut. Kota Padang yang terbagi atas 11 Kecamatan dan 104 Kelurahan ini memiliki jumlah penduduk sebesar 838.190 jiwa dengan kerapatan penduduk 1.206 jiwa/km2. a b Gambar 1. Outlet DAS Batang Arau Alami (Pantai Muara) Kota Padang (a) dan Outlet Buatan (Pantai Purus) Kota Padang (b) Pada tahun 1660, pemerintahan Belanda menguasai daerah Pantai Muara (outlet DAS Batang Arau) dan merencanakan daerah ini sebagai pusat perdagangan sekaligus pusat pemerintahan. Tahun 1667 Pemerintah Belanda membangun loji dan pelabuhan di Pantai Muaro. Pada tanggal 20 Mei 1784, Belanda secara resmi menjadikan Pantai Muaro sebagai pelabuhan. Pelabuhan tersebut merupakan pusat perdagangan untuk pengiriman Semen dan Batu Bara di wilayah barat Pulau Sumatera. Sampai saat ini Pantai Muaro masih berfungsi sebagai pelabuhan (Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Padang, 2007). Pemerintah Belanda membagi Sungai Batang Arau menjadi dua aliran pada abad ke-18. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kejadian banjir yang berpengaruh 18 terhadap pemukiman dan pelabuhan yang terdapat di kawasan hulir DAS. Hal ini dilakukan dengan membendung sungai di daerah Lubuk Begalung dan membangun kanal menuju Pantai Purus menjadi outlet pembuangan baru yang dikenal dengan Banda Bakali. Sungai Batang Arau pecah menuju dua muara, satu aliran mengalir ke kawasan pelabuhan di Pantai Muaro dan aliran lainnya bermuara di Pantai Purus (Banda Bakali). Kondisi Umum Sub DAS Batang Arau DAS Batang Arau merupakan salah satu DAS yang terdapat di Sumatera Barat dengan batas wilayah di sebelah Utara adalah DAS Kuranji, DAS Timbulun dan DAS Batang Tarusan, sebelah Timur dengan DAS Lubuk Silasiah, sebelah Barat dengan Samudra Indonesia dan sebelah Selatan dengan DAS Batang Tarusan (Bappeda Kota Padang, 2004). DAS Batang Arau terletak di Kota Padang yang berada pada rentang ketinggian 0 – 1.853 m diatas permukaan laut (dpl). DAS Batang Arau meliputi empat wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Begalung, Kecamatan Koto Luar, dan Kecamatan Lubuk Kilangan. Sub DAS Batang Arau Hulu terletak di Kecamatan Lubuk Kilangan yang mempunyai kemiringan lereng dari landai (8-16%) sampai sangat curam (>40%) dan terletak pada ketinggian antara 125 m – 1.853 m dpl dengan topografi dominan berbukit. Lokasi sub DAS Batang Arau Hulu adalah di kecamatan Lubuk Kilangan yang memiliki jumlah penduduk sekitar 42.585 jiwa (BPS Kota Padang, 2007). Umumnya penduduk di wilayah DAS Batang Arau bekerja sebagai petani sawah dan kebun (48%), pedagang (32%), buruh (8%), pegawai negeri (2%), dan lainnya (10%) (Bappeda Kota Padang, 2004). Sumber air utama di DAS ini berasal dari Lubuk Paraku dengan anak-anak sungainya antara lain sungai Batang Air Indarung, sungai Batang Paraku dan sungai Padang Idas yang terletak pada bagian hulu, setelah itu sungai bertemu di kawasan tengah dengan sungai Padang Besi di kawasan Lubuk Sarik (Bappeda Kota Padang, 2004). 19 Sumber Peta : Peta Batas WIlayah Sumatera Barat Dinas Pengelolaan Sumbersaya Air Provinsi Sumatera Barat Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Gambar 3. Peta DAS Batang Arau Menurut Bappeda Kota Padang (2004), penggunaan lahan pada sub DAS Batang Arau bagian hulu adalah hutan lindung dan hutan pariwisata, seperti daerah Taman Raya Bung Hatta. Selain hutan, penggunaan lahan lainnya adalah 20 ladang/tegalan, sawah, lahan terlantar, pertambangan, dan pemukiman. Jenis tanah daerah ini termasuk intensif tercuci oleh air hujan sehingga permukaan tanah terlihat agak pucat dan kasar. Tanah dominan merupakan Ultisol atau dikenal dengan podsolik (menurut Pusat Penelitian Tanah), yaitu tanah masam yang memiliki horison penumbunan liat (horison argilik) dengan kejenuhan basa yang rendah (<50%). Tanah Podsolik terbentuk di daerah dengan curah hujan tinggi dan vegetasi lebat.